Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi rongga melalui defek atau

bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong,

dan isi hernia. Sebagian besar hernia timbul dalam regio inguinalis, sekitar 50%

merupakan hernia inguinalis lateral (indirek) dan 25% sebagai hernia inguinalis

medialis (direk). Hampir 75% dari hernia abdominalis merupakan hernia ingunalis.1

Sekitar 80-90% kasus hernia ditemukan pada laki-laki dan 10% pada perempuan.

Sebesar 60% hernia terjadi pada sisi kanan, sebesar 20-25% di sisi kiri, dan sebesar

15% terjadi bilateral.2

Pada hernia inguinalis keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat

paha yang timbul pada waktu mengejan, batuk, atau mengangkat beban berat dan

menghilang waktu istirahat baring.3 Hernia inguinalis inkarserata dan strangulata

merupakan kasus akut abdomen yang harus segera ditangani oleh karena dapat

memengaruhi morbiditas (19-30%) dan juga mortalitas (1,4-13,4%).4

Kebanyakan pasien dengan hernia inguinal simptomatik tidak memerlukan

pencitraan pra operasi karena diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan temuan

pemeriksaan fisik. Namun, pada hernia okulta, yaitu hernia yang secara klinis pada

pemeriksaan fisik tidak menunjukkan adanya massa atau defek, membutuhkan

pencitraan sebagai bagian dari pemeriksaan untuk mengkonfirmasi kecurigaan klinis;

termasuk ultrasonografi (USG) dari inguinal, computed tomography (CT) dari pelvis,

dan / atau pencitraan resonansi magnetik (MRI) dari panggul.

1
1.2 Batasan Masalah

Referat ini membahas tentang anatomi, definisi, epidemiologi, klasifikasi,

diagnosis (termasuk pemeriksaan radiologis), diagnosis banding, dan tatalaksana

hernia inguinalis.

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan referat ini bertujuan untuk mengetahui tentang anatomi, definisi,

epidemiologi, klasifikasi, diagnosis (termasuk pemeriksaan radiologis), diagnosis

banding, dan tatalaksana hernia inguinalis.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan referat ini adalah tinjauan kepustakaan yang merujuk pada

berbagai literatur.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi

Kanalis inguinalis merupakan lintasan oblik yang berada pada dinding

abdomen bawah. Cincin inguinal superfisial merupakan suatu celah berbentuk

segitiga pada aponeurosis otot oblikus eksternus abdominis dengan panjang sekitar

1,25 cm berada diatas tuberkulus pubis. Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral

oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia

transversalis dan aponeurosis otot transversa abdominis. Normalnya cincin inguinal

ini tidak dapat dilewati oleh ujung jari kecil.1,5

Cincin inguinal yang lebih dalam berbentuk seperti U dan berada 1,25 cm di

atas ligamentum inguinal, di tengah antara simfisis pubis dan spina iliaka anterior

suprior (SIAS).9 Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi

oleh anulus inguninalis eksternus yang merupakan bagian terbuka dari aponeurosis

otot oblikus eksternus abdominis. Fasia transversalis merupakan fasia yang

melindungi abdomen dan kekuatan cincin inguinal bagian dalam ini tergantung dari

integritas fasia ini.1,5

Gambar 2.1 Anatomi kanalis inguinalis

3
Gambar 2.2 Regio inguinal

Gambar 2.3 Hubungan hernia ingunalis indirek dengan hernia femoralis terhadap tuberkel

pubis. Hernia inguinal muncul dari atas dan medial dari tuberkel pubis

sedangkan hernia femoral dari bawah dan lateralnya.5

4
Gambar 2.4 Tempat terjadinya hernia

2.2 Definisi

Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan

adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah

(defek) yang diliputi oleh dinding. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai

lokasi anatominya, seperti hernia inguinal, diafragma, umbilikalis, femoralis, dan

lain-lain. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan

defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.1

Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL)

dan Hernia Ingunalis Medialis (HIM). Hernia Inguinalis Lateralis disebut lateralis

karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior. Dikenal sebagai

indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu anulus dan kanalis

inguinalis. Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol

langsung ke depan melalui segitiga Hasselbach, daerah yang dibatasi ligamentum

inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi

otot rektus di bagian medial.1,5

5
2.3 Epidemiologi

Hernia lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan

rasio 4-8:1. Tidak terdapat predileksi ras pada hernia inguinalis.3 Hampir 75% dari

hernia abdominalis merupakan hernia ingunalis.1 Sebesar 60% hernia terjadi pada sisi

kanan, sebesar 20-25% di sisi kiri, dansebesar 15% terjadi bilateral. Tahun 2004 di

