Anda di halaman 1dari 22

PEMBAGIAN PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PPNI

Dosen : Siti Santy Sianipar, S.Kep., M.Kes

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK IV

Jenny Amsal 2018.C.10a.0971


Lala Veronica 2018.C.10a.0974
Oktaviona 2018.C.10a.0980
Tri Harianto 2018.C.10a.0989
Windy Widiya 2018.C.10a.0991

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan

berkat, rahmat, karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan

makalah ini dengan judul “PEMBAGIAN PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PPNI “.

Makalah ini disusun dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk

maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Dan kami mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi teman teman semua, untuk kedepannya dapat memeperbaiki

bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman

yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para

pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin

masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini dalam pengembangan dunia keperawatan dimasa

depan.

Palangka Raya, 02 April 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar.....................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang…………………………………..……....…………..................1

1.2 Rumusan masalah…………………………………..……....……...........….…3

1.3 Tujuan…………………………………..……....…………......……...........….2

1.4 Manfaat…………………………………..……....…………..................……..2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika…… …………………………………..……....……..............3

2.2 Teori Deontologi Dalam Etika……………………………………….3

2.3 Kekuatan Yang Dijadikan Manfaat Dalam Etika Deontologis.........………….9

2.4 Kelemahan dan Kesulitan Penerapan Pokok Etika Deontologis......…………11

2.5 Kritik Hegel Terhadap Teori ………..............……………………………….14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………..……....…………....................20

3.2 Saran…………………………………..……....………….....................…….20

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organisasi profesi adalah organisasi yang terdiri dari para praktisi yang
menetapkan diri sebagai ahli yang mampu dan bergabung bersama melaksanakan
fungsi sosial yang tidak dapat dilakukan sendiri2 serta merupakan asosiasi yang
bersifat sukarela. Tujuan dibentuknya suatu Organisasi Profesi secara umum
adalah untuk mencapai persatuan dan kesatuan yang kokoh diantaranya
anggotanya, peningkatan mutu dan kesejahteraan anggotanya disertai peninkatan
mutu pelayanan, serta terjalinnya hubungan kerjasama yang baik dengan
organisasi profesi lain.

Pengakuan tentang keperawatan sebagai suatu profesi di Indonesia dimulai


sejak adanya lokakarya Nasional pada Januari 1983. sejak itulah
dimulainya proses profesionalisme dalam keperawatan dan
akan terus berlangsung sampai terwujudnya keperawatan sebagai profesi yang
andal dan diakui diantara profesi kesehatan lainnya.Terwujudnya keperawatan
sebagai profesi yang mandiri dan tangguh sangat tergantung pada sejauh mana
organisasi profesi keperawatan melaksanakan perandan tanggung jawabnya
sebagai suatu organisasi. Menurut International Council of Nurses dikutip dari
Report on The Regulation of Nursing, 1985, Organisasi profesi adalah organisasi
yang terdiri dari para praktisi yang menetapkan diri sebagai
ahli yang mampu dan bergabung bersama melaksanakan fungsi social yang tidak
dapat dilakukan sendiri-sendiri,serta merupakan asosiasi yang bersifat sukarela.
Organisasi profesi bertujuan untuk mencapai persatuan dan kesatuan yang kokoh
diantara anggotanya, peningkatan mutu dan kesejahteraan
anggotanya disertai peningkatan mutu pelayanan, serta terjalinnya hubungan
kerjasama yang baik dengan organisasi profesi yang lain.

Di Indonesia, keperawatan telah mencapai kemajuan yang sangat


bermakna bahkan merupakan suatu lompatan yang jauh kedepan. Hal ini bermula
dari dicapainya kesepakatan bersama pada Lokakarya Nasional Keperawatan pada

4
bulan Januari 1983 yang menerima keperawatan sebagai pelayanan profesional
(profesional service) dan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi
(professional education).

Untuk mewujudkan hal tersebut PPNI telah melakukan berbagai upaya


yang antara lainnya; membenahi sistem pendidikan keperawatan berkualitas
yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat dan kebutuhan profesi, membenahi
system pelayanan keperawatan, memberikan perlindungan hukum pada
angggotanya melalui pemberlakuan legislasi, registrasi, dan lisensi. Namun
jangankan untuk mendapat pengakuan dari organisasi profesi yang lain,
masyarakat keperawatan sendiri masih ada yang belum mengenal “ apa itu PPNI “
dan “ Bagaimana peran dan tugasnya dalam memajukan dunia Keperawatan di
Indonesia “.

