Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

AQIDAH II/PEMELIHARAAN IMAN

“Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok Pendidikan Agama Islam”

Dosen Pengampu : Yulizar Bila, M. Ed.

Kelompok 6 : 1. Dina Rahma Yeni (19042119)

2. Hasna Sausan Althof (19036070)

3. Shinta Aprilya Ningrum (19234019)

UNIVERSITAS NEGRI PADANG

PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ Aqidah II/Pemeliharaan
Iman ”. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
MKU Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Padang. Dalam Penulisan makalah ini
penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada :

 Bapak Yulizar Bila, M. Ed. yang sudah memberikan tugas dan petunjuk kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

 Teman-teman kelompok 6 yang sudah membantu.

 Rekan-rekan semua di Kelas UNP09404 Pendidkan Agama Islam Mata Kuliah Umum
Universitas Negeri Padang.

 Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang
telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis
dalam menyelesaikan makalah ini

 Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Padang , 26 Agustus 2019

Tim Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………………….……


Daftar Isi ………………………………………………………………………….……….
Abstrak ……………………………………………………………………………….……

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………….……
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………….……...
C. Tujuam dan Manfaat Penulisan …………………….……………………….……..
D. Metode Penulisan ………………………………….……………………………....
E. Statistika Penulisan ………………………………….…………………………….

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Tauhid ……………………………………………………………………

 Pengertian tauhid …………………………………………..…..……………..

 Pengertian ilmu tauhid …………………………………….…..……………...

 Kedudukan tauhid dalam islam ……………………………....………………

 Perkataan ulama tentang tauhid …………………………..….…………….....

 Tujuan Mempelajari Ilmu Tauhid ……………………….….……………......

 Fungsi Mempelajari Ilmu Tauhid ……………………….…………………...


B. Macam-Macam Tauhid ………………………………………………………….
C. Bahaya Penyimpangan Tauhid …………………………………………………..
D. Upaya Pemurnian Tauhid ………………………………….……………………..
E. Pemeliharaan Iman ………………………………………….……………………

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ………………………………………………………………………
B. Saran ……………………………………………………………………………..

Daftar Pustaka …………………………….…………………………...…………………


ABSTRAK

Makalah ini menjelaskan tentang aqidah, mulai dari pengertian aqidah hingga hakikat
dari aqidah itu sendiri. Selain itu, juga diterangkan terkait ; bahaya penyimpangan,
implementasi, dan nilai-nilai aqidah dalam berbagi bidang. Dalam makalah ini dijelaskan
bahwa aqidah itu merupakan sesuatu kebenaran yang diyakini dalam hati berdasarkan akal,
wahyu, dan fitrah yang nantinya dapat mengendalikan perasaan seseorang yang kemudian
membuat pemilik perasaan-perasaan itu memiliki pertimbangan penuh dalam melakukan
tindakan-tindakannya. Sehingga apa yang kita lakukan adalah perbuatan yang berdasarkan
pada kaidah bahwa Allah melihat dan mengamati kita dimana saja dan kapan saja. Nilai-nilai
aqidah dalam kehidupan antara lain adalah nilai keyakinan dan nilai ketaatan. Aqidah
memiliki peranan besar dalam kehidupan. Baik dalam kehidupan keluarga, negara, maupun
bermasyarakat.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang sangat rentang digoda oleh setan. Maka manusia
dituntut untuk memiliki sesuatu yang dapat dijadikan pegangan dalam hidupnya, yakni
Aqidah. Aqidah baik sangatlah diperlukan dalam kehidupan agar kehidupan tidak berjalan
seperti layaknya kehidupan dijaman jahiliyyah. Dasar pendidikan akhlak bagi seorang
muslim adalah aqidah yang benar terhadap alam dan kehidupan, karena akhlak tersarikan dari
aqidah dan pancaran dirinya. Oleh karena itu, jika seseorang beraqidah dengan benar, niscaya
akhlaknya pun akan benar, baik, dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah dan
melenceng maka akhlaknya pun akan tidak benar. Aqidah seseorang akan benar dan lurus jika
kepercayaan dan keyakinannya terhadap Allah juga lurus dan benar.

B. Rumusan Masalah

Untuk mengkaji dan mengulas tentang aqidah dalam kehidupan, maka diperlukan
subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan masalah
sebagai berikut:

o Apa konsep dari tauhid?

o Apa saja macam-macam tauhid dan bentuk penyimpangan nya?

o Apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk memurnikan tauhid kembali?

o Bagaimana cara memelihara iman?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Dari rumusan masalah di atas maka kita dapat mengambil tujuan sebagai berikut;

o Untuk mengetahui konsep dari tauhid

o Untuk mengetahui macam-macam tauhid

o Untuk mengetahui penyimpangan aqidah saat ini

o Untuk mengetahui upaya pemurnian tauhid

o Untuk mengetahui bagaimana cara memelihara iman

o Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulis
dan pembaca tentang tauhid dalam kehidupan dan dapat diimplementasikan dalan
kehidupan.
D. Metode Penulisan

Penulis memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan makalah ini.
Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga dari media media lain
seperti e-book, web, blog, dan perangkat media massa yang diambil dari internet.

E. Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan
bab penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas : latar belakang, rumusan makalah, tujuan
dan manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Sedangkan bab
pembahasan dibagi berdasarkan sub bab yang berkaitan dengan konsep, macam-macam,
bahaya penyimpangan, upaya pemurnian, dan juga pemeliharaan iman . Terakhir, bab
penutup terdiri atas kesimpulan.

Aqidah merupakan sumber persepsi dan pemikiran. Aqidah juga merupakan asas
keterikatan dan persatuan, asas hukum dan syari’at, dan merupakan sumber keutamaan dan
akhlaq. Aqidahlah yang telah mencetak para pahlawan (pejuang) di medan jihad dan untuk
mencari syahid.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Tauhid

 Pengertian tauhid

Tauhid (Arab: ‫ )ﺗﻮﺣﻴﺪ‬adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah.
Tauhid menurut bahasa adalah mengesakan. Sedangkan menurut syariat adalah meyakini
keesaan Allah. Adapun yang disubut ilmu tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang
akidah atau kepercayaan kepada Allah dengan didasarkan pada dalil-dalil yang benar.Allah
S.W.T berfirman:

“ Dia adalah pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang pasangan-pasangan (pula), dijadikannya kamu
berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu yang serupa dengan dia dan dialah Yang
Maha Mendengar dan Melihat.”(Q.S Asy-syura:11)

 Pengertian ilmu tauhid

Tauhid secara etimologis, tauhid berarti keesaan, maksudnya keyakinan bahwa Allah Swt.
adalah esa, tunggal, satu. Mentauhidkan berarti mengakui keesaan Allah Swt atau
mengesakan Allah Swt. Menurut Muhammad Abduh asal makna tauhid adalah meyakinkan
(mengi’tiqadkan) bahwa Allah Swt adalah satu, tidak ada sekutu/serikat bagi-Nya. Secara
terminologi para ulama mendefinisikan tauhid sebagai berikut:

a. Menurut Imam Junayd al-Baghdadi (w. 298 H/910 H).

