MAKALAH
HORMON PERTUMBUHAN (TIROID)
Disusun oleh:
Kelompok 2
1
ii
KATA PENGANTAR
Kelompok 2
ii
iii
DAFTAR ISI
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Sistem endokrin adalah sistem kelenjar yang bekerja pada tubuh manusia yang
hasil sekresinya langsung ke dalam darah tanpa melewati duktus atau saluran dan
dari sekresi reproduksi, pertumbuhan, kekebalan tubuh, dan menjaga keseimbangan
fungsi internal tubuh. Kelenjar dari sistem endokrin meliputi hifofisis, pineal, tiroid,
paratiroid, timus, pankreas, adrenal, dan ovarium atau testis. Meskipun berperan
sangat penting dalam tubuh, ada banyak gangguan kelenjar endokrin yang belum
diketahui, salah satu gangguan pada kelenjar endokrin adalah kelainan tiroid.
Kelenjar tiroid merupakan organ khusus terbesar untuk fungsi endoktrin
dalam tubuh manusia. Penyakit atau kelainan tiroid adalah suatu kondisi kelainan
pada seseorang akibat adanya gangguan kelenjar tiroid, baik berupa perubahan
bentuk maupun perubahan fungsi. Dua kelainan fungsional utama pada tiroid yaitu
pembentukan hormon tiroid yang berlebihan (Hipertiroidisme) dan defisiensi
produksi (Hipotiroidisme) (Crosby dkk, 2016).
Tyroid Stimulating Hormon (TSH), merupakan hormon glikoprotein, disekresi
oleh hipofisis anterior. TSH merupakan faktor primer yang mengendalikan
pertumbuhan sel tiroid dan sintesis serta sekresi hormon tiroid, TSH utuh ditemukan
dalam serum (Wibowo dkl, 2013). Kelenjar tiroid mensekresi dan hormon teriodinasi
yang disebut Triiodotironin (T3) dan Tiroksin (T4) yang bertanggung jawab
pertumbuhan, perkembangan, fungsi dan pemeliharaan jaringan tubuh yang optimal
(Neal, 2005).
Pemeriksaan Tyroid Stimulating Hormon (TSH) merupakan metode yang
sensitive untuk mendiagnosis hipotiriodisme primer atau sekunder dan pemeriksaan
Free Thyroxine (FT4) yang merupakan metabolit aktif, sehingga pemeriksaan kadar
FT4 menjadi indikator dari status tiroid pasien. Terdapat beberapa metode yang
digunakan yaitu metode ECLIA, CLIA, ELISA, ELFA, dan EIA (Suryaatmadja,
2010).
1
2
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Kelenjar Tiroid.
2. Mengetahui Metabolisme Kelenjar Tiroid.
3. Mengetahui Kelainan Tiroid.
4. Mengetahui Pemeriksaan Hormon Tiroid.
5. Mengetahui Metode Pemeriksaan Hormon Tiroid.
1.4 Manfaat
Berdasarkan uraian di atas, adapun manfaat yang ingin dicapai dari makalah
ini yaitu, dapat menjadi dasar bagi perkembangan IPTEK di bidang Kesehatan
Ilmiah yang berkenaan dengan pemeriksaan Hormon Tiroid.
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terletak di daerah leher depan, di depan trakea, tepat di bawah
laring, berwarna merah coklat dengan 2 lobus yang dihubungkan oleh isthmus,
bentuknya menyerupai kupu-kupu. Secara embrional, semula tiroid terletak di
belakang lidah yang kemudian sebelum lahir berimigrasi ke leher depan oleh karena
itu, ada kalanya kelenjar tiroid masih berada di belakang lidah atau bahkan sudah
sampai ke belakang tulang dada/substenum (Choksi, 2003).
Kelenjar tiroid terdiri atas sel-sel epitel kubus rendah yang tersusun
membentuk kantung-kantung kecil. Folikel-folikel yang merupakan unit struktural
fungsional dan sekresi kelenjar tiroid. Ada 2 jenis hormon utama yang disekresikan
oleh kelenjar tiroid, yaitu Tiroksin (Thyroxine= T4 =l-3,5,3’,5-tetraiodothyronin)
dan Triodothyronine (T3=L-3,5,3’-triiodothyronine). Keduanya tersusun oleh 2
residu tirosil (tyrosyl) yang terikat melalui ikatan eter dan digantikan oleh 4 atau 3
residu yodium (iodine). Kuantitatif terbanyak adalah T4 sebagian hormon utama dan
sedikit T3, tetapi T3 merupakan hormon yang aktif secara biologis dengan potensi
metabolik 3 kali T4 dan T4 dianggap sebagai prekursor atau prohormon , yang bila
diperlukan akan dipecahkan di jaringan untuk membentuk T3 (Suryaatmadja, 2010).