Organisasi profesi adalah organisasi yang terdiri dari para praktisi yang
menetapkan diri sebagai ahli yang mampu dan bergaAbung bersama
melaksanakan fungsi sosial yang tidak dapat dilakukan sendiri2 serta merupakan
asosiasi yang bersifat sukarela. Tujuan dibentuknya suatu Organisasi Profesi
secara umum adalah untuk mencapai persatuan dan kesatuan yang kokoh
diantaranya anggotanya, peningkatan mutu dan kesejahteraan anggotanya disertai
peninkatan mutu pelayanan, serta terjalinnya hubungan kerjasama yang baik
dengan organisasi profesi lain.
Di Indonesia, keperawatan telah mencapai kemajuan yang sangat bermakna
bahkan merupakan suatu lompatan yang jauh kedepan. Hal ini bermula dari
dicapainya kesepakatan bersama pada Lokakarya Nasional Keperawatan pada
bulan Januari 1983 yang menerima keperawatan sebagai pelayanan profesional
(profesional service) dan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi
(professional education).

1 . 2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi PPNI?


2. Bagaiman struktur organisasi PPNI?
3. Bagaimana lambing organisasi PPNI?

5
4. Apa tujuan PPNI?
5. Apa fungsi PPNI?
6. Apa tugas pokok PPNI?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi PPNI
2. Mengetahui sruktur organisasi PPNI
3. Mengetahui lambang organisasi PPNI
4. Mengetahui tujuan organisasi PPNI
5. Mengetahui fungsi PPNI
6. Mengetahui tugas pokok PPNI

1.4 Manfaat
1. Agar masyarakat keperawatan Indonesia mendapatkan pengetahuan
mengenai sejarah berdirinya PPNI.
2. Agar masyarakat keperawatan Indonesia mengetahui tujuan, peran dan
tugas PPNI sebagai satu-satunya organisasi profesi.
3. Membahas issue yang berhubungan antara PPNI dengan masyarakat
keperawatan Indonesia.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2 . 1 Definisi Dan Sejarah Singkat PPNI


Di Indonesia organisasi keperawatan tingkat nasional yang digunakan
sebagai wadah perawatuntuk menyalurkan aspirasi, bernama Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (sering disingkatdengan PPNI).
Satu contoh Organisasi profesi di Indonesia adalah Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI). Yaitu perhimpunan seluruh perawat indonesia, yang didirikan
pada Tanggal 17 Maret 1974. Kebulatan tekad spirit yang sama dicetuskan oleh
perintis perawat bahwa tenaga keperawatan harus berada pada wadah / organisasi
nasional (fusi dan federasi). Sebagai fusi dari beberapa organisasi yang ada
sebelumnya, PPNI mengalami beberapa kali perubahan baik dalam bentuknya
maupun namanya.Embrio PPNI adalah Perkumpulan Kaum Velpleger
Boemibatera (PKVB) yang didirikan pada tahun 1921.Pada saat itu profesi
perawat sangat dihormati oleh masyarakat berkenaan dengan tugas mulia yang
dilaksanakan dalam merawat orang sakit. Lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928
mendorong perubahan nama PKVB menjadi Perkumpulan Kaum Velpleger
Indonesia (PKVI). Pergantian kata Boemibatera menjadi Indonesia pada PKVI
bertahan hingga tahun 1942.Pada masa penjajahan Jepang perkembangan
keperawatan di Indonesia mengalami kemunduran dan merupakan zaman
kegelapan bagi bagi keperawatan Indonesia.Pelayanan keperawatan dikerjakan
oleh orang yang tidak memahami ilmu keperawatan, demikian pula organisasi
profesi tidak jelas keberadaannya.