Indonesia, hernia inguinalis menempati urutan ke-8 dengan jumlah 18.145 kasus.2

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado Periode Agustus 2012 – Juli 2014 didapatkan pasien hernia inguinalis

lateralis sebanyak 146 pasien dengan distribusi pada bulan Agustus-Desember tahun

2012 sebanyak 35 pasien (24,0%), tahun 2013 sebanyak 59 pasien (40,4%) dan bulan

Januari-Juli tahun 2014 sebanyak 52 pasien (35,6%).6

2.4 Etiologi

Masih menjadi kontroversi mengenai apa yang sesungguhnya menjadi

penyebab timbulnya hernia inguinalis. Disepakai adanya 3 faktor yang

mempengaruhi terjadinya hernia inguinalis yaitu meliputi1,4:

a. Prosessus vaginalis persisten

Sebelum lahir, prosesus vaginalis normalnya akan mengalami obliterasi

sehingga menutup pintu masuk kanalis inguinalis dari kavum abdomen.7

b. Naiknya tekanan intraabdominal secara berulang

Naiknya tekanan intra abdominal biasa disebabkan karena batuk atau tertawa

terbahak-bahak, prostate hipertrofi, vesikulolithiasis, karsinoma kolon, sirosis

dengan asites, splenomegali masif merupakan faktor resiko terjadinya hernia

inguinalis.

6
c. Lemahnya otot-otot dinding abdomen

Akhir-akhir ini beberapa peneliti sepakat bahwa lemahnya otot-otot dan

fascia dinding perut pada usia lanjut, kurangnya olahraga, adanya timbunan

lemak memungkinkan adanya angka kesakitan hernia. Abnormalitas struktur

jaringan kolagen dan berkurangnya konsentrasi hidroksi prolin berperan

penting terhadap berkurangnya daya ikat serabut kolagen dan ini ada

hubungannya dengan mekanisme rekurensi hernia ataupun adanya

kecenderungan sifat-sifat familier dari hernia.

2.5 Klasifikasi

Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL)

dan Hernia Ingunalis Medialis (HIM). Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama

lain yaitu hernia indirek yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding

abdomen. Selain hernia indirek nama yang lain adalah hernia oblique yang artinya

Kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke medial bawah. Hernia ingunalis

lateralis sendiri mempunyai arti pintu keluarnya terletak disebelah lateral Vasa

epigastrica inferior. Hernia inguinalis lateralis (HIL) dikarenakan kelainan kongenital

meskipun ada yang didapat.8

7
Tabel. 2.1. Perbedaan HIL dan HIM.8

Hubungan Dibungkus

dengan vasa oleh fascia Onset biasanya


Tipe Deskripsi
epigastrica spermatica pada waktu

inferior interna

Penojolan melewati cincin

inguinal dan merupakan


Hernia Kongenital
kegagalan penutupan cincin
ingunalis Lateral Ya Dan bisa pada
ingunalis interna pada waktu
lateralis waktu dewasa.
embrio setelah penurunan

testis

Hernia
Keluar langsung menembus
ingunalis Medial Tidak Dewasa
fascia dinding abdomen
medialis

Gambar 2.5 Hernia Inguinalis Lateral

8
Gambar 2.6 Hernia Inguinalis Medial

2.6 Patofisiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat.

Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus

internus yang cukup lebar, sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain

itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang

sudah terbuka cukup lebar itu. Pada orang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat

mencegah terjadinya hernia inguinalis antara lain, kanalis inguinalis yang berjalan

miring, struktur otot oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis

ketika berkontraksi, dan fasia transversa kuat yang menutupi trigonum Hesselbach

yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan mekanisme ini menyebabkan