Tauhid adalah mensucikan yang tidak mempunyai permulaan (al-Qadim/Allah) dari


menyerupai ciptaan-Nya (mukhdas/makhluk-Nya).

b. Menurut A. Hanafi.

Tauhid ialah percaya tentang wujud Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-
Nya, baik zat, sifat, maupun perbuatan-Nya; Yang mengutus utusan untuk memberi petunjuk
kepada alam dan umat manusia kepada jalan kebaikan; yang meminta pertanggungjawaban
seseorang di akhirat.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, tauhid adalah mengenal Allah Swt dengan
meyakini bahwa Dia esa dalam dzat, sifat dan perbuatan dan tiada sekutu bagi Allah Swt.

Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma Islam, sehingga Islam
dikenal sebagai agama tauhid yaitu agama yang mengesakan Tuhan. Dalam ajaran Islam
tauhid itu berarti keyakinan akan keesaan Allah.

Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. al-Baqarah :163,


‫موإح ملمهممكحم إح ملمهد مواحﺣدﺪ ٌ مل إح ملمهم إحرل هممﻮ الررحﺣممممن الررحﺣﻴمم‬
"Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang." (QS. al-Baqarah : 163)

‫ام يمحعلممم ممتمقملربممكحم موممحثمﻮامكحم‬ ‫ك مولححلممحؤحمحنﻴمن مواحلممحؤحممناَ ح‬


‫ت ِ مو ر‬ ‫مفاَحعلمحم أمنرهم مل إح ملمهم إحرل ر‬
‫ام مواحستمحغفححر لحمذحنبح م‬
"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan
mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal." (QS.
Muḥammad :19)

Menyangkut identitas Allah Swt, dalam QS. al-Ikhlas diantara mengatakan bahwa
Allah itu Esa. Dan Allah menegaskan bahwa Dia-lah Tuhan yang patut disembah,

‫ام مل إح ملمهم إحرل أممناَ مفاَحعبمحﺪحنيِ موأمقححم ال ر‬


ِ‫صملةم لححذحكحري‬ ‫إحنرحنيِ أممناَ ر‬

"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku." (QS. Ṭaha : 14)

Kaitannya dengan aspek ilmu pengetahuan, para ulama mendefinisikan ilmu tauhid
sebagai berikut;

a. Menurut TM. Hasby Ash-Shidieqy.

Ilmu tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang cara-cara menetapkan akidah
agama dengan mempergunakan dalil-dalil yang meyakinkan, baik dalil itu naqli, aqli,
maupun dalil wijdani (perasaan yang halus).

b. Menurut Muhammad Abduh.

Ilmu tauhid ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah Swt dan sifat-sifat yang
wajib ada pada-Nya, dan sifat yang boleh ada pada-Nya dan sifat yang tidak harus ada pada-
Nya (mustahil), ia juga membahas tentang para rasul untuk menegaskan tugas dan risalahnya,
sifat-sifat yang wajib ada padanya yang boleh ada padanya (jaiz) dan yang tidak boleh ada
padanya (mustahil).

c. Menurut Syeh M. Abduh, ilmu tauhid (ilmu kalam) ialah ilmu yang membicarakan
tentang wujud tuhan, sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya. Ilmu tauhid adalah sumber semua
ilmu-ilmu keislaman sekaligus yang terpenting dan paling utama. Allah SWT berfirman:
“ Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan (yang haq) melainkan
Allah.”(QS.Muhammad:19)

Ilmu tauhid juga mempunyai penamaan atau nama lain, diantaranya sebagai berikut:

1. Ilmu ‘aqa’id: aqdun artinya tali atau pengikat.’aqa’id adalah bentuk jama’ dari
‘aqdun.desebut ‘aqa’id,karena didalamnya mempelajari tentang keimanan dan
mengikat hati dengan Allah.
2. Ilmu kalam: kalam artinya pembicaraan.disebut ilmu kalam,karena dalam ilmu ini
banyak membutuhkan diskusi,pembahasan,keterangan-keterangan dan alasan yang
lebih banyak dari ilmu yang lain
3. Ilmu ushuluddin: ushuluddin artinya pokok-pokok agama.disebut ilmu
ushuluddin,karena didalamnya membahas prinsip-prinsip ajaran agama,sedang ilmu
yang lainnya disebut furu’ad-din(cabang-cabang agama),yang harus berpijak diatas
ushuluddin.
4. Ilmu ma’rifat: ma’rifat artinya pengetahuan.disebut ilmu ma’rifat,karena didalamnya
mengandung bimbingan dan arahan kepada umat manusia untuk mengenal khaliqnya.

Pembahasan dalam ilmu Tauhid dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid rububiyah,
uluhiyah dan Asma wa Sifat. Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan
konsekuensi dari kalimat syahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, ilmu tauhid (theology) adalah suatu
ilmu yang membahas tentang pokok-pokok akidah agama dengan berlandaskan dalil-dalil
yang pasti terutama sekali yang berhubungan dengan wujud Allah Swt dengan kesempurnaan
sifat-sifat-Nya.

 Kedudukan tauhid dalam islam


Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan
hakikat Islam yang paling besar dan merupakan salah satu syarat diterimanya amal perbuatan
disamping harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
Berikut ini adalah dalil dari Qur'an mengenai keutamaan dan keagungan tauhid, di antaranya
adalah:
“.. dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thaghut itu. (An-Nahl 16:36) ”
“ Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (At-
Taubah 9:31)
“ Maka sembahlah Allah dengan memurnikan k etaatan k epada-Ny a. Ingatlah, hanya
kepunyaan Allah lah agama y ang bersih (dari syirik). (Az-Zumar 39:2-3) ”
“ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Ny a dalam (menjalankan) agama dengan lurus. (Al-Bayyinah 98:5) “

 Perkataan ulama tentang tauhid


Syaikhul islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: Orang yang mau mentadabburi
keadaan alam akan mendapati bahwa sumber kebaikan di muka bumi ini adalah ber tauhid
dan beribadah kepada Allah Subhanahu w a Ta’ala ser ta taat kepada rasulullah . Sebaliknya
semua kejelekan di muka bumi ini; fitnah, musibah, panceklik, dikuasai musuh dan lain-lain
penyebabnya adalah menyelisihi Rasulullah dan berdakwah (mengajak) kepada selain
Allah Subhaanahu wa Ta'ala.
Orang yang mentadabburi hal ini dengan sebenar-benarnya akan mendapati kenyataan
seperti ini baik dalam dirinya maupun di luar dirinya " (Majmu' Fatawa 15/25). Karena
kenyataannya demikian dan pengaruhnya-pengaruhnya yang terpuji ini, maka setan adalah
makhluk yang paling cepat (dalam usahanya) untuk menghancurkan dan merusaknya.
Senantiasa bekerja untuk melemahkan dan membahayakan tauhid itu. Setan lakukan hal ini
siang malam dengan berbagai cara yang diharapkan membuahkan hasil. Jika setan tidak
berhasil (menjerumuskan ke dalam) syirik akbar, setan tidak akan putus asa untuk
menjerumuskan ke dalam syirik dalam berbagai kehendak dan lafadz (yang diucapkan
manusia). Jika masih juga tidak berhasil maka ia akan menjerumuskan ke dalam berbagai
bid’ah dan khurafat