Dalam kurun waktu 1951 – 1958 diadakan Kongres di Bandung dengan


mengubah nama PDKI menjadi Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan Indonesia
(PPDKI) dengan keanggotaan bukan dari perawat saja. Demikian pula pada tahun
1959 – 1974, terjadi pengelompokan organisasi keperawatan kecuali Serikat
Buruh Kesehatan (SBK) bergabung menjadi satu organisasi Profesi tingkat
nasional dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Nama inilah

7
yang resmi dipakai sebagai nama Organisasi Profesi Keperawatan di Indonesia
hingga saat ini.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia adalah perhimpunan seluruh


perawat di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 17 maret 1974. sebagai fusi dari
beberapa organisasi keperawatan yang ada sebelumnya, PPNI mengalami
beberapa kali perubahan bentuk dan nama. Embrio PPNI adalah Perkumpulan
Kaum Verpleger Boemibatera (PKVB) tahun 1921. pada saat itu profesi perawat
sangat dihormati masyarakat berkenaan dengan tugas mulia yang dilakukan dalam
merawat orang yang sakit. Lahirnya Sumpah Pemuda 1928, mendorong
perubahan nama PKVB menjadi Perkumpulan Kaum Verpleger Indonesia
(PKVI). Pergantian kata Boemibatera pada PKVB menjadi Indonesia tidak lepas
dari semangat nasionalisme Indonesia. PKVI bertahan sampai tahun 1942,
berhubungan dengan kemenangan tentara jepang terhadap sekutu dan dimulainya
penjajahan jepang terhadap Indonesia, perkembangan keperawatan di Indonesia
mengalami kemunduran dan disebut zaman gelap keperawatan di Indonesia.
Pelayanan keperawatan mengalami kemunduran karena pekerjaan perawat
digantikan oleh mereka yang tidak memahami keperawatan. Demikian pula
organisasi profesi tidak jelas keberadaannya.

Bersamaan dengan proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945, telah


tumbuh organisasi profesi keperawatan. Setidaknya ada tiga organisasi profesi
antara tahun 1945-1954 yaitu; Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI),
Persatuan Djuru Rawat Islam (Perjurais) dan Sarikat Buruh Kesehatan (SBK).
Pada tahun 1951 terjadi pembaharuan organisasi profesi keperawatan yaitu terjadi
fusi, organisasi yang ada menjadi Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI)
sebagai upaya konsolidasi organisasi profesi tahap mengikutsertakan SBK karena
terlibat pada pemberontakan PKI.

Dalam kurun waktu 1951-1959 diadakan kongres di Bandung dan


mengubah nama PDKI menjadi Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan Indonesia
(PDKI) dengan keanggotaannya tidak saja meliputi perawat. Demikian pula pada

8
tahun 1959-1974, terjadi pengelompokan organisasi keperawatan. Diantaranya;
Ikatan Perawat Wanita Indonesia (IPWI), Ikatan Guru Perawat Indonesia (IGPI)
dan Ikatan Perawat Indonesia (IPI).

Pada tanggal 17 maret 1974 seluruh organisasi keperawatan terkecuali


Serikat Buruh Kesehatan bergabung menjadi satu organisasi profesi tingkat
nasional dengan nama “Persatuan Perawat Nasional Indonesia” (PPNI). Nama
inilah yang resmi dipakai sebagai nama organisasi profesi keperawatan di
Indonesia hingga saat ini dan tgl 17 maret ditetapkan sebagai hari lahirnya PPNI.

2.2 Tujuan Dan Peran Organisasi Profesi PPNI

Adapun tujuan dari pendirian PPNI adalah : menciptakan persatuan


dan kesatuan yang kokoh sesama tenaga keperawatan, meningkatkan mutu
pelayanan dan upaya kesehatan, mengembangkan dan prestasi kerja tenaga
keperawatan sejalan dengan peningkatan kesejahteraan tenaga keperawatan,
menjalin hubungan kerjasama dengan organisasi lain dan lembaga lain didalam
maupun diluar negeri.

Marqius Bessi L. & Huston J.C. (2000) mendefinisikan organisasi profesi


sebagai organisasi praktisi yang menilai/ mempertimbangkan seseorang memiliki
kompetensi profesional danikatan bersama untuk menyelenggarakan fungsi sosial
yang mana tidak dapat dilaksanakansecara terpisah sebagai individu.Organisasi
profesi memiliki dua perhatian utama, yaitu :

1. Kebutuhan hukum untuk melindungi masyarakat dari perawat yang tidak


dipersiapkandengan baik.

2. Kurangnya standar dalam keperawatan.Organisasi profesi menyediakan


kendaraan untuk perawat dalam menghadapi tantangan yangada saat ini dan akan
datang serta bekerja ke arah positif terhadap perubahan-perubahan profesi sesuai
dengan perubahan sosial.

