Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagian besar infeksi virus penyebab pilek seperti common cold dapat
menyebabkan suatu sumbatan pada hidung, yang akan hilang dalam beberapa
hari. Namun jika terjadi peradangan pada sinusnya dapat muncul gejala
lainnya seperti Infeksi sinus seperti yang kita ketahui kini lebih jarang
dibandingkan era pra-antibiotik.. Sinus atau sering pula disebut dengan sinus
paranasalis adalah rongga udara yang terdapat pada bagian padat dari tulang
tenggkorak di sekitar wajah, yang berfungsi untuk memperingan tulang
tenggkorak. Rongga ini berjumlah empat pasang kiri dan kanan. Rasa sakit di
bagian dahi, pipi, hidung atau daerang diantara mata terkadang dibarengi
dengan demam, sakit kepala, sakit gigi atau bahan kepekaan indra penciuman
kita merupaan salah satu gejala sinusitis. Terkadang karena gejala yang kita
rasakan tidak spesifik, kita salah mengartikan gejala-gejala tersebut dengan
penyakit lain sehingga membuat penyakit sinusitis yang diderita berkembang
tanpa diobati. Untuk lebih mengenal lagi tetang sinusitis dan pengobatannya,
berikut uraiannya.

1.2 Rumusan Masalah

1 Bagaimana anatomi dari sinus?

2 Apa definisi dari sinusitis?

3 Apa manifestasi klinis dari sinusitis?

4 Bagaimana etiologi dari sinusitis?

5 Bagaimana patofisiologi dari sinusitis?

1
6 Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada penderita
sinusitis?

7 Bagaimana penatalaksanaan dari sinusitis?

8 Apa saja komplikasi dari sinusitis?

9 Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita


sinusitis?

1.3 Tujuan

1 Dapat mengetahui anatomi sinus.


2 Dapat memahami definisi sinusitis.
3 Dapat mengetahui manifestasi klinis dari sinusitis.
4 Dapat mengetahui etiologi dari sinusitis.
5 Dapat memahami patofisiologi dari sinusitis.
6 Dapat memahami pemeriksaan diagnostic yang perlu dilakukan pada
penderita sinusitis.
7 Dapat mengetahui penatalaksanaan dari sinusitis.
8 Dapat mengetahui komplikasi dari sinusitis.
9 Dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai pada penderita sinusitis.

1.4 Manfaat

Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami


dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan sinusitis, serta mampu
mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.

2
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Anatoni Sinus

Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit
dideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat
pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila,sinus
frontal, sinus etmoid dan sinus sfenid kanan dan kiri. Sinus paranasal
merupakan hasil pneumatisasi tulang – tulang kepala, sehingga terbentuk
rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam
rongga hidung.
Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa
rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan,
kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah
ada saat bayi lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari sinus etmoid
anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus
sfenoid dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian posterosuperior
rongga hidung. Sinus – sinus ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia
antara 15-18 tahun.

3
2.2 Definisi Sinusitis

Sinusitis akhiran umum dalam kedokteran itis berarti peradangan karena


itu sinusitis adalah suatu peradangan sinus paranasal. Sinusitis adalah penyakit
yang terjadi di daerah sinus. Sinus itu sendiri adalah rogga udara yang terdapat
di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus sendiri
adalah untuk menjaga kelembapan hidung dan menjaga pertukaran udara di
daeranh hidung. Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis yaitu :
- Sinus Frontal, terletak di atas dibagian tengah dari masing-masing alis
- Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat di samping hidung
- Sinus Ethmooid, terletak di antara mata, tepat dibelakang tulang hidung
- Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid dan di belakang mata
Didalam rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu halus
yang disebut dengan cilia. Fungsi cilia ini adalah untuk mendorong lendir yang
diproduksi didalam sinus menuju kesaluran parnafasan. Gerakan cilia
mendorong lender ini berguna untuk membersihkan saluran nafas dari kotoran
ataupun organisme yang mungkin ada. Ketika lapisan rongga sinus yang
menyebabkan lendir terperangkap di rongga sinus dan menjadi tempat
tumbuhnya bakteri.
Jadi sinusitis terjadi apabila terjadi peradangan didaerah lapisan rongga
sinus yang menyebabkan lendir terperangkap dirongga sinus dan menadi
tempat tumbuhya bekteri.
Sinusitas sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
- Sinusitas Akut : gejala dirasakan selama 2-8 minggu
- Sinusitas Kronis : biasanya gejala dirasakan lebih dari 8 minggu.

