Fixed - Accreta Omp
Fixed - Accreta Omp
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Plasenta akreta merupakan bentuk plasentasi abnormal dimana villi korion
melekat atau menginvasi secara abnormal melalui suatu defek pada desidua
basalis.1 Serangkaian kasus plasenta akreta mulai dipublikasikan sejak tahun 1937
oleh Irving dan Hertig sebagai perlekatan abnormal seluruh atau sebagian plasenta
terhadap dinding uterus.2 Secara histologis, plasenta akreta merupakan keadaan
dimana tidak ada sebagian atau keseluruhan bagian dari lapisan Nitabuch (suatu
lapisan fibrin, batas antara endometrium dengan lapisan yang dibentuk
sitotrofoblas pada plasenta) pada desidua basalis.11,13,14 Klasifikasi plasenta akreta
menurut kedalaman invasi villi plasenta ke dalam miometrium mulai
dipergunakan sejak tahun 1960an, yaitu :2,4,7,15,16,17,18
a. Plasenta kreta atau plasenta akreta vera, yaitu ketika villi secara
sederhana menempel pada miometrium.
b. Plasenta inkreta, yaitu ketika villi sudah menginvasi ke bagian
miometrium hingga >50%.19
c. Plasenta perkreta, merupakan bentuk paling berat dimana villi sudah
menginvasi seluruh miometrium dan melewati lapisan serosa bahkan
melibatkan organ sekitarnya.6,8,19,20,21,22
Penggunaan istilah plasenta akreta sering membingungkan antar para klinisi,
terutama ketika membedakan plasenta akreta dengan plasenta kreta, yang
disebabkan oleh karena tidak adanya konsensus internasional dalam
nomenklatur.2 Oleh karena itu, sering digunakan istilah Spektrum Plasenta Akreta
dalam pembahasan yang lebih umum.2 Plasenta inkreta dan plasenta perkreta
termasuk kasus yang jarang, yaitu dengan persentase kejadian 18% plasenta
inkreta dan 7% plasenta perkreta, sedangkan 75% lainnya merupakan plasenta
akreta.20,23 Namun pada dasarnya, sangat tidak mungkin untuk membedakan kasus
berdasarkan
5
kategori tersebut, karena ketiga jenis plasenta akreta tersebut dapat muncul
pada placental bed yang sama.2
2.2. Epidemiologi
Pada tahun 1970an, angka insidensi plasenta akreta berkisar 1 dalam 4.027
kehamilan dan meningkat pada tahun 1980an, yaitu 1 dalam 2.510
kehamilan.13,15,21,24 Insidensi plasenta akreta yang dilaporkan meningkat sekitar
0,8 per 1.000 persalinan pada tahun 1980an menjadi 3 per 1.000 persalinan pada
dekade terakhir.22 Pada tahun 1980an, insidensi plasenta akreta sekitar 1 dalam
2.500 persalinan dan 1 dalam 535 persalinan pada tahun 2002.14 Antara tahun
1960an dan 2002, insidensi meningkat dari 1 dalam 30.000 kehamilan menjadi 1
dalam 533 kehamilan, yang menunjukkan peningkatan 60 kali dalam jarak 5
dekade terakhir.18,25 Pada tahun 2006, insidensi mencapai 1 dalam 210
persalinan.14
Plasenta akreta sebenarnya merupakan komplikasi yang jarang, dimana
angka kejadiannya sekitar 1 dalam 3000-5000 persalinan, namun, insidensinya
semakin meningkat berbanding lurus dengan meningkatnya angka persalinan
secara C-section.3,4,5 Angka insidensi plasenta akreta saat ini berkisar antara 1
dalam 540 kelahiran sampai dengan 1 dalam 93.000 kelahiran.6,7 Alasan
6
terdapatnya perbedaan ini adalah akibat definisi klinis dan angka persalinan secara
C-section yang meningkat. Kesulitan dalam melepaskan plasenta secara manual
setelah persalinan normal atau selama tindakan C-section dan perdarahan berlebih
pada uterus sering dianggap sebagai kasus akreta. Oleh karena itu, data
epidemiologi dan data yang didasarkan pada diagnosis klinis tanpa adanya
pencitraan prenatal dan atau konfirmasi histopatologi dapat mengakibatkan