Fungsi utama T3 adalah mengatur metabolisme karbohidrat dan protein di
dalam semua sel, karena itu perubahan T3 dapat mempengaruhi semua organ tubuh
terutama kardiovaskuler, saraf, imun dan reproduksi.Tiroid mengatur pertumbuhan,
metabolisme, respirasi seluler, penggunaan energi total, serta berperan penting pada
perkembangan dan diferensiasi jaringan. Tiroksin dilepaskan ketika otak melalui
hormonal–hipotalamus mengirimkan sebuah perintah (TRH = Thyroid Releasing
Hormone, hormon pelepas tiroid) ke kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid, sebagai titik
akhir rantai perintah ini segera menanggapi dengan melepaskan tiroksin dan
menyebarkannya ke seluruh tubuh melalui darah (Harun Yahya, 2008).
Jumlah tiroksin yang dilepaskan ditentukan oleh sebuah sistem yang terdiri
dari dua mekanisme arus balik negatif. Saat jumlah tiroksin dalam darah naik di atas
normal, hormon tiroksin mempengaruhi kelenjar pituitary dan terkadang langsung ke
3
4
4
5
hipofisis TSH pada gilirannya dipengaruhi oleh faktor pelepas, hormon pelepas
tirotropin (TRH) yang diproduksi di hipotalamus (lihat gambar 2.1 ). Sekresi TSH
dan TRH diatur oleh umpan balik negatif dari hormon tiroid, terutama T3, dari
sirkulasi dan/ atau T3 yang diproduksi secara lokal dari konversi intraseluler T4 ke
T3. Ketika kadar hormon tiroid yang bersirkulasi meningkat, sintesis dan sekresi
TSH serum menjadi tumpul. Sebaliknya, ketika level T4 dan T3 yang bersirkulasi
rendah level TSH serum meningkat secara kompensasi. Tingkat rata-rata geometrik
TSH serum pada individu normal adalah sekitar 1,5 μU/ml seperti yang baru-baru ini
dilaporkan dalam penelitian NHANES III (Hollowell et al., 2002). Ketika fungsi
hipofisis hipotalamus utuh, kadar TSH serum secara nyata ditekan (menjadi <0,05
μU/ml) pada pasien dengan hipertiroidisme dan peningkatan kadar sirkulasi tiroksin
serum, sementara peningkatan yang nyata pada TSH (>5 μU/ml) terjadi pada pasien
dengan hipotiroidisme dan kadar T4 serum dalam darah rendah. TSH berikatan
dengan reseptor membran spesifik yang terletak di permukaan sel epitel tiroid dan
mengaktifkan mekanisme pensinyalan sel melalui enzim adenilat siklase yang
terletak di membran plasma. Aktivasi adenylate cyclase meningkatkan level cyclic
adenosine monophosphate (cAMP) intraseluler, yang pada gilirannya merangsang
peristiwa pensinyalan intraseluler tambahan yang mengarah pada pembentukan dan
sekresi hormon tiroid.
5
6
6
7
hormon ini bersifat esensial untuk tumbuh kembang normal dan homeostatis tubuh
dengan meregulasi produksi energi.
Sintesis dari T4 dan T3 oleh kelenjar tiroid melibatkan enam langkah utama:
1. Transpor aktif dari I melintasi membran basalis ke dalam sel tiroid
(trappingof iodide);
2. Oksidasi dari iodide dan iodinasi dar residu tirosil dalam tiroglobulin;
3. Penggabungan molekul iodotirosin dalam tiroglobulin membentuk T3
dan T4;
4. Proteolisis dari tiroglobulin, dengan pelepasan dari iodotirosin dan
iodotironin bebas;
5. Deiodinasi dari iodotirosin di dalam sel tiroid, dengan konservasi dan
penggunaan dari iodida yang dibebaskan, dan
6. Dibawah lingkungan tertentu, deiodinisasi-5 dari T4 menjadi T3
intratiroidal (fungsi dan kelainan kelnja tiroid).