2.3 Etiologi

Sinusitis akut dapat disebabkan oleh kerusakan lapisan rongga sinus


akibat infeksi atau tindakan bedah. Sedangkan sinusitis subakut biasanya
disebakan oleh infeksi atau tindakan bedah. Sedangkan sinusitis kronis
biasanya di sebabkan oleh infeksi bakteri.

4
Sinusitis dapat terjadi akibat dari beberapa faktor dibawah ini :
- Bulu-bulu halus didalam rongga sinus (cilia) tidak bekerja secara maksimal
akibat kondisi medis tertentu
- Flu dan alergi menyebabkan lendir diproduksi secara berlebihan atau
menutupi rogga sinus
- Adanya kelainan pada sekat rongga hidung, kelainan tulang ataupun polip
pada hidung dapat menutupi rongga sinus.
Selain hal tersebut di atas, apapun yang dapat menyebabkan bengkak
mendorong lendir dapat menyebabkan sinusitas. Hal ini biasanya disebabkan
oleh perubahan pada suhu dan tekanan udara. Alergi, penggunaan penyemprot
hidung secara berlebihan, merokok, berenang, atau menyelam dapat
meningkatkan resiko terkena sinusitis.
Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada
(maksilaris,etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis).
 Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi
dan sakit kepala.
Sinusitis frontalis menyebabkan sakit kepala di dahi.
 Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta
sakit kepala di dahi. Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan nyeri
bila pinggiran hidung di tekan, berkurangnya indera penciuman dan hidung
tersumbat.
 Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat
dipastikan dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang,
atau kadang menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.

2.4 Manifestasi Klinis

1 Sinusitis maksila akut


Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat,m nyeri
tekan, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan
bercampur darah.

5
2 Sinusitis etmoid akut
Gejala : Sekret kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara dua mata,
dan pusing.
3 Sinusitis frontal akut
Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang
setelah sore hari, sekret kental dan penciuman berkurang.
4 Sinusitis sphenoid akut
Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, dan terdapat sekret di nasofaring
5 Sinusitis Kronis
Gejala : Flu yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang
berbau,selalu terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain
misalnya rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan
sering demam.

2.5 Patofisiologi

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang.

6
Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan
naso-endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini.
Tanda khas ialah adanya pus di meatus medius (pada sinusistis maksila dan
etmoid anterior dan frontal) atau di meatus superior (pada sinusitis etmoid
posterior dan sphenoid).
Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering
ada pembengkakan dan kemerahan di daerah kantus medius.
Pemerikasaan pembantu yang penting adalah foto polos atau CT scan.
Foto polos posisi Waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai
kondisi sinus-sinus besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan
terlihat perselubungan, batas udara, cairan (air fluid level) atau penebalan
mukosa.
CT scan sinus merupakan gol standard diagnosis sinusitis karena mampu
menilai anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus
secara keseluruhan dan perluasannya. Namun karena mahal hanya dikerjakan
sebagai penunjang diagnosis sinusistis kronik yang tidak membaik dengan
pengobatan atau pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi
sinus.
Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram
atau gelap. Pemeriksaan ini sudah jarang digunakan karena sangat terbatas
kegunaannya.

2.7 Penatalaksanaan

Tujuan terapi sinusitis ialah:

1. Mempercepat penyembuhan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah perubahan menjadi kronik

Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM sehingga drainase


dan ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.

7
Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut
bacterial, untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta
membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan
penisilin seperti amoksilin. Jika diperkirakan kuman telah resisten atau
memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan amoksilin-klavulanat atau
jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis antibiotic diberikan selama 10-
14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang. Pada sinusitis kronik diberikan
antibiotic yang sesuai untuk kuman negative gram dan anaerob.

