Anda di halaman 1dari 12

BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1. ANALISIS PENGKAJIAN

3.1.1. HAMBATAN YANG DITEMUI SAAT PENGKAJIAN


Tidak ada hambatan yang ditemui dan dirasakan oleh mahasiswa saat
mengkaji Tn. T.

3.1.2 JUSTIFIKASI UTAMA / RASIONALITAS PENGKAJIAN.

Asuhan keperawatan telah membentuk suatu sistem berkesinambungan


yang dimulai dari proses pengkajian yang kesemuanya berupa siklus yang
continue tentang pemikiran dan tindakan melalui kontak dengan pasien
dan sistem perawatan kesehatan. Dalam memberikan asuhan keperawatan
yang akurat dan komprehensif perlu didukung oleh pengkajian yang
lengkap dan akurat. Pengkajian ini, digabungkan dengan hasil temuan-
temuan medis serta pemeriksaan diagnostik, dicatat dalam data dasar
pasien dan membentuk dasar yang kuat untuk mengembangkan rencana
keperawatan.

A. Riwayat Kesehatan
Pengkajian tentang riwayat kesehatan diantaranya data demografi, keluhan
utama, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat
psikososial dan data gaya hidup (Black & Hawk, 2005).

B. Identitas
Pengkajian identitas pasien penting dilakukan karena variasi keluhan
sangat bersifat individual dan untuk menunjang identifikasi masalah
keperawatan dalam kaitannya dengan karakteristik individu (Gleadle,
2007). Identitas yang diidentifikasi meliputi nama, umur, tempat tinggal,
jenis kelamin dan lainnya. Data-data tersebut berkaitan dengan respon
klien dan penyembuhannya.

30
Usia dan jenis kelamin. Usia merupakan faktor yang mempengaruhi
penyembuhan tulang demikian juga jenis kelamin. Penyembuhan tulang
pada fraktur bukan patologis akan lebih cepat pada usia muda
dibandingkan pada usia lanjut. Sedangkan jenis kelamin berperan pada
terjadinya fraktur patologis karena osteoporosis pada wanita usia post
menopouse.

C. Keluhan Utama.

Saat pengkajian pada 19 Februari pasien mengeluhkan sulit buang air


kecil. Pasien mengatakan jika BAK warna urine kuning pekat terkadang
kemerahan dan disertai rasa nyeri pada daerah perut bagian bawah, rasa
nyeri hilang timbul dan semakin parah jika ada keinginan untuk BAK,
skala nyeri 5
D. Riwayat Kesehatan Dahulu.
Riwayat kesehatan dahulu dikaji untuk mencari adanya keterkaitan
penyakit klien dengan penyakit terdahulu yang dialaminya baik itu
keterkaitan langsung sebagai faktor risiko maupun sebagai faktor yang
memperberat kondisi klien saat ini.

E. Pola-Pola Kesehatan
Persepsi dan tatalaksana hidup sehat. Dari hasil pengkajian, didapatkan
data bahwa pasien suka mengkonsumsi minuman teh manis biasanya
hingga 5-6 gelas/hari. Pasien tidak mengonsumsi obat atau jamu herbal

Pola Nutrisi dan Metabolisme. Hasil pengkajian menunjukkan klien


tidak mengalami gangguan nutrisi, hanya saja terkadang klien tidak
menghabiskan makanannya (menyisakan sedikit bubur) karena terasa
hambar. Saat ini klien merasa badannya lebih kurus, berat badan awal 75
kg dan sekarang hanya 64 kg dngan tinggi badan kira kira 165 cm. Per hari
intake cairan pasien mendapat terapi cairan infus NaCL 0.9% 1500 cc,
minum oral 2 gelas atau setara dengan 200 cc.