overestimasi pada prevalensi plasenta akreta.20
Median usia ibu dengan kejadian plasenta akreta adalah 34 tahun, dan
dengan paritas 2,5.4 Diperkirakan apabila tetap terjadi peningkatan C-section
dalam beberapa tahun ke depan, maka pada tahun 2020, angka C-section akan
menjadi 56,2% yang menyebabkan penambahan 6.236 kasus plasenta previa,
4.504 kasus plasenta akreta dan 130 kematian maternal setiap tahunnya.20
perempuan.3,13,20,22,27 Usia ibu lebih dari 35 tahun meningkatkan risiko sebesar 3,2
kali terjadinya plasenta akreta.20
2.4. Patogenesis
Patogenesis terjadinya plasenta akreta belum jelas, namun beberapa teori
digunakan untuk menjelaskan hal tersebut. Terdapat hipotesis yang menyatakan
bahwa terjadi gangguan perkembangan desidua, invasi trofoblas yang berlebihan,
proses remodeling vaskular atau kombinasi di antaranya yang menyebabkan
terjadinya plasenta akreta.4 Konsep paling awal yang digunakan untuk
menjelaskan plasenta akreta adalah defek primer pada trofoblas yang
mengakibatkan invasi miometrium yang berlebihan.2 Hipotesis yang masih
digunakan sampai saat ini adalah sebagai defek sekunder pada lapisan
endometrium-miometrium yang menyebabkan kegagalan desidualisasi normal
yang terjadi pada bekas perlukaan uterus, yang menyebabkan villi dan trofoblas
menginfiltrasi lebih dalam.2
a. Implantasi skar
Proses desidualisasi stroma endometrium melibatkan perlekatan blastokista
dan infiltrasi trofoblas. Proses ini bersifat kompleks dan melibatkan sel maternal
dan berbagai hormon yang penting bagi implantasi dan perkembangan plasenta.2
Kejadian plasenta akreta merupakan akibat dari kerusakan integritas
endometrium dan lapisan miometrium, terutama oleh karena bekas perlukaan
8
operasi.2 Desidua sering kali digantikan oleh jaringan ikat longgar dan villi
plasenta dipisakan dari serat miometrium oleh lapisan Nitabuch yang mengalami
penipisan dan ireguler, serta bahkan menghilang.20 Miometrium dapat mengalami
proses hialinisasi dan penipisan lokal serta menunjukkan perubahan degeneratif
dengan gambaran peningkatan deposit jaringan fibrosa lokal dan infiltrasi oleh sel
inflamasi, walaupun secara morfologi, villi tampak normal.2,20 Selain itu,
vaskularisasi yang buruk pada bekas perlukaan akan menyebabkan hipoksia dan
degenerasi miometrium fokal yang permanen yang diikuti dengan penurunan
proses reepitelialisasi pada bekas perlukaan dan proses infiltrasi trofoblas yang
invasif.2,20
Kasus dimana plasenta akreta dapat terjadi pada kehamilan primi tanpa
adanya riwayat operasi sebelumnya, namun terdapat kelainan uterus seperti uterus
bikornu, adenomiosis, fibroid submukosa, atau distrofi miotonik.2 Hal ini
menunjukkan kemungkinan adanya kelainan defek mikroskopis pada
endometrium atau gangguan pada fungsi biologis yang akhirnya menyebabkan
perlekatan jaringan villi atau bahkan invasi yang abnormal.2
b. Plasentasi skar
Pada plasenta akreta, jumlah sel extravillous trophoblast (EVT) yang
menginvasi dinding uterus meningkat dengan kedalaman yang bertambah, dan
lebih hippertrofi, dimana terjadi penurunan jumlah multinucleated trophoblast
giant cells (MNGC).2,20 Pada plasenta akreta, indeks proliferasi dan laju apoptosis
serua dengan plasenta yang normal.2 Invasi trofoblas yang lebih dalam pada
miometrium dan infiltrasi villi korion ke dalam ruang vaskular miometrium
tampak pada kasus plasenta inkreta dan plasenta perkreta.2
Pada kasus plasenta akreta, dijumpai ekspresi faktor pertumbuhan, faktor
angiogenesis dan faktor yang berhubungan dengan invasi villi pada trofoblas.