2.8 Komplikasi

Komplikais sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya


antibiotic. Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada
sinusitis kronik dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau
intracranial.
Kelainan orbita disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan
mata (orbita). Yang paling sering adalah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis
frontal dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan
perkontinuitatum. Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis
orbita, asbes subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis
sinus kavernosus. Kelainan Intrakranial. Dapat berupa meningitis, abses
ekstradural atau subdural, abses otak dan thrombosis sinus kavernosus.
Komplikasi juga dapat terjadi pada sinusitis kronis berupa: Osteomielitis
dan abses suberiostal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya
ditemukan pada anak-anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul
fistula oroantral atau fistula pada pipi.
Kelainan paru, seperti bronchitis kronik dan bronkiektasis. Adanya
kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis.
Selain itu dapat juga menyebabkan kambuhnya asma bronchial yang sukar
dihilangkan sebalum sinusitisnya disembuhkan.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.
3.1.2 Riwayat Sakit dan Kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala sinus dan tenggorokan
2. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh hidung tersumbat, pilek yang sering kambuh, demam, pusing,
ingus kental di hidung, nyeri di antara dua mata, penciuman berkurang.
3. Riwayat penyakit dahulu
a. Klien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma.
b. Klien pernah mempunyai riwayat penyakit THT.
c. Klien pernah menderita sakit gigi geraham.
4. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
5. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
a. Intrapersonal : Perasaan yang dirasakan klien ( cemas atau sedih )
b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain
6. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup
Contohnya untuk mengurangi flu biasanya klien mengkonsumsi obat tanpa
memperhatikan efek samping

9
b. Pola nutrisi dan metabolism
Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung.

c. Pola istirahat dan tidur


Adakah indikasi klien merasa tidak dapat istirahat karena sering flu.

3.1.3 Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )


Pemeriksaan fisik pada klien dengan sinusitis meliputi pemeriksaan fisik
umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital,
B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6
(Bone).
1. Pernafasan B1 (breath)
a. Bentuk dada : normal
b. Pola napas : tidak teratur
c. Suara napas : ronkhi
d. Sesak napas : ya
e. Batuk : tidak
f. Retraksi otot bantu napas ; ya
g. Alat bantu pernapasan : ya (O2 2 lpm)

2. Kardiovaskular B2 (blood)
a. Irama jantung : regular
b. Nyeri dada : tidak
c. Bunyi jantung ; normal
d. Akral : hangat

3. Persyarafan B3 (brain)
a. Penglihatan (mata) : normal
b. Pendengaran (telinga) : tidak ada gangguan
c. Penciuman (hidung) : ada gangguan
d. Kesadaran: gelisah

10
e. Reflek: normal

4. Perkemihan B4 (bladder)
a. Kebersihan : bersih
b. Bentuk alat kelamin : normal
c. Uretra : normal
d. Produksi urin: normal

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Bersihan jalan nafas tidak efetif berhubungan dengan obstruksi / adanya secret
yang mengental.
2. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung.
3. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan
manurun sekunder dari peradangan dengan sinus.

3.3 INTERVENSI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi / adanya secret
yang mengental.
Tujuan : bersihan jalan nafas menjadi efektif setelah secret dikeluarkan.
Kriteria hasil :
- Respiratory Rate 16-20x/menit
- Suara napas tambahan tidak ada
- Ronkhi (-)
- Dapat melakukan batuk efektif
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji penumpukan secret yang ada
b. Observasi tanda-tanda vital.
c. Ajarkan batuk efektif
d. Koaborasi nebulizing dengan tim medis untuk pembersihan secret

11
e. Evaluasi suara napas, karakteristik sekret, kemampuan batuk efektif
a. Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
b. Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi.
c. Mengeluarkan sekret di jalan napas
d. Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret.
e. Ronkhi (-) mengindikasikan tidak ada cairan/sekret pada paru, jumlah,
konsistensi, warna sekret dikaji untuk tindakan selanjutnya

2. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung.