31
Penentuan status gizi juga dilakukan melalui perhitungan Indeks massa
tubuh, dimana IMT pasien dihitung melalui Rumus :

BB (Kg)
TB²(m)
IMT pada Tn. T adalah 23,5 Klasifikasi IMT :

BB kurang : < 18,5


BB normal : 18,5 – 22,9
BB lebih : > 23,0

F. Pola penanggulangan stress.

Jika ada masalah biasanya klien bicarakan baik – baik dengan orang
terdekatnya, klien mengatakan orang terdekat baginya adalah istrinya.
Menurut keterangan keluarga klien adalah tipe pendiam, tidak banyak
bicara dan tidak sering mengeluh, klien adalah orang yang tabah dan
kuat dengan berbagai macam stressor, tetapi kini ia merasa sedikit sedih
arena menderita sakit. Untuk menghilangkan rasa sedihnya itu
terkadang anak klien mengajaknya mengobrol dan bersenda gurau,
selain itu yang dapat menghilangkan stressnya yaitu dengan cara
ngobrol dengan pasien lain, serta berdoa agar klien bisa cepat sembuh
dan bisa berkumpul bersama keluarga dirumah

G. Pemeriksaan Fisik
Data yang didapatkan oleh mahasiswa pada pemeriksaan fisik pasien
yaitu teraba adanya distensi kandung kemih. Kekuatan otot ekstremitas
atas dan bawah juga normal. Kekuatan otot diklasifikasikan menjadi :
- 5 : kekuatan normal, dapat melawan gravitasi dan dapat melawan
tahanan/ menahan beban
- 4 : otot mampu melawan gravitasi tidak mampu menahan beban

32
- 3 : otot tidak mampu melawan gravitasi & menahan beban
- 2 : hanya mampu bergeser
- 1 : tidak mampu bergeser tapi tonus otot masih ada
- 0 : tonus otot tidak ada

H. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan Tanggal
13– 2 – 2019 17 – 2 - 2018 NILAI
NORMAL
Hemoglobin 9,2 9,1 12 – 16
SGOT 14 - ˂ 37
SGPT 15 - ˂ 41
Albumin 2,9 - 3,2 – 5,2
Leukosit 9.700 - 4.800 –
10.800
Globulin 2,5 - 2,3 – 3,5
Ureum 47 - 13 – 43
GDS 135 - ˂ 140
Kreatinin 1,39 - 0,72 – 1,18
Protein Total 5,4 6,4 – 8,3

a. Foto thoraks
13 Februari 2019 : Tidak tampak TB paru aktif, cor tampak sedikit
membesar (CTR51%)
b. USG
14 Februari 2019 : - cystitis disertai blood cloth di vesica urinaria
- Cysta (bosniak tipe 1 ) ren dextra
- Benigna prostetic hiperplasia
- Tak tampak kelainan di vesivca fellea, pancreas,
hepar

33
Dari hasil pemeriksaan penunjang di atas, terdapat data – data yang menunjang
klien mengalami benigna prostetic hiperplasia. Di antaranya berdasarkan
pemeriksaan fisik teraba adanya nyeri tekan pada hipogastrium, lalu hasil USG
yang tampak cystitis disertai blood cloth di vesica urinaria dan tampak adanya
benigna prostetci hiperplasia. Lalu pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
hasil ureum dan kreatinin berada diatas nilai normal, serta protein total yang
rendah di bawah angka normal.

Dan berdasarkan hasil pengkajian fisik serta di dukung pemeriksaan penunjang


maka Tn, T di putuskan menjalani operasi TURP yang akan di laksanakan pada
tanggal 20-02-2019.

I. Pengkajian Persiapan Pre Operasi

Pasien mengatakan walaupun pernah melakukan operasi sebelumnya namun


tetap merasa merasa takut terjadi apa – apa saat operasi, pasien tampak gelisah
dan sering bertanya mengenai tindakan pembedahannya. Untuk mengurangi
cemas dan takutnya, pasien banyak berdoa. Pasien berharap operasinya berjalan
lancar dan berharap setelah operasi keadaannya membaik.
Pasien mengatakan telah di beritahu oleh perawat akan di lakukan operasi
yang bertujuan untuk mengangkat kelenjar prostatnya. Pasien telah di beritahu
bagian tubuh yang akan di operasi dan lama operasi +/- 1 jam. Saat pasca operasi,
pasien mengatakan belum mengetahui perawatan selanjutnya yang akan diberikan
padanya nanti.