terjadinya hernia. Faktor yang dipandang berperan adalah peninggian tekanan di

dalam rongga abdomen, adanya prosesus vaginalis yang terbuka, dan kelemahan

dinding abdomen karena usia.1,4

Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami

proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena

daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang

menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk – batuk kronik, bersin

9
yang kuat dan mengangkat barang – barang berat, mengejan, menyebabkan kanal

yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis

karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut.9

2.7 Manifestasi Klinis

Manifestasi dari hernia inguinal yaitu: adanya benjolan di selakangan,

benjolan bisa hilang atau timbul dan mengecil, timbul bila menangis, mengejan saat

defekasi, mengangkat benda berat dan dapat ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau

mual muntah bila terjadi komplikasi.1 Pada hernia strangulasi, dimana aliran darah ke

isi hernia terganggu akan timbul rasa tegang, bengkak, panas, memerah pada daerah

sekitar benjolan, dan tanda-tanda inflamasi, selain itu perasaan sakit akan bertambah

hebat.1

2.8 Diagnosis

Diagnosis hernia inguinal biasanya ditegakkan melalui riwayat ada benjolan

yang hilang timbul di inguinal yang dikonfirmasi melalui pemeriksaan fisik.

Anamanesis

Pasien sering mengeluh tidak nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan

dapat dihilangkan dengan reposisi manual ke dalam kavitas peritonealis, tetapi

dengan berdiri atau terutama dengan gerak badan, maka biasanya hernia muncul lagi.

Pada hernia reponibel, keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha

yang muncul waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah

berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah

epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena renggangan pada

mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri

10
yang disertai mual muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau

strangulasi karena nekrosis atau gangren.1

Pemeriksaan Fisik

Adanya keadaan asimetris pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia

dalam posisi berdiri dan posisi berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk

sehingga benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat.1 Palpasi dilakukan dalam

keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah

benjolan dapat direposisi. Untuk menentukan jenis hernianya, ada beberapa

pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu:

 Finger Test

Dengan jari kelingking kulit scrotum diinvaginasikan, jari tersebut

digeser sampai kuku berada diatas spermatic cord dan permukaan volar

jari menghadap ke dinding ventral scrotum. Dengan menyusuri spermatic

cord kearah proksimal maka akan terasa jari tersebut masuk melalui

annulus eksternus, dengan demikian dapat dipastikan selanjutnya akan

berada dalam kanalis inguinalis. Bila terdapat hernia inguinalis lateralis,

terasa impuls pada ujung jari, bila hernia inguinalis medialis maka teraba

dorongan pada bagian samping jari.

 Silk Gloves Sign

Jika dilakukan perabaan pada kantong hernia dengan cara menggesek dua

lapis kantong hernia, maka akan terasa seperti sensasi gesekan dua

permukaan sutera.

11
 Visible Test.

Pasien disuruh untuk mengedan, dan perhatikan benjolan yang keluar.

Dikatakan hernia inguinalis lateralis apabila benjolan keluar dari lateral

dan berbentuk lonjong. Apabila benjolan yang keluar langsung ke bagian

depan dan berbentuk bulat, maka itu disebut hernia inguinalis medial.

2.9 Modalitas Pencitraan Radiologis pada Hernia Inguinalis

Kebanyakan pasien dengan hernia inguinal simptomatik tidak memerlukan

pencitraan pra operasi karena diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan temuan

pemeriksaan fisik. Namun, pada hernia okulta, yaitu hernia yang secara klinis pada

pemeriksaan fisik tidak menunjukkan adanya massa atau defek, membutuhkan

pencitraan sebagai bagian dari pemeriksaan untuk mengkonfirmasi kecurigaan klinis;

termasuk ultrasonografi (USG) dari inguinal, computed tomography (CT) dari pelvis,

dan / atau pencitraan resonansi magnetik (MRI) dari panggul.17

Sebagian besar referensi saat ini hanya merekomendasikan USG dan CT

sebagai modalitas untuk evaluasi hernia inguinalis, terutama yang tidak mudah

terlihat pada pemeriksaan fisik. Herniografi kurang disukai oleh sebagian besar

praktisi. Pencitraan resonansi magnetik (MRI) umumnya tidak dianggap sebagai

modalitas evaluasi pertama untuk hernia; beberapa penulis menyatakan bahwa,

meskipun MRI mungkin lebih efektif daripada teknik pencitraan alternatif lainnya,

tetapi perlu dipertimbangkan masalah biaya operasionalnya.17

Hernia okulta adalah hernia nonpalpable, lebih sering terlihat pada wanita.

