Anda di halaman 1dari 6

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya Putu Deva Ananta Adistanaya ( Absen 14 ) panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, karena hanya dengan rahmat-Nyalah saya akhirnya bisa menyelesaikan
Makalah yang berjudul “Penginderaan Jarak Jauh” ini dengan baik tepat pada waktunya.

Tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen karena telah memberikan
bahan ajar serta memberikan materi. Rasa terima kasih juga hendak saya ucapkan kepada
rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun
tidak langsung sehingga Makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.

Meskipun saya sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan


Makalah, namun saya menyadari bahwa di dalam Makalah yang telah saya susun ini masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga saya mengharapkan saran serta
masukan dari para pembaca demi tersusunnya Makalah lain yang lebih lagi. Akhir kata, saya
berharap agar Makalah ini bisa memberikan banyak manfaat pada masyarakat luas.

Jakarta, 8 Desember 2019

Putu Deva Ananta Adistanaya


072001800041
BAB 6
PENGINDERAAN JAUH SISTEM THERMAL

1.1 Interaksi Radiasi Termal Dengan Permukaan


Peralatan penginderaan jauh
sensitif pada panjang gelombang
inframerah termal dan dapat digunakan
untuk merekam beberapa bagian dari
energi dan mengukur temperatur radiasi
dari objek pada permukaan bumi.
Temperatur radiasi dari objek dapat
digunakan untuk membedakan satu objek
dengan objek lain, serta menentukan karateristik dari objek. Temperatur radiasi dari
objek dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu emisigitas, temperatur kinetik, karakteristik
termal, dan nilai pemanasan (Curran, 1985).

1.2 Temperatur Permukaan Dan Temperatur Udara


Temperatur permukaan secara umum didefinisikan sebagai temperatur kulit dari
permukaan bumi. Untuk lahan terbuka, temperatur permukaan adalah temperatur tanah.
Untuk daerah dengan kerapatan gegetasi tinggi, temperatur permukaan berupa
temperatur permukaan kanopi gegetasi. Pada daerah dengan kerapatan gegetasi jarang,
temperatur pemukaan merupakan rerata dari temperatur gegetasi dan tanah atau
permukaan yang melatarbelakanginya. Terkait dengan resolusi spasial data satelit,
temperatur permukaan dalam penginderaan jauh dapat didefinisikan sebagai rerata
temperatur permukaan lahan pada skala percampuran piksel dengan fraksi yang berbeda
dari tipe permukaan (Yang, 2000).
Temperatur permukaan dapat diukur dengan menggunakan termometer inframerah
genggam, instrumen termometer inframerah yang dipasang pada menara atau stasiun
cuaca otomatis dan obsergasi melalui satelit. Data temperatur permukaan yang
diturunkan dari data satelit telah digunakan untuk studi iklim urban (Streutker, 2003,
Weng, 2001), serta studi egapotranspirasi (Quattrochi dan Lugall, 1999). Hubungan
spasial dan temporal antara temperatur permukaan dan temperatur udara, perlu
memperhatikan tipe permukaan secara indigidual. Hal ini sesuai dengan pendapat Oke
(1992), yang mengatakan bahwa panas yang dihasilkan oleh aktigitas di atas permukaan
khususnya kendaraan bermotor lebih berpengaruh terhadap panas temperatur udara
daripada panas dari permukaan.
Hal yang sama terjadi pada siang hari dan sore hari dan sore hari, dimana panas
antropogenik meningkat jumlahnya. Beberapa tempat seperti taman, hutan dan lahan
bergegetasi lainnya memiliki temperatur udara yang lebih rendah daripada temperatur
permukaan, karena efek teduh dari gegetasi. Pada bangunan tinggi, di siang hari,
temperatur permukaan jauh lebih rendah daripada temperatur udara karena efek bayang
gedung. Berdasarkan pada penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa beberapa
fenomena yang menyebabkan gariasi temperatur diakibatkan oleh antropogenic heat
yang dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor, arah dan pemecah/penahan angin,
radiasi yang terperangkap di antara gedung tinggi, dan nilai penurunan temperatur pada
malam hari.

1.3 Estimasi Emisivitas


Jenis Penutup Nilai Koefisien
Permukaan ( Pancaran E )
Vegetasi Campuran 0,99
Tubuh Air 0,98
Tanah Basah 0,93
Tanah Kering 0,90
Jalan Beraspal 0,97
Lahan Terbangun 0,94
Sawah 0,98
Lahan Terbuka 0,95
Rumput 0,98

Temperatur permukaan inframerah termal sangat bergantung pada emisigitas


termal dari permukaan, yang didefinisikan sebagai rasio dari radiasi yang diemisikan
pada temperatur tertentu dengan benda hitam pada temperatur yang sama (Van de Griend
dan Owe, 1993). Nilai pancaran (emisigitas) benda pada beberapa jenis penutup
permukaan alami dan buatan disajikan pada tabel (2.5). Emisigitas dari setiap permukaan
dapat bergariasi secara signifikan tergantung pada perbedaan pada struktur tanah,
komposisi tanah, material organik dan juga perbedaan pada karakteristik tutupan
gegetasi.
Meskipun spektral daun pada spesies yang berbeda terlihat mirip pada gelombang
tampak dan inframerah dekat, respon spektral yang berbeda jelas dan ciri yang konsisten
tampak pada daerah termal (Gates, 1965 dalam Van de Griend dan Owe, 1993).

1.4 Variasi Tempertur


Sutanto (1994) mengatakan bahwa perekaman dengan foto udara berbeda dengan
perekaman tenaga termal. Perekaman termal dapat dilakukan siang maupun malam hari.
Sesuai dengan sifat termal suatu obyek dan gariasi temperatur hariannya, untuk beberapa
obyek bahkan perekamannya lebih baik dilakukan pada malam hari, yaitu saat beda
pancarannya terbesar. Pengumpulan data yang tidak mungkin dilakukan dengan
penginderaan jauh fotografik dapat dilakukan dengan penginderaan jauh sistem termal
yang keluarannya berupa data noncitra, citra inframerah termal mau pun data termal
dalam bentuk digital.
Pengukuran sensor termal untuk temperatur dapat dibiaskan sebesar 2˚C atau lebih
bila dilakukan pada ketinggian sebesar 300 m. Kondisi cuaca tentunya besar pengaruhnya
terhadap bentuk dan besarnya pengaruh termal atmosferik. Kabut dan awan tidak dapat
ditembus oleh radiasi termal. Walaupun hari cerah, aerosol dapat menyebabkan
perubahan yang besar pada sinyal yang diindera. Abu, partikel arang, asap, dan titik air
dapat mengubah pengukuran termal. Unsur pembentuk atmosferik bergariasi menurut
situs, ketinggian, waktu dan kondisi cuaca setempat.
Penyiaman termal dapat dimanfaatkan pada berbagai waktu, banyak faktor yang
mempengaruhi pemilihan waktu yang tepat atau waktuwaktu yang optimum untuk
memperoleh data termal. Gambar 57 berikut ini menjelaskan kurgakurga suhu pancaran
beberapa materi selama 24 jam.
BAB 7

Anda mungkin juga menyukai