Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri pertambangan ini sangat erat kaitannnya dengan bahan galian
yang akan di gali atau diambil. Dari hal tersebut yaitu seperti endapan bahan
yang letaknya di permukaan bumi yang akan di tambang menggunakan metoda
tambang terbuka (open mine) dan untuk endapan bahan galian yang ekonomis
berada di bawah permukaan akan ditambang dengan metoda tambang bawah
tanah (underground mine) yang membutuhkan ventilasi udara. Pengendalian
udara dalam lingkungan pekerjaan sangat perlu diperhatikan untuk menjaga
kualitas udara agar memenuhi standard kualitas yang ditetapkan oleh aturan bagi
keselamatan dan kesehatan pekerja, selain itu dapat memenuhi syarat kondisi
udara yang tepat untuk proses produksi, lingkungan kerja dan peralatan yang
digunakan, serta penyimpanan barang atau hasil produksi.
Sehingga ventilasi merupakan suatu cara yang tepat dalam pengendalian
udara dalam tambang bawah tanah, ventilasi dalam hal adalah pemasukan dan
pengeluaran udara kedalam ruang melalui mulut lubang bukaan yang ada agar
mendapatkan udara yang memenuhi standard kualitas udara. pada tambang
bawah tanah pekerja tambang masih dapat terjadi kontak langsung dengan
udara yaitu apabila dialirkan udara oleh suatu sistem ventilasi tambang. Ventilasi
tambang merupakan suatu sistem atau metoda untuk mengalirkan udara dari
permukan tanah (udara segar) yang dialirkan menuju tambang bawah tanah.
Ventilasi tambang atau pertukaran udara di dalam tambang merupakan
suatu metode yang digunakan untuk memelihara dan menciptakan udara sesuai
dengan kebutuhan proses produksi atau kenyamanan pekerja. Ventilasi ini juga
digunakan untuk menurunkan kadar suatu kontaminan di udara tempat kerja
sampai batas yang tidak membahayakan bagi keselamatan dan kesehatan kerja.
Dengan praktikum ventilasi tambang ini dilakukan agar dapat mempelajari suatu
sistem ventilasi yang baik dan tepat dalam suatu tambang bawah tanah, dan
dapat menunjang kesehatan dan keselamatan kerja bagi para pekerja tambang
bawah tanah yang harus membutuhkan udara bersih.

1
2

1.2 Ruang Lingkup Masalah


Dalam Hasil pembuatan laporan akhir ini menghasilkan parameter-
parameter contohnya dimensi duct, dimensi regulator, suhu dalam duct, suhu
ruangan, tekanan dalam duct, dan lain-lain. Sehingga diharapkan pada akhirnya
mampu mengolah data-data hasil pengukuran secara langsung pada saat
praktikum tersebut sehingga diperoleh data akhir yang sesuai dengan tujuan.
1.2.1 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dari praktikum ini mencakup :
1. Pengaturan udara terhadap kelembapan relatif.
2. Pengaruh percabangan terhadap kondisi udara.
3. Pengaruh percabangan terhadap kondisi udara.
4. Pengaruh belokan terhadap kondisi udara.
5. Pengaruh penambahan booster terhadap kondisi udara.
6. Pengaruh pemakaian regulator terhadap kondisi udara.
1.2.2 Batasan Masalah
Batasan masalah dari kegiatan ini mencakup:
1. Pengukuran dimensi dari duct dan kondisi dari aliran udara
2. Pengukuran menggunakan dimensi dari 4 regulator yang berbeda ukuran.
3. Pengolahan data untuk mengetahui kelembapan relatif, entalpi dalam
sistem ventilasi .
1.2.3 Perumusan Masalah
Rumusan masalah dari laporan ini meliputi:
1. Bagaimana pengaruh pengaturan terhadap kelembahan relatif ?
2. Bagaimana pengaruh percabangan terhadap aliran udara?
3. Bagaimana pengaruh belokan terhadap kelembahan relative ?
4. Bagaimana pengaruh pola aliran udara pada titik pengamatan ?
5. Bagaimana pengaruh penambahan booster (auxiliary fan) ?
6. Bagaimana pengaruh pemakaian regulator terhadap kecepatan udara?
7. Bagaimana pengaruh aliran udara terhadap kapasitas pendingin yang
berada didalam duct ?
8. Bagaimana pengaruh aliran udara terhadap uap air yang harus
dikeluarkan yang berada didalam duct ?
3