Tujuan : Nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi
- Klien tidak merasa kesakitan.
- Dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri,
klien tidak gelisah, skala nyeri 0-1 atau teradaptasi
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-4
b. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang
nyaman.
c. Mengajarkan tehnik relaksasi dan metode distraksi
d. Kolaborasi analgesic
e. Observasi tingkat nyeri dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian
analgesik untuk mengkaji efektivitasnya dan setiap 1-2 jam setelah tindakan
perawatan selama 1-2 hari.
a. Nyeri merupakan respon subjektif yang bisa dikaji menggunakan skala nyeri.
Klien melaporkan nyeri biasanya di atas tingkat cidera.
b. Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan
kenyamanan.

12
c. Akan melancarkan peredaran darah, dan dapat mengalihkan perhatian nyerinya
ke hal-hal yang menyenangkan
d. Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri berkurang
e. Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang objektif untuk
mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan


manurun sekunder akibat peradangan dengan sinus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan adekuat
Kriteria hasil :
- Antropometri: berat badan tidak turun (stabil), tinggi badan, lingkar lengan
- Biokimia: albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl
Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl, perempuan 12-16 g/dl)
- Clinis: tidak tampak kurus, terdapat lipatan lemak, rambut tidak jarang dan
merah
- Diet: klien menghabiskan porsi makannya dan nafsu makan bertambah
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien
b. Jelaskan pentingnya makanan bagi proses penyembuhan.
c. Mencatat intake dan output makanan klien.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu memilih makanan yang dapat
memenuhi kebutuhan gizi selama sakit
e. Manganjurkn makan sedikit- sedikit tapi sering.
f. Menyarankan kebiasaan untuk oral hygine sebelum dan sesudah makan
a. Mengetahui kekurangan nutrisi klien.
b. Dengan pengetahuan yang baik tentang nutrisi akan memotivasi untuk
meningkatkan pemenuhan nutrisi.
c. Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi klien.
d. Ahli gizi adalah spesialisasi dalam ilmu gizi yang membantu klien memilih
makanan sesuai dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi, berat badannya.

13
e. Dengan sedikit tapi sering mengurangi penekanan yang berlebihan pada
lambung.
f. Meningkatkan selera makan klien.

4. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi


Tujuan : suhu tubuh kembali dalam keadaan normal
Kriteria hasil :
- suhu tubuh 36,5-37,5 C
- kulit hangat dan lembab, membran mukosa lembab
INTERVENSI RASIONAL
a. Monitoring perubahan suhu tubuh
b. Mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dengan pemasangan infus
c. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik guna mengurangi proses
peradangan (inflamasi)
d. Anjurkan pada pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang optimal
sehingga metabolisme dalam tubuh dapat berjalan lancar a. Suhu tubuh harus
dipantau secara efektif guna mengetahui perkembangan dan kemajuan dari pasien.
b. Cairan dalam tubuh sangat penting guna menjaga homeostasis (keseimbangan)
tubuh. Apabila suhu tubuh meningkat maka tubuh akan kehilangan cairan lebih
banyak.
c. Antibiotik berperan penting dalam mengatasi proses peradangan (inflamasi)
d. Jika metabolisme dalam tubuh berjalan sempurna maka tingkat kekebalan/
sistem imun bisa melawan semua benda asing (antigen) yang masuk.

5. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung tersumbat, nyeri


sekunder akibat peradangan hidung.
Tujuan : Klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman.
Kriteria hasil :
- Klien tidur 6 – 8 jam sehari.
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji kebutuhan tidur klien.

14
b. Menciptakan suasana yang nyaman.
c. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat a. Mengetahui permasalahan
klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat atau tidur.
b. Supaya klien dapat tidur dengan nyaman dan tenang.
c. Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung

6. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan


prosedur tindakan medis ( irigasi sinus / operasi ).
Tujuan : Perasaan cemas klien berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
- Klien dapat menggambarkan tingkat keemasa dan pola kopingnya.
- Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang di deritanya serta
pengobatannya.

INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji tingkat kecemasan klien
b. Berikan kenyamanan dan ketentraman pada klien dengan,
- Temani klien
- Perlihatkan rasa empati ( datang dengan menyentuh klien )
c. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya secara
perlahan dan tenang serta menggunakan kalimat yang jelas, singkat dan mudah
dimengerti
d. Menjauhkan stimulasi yang berlebihan misalnya :
- Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang.
- Batasi kontak dengan orang lain atau klien lain yang kemungkinan mengalami
kecemasan

15
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
A. Data pasien
Nama : An. T
Umur : 15 th
Diagnosa medis : Sinusitis
Tindakan : Operasi
Ruang : Ruang bedah
No. Register :-
Tanggal : 27 Juni 2011
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Siswa
Alamat : Serba Jaman
dr. Operator :dr. Indrawadi
dr. Anastesi :dr, Kurniawan, Sp. An

- Pengkajian
Klien tiba di ruang operasi dengan : IV ( Infus )
Alergi : Tidak
Penampilan kulit : Normal
Kondisi emosi : Cemas
Jenis anastesi : Umum
Jenis operasi : Bersih terkontaminasi
Posisi tangan : Telentang
Catheter : Tidak
Disinfeksi : Betadin dan Alkohol
Monitor anastesi : ya

16
Mesin anastesi : ya
Tourniquet : tidak
Mulai ; 12.00 s/d 12.30 WIB
Keluhan Utama
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri kepala dan tenggorokan.
B. Riwayat kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Tuan M datang ke RS tanggal 27 Juni 2011 dengan keluhan nyeri


kepala dan tenggorokan. Nyeri ini dirasakan sejak 7 hari yang lalu disertai
pilek yang sering kambuh dan ingus yang kental di hidung. Nyeri
dirasakan semakin hebat jika pasien menelan makanan dan menundukkan
kepala. Pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 1 kg dari berat
badan sebelumnya. Pasien mengaku pernah mempunyai riwayat penyakit
THT sebelumnya. Setelah melakukan pemeriksaan pasien didiagnosa
menderita sinusitis.

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau


trauma

Pernah mempunyai riwayat penyakit THT

Pernah menedrita sakit gigi geraham

3. Keadaan Lingkungan

Pasien bertempat tinggal di lingkungan yang kurang bersih,


ventilasi rumah kurang (tidak adekuat).

C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus,
rinuskopi (mukosa merah dan bengkak).

17
D. Riwayat Psikososial
a. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih0
b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
c. Pola fungsi kesehatan
E. Pemeriksaan Penunjang

Observasi

Keadaan Umum

1. Suhu : 38ºC
2. Nadi : 84 /menit
3. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
4. RR : 25 /menit
5. BB : 62 kg
6. Tinggi badan : 170 cm

Pemeriksaan Persistem

B1 (breathing): Tidak teratur, suara nafas ronkhi berhubugan dengan


adanya secret kental pada hidung

B2 (blood) : Normal

B3 (brain) : Pasien composmentis

B4 (bladder) : Normal

B5 (bowel) : Nafsu makan menurun ,porsi makan menurun dan BB


turun

B6 (bone) : Kelemahan otot dan malaise

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pemasangan
tampon hidung terhadap post operasi paradangan sinus.
2. Nyeri berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan klien mengeluh
nyeri dihidung, ekspresi wajah meringis, tingkat skala nyeri 5 (nyeri sedang).
3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri
sekunder peradangan sinus.

18
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pemasangan
tampon hidung terhadap post operasi peradangan sinus.
Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil : Jalan napas kembali normal terutama hidung dan klien
bernapas tidak lagi melalui mulut.
Intervensi :
a. Kaji penumpukkan sekret yang ada.
Rasional : Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya.
b. Kaji pasien untuk posisi yang lebih aman, misalnya : Peninggian kepala
tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan
dengan menggunakan gravitasi.
c. Pertahankan posisi lingkungan minimum, misalnya debu, asap dan bulu
bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode
akut.
d. Dorong/bantu latihan nafas.
Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol
pernapasan.

