4 Rinitis Alergi
4 Rinitis Alergi
4 Rinitis Alergi
RINITIS ALERGI
IMMUNOLOGI DASAR
Teori : Intensif pada awal abad ke 20.
Fungsi dasar sistem imunologik :
Pengenalan antigen asing (Recognition)
Menjaga tubuh dari serangan benda asing (Surveillance)
Reaksi Imunologik :
Menguntungkan tubuh Proteksi imunologik
▫ Resistensi terhadap penyakit atau eliminasi sel tumor
Merugikan tubuh Penyakit imunologik
▫ Penolakan graft (tandur)
▫ Penyakit alergi
▫ Penyakit autoimun
Sistem kekebalan tubuh (spesifik) ada 2 :
Kekebalan seluler (Sel T)
Kekebalan humoral (Sel B) membentuk antibody
Antibody
Disebut Immunoglobulin (Ig)
Fraksi globulin dari protein serum pada sistem humoral, karena adanya interaksi dengan
benda asing.
Ada 5 kelas Immunoglobulin :
IgG, IgA, IgM, IgD, IgE disebut berurutan sesuai dengan konsentrasinya yang terbanyak
dalam darah.
Secara fisik, kimia dan biologi kelima kelas itu sama.
Antigen asing Tubuh Reaksi
Respon Primer
Terjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen (Ag).
Sifat reaksi : Non spesifik.
Bila tidak berhasil, dihilangkan Respon sekunder
Respon Sekunder
Reaksi : Spesifik.
Melalui 2 sistem imunitas : Selular atau humoral atau kedua imunitas ini dibangkitkan.
Bila Ag berhasil di eliminasi Reaksi selesai.
Bila masih ada Respon tertier.
Respon Tertier
Reaksi ini tidak menguntungkan tubuh.
Reaksi dapat bersifat sementara atau menetap.
Tergantung dari daya eliminasi Ag oleh tubuh, “Gell & Coombs” membagi reaksi ini atas 4
tipe : Tipe 1 atau Reaksi Anafilaktik (Immediate hypersensitivity(
Tipe 2 atau Reaksi Sitotoksik/Sitolitik
Tipe 3 atau Reaksi Kompleks Imun
Tipe 4 atau Reaksi Tuberkulin (Delayed Hipersensitivity)
Manifestasi di bidang THT paling banyak : Tipe 1 Reaksi alergi.
RINITIS ALERGI
Alergi : Reaksi hipersensitivitas, khas, timbul pada orang yang berbakat alergi (atopi).
Mukosa hidung hipersensitif terhadap substan : “Allergen”.
30
THT 172
RA : Proses inflamasi mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe 1,
diperantarai IgE.
Perlu 2 faktor :
Sensitivitas terhadap allergen.
Kontak ulang dengan allergen spesifik.
Kekerapan
Hampir semua golongan umur.
Anak dan dewasa muda.
Usia menengah / tua.
Kota > Desa.
Klasifikasi
Berdasarkan Sifat Berlangsung
RA : Musiman (Seasonal, Hay Fever, Pollinosis)
▫ Di negara 4 musim,
▫ Allergen spesifik : Tepung sari (Pollen).
Sepanjang Tahun (Perenial)
▫ Tidak tergantung musim, sepanjang tahun.
▫ Allergen spesifik : Indoor allergen (allergen dalam tubuh)
Berdasarkan Klinis
Intermitten
Timbul < 4 hari dalam seminggu / < 4 minggu.
Persisten
Timbul > 4 hari dalam seminggu / > 4 minggu.
Etiologi :
Spesifik
Non spesifik
Spesifik
Allergi Inhalan Masuk bersama udara pernafasan.
(Berperan) Debu rumah, tungau, serpih epitel, bulu binatang, jamur, dll.
31
THT 172
Allergi Ingestan Masuk ke saluran cerna, berupa makanan.
Susu, telur, coklat, ikan, udang.
Allergi Injektan Masuk melalui suntikan atau tusukan.
Penisillin, sengatan lebah,
Allergi Masuk melalui kontak kulit/mukosa.
Kontaktan Bahan kosmetik, perhiasan.
Satu macam allergen dapat merangsang lebih dari satu organ sasaran memberi gejala
campuran.
Misal : Debu rumah Gejala asma bronchial dan rinitis allergi.
Non Spesifik
Iklim lembab – perubahan suhu, angin.
Hormonal Wanita alergi Gravida, pil KB, hipertiroidi kambuh.
Psikis & Emosi Manifestasi alergi.
Infeksi Memudahkan alergi.
Iritasi Asap rokok – bahan polusi.
Genetik
Patofisiologi
Pada paparan I dengan allergen tubuh membentuk IgE spesifik.
menempel pada permukaan mastosit / basofil yang mengandung granul (mediator) proses
sensitisasi (sel mediator yang tersensititasi).
Bila terjadi paparan ulang dengan allergen spesifiknya allergen berikatan IgE pada permukaan
sel mastosit/basofil degranulasi sel dilepaskan zat mediator : Histamin – Serotonin –
Bradikinin – SRS-A – ECF-A – dll gejala klinik berupa reaksi allergi.
Fase segera (RAFS) 15 – 20 menit pasca paparan allergen dan berakhir pada 60 menit kemudian
reaksi alergis akan berlanjut terus sebagai reaksi alergi fase lambat (RAFL) sampai 24 – 48 jam
kemudian.
Diagnosa :
Anamnese cermat Penting ! 50% dapat ditegakkan dari riwayat alergi / keluarga.
Pemeriksaan hidung
Rinoskopi anterior : Mukosa oedem, basah, pucat (livide), sekret encer (khas),
konka : kebiruan.
Laboratorium :
▫ In Vitro : - Sekret hidung/smear : Eosinofil
- Nasal scraping
- Darah tepi : Eosinofil N/
- IgE total : N/
- IgE spesifik (RAST) : Lebih bermakna
▫ In Vivo : - Uji kulit : Prick test, intrakutan, scratch test
- Uji inhalasi (Provokasi test)
Diagnosa banding :
Rinitis Vasomotor Rinitis Alergi Rinitis Infeksi
Gatal (-) Gatal (+)
Mukosa : Hyperemis Mukosa : Pucat kebiruan
Terapi :
Avoidance : Menghindari kontak dengan allergen penyebab (ideal) dan eliminasi.
Simptomatis :
Medikamentosa
▫ Sistemis Antihistamin dengan/tanpa vasokonstriktor (dekongestan) per oral.
▫ Lokal Tetes/semprot hidung yang mengandung vasokonstriktor atau
kortikosteroid.
Operatif
▫ Pada hipertrofi konka inferior
- Kauterisasi AgNO3 / Triklor asetat
- Konkotomi (kalau perlu)
Immunoterapi
Desensitisasi – Hiposensitisasi
Bila gejala berat, berlangsung lama, cara lain tidak memuaskan.
Pada alergi makanan.
Anjuran : - Olahraga !
- Merokok x
Komplikasi :
Polip hidung
Otitis media terutama pada anak tidak langsung ok sumbatan hidung
Sinusitis hambatan drainase
33
THT 172
RINITIS VASOMOTOR
Gangguan vasomotor hidung
Terdapat gangguan fisiologik mukosa hidung disebabkan aktivitas parasimpatis.
Gejala mirip rinitis alergi.
Etiologi : Yang pasti ?
Diduga gangguan keseimbangan fungsi vasomotor.
Disebut : Vasomotor catarrh
Vasomotor rinorrhea
Nasal vasomotor instability
Non Specific Allergic Rhinitis
Rangsangan syaraf parasimpatis dilatasi pembuluh darah pada konka - permeabilitas
kapiler dan sekresi kelenjar.
Gejala :
Hidung sumbat (bergantian kanan/kiri) posisi pasien
Rinore : Mukus atau serous
Bersih : Jarang – gatal di mata : (-)
Gejala memburuk pada pagi hari o.k. : perubahan suhu udara, lembab – asap rokok, dll.
2 golongan : - Obstruksi (Blockers)
- Rinore (Sneezers)
Prognosis :
Golongan obstruksi lebih baik
Golongan rinore : Mirip rinitis alergi perlu anamnese dan pemeriksaan teliti
Diagnosa :
Eliminasi kemungkinan untuk diagnosa pasti
Misal : Alergi, fungsi tiroid, emosi, dll.
Anamnese : - Faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor
- Singkirkan faktor alergi
Pemeriksaan rinoskopi anterior :
- Udem mukosa hidung (khas)
- Konka merah tua/gelap (bedakan dengan rinitis alergi), licin atau tidak rata
- Sekret mukoid (sedikit_
- Golongan rinore : Sekret serous >>
Laboratorium : - Untuk menyingkirkan rinitis alergi
- Eos. sekret hidung : + / -
- Tes kulit (-)
Terapi :
Bervariasi tergantung penyebab dan gejala yang menonjol.
Menghindari penyebab
Simptomatis : - Dekongestan oral – diatermi kauterisasi konka hipertrofi
- Kortikosteroid topikal misal : Budesonid 2 x 100 gr/hari
Operatif : Bedah beku
Elektrokauter
34
THT 172
Konkotomi konka inferior
Neurektomi N. vidianus
Bila terapi diatas tidak berhasil.
RINITIS MEDIKAMENTOSA
Defenisi :
Suatu kelainan pada hidung berupa gangguan respon normal vasomotor, akibat pemakaian
vasokonstriktor, topikal (tetes hidung atau semprot hidung) dalam waktu lama atau berlebihan
sumbatan hidung yang menetap.
Dengan perkataan lain akibat “Over use / Drug abuse”
Patofisiologi :
Mukosa hidung sangat peka terhadap rangsangan (iritant) pemakaian vasokonstriktor
topikal hati-hati.
Vasokonstriktor golongan simpatomimetik siklus nasal terganggu dan berfungsi kembali bila
pemakaian obat dihentikan.
Pemakaian vasokonstriktor topikal yang lama/berulang dilatasi berulang (“Rebound
dilatation/phenomen”). Setelah vasokonstriksi timbul obstruksi.
Obstruksi berulang pasien lebih sering atau banyak memerlukan obat tersebut Efek
vasokonstriksi << - pH hidung berubah aktivitas silia terganggu obstruksi hidung lebih
hebat.
Bila obat diteruskan dilatasi dan kongesti jaringan. Sumbatan menetap dengan produksi
sekret.
Pemakaian vasokonstriktor sebaiknya : Isotonik dengan sekret hidung normal – pH 6,3 dan
6,5 – pemakaian tidak lebih 1 minggu.
Kerusakan pada mukosa hidung akibat pemakaian tetes hidung yang lama : Silia rusak – sel
goblet berubah (ukuran) – membran basl menebal – pembuluh darah melebar – stroma udem
– Hipersekresi kelenjar mukus.
Submukosa / periostium menebal.
35