PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang fimosis
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami cara penanganan yang efektif
dan efisien tentang fimosis
1.3 Manfaat
Manfaat dari penyusunan laporan Pleno LBM 1 yang berjudul
“ANAKKU TIDAK BISA KENCING” adalah agar mahasiswa FK Unizar
mampu memahami dan menjelaskan bagaimana penanganan fimosis pada
scenario.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DATA TUTORIAL
Hari/tanggal sesi 1 : Senin, 18 November 2019
Hari/tanggal sesi 2 : Rabu, 20 November 2019
Tutor : dr. Heny Anggraeni Lenap, S.Ked
Moderator : Putri Sarah Ariesta
Sekretaris : Devi Nurfitria
2.2 SKENARIO LBM
LBM 1
ANAKKU TIDAK BISA KENCING
Seorang Ibu, datang ke IGD RSP UNIZAR membawa anaknya yang
berusia 5 tahun karena anaknya dikeluhkan menangis tiap kali ingin kencing.
Keluhan dimulai sejak satu hari yang lalu. Dari hasil pemeriksaan fisik
dokter IGD didapatkan: HR: 102x/m, T: 37,90C, RR: 20x/menit, kuat
angkat. Pada pemeriksaan fisik regio flank : tidak dtemukan adanya kelinan,
egio simfisis: distensi minimal, perkusi redup (+), regio urogenital: tampak
preputium menggembung menutupi penis, hiperemis (+) NT (+), pancaran
BAK menetes, massa (-). Apakah tindakan yang dilakukan kemudian?
Proses apakah yang mendasari hal tersebut.
3
2.3 PEMBAHASAN LBM
I. Klarifikasi Istilah
1. smegma: sejenis secret kelenjar sebasea atau debris sel hasil
pengelupasan epitel, ditemukan dibawah preputium (Dorland,
2014)
b. Tubulus seminiferus
Pada bagian dalam testis terdapat saluran-saluran halus yang
disebut saluran penghasil sperma (tubulus seminiferus). Dinding
4
dalam saluran terdiri atas jaringan epitel dan jaringan ikat. Pada
jaringan epithelium terdapat :
Sel induk sperma : berfungsi sebagai calon sperma
Sel sertoli : berfungsi member makan sperma
Sel leydig : berfungsi menghasilkan hormone
testosterone
2. Saluran Reproduksi
Saluran reproduksi adalah tempat sperma keluar atau jalan
berupa lubang kecil yang menghubungkan organ dalam. Saluran
pengeluaran pada organ reproduksi dalam pria terdiri dari:
a. Epididimis
Merupakan saluran halus yang panjangnya ± 6 cm terletak
sepanjang atas tepi dan belakang dari testis. Epididimis terdiri
dari kepala yang terletak di atas katup kutup testis, badan dan
ekor epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan visceral, lapisan
ini pada mediastinum menjadi lapisan parietal. Saluran
epididimis dikelilingi oleh jaringan ikat, spermatozoa melalui
duktuli eferentis merupakan bagian dari kaput (kepala)
5
epididimis. Duktus eferentis panjangnya ± 20 cm, berbelok-
belok dan membentuk kerucut kecil dan bermuara di duktus
epididimis tempat spermatozoa disimpan, masuk ke dalam vas
deferens. Fungsi dari epididimis yaitu tempat penyimpanan
sementara sperma. Sampai sperma matang dan bergerak menuju
vas deferens. (Guyton & Hall. 2006)
b. Vas deferens (Duktus Deferens)
Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari
epididimis. Saluran ini berjalan ke bagian belakang prostat lalu
masuk ke dalam uretra dan membentuk duktus ejakulatorius.
Struktur lainnya (misalnya pembuluh darah dan saraf) berjalan
bersama-sama vas deferens dan membentuk korda spermatika.
(Guyton & Hall. 2006)
c. Saluran ejakulasi
Merupakan saluran yang pendek dan menghubungkan
vesikula seminalis dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk
mengeluarkan sperma agar masuk kedalam uretra. Ejakulasi
terjadi pada saat mencapai klimakas, yaitu ketika gesekan pada
glans penis dan rangsangan lainnya mengirimkan sinyal ke otak
dan korda spinalis.