1.3 Maksud dan Tujuan


1.3.1 Maksud
Penyusunan laporan akhir Ventilasi Tambang yang dimaksudkan untuk
mengetahui parameter-parameter sistem ventilasi tambang sehingga dapat
berfungsi secara optimal. Sehingga dapat melakukan pengamatan langsung,
ataupun melakukan perbandingan dengan literatur lain agar dapat membuka
wawasan dan pengetahuan untuk aplikasi hasil lapangan yang nyata.
1.3.2 Tujuan
Berikut merupakan tujuan dari pembuatan laporan akhir ventilasi tambang
Laboratorium Tambang, diantaranya :
1. Mengetahui pengaruh pengaturan udara terhadap kelembapan relatif.
2. Mengetahui pengaruh percabangan terhadap kondisi aliran udara.
3. Mengetahui pengaruh belokan terhadap aliran udara.
4. Mengetahui pola aliran udara pada titik pengamatan.
5. Mengetahui pengaruh penambahan booster (auxiliary fan) pada kondisi
udara.
6. Mengetahui pengaruh pemakaian regulator.
7. Mengetahui kapasitas pendingin pada setiap titik.
8. Mengetahui uap air yang harus dikeluarkan.

1.4 Metoda Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam laporan akhir praktikum ventilasi
tambang ini, diantaranya pengambilan data, pengolahan data dan
penganalisaan.
1.4.1 Pengambilan Data
1. Pengambilan Data secara Primer
Pengambilan data primer merupakan pengambilan data secara langsung
dengan melakukan data pengukuran pada kondisi seri dan paralel, data
dimensi duct, dan pengambilan data dimensi regulator.
2. Pengambilan Data secara Sekunder
Pengambilan data secara sekunder merupakan tahapan yang dilakukan
pengolahan data yang selanjutnya dibuat ke dalam grafik. Grafik tersebut
dianalisis sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap aliran udara.
4

Gambar 1.1
Diagram Alir Metode Penelitian
1.4.2 Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan tahapan yang dilakukan setelah
mendapatkan data, yang bertujuan untuk mendapatkan angka yang akan dipakai
pada saat menentukan keputusan yang tepat, dan juga untuk mengambil
informasi asli dan dari darinya menghasilkan informasi lain dalam bentuk yang
berguna dan maksimal.
1.4.3 Penganalisaan
Penganalisaan merupakan tahanpan setelah data didapatkan dan
dilanjutkan dengan melakukan pengolahaan data, sehingga muncul dari data –
data tersebut akan menjadi sumber analisa, apabila terdapat kesalahan atau
faktor – faktor yang tidak sesuai dengan data yang dihasilkan yang akan sangat
mempengaruhinya.
5

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan ini terbagi menjadi beberapa bab,
bertujuan agar dapat memudahkan dalam pemahaman dan pengertian dalam
bentuk tulisan. Adapun penulisan laporan ini dibagi menjadi beberapa bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah, maksud dan tujuan pembuatan
laporan, rumusan masalah, ruang lingkup masalah, metoda
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang segala ventilasi tambang, dan peralatan
yang umum dipakai di praktikum ventilasi tambang.
BAB III PROSEDUR DAN HASIL PENGUKURAN
Menjelaskan tata cara pengambilan data hasil praktikum, kemudian
disajikan dalam bentuk tabel hasil pengamatan dan tabel hasil
pengolahan parameter-parameter yang telah disebutkan tadi di atas.
BAB IV PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi tentang pembahasan dari data yang didapat serta
contoh-contoh perhitungan dari data-data tersebut.

BAB V ANALISIS
Bab ini berisi tentang analisis dari grafik pengaruh udara terhadap
kelembapan relatif, pengaruh belokan terhadap kondisi aliran udara,
pengaruh percabangan terhadap kondisi aliran udara, pengaruh
pemakaian regulator, dan pengaruh penambahan booster. Yang
dibuat dari hasil pengolahan data yang didapat selama pengamatan.
BAB VI KESIMPULAN
Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang didapat setelah mengolah
data yang diperoleh selama percobaan, sekaligus memberi saran
agar pengambilan data berjalan lebih baik dan lancar.
6