Gejala utamanya adalah rasa sakit, tanpa adanya tonjolan. Ultrasonografi dan CT

tidak dapat mendeteksi hernia okulta. Pasien dengan kecurigaan klinis hernia okulta

harus menjalani pencitraan dengan MRI sebagai pemeriksaan radiologis yang paling

12
sensitif. Jika hasil USG atau CT scan negatif untuk hernia inguinalis, maka MRI

harus dilakukan untuk secara definitif menyingkirkan hernia.17

Gambar 2.7 Algoritma untuk pencitraan evaluasi pasien dengan suspek hernia

inguinal.17

2.9.1 Konvensional

Keterangan Gambar:10

X-ray menunjukkan skoliosis, hemivertebrae

daerah toraks, anomali tulang rusuk kiri, herniasi

loop usus di daerah lumbal kiri dan skrotum kiri.

Gambar 2.8 Foto polos menunjukkan adanya

herniasi usus

13
2.9.2 Herniografi/herniogram

Herniografi juga dapat digunakan dengan cara menyuntikkan kontras larut air

ke dalam kavum peritoneum melalui injeksi infraumbilikal dengan bantuan

fluoroskopi. Kontras yang dimasukkan akan menuju ke kantung hernia dengan

bantuan gravitasi. Selanjutnya, dilakukan foto inguinal pada menit ke-5, 10, dan 45

secara serial. Herniografi dapat dilakukan untuk memeriksa hidrokel, hernia

inguinalis kontralateral, dan membedakan antara hernia inguinalis dengan hernia

femoralis.15 Pada pemeriksaan radiologis tampak gambaran abnormal gas dalam

usus/ obstruksi usus, massa, yang dikenal dengan spontaneous reduction of hernia en

masse, yaitu suatu keadaan berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta

isinya ke rongga ektraperitoneal.16

Gambar 2.9 Herniogram seorang laki-laki 36 tahun dengan hernia inguinal kanan.16

14
2.9.3 USG

Pemeriksaan USG digunakan untuk membedakan massa pada lipat paha atau

dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.

Penggunaan USG dapat dilakukan untuk membedakan antara hidrokel dan hernia

inguinal. Pada hidrokel, akan ditemukan gambaran kantong yang terisi cairan.

Karena struktur daerah inguinal superfisial, transduser linier 10 MHz lebih

efektif digunakan, meskipun pada beberapa pasien memiliki tubuh yang lebih besar,

transduser 7 MHz mungkin diperlukan. Pada obesitas dan distorsi anatomi mungkin

membuat identifikasi anatomi lebih sulit. Awalnya, pemeriksaan daerah inguinal

dilakukan dengan pasien terlentang. Sangat penting untuk meminta pasien untuk

meningkatkan tekanan intra abdomen (manuver Valsava) pada masing-masing

langkah sonografi untuk mengidentifikasi hernia transien.18

Manuver Valsalva merupakan komponen penting dalam pemeriksaan karena

pada sebagian pasien hernia dapat sepenuhnya berkurang saat istirahat. Kemampuan

sonografi yang dinamis ini merupakan keuntungan bila dibandingkan dengan teknik

pencitraan cross-sectional lainnya. Pemeriksaan ulang dengan pasien posisi berdiri

juga dianjurkan jika evaluasi supine tidak mengungkapkan herniasi. Gambaran usus

yang terherniasi dapat menunjukkan peristaltik, dan lemak yang terherniasi akan

tampak hiperekoik.18

15
Gambar 2.10 Ilustrasi daerah inguinal kanan pria dari pandangan anterior
menunjukkan posisi transduser untuk mengevaluasi hernia spigelian (1), hernia
inguinal indirek (2), hernia inguinal direk (3), dan hernia femoralis (4). Catat lokasi
ligamen inguinal (panah melengkung), otot rectus abdominis (R), batas lateral
segitiga Hesselbach (H) yang didefinisikan oleh arteri epigastrika inferior (panah
transparan), dan korda spermatika (kepala panah).18

A B
Gambar 2.11 Pria usia 40 tahun dengan anatomi inguinal kanan yang sehat.18

A. Sonogram dari daerah inguinal yang berhubungan dengan posisi transduser 2


pada Gambar 2.10 menunjukkan spermatic cord (C), arteri iliaka eksternal (A),
arteri epigastrika inferior (E), vena femoralis (V), dan ramus pubis superior
(panah melengkung).
B. Sonogram dari daerah inguinal (posisi transduser tidak diilustrasikan pada
Gambar. 2.10) langsung di atas dan sejajar dengan arteri epigastrika inferior (E),
sumbu pendek tali spermatika (panah), arteri iliac eksternal (A), dan rectus
abdominis (R).