Sintesis hormon tiroid melibatkan suatu glikoprotein unik,
tiroglobulin, dan suatu enzim esensial, peroksidase tiroid (TPO). Terdapat tiga jenis
penyakit dalam kelenjar tiroid:
1. Malfungsi sekresi: hipertiroidisme atau hipotiroidisme
2. Pembesaran seluruh kelenjar: struma
3. Masa soliter: suatu nodul yang besar pada struma nodular, adenoma atau
karsinoma.
7
8
oleh interferensi assaydan dapat dipercaya dalam memprediksi fungsi tiroid sesuai
prinsip umpan balik negatif. Nilai normal TSH pada orang dewasa 0,35-5,5
μIU/ml, <3 ng/ml.
2.6.1 Hipotiroid
Hipotiroid dapat dibedakan antara yang klinis jelas (overt) dan klinis tidak
jelas (subklinis). Hipotiroid subklinis didefinisikan sebagai keadaan dengan kadar
8
9
TSH meningkat ringan dan kadar fT3 dan T4 normal disertai dengan sedikit/tanpa
gejala klinis.
Hipotiroid klinis/overt atau tiroid yang kurang aktif merupakan kelainan klinis
yang paling umum, didefinisikan sebagai kadar TSH tinggi dan fT4 rendah dalam
serum. Penyebab utamanya adalah kadar yodium yang tidak cukup atau asupan
yodium yang rendah.
Hipotiroidisme adalah keadaan hipometabolik yang dihasilkan dari defisiensi
T4 dan T3. Manifestasi klinis utamanya adalah kelelahan, kelesuan, intoleransi
dingin, lambatnya bicara dan fungsi intelektual, refleks yang melambat, kerontokan
rambut, kulit kering, penambahan berat badan, dan sembelit. Ini lebih banyak terjadi
pada wanita daripada pria. Penyebab paling umum dari hipotiroidisme adalah
penyakit tiroid itu sendiri, hipotiroidisme primer.
Penyebab paling umum dari hipotiroidisme primer adalah tiroiditis autoimun
kronis (penyakit Hashimoto), di mana tiroid dihancurkan oleh antibodi atau limfosit
yang menyerang kelenjar. Penyebab lain adalah yodium radioaktif dan terapi bedah
untuk hipertiroidisme atau kanker tiroid, penyakit radang tiroid, defisiensi yodium,
dan beberapa obat yang mengganggu sintesis atau ketersediaan hormon tiroid.
Hipotiroidisme juga jarang terjadi (<1 persen kasus) sebagai akibat dari kekurangan
TRH atau gangguan sekresi TSH akibat penyakit hipotalamus atau hipofisis. Ini
dikenal sebagai hipotiroidisme sekunder atau sentral karena hubungan umpan balik
negatif antara kadar T4 dan T3 serum dan sekresi TSH. Seperti disebutkan
sebelumnya dan ditunjukkan pada Gambar 2-1 , orang dengan hipotiroidisme primer
memiliki kadar TSH serum yang tinggi. Jika seseorang memiliki nilai TSH serum
yang tinggi, T4 bebas serum harus diukur. Temuan bersamaan dari konsentrasi TSH
serum yang tinggi dan kadar T4 bebas yang rendah menegaskan diagnosis
hipotiroidisme primer. Orang dengan konsentrasi TSH serum tinggi dan kadar T4
bebas serum normal atau rendah normal, menurut definisi, hipotiroidisme subklinis.
Diagnosis hipotiroidisme sekunder didasarkan pada temuan level T4 bebas serum
rendah dan level TSH serum yang normal atau rendah. Orang dengan hipotiroidisme
sekunder tidak mungkin dideteksi oleh program skrining berdasarkan pengukuran
TSH serum, tetapi kondisinya jauh lebih jarang daripada hipotiroidisme primer.
9
10
2.6.2 Hipertiroid
Hipertiroid juga dapat dibedakan antara klinis jelas (overt) dan klinis tidak
jelas (subklinis). Hipertiroid klinis atau tirotoksikosis ditandai dengan peningkatan
kadar T3 dan T4 dan penurunan kadar TSH serum. Penyebab tersering adalah
penyakit Graves yang disebabkan oleh produksi antibodi terhadap reseptor TSH
yang merangsang pembentukan hormon tiroid berlebih.
