LARUTAN
A. PENGERTIAN
Larutan (solution) adalah campuran homogen (satu fase) yang terdiri atas pelarut
(solvent) dan zat terlarut (solute). Masing-masing komponennya tidak dapat dibedakan
lagi.
Pelarut pada umumnya memiliki jumlah yang lebih besar dalam sebuah larutan.
Pelarut yang umum digunakan adalah air, namun tidak semua zat dapat larut dalam air.
Jika ingin melarutkan zat-zat tertentu yang tidak larut dalam air, dapat digunakan
pelarut lain sesuai dengan kebutuhannya. Beberapa pelarut selain air yang umum
digunakan yaitu:
Zat terlarut dalam suatu larutan dapat memiliki fase yang sama atau berbeda.
Jumlah zat yang terlarut juga dapat satu jenis saja atau lebih. Wujud zat terlarut dapat
berupa zat padat, cair, atau gas.
B. JENIS LARUTAN
1. Berdasarkan Kelarutan
Kelarutan adalah jumlah maksimum zat terlarut yang dapat larut pada pelarut
tertentu. Jumlah ini dapat berbeda pada pelarut yang berbeda. Berdasarkan
kelarutannya, larutan dapat dikelompokkan menjadi:
Cepat atau tidaknya suatu zat dapat larut dalam suatu pelarut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain:
a. Pengadukan bahan
b. Luas permukaan zat
c. Suhu
2. Berdasarkan Konsentrasi
Beberapa zat yang terlarut dalam suatu larutan dapat terurai menjadi ion (atom
yang bermuatan). Karena adanya perbedaan muatan positif dan negatif, larutan
tersebut dapat membantu mengalirkan listrik. Fenomena ini pertama kali diteliti
oleh Svante August Arrhenius, seorang ilmuwan Swedia. Berdasarkan daya
hantarnya, larutan dapat dibedakan menjadi:
a. Larutan nonelektrolit
Yaitu larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik. Zat terlarut pada
larutan ini tidak terurai menjadi ion, sehingga tidak terjadi perbedaan potensial
dalam larutan. Pada umumnya larutan senyawa organik tergolong larutan
nonelektrolit.
b. Larutan elektrolit
Yaitu larutan yang dapat membantu mengalirkan listrik. Ion yang
terbentuk dalam larutan dapat bergerak bebas, sehingga dapat membantu
mengalirkan listrik yang mengalir melalui larutan. Berdasarkan jumlah ion
yang terurai, larutan ini dibedakan menjadi:
Berdasarkan jenis ikatan dalam zat terlarut, larutan ini dibedakan menjadi:
C. KONSENTRASI LARUTAN
− Massa atom relatif (Ar): yaitu massa satu atom dibandingkan dengan massa atom
C-12. Besarnya Ar disajikan dalam tabel periodik.
− Massa molekul relatif (Mr): yaitu massa suatu molekul yang diperoleh dari jumlah
Ar atom-atom penyusunnya.
1. Konsep Mol
Adalah satuan pengukuran untuk menyatakan jumlah zat. Mol dihitung dengan
cara:
massa
n=
Mr
Dengan:
n = mol
massa = massa zat terlarut (dalam gram)
Mr = massa molekul relatif
Contoh:
Jumlah mol dari 100 gram CaCO3 bila diketahui Ar Ca = 40, C = 12, dan O = 16
Mr CaCO3 = (1 x Ar Ca) + (1 x Ar C) + (3 x Ar O)
= 40 + 12 + 48 = 100
massa
Mol CaCO3 =
Mr
100
= = 1 mol
100
massa
=
V
Dengan:
ρ = massa jenis larutan (kg/m3)
Massa = massa larutan (massa pelarut + massa zat terlarut)
V = volume larutan (dalam m3)
Pelarut universal adalah air, dengan massa jenis 1.000 kg/m3 atau 1 g/mL.
3. Molaritas (M)
Menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Dinyatakan dengan
persamaan:
n
M=
V
Dengan:
M = molaritas V = volume larutan (dalam liter)
n = mol zat
Contoh:
Molaritas dari 0,4 gram NaOH (Ar Na = 23, O = 16, H = 1) dalam 250 mL larutan
Mr NaOH = (1 x Ar Na) + (1 x Ar O) + (1 x Ar H)
= 23 + 16 + 1 = 40
massa
Mol NaOH =
Mr
0, 4
= = 0,01 mol
40
250
Volume larutan = 250 mL = L = 14 Liter
1000
n
M=
V
0, 01
M= = 0,01 4 = 0,04 M
1
4
4. Molalitas (m)
n
m=
p ( kg )
Atau
massa 1000
m=
Mr p ( gram )
Dengan:
m = molalitas
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa zat pelarut
Contoh:
massa 1000
m=
Mr p
0, 4 1000
m= = 0,01 2 = 0,02 m
40 500
5. Normalitas
Menyatakan jumlah mol ekuivalen zat terlarut dalam satu liter larutan. Pada
umumnya normalitas digunakan untuk menyatakan konsentrasi asam atau basa.
Dinyatakan dengan persamaan:
N = M valensi
Dengan:
N = normalitas (N)
M = molaritas
Valensi = jumlah atom H dalam asam atau OH dalam basa
Contoh:
Normalitas dari Ca(OH)2 0,5 M
= 0,5 x 2 = 1 N
6. Fraksi Mol
Menyatakan perbandingan mol zat tertentu dalam larutan dengan mol keseluruhan.