 Tujuan Mempelajari Ilmu Tauhid

Tujuan mempelajari ilmu tauhid adalah mengenal Allah Swt dan rasul-Nya dengan dalil
dalil yang pasti dan menetapkan sesuatu yang wajib bagi Allah Swt dari sifat sifat yang
sempurna dan mensucikan Allah Swt dari tanda tanda kekurangan dan membenarkan semua
rasul rasul Nya. Dan perkara yang dibicarakan dalam ilmu tauhid adalah dzat Allah Swt dan
dzat para rasul Nya dilihat dari segi apa yang wajib (harus) bagi Allah Swt dan Rasul Nya,
apa yang mustahil dan apa yang jaiz (boleh atau tidak boleh).

 Fungsi Mempelajari Ilmu Tauhid

a. Sebagai sumber dan motivator perbuatan kebajikan dan keutamaan.

b. Membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong mereka untuk


mengerjakan ibadat dengan penuh keikhlasan.

c. Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan, dan kegoncangan hidup yang
dapat menyesatkan.

d. Mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin.

e. Sebagai pokok dan landasan berpikir dan bertindak bagi umat Islam.

f. Memberi rasa ketentraman batin dan menyelamatkan manusia dari kesesatan dan
kemusyrikan.

g. Membentuk sikap dan perilaku dengan meneladani segala kesempurnaan Allah melalui
petunjuk Nabi Saw.
B. Macam-Macam Tauhid

Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid
Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karera istilah, ini adalah istilah yang baru. Apabila
yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah Azza wa Jalla, maka hal ini
sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal
ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam
Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah Subhanahu wa Ta’ata dan tidak boleh kita
beribadah melainkan hanya kepada Allah semata. Lihatlah firman Allah pada surat Yusuf
ayat 40. [Al-Ustadz Yazid Bin Abdul Qadir Jawas]

Walaupun masalah qadha’ dan qadar menjadi ajang perselisihan di kalangan umat Islam,
tetapi Allah telah membukakan hati para hambaNya yang beriman, yaitu para Salaf Shalih
yang mereka itu senantiasa rnenempuh jaian kebenaran dafam pemaharnan dan pendapat.
Menurut mereka qadha’ dan qadar adaiah termasuk rububiyah Allah atas makhlukNya. Maka
masalah ini termasuk ke dalam salah satu di antara tiga maoam tauhid menurut pembagian
ulama:

1. Tauhid Rububiyyah

Yaitu mengesakan Allah subhannahu wa ta’ala dalam segala perbuatanNya, dengan


meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk. Beriman bahwa hanya
Allah satu-satunya Rabb yang memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara,
memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat serta menjaga seluruh Alam
Semesta. Sebagaimana terdapat dalam Al Quran yang berbunyi:

Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:

‫ق ر‬
‫ام‬ ‫مشحيِءء مكلل مخاَلح م‬
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.”

(QS. Az-Zumar: 62).

Bahwasanya Dia adalah Pemberi rizki bagi setiap manusia, binatang dan makhluk lainnya.
Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:

‫اح معملىَ إحرل احلمحر ح‬


َ‫ض حفيِ مدابرءة حمحن مومما‬ ‫حرحزقممهاَ ر‬

“Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rizkinya, …” (QS. Hud: 6).

Dan bahwasanya Dia adalah Penguasa alam dan Pengatur semesta, Dia yang
mengangkat dan menurunkan, Dia yang memuliakan dan menghinakan, Mahakuasa atas
segala sesuatu. Pengatur rotasi siang dan malam, Yang menghidupkan dan Yang mematikan.
Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:
‫ك ﺗمحؤحﺗيِ احلممحلحك مماَلح م‬
‫ك اللرهمرم قمحل‬ ‫ع حنحزﺗممﻮ ﺗممشاَمء ممحن احلممحل م‬ ‫ﺗممشاَمء ممحن موﺗمحذزل ﺗممشاَمء ممحن موﺗمحعزز ﺗممشاَمء حمرمحن احلممحل م‬
‫ك م‬

‫ك احلمخحﻴمر بحﻴمحﺪ م‬
(26) ‫ك‬ ‫قمحﺪيدر مشحيِءء مكلل معملىَ إحنر م‬

‫ت حممن احلمح ر‬
‫يِ موﺗمحخحرمج اللرحﻴحل حفيِ النرمهاَمر امومﺗﻮلحمج لنرمهاَحر حفيِ اللرحﻴمل مﺗﻮلحمج‬ ‫احلمحليِ حممن ﺗمﻴلممحل موﺗمحخحرمج احلممﻴل ح‬
(27) ‫ق موﺗمحرمز‬
‫ب بحمغحﻴحر ﺗممشاَمء ممحن م‬
‫حﺣمساَ ء‬
“Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada
orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang
Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha
Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan
siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan
yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab
(batas).” (QS. Ali Imran: 26-27).

Jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat mana pun yang menyangkalnya.
Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakuiNya, melebihi fitrah pengakuan
terhadap yang lain-Nya. Sebagaimana perkataan para rasul yang difirmankan Allah:

‫اح أمحفيِ مرمسلمهمحم مقاَلم ح‬


‫ت‬ ‫ف مشكك ر‬
‫ت حطحر ا م‬ ‫مواحلمحر ح‬
‫ض الرسمماَموا ح‬
“Berkata rasul-rasul mereka: “Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan
bumi?” (QS. Ibrahim: 10).

Adapun orang yang paling dikenal pengingkarannya adalah Fir’aun. Namun demikian
di hatinya masih tetap meyakiniNya. Sebagaimana perkataan Musa ‘alaihissalam kepadanya:

‫ب إحرل هممؤملحء أمحنمزمل مماَ معلححم م‬


‫ت لمقمحﺪ مقاَمل‬ ‫ت مر ز‬ ‫صاَئحمر مواحلمحر ح‬
‫ض الرسمماَموا ح‬ ‫ممحثمبﻮررا فححرمعحﻮمن مياَ ملمظمزن م‬
‫ك موإحلنيِ بم م‬
“Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan
mujizat-mujizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang
nyata: dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir`aun, seorang yang akan binasa.” (QS.
Al-Isra’: 102).

Ia juga menceritakan tentang Fir’aun dan kaumnya:

‫مومعلمروﻮا ظمحلرماَ حمأ محنفم م‬


‫س مواحستمحﻴقمنمحتمهاَ بحمهاَ مومجمحمﺪوا‬
“Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati
mereka meyakini (kebenaran) nya.” (QS. An-Naml: 14).