16
a. Hernia Inguinal Indirek

Untuk hernia inguinal indirek, setelah transduser diposisikan di mana arteri

epigastrika inferior, probe diputar miring sehingga bagian medial menjadi inferior,

sepanjang sumbu panjang ligamen inguinal (Gambar 2.10). Pada pria, tali spermatika

yang sehat dapat dilihat pada bidang longitudinal dan transversal sebagai struktur

hiperekoik heterogen dengan tubulus dan vaskuler hipoekoik, yang berasal dari

cincin inguinal internal. Struktur ini harus dibedakan dari ligamentum inguinalis,

yang memiliki penampilan fibrilar kompak, memanjang dari ilium ke pubis, dan

hanya bagian inferior yang berkaitan dengan cincin inguinal internal. Dengan

transduser yang diposisikan memanjang ke kanalis inguinalis, hernia inguinalis

indirek dapat terlihat menonjol ke anterior menuju transduser dari asalnya lateral ke

arteri epigastrika inferior. Hernia inguinalis indirek dapat mencapai tuberkulum

pubikum dan keluar dari cincin superfisial dan dapat memasuki skrotum pada

seorang pria.18

A B

Gambar 2.12 Pria 30 tahun dengan sonogram hernia inguinal kanan indirek dengan
transduser diposisikan paralel dan arah kranial ke ligamen inguinal yang sesuai
dengan posisi transduser 2 pada Gambar 2.10.18

17
A. Sonogram pra-valsalva manuver (hernia tidak terlihat) menunjukkan arteri iliac
eksternal (A), arteri epigastrika inferior (E), dan ramus pubis superior (panah
melengkung).
B. Sonogram post-valsalva manuver menunjukkan arteri iliaka eksternal (A), arteri
epigastrika inferior (E), vena iliaka eksternal melebar (V), ramus pubis superior
(panah melengkung), dan hernia inguinalis indirek (H) yang berasal dari lateral
ke eksternal arteri iliac (panah) dan melintasi kanalis inguinal dari lateral ke
medial. (Kiri = lateral)

b. Hernia Inguinal Direk

Mirip dengan evaluasi inguinal hernia indirek, untuk hernia inguinalis direk

transduser ditempatkan memanjang sepanjang kanalis inguinalis dan anterior dari

arteri epigastrika inferior (Gambar 2.10). Namun, transduser dipindahkan secara

medial karena hernia inguinalis direk berasal dari medial arteri epigastrika inferior di

segitiga Hesselbach. Pencitraan yang lebih unggul dari kanalis inguinalis serta di

bidang ortogonal akan mengevaluasi segitiga Hesselbach secara menyeluruh. Dengan

manuver Valsava, hernia ini akan menonjol secara langsung ke anterior menuju

transduser (Gambar 2.14).18

A B

Gambar 2.13 Pria 39 tahun dengan hernia inguinalis direk. Sonogram dari daerah
inguinal kanan paralel dan ke arah kranial ligamentum inguinalis yang berhubungan
dengan posisi transduser 3 pada Gambar 2.10.18
A. Sonogram pra-valsava manuver menunjukkan (hernia tidak terlihat) strip lemak
peritoneum (panah lurus) medial arteri epigastrika inferior (panah melengkung).

18
B. Sonogram post-valsava manuver menunjukkan hernia inguinal direk membentuk
refleksi peritoneal (panah lurus) medial arteri epigastrika inferior (panah
melengkung). (Kiri adalah lateral, kanan adalah medial.)

