4 Rinitis Alergi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

THT 172

RINITIS ALERGI
IMMUNOLOGI DASAR
 Teori : Intensif pada awal abad ke 20.
 Fungsi dasar sistem imunologik :
 Pengenalan antigen asing (Recognition)
 Menjaga tubuh dari serangan benda asing (Surveillance)
 Reaksi Imunologik :
 Menguntungkan tubuh  Proteksi imunologik
▫ Resistensi terhadap penyakit atau eliminasi sel tumor
 Merugikan tubuh  Penyakit imunologik
▫ Penolakan graft (tandur)
▫ Penyakit alergi
▫ Penyakit autoimun
 Sistem kekebalan tubuh (spesifik) ada 2 :
 Kekebalan seluler (Sel T)
 Kekebalan humoral (Sel B)  membentuk antibody

 Antibody
 Disebut Immunoglobulin (Ig)
 Fraksi globulin dari protein serum pada sistem humoral, karena adanya interaksi dengan
benda asing.
 Ada 5 kelas Immunoglobulin :
 IgG, IgA, IgM, IgD, IgE  disebut berurutan sesuai dengan konsentrasinya yang terbanyak
dalam darah.
 Secara fisik, kimia dan biologi kelima kelas itu sama.
 Antigen asing  Tubuh  Reaksi
 Respon Primer
 Terjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen (Ag).
 Sifat reaksi : Non spesifik.
 Bila tidak berhasil, dihilangkan  Respon sekunder
 Respon Sekunder
 Reaksi : Spesifik.
 Melalui 2 sistem imunitas : Selular atau humoral atau kedua imunitas ini dibangkitkan.
 Bila Ag berhasil di eliminasi  Reaksi selesai.
 Bila masih ada  Respon tertier.
 Respon Tertier
 Reaksi ini  tidak menguntungkan tubuh.
 Reaksi dapat bersifat sementara atau menetap.
 Tergantung dari daya eliminasi Ag oleh tubuh, “Gell & Coombs” membagi reaksi ini atas 4
tipe :  Tipe 1 atau Reaksi Anafilaktik (Immediate hypersensitivity(
 Tipe 2 atau Reaksi Sitotoksik/Sitolitik
 Tipe 3 atau Reaksi Kompleks Imun
 Tipe 4 atau Reaksi Tuberkulin (Delayed Hipersensitivity)
 Manifestasi di bidang THT paling banyak : Tipe 1  Reaksi alergi.

RINITIS ALERGI
 Alergi : Reaksi hipersensitivitas, khas, timbul pada orang yang berbakat alergi (atopi).
Mukosa hidung hipersensitif terhadap substan : “Allergen”.
30
THT 172
 RA : Proses inflamasi mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe 1,
diperantarai IgE.
 Perlu 2 faktor :
 Sensitivitas terhadap allergen.
 Kontak ulang dengan allergen spesifik.

Kekerapan
 Hampir semua golongan umur.
  Anak dan dewasa muda.
  Usia menengah / tua.
 Kota > Desa.

 Laki = Perempuan, suku bangsa (ras) / golongan etnik : Sama.


 Faktor herediter :
 Bilateral 70%
 Unilateral 50%

Klasifikasi
 Berdasarkan Sifat Berlangsung
 RA :  Musiman (Seasonal, Hay Fever, Pollinosis)
▫ Di negara 4 musim,
▫ Allergen spesifik : Tepung sari (Pollen).
 Sepanjang Tahun (Perenial)
▫ Tidak tergantung musim, sepanjang tahun.
▫ Allergen spesifik : Indoor allergen (allergen dalam tubuh)

Pollen Granule Magnified 2.300 times.

 Berdasarkan Klinis
 Intermitten
 Timbul < 4 hari dalam seminggu / < 4 minggu.
 Persisten
 Timbul > 4 hari dalam seminggu / > 4 minggu.

 Berdasarkan Berat Ringan Gejala


 Ringan (Mild)
Apabila tidak ada gangguan : Tidur, aktivitas sehari-hari, olahraga, sekolah, pekerjaan.
 Sedang – Berat (Moderate – Severe)
Apabila ada salah satu atau lebih gangguan tersebut diatas.

 Etiologi :
 Spesifik
 Non spesifik

 Spesifik
 Allergi Inhalan Masuk bersama udara pernafasan.
(Berperan) Debu rumah, tungau, serpih epitel, bulu binatang, jamur, dll.

31
THT 172
 Allergi Ingestan Masuk ke saluran cerna, berupa makanan.
Susu, telur, coklat, ikan, udang.
 Allergi Injektan Masuk melalui suntikan atau tusukan.
Penisillin, sengatan lebah,
 Allergi Masuk melalui kontak kulit/mukosa.
Kontaktan Bahan kosmetik, perhiasan.