Peningkatan vascular endothelial growth factor (VEGF) dan phosphotyrosine
immunostaining dijumpai pada sel EVT. Sel tersebut juga mengekspresikan
vimentin dan cytokeratin-7, suatu mediator dalam transisi epitel-mesenkimaldan
fenotip sel yang menyerupai tumor. Selain itu, terdapat soluble fms-like tyrosine
kinase, suatu antiangiogenic growth factor yang bersifat poten, yang memiliki
peran penting dalam pemrograman sel EVT yang invasif. Perubahan selular pada
9
2.5. Patofisiologi
Pada tahun 2016, European Working Group on Abnormally Invasive
Placenta mendeskripsikan tanda temuan USG pranatal dalam diagnosis plasenta
akreta serta patofisiologinya.2
a. Hilangnya gambaran clear zone
Istilah tersebut digunakan ketika gambaran normal hipoekoik zona
retroplasental pada miometrium di bawah placental bed tidak tampak pada USG,
yang merepresentasikan ekstensi abnormal villi plasenta melalui desidua. Temuan
ini berkisar antara 70% kasus dimana terdapat invasi villi terhadap miometrium
yang abnormal. Beberapa penulis menyatakan bahwa temuan ini tidak akurat
sebagai diagnosis plasenta akreta karena gambaran tersebut akan semakin
bervariasi seiring dengan semakin berkembangnya proses gestasi. Selain itu,
temuan tersebut juga bergantung pada lokasi plasenta, penekanan langsung probe
USG, dan atau pengisian kandung kemih serta dapat tertutupi bila terdapat
sejumlah jaringan skar.
b. Penipisan miometrium
Penipisan miometrium hingga <1 mm, atau dimana miometrium menjadi
tidak terdeteksi pada USG dapat digunakan sebagai tanda diagnostik plasenta
akreta. Hal ini dapat ditemui ketika plasenta berkembang dibawah defek skar
mayor, dimana miometrium menjadi lebih tipis daripada normal atau menjadi
10
2.7. Diagnosis
Diagnosis plasenta akreta biasanya ditegakkan berdasarkan riwayat klinis
sebelumnya, temuan pencitraan dan temuan histologis. Diagnosis histologis tidak
dapat dilakukan hanya melalui pemeriksaan terhadap plasenta saja, namun
diperlukan keseluruhan uterus untuk memperoleh konfirmasi histopatologi.14
Pencitraan antenatal termasuk menggunakan ultrasonografi (USG) atau magnetic
resonance imaging (MRI) pada pasien risiko tinggi merupakan teknik diagnosis
antenatal utama.7
USG dengan gambaran grayscale dan color Doppler merupakan
rekomendasi lini pertama sebagai modalitas dalam diagnosa perlekatan plasenta.25
Temuan ultrasonografi pada plasenta akreta terdiri dari:5,24,25
a. Ruang vaskular pada plasenta yang ireguler, ditandai dengan gambaran
Swiss cheese appearance.
b. Peningkatan corakan vaskular pada lapisan serosa uterus dan aliran
turbulensi darah melalui lakuna (ruang vaskular ireguler) pada
ultrasonografi Doppler.
Gambar 2.2 USG Transvaginal pada usia 20 minggu dengan gambaran (A)
“moth eaten” dan gambaran (B) aliran turbulen pembuluh darah dengan
kecepatan tinggi pada lakuna dengan pemeriksaan Colour Doppler.2
b. Colour Doppler:
- aliran lakuna difus atau fokal.
- gambaran danau vaskular dengan aliran turbulen (puncak kecepatan sistolik
>15cm/s).
- gambaran hipervaskular lapisan serosa-kandung kemih.
- gambaran pembuluh darah yang dilatasi pada zona perifer subplasenta.
c. 3D Power Doppler:
- gambaran beberapa pembuluh darah koheren yang melibatkan seluruh
lapisan serosa –kandung kemih (basal view).
- hipervaskular (lateral view).
- sirkulasi intervilli dan kotiledon yang tidak dapat dipisahkan, gambaran
chaotic branching, dan detour vessels (lateral view).
Temuan USG pada plasenta akreta sesuai trimester usia kehamilan:6,8,12,17,18
a. Trimester pertama
- Lokasi kantung gestasi pada segmen bawah uterus.