2.9.4 CT Scan

A B
Gambar 2.14 CT Scan axial menunjukkan hernia indirek dan direk.13
A. Gambar axial multi detector computed tomography menunjukkan hernia
inguinalis indirect (panah melengkung) dengan isi loop usus dan usus kecil.
Perhatikan pembuluh epigastrik (panah hitam) dan leher hernia (panah putih
lurus).
B. Gambar axial multi detector computed tomography menunjukkan hernia
inguinalis direct (panah melengkung), medial ke pembuluh femoralis (panah
lurus), berisi loop usus. Perhatikan pembuluh epigastrik (panah hitam).

19
Gambar 2.15 CT scan Coronal menunjukkan hernia inguinal direct pada kedua sisi
(asterisks oranye) di dalam fasia transversa serta hernia inguinalis lateral dengan
jaringan adipose dan usus kecil (panah oranye) lateral tali spermatika (panahk uning)
pada sisi kanan.11

Gambar 2.16 CT scan axial menunjukkan posisi hernia indirek (panah oranye) latero-
dorsal ke otot-otot dinding perut lateral (tanda bintang merah), khususnya otot
oblikus internal dan transvCT erses abdominalis, ke pembuluh epigastrik inferior
(panah turquoise), dan ligamentum inguinalis, dan lateral tali spermatika (panah
kuning).11

20
2.9.5 MRI

Gambar 2.17 MRI scan pasien dengan hernia indirek sisi kiri yang besar.14

2.10 Diagnosis Banding

Meskipun pemeriksaan klinis dapat mendiagnosis banyak massa di daerah

inguinal (terutama hernia), pencitraan sering diperlukan untuk diagnosis yang akurat,

terutama pada massa yang atipikal. USG merupakan modalitas lini pertama untuk

kelaian vaskuler dan kelainan reproduksi pria (misalnya kriptorkidismus, varikokel).

CT dan Ultrasound adalah pilihan terbaik untuk mendiagnosis hernia inguinal,

sedangkan CT atau MRI sesuai untuk kecuriga lesi muskuloskeletal, seperti bursistis

atau tumor tulang.19

21
Gambar 2.18 Diagnosis banding massa yang berada di daerah inguinal20

1) Hernia Femoralis

Hernia femoralis sering terjadi pada wanita. Posisi medial dalam kanalis

femoralis posterior ke garis ligamentum ingunalis, kaudal dan posterior ke

hernia inguinalis. Hernia femoralis seringkali memiliki leher yang sempit dan

posisinya tetap dibawah ligamentum inguinalis dan lateral dari tuberkulum

pubis.20

2) Hematom Inguinal

Hematom inguinal sering terjadi akibat dari kateterisasi dengan gambaran

adanya ekstravasasi aktif yang menandakan adanya perdarahan masif. Namun

dari klinis dapat dibedakan, karena biasanya terdapat lebam pada bagian

inguinal pasien.19

22
Gambar 2.19 CT scan coronal menunjukkan hematom inguinal kanan yang
besar dengan ekstravasasi kontras yang masif. Pasien ini baru-baru ini
menjalani kateterisasi inguinal kanan yang rumit dengan kehilangan darah
yang banyak19

3) Limfadenopati Inguinalis

Limfadenopati inguinalis muncul sebagai suatu massa dekat ligamen

inguinal. Daerah inguinal merupakan tempat terjadinya limfadenopati yang

sering terjadi pada banyak kasus keganasan dan penyakit sistemik. Kelenjar

getah bening biasanya mobile, dan mudah dibedakan dari hernia berdasarkan

pemeriksaan klinis saja.19 Dari CT scan dapat membantu mmbedakan isi

hernia dari massa lain ayng melibatkan inguinal dan skrotum, seperti

hidrokel, variks, lipoma tali spermatika, testis tidak turun, abses, dan tumor.20

4) Varikokel

Pada ultrasonografi menampilkan jalinan pembuluh darah ayng agak melebar

(≥ 3 mm) dengan aliran yang lambat dan pembesaran selama valsava. Dapat

dilihat pada CT, dengan jalinan pembuluh yang melebar yang berkomunikasi

dengan vena gonad ipsilateral yang membesar.19 Varikokel dapat terjadi

primer atau sekunder. Tipe primer disebabkan oleh gangguan drainase vena

23
testis, biasanya karena katup yang tidak kompeten, sedangkan sekunder hasil

dari peningkatan tekanan ekstrinsik pada vena testis.