Hipertiroid adalah keadaan hipermetabolik yang dihasilkan dari kelebihan
produksi T4 dan T3. Manifestasi klinis utamanya adalah gugup, gelisah, jantung
berdebar-debar, nadi cepat, kelelahan, tremor, kelemahan otot, penurunan berat
badan dengan meningkatnya nafsu makan, intoleransi panas, sering buang air besar,
peningkatan keringat, dan seringnya pembesaran kelenjar tiroid (goiter). Kebanyakan
individu dengan hipertiroid adalah wanita.
Penyebab paling umum dari hipertiroidisme adalah penyakit Graves, penyakit
autoimun yang ditandai dengan produksi antibodi yang mengaktifkan reseptor TSH,
menghasilkan stimulasi produksi T4 dan T3 serta pembesaran tiroid. Penyebab lain
hipertiroidisme adalah gondok multinodular, adenoma tiroid soliter, tiroiditis,
hipertiroidisme yang diinduksi oleh iodida atau obat, dan, sangat jarang, TSH
mensekresi tumor hipofisis.
Diagnosis hipertiroidisme didasarkan pada temuan kadar T4 bebas serum
yang tinggi dan konsentrasi TSH serum yang rendah. Kadang-kadang, orang dengan
hipertiroidisme memiliki konsentrasi T4 bebas serum normal dan T3 bebas serum
tinggi. Pasien-pasien ini memiliki apa yang disebut T-hipertiroidisme. Peningkatan
protein pengikat hormon tiroid serum akan meningkatkan kadar total T4 serum tetapi
tidak membebaskan konsentrasi T4. Pada pasien-pasien ini serum TSH tetap normal.
Pasien dengan konsentrasi TSH serum rendah dan kadar T4 dan T3 bebas serum
normal, menurut definisi, hipertiroidisme subklinis.
10
11
berkepanjangan oleh TSH atau zat serupa TSH (TSH-like agent) baik pada hipotiroid
maupun hipertiroid dan dapat pula pada keadaan eutiroid. Penyebab tersering adalah
defisiensi yodium (Suryaatmadja, 2010). Timbulnya nodul tunggal dapat disebabkan
oleh tumor, yang tersering adenoma folikulitis. Karsinoma tiroid jarang, biasanya
berkembang dari epitel folikel sebagai karsonoma folikularis atau papilar.
11
12
12
13
13
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelenjar tiroid merupakan organ khusus terbesar untuk fungsi endoktrin dalam
tubuh manusia. Penyakit atau kelainan tiroid adalah suatu kondisi kelainan pada
seseorang akibat adanya gangguan kelenjar tiroid, baik berupa perubahan bentuk
maupun perubahan fungsi. Dua kelainan fungsional utama pada tiroid yaitu
pembentukan hormon tiroid yang berlebihan (Hipertiroidisme) dan defisiensi
produksi (Hipotiroidisme). Tyroid Stimulating Hormon (TSH), merupakan hormon
glikoprotein, disekresi oleh hipofisis anterior. TSH merupakan faktor primer yang
mengendalikan pertumbuhan sel tiroid dan sintesis serta sekresi hormon tiroid, TSH
utuh ditemukan dalam serum. Kelenjar tiroid mensekresi dan hormon teriodinasi
yang disebut Triiodotironin (T3) dan Tiroksin (T4) yang bertanggung jawab
pertumbuhan, perkembangan, fungsi dan pemeliharaan jaringan tubuh yang optimal.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan, serta
menambahkan lebih banyak lagi jurnal penelitian untuk menyempurnakan makalah
ini.
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Utomo Wahyu, dkk. 2017. Pemodelan Sistem Pakar Diagnosis penyakit pada sistem
endokrin manusia dengan metode Dempster-Shafer
Demers LM, Spencer CA. In press. Laboratory support for the diagnosis and
monitoring of thyroid disease. Laboratory Medicine Practice Guidelines. National
Academy of Clinical Biochemistry. Thyroid . [PubMed]
Hollowell JG, Staehling NW, Flanders WD, Hannon WH, Gunter EW, Spencer CA,
Braverman LE. 2002. Serum TSH, T(4), and thyroid antibodies in the United States
population (1988 to 1994): National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES III). J Clin Endocrinol Metab 87(2):489–499. [PubMed]
Larsen PR, Davies TF, Schlumberger MJ, Hay ID. 2003. Thyroid physiology and
diagnostic evaluation of patients with thyroid disorders. In: Larsen PR, editor; ,
Kronenberg HM, editor; , Melmed S, editor; , Polonsky K, editor. , eds. Williams'
Textbook of Endocrinology. 10th ed. Philadelphia: WB Saunders Company. Pp.389–
516.
15