Begitu pula orang-orang yang mengingkarinya di zaman ini, seperti komunis. Mereka
hanya menampakkan keingkaran karena kesombongannya. Akan tetapi pada hakikatnya,
secara diam-diam batin mereka meyakini bahwa tidak ada satu makhluk pun yang ada tanpa
Pencipta, dan tidak ada satu benda pun kecuali ada yang membuatnya, dan tidak ada
pengaruh apa pun kecuali pasti ada yang mempengaruhinya. Hal yang seperti ini diakui oleh
seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang mengingkarinya. Orang-orang yang
mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada kenyataannya mereka menampakkan
keingkarannya hanya karena kesombongan mereka.

Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah alam
semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya. Mereka hanyalah
membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini sebagaimana firman Allah:

(36)‫شميءء أغميتر تممن قخلتققوُا أأمم‬


‫( املأخاَلتققوُأن قهقم أأمم أ‬35) ‫ت أخلأققوُا أأمم‬
‫سأمأوُا ت‬ ‫قيوُقتقنوُأن أل أبلَ أوالمر أ‬
‫ض ال س‬

“ Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah
mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang
mereka katakan). (Ath-Thur: 35-36)

Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah menjadikan


seseorang beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang
diperangi rasulullah mengakui dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Allah,

“ Katakanlah: ‘Siapakah yang memiliki langit yang tujuh dan yang memiliki Arsy
yang besar?’ Mer eka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘ Maka apakah kamu
tidak bertakwa?’ Katakanlah: ‘Siapakah yang di tangan-Ny a berada kekuasaan atas segala
sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari Nya, jika kamu
mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka dari jalan
manakah kamu ditipu?' (Al-Mu’minun: 86-89). Adalah mengesakan Allah dalam segala
perbuatannya, dengan meyakini bahwa dia sendiri yang menciptakan segenap makhluknya.
Allah menciptakan semua makhluknya diatas fitrah pengakuan rububiyahnya, bahkan orang-
orang musyrik yang menyekutukan Allah dalam ibadahnya juga mengakui keesaan
rububiyahnya.alam semesta dan fitrahnya tunduk dan patuh kepada Allah.sesungguhnya alam
semesta ini tunduk dan patuh akan kekuasaan Allah.semua menjalankan tugas dan perannya
masing-masing, serta berjalan menurut aturan yang sangat sempurna.tidak satu pun dari
makhluk ini yang keluar dari kehendak, takdir dan qadhanya. Allah SWT berfirman:

“ Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam”(QS.Al Fatihah:1)

Dan nabi SAW bersabda: “ Engkau adalah Rabb di langit dan di bumi
”(mutafaqqun’alaih)Kedua: Tauhid Ar-Rububiyyah, ialah rnengesakan Allah dalam
perbuatanNya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang mencipta,
menguasai, dan mengatur alam semesta ini.

Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid ar-rububiyah. Oleh karena itu, Imam
Ahmad berkata: “ Qadar adalah kekuasaan Allah”. Karena, tak syak lagi, qadar (takdir)
termasuk qodrat dan kekuasaanNya yang menyeluruh. Di samping itu, qadar adalah rahasia
Allah yang tersembunyi, tak ada seorangpun yang dapat mengetahui kecuali Dia, tertulis pada
Lauh Mahfuzh dan tak ada seorangpun yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu takdir baik
atau buruk yang telah ditentukan untuk kita maupun untuk makhluk lainnya, kecua!i setelah
terjadi atau berdasarkan nash yang benar.
2. Tauhid Uluhiyyah

Uluhiyah adalah ibadah.

Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan
niat taqarrub (mendekatkan diri) yang disyari’atkan seperti do’a, nadzar, qurban, raja‘
(pengharapan), takut, tawakkal, raghbah (senang), rahbah (takut) dan inaabah (kembali atau
taubat). Dan jenis tauhid ini adalah inti dakwah para rasul, mulai rasul yang pertama hingga
yang terakhir. Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:

‫ت مواحجتمنحمبﻮا رلم ااحعبممﺪوا أمحن مرمسﻮرل أمرمءة مكلل حفيِ بممعحثمناَ مولمقمحﺪ‬ ‫ال ر‬
‫طاَمغﻮ م‬
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu’.” (QS. An-Nahl: 36).

Juga disebut “ Tauhid Ibadah ”, karena ubudiyah adalah sifat ‘abd (hamba) yang wajib
menyembah Allah secara ikhlas, karena ketergantungan mereka kepadanya.

Tauhid ini adalah inti dari dakwah para rasul, karena ia adalah asas dan pondasi
tempat dibangunnya seluruh amal. Tanpa mereali-sasikannya, semua amal ibadah tidak akan
diterima. Karena kalau ia tidak terwujud, maka bercokolah lawannya, yaitu syirik. Sedangkan
Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:

‫ك أمحن يمحغفحمر مل ر‬
‫ام إحرن‬ ‫بححه يمحشمر م‬
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik.” (QS. An-Nisa’: 48, 116).

َ‫ط أمحشمرمكﻮا مولمحﻮ مما‬


‫يمحعممملﻮمن مكاَمنﻮا معحنهمحم لممحبح م‬
“…seandainya mereka mempersekutukan Alah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang
telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 88)

‫طرن أمحشمرحك م‬
‫ت لمئححن‬ ‫احلمخاَحسحريمن حممن مولمتممكﻮنمرن معمملم م‬
‫ك لمﻴمححبم م‬
“Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65).

Dan tauhid jenis ini adalah kewajiban pertama segenap hamba. Allah subhannahu wa ta’ala
berfirman:

‫إححﺣمساَرناَ موحباَحلمﻮالحمﺪحيحن مشحﻴرئاَ بححه ﺗمحشحرمكﻮا مومل ر‬


‫ام مواحعبممﺪوا‬
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu pun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak …” (QS. An-Nisa’: 36).
‫ضىَ إحرل‬ ‫إححﺣمساَرناَ موحباَحلمﻮالحمﺪحيحن إحرياَهم ﺗمحعبممﺪوا رلأم مرزب م‬
‫ك موقم م‬

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan kamu supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya …” (QS. Al-Isra’:
23).

‫إححﺣمساَرناَ موحباَحلمﻮالحمﺪحيحن مشحﻴرئاَ بححه ﺗمحشحرمكﻮا مرزبمكحم معلمحﻴمكحم مﺣررمم أمحﺗمل مماَ ﺗممعاَلمحﻮا قمحل أمرل‬
“Katakanlah, ‘Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu dari Tuhanmu, yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan kamu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang
ibu-bapak …’.” (QS. Al-An’am: 151).

Beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-
Nya. "Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan
demikian).