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori Dasar


2.1.1 Ventilasi
Ventilasi tambang merupakan suatu pergerakan jumlah udara dan arah
udara sebagai wadah dari pengendalian kuantitas yang dimana merupakan
bagian dari parameter – parameter yang harus terpenuhi dalam ventilasi seperti
total air conditioning secara simultan terhadap kualitas, kuantitas, temperatur,
dan kelembapan udara. Tujuan ventilasi tambang yaitu untuk menyediakan udara
bersih yang dibutuhkan untuk di tambang bawah tanah yang bekerja dan untuk
menyediakan suatu tempat yang berkualitas bagi para pekerja yang berada
dibawah tanah agar dapat bekerja secara maksimal serta untuk memelihara
lingkungan yang aman dan sehat.
Ventilasi tambang memiliki fungsi sebagai pengontrol kualitas udara
tambang yang akan masuk kedalam tambang, dapat melarutkan dan membawa
keluar pengotor dan gas-gas beracun ataupun gas yang dihasilkan oleh manusia,
selain itu alat agar dapat tercipta udara berkualitas dan mengandung oksigen
dengan jumlah yang tepat serta menentukan pengaturan temperatur dan
kelembapan udara untuk pernafasan yang sehat bagi manusia sehingga tercapai
keadaan lingkungan kerja yang nyaman berada lokasi penambangan.

2.1.2 Jenis dan Sistem Ventilasi Tambang


Dalam ventilasi tambang terdapat beberapa jenis dan sistem ventilasi
yang digunakan untuk mengatur suatu aliran udara.
2.1.3 Jenis – Jenis Ventilasi Tambang
Jenis – jenis ventilasi dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal yaitu
penggolongan berdasarkan metode pembangkit daya ventilasi, terdiri atas
ventilasi alami, mekanis dan ventilasi bantu.

6
7

1. Ventilasi Alami
Apabila dalam suatu tambang memiliki 2 shaft yang saling berhubungan
pada kedalaman tertentu, sejumlah udara akan mengalir masuk ke dalam
tambangwalaupun tanpa alat mekanis. Ventilasi alami ini diakibatkan oleh
udara pada downcast shaft lebih dingin dari udara upcast shaft, selain itu
juga dipengaruhi oleh perbedaan tekanan dan densitas udaranya.
2. Ventilasi Mekanis
Ventilasi mekanis merupakan ventilasi yang dimana aliran udara masuk
kedalam tambang yang disebabkan oleh perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh alat mekanis, yang dimaksud dengan peralatan mekanis
ventilasi adalah semua jenis mesin penggerak yang digunakan untuk
memompa dan menekan udara segar agar mengalir ke area tambang
bawah tanah. Jenis mesin adalah perubahan energi dari mekanis ke
fluida. Ventilasi mekanis dibedakan menjadi tiga metode, sebagai berikut.
a. Metode Hisap
b. Metode Hembus
c. Metode Hisap dan Hembus
3. Ventilasi Bantu
Ventilasi yang disalurkan pada terowongan utama ventilasi permuka kerja
penambangan biasanya dilakukan dengan membawa udara masuk
(intake air) secara langsung melalui jalan udara sepanjang terowongan,
ventilasi juga dapat dilaksanakan dengan mengirimkan angina atau udara
yang dibangkitkan oleh kipas angina local, air jet dan lain – lain, dengan
mengunakan sistem udara (air duct) ke lokasi tidak dapat terpenuhi oleh
ventilasi utama
2.1.4 Sistem Ventilasi
Dalam sistem ventilasi tamban terdapat beberapa macam sistem ventilasi
yang digunakan dalam tambang untuk mencukupi kebutuhan udara
didalammnya dimana sistem yang menjadi pembahasan yaitu DOM ventikation
dan main ventilation system.
1. DOM Ventilation
DOM Ventilation merupakan salah satu cara mengendalikan udara dalam
tambang dalam. Pengendalian kualitas berkaitan dengan beberapa
masalah berhubungan dengan perpindahan udara. Arah aliran dan jumlah
8

aliran udara, dalam pengendalian kualitas berkaitan dengan beberapa


masalah berhubungan dengan perpindahan udara, arah aliran dan jumlah
aliran udara. Dalam pengendalian dengan menggunakan sistem ini baik
secara kimiawi atau mekanik.
2. Main Ventilation System
Dalam hal ini dimana sistem ventilasi utama yang memakai fan dengan
memiliki suatu kekuatan (HP) yang besar untuk mengoprasikan suatu
sistem ventilasi tambang secara keseluruhan dimana terdapat memakai
metode exhaust dan metode intake, serta yang umum digunakan pada
tambang bawah tanah.