Saraf merangsang kontraksi otot di sepanjang saluran
epididimis dan vas deferens, cesikula seminalis dan prostat.
Kontraksi ini mendorong semen keluar dari penis. Leher
kandung kemih juga berkontraksi agar seen tidak mengalir
kembali ke dalam kandung kemih. Setelah terjadi ejakulasi (atau
setelah rangsangan berhenti), arteri mengencang dan vena
mengendur. Akibatnya aliran darah yang masuk ke arteri
berkurang dan aliran darah yang keluar dari vena bertambah,
sehingga penis menjadi lunak. (Guyton & Hall. 2006)
6
d. Uretra
Merupakan saluran panjang terusan dari saluran ejakulasi dan
terdapat di penis.
Uretra terdiri dari 2 fungsi:
Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari
kandung kemih
Bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.
9
3. hub. nyeri bak dan keadaan penis dgn riwayat demam
Pada skenario didapatkan keluhan dari ibu pasien bahwa
pasien selalu menangis tiap kali ingin kencing.
Dapat diketahui bahwa penyebab keluhan pada skenario
dikarenakan adanya penyempitan hingga pembendungan dari
saluran kencing pasien itu sendiri hal ini dapat menimbulkan
keadaaan infeksius pada penderitanya dan dapat mengakibatkan
adanya sensasi rasa sakit pada pasien. Dalam beberapa kasus
serupa dapat menjadikan anak rewel dikarenakan rasa tidak
nyaman ketika sensasi tersebut timbul.
Selain pasien rewel juga pasien tidak bisa buang air kecil
sejak 3 jam yang lalu disebabkan adanya obstruksi orifisium
uretra eksterna yang disebabkan oleh fimosis. Fimosis adalah
prepusium penis yang tidak dapat diretraksi ke proksimal sampai
ke korona glandis karena terjadinya perlekatan prepusium
dengan glans penis yang disebabkan oleh smegma.
Pada kasus fimosis lubang yang terdapat di prepusium sempit
sehingga tidak bisa ditarik mundur dan glans penis sama sekali
tidak bisa dilihat. Kadang hanya tersisa lubang yang sangat kecil
di ujung prepusium. Pada kondisi ini, akan terjadi fenomena
“balloning” dimana preputium mengembang saat berkemih
karena desakan pancaran urine yang tidak diimbangi besarnya
lubang di ujung prepusium. Bila fimosis menghambat kelancaran
berkemih, seperti pada balloning maka sisa-sisa urin mudah
terjebak di dalam preputium. Hal ini bisa menyebabkan
terjadinya infeksi (Sjamsuhidajat, 2004).
4. Penyebab preputium sempit dan lengket
Secara fisiologis yaitu hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh
dan berkembang, dan debris yang dihasilkan oleh epitel
preputium (smegma) mengumpul di dalam preputium dan
10
perlahan-lahan memisahkan preputium dari glans penis. Ereksi
yang terjadi secara berkala membuat preputium terdilatasi
perlahan-lahan sehingga preputium menjadi rekratil dan dapat
ditarik ke proksimal. Pada saat usia 3 tahun, sekitar 90%
preputium sudah dapat diretraksikan. Akantetapi dalam suatu
keadaan hygiene local yang kurang bersih akan menyebabkan
terjadinya suatu infeksi pada preputium, infeksi pada glans penis
atau infeksi pada glans dan preputium penis. Hal ini dapat
menyebabkan lebih rentan terkumpulnya smegma di dalam sacus
preputium penis yang akan menyebakan preputium sempit dan
lengket. Smegma terbentuk dari sel-sel mukosa preputium dan
glans penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada
di dalamnya (Purnomo. Basuki B, 2012).
5. Indikasi dan kontra indikasi sirkumsisi
Indikasi
- Menimbulkan keluhan miksi
- Menggelembungnya preputium pada saat miksi
- Disertai dengan infeksi postitis, akantetapi harus diberi
antibiotika dahulu sebelum sirkumsisi (Purnomo. Basuki B,
2012).