“ Tidak ada T uhan (yang berhak disembah) selain Dia y ang Mahaperkasa lagi Maha
Bijaksana. ('Al 'Imran 3:18) ” Beriman terhadap uluhiyah Allah merupakan konsekuensi dari
keimanan terhadap rububiyahNya. Mengesakan

Allah dalam segala macam ibadah yang kita lakukan. Seperti salat, doa, nadzar,
menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut dan berbagai macam ibadah lainnya. Di
mana kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu hanya kepada Allah semata.
Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para rasul dan merupakan tauhid yang diingkari
oleh kaum musyrikin Quraisy. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah mengenai
perkataan mereka itu

“ Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang Satu saja?


Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal y ang sangat mengherankan. (Shaad 38:5) ” Dalam
ayat ini kaum musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai macam ibadah hanya
ditujukan untuk Allah semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka dikafirkan oleh
Allah dan rasul-Nya walaupun mereka mengakui bahwa Allah adalah satusatunya Pencipta
alam semesta.

Tauhid Uluhiyyah adalah mengesakan Allah dalam peribadatan kepada-Nya. Tidak


ada yang berhak diibadahi selain Allah. Allah berfirman:

“Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja
yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil“. (Luqman: 30)

Kebanyakan manusia pada umumnya mengingkari dan menentang tauhid ini. Maka
demi mengembalikan tauhid inilah Allah mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab-
Nya kepada mereka. Allah berfirman:
َ‫ك حمحن أمحرمسحلمناَ مومما‬
‫مفاَحعبممﺪوحن أممناَ إحرل إحلمهم مل أمنرهم إحلمحﻴحه منﻮحﺣيِ إحرل مرمسﻮءل حمحن قمحبلح م‬

“Dan tidaklah Kami mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan
kepadanya: “Bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Aku, mala beribadahlah kalian
kepada-Ku”. (Al-Anbiya: 25)

Orang-orang yang mengingkari tauhid jenis ini adalah kaum musyrikin dimasa lalu
dan para penyembah kubur dimasa sekarang.

3. Tauhid Al Asma’ was Sifat

Yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya, sebagaimana yang


diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah RasulNya shallallaahu ‘alaihi wa salam menurut
apa yang pantas bagi Allah subhannahu wa ta’ala, tanpa ta’wiil dan ta’thiil, tanpa takyiif, dan
tamtsil. Beriman bahwa Allah memiliki nama dan sifat baik (asma'ul husna) yang sesuai
dengan keagunganNya. Umat Islam mengenal 99 asma'ul husna yang merupakan nama
sekaligus sifat Allah, berdasarkan firman Allah subhannahu wa ta’ala:

‫صﻴمر الرسحمﻴمع موهممﻮ مشحيِدء مكحمحثلححه لمحﻴ م‬


‫س‬ ‫احلبم ح‬
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11).

Allah menafikan jika ada sesuatu yang menyerupaiNya, dan Dia menetapkan bahwa
Dia adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat. Maka Dia diberi nama dan disifati dengan
nama dan sifat yang Dia berikan untuk diriNya dan dengan nama dan sifat yang disampaikan
oleh RasulNya. Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam hal ini tidak boleh dilanggar, karena tidak
seorang pun yang lebih mengetahui Allah daripada Allah sendiri, dan tidak ada -sesudah
Allah- orang yang lebih mengetahui Allah daripada RasulNya. Maka barangsiapa yang
mengingkari nama-nama Allah dan sifat-sifatNya atau menamakan Allah dan menyifatiNya
dengan nama-nama dan sifat-sifat makhlukNya, atau men-ta’wiil-kan dari maknanya yang
benar, maka dia telah berbicara tentang Allah tanpa ilmu dan berdusta terhadap Allah dan
RasulNya.

Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:

‫اح معملىَ احفتممرىَ حمرمحن أم ح‬


‫ظلممم فمممحن‬ ‫مكحذرباَ ر‬

“Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan


terhadap Allah?” (QS. Al-Kahfi: 15).

Imam Syafi’i meletakkan kaidah dasar ketika berbicara tentang nama-nama dan sifat-
sifat Allah sebagai berikut:
“ Aku beriman k epada Allah dan apa-apa y ang datang dari Allah dan sesuai dengan
apa y ang dimaukan oleh Allah. Aku beriman k epada Rasulullah dan apaapa y ang datang
dari Rasulullah sesuai dengan apa y ang dimaukan oleh Rasulullah ”. Adalah mentauhidkan
Allah Ta’ala dalam penetapan nama dan sifat Allah, yaitu sesuai dengan yang Ia tetapkan
bagi diri-Nya dalam Al Qur’an dan Hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Cara
bertauhid asma wa sifat Allah ialah dengan menetapkan nama dan sifat Allah sesuai yang
Allah tetapkan bagi diriNya dan menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari diriNya,
dengan tanpa tahrif, tanpa ta’thil dan tanpa takyif (Lihat Syarh Tsalatsatil Ushul). Allah
Ta’ala berfirman yang artinya:

َ‫موحرلح احلمحسمماَمء احلمححسمنىَ مفاَحدمعﻮهم بحمها‬


“Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan
menyebut nama-nama-Nya” (QS. Al A’raf: 180)

a) Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits tentang nama atau sifat Allah dari
makna zhahir-nya menjadi makna lain yang batil. Sebagai misalnya kata ‘istiwa’ yang
artinya ‘bersemayam’ dipalingkan menjadi ‘menguasai’.
b) Ta’thil adalah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah. Sebagaimana
sebagian orang yang menolak bahwa Allah berada di atas langit dan mereka berkata
Allah berada di mana-mana.

c) Takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah. Padahal Allah sama sekali tidak
serupa dengan makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang mampu
menggambarkan hakikat wujudnya. Misalnya sebagian orang berusaha
menggambarkan bentuk tangan Allah,bentuk wajah Allah, dan lain-lain.

Adapun penyimpangan lain dalam tauhid asma wa sifat Allah adalah tasybih dan tafwidh :

a) Tasybih adalah menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya. Padahal


Allah berfirman yang artinya:

‫س مكحمحثلححه مشحيِدء موهممﻮ الرسحمﻴمع احلبم ح‬


‫صﻴمر‬ ‫لمحﻴ م‬
“Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Lagi
Maha Melihat” (QS. Asy Syura: 11)

b) Tafwidh, yaitu tidak menolak nama atau sifat Allah namun enggan menetapkan
maknanya. Misalnya sebagian orang yang berkata ‘Allah Ta’ala memang ber-istiwa di
atas ‘Arsy namun kita tidak tahu maknanya. Makna istiwa kita serahkan kepada Allah’.
Pemahaman ini tidak benar karena Allah Ta’ala telah mengabarkan sifat-sifatNya dalam
Qur’an dan Sunnah agar hamba-hambaNya mengetahui. Dan Allah telah
mengabarkannya dengan bahasa Arab yang jelas dipahami. Maka jika kita berpemahaman
tafwidh maka sama dengan menganggap perbuatan Allah mengabarkan sifat-sifatNya
dalam Al Qur’an adalah sia-sia karena tidak dapat dipahami oleh hamba-Nya.