Ciri-ciri organisasi profesi adalah :

9
1. Hanya ada satu organisasi untuk setiap profesi.

2. Ikatan utama para anggota adalah kebanggaan dan kehormatan.

3. Tujuan utama adalah menjaga martabat dan kehormatan profesi.

4. Kedudukan dan hubungan antar anggota bersifat persaudaraan.

5. Memiliki sifat kepemimpinan kolektif.

6. Mekanisme pengambilan keputusan atas dasar kesepakatan.

Peran organisasi profesi adalah :

1. Sebagai pembina, pengembang, dan pengawas terhadap mutu pendidikan


keperawatan.

2. Sebagai pembina, pengembang, dan pengawas terhadap pelayanan


keperawatan.

3. Sebagai pembina serta pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi


keperawatan.

4. Sebagai pembina, pengembang, dan pengawas kehidupan profesi.

Fungsi organisasi profesi adalah :

1. Bidang pendidikan keperawatan

2. Menetapkan standar pendidikan keperawatan.

3. Mengembangkan pendidikan keperawatan berjenjang lanjut.

4. Bidang pelayanan keperawatan

5. Menetapkan standar profesi keperawatan.

6. Memberikan ijin praktik.

10
7. Memberikan regsitrasi tenaga keperawatan.

8. Menyusun dan memberlakukan kode etik keperawatan.

9. Bidang IPTEK

10. Merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi riset keperawatan.

11. Merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi perkembangan IPTEK dalam


keperawatan.

12. Bidang kehidupan profesi

13. Membina, mengawasi organisasi profesi.

14. Membina kerjasama dengan pemerintah, masyarakat, profesi lain dan antar
anggota.

15. Membina kerjasama dengan organisasi profei sejenis dengan negara lain.

16. Membina, mengupayakan dan mengawasi kesejahteraan anggota.

Manfaat organisasi profesi adalah :Menurut Breckon (1989) manfaat


organisasi profesi mencakup 4 hal, yaitu :

1. Mengembangkan dan memajukan profesi.

2. Menertibkan dan memperluas ruang gerak profesi.

3. Menghimpun dan menyatukan pendapat warga profesi.

4. Memberikan kesempatan pada semua anggota untuk berkarya dan berperan


aktifdalam mengembangkan dan memajukan profesi.

Peran PPNI sebagai organisasi profesi adalah :

1. Pembinaan anggota profesi

11
Peran ini dilakukan dengan cara menentukan kualifikasi anggota,
menetapkan legislasi dan kode etik, serta mengembangkan karir dan kesejahteraan
anggota (Kelly, 1981). Kualifikasi anggota profesi didasarkan pada keahlian,
otonomi dan komitmen terhadap profesi serta tanggung jawab terhadap
masyarakat.

Legislasi berperan sebagai dasar hukum untuk melindungi masyrakat dan


anggota profesi dari praktek keperawatan yang tidak berkualitas . menurut
Lieberman,1970 Legislasi adalah suatu ketetapan atau ketentuan hukum yang
mengatur hak dan kewajiban seseorang yang berhubungan erat dengan tindakan.

2. Pengembangan iptek keperawatan.

Pembinaan dan pengembangan kemampuan perawat dalam


mengembangkan iptek keperawatan ditumbuhkan dengan menciptakan iklim
untuk memacu kegiatan riset, misalnya menambah kemampuan perawat dalam
melakukan riset, menggunakan hasil-hasil riset keperawatan dalam praktek
keperawatan.

Perkembangan iptek kesehatan/keperawatan dapat menyebabkan klien berada


dalam lingkungan yang bersifat high technology dengan pelayanan keperawatan
yang high touch.

3. Menjamin pelayanan keperawatan yang berkualitas dan dapat


dipertanggungjawabkan.

Peran ini meliputi ; perumusan standar profesi, registrasi dan pemberian


lisensi. Standar dalam pelayanan keperawatan merupakan peraturan yang menjadi
patokan boleh tidaknya dilakukan praktek keperawatan, sedangkan standar dalam
pendidikan berguna sebagai alat akreditasi mutu pendidikan.

Registrasi merupakan pencatatan secara resmi nama seseorang


berdasarkan hasil penilaian dari aspek profesi dan hukum yang memungkinkannya
melakukan praktek keprofesian.