Gambar 2.20
Potongan axial dan coronal CT memperlihatkan dilatasi (>3mm) tubulus
serpiginosus di iinguinalis kiri.

5) Kriptorkidismus

Testis tidak turun (yang biasanya ditemukan di sekitar selangkangan / saluran

inguinalis) dapat dipalpasi pada pemeriksaan fisik pada sebagian besar kasus.

Ultrasonografi atau MRI adalah modalitas pencitraan lini pertama, dengan

kemampuan untuk mengidentifikasi testis intraabdominal.19

24
Gambar 2.21
Potongan Axial T2 pada pasien dengan undesensus testis kiri
memperlihatkan gambaran hiperdens pada pelvis bagian kiri.19

2.11 Tatalaksana

a) Konservatif

Pengobatan konservatif bukan merupakan tindakan definitif, sehingga

hernia dapat kambuh lagi. Reposisi adalah suatu usaha atau tindakan untuk

memasukkan atau mengembalikan isi hernia ke dalam cavum peritoneum atau

abdomen secara hati-hati dan dengan tekanan yang lembut dan pasti. Reposisi

ini dilakukan pada hernia inguinalis yang reponibel dengan cara memakai

kedua tangan. Tangan yang satu memegang lekuk yang sesuai dengan

pintunya (leher hernia diraba secara hati-hati, pintu dilebarkan), sedangkan

tangan yang lainnya memasukkan isi hernia melalui pintu tersebut.1

25
b) Operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia

inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis

ditegakkan.1 Pada herniotomi, dilakukan pembebasan kantong hernia sampai

ke lehernya. Kantong dibuka, dan isi hernia dibebaskan kalau ada

perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi

mungkin lalu dipotong. Pada hernioplasti, dilakukan tindakan memperkecil

anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis

inguinalis. Hernioplasti lebih penting dalam mencegah terjadinya residif

dibandingkan dengan herniotomi.

Dikenal berbagai metode hernioplasti, seperti memperkecil anulus

inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia

transversa, dan menjahitkan pertemuan otot transversus internus abdominis

dan otot oblikus internus abdominis, yang dikenal dengan nama conjoint

tendon, ke ligamentum inguinale Pouparti menurut metode Bassini, atau

menjahitkan fasia transversa, otot transversus abdominis, dan otot oblikus

internus abdominis ke ligamentum Cooper pada metode Lotheissen-Mc Vay.1

26
BAB 3

KESIMPULAN

Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan

adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah

(defek) yang diliputi oleh dinding. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai

lokasi anatominya, seperti hernia inguinal, diafragma, umbilikalis, femoralis, dan

lain-lain. Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL

atau indirek) dan Hernia Ingunalis Medialis (HIM atau direk). Kebanyakan pasien

dengan hernia inguinal simptomatik tidak memerlukan pencitraan pra operasi karena

diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan temuan pemeriksaan fisik. Namun, pada

hernia okulta, yaitu hernia yang secara klinis pada pemeriksaan fisik tidak

menunjukkan adanya massa atau defek, membutuhkan pencitraan sebagai bagian dari

pemeriksaan untuk mengkonfirmasi kecurigaan klinis; termasuk ultrasonografi

(USG) dari inguinal, computed tomography (CT) dari pelvis, dan / atau pencitraan

resonansi magnetik (MRI) dari panggul.

Arteri epigastrika inferior pada asalnya merupakan penanda anatomi penting

dalam membedakan indirek dari hernia inguinalis direk; hernia yang berasal dari

lateral arteri epigastrika inferior adalah hernia inguinalis indirek, sedangkan yang

medial adalah direk. Hernia femoralis secara khas terjadi ke arah medial dari vena

femoralis inferior. Hernia spigelian terjadi pada tepi lateral rektus abdominis superior

ke arteri epigastrika inferior di mana herniasi tersebut melintasi linea semilunaris.

Dengan pemahaman anatomi daerah inguinal dan pengetahuan tentang berbagai

27
hernia yang ditemukan di daerah inguinal, diagnosis sonografi dapat membantu ahli

bedah dalam mengelola kondisi klinis umum ini.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjad C. Hernia. In: Sjamsuhidayat R, Jong WD, editors. Buku Ajar Ilmu

Bedah (Edisi ke-3). Jakarta: EGC, 2010; p. 619-29.