 Tidak ada tauhid mulkiyah

Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid
Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila yang
dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah Azza wa Jalla, maka hal ini sudah
masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini
adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid
Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidak boleh kita beribadah
melainkan hanya kepada Allah semata.
C. Bahaya Penyimpangan Tauhid

Penyimpangan pada aqidah yang dialami oleh seseorang berakibat fatal dafam seluruh
kehidupannya, bukan saja di dunia tetapi berlanjut sebagai kesengsaraan yang tidak
berkesudahan di akherat kefak. Dia akan berjafan tanpa arah yang jelas dan penuh dengan
keraguan dan menjadi pribadi yang sakit personatiti. Biasanya penyimpangan itu disebabkan
oleh sejumlah faktor diantaranya :

1. Tidak menguasainya pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya pengertian dan
perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi bahkan menentang aqidah
yang benar.

2. Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan. Karena itu dia menolak aqidah yang
benar. Seperti firman Allah SWT tentang ummat terdahulu yang keberatan menerima
aqidah yang dibawa oleh para Nabi dalar~ Surat AI-Baqarah 170 yang artinya : “Dan
apabila dikatakan kepada mereka, “lkutlah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka
menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang tetah kami dapati dari
(perbuatan) nenek moyang kami. ” (Apabila mereka akan mengikuti juga), walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat
petunjuk”

3. Taklid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yang dihormati tanpa melalui seleksi yang
tepat sesuai dengan argumen A!-Qur’an dan Sunnah. Sehingga apabila tokoh
panutannya sesat, maka ia ikut tersesat.

4. Berlebihan (ekstrim) dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang sholeh
yang sudah meninggal dunia, sehingga menempatkan mereka setara dengan Tuhan,
atau dapat berbuat seperti perbuatan Tuhan. Ha! itu karena menganggap mereka
sebagai penengahlarbiter antara dia dengan Allah. Kuburan-kuburan mereka dijadikan
tempat meminta, bernadzar dan berbagai ibadah yang seharusnya hanya ditujukan
kepada Allah. Demikian itu pernah dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh AS ketika
mereka mengagungkan kuburan para sholihin. Lihat Surah Nuh 23 yang artinya :
“Dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan) toUadd, dan jangan
pula Suwa ; Yaghuts, Ya’uq dan Ivasr. “

5. Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajara Islam disebabkan silau terhadap
peradaban Barat yang materialistik itu. Tak jarang mengagungkan para pemikir dan
ilmuwan Barat serta hasil teknologi yang telah dicapainya sekaligus menerima
tingkah laku dan kebudayaan mereka.

6. Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran Islam,
sehingga anak tumbuh tidak mengenal aqidah Islam. Pada ha! Nabi !!!luhammad
SAW telah memperingatkan yang artinya : “Setiap anak terlahirkan berdasarkan
hthrahnya, maka kedua orang tuanya yang meyahudikannya, menashranikannya, atau
memajusikannya” (HR: Bukhari).

Apabita anak tertepas dari bimbingan orang tua, maka anak akan dipengaruhi oleh
acara program televisi yang menyimpang, lingkungannya, dan lain sebagainya.
7. Peranan pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam pembinaan
keagamaan seseorang. Bayangkan, apa yang bisa diperoleh dari 2 jam seminggu
dalam pelajaran agama, itupun dengan informasi yang kering. Ditambah lagi mass
media baik cetak maupun elektronik banyak tidak mendidik kearah aqidah bahkan
mendistorsinya secara besar-besaran.

Tidak ada jalan lain untuk menghindar bahkan menyingkirkan pengaruh negatif dari ha!-
ha! yang disebut diatas adalah mendalami, memahami dan mengaplikasikan Aqidah
Islamiyah yang shahih agar hidup kita yang sekali dapat berjalan sesuai kehendak Sang
Khalik demi kebahagiaan clunia dan akherat kita, Allah SVVT berfirman dalam Surah An-
Nisa’ 69 yang artinya : “Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasu!-Nya, mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat Allah, yaitu: Nabi-nabi,
para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah
teman yang sebaik-baiknya. “

Dan juga dalam Surah An-Nahl 97 yang artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal
shaleh baik laki-Jaki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan karrri beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
D. Upaya PemurnianTauhid

Secara etimologi pemurnian berasal dari kata "pure" artinya murni, suci, bersih. Secara
terminologis pemurnian berasal dari kata "murni", yang mendapat awalan " pe" dan akhiran
"an'', yang artinya suatu tindakan yang mempunyai tujuan untuk memurnikan, membersihkan
dan mensucikan kembali sesuatu hal dari pengaruh luar .

Kata pemumian di identikkan dengan kata" Puritanisme" .Yakni suatu aliran yang
menentang otoritas gereja di negara lnggris dengan cara menuntut kemurnian terhadapap
ajaran maupun organisasi gereja di lnggris. Aliran ini mengadakan pemurnian dan
pembaharuan dalam seluruh bidang kehidupan rakyat. Sehingga banyak doktrin-doktrin
gereja yang ditetangnya dan dianggap sebagai suatu hal yang kuno dan t idak eksis lagi .

Sedangkan dalam dunia Islam, pemurnian dikenal sebagai gerakan yang mengadakan
penyucian, pembersihan kembali terhadap Aqidah Tauhid umat Islam, dengan cara mengajak
umat Islam membenahi kembali Aqidah mereka sehingga dapat diharapkan sesuai dengan
ajaran Al qur'an dan Hadis. Gerakan pemurnian ini terkenal sebagai gerakan yang
berorientasi kepada ajaran masa Ialu, yakni ajaran di masa Nabi dan juga sahabat ketika
masih hidup. Segala tindak tanduk selalu di sesuaikan dan diselaraskan dengan tindakan dan
ajaran yang pemah ada dan diajarkan oleh Rasullah SAW.

Sehingga gerakan ini terkenal sebagai gerakan yang sangat sederhana dan bersikap statis
terhadap kebudayaan daerah yang ada. Gerakan pemurnian Aqidah ini mengecam dan
berusaha memberantas dan menyingkirkan hal-hal yang berbau kemusyrikan yang
menjadikan pelakunya tidak akan di ampun dosanya oleh Allah kelak di kemudian hari ,
yakni pada hari kiamat dimana segala amal dan dosa manusia secara kesel uruhan akan
dihisab oleh Allah.

Gerakan pemurnian ini dalam merealisasikan konsep dan idenya dengan cara menghapus
berbagai praktek-praktek yang dianggap sebagai sumber dari perbuatan syirik. Diantaranya
adalah tindakan menyekut ukan Allah baik dalam segi sifa , dzat maupun bentuknya.
Selanjutnya gerakan pemurnian Aqidah ini juga menghapus dan menghindari adanya bid' ah
dan khurafat .