12
2. 3 Tugas Pokok PPNI

PPNI mempunyai tugas-tugas pokok yang telah ditetapkan bersama, yaitu;

1. Di bidang Pembinaan Organisasi, PPNI bertugas membina kelembagaan,


anggota dan kader kepemimpinan.

2. Di bidang Pembinaan Profesi, PPNI bertugas meningkatkan mutu pelayanan,


pendidikan dan latihan, pengabdian masyarakat, penghayatan dan pengamalan
kode etik keperawatan, mengupayakan terbentuknya peraturan perundang-
undangan keperawatan serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan.

3. Di bidang Pembinaan Kesejahteraan Anggota, PPNI bertugas membimbing,


mengupayakan kemudahan-kemudahan bagi tenaga keperawatan untuk
mendapatkan kesejahteraan lahir dan bathin.

4. Dibidang Pembinaan Kerjasama, PPNI bertugas membina hubungan dan


kerjasama dengan organisasi lain dan lembaga didalam dan luar negeri.

Sejak lahirnya, sampai dengan sekarang PPNI telah banyak melakukan


berbagai upaya untuk memajukan dunia keperawatan di Indonesia, merubah
paradigma keperawatan yang pada awalnya bersifat vokasional menuju ke
pelayanan yang profesional dengan cara pengembangan aspek pendidikan, iptek
keperawatan dan kehidupan keprofesian. Namun dalam kenyataannya masih ada
sebagian masyarakat keperawatan di Indonesia yang masih awam dengan nama
PPNI.

Menurut penulis ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut


diatas, diantaranya : masih kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh PPNI ke
seluruh masyarakat keperawatan yang ada di Indonesia terutama sekali yang
berada didaerah-daerah (kabupaten dan kecamatan) tentang tujuan, peran dan
tugas PPNI tersebut dalam dunia keperawatan di Indonesia, belum adanya suatu
format khusus untuk memasukkan organisasi PPNI ini sebagai salah satu materi

13
yang harus diberikan pada institusi-institusi pendidikan yang melaksanakan
pendidikan keperawatan, kalaupun ada masih dapat dihitung, kurangnya rasa
memiliki oleh masyarakat keperawatan Indonesia terhadap organisasi PPNI.

Masih kurangnya sosialisasi, menurut penulis ini disebabkan karena masih


terbatasnya sumber dana yang dimiliki oleh PPNI. Seperti kita ketahui untuk
melakukan sosialisasi dan pengembangan suatu organisasi dibutuhkan sumber
dana yang tidak sedikit, apalagi saat ini Indonesia memiliki lebih kurang tiga
puluh provinsi dan hampir lima ratus kabupaten tingkat II. Hal inilah yang
membuat proses sosialisasi sedikit terhambat, namun dengan keterbatasan ini
organisasi PPNI kita lihat hampir disetiap provinsi sudah berdiri Dewan Pimpinan
Daerah (DPD) tingkat provinsi dan diikuti dengan DPD tingkat kabupaten dan
kota .

Perlu dimasukkannya organisasi PPNI kedalam kurikulum pendidikan


keperawatan di Indonesia, dengan masuknya organisasi PPNI kedalam kurikulum
pendidikan keperawatan di Indonesia diharapkan sosialisasi mengenai tujuan,
peran dan tugas dari organisasi ini dapat terlaksana dengan baik sehingga peserta
didik keperawatan mengetahui dari awal tentang organisasi PPNI.

Kurangnya rasa memiliki oleh sebagian masyarakat keperawatan


Indonesia terhadap PPNI, menurut penulis ini dikarenakan masyarakat
keperawatan Indonesia masih ada yang belum mengenal organisasi ini, seperti
kata pepatah “ tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta ”, sebagian
lagi masih menganggap PPNI belum memberikan kontribusi yang nyata bagi
dunia keperawatan di Indonesia khususnya bagi para anggota organisasi.

Hal ini dapat terlihat masih adanya masyarakat keperawatan yang belum
mau untuk bergabung dengan PPNI, padahal PPNI merupakan satu-satunya
wadah untuk menampung, memadukan, menyalurkan dan memperjuangkan
aspirasi masyarakat keperawatan di Indonesia serta mengembangkan keprofesian
dan kesejahteraan tenaga keperawatan.

Dengan telah diberlakukannya Kep.Men.Kes. no: 1239/ 2001 tentang


Registrasi, Legislasi dan Lisensi Praktek Keperawatan yang bertujuan untuk

14
menjaga kualitas dari pelayanan keperawatan yang diberikan, melindungi
masyarakat terhadap kelalaian dalam menerima pelayanan dari tenaga
keperawatan dan melindungi tenaga keperawatan dari tuntutan hukum. Adanya
keputusan tersebut membuat masyarakat keperawatan Indonesia mau tidak mau
harus masuk menjadi anggota organisasi untuk memperoleh Surat Izin Perawat
(SIP), Surat Izin Kerja (SIK), dan Surat Izin Praktek Perawat (SIPP) agar
mempermudah tenaga keperawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan
dimanapun mereka berada.

Menurut pendapat penulis, PPNI telah mampu melaksanakan tugasnya


untuk mengangkat derajat keperawatan di Indonesia walaupun masih ada
kelemahan-kelemahan yang harus dibenahi oleh organisasi profesi ini. Tidak akan
ada profesi lain yang akan memajukan organisasi PPNI kecuali kita masyarakat
keperawatan itu sendiri.

Jenjang organisasi di dalam PPNI adalah sebagai berikut :

1.Dewan Pimpinan Pusat (DPP)

2. Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I (DPD I)

3. Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II (DPD II)

4. Komisariat PPNI (penguruh pada institusi dengan jumlah anggota 25 orang)

Struktur organisasi tingkat pusat adalah sebagai berikut :

1. Ketua umum sebagai puncak tertinggi kepemimpinan. Di bawahnya ada


beberapa ketua bidang seperti :

2. Pembinaan organisasi

3. Pembinaan pendidikan dan latihan

4. Pembinaan pelayanan

5.Pembinaan IPTEK

15
6. Pembinaan kesejahteraan

7. Sekretaris jenderal sebagai wakil ketua untuk urusan kesekretariatan dan


administrasi.Sekretaris berjumlah 5 orang sesuai dengan beberapa departemen di
bawah ini.

8. Departemen organisasi, keanggotaan, dan kaderisasi

9. Departemen pendidikan

10. Departemen pelatihan

11. Departemen pelayanan di rumah sakit

12. Departemen pelayanan di puskesmas

13. Departemen penelitian

14. Departemen hubungan luar negeri

15. Departemen kesejahteraan anggota

16. Departemen pembinaan yayasan

Lama kepengurusan adalah 5 tahun dan dipilih dalam Musyawarah


Nasional atauMusyawarah Daerah yang juga diselenggarakan untuk :

1. Menyempurnakan AD/ ART

2. Perumusan program kerja

3. Pemilihan pengurus

Keanggotaan PPNI ada 2, yaitu :

1. Anggota biasa

2. WNI, tidak terlibat organisasi terlarang.

16
3. Lulus bidan pendidikan keperawatan formal dan disahkan oleh pemerintah.

4. Sanggup aktif mengikuti kegiatan yang ditentukan organisasi.

5. Pernyataan diri untuk menjadi anggota.

Untuk menjamin kualitas pelayanan keperawatan yang diterima masyarakat,


makaPPNI telah menetapkan sistem legislasi keperawatan diawali dengan
adanyaKeputusan Menteri Kesehatan No. 647 tentang Registrasi dan Praktik
Keperawatan.

ICN bekerja dalam banyak area, terutama dalam memberikan panduan


dalam PraktikKeperawatan Profesional, Perumusan Regulasi, dan Peningkatan
Kesejahteraan SosialEkonomi pada berbagai negara di dunia, serta berkaitan
dengan Standar Keperawatan danKebijakan dalam Keperawatan dan Kesehatan di
manca negara. ICN menyediakan publikasidalam skala yang luas terkait dengan
isu-isu terkini dan kebijakan-kebijakan yang diambilorganisasi bagi anggotanya
secara gratis.Setiap tahun ICN mempublikasikan dan mendiseminasikan
seperangkat media untuk digunakan dalam peringatan Hari Perawat Sedunia (The
International Nurses’ Day Kit), yang dilaksanakan secara serentak di berbagai
belahan dunia setiap tanggal 12 Mei. ICN memiliki proyek penting dalam
bidang Praktik Keperawatan Profesional dan Kesejahteraan SosialEkonomi,
seperti Leadership for Change, ICNP, Negotiation in Leadership yang
terusdijalankan di Amerika Latin, Karibia, Asia Pasifik, dan Afrika.

PPNI memiliki suatu majelis tinggi yang mengatur segala regulasi


keperawatan agarfungsinya berjalan dengan baik. Majelis tersebut bernama
Majelis Tenaga KeperawatanIndonesia (MTKI). Majelis ini didirikan sebagai
upaya meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan kepada masyarakat,
meningkatkan daya saing tenaga keperawatandalam negeri maupun luar negeri,
serta memberikan perlindungan kepada penerima dan pemberi jasa pelayanan
keperawatan, dan juga perlu dilakukan suatua registrasi dansertifikasi kepada
tenaga keperawatan.Wewenang Majelis Tenaga Keperawatan Indonesia :

1. Mengatur sertifikasi tenaga keperawatan.

17
2. Membina, mengawasi, dan mengendalikan tenaga keperawatan dan
pelaksanaan praktik pelayanan kesehatan.

3. Menerima dan menindaklanjuti masukan dan pengaduan dari masyarakat


terhadap pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga keperawatan.

4. Memberikan advokasi non litigasi dan etik bagi tenaga keperawatan.

5. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah tentang perencanaan


tenagakeperawatan dalam hal kebutuhan baik jenis, jumlah, amupun kualifikasi
tenaga keperawatan.

6. Menetapkan pedoman organisasi dan tatalaksana kerja serta Divisi dan


KomiteProfesi MTKI beserta rincian tugas-tugas.

7. Memberikan rekomendasi kepada Dinas Kesehatan dalam penerbitan dan


pencabutanijin tenaga kesehatan.

Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam dunia kesehatan yang


harus memiliki kompetensi dan memenuhi standar praktik, serta memperhatikan
kode etik dan moral profesiagar masyarakat menerima pelayanan dan asuhan
keperawatan yang bermutu. Saat ini terjadi pergeseran paradigma dalam
pemberian pelayanan kesehatan dari model medikal yang menitik beratkan
pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan ke paradigma sehat yang lebih
holistik, yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi, bukan sebagai fokus
pelayanan (Cohen, 1996).Berdasarkan hasil penelitian Direktorat Keperawatan
dan PPNI mengenai kegiatan perawatan di Puskesmas, ternyata lebih dari 75%
dari seluruh kegiatan pelayanan adalah kegiatan pelayanan keperawatan (Depkes,
2005). Dari sini kita dapat menyadari bahwa perawat berada pada posisi kunci
paling penting dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada
masyarakat,sehingga diperlukan suatu regulasi yang jelas dalam mengatur
pemberian asuhan keperawatan dan perlindungan hukum pun mutlak didapatkan
oleh perawat.Tetapi bila kita lihat realita yang ada sekarang, dunia keperawatan di
Indonesia masih memprihatinkan. Dalam keadaan ini, perawat yang tugasnya
berada di samping pasienselama 24 jam sering mengalami kedaruratan pasien

18
sedangkan dokter yang bertugas tidakada. Hal ini membuat perawat terpaksa
melakukan tindakan medis yang bukan merupakan wewenangnya demi

keselamatan pasien. Tindakan yang dilakukan tanpa ada delegasi


dan petunjuk dari dokter sering terjadi di Puskesmas di daerah-daerah terpencil.
Dengan adanya pengalihan fungsi perawat tersebut, ketika ada kesalahan tentu
saja perawat tidak mendapatkan perlindungan hokum yang baku, karena
pekerjaannya tidak dapat dipertanggungjawabkan secara profesional.Selain itu
banyak pula masyarakat yang menuntut hukum terhadap praktik tenaga
keperawatan, dan sering diidentikkan dengan kegagalan upaya pelayanan
kesehatan. Padahal perawat hanya melakukan daya upaya sesuai disiplin ilmu
keperawatan.Dari beberapa kenyataan di atas, jelas bahwa diperlukan suatu
ketetapan hukum yang mengatur praktik keperawatan dalam rangka menjamin
perlindungan terhadap masyarakat penerima pelayanan asuhan keperawatan serta
perawat sebagai pemberi pelayanan asuhan keperawatan. Hanya perawat yang
memenuhi persyaratan yang mendapatkan izin melakukan praktik
keperawatan.Untuk itu diperlukan Undang-undang Praktik keperawatan yang
mengatur keberfungsian Konsil Keperawatan sebagai badan regulator untuk
melindungi masyarakat. Fungsi Konsil keperawatan, sebagai Badan Independen
yang bertanggungjawab langsung kepada Presiden,yakni mengatur sistem
registrasi, lisensi, dan sertifikasi bagi praktik perawat (PPNI, 2006).Dengan
adanya Undang-undang Praktik Keperawatan maka akan terdapat jaminan
terhadapmutu dan standar praktik, di samping sebagai perlindungan hukum bagi
pemberi dan penerima asuhan keperawatan. Pada tahun 1989, PPNI sebagai
organisasi profesi perawat di Indonesia mulaimemperjuangkan terbetuknya UU
Keperawatan. Berbagai peristiwa penting terjadi dalam usaha mensukseskan UU
Keperawatan ini. Pada tahun 1992 disahkanlah UU Kesehatan yang di dalamnya
mengakui bahwa keperawatan merupakan profesi (UU Kesehatan No.23,
1992).Peristiwa ini penting artinya, karena sebelumnya pengakuan bahwa
keperawatan merupakan profesi hanya tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP
No.32, 1966). Dan usulan UU Keperawatan baru disahkan menjadi
Rancangan Undang-uandang (RUU) Keperawatan pada tahun 2004. Perlu kita
ketahui bahwa untuk membuat suatu undang-undang dapat ditempuh dengan dua

19
cara yakni melalui Pemerintah (UUD 1945 Pasal 5 ayat 1) dan melalui DPR
(BadanLegislatif Negara). Selama hampir 20 tahun ini PPNI memperjuangkan
RUU Keperawatan melalui Pemerintah, dalam hal ini Depkes RI. Dana yang
dikeluarkan pun tidak sedikit. Tapi kenyataannya hingga saat ini RUU
keperawatan berada pada urutan 250-an pada ProgramLegislasi Nasional
(Prolegnas), yang pada tahun 2007 berada pada urutan 160 (PPNI,
2008).Tentunya, pengetahuan masyarakat akan pentingnya UU Keperawatan
mutlak diperlukan.Hal ini terkait status DPR yang merupakan lembaga perwakilan
rakyat, sehingga pembahasan-pembahasan yang dilakukan merupakan masalah
yang sedang terjadi dimasyarakat. Oleh karena itu, pencerdasan kepada
masyarakat akan pentingnya UU Keperawatan harus dilakukan agar masyarakat
merasa butuh dan usulan UU Keperawatan punmasuk dalam agenda DPR RI.

20
BAB II

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Organisasi PPNI merupakan satu-satunya wadah bagi masyarakat


keperawatan Indonesia yang bertujuan; untuk memantapkan persatuan dan
kesatuan antar tenaga keperawatan, meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
dan upaya kesehatan, mengembangkan karir dan prestasi kerja tenaga
keperawatan sejalan dengan peningkatan kesejahteraan tenaga keperawatan dan
meningkatkan hubungan kerjasama dengan organisasi lain dan lembaga lain
didalam maupun diluar negeri. Dalam perkembangannya PPNI telah mampu
mengubah paradigma keperawatan di Indonesia dari yang bersifat vokasional
menuju ke profesional, tangguh dan mandiri.

3. 2 Saran

Sebagai mahasiswa keperawatan di Indonesia, marilah kita bersama-sama


mengembangkan organisasi PPNI ke depan agar apa yang kita cita-cita terhadap
dunia keperawatan di Indonesia dapat terwujud.

21
DAFTAR PUSTAKA

Chitty RT (1997), Profesional Nursing : Concept and Challenges. WB


Sounders Company Philadelphia

Husin Ma’rifin (1999), Pendidikan Tinggi Keperawatan dan Rumah Sakit


Pendidika

Marqius Bessi L & Huston JC (2000), Leadership Roles and Management


Functions in Nursing. Theory and Application, Lippincott Philadelphia

Rully DE & Oermann MH (1985), The clinical Field its use in


Nursing Education. Appletoncentury – Crufts. Norwalk, Connecticut

Swansburg RJ & Swansburg RC (1998): Introductory management and


Leaderhip for Nurses : an Intercative text, Jones and Barlett Publisher.

22

Anda mungkin juga menyukai