2. Luthfi A, Thalut K. Dinding perut, hernia, retroperitoneum, dan omentum.

Dalam (Sjamsuhidajat R, Karnadiharja W, Prasetyono TOH, et al, ed) Buku Ajar

Ilmu Bedah edisi 3. Hal. 615-41. 2007. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

3. Aru W, Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III (Edisi V). Jakarta:

Interna Publishing. 2009.

4. Sherman V, Macho JR, Brunicardi FC. Inguinalis hernias. In: Brunicardi FC,

Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, et al, editors.

Schwartz’s Principles of Surgery (9th ed.). New York: McGraw-Hill

Companies, 2010; p. 1305-42

5. Kingsnorth AN, Giorgobiani G, Bennett DH. Hernias, umbilicus, and abdominal

wall. Dalam (Williams NS, Bulstrode CJK, O’Connel PR, ed.) Bailey and

love’s: Short Practice of Surgery 25th ed. London: Edward Arnold Ltd. 2008; p.

968-90.

6. Claudia G. Rawis, dkk. Pola Hernia Inguinalis Lateralis di RSUP Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado Periode Agustus 2012 – Juli 2014; Jurnal e-Clinic (eCl),

Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015.

7. Faizi M., Netty EP., Penatalaksanaan Undencensus Testis pada Anak, Available

from: http://www.pediatrik.com/pkb/20060220-g2wryu-pkb.pdf. (Accessed :

April 2018).

8. Inguinal Hernia: Anatomy and Management Accesed on 1st January 2011

Available at http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4

29
9. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta

Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-317

10. Sisodiya, R. S., Panda, S. S., &Ratan, S. K. Lumbo-costo-vertebral syndrome

with inguinal hernia and other anomalies. BMJ case reports, 2017,

bcr2016216974.

11. Veréb-Amolini, László, et al. An atypical lateral hernia and concomitant

inguinal and umbilical hernias in a patient with polycystic kidney disease and an

intracranial aneurysm–a combined approach of clinical and radiological

investigation, endoscopic hernia repair, and anatomical cadaver model

documentation and a systematic review of the literature. SpringerPlus, 2015,

4.1: 85.

12. Yoong, Philip; Duffy, Stephen; Marshall, Thomas J. The inguinal and femoral

canals: A practical step-by-step approach to accurate sonographic

assessment. The Indian journal of radiology & imaging, 2013, 23.4: 391.

13. Matzke, G., et al. A Tour of the Abdominal Wall: An Assessment of Hernias by

Multidetector Computed Tomography. Rev. Argent. Radiol, 2017, 81.1: 39-49.

14. Kouhia, S., et al. Magnetic resonance imaging has no role in diagnosing the

origin of pain in patients with overwhelmingly painful inguinal hernia. Hernia,

2015, 19.4: 557-563

15. Glick, P.L., & Boulanger, S.C. Inguinal Hernias and Hydroceles. In A.G. Coran,

N.S. Adzick, & T.M. Krummel, Pediatric Surgery.2012. (pp. 985-1001).

Philadelphia, USA: Elsevier Saunders.

30
16. Dilek ON, Poyraz N, Arslan H. Herniography and ultrasonography : A

prospective study comparic the effectiveness of laparoscopic hernia repair with

estraperitoneal balloon disection. Surg Endosc, 1997, 11:29-31.

17. Miller, Joseph, et al. Role of imaging in the diagnosis of occult hernias. JAMA

surgery, 2014, 149.10: 1077-1080.

18. Jamadar, D.A., Jon, A.J., Yoav, M. et al. Sonography of inguinal region hernias.

American Journal of Roentgenology. 2006;187: 185-190. 10.2214/AJR.05.1813

19. Federler MP, Raman SP, Tublin M, Shaaban AM, Borhani AA, Furlan A, dkk.

ExpertDDX: Abdoemn & Pelvis. Second Edition. Philadelphia: Elsavier.

2017,p;365-375.

20. Federle MP,Jeffrey RB, Desser TS, Anne VS, Eraso A, Chen JJS, dkk.

Diagnostic Imaging Abdomen. First Edition. Canada: Amyrsis.2004,p; 24-26.

31

Anda mungkin juga menyukai