Kontraindikasi
- Pasien yang mengalami hipospadia
11
IV. Rangkuman Permasalahan
anatomi fisiologi
FIMOSIS
V. Learning Issues
1. Fimosis
2. Parafimosis
3. Balanopostitis
13
VII. Pembahasan Learning Issue
A. Diagnosa banding
1. FIMOSIS
DEFINISI
Fimosis (phimosis) merupakan kondisi dimana kulit yang
melingkupi kepala penis (glans penis) tidak bisa ditarik ke
belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis (kulup,
prepuce, preputium, foreskin). Preputium terdiri dari dua lapis,
bagian dalam dan luar, sehingga dapat ditarik ke depan dan
belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian dalam
preputium melekat pada glans penis. Kadangkala perlekatan
cukup luas sehingga hanya bagian lubang untuk berkemih
(meatus urethra externus) yang terbuka.Fimosis (phimosis) bisa
merupakan kelainan bawaan sejak lahir (kongenital) maupun
didapat.
Fimosis dapat juga diartikan sebagai keadaan prepusium penis
yang tidak dapat diretraksi (ditarik) ke proksimal sampai ke
korona glandis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan
berkembang, dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium
(smegma) mengumpul di dalam prepusium dan perlahan-lahan
memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang
terjadi secara berkala membuat prepusium terdilatasi perlahan-
lahan sehingga prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke
proksimal.( Basuki B. Purnomo, 2012)
14
Gambar2. Fimosis
ETIOLOGI
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang
di antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi
ini menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala penis
sehingga sulit ditarik ke arah pangkal.
Pada kasus yang lebih jarang, fimosis terjadi karena kulup
kehilangan kemampuan peregangan, misalnya karena
peradangan atau luka akibat pembukaan paksa kepala penis.
Pembentukan jaringan parut dari bekas luka itu mencegah
peregangan kulup.
MACAM - MACAM FIMOSIS
a) Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir
sebenarnya merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan
sampai masa remaja. Kulit preputium selalu melekat erat pada
glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir,
namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon
15
dan faktor pertumbuhan, terjadi proses keratinisasi lapisan epitel
dan deskuamasi antara glans penis dan lapis bagian dalam
preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glans
penis. Fimosis kongenital seringkali menimbulkan fenomena
ballooning, yakni kulit preputium mengembang saat berkemih
karena desakan pancaran air seni tidak diimbangi besarnya
lubang di ujung preputium.
Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi yang
seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada
saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya
1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis
kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan
hanya 20% dari 200 anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang
seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.
Patofisiologi Parafimosis
Parafimosis terjadi pada pria yang tidak disunat atau
sebagian disunat. Ada beberapa penyebab potensial. Hal ini bisa
disebabkan oleh kebersihan yang buruk, kronis balanitis, atau
retraksi paksa preputium tanpa mengembalikannya ke posisi
semula. Penyebab lainnya adalah kateterisasi uretra, sistoskopi,
atau luka yang ditimbulkan sendiri seperti penindikan penis pada
kelenjar. (Hayashi, 2011)
preputium ditarik menjadi terjebak di balik korona glans.
Jaringan glans menjadi edematous, menciptakan lingkar
konstriksi cincin di sekitar penis. Penyempitan ini mengganggu
aliran darah dan limfatik kelenjar dan glans penis, yang bisa
menjadi iskemik. Jika tidak diobati untuk waktu yang lama,
berhari-hari atau minggu bisa terjadi nekrosis penis dan
autoamputasi. (Hayashi, 2011)
Manifestasi Klinis
Parafimosis termasuk kegawatdaruratan urologi yang memiliki
gejala sebagai berikut: (Hayashi, 2011)
a. Udeme pada glans penis
b. Nyeri
c. Kebiruan pada glans penis karna terjadi penjeratan
19
3. BALANOPOSTITIS
DEFINISI
Balanitis adalah inflamasi superfisial glans penis, sedangkan
postitis adalah inflamasi preputium penis. Kedua keadaan itu bisa
terjadi bersamaan sehingga menjadi balanopostitis.
Balanopostitis seringkali terjadi pada anak usia dua sampai lima
tahun dan biasanya karena higiene yang kurang baik.
ETIOLOGI
Balanopostitis disebabkan karena infeksi bakteria ataupun
kandida dan iritasi dari iritan eksterna. Bakteri penyebab
tersering pada balanopostitis yaitu streptokokus. Selain itu juga
bisa disebabkan karena higiene yang kurang baik, terutama pada
anak usia dua tahun.
Balanopostitis juga seringkali disangka sebagai penyakit yang
ditularkan melalui seksual (PMS) pada anak.
MANIFESTASI KLINIS
Pada balanopostitis seringkali dikeluhkan adanya iritasi,
kemerahan, eksudat dan edema glans dan permukaan dalam
preputium. Infeksi streptokokus ditandai dengan eksudat tipis,
purulen pada sulkus korona glandis, tanpa disertai adanya
discharge uretra, yang bisa bersamaan dengan infeksi tenggorok.
(Purnomo, 2012)
20
B. Diagnosa Kerja
FIMOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis
selain dari anamnesa dan pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan
penunjang, diantaranya sebagai berikut:
• Pemeriksaan darah lengkap
• USG penis
• Pemeriksaan kadar TSH
PENATALAKSANAAN
Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu:
a) Sunat
Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan
masalah fimosis secara permanen.Rekomendasi ini diberikan
terutama bila fimosis menimbulkan kesulitan buang air kecil atau
peradangan di kepala penis (balanitis). Sunat dapat dilakukan
dengan anestesi umum ataupun local
b) Obat
Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan
elastisitas kulup.Pemberian salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali
sehari selama 20-30 hari, harus dilakukan secara teratur dalam
jangka waktu tertentu agar efektif.
c) Peregangan
Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup
yang dilakukan setelah mandi air hangat selama lima sampai
sepuluh menit setiap hari. Peregangan ini harus dilakukan dengan
hati-hati untuk menghindari luka yang menyebabkan
pembentukan parut.
21
Fimosis kongenital sebaiknya dibiarkan saja, kecuali bila
terdapat alasan agama dan/atau sosial untuk disirkumsisi. Hanya
diperlukan penjelasan dan pengertian mengenai fimosis
kongenital yang memang normal dan lazim terjadi pada masa
kanak-kanak serta menjaga kebersihan alat kelamin dengan secara
rutin membersihkannya tanpa penarikan kulit preputium secara
berlebihan ke belakang batang penis dan mengembalikan kembali
kulit preputium ke depan batang penis setiap selesai
membersihkan.
Upaya untuk membersihkan alat kelamin dengan menarik
kulit preputium secara berlebihan ke belakang sangat berbahaya
karena dapat menyebabkan luka, fimosis didapat, bahkan
parafimosis. Seiring dengan berjalannya waktu, perlekatan antara
lapis bagian dalam kulit preputium dan glans penis akan lepas
dengan sendirinya.
Walaupun demikian, jika fimosis menyebabkan hambatan
aliran air seni, diperlukan tindakan sirkumsisi (membuang
sebagian atau seluruh bagian kulit preputium) atau teknik bedah
plastik lainnya seperti preputioplasty (memperlebar bukaan kulit
preputium tanpa memotongnya). Indikasi medis utama
dilakukannya tindakan sirkumsisi pada anak-anak adalah fimosis
patologik.( Shahid, Sukhbir Kaur. 2012)
Penggunaan krim steroid topikal yang dioleskan pada kulit
preputium 1 atau 2 kali sehari, selama 4-6 minggu, juga efektif
dalam tatalaksana fimosis. Namun jika fimosis telah membaik,
kebersihan alat kelamin tetap dijaga, kulit preputium harus ditarik
dan dikembalikan lagi ke posisi semula pada saat mandi dan
setelah berkemih untuk mencegah kekambuhan fimosis.(
KOMPLIKASI
a) Ketidaknyamanan / nyeri saat berkemih.
22
b) Akumulasi sekret dan smegma di bawah prepusium yang
kemudian terkena infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk
jaringan parut.
c) Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
d) Penarikan prepusium secara paksa dapat berakibat kontriksi
dengan rasa nyeri dan pembengkakan glans penis yang disebut
parafimosis.
e) Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut
ballonitis.
f) Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan,
kemudian menimbulkan kerusakan pada ginjal.
g) Fimosis merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
kanker penis.
Prognosis
Pronosis dari Fimosis umumnya baik, sebagian besar nyeri
dapat diatasi dengan obat-obat konservatif. Pada kasus-kasus berat
diperlukan operasi bedah untuk memulihkan keadaan seperti
semula.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
24
DAFTAR PUSTAKA
25
26
27