15
2.8. Tatalaksana
2.8.1. Tatalaksana Antenatal
Identifikasi plasenta akreta prenatal sangat penting untuk menentukan
keadaan persalinan yang optimal.11 Perawatan dan persalinan yang terkoordinasi
serta direncanakan dengan jelas merupakan metode yang paling efektif dalam
menghadapi kasus dengan kejadian plasenta akreta.18 Wanita dengan plasenta
previa pada trimester ketiga harus dikonsultasikan untuk risiko terjadinya
persalinan preterm, perdarahan obstetri yang masif, serta perawatan yang harus
diperhatikan berkaitan dengan keadan ibu hamil.28 Setiap perawatan di rumah
harus memiliki kemudahan dalam transpor ke rumah sakit, serta informasi juga
perlu disampaikan kepada orang yang bersedia menjaga dan merawat setiap saat.
Setiap ibu yang dirawat di rumah, harus segera pergi ke rumah sakit apabila
mengalami perdarahan, kontraksi atau nyeri.28
Ibu kemudian disarankan untuk tetap dimobilisasi dan menjaga agar tetap
terhidrasi dengan baik untuk mengurangi risiko terjadinya tromboembolisme.
Terapi antikoagulasi profilaktik pada wanita dengan risiko tinggi perdarahan
harus didasarkan pada pertimbangan risiko terjadinya tromboembolisme.28
persiapan yang dilakukan harus mencakup semua kemungkinan yang dapat terjadi
misalnya seperti kejadian perdarahan akut.11 Enam elemen penting yang dianggap
sebagai perawatan yang baik adalah : 28
a. Konsultan obstetri merencanakan dan secara langsung melakukan
supervisi terhadap persalinan.
b. Konsultan anestesi merencanakan dan secara langsung melakukan
supervisi terhadap persalinan.
c. Darah dan produk darah lainnya tersedia seperti Packed Red Cells, Fresh
Frozen Plasma, dan Cryoprecipitate.
d. Persiapan multidisiplin pada perencanaan sebelum operasi.
e. Diskusi dan persetujuan termasuk kemungkinan intervensi seperti
histerektomi, peninggalan plasenta di tempat, cell salvage atau intervensi
radiologi.
f. Ketersediaan ruang perawatan intensif.
Pada kasus dimana wanita dengan kecurigaan plasenta akreta dan menolak
transfusi darah, direkomendasikan agar dirawat dengan pelayanan radiologi
intervensi. Penemapatan balon untuk oklusi sebagai persiapan embolisasi jika
perdarahan berlanjut. Setiap wanita yang hendak menjalani persalinan C-section
harus diberikan informasi mengenai risiko umum dan spesifik dalam risiko yang
dihadapi pada perdarahan obstetri masif, kebutuhan transfusi darah dan
kemungkinan dilakukannya histerektomi.28
Perencanaan antenatal yang multidisiplin, sering disebut sebagai Tim
Akreta, terdiri atas :17
a. Konsultan Obestetri
b. Konsultan Anestesi
c. Konsultan Hematologi
d. Konsultan Gine-Onkologi
e. Konsultan perawat klinik dalam tatalaksana persiapan darah
f. Clinical Midwifery Manager (CMM) - Adult Special Care Unit (ASCU)
g. Clinical Nurse Manager (CNM)
20
2.9. Komplikasi
Plasenta akreta merupakan keadaan yang mengancam nyawa dimana
seluruh atau sebagian plasenta melekat pada dinding uterus.10,11 Bila terdapat
plasenta akreta, maka terdapat kemungkinan kegagalan pelepasan plasenta dari
uterus yang diikuti oleh perdarahan post-partum yang berat. Usaha untuk
melepaskan perlekatan jaringan dapat semakin memperberat kaskade perdarahan,
syok dan gangguan koagulasi yang memerlukan tatalaksana klinis yang
21
Faktor Presipitasi
Faktor Predisposisi
Riwayat plasenta previa
Umur Multipara
Gender Jarak kehamilan
Predisposisi genetik Riwayat SC
Riwaya Abortus
Meningkatnya level
progesterone dan estrogen
Fase preembrionik
Fase embryonik
Plasenta previa
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Kriteria Inklusi/Eksklusi
Sampel Penelitian
Analisis Data
29
LAMPIRAN
DUMMY TABLE
Riwayat Abortus
Tidak Pernah
1x
2x
≥ 3x
Penatalaksanaan
TAH
Konservatif
Skor Indeks Plasenta Akreta
0-1
>1-<4
>4-<6
>6-9
Rencana Terminasi
Elektif
Emergency
Histopatologi
Akreta
Tidak Akreta
Berat Badan Bayi Lahir
< 2500 gr
> 2500 gr
Kondisi Bayi
Hidup
Meninggal
Total 100%
31