Gerakan pemurnian Aqidah Tauhid yang muncul di abad ke 18 M di Arab yang dipelopori
oleh Muhammad Ibn Abdul Wahhab adalah gerakan Wahabiyah atau gerakan Muwahhidun.
Gerakan ini dikenal sebagai penerus dari gerakan pemurnian Aqidah Tauhid. Sebelumnya
ajaran pemurnian Aqidah Tauhid dibawa oleh Ibn Taimiyah yang belum sempat terealisir .
Sebagai gerakan pemurni Aqidah Tauhid, gerakan dakwah Wahabiyah ditujukan kepada umat
manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. Yakni melalui berbagai macam
usaha, diantaranya adalah melalui korespondensi, pendidikan, dan juga melalui tidakan
politik yang sangat keras.

Di Indonesia juga muncul gerakan pembaharu yang bergerak dalam bidang sosial
keagamaan yaitu Muhammadi yah. Dalam bidang keagamaan, pembaharuan yang
dikemukakan oleh Muhammadiyah ini bersifat sebagai pemumi dan pembersih kembali
ajaran Tauhid, juga membersihkan Aqidah, keyakinan umat Islam terhadap keberadaan Allah
SWT dengan tidak menyekutukanNya dalam bentuk dan segi apapun. Konsekuensi gerakan
pemumian Muhammadiyah adalah gerakan ini berusaha untuk mewujudkan cita dan
harapannya melalui bidang yang telah tersedia dalam lembaga Muhammadiyah.Di antaranya
melalui bidang dakwah, pendidikan dan sebagainya.

Sebagai gerakan yang diposisikan sebagai dua gerakan pemurnian Aqidah Tauhid,
tentunya ada perbedaan dan juga persamaan diantara keduanya. Adapun persamaannya
terletak pada cara pandang kedua gerakan tentang konsep pemurnian Aqidah umat Islam,
kedua adalah latar belakang munculnya pemikiran tentang pemunian Aqidah Tauhid diantara
keduanya. Sedangkan perbedaan diantara keduanya adalah hal watak dan juga cara
pemahaman dan pengklasifikasian terhadap syirik, bidah dan khurafat . Meski pun keduany a
sama sama mengkl aim bahwa per buatan menyekutukan Tuhan adalah per buatan dosa besar
dan tidak terampuni.

Untuk membersihkan dan memurnikan tauhid, harus terpenuhi tiga hal:

Pertama, memiliki ilmu yang sempurna tentang tauhid. Karena tidak mungkin
seseorang membersihkan sesuatu tanpa terlebih dahulu mengetahui dan memahami sesuatu
tersebut. Allah Ta’ala berfirman,

‫ام إحرل إحلمهم مل أمنرهم مفاَحعلمحم‬


‫ر‬

”Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang benar melainkan Allah
saja.” (QS. Muhammad [47]: 19).

Dalam ayat ini, Allah Ta’ala memerintahkan untuk meng-ilmui terlebih dahulu, sebelum
mengucapkan kalimat tauhid.

Ke dua, meyakini kebenaran tauhid yang telah diilmuinya. Apabila seseorang hanya
mengilmui (mengetahui) saja, akan tetapi tidak meyakininya dan bahkan mengingkarinya,
maka dia tidaklah membersihkan tauhidnya. Allah Ta’ala berfirman tentang kesombongan
orang-orang kafir yang tidak meyakini keesaan Allah sebagai satu-satunya sesembahan –
padahal mereka telah memahami makna laa ilaaha illallah ;

‫ب لممشحيِدء هممذا إحرن مواحﺣرﺪا إحلمرهاَ احللحهمةم أممجمعمل‬


‫معمجاَ د‬
”Mengapa ia (Muhammad) menjadikan sesembahan-sesembahan itu sebagai sesembahan
yang satu saja? Sungguh ini adalah suatu hal yang sangat mengherankan.”

(QS. Shaad [38]: 5).

Ke tiga, mengamalkan tauhid tersebut dengan penuh ketundukan. Jika kita telah
mengilmui dan meyakini, akan tetapi kita tidak mau mengamalkannya dengan penuh
ketundukan, maka kita belum bersih tauhidnya. Allah Ta’ala berfirman,

‫يمحستمحكبحمرومن ر‬
‫ام إحرل إحلمهم مل لمهمحم حقﻴمل إحمذا مكاَمنﻮا إحنرهمحم‬
”Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka,’laa ilaaha illallah’, mereka
menyombongkan diri.” (QS. Ash-Shaffat [37]: 35)
Apabila ketiga hal ini telah terpenuhi dan seseorang benar-benar membersihkan serta
memurnikan tauhidnya, maka jaminan surga tersedia menjadi miliknya tanpa hisab dan tanpa
adzab. Dalam hal ini, kita tidak perlu mengatakan ”In syaa Allah” karena hal tersebut adalah
hukum yang telah ditetapkan oleh syari’at.

Upaya pemurnian tauhid tidak akan tuntas hanya dengan menjelasan makna tauhid,
akan tetapi harus dibarengi dengan penjelasan tentang hal-hal yang dapat erusak dan menodai
tauhid. Untuk menjelaskan berbagai bentuk tindakan dan perbuatan yang dapat membatalkan
atau mengurangi kesempurnaan tauhid, dan menodai kemurniaannya, yaitu apa yang disebut
dengan syirik, baik syirik akhbar maupun syirik ashgor, dan hal-hal yang tidak termauk syirik
tetapi dilarag oleh islam, karena menjurus kepada kemusyrikan, disertai dengan keterangan
tentanglatar belakang historis timbulnya syirik. Hal-hal yang membatalkan atau mengurangi
kesempurnaan tauhid tersebut dijelaskan di dalam bab-bab yang diantaranya:

1. Memakai gelang dan sejenisnya untuk menangkal bahaya adalah perbuatan syirik,
2. Minta berkah kepada pepohonan, bebatuan atau yang sejenisnya,
3. Menyembilih binatang bukan karena Allah swt,
4. Bernazar untuk selain Allah adalah syirik,
5. Penyebab utama kekafiran adalah berlebih-lebihan dalam mengaagungkan orang-
orang soleh,
6. Larangan beribadah kepada Allah di sisi kuburan,
7. Berlebih-lebihan terhadap kubura orang-orang sholeh menjadi sebab djadikannya
sesembahan selain Allah,
8. Hukum sihir, macam-macam sihir, dukun, tukang ramal dan sejenisnya,
9. Nusyrah,
10. Tathoyyur,
11. Ilmu nujum (perbintangan),
12. Menisbatkan turunnya hujan kepada binatang,
13. Merasa aman dari siksa Allah dan berputus asa dari rahmat-Nya,
14. Riya,
15. Beramal soleh untuk kepentingan dunia adalah syirik,
16. Menaati ulama dan umara dalam menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang
halal berarti mempertuhankan mereka,
17. Berhakim kepada selain Allah,
18. Mengingkari sebagian asma dan sifat Allah,
19. Ingkar terhadap nikmat Allah,
20. Larangan menjadikan sekutu buat Allah,
21. Tidak rela terhadap sumpah yang menggunakan nama Allah,
22. Ucapan: “Atas Kehendakan Allah dan Kehendakmu”,
23. Mencaci masa berate mencaci Allah,
24. Penggunaan gelar “qodli qudlod” (hakimnya para hakim),
25. Bersenda gurau dengan menyebut nama Allah, Al-Qur’an atau Rasulullah SAW,
26. Memberi nama yang diperhambakan kepada selain Allah,
27. Larangan mengucapkan “As salamu alallah”,
28. Ucapan “Ampunilah aku juka engkau menghendaki”,
29. Larangan mengucapkan “Hambaku”,
30. Larangan menolak permintaan yang menyebut nama Allah,
31. Larangan meminta sesuatu dengan menyebut nama Allah kecuali surga.
32. Ucapan “Seandainya”,
33. Larangan mencaci maki angina,
34. Larangan banyak bersumpah, dan mengingkari takdir
E. Pemeliharaan Iman