2. Nyeri berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan klien


mengeluh nyeri dihidung, ekspresi wajah meringis, tingkat skala nyeri 5 (
nyeri sedang).
Tujuan : Rasa nyeri berkurang.
Kriteria hasil : skala nyeri 0, bengkak hilang, keadaan umum membaik,
ekspresi wajah tenang.
Intervensi :

19
a. Kaji tingkat nyeri klien dengan Provokatif, Quality, Region, Severity,
Thine.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan
selanjutnya.
b. Atur posisi yang nyaman.
Rasional : posisi tidur yang menyenangkan akan memberi rasa nyaman pada
pasien.
c. Alihkan perhatian klien terhadap nyeri dengan mengajak klien mengobrol.
Rasional : Untuk mengurangi nyeri.
d. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
Rasional : Dengan tehnik distraksi dan relaksasi klien dapat
mempraktekkannya bila mengalami nyeri sehingga nyerinya dapat berkurang.
e. Kolaborasi analgetik anti piretik.
Rasional : untuk menghilangkan rasa nyeri.

3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri


sekunder peradangan sinus.
Tujuan : Istirahat tidur kembali normal.
Kriteria Hasil : Menyatakan pemahaman penyebab/faktor resiko individu.
Klien dapat tidur 6 sampai 8 jam setiap hari.

Intervensi :
a. Kaji kebutuhan tidur klien.
Rasional : Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan
istirahat tidur.
b. Ciptakan suasana yang nyaman.
Rasional : Agar klien dapat tidur dengan tenang.
c. Anjurkan klien bernafas lewat mulut.
Rasional : Pernafasan tidak terganggu.
d. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat.
Rasional : Pernapasan dapat efektif kembali lewat hidung

20
3.4 Implementasi dan Evaluasi.
Implementasi pada hari pertama pada tanggal 27 juni 2011 jam 13.00
Wib untuk diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan pemasangan tampon hidung terhadap operasi peradangan sinus dan
tindakan yang dilakukan adalah mengkaji / memantau frekuensi kedalam dan
kemudahan bernafas, mengatur posisi pasien yang lebih aman, misalnya :
Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandarang tempat, kolaborasi
untuk penggunaan analgetik.
Evaluasi tanggal 27 juni 2011 jam 13.00 Wib
S : Klien mengatakan sulit bernafas.
O : Sulit bernafas, adanya sekret, dan pernapasan 20 x/menit.
A : masalah belum teratasi
P : tindakan dilanjutkan

Implementasi pada hari pertama pada tanggal 27 juni 2011 jam 13.10
Wib untuk diagnosa nyeri berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan
klien mengeluh nyeri dihidung, ekspresi wajah meringis, tingkat skala nyeri 5
(nyeri sedang). tindakan yang dilakukan adalah mengukur tingkat nyeri klien
dengan Provokatif, Quality, Region, Severity, Thine, mengatur posisi yang
nyaman dan mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri dengan mengajak
klien mengobrol, kolaborasi untuk penggunaan obat anti nyeri ( Injeksi
Tramadol 1 ampul/8 jam).

21
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sinusitis merupakan penyakit inflamasi mukosa sinus paranasal yang


sering ditemukan dalam praktik dokter sehari-hari, bahkan dianggap sebagai
salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di seluruh dunia. Ada empat
pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus
frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Semua sinus
mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung. Infeksi virus ini, dapat
dipengaruhi oleh lingkungan yang berpolusi, udara dingin dan kering serta
kebiasaan merokok. Keadaan ini lama-lama menyebabkan perubahan mukosa
dan merusak silia. Dalam Consensus International tahun 1995 membagi
sinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu yang kebanyakan
disebabkan oleh streptococcus pneumonia (30-50%) dan kronik yang lebih
disebabkan oleh bakteri gram negative dan anaerob jika lebih dari 8 minggu.

B. Saran

Banyak komplikasi yang terjadi pada penderita sinusitis, yakni


menyebabkan komplikasi ke orbita dan intracranial, juga dapat menyebabkan
peningkatan serangan asma yang sulit diobati. Namun komplikasi ini dapat
menurun dengan pemberian antibiotic dan dekongestan sejak dini (awal
terjangkitnya sinusitis) untuk mempercepat penyembuhan, mencegah
komplikasi, dan perubahan menjadi kronik.

22

Anda mungkin juga menyukai