J. Pengkajian Post Operasi


Pasien keluar dari kamar operasi dan di terima di ruang rawat pada 21
Februari 2019 pukul 15.00 WIB, dengan keluhan kedinginan dan nyeri pada perut
bagian bawah. Kesadaran pasien komposmentis dengan GCS E4M6V5 dengan
jalan nafas bersih tidak ada hambatan, irama nafas teratur, frekwensi 20 x/menit,

34
tarikan dinding dada normal, TD 120/80 mmHg, Nadi 90 x/menit, suhu 36,5°C,
skala nyeri 5. Terpasang folley cateter 3 way, irigasi buli2 terpasang dengan NaCl
0,9 % 20 tts/mnt atau sesuai kebutuhan, keluaran urine jernih lancar. Infus RL 20
tts/mnt terpasang. Ke 4 extremitas dapat bergerak spontan tanpa bantuan.
Dari catatan medis ditemukan bahwa pasien operasi dengan spinal
anastesi. Di berikan terapi farmakologi ceftriaxon 1gr/12 jam, ketorolac 30
mg/12jam, ranitidin 50mg/12 jam seluruhnya melalui intravena. Bed rest 24 jam
paska operasi.

3.2. ANALISIS RENCANA PERAWATAN


3.2.1. Justifikasi Renpra

Pre operasi
1. Retensi Urine b.d Peningkatan tekanan uretra
Intervensi :
Ukur intake dan output cairan setiap 3 jam dan kolaborasi dalam bladder
training

Intake dan output perlu dimonitor setiap 3 jam untuk mengetahui banyaknya
cairan yang dikonsumsi dan keluarkan oleh klien sehingga perawat dapat
membandingkan apakah intake sesuai dengan kebutuhan klien atau tidak

Kaji dan rawat dower kateter


Untuk melihat dan memantau kondisi kebersihan DC dan efeknya bagi pasien
Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga mengenai pengobatan,
kateter, penyebab dan tindakannya

Menambah informasi dan pengetahuan untuk keluarga dan klien


Dorong pasien dan keluarga untuk menerima tindakan pembedahan
Meningkatkan motivasi bagi pasien dan keluarga menerima tindakan pembedahan
untuk menghilangkan faktor penyebab

35
2. Nyeri Akut b.d agen cedera fisiologis
Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri.

Untuk mengetahui sejauh mana intenstas dan tipe nyeri demi memberikan
intervensi yang optimal dan maksimal.
Mengajarkan teknik non farmakologi seperti teknik relaksasi- nafas dalam.

Relaksasi nafas dalam dapat membantu dalam menurunkan nyeri sekaligus


sebagai pengalih perhatian klien dalam merasakan nyeri

Kolaborasi dengan pemberian analgesik

Rasa nyeri post op yang di alami klien perlu mendapat perhatian yang khusus,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pereda nyeri ketorolac sebanyak 30
mg/12 jam di harapkan mampu meminimalisir sensari nyeri klien

3. Ansietas b.d tindakan pembedahan


Jelaskan prosedur pembedahan kepada klien

Menjelaskan prosedur pembedahan dapat menurunkan tingkat kecemasan klien


karena klien sedikit banyak telah mengetahui tentang prosedur pembedahan

Temani klien untuk memberikan kenyamanan dan menurunkan kecemasan

Pendekatan perawat kepada klien dianggap ampuh untuk memberikan perhatian


serta kenyamanan pasien khususnya menjelang operasi
Dorong klien untuk mengungkapkan secara verbal tentang perasaan,
persepsi dan ketakutannya

Dengan mengungkapkan apa yang dirasakannya, perawat bisa memberikan


stimulus- stmulus yang bisa menurunkan tingkat kecemasanya melalui
komunikasi terapeutik.

36
Post operasi

4. Nyeri akut b.d agen cedera fisik


Kaji ulang lokasi, intensitas dan tipe nyeri
Untuk mengetahui sejauh mana intenstas dan tipe nyeri demi memberikan
intervensi yang optimal dan maksimal.
Mengajarkan teknik non farmakologi seperti teknik nafas dalam.

Relaksasi nafas dalam dapat membantu dalam menurunkan nyeri sekaligus


sebagai pengalih perhatian klien dalam merasakan nyeri.

Kolaborasi :
Kolaborasi dengan pemberian analgesik

Rasa nyeri post op yang di alami klien perlu mendapat perhatian yang khusus,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pereda nyeri ketorolac sebanyak 30
mg/12 jam di harapkan mampu meminimalisir sensari nyeri klien

37
PENUTUP

3.1. RESUME KLIEN

Pasien masuk tanggal 13 Februari 2019 Dengan keluhan sulit buang air kecil, saat
dilakukan pengkajian pada tanggal 19 februari 2019, pasien sudah menjalani hari
perawatan yang ke-6. Hasil pengkajian yang telah dilakukan, ditemukan data
sebagai berikut :
DATA FOKUS
Subyektif pre op:
- Sulit BAK, sudah 2 bulan terakhir, jika BAK warna kuning terkadang
kemerahan.
- Saat BAK urine keluar sedikit - sedikit
- Merasakan nyeri pada perut bagian bawah dan semakin bertambah parah jika
ada keinginan BAK.
- Pasien mengatakan cemas dan takut menghadapi operasi

Obyektif pre op:

- Postur sedang, BB 64 kg, IMT 23,5 kg/m3 energi menurun, kemampuan


melakukan aktifitas menurun.
- Tampak adanya distensi kandung kemih dan teraba adanya nyeri tekan pada
hipogastrium.
- Hasil USG: cystitis disertai blood cloth pada vesica urinaria, terjadi BPH

- Telah dipasang selang kateter sejak hari pertama perawatan, lalu berdasarkan
observasi pada 19/2/19 terdapat 700 cc urine. Intake ifus 1500 cc dan minum
oral 200 cc.
- B.a.b (+), frekuensi normal 1x/hari, warna kuning dengan karakteristik padat,
turgor kulit kurang elastis, mukosa mulut dan bibir kering. Capilary Refile Time
2 det, akral hangat, kelembaban cukup.

38
Subjektif pre op:
- Pasien mengatakan pasca operasi mengeluh nyeri di bagian bekas operasi di
perut bagian bawah

Objektif post op:


- Post op TURP hari I
- Terpasang dower kateter 3 way

Masalah Keperawatan yang ditemukan saat pre op adalah :


1. Retensi Urine
2. Nyeri Akut
3. Ansietas

Terhadap masalah keperawatan tersebut, tindakan keperawatan yang telah


dilakukan untuk menyelesaikan masalah keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Kaji dan rawat dower cateter, dan pantau intake output cairan.
2. Dorong pasien dan keluarga untuk menerima tindakan pembedahan.

3. Kolaborasi dalam pemberian analgesik

4. Memberitahu prosedur operasi dan memberi motivasi pada klien agak tidak
cemas menghadapi operasi

5. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga mengenai pengobatan,


kateter, penyebab dan tindakannya

Masalah Keperawatan yang ditemukan pasca operasi adalah:


1. Nyeri akut

Terhadap masalah keperawatan tersebut, tindakan keperawatan yang telah


dilakukan untuk menyelesaikan masalah keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Kaji intensitas nyeri
2. Kolaborasi pemberian analgesik pereda nyeri
3. Latih relaksasi nafas dalam.

39
3.2. SARAN & TINDAK LANJUT

40
DAFTAR PUSTAKA

Sabiston, D. C. 2011. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC.

Price, Wilson. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Smeltzer, Bare. 2002. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Penerbit PPNI

NANDA NIC NOC 2015

41

Anda mungkin juga menyukai