Dinyatakan dengan persamaan:
nt
Xt =
nt + n p
Dan
np
Xp =
nt + n p
Dengan:
Xt = fraksi mol zat terlarut nt = mol zat terlarut
Xp = fraksi mol zat pelarut np = mol zat pelarut
Contoh:
Larutan garam yang dibuat dengan melarutkan 0,2 mol garam dapur dalam 4,8
mol air
nt
Fraksi mol zat terlarut:
nt + n p
0, 2 0, 2
= = = 0,04
0, 2 + 4,8 5
np
Fraksi mol zat pelarut:
nt + n p
4,8 4,8
= = = 0,96
0, 2 + 4,8 5
D. PEMBUATAN LARUTAN
Larutan dengan konsentrasi tertentu dapat dibuat dengan dua cara yaitu:
b. Tentukan massa zat yang akan dilarutkan. Massa zat diperoleh dari persamaan
Molaritas.
c. Siapkan pelarut dalam jumlah sedikit terlebih dahulu, kemudian masukkan zat
yang akan dilarutkan.
d. Tambahkan pelarut sedikit demi sedikit hingga volume larutan mencapai yang
diinginkan.
2. Pengenceran larutan
M1V1 = M 2V2
Dengan:
M1 = molaritas awal
V1 = volume larutan awal
M2 = molaritas akhir
V2 = volume larutan akhir
V2 – V1 = volume pelarut yang ditambahkan
M1V1 = M 2V2
200
V2 = = 400 mL
0,5
Pertama kali diteliti oleh François-Marie Raoult pada tahun 1887, seorang ahli
kimia dari Prancis. Adalah sifat larutan yang ditentukan oleh banyaknya zat terlarut
dalam suatu larutan. Sifat ini hanya ditentukan oleh jumlah zat terlarut, tidak
bergantung pada jenis zat terlarut. Sifat koligatif larutan terdiri atas:
Jika dalam suatu pelarut dimasukkan zat terlarut yang tidak mudah menguap
(involatile), maka tekanan uap jenuh pelarut tersebut turun, karena molekul zat
terlarut tersebut menghalangi gerak molekul pelarut menjadi uap, sehingga jumlah
molekul pelarut yang berubah menjadi bentuk uap menjadi berkurang.
Selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dengan tekanan uap jenuh
larutan disebut penurunan tekanan uap jenuh, yang besarnya sebanding dengan
fraksi mol zat terlarut.
Titik beku adalah suhu saat zat cair berubah dari fase cair menjadi fase padat.
Suhu ini tercapai saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap pelarut padatan
murni.
Kedua titik ini dipengaruhi oleh tekanan uap jenuh larutan. Diperoleh bahwa
jika tekanan uap jenuh larutan turun, maka titik didih larutan naik dan titik bekunya
turun.
3. Tekanan Osmosis
= M R T
Dengan:
π = tekanan osmosis (atm)
M = molaritas larutan (M)
R = tetapan gas (0,08 L.atm/mol K)
T = suhu mutlak (°C + 273 K)
Dua larutan yang memiliki tekanan osmosis sama disebut isotonik, larutan
yang tekanan osmosisnya lebih rendah disebut hipotonik, dan larutan yang lebih
tinggi tekanan osmosisnya disebut hipertonik.
b. Pembuatan es krim
Pada pembuatan es krim, digunakan cairan pendingin yaitu pencampuran
kepingan es batu dengan garam, sehingga es batu akan mencair sedangkan
suhunya turun di bawah 00C. Cairan ini membantu adonan es krim untuk cepat
dingin dan membentuk padatan.
c. Pencairan salju
Di negara-negara empat musim, salju yang menutupi jalan sangat
mengganggu aktivitas penduduk. Untuk membersihkannya, setelah lapisan
salju yang tebal dibersihkan menggunakan buldoser, sisa-sisa salju dibersihkan
menggunakan garam dapur atau urea, sehingga jalan tidak lagi licin dan aman
digunakan untuk berkendara.
d. Zat antibeku
Selain permasalahan dengan salju, suhu yang sangat rendah di negara
empat musim menyebabkan air radiator pada kendaraan cepat membeku.
Untuk mencegah hal tersebut, ke dalam air radiator ditambahkan zat antibeku
berupa etilen glikol, sehingga titik beku air dalam radiator turun dan
mengakibatkan air dalam radiator tidak mudah membeku.
e. Distilasi
Pada proses pengolahan bahan bakar, dikenal proses distilasi, yaitu
memisahkan jenis-jenis bahan bakar berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Alat distilasi dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan uap-uap
bahan bakar yang terbentuk, kemudian didinginkan lagi sehingga diperoleh
cairan bahan bakar.
f. Panci presto
Pada panci presto, tekanan air dalam panci dinaikkan sehingga suhu
rebusan menjadi lebih dari 1000C. Akibatnya bahan olahan dalam panci
menjadi lebih lunak dan cepat matang.
h. Membasmi lintah
Umum diketahui jika lintah hinggap di kaki manusia, maka cara termudah
adalah dengan menaburkan garam sehingga lintah lepas sendiri. Proses ini
merupakan proses osmosis, karena garam yang ditaburkan akan menyerap air
yang berada dalam tubuh lintah, sehingga lintah kekurangan air.