The House Dust Mite 250 times its real size

 Satu macam allergen dapat merangsang lebih dari satu organ sasaran  memberi gejala
campuran.
Misal : Debu rumah  Gejala asma bronchial dan rinitis allergi.

 Non Spesifik
 Iklim  lembab – perubahan suhu, angin.
 Hormonal Wanita alergi  Gravida, pil KB, hipertiroidi  kambuh.
 Psikis & Emosi Manifestasi alergi.
 Infeksi Memudahkan alergi.
 Iritasi Asap rokok – bahan polusi.
 Genetik
Patofisiologi
 Pada paparan I dengan allergen  tubuh membentuk IgE spesifik.
 menempel pada permukaan mastosit / basofil yang mengandung granul (mediator)  proses
sensitisasi (sel mediator yang tersensititasi).
 Bila terjadi paparan ulang dengan allergen spesifiknya  allergen berikatan IgE pada permukaan
sel mastosit/basofil  degranulasi sel  dilepaskan zat mediator : Histamin – Serotonin –
Bradikinin – SRS-A – ECF-A – dll  gejala klinik berupa reaksi allergi.
Fase segera (RAFS) 15 – 20 menit pasca paparan allergen dan berakhir pada 60 menit kemudian
 reaksi alergis akan berlanjut terus sebagai reaksi alergi fase lambat (RAFL) sampai 24 – 48 jam
kemudian.

 Pada RA mediator utama :


Histamin
 Efek dilatasi pembuluh darah kecil.
  Permeabilitas kapiler  cairan keluar dari pembuluh darah
 Efek pada syaraf sensoris :  sekresi kelenjar dan bersin.
 Klinis : Rinore, hidung tersumbat, sering bersin.

 Manifestasi klinik tergantung pada 2 faktor :


 Organ sasaran (lokasi dan jenis)
 Allergen penyebab (sifat, konsentrasi dan cara masuk)

 Rinitis Alergi Perineal (Sepanjang Tahun)


 Gejala klinis :
 Bersin > 5 x /serangan  khas
 Rinore : Encer dan banyak (“Running Nose”)
32
THT 172
 Hidung : Tersumbat, hiposmia (gangguan penciuman)
 Gatal : Mata  lacrimasi (“Tearing”) dan tenggorok
 Pada anak : Gejala tidak lengkap, kadang hanya hidung tersumbat.
Allergic Shiner, Allergic Salute, Allergic Crease.

The “Allergic Salute”

 Diagnosa :
 Anamnese cermat  Penting !  50% dapat ditegakkan dari riwayat alergi / keluarga.
 Pemeriksaan hidung
 Rinoskopi anterior : Mukosa oedem, basah, pucat (livide), sekret encer (khas),
konka : kebiruan.
 Laboratorium :
▫ In Vitro : - Sekret hidung/smear : Eosinofil 
- Nasal scraping
- Darah tepi : Eosinofil N/
- IgE total : N/
- IgE spesifik (RAST) : Lebih bermakna
▫ In Vivo : - Uji kulit : Prick test, intrakutan, scratch test
- Uji inhalasi (Provokasi test)

 Diagnosa banding :
Rinitis Vasomotor Rinitis Alergi Rinitis Infeksi
Gatal (-) Gatal (+)
Mukosa : Hyperemis Mukosa : Pucat kebiruan

 Terapi :
 Avoidance : Menghindari kontak dengan allergen penyebab (ideal) dan eliminasi.
 Simptomatis :
 Medikamentosa
▫ Sistemis Antihistamin dengan/tanpa vasokonstriktor (dekongestan) per oral.
▫ Lokal Tetes/semprot hidung yang mengandung vasokonstriktor atau
kortikosteroid.
 Operatif
▫ Pada hipertrofi konka inferior
- Kauterisasi AgNO3 / Triklor asetat
- Konkotomi (kalau perlu)
 Immunoterapi
Desensitisasi – Hiposensitisasi
 Bila gejala berat, berlangsung lama, cara lain tidak memuaskan.
 Pada alergi makanan.
Anjuran : - Olahraga !
- Merokok  x

 Komplikasi :
 Polip hidung
 Otitis media  terutama pada anak tidak langsung ok sumbatan hidung
 Sinusitis  hambatan drainase
33
THT 172

RINITIS VASOMOTOR
 Gangguan vasomotor hidung
 Terdapat gangguan fisiologik mukosa hidung disebabkan  aktivitas parasimpatis.
 Gejala mirip rinitis alergi.
 Etiologi : Yang pasti ?
 Diduga gangguan keseimbangan fungsi vasomotor.
 Disebut : Vasomotor catarrh
Vasomotor rinorrhea
Nasal vasomotor instability
Non Specific Allergic Rhinitis
 Rangsangan syaraf parasimpatis  dilatasi pembuluh darah pada konka -  permeabilitas
kapiler dan sekresi kelenjar.

 Faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor :


 Obat-obatan yang menekan/menghambat kerja syaraf simpatis :
Ergotamin – Chlorpromazin – Anti hipertensi – Vasokonstriktor topikal
 Fisik : Iritasi : - Asap rokok – Kelembaban udara 
- Bau-bauan tajam - Latihan jasmani.
- Udara dingin
(Normal : Hal tersebut tidak mengganggu)
 Endokrin : - Kehamilan – Pil KB
- Pubertas - Hipotiroidisme
 Psikis : Cemas, dll.

 Gejala :
 Hidung sumbat (bergantian kanan/kiri)  posisi pasien
 Rinore : Mukus atau serous
 Bersih : Jarang – gatal di mata : (-)
 Gejala memburuk pada pagi hari o.k. : perubahan suhu udara, lembab – asap rokok, dll.
 2 golongan : - Obstruksi (Blockers)
- Rinore (Sneezers)
 Prognosis :
 Golongan obstruksi lebih baik
 Golongan rinore : Mirip rinitis alergi  perlu anamnese dan pemeriksaan teliti
 Diagnosa :
 Eliminasi kemungkinan untuk diagnosa pasti
Misal : Alergi, fungsi tiroid, emosi, dll.
 Anamnese : - Faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor
- Singkirkan faktor alergi
 Pemeriksaan rinoskopi anterior :
- Udem mukosa hidung (khas)
- Konka merah tua/gelap (bedakan dengan rinitis alergi), licin atau tidak rata
- Sekret mukoid (sedikit_
- Golongan rinore : Sekret serous >>
 Laboratorium : - Untuk menyingkirkan rinitis alergi
- Eos. sekret hidung : + / -
- Tes kulit (-)
 Terapi :
Bervariasi  tergantung penyebab dan gejala yang menonjol.
 Menghindari penyebab
 Simptomatis : - Dekongestan oral – diatermi kauterisasi konka hipertrofi
- Kortikosteroid topikal misal : Budesonid 2 x 100 gr/hari
 Operatif : Bedah beku
Elektrokauter
34
THT 172
Konkotomi konka inferior
 Neurektomi N. vidianus
Bila terapi diatas tidak berhasil.

RINITIS MEDIKAMENTOSA
 Defenisi :
Suatu kelainan pada hidung berupa gangguan respon normal vasomotor, akibat pemakaian
vasokonstriktor, topikal (tetes hidung atau semprot hidung) dalam waktu lama atau berlebihan 
sumbatan hidung yang menetap.
Dengan perkataan lain akibat “Over use / Drug abuse”
 Patofisiologi :
 Mukosa hidung sangat peka terhadap rangsangan (iritant)  pemakaian vasokonstriktor
topikal  hati-hati.
 Vasokonstriktor golongan simpatomimetik  siklus nasal terganggu dan berfungsi kembali bila
pemakaian obat dihentikan.
 Pemakaian vasokonstriktor topikal yang lama/berulang  dilatasi berulang (“Rebound
dilatation/phenomen”). Setelah vasokonstriksi  timbul obstruksi.
 Obstruksi berulang  pasien lebih sering atau banyak memerlukan obat tersebut  Efek
vasokonstriksi  << - pH hidung berubah  aktivitas silia terganggu  obstruksi hidung lebih
hebat.
 Bila obat diteruskan  dilatasi dan kongesti jaringan. Sumbatan menetap dengan produksi
sekret.
 Pemakaian vasokonstriktor sebaiknya : Isotonik dengan sekret hidung normal – pH 6,3 dan
6,5 – pemakaian tidak lebih 1 minggu.
 Kerusakan pada mukosa hidung akibat pemakaian tetes hidung yang lama : Silia rusak – sel
goblet berubah (ukuran) – membran basl menebal – pembuluh darah melebar – stroma udem
– Hipersekresi kelenjar mukus.
Submukosa / periostium  menebal.

 Gejala : Hidung tersumbat terus menerus.


 Pemeriksaan : Konka oedem – sekret hidung >>
Tes adrenalin  oedem tidak berkurang
 Diagnosa : Riwayat pemakaian obat intra nasal yang berlebihan.
 Terapi :
 Stop – pemakaian tetes atau semprot hidung
 Kortikosteroid (Tapering off :  dosis 5 mg/hari)
 Untuk sumbatan berulang (rebound congestion)
 Dekongestan oral (Pseudoephedrin)

35

Anda mungkin juga menyukai