2.2 Gas – Gas Tambang


Gas – gas yang umum terdapat di area tambang baik tambang batubara
ataupun tambang bukan batubara terdiri dari oksigen, karbondioksida, methan,
hidrogen sulfide, nitrogen oksida dan gas – gas lainnya, selain itu terdapat gas –
gas pengotor utama seperti, methan karbon monoksida.
2.2.1 Gas Tambang Yang Diinginkan
Gas – gas yang diinginkan seperti oksigen, nitrogen, karbondioksida, dan
argon.
1. Oksigen
Oksigen merupakan udara yang sangat penting dalam kehidupan dan
terutama dalam tambang bawah tanah, karena agar tetap menjaga
kondisi dan statima kesehatan tubuh sehingga akan mempengaruhi
dalam kinerja dilapangan. Presentasi normal untuk oksigen dalam udara
yaitu 21%, apabila kadar oksigen yang berada didalam udara lingkungan
kerja yaitu kurang dari 19,5%, maka pekerja akan cepat kelelahan.
Penyebab kurangnya kadar oksigen pada tambang bawah tanah yaitu
pembakaran, peledakan, reaksi oksidasi, bahan organi, dan terjadi karena
adanya proses pemamfaatan pernafasan manusia yang mengeluarkan
karbondioksida.
2. Nitrogen
Nitrogen merupakan komposisi udara normal mengandung sebagian
besar nitrogen sebesar 78,9 %. Dimana gas ini tidak bewarna, tidak
berbau, dan tidak berasa dan lebih besar dari 80%
9

Tabel 2.1
Gas – Gas Yang Dibutuhkan
Komposisi Udara Normal

Unsur Persen Volume (%) Persen Berat (%)

Nitrogen (N2) 78,09 75,53

Oksigen (O2) 20,95 23,14

Kaebondioksida (Co2) 0,03 0,046

Argon dan gas lain 0,93 1,284


Sumber : Hartman, 1982
2.2.2 Gas Tambang yang Tidak Diinginkan
1. Karbondioksida
Gas ini tidak berwarna dan tidak berbau serta tidak mendukung dalam
nyala api dan bukan merupakan gas beracun. Gas ini lebih kuat pada
udara, karena selalu ada pada bagian bawah dari suatu jalan udara.
Dalam udara normal kandungan Co2 yaitu 0,03% dalam tambang bawah
tanah, seiring terkumpul pada bagian tersebut.
2. Karbonmonoksida
Gas larbonmonoksida merupakan gas yang tidak berbau, tidak bewarna,
dan tidak ada rada dapat terbakar dan sangat beracun pada gas ini
banyak dihasilkan pada saat terjadi kebakaran. Pada tambang bawah
tanah yang akan menyebabkan tingkat kematian. Dalam udara akan
segera bersenyawadengan butir hemoglobin (CoH6) yang akan meracuni
tubuh lewat afnitas Co.
3. Hidrogen Sulphida
Gas ini sering disebut dengan stinkdump (gas busuk) karena baunya
seperti telur busuk gas ini tidak bewarna, yaitu gas yang dapat meledak.
Gas ini adalah gas racun dari dekomposisi dari senyawa belerang, selain
itu gas ini memiliki berat jenis yang sedikit lebih besar dari udara. Dimana
yang paling bahayanya adalah gas ini sangat beracun dengan ambang
batas sebesar 10 ppm pada waktu selama 8 jam terendah dan waktu
singkat yaitu 15 ppm.
10

4. Methan
Gas methan merupakan gas yang selalu berada di dalam tambang
batubara dan sebagai sumber dari peledakan tambang. Campuran gas
methan dengan udara disebut dengan firedump. Apabila suatu
kandungan methan dalam udara tambang bawah tanah mencapai 1%,
sehingga seluruh hubungan mesin listrik harus dimatikan. Gas ini memiliki
berat jeis yang lebih kecil daripada udara dan oleh sebab itu gas ini selalu
berada di bagian atas pada jalan udara tambang bawah tanah.