Iman itu mengalami pasang surut, adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang.
Ia ibarat grafik yang dapat naik dan turun sesuai situasi dan kondisi yang
mempengaruhinya. Agar keadaannya stabil, maka perlu adanya kiat-kiat dalam
pemeliharaan iman itu sendiri. Adapun kiat-kiat tersebut diantaranya adalah:

1) Menambah atau memperdalam ilmu

Ialah ilmu tauhid itu sendiri secara keseluruhan. Bila anda telah menguasai ilmu akidah
islam secara benar, maka akan menjadikan anda orang jujur,disiplin dan sopan. Secara umum
akan menjadikan anda kepribadian yang baik.

2) Membiasakan Amal Shahih

Ilmu akidah yang telah anda kuasai itu wujudkan lah dalam bentuk tindakan nyata dalam
kehidupan sehari-hari yang dalam kacamata islam disebut amal saleh ,baik amal saleh dalam
bentuk ibadah mahdah maupun amal saleh dalam bentuk gharum mahdhah.

3) Menbiasakan Berjihad

Firman Allah dalam Q.S 37: 10-11 yang terjemahanya sebagai berikut :

“Hai orang-orang yang beriman, suka kah kamu Aku tunjukan suatu perniaagaan yang dapat
menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?(yaitu)kamu beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itu lah yang lebih bail dari kamu
jika kamau mengetahuinya”

4) Berserah diri kepada Allah

Meskipun anda telah berjihad sepanjang hari dalam kehidupan ini, ada lagi langkah yang
harus anda tempuh, yaitu jangan lupa berserah diri kepada Allah, sebab tidak akan terjadi
segala sesuatu diatas bumi ini kecuali atas izin Allah.

Bila anda ingin meraih rida Allah dalam hidup ini maka lakukan semua aktifitas yang
sesuai dengan koridor yang ditetapkan Allah, yang dijelaskan dan di contohkan RasulNya.
Tidak ada artinya kekayaan kalau diraih dengan cara yang tidak diridhoi Allah.

5) Memakmurkan Mesjid

Akhlak mulia, kepribadiaan yang baik itu perlu tapi dimana diajarkan atau diaman
lembaga pendidikanya .Dalam pandangan Islam salah satu peminaaan watak mulia adalah
mesjid.Mesjid adalah lembaga pendidikan pertama di zaman Rasullulah. Diharapakan Anda
meramaikan mesjid untuk mendidik jiwa anda dismaping utuk menunaikan ibadah .Dari jiwa
yang suci akan lahir kepribadiaan yang baik.
6) Membiasakan berzikir dan menbaca serta memdegarkan Al-quran

Berzikir dapat menumbuh kembangkan potensi hati yang anda miliki, zikir meliputi
seluruh potensi yang dimiliki manusia, sehingga disebut zikir lidah, zikir hati, zikir otak dan
zikir anggota tubuh. Materi zikir yang paling utama adalah Al-quran sering lah anda
membaca alquran dan fahami maknanya lalu amalkan agar anda menjadi pribadi yang baik
dalam segala hal.

7) Kembali kepada kitabullah dan sunah Rasulullah dan mengambil akidah sholeh.

8) Mengkaji akidah golongan sesat dan mengenal subhat-subhat mereka untuk waspada
dan membantah mereka serta membentengi diri kita dari golongan sesat tersebut.

9) Memberi perhatian pada pengajaran akidah sholeh, akidah salaf, diberbagai jenjang
pendidikan.

10) Menetapkan akidah salaf yang bersih sebagai materi pelajaran sehingga kitab-kitab
yang menyeleweng harus dijauhkan.

11) Menyebarkan para dai dan berdakwah untuk meluruskan akidah umat islam dengan
mengajarkan akidah salaf serta menjawab dan menolak seluruh akidah batil.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aqidah adalah ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil
keputusan, atau sebuah keyakinan. Keyakinan yang kokoh kepada Allah swt. dimana tidak
ada keraguan di dalam dirinya. Yakin bahwa Allah itu Esa/satu, dan tidak berbuat kafir atau
menyekutukan Allah.
Aqidah islam itu sendiri bersumber dari Al-Qur’an dan As Sunah, bukan dari akal atau
pikiran manusia. Akal pikiran itu hanya digunakan untuk memahami apa yang terkandung
pada kedua sumber aqidah tersebut yang mana wajib untuk diyakini dan diamalkan.
Atas dasar ini, aqidah mencerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu menciptakan
mukjizat dan merealisasikan kemenangan-kemenangan besar di zaman permulaan Islam.
Keyakinan harus didasari dengan mengesakan Allah, karena barang siapa yang meyakini
adanya Tuhan maka hendaknya harus yakin bahwa Allah itu esa/satu. Seperti dituangkan
pada surat Al-Ikhlas bermakna memurnikan keesaan Allah swt. Diterangkan bahwa
kandungan Al-Qur’an ada tiga macam: Tuhid, kisah-kisah, dan hukum-hukum. Dalam surat
ini terkandung sifat-sifat Allah yang merupakan tauhid. Dinamakan surat Al-Ikhlas karena
didalamnya terkandung keikhlasan (tauhid) kepada Allah dan dikarenakan membebaskan
pembacanya dari syirik (menyekutukan Allah).

B. Saran
Sebaiknya kita harus mengerti agama dengan cara belajar sungguh-sungguh terkait arti
Tauhid secara mendalam karena, disitulah seumur hidup manusia hidup beragama dan
percaya keberadaan Tuhan itu ada. Belajar ilmu agama juga sangat penting bagi seumur
hidup kelak nanti, jadi jangan sekali-kali lupakan agama dan meniadakan ada nya Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Ummah. 1999. Aqidah Seorang Muslim. Jakarta : Yayasan An-Nizhom.

Hafizul, dkk. 2007. Panduan Responsi Agama Islam-Meniti Cahaya Illahi. Padang : Rabbani

Multimedia Centre-UKM FKI Rabbani Unand.

Nasrul, H.S, dkk. 2011. Pendidikan Agama Islam Bernuansa Soft Skill untuk Perguruan

Tinggi. Padang : UNP Press.

Sabiq, Sayid. 1983. Aqidah Islam-Pola Hidup Manusia Beriman. Bandung : Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai