Anda di halaman 1dari 9

Pengaturan Motor Induksi Menggunakan Observer Self Constructing

Fuzzy Neural Network dengan Metode Algoritma Pelatihan


Levenberg Marquardt

Suhariningsih1,2), Soebagio2), Mauridhi Heri Purnomo2)


1)
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya- ITS
2)
Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111
E-mail : nuning@eepis-its.edu

ABSTRAK

Dalam penelitian ini dikembangkan pengaturan kecepatan motor induksi 3 phase tanpa sensor yang dioperasikan
dengan metoda Field Oriented Vector (FOC). Kecepatan motor diestimasi oleh suatu observer dengan suatu
metoda Self Constructing Fuzzy Neural Network (SCFNN) dimana pelatihannya menggunakan metode
algoritma pelatihan Levenberg Marquardt (LM), yang menggantikan metode Backpropagasi karena metode ini
kurang cepat mencapai konvergen. Metode SCFNN mempunyai kemampuan untuk menggabungkan Fuzzy dan
Neural Networks. Hasil simulasi menunjukkan sistem dapat mengestimasi fluksi dan kecepatan dengan
kekonvergenan yang lebih cepat dari metode backpropagasi. Hasil estimasi dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kecepatan rotor motor induksi

Kata kunci: pengaturan kecepatan, motor induksi tanpa sensor, FOC, SCFNN observer, Levenberg Marquardt

ABSTRACT

This paper describes about development of 3 phase speed sensorless induction motor speed controller using
Field Oriented Vector(FOC) method. Motor speed is estimated by an observer using Self Constructing fuzzy
Neural Network (SCFNN) with Levenberg Marquardt(LM) learning algorithm method, that replaces
backpropagation method because this method is slow to reach convergent. SCFNN method combines the fuzzy
and neural network. The simulation results show that the system can estimate flux and speed of induction
motor and it converges faster than backpropagation method. .The estimation result can be used to identify
rotor speed of induction motor with good performance

Keywords: speed control, induction motor, sensorless, FOC, SCFNN observer, Levenberg Marquardt

PENDAHULUAN Kelebihan motor induksi selain kokoh,


konstruksinya sederhana juga perawatannya
Motor DC merupakan jenis motor yang paling mudah. Kelemahan motor induksi antara lain
ideal untuk kontrol elektrik karena kecepatannya motor induksi merupakan motor yang tidak
dapat diatur dengan mudah dan tidak linier, metode untuk mengatur kecepatan rumit,
memerlukan konverter. Kelemahan motor DC disamping itu diperlukan suatu konverter yang
adalah harganya relatif mahal, ukurannya relatif dapat menimbulkan harmonisa. Namun setelah
besar, adanya komutator dan sikat-sikat dalam ditemukan suatu metode Field Oriented
motor, sehingga memerlukan perawatan yang Control(FOC) yang mengubah sistem couple
rumit dan harus dilakukan rutin. Selama menjadi decouple, kesulitan dapat diatasi.
perawatan operasi sistem terhenti, tentu ini Penggunaan metode ini menyebabkan motor
sangat tidak dikehendaki dalam industri, karena induksi berfungsi seperti motor DC penguat
akan sangat mengganggu proses dan mengurangi terpisah. Dengan demikian motor induksi
hasil (produksi) industri, yang berdampak pada menggeser peranan motor DC dalam industri.
kerugian perusahaan .
Dalam sistem pengaturan kecepatan motor
Catatan: Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1 Desember induksi yang dioperasikan dengan metode FOC
2008. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada Jurnal Teknik Elektro
volume 9, nomor 1, Maret 2009.
diperlukan suatu sensor kecepatan untuk

79
Jurnal Teknik Elektro Vol. 8, No. 2, September 2008: 79 - 87

mengamati nilai kecepatannya. Hasil pengamatan MODELING


dari sensor kecepatan motor ini dibandingkan
dengan kecepatan set point, yang kemudian Model Sistem
diumpankan ke kontroller untuk bisa
mengendalikan kecepatan sehingga sesuai Mengembangkan dari beberapa penelitian yang
dengan harga set point yang di-input-kan. telah dilakukan oleh Seong-Hwan Kim, dkk.[3],
Biasanya letak sensor terlalu jauh dari sistem Faa-Jeng Lin, dkk[4] dan Iradiratu DPK.[2],
kontrol maka proses pengamatan sensor pada maka blok diagram sistem yang dikembangkan
motor induksi ini membuat hasil pengukuran pada penelitian ini terlihat pada gambar 1.
kecepatannya menjadi kurang akurat. Untuk
mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu Field Oriented Control
observer yang berfungsi untuk mengamati besar
torka dan arus, sehingga kecepatan motor dapat Field Oriented Control (FOC) adalah suatu
diprediksi. Karena itu dikembangkan suatu metode pengaturan medan pada motor AC,
observer menggunakan metode Selft Contructing dimana dari sistem coupled diubah menjadi
Fuzzy Neural Network (SCFNN). sistem decoupled. Dengan sistem ini arus
penguatan dan arus beban motor dapat dikontrol
Sasaran dari penelitian ini adalah mengembangkan secara terpisah, dengan demikian torka dan fluksi
suatu observer metode Self Constructing Fuzzy juga dapat diatur secara terpisah. Diagram blok
Neural Network (SCFNN) dengan metode yang menggambarkan prinsip dasar sistem
algorithm pelatihan Levenberg Marquardt yang decoupled field oriented control (FOC
menggantikan SCFNN dengan metode Decoupled) motor induksi ditunjukkan pada
Backpropagasi yang dilakukan peneliti gambar 2 [5].
sebelumnya [1]. Metode ini digunakan untuk
mengontrol kecepatan motor induksi 3 phase,
sehingga motor mempunyai kinerja yang lebih
bagus dengan pencapaian kekonvergenan yang
lebih cepat.

Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi


terhadap upaya untuk terus mengembangkan
metode pengaturan kecepatan pada motor
induksi sehingga dapat meningkatkan kinerja
yang lebih baik dari sistem yang menggunakan Gambar 2. Diagram blok FOC decoupled motor
motor induksi. Dengan perbaikan kinerja sistem induksi
diharapkan meningkatkan efisiensi kerja pada
dunia industri. Model Inverter
Vektor rotasi terhadap arus magnetisasi dan arus
torsi menghasilkan arus fase referensi yang
digunakan untuk sinyal kontrol PWM inverter.
Tegangan yang dihasilkan inverter akan
digunakan oleh stator motor induksi. Model
PWM inverter ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 1. Konfigurasi sistem speed-sensorless


vector control untuk motor induksi dengan
SCFNN[2] Gambar 3. PWM inverter

80
Pengaturan Motor Induksi Menggunakan Observer Self ConstructingFuzzy Neural Network
[Suhariningsih, at al]

Model Motor Induksi Pada lapisan kedua terjadi proses fuzzifikasi dan
pembentukan membership fungsi. Fungsi yang
Rangkaian ekivalen motor induksi dalam dipergunakan adalah fungsi Gaussian.
koordinat d-q dapat dilihat pada gambar 4.
⎛ (x i - m ji )2 ⎞
rs ωλds uAj = exp ⎜ ⎟ (3)
+ Lls - L’lr - + r'r ⎜ σ 2ji ⎟
⎝ ⎠
i
+ +
iqs (ω − ωr )λ'dr
i'qr
Vqs M V’qr dengan mji dan σji adalah rata-rata (mean) dan
standar deviasi.
- -

rs
ωλqs Lapisan ketiga merupakan penentuan kondisi
+ Lls - L’lr + - r'r
+ + awal dari aturan fuzzy. Langkah ini adalah untuk
ids (ω − ωr )λ'qr
i'dr memperoleh hasil perkalian antara semua
Vds M V’dr komponen input dari error dan delta error
dengan persamaan untuk rule node ke-j:
- -

Gambar 4. Rangkaian ekivalen motor induksi u j = u A j ( x1 )u A j ( x 2 ) L u A j ( x n ) = ∏ u A j ( x i ) (4)


1 2 n i

dalam koordinat d-q i

Dengan uj adalah output node rule ke-j.


Dengan memasukkan tegangan rotor (Vr = 0)
pada rangkaian ekivalen motor induksi dalam
Lapisan keempat berfungsi untuk menjumlahkan
koordinat d-q, maka didapat besaran tegangan
seluruh sinyal masukan yang disimbolkan
stator yang merupakan fungsi dari arus stator dan
dengan Σ kemudian dirumuskan dalam
arus rotor dalam bentuk matrik sebagai berikut : *
persamaan y yang selanjutnya dilakukan
⎡vds ⎤ ⎡ Rs + pLs − ωs Ls pM − ωs M ⎤ ⎡ids ⎤ proses defuzzikasi [6]
⎢v ⎥ ⎢ ω L R + pL ω ⎥ ⎢i ⎥
⎢ qs ⎥ = ⎢ sM pM ⎥.⎢ qs ⎥
(1)
s s s s

⎢0⎥ ⎢ pM − (ωs − ωr )M Rr + pLr − (ωs − ωr ) Lr ⎥ ⎢idr ⎥


(5)
M
⎢ ⎥ ⎢
⎣ 0 ⎦ ⎣(ωs − ωr )M pM (ωs − ωr ) Lr
⎥⎢ ⎥
Rr + pLr ⎦ ⎣⎢iqr ⎦⎥ y* = ∑ w ju j
j =1
d
dengan: p =
dt y*

Jika ditinjau pada koordinat stationer (ωs = 0),


maka persamaan 1 menjadi: ω1 ω2 ωM

µ1 µ2 µM
⎡vds ⎤ ⎡ Rs + pLs 0 0 ⎤ ⎡ids ⎤
. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
pM
µ A2 ( x 2 )
⎢v ⎥ ⎢ 0 ⎢ ⎥
Rs + pLs 0 pM ⎥⎥ ⎢iqs ⎥
2

⎢ qs ⎥ = ⎢ . (2) µ A1 ( x 2 )
µ AM ( x 2 )
⎢ 0 ⎥ ⎢ pM ωr M Rr + pLr ω r ) Lr ⎥ ⎢idr ⎥
2
2

⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎢ ⎥ µ A1 ( x 1 )
µ A 2 ( x1 ) µ A M ( x1 )
⎣ 0 ⎦ ⎣ − ωr M − ωr Lr Rr + pLr ⎦ ⎢⎣iqr ⎥⎦
i

pM i
1

.........
.........

SELF CONSTRUCTING FUZZY NEURAL


NETWORK DENGAN METODE PELATIHAN
LEVENBERG MARQUARDT

Kontroler ini adalah sebuah kontroler fuzzy,


sehingga masukannya adalah data numeric X1 X2

berupa nilai error. Struktur dasar dari sebuah


Gambar 5. Struktur dasar SCFNN
fuzzy neural network adalah seperti pada gambar
5.[6]
Algoritma On-Line pada SCFNN dengan
Metode Pelatihan Levenberg Marquardt
Pada lapisan pertama hanya terjadi proses
masukan berupa data crisp yaitu error (X1) dan
Pada SCFNN terdapat dua jenis tipe algoritma
Delta error (X2) untuk meneruskan sinyal ke
pelatihan yaitu pelatihan struktur dan pelatihan
lapisan berikutnya.
parameter. Pelatihan struktur digunakan untuk

81
Jurnal Teknik Elektro Vol. 8, No. 2, September 2008: 79 - 87

mencari space input fuzzy logic partition dan Untuk menghindari membership function yang
fuzzy logic subject yang bertujuan baru sama dengan yang telah ada, kesamaan
meminimalkan jumlah rule dan meminimalkan antara membership function yang lama dan baru
fuzzy set dalam semesta pembicaraan dari setiap harus diperiksa, yaitu dengan assumsi bahwa
variabel input. Pelatihan parameter jika terdapat dua fuzzy set A dan B dengan
menggunakan algoritma supervised learning, membership function adalah uA(x) = exp [-(x –
sedangkan untuk menentukan bobot dan m1)2/σ12] dan uB(x) = exp [-(x – m2)2/σ22], dan
parameter dari membership function diatur asumsikan m1 ≥ m2, maka |A ∩ B| dapat dihitung:
dengan algoritma pelatihan backpropagasi.
A∩ B =
[
1 h 2 (x ) m2 − m1 + π (σ 1 + σ 2 )
+
]
Fasa Pelatihan Struktur 2 π (σ 1 + σ 2 )

Langkah pertama pada pelatihan struktur adalah [


1 h 2 (x ) m2 − m1 + π (σ 1 + σ 2 )
+
] (10)

menentukan perlu tidaknya melakukan pelatihan 2 π (σ 1 + σ 2 )


struktur. Jika emin ≤ |e| atau ∆emin ≤ |∆e|, dimana [
1 h 2 ( x ) m2 − m1 + π (σ 1 + σ 2 ) ]
emin dan ∆emin adalah konstanta positif, maka 2 π (σ 1 + σ 2 )
Pelatihan struktur diperlukan. Selanjutnya
menentukan node baru (membership function) dimana h(x) = max{0,x}.
pada lapisan kedua dan menghubungkan fuzzy
logic rule pada lapisan ketiga. Jika adanya satu A∩ B A∩ B
E ( A, B ) = = (11)
cluster diberikan pada input akan menyebabkan A∪ B σ1 π + σ 2 π A ∪ B

adanya sebuah rule fuzzy logic pada lapisan


ketiga, maka persamaan kekuatan penyulutan
Pemeriksaan dilakukan pada semua variabel
(firing strength) dari sebuah rule untuk setiap
input xi. Sedangkan nilai maksimumnya Emax
data masukan xi dapat ditunjukkan sebagai sudut
didapat dengan:
dimana data masukan memiliki hubungan
terhadap cluster data. Firing strength diperoleh
dari persamaan 4 yang digunakan sebagai
{(
E max = max E u m1(new ) , σ 1(new ) ,
1≤ j ≤Q (t )
) }
u (m j1 , σ j1 ) (12)
pengukuran sudut :
dimana u(mj1, σj1) adalah membership function
Dj =uj j = 1,..., Q(t) (6) Gaussian dengan mean mj1 dan standar deviasi
σj1; M(t) adalah jumlah membership function ke-i
Dengan Q(t) adalah jumlah rule yang ada pada
dari variabel input. Jika Emax ≤ E dengan E ∈
waktu t. Kriteria pembentukan fuzzy rule baru
(0,1) adalah nilai yang sudah ditentukan, maka
untuk data masukan baru dinyatakan sbb.
gunakan membership function baru dan jumlah
Dengan menentukan pengukuran sudut
M(t) adalah sebagai berikut:
maksimum Dmax
M(t +1) = M(t) + 1 (13)
Dmax = max D j (7)
1≤ j ≤Q (t )
Jadi pembentukan membership function
Jika Dmax ≤ D , maka dibentuk membership berhubungan dengan pembentukan rule fuzzy
function dengan D ∈ (0,1). Kemudian mean dan baru dan bobot ω(new).
standar deviasi dari membership function yang
baru, dinyatakan lebih dulu dengan nilai tertentu Fasa Pelatihan Parameter
secara heuristik atau cara lain. Jadi mean dan
Algoritma pelatihan parameter dari SCFNN
standar deviasi dari membership function baru
adalah menentukan rule yang adaptif untuk
sebagai berikut:
mengatur parameter-parameter jaringan,
( new ) berdasarkan pasangan input-output. Jika
mi = xi (8) parameter jaringan terdiri dari vektor parameter,
maka proses pelatihan memperhitungkan vektor
=σi
( new )
σi (9) determinasi dari fungsi energi. Metode ini
umumnya berdasar rule pelatihan backpropagasi
dengan xi adalah data masukan yang baru dan σi karena vektor gradien dihitung dalam arah
adalah standard deviasi. berlawanan terhadap output setiap node. Untuk

82
Pengaturan Motor Induksi Menggunakan Observer Self ConstructingFuzzy Neural Network
[Suhariningsih, at al]

menjelaskan algoritma pelatihan parameter ∂E ⎡ ∂E ∂u Aij ⎤


SCFNN menggunakan metode supervised ∆σ ji = −ησ = ⎢ − ησ ⎥
∂σ ji ⎢ ∂u A j ∂σ ji ⎥ (21)
gradient decent, asumsikan fungsi energi E ⎣ i ⎦
didefinisikan sebagai:
= ησ δ ji
2
(
2 xi − m ji
2
)
(σ )
ji
2

1 1
E = (ω m − ω r ) = em2 (14)
2

2 2
dengan ηm dan ησ adalah parameter learning rate
dari mean dan standar devisasi fungsi Gaussian.
Kemudian algoritma pelatihan parameter ber-
Mean dan standar deviasi dari membership
dasarkan backpropagasi dijelaskan sebagai
function pada lapisan ini di-update dengan:
berikut [6]:
m ji ( N + 1) = m ji ( N ) + ∆m ji (22)
Lapisan keempat; bentuk error dipropagasi dan
dihitung sebagai berikut: σ ji ( N + 1) = σ ji ( N ) + ∆σ ji ) (23)

∂E ⎡ ∂E ∂em ⎤ ⎡ ∂E ∂em ∂ω r ⎤ (15) Setelah didapatkan persamaan-persamaan ini


δ4 =− = ⎢− ⎥ = ⎢− ⎥ maka disimulasikan rangkaian kontrol dengan
∂y ∗ ⎣ ∂em ∂y ∗ ⎦ ⎣ ∂em ∂ω r ∂y ∗ ⎦
Self Constructing Fuzzy Neural Networks dengan
dan bobot di-update sebesar: plant motor induksi.

Pada penelitian ini metode pelatihan


∂E ⎡ ∂E ⎤⎛ ∂y ∗ ⎞ (16)
∆ω j = −ηω = ⎢ − ηω ∗ ⎥ ⎜ ⎟ = −ηω δ 4 u j Backpropagasi diganti dengan metode pelatihan
∂ω j ⎣ ∂y ⎦⎜⎝ ∂ω j ⎟
⎠ Levenberg Merquardt (LM). Metode pelatihan
LM ini merupakan kombinasi algoritma Newton
dengan faktor η ω adalah parameter learning rate dengan Steepest Decent. Bila metode Gradient
dari bobot. Bobot pada lapisan keempat di- Descent dinyatakan sebagai persamaan :
update dengan menggunakan persamaan:
Wkj (t + 1) = Wkj (t ) + α .δ k .Z j (24)
ω j ( N + 1) = ω j ( N ) + ∆ω j (17)
Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi
dengan N adalah jumlah iterasi dari node ke-j
Wk +1 = Wk + α .g (25)
Lapisan ketiga; pada lapisan ini hanya error
yang perlu dihitung dan dipropagasi: Dimana g adalah vektor gradient. Bentuk
persamaan Newton adalah:
∂E ⎡ ∂E ⎤ ⎡ ∂y ∗ ⎤ (18)
δ 3j = − = ⎢− ⎥* ⎢ ⎥ = δ ωj
4

∂u j ⎣ ∂y ∗ ⎦ ⎣⎢ ∂u j ⎦⎥ Wk +1 = Wk − Ak−1 .g (26)

Lapisan kedua; error dihitung sebagai berikut: Ak adalah matrik Hessian (elemennya adalah
turunan kedua error terhadap bobot) sebagai
∂E ⎡ ∂E ∂y ∗ ⎤ ⎡ ∂u j ⎤
(19)
δ 2ji = − = ⎢− ⎥⎢ ⎥ = δ 3j berikut:
∂u A j ⎢⎣ ∂y ∗ ∂u j ⎥⎦ ⎢ ∂u A j ⎥⎦
i ⎣ i
⎡ ∂2E ∂2E ∂2E ⎤
⎢ .... .... ⎥
Hukum update dari mji adalah: ∂W1∂W1 ∂Wn ∂W1 ⎥
⎢ ∂W
2
1
⎢ ∂ E ∂2E ∂2E ⎥
2
A= ⎢ .... .... (27)
∂E ⎡ ∂E ∂u Aij ⎤ ∂W ∂W
⎢ 1 2
∂W∂W22 ∂Wn ∂W2 ⎥

∆m ji = −ηm = ⎢− ηm ⎥ ⎢ .... .... .... .... .... ⎥
∂m ji ⎢ ∂u A j ∂m ji ⎥
⎣ i ⎦ ⎢ .... .... .... .... .... ⎥
(20) ⎢ ∂2E ∂2E ∂2E ⎥

= ηmδ 2
(
2 x − m ji
2
i ) ⎢
⎢⎣ ∂W1∂Wn ∂W2 ∂Wn
.... .... ⎥
∂W∂W 22n ⎥⎦
ji
(σ )ji
2

Hukum update dari σji adalah: Matrik A dapat ditulus menjadi:

83
Jurnal Teknik Elektro Vol. 8, No. 2, September 2008: 79 - 87

A = 2J T J (28)

dimana J adalah matrik Jacobian

Persamaan update bobot dengan metode


pelatihan LM adalah :

Wk +1 = Wk − ( J kT J k + µI ) −1 J kT e (29)

Bila nilai µ = 0 , maka metode pelatihan LM


akan sama dengan metode Gauss Newton, Gambar 7. Struktur estimasi kecepatan
sedangkan bila µ maka metode pelatihan LM
akan sama dengan Backpropagasi(steepest Parameter motor induksi untuk data pelatihan
descent)[2]. SCFNN yang digunakan dalam mendapatkan
target adalah:
Setelah didapatkan persamaan-persamaan ini a. Fluksi direct λ dr terdiri atas I ds , Vds , Vqs
maka disimulasikan rangkaian kontrol dengan dan ω r
Self Constructing Fuzzy Neural Networks metode
pelatihan Levenberg Marquardt dengan plant b. Fluksi quadratur λ qr terdiri atas I qs , Vqs ,
motor induksi. Vqs dan ω r
BLOK DIAGRAM SELF CONTRUCTING c. Kecepatan ωr terdiri atas λ dr , λ qr I ds , dan
FUZZY NEURAL NETWORK OBSERVER I qs .
(SCFNNO)
Pembelajaran Off-Line
Blok diagram sistem kontrol kecepatan motor
induksi tanpa sensor kecepatan dapat dilihat pada Metode pembelajaran untuk estimasi fluksi
gambar 1. Bagian adaptive observer identifikasi kecepatan motor induksi tiga fasa
menggunakan self contructing fuzzy neural menggunakan self constructing fuzzy neural
network terlihat pada gambar 6 dan gambar 7. network, dimana jaringannya terdiri dari empat
lapisan, yaitu 4 input, linguistic, precondition
dan 1 output. Linguistic, precondition dan output
digunakan untuk mendapatkan nilai λ dr , λ qr dan
ωr .

Proses pembelajaran menggunakan 4 neuron


input yaitu Vs, Is, ω r* dan λ r . Pembelajaran
dilakukan sebayak 5 epoch. Apabila hasil
pembelajaran belum konvergen atau tidak sesuai
target maka akan terjadi penambahan
membership function baru. Penambahan akan
berhenti bila hasil pembelajaran konvergen.
Gambar 6. Struktur estimasi fluksi Harga awal bobot ditentukan antara 0 dan 1
untuk mencari parameter optimal yang
Gambar 6 adalah struktur estimasi untuk menghasilkan kinerja terbaik.
mendapatkan estimasi fluksi yang masing-
masing terdiri dari fluksi direct λ dr dan fluksi Dalam proses estimasi, ada tiga SCFNN untuk
menyelesaikan estimasi fluksi direct λ dr , fluksi
quadrater λ qr . Hasil dua parameter ini
quadratur λ qr . Setelah selesai proses ini ada satu
digunakan untuk input estimasi kecepatan seperti
terlihat pada gambar 7. SCFNN menyelesaikan estimasi kecepatan ω r .

84
Pengaturan Motor Induksi Menggunakan Observer Self ConstructingFuzzy Neural Network
[Suhariningsih, at al]

Pembelajaran Off-line Fluksi Direcf λdr backpropagasi untuk mendapatkan hasil SCFNN
yang mengikuti kecepatan yang sesungguhnya.
Pembelajaran off-line self constructing fuzzy
neural network observer untuk identifikasi fluksi
1

direct λ dr , ditunjukkan pada gambar 8.


Ids 2

N
1
π

Vds 2

2 λdr
π ∑
1

Vqs 2

π
1 N

ωr 2

Gambar 8. Sruktur estimasi fluksi direct


λ dr menggunakan SCFNNO Gambar 9. Internal struktur SCFNNO

Gambar 8 menggambarkan tentang struktur dari Jumlah blok SCFNNO ada 3 yaitu blok untuk
estimator fluksi direct λ dr menggunakan SCFNNO λ dr , λ qr dan ω r , blok SCFNNO
SCFNN dan input terdiri atas I ds , Vds , Vqs dan untuk λ dr dan λ qr yang dihitung dulu, kemudian
ω r , masuk ke blok SCFNNO. hasilnya dimasukkan ke blok SCFNNO ω r .

Blok model motor menentukan nilai kecepatan Pada saat pelatihan, jumlah rule yang tercipta
(kecepatan referensi ω r* ) sehingga didapatkan untuk masing-masing input bisa berbeda dari
rule yang tercipta untuk satu blok SCFNNO,
fluksi direct referensi λ*dr . Bagian SCFNNO
karena karakteristik I ds , I qs , Vds , Vqs dan ω r
menghasilkan fluksi direct pelatihan λ̂ dr . Selisih
tidak sama.
nilai referensi dan pembejaran didapatkan error
atau fluksi direct estimasi. SIMULASI
Output dari SCFNNO didefinisikan sebagai Data motor induksi tiga fasa yang digunakan
fluksi direct pelatihan λ̂ dr , yang kemudian untuk simulasi adalah:
digunakan sebagai input yang dapat diubah-ubah.
Jika fluksi direct yang diestimasi merupakan Rs (resistansi stator) = 176 ohm, Tegangan 115
deviasi dari fluksi direct sesungguhnya dan Volt
error hubungan antara flux dari model fluksi Rr (resistansi rotor) = 190 ohm, Jumlah pasang
kutub = 2
direct pelatihan λ̂ dr dan fluksi direct referensi Ls (induktansi stator) = 3,79 H, Frekuensi 60 Hz
λ*dr, maka error merupakan backpropagasi dari Lr (induktansi rotor) = 3,31 H
SCFNN dan pembebanan dari SCFNN adalah M (induktansi gandeng) = 3,21 H
adjusted on line untuk mengurangi error. J (momen inersia) = 0,0000105 Kg.m2
Akhirnya, output dari SCFNN merupakan model Kd (konstanta gesek) = 1,9.10-5 Kg.m2/s
fluksi direct yang sesungguhnya.
Gambar 10 dan gambar 11 merupakan hasil
Internal Struktur Dari SCFNNO simulasi yang diperoleh untuk estimasi fluksi dan
kecepatan rotor dengan menggunakan bahasa
Gambar 9 menggambarkan tentang struktur dari pemrograman C++. Performansi yang ditunjukkan
SCFNNO dan dilatih dengan algoritma menampilkan pengambilan data pada kecepatan

85
Jurnal Teknik Elektro Vol. 8, No. 2, September 2008: 79 - 87

referensi 1350 rpm. Gambar yang ditampilkan KESIMPULAN


adalah hasil observer menggunakan SCFNNO
pelatihan Levenberg Marquardt dan SCFNNO Dari pengamatan dan analisis hasil simulasi
pelatihan Backpropagasi yang telah dilakukan SCFNNO pelatihan Levenberg Marquardt pada
peneliti sebelumnya [1]. penelitian ini dan kemudian dibandingkan
dengan SCFNNO pelatihan Backpropagasi yang
telah dilakukan peneliti sebelumnya, maka dapat
disimpulkan:
1. Pada simulasi pelatihan pada simulasi
SCFNNO Marquardt diperlukan jumlah
epoch yang lebih sedikit dengan error yang
lebih kecil dibanding dengan SCFNNO
Backpropagasi. Hal ini berarti bahwa metode
SCFNNO pelatihan Levenberg Marquardt
lebih cepat konvergen dibanding dengan
SCFNNO dengan pelatihan Backpropagasi.

∧ ∗ 2. Simulasi estimasi kecepatan ( ω r ) dengan
ω r Prediksi ω r Output Model Motor SCFNNO pelatihan Levenberg Marquardt
Gambar 10. Grafik kecepatan fungsi waktu dengan pengambilan referensi kecepatan
dengan SCFNNO levenberg marquardt nilai yang berbeda (yaitu 1350 rpm, 750 rpm,
MSE 0,017175% 500 rpm), nilai Mean Square Error (MSE)
berkisar antara 0,017175% sampai
0,021564%.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa


nilai MSE SCFNNO pelatihan Levenberg
Marquardt mempunyai kisaran nilai yang
lebih rendah dari SCFNNO pelatihan
Backpropagasi. Hal ini menunjukkan bahwa
Self Constructing Fuzzy Neural Network
Observer yang dirancang mampu
mengestimasi fluksi dan kecepatan rotor
dengan baik karena nilai yang diijinkan
∧ ∗ Standart Error Estimasi (SEE) kurang dari
ω r Prediksi ω r Output Model Motor
5%
Gambar 11. Grafik kecepatan fungsi waktu
dengan SCFNNO backpropagasi nilai MSE Dengan demikian metode SCFNNO pelatihan
0,030675% Levenberg Marquardt yang dirancang
mempunyai performansi yang lebih baik dari
Tabel l. Pengujian SCFNNO dengan pelatihan pada SCFNNO pelatihan Backpropagasi
levenberg marquardt dan SCFNNO dengan sehingga dapat digunakan sebagai piranti
pelatihan backpropagasi untuk beberapa data alternatif untuk identifikasi kecepatan rotor
yang berbeda motor induksi.
SCFNN Observer
Kecepatan Hasil Levenberq
Backpropagasi
DAFTAR PUSTAKA
N0 referensi prediksi Marquardt
(rpm) pada Jumlah Jumlah
epoch
MSE (%)
epoch
MSE (%) [1] Sutedjo, Soebagio dan Mauridhi Hery
λdr 2 0,010360 50 0.020035 Purnomo, “Kendali Kecepatan Motor
1 1350 λqr
ωr
2
2
0,019923
0,017175
50
50
0,081165
0,030675
Induksi Tanpa Sensor Kecepatan
λdr 2 0,003539 50 0,056819 Menggunakan Self Conructing Fuzzy
2 750 λqr 2 0,024703 50 0,080676 Neural Network”, Seminar Nasional XII
ωr 2 0,021564 50 0,036961
FTI-ITS, 29 Maret 2005, hal. 414.
λdr 2 0,027750 50 0,060614
3 500 λqr 2 0,018828 50 0,125130 [2] Iradiratu, Mauridhi Hery Purnomo, Era
ωr 2 0,020052 50 0,049025 Purwanto, “Perancangan Model Observer

86
Pengaturan Motor Induksi Menggunakan Observer Self ConstructingFuzzy Neural Network
[Suhariningsih, at al]

Untuk Identifikasi Kecepatan Motor Fuzzy Neural Networks Uncertainty


Induksi”, Procedings SMED, Sep 2002. Observer”, IEEE Trans. On Industrial
[3] Seong-Hwan Kim,Tae-Sik Park,Ji-Yoon Electronics, vol.47, No. 2, April, 2000,
Too, and Gwi-Tae Park, “Speed-Sensorless pp.356–367.
Vector Control Of An Induction Motor [11] R.Krishnan, VirginaTech. Blacksburg,
Using Neural Network Speed Estimation”, VaElectric Motor Drives Modeling,
IEEE Trans. On Industry Application, vol. Analysis and Control, Prentice Hall
48, No. 3, June 2001. International. Inc., New Jersey, 2001.
[4] F.J.Lin, W.J.Huang, and R.J.Wai, “A [12] Soebagio, Era Purwanto, “Algoritma
Supervisory Fuzzy Neural Network Control genetika Untuk Optimasi Penentuan
System For Tracking Periodic Inputs”, IEEE parameter Motor Induksi dengan Model d-
Trans. Fuzzy Syst, vol.7, Feb.1999, pp.41- q”, SMED, 13 Juli 2000, hal. II-1.
52. [13] Soebagio, Mohammad Zuhri, “Pengaruh
[5] Fukuda and T. Shibata, “Theory And Perubahan Paremeter Terhadap Kinerja
Applications Of Neural Network for Motor Induksi Rotor Sangkar dan Rotor
Industrial Control System”, IEEE Trans. Belit”, Proc. SITIA, Jurusan Teknik Elektro
Ind. Electron, vol.39, Dec. 1992, pp.472- ITS, 2 Mei 2005, hal. 63-67.
489. [14] Mauridhi Hery P, Agus Kurniawan,
[6] Faa-Jeng Lin and Chih-Hong Lin, “A Supervised Neural Networks dan
Permanent magnet Synchronous Motor Aplikasinya, Graha Ilmu, 2006.
ServoDrive Using Self Constructing fuzzy [15] Soebagio, Peran Pengemudian Elektris
Neural Network Controller”, IEEE Trans. dalam menghadapi Kompetisi Global,
On Energy Conversion, Vol. 19, No. 1, Pengukuhan Guru Besar, Surabaya, Januari,
March 2004.
2003.
[7] Purwanto Era, Studi Pengaturan Motor
[16] K. S.Narendra and K. Parthasarathy,
Induksi Dengan Metoda Vektor, Master
“Identification And Control Of Dynamical
Tesis, Universitas Shizuoka Jepang, 1995.
Systems Using Neural Networks”, IEEE
[8] C. T. Lin, “A Neural Fuzzy Control system
Trans Neural Networks, vol. 1, Maret 1990,
With Structure And Parameter Learning”,
Fuzzy Sets Syst., vol. 70, no. 2-3, Mar. 1995, pp. 4–27.
pp. 183-212. [17] Boldea Ion, Nazar Syed A, Vector Control
[9] C. F. Juang and C. T.Lin, “An On-Line Self AC Drives, CRC Press, Inc.1992.
Constructing Neural Fuzzy Inference [18] Wiryajati K, et al, “Kontroller Konvensional
Network And Its Application”, IEEE Trans. Sebagai Model Referensi pada Pengaturan
Fuzzy Syst, vol.6, Feb. 1998, pp. 12-32. Motor Induksi Berbasis Field Oriented
[10] Faa Jeng Lin, Rong Jong Wai, Chih Hong Control”, Proc. CECI&SITIA Control and
Lin dan Da Chung Liu, ”Decouple Stator Inteligent Teknology Application, Surabaya,
Flux Oriented Induction Motor Drive with 2003, pp.D40-D43.

87

Anda mungkin juga menyukai