2.3 Peralatan Pengukuran


Dalam praktikum ventilasi ada beberapa alat yang dugunakan yaitu van
anemometer, pitot tube, sling psychrometer, booster fan, manometer, regulator,
termometer dan duct.
2.3.1 Vane Anemometer
Vane anemometer digunakan untuk mengukur aliran udara yang hanya
berkecepatan sedang. Alat ini memiliki bentuk seperti kipas angin yang
berukuran kecil dengan prinsip kerja yaitu udara yang menggerakkan rotor
dengan kecepatan proporsional dan operasi rotasinya disesuaikan dengan
counting system. Metode pengukuran kecepatan udara terbagi menjadi 3 yaitu
sebagai berikut :
1. Spot reading (spas 1,5)
2. Transversing
3. Division

Sumber : Hasil Praktikum Ventilasi Tambang, 2019


Foto 2.1
Vane anemometer
11

2.3.2 Pitot Tube


Pitot tube yaitu alat yang digunakan untuk mengukur kehilangan aliran
udara dengan berkecepatan tinggi, biasanya sering ditemuii pada pesawat udara.
Pitot tube bekerja berdasarkan pada hukum asas Bernaolli. Dimana head aliran
udara yang melalui pitot tube diukur oleh manometer yang dihubungkan oleh
selang plastik untuk mengukur seperti head total, head static dan head velocity.

Sumber : Hasil Praktikum Ventilasi Tambang 2019


Foto 2.2
Pitot tube
2.3.3 Sling Psychrometer
Sling Psycrhometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
kelembapan udara dalam ruangan terbuka yang terdiri dari dua thermometer air
raksa yang tujuannya untuk mengukur cembung kering (dry bulb) dan cembung
basah (wet bulb). Pada prinsipnya temperatur cembung kering adalah ukuran
panas sensibel di atmosfer.

Sumber : Hasil Praktikum Ventilasi Tambang 2019


Foto 2.3
Sling Psycrhometer
12

2.3.4 Booster Fan


Booster Fan merupakan alat yang digunakan untuk memperbesar
tekanan udara yang ada di dalam duct. Alat ini merupaka alat tambahan yang
dipasang di ujung duct.

Sumber : Hasil Praktikum Ventilasi Tambang 2019


Foto 2.4
Booster Fan
2.3.5 Manometer
Manometer merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur perbedaan
tekanan yang tidak terlalu besar dengan prinsip kerjanya yaitu mengisi
manometer dengan fluida bukan air yang bobot isinya lebih rendah daripada air.
Kedua kaki tabung dihubungkan dengan pitot tube pada titik yang akan diukur
perbedaan tekanannya dengan selang plastik, setelah dihubungkan maka fluida
akan bergerak ke arah tertentu, sehingga kita dapat membaca selisihnya yang
merupakan nilai besarnya tekanan.

Sumber : Hasil Praktikum Ventilasi Tambang 2019


Foto 2.4
Manometer
13

2.3.6 Regulator
Regulator merupakan alat pembatas berbentuk persegi yang di bagian
tengahnya memiliki lubang dengan dimensi yang berbeda. Alat ini berfungsi
untuk mengatur besar kecilnya tekanan yang ada di dalam duct.

Sumber : Hasil Praktikum Ventilasi Tambang 2019


Foto 2.5
Regulator
2.3.7 Thermometer
Thermometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu
(temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah thermometer berasal dari bahasa
Latin, yaitu ‘thermo’ yang berarti panas dan ‘meter’ yang berarti untuk mengukur.
Prinsip kerja thermometer ada bermacam-macam, yang paling umum digunakan
adalah thermometer air raksa.

Sumber : Hasil Praktikum Ventilasi Tambang 2019


Gambar 2.6
Thermometer

2.4 Parameter Pengukuran Ventilasi


2.4.1 Kelembapan Relatif
Kelembapan relatif merupakan perbandingan antara jumlah uap air yang
ada di udara pada temperatur tertentu dengan jumlah uap air maksimum yang
14

ada di udara pada temperatur yang sama yang dinyatakan dalam persentase
(%). Dinyatakan dengan :
Jumlah Uap Air
Kelembapan Relatif = X 100 %.........................(2.1)
Jumlah Uap Air Max

2.4.2 Kondisi Aliran Udara


Kondisi aliran udara bergerak dari tekan tinggi menuju ke tekanan rendah,
udara mengalir dari tempat yang memiliki suhu rendah menuju tinggi, selain itu
udara akan lebih banyak mengalir pada jalur ventilsi dengan restistensi atau
tahanan yang lebih kecil dibandingkan dengan jalur bertahan atau resistensi
yang lebih besar. Pada tekanan ventilasi tetap memperhatikan tekanan atmosfir,
dan aliran udara juga mengikuti hukum kuadrat yaitu hubungan antara quantity
dan tekanan, apabila quantity diperbesar maka dua kali lipat dibutuhkan tekanan
empat kali lipat.
2.4.3 Sistem Aliran Udara
Sistem aliran udara berdasarkan pada kecepatan aliran udara yang akan
dimasukaan udara, tekanan udara baik static head , total head dan kelembapan
relatifnya, selain itu sistem aliran udara akan sangat tergantung kepada volume
dalam duct
2.4.4 Kecepatan Aliran Udara
Kecepatan aliran udara adalah parameter pada ventilasi tambang yang
paling sering diukur pada udara tambang. Pengukuran ini dilakukan pada 5 posisi
yaitu bagian atas, tengah atas, tengah, tengah bawah dan bawah untuk setiap
titik pengukurannya. Perhitungan kecepatan rata-rata aliran udara dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Ʃ𝑽
V= ...........................................................(2.2)
𝒏
2.4.5 Tekanan Udara
Tekanan dapat diartikan sebagai gaya tekan yang bekerja pada satu
satuan luas permukaan yang mengalami gaya tekan. Tekanan diperlukan untuk
memompa cairan melewati sistem pada laju tertentu. Tekanan ini harus cukup
tinggi untuk mengatasi tahanan sistem, yang juga disebut head. Kita dapat
menggunakan rumus dibawah ini untuk menghitung rata-rata tiap head. Rumus
ini juga dapat langsung menghitung koreksi-koreksi yang terjadi akibat adanya
15

kemiringan letak manometer dan jenis fluida yang digunakan. Rumus yang
digunakan yaitu sebagai berikut :
Ʃ𝑯
H=( ) X SG X sin α...............................................(2.3)
𝒏
2.4.6 Debit Udara
Flowrate (debit) dilakukan dalam mengukur banyaknya udara yang lewat
yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Q = V X A....................................................(2.4)
Keterangan :
Q = Jumlah atau debit udara dalam (m3/detik) V
= Kecepatan aliran udara (m/detik)
A = Luas penampang (m2)
Sedangkan pola aliran udara dapat ditentukan dengan Reynold’s
Number (Re). Ketentuan untuk Reynold’s Number (Re) adalah sebagai berikut :
1. Re < 2000, aliran udara laminar
2. 2000 > Re < 4000, aliran udara transisi
3. Re > 4000, aliran udara turbulen
Secara matematis, Reynold’s Number dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut :
νxd
Re = x 100%............................................(2.5)
µ

Keterangan :
V = kecepatan rata-rata udara (m/detik)
D = diameter jaringan (m)

2.5 Analisis Regresi


Analisis regresi apabila ingin mengetahui variablel dependen/kriteria yang
dapat diprediksi melalui variabel independen atau variabel prediktor, secara
individu. Dampak dari menggunakan analisis regresi untuk memutuskan naik
atau turunnya variable dependen dapat dilakukan dengan cara menaikan dan
menurunkan keadaan variable independen, atau meningkatkan keadaan variable
dependen atau sebaliknya.
16

2.6.1 Analisis Regresi Linier Berganda


Analisis regresi linier berganda ini adalah suatu metode pendekatan
hubungan secara linier antara dua variable atau lebih variabel independen (X)
dengan contoh variabel dependen (Y). Rumus yang digunakan untuk analisis
regresi linier berganda ini sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + …. + bnXn ..................................... (2.6)
Ket :
Y = variabel dependen
a = konstanta nilai
b = koefisien regresi
X = variabel independen
2.6.2 Analisis Koefisien Korelasi
Analisis koefisien korelasi merupakan nilai yang digunakan dalam
mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel. Koefisisen korelasi
imemiliki nilai -1 sampai dengan +1, nilai tersebut akan menunjukkan arah
korelasi.
2.6.3 Analisis Koefisien Determinasi
Analisis koefisien determinasi merupakan metode pendekatan yang
dilakukan dalam mengukur kemampuan variabel independen (X) dalam
menjelaskan variabel dependen (Y) berdasarkan pada regresi linier sederhana
ataupun regeresi linier berganda.
2.6.4 Regresi Linear Sederhana
Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun
kausal antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen.
Persamaan umum regresi linier sederhana adalah :
ý = a + bX ................................................(2.7)
Keterangan :
ý = subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan
a = harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang
didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila
(-) maka terjadi penurunan.
17

X = subyek pada variabel Independen yang mempunyai nilai tertentu


Secara teknis harga b merupakan tangen dari (perbandingan)
antara

Anda mungkin juga menyukai