Anda di halaman 1dari 25

Makalah Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Geografi

‘’PENDEKETAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI’’

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu

Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Geografi

Dosen Pengampu : Drs.Marlinang Sitompul,M.Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

Abdullah situmorang ( 3183131031 )

Farhan Pratama Tanjung (3183331014 )

Marsha hasibuan (3182131018 )

Siti Nurhalimah (3183131034 )

A’2018

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah strategi pembelajaran
geografi ini yaitu Makalah dengan tepat waktu.

Dalam penyelesaian Makalah ini saya banyak mendapatkan dorongan serta bimbingan dari
berbagai pihak, saya juga menyadari bahwa kelancaran penyusunan tugas ini tidak lain berkat
bantuan semua rekan sehingga kendala dan hambatan dapat saya hadapi dengan baik.

Oleh karena itu pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing, Saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penyusun memohon kritik dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan pembuatan
tugas selanjutnya. Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih semoga bermanfaat dan dapat
menambah wawasan/pengetahuan bagi pembaca.

Medan, November 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Dalam proses belajar mengajar, kita sering menggunakan berbagai macam metode dan
pendekatan. Dan secara tidak sadar kita melakukan “strategi” untuk memerangi
ketidaktahuan Namun sebelum metode, sebuah pendekatan nampaknya penting diketahui hal
ini untuk mengoptimalisasi kegiatan belajar dikelas, karena nampaknya kita sering lupa
bahwa kita amat terpengaruh oleh semua lingkungan yang kita tinggali. Adalah resiko bagi
seorang pendidik untuk mendekati semua ini yang berpengaruh pada proses pelaksanaan
pendidikan, karena hasil pendidikan itupun yang menjadi pengaruh terbesar dalam peradaban
manusia, tidak ada yang tidak berkembang tanpa pendidikan.

Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatansecara arif dan bijaksana.
Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap pendidik
tidak selalu memiliki suatu pandangan yang sama dalam hal mendidik anak didik. Guru perlu
menyadari dan memaklumi bahwa anak didik itu merupakan individu dengan
segala perbedaannya sehingga diperlukan beberapa pendekatan dalam proses belajar
mengajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik, dengan
menyediakan lingkungan yang menyenangkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang
baik dengan peranan yang aktif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang
harmonis antara guru dan anak didik. Oleh karena itu, sebelum guru melakukan pengajaran
diharapkan telah mengetahui pendekatan yang diambil adalah tepat untuk anak didiknya.
Supaya proses belajar mengajar bisa berjalan lancar.
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Mendefinisikan pendekatan pembelajaran perlu dipahami arti dan masing-masing kalimat
tersebut Depdikbud (1990: 180) pendekatan dapat diartikan, “sebagai proses, perbuatan, atau
cara untuk mendekati sesuatu”. Menurut Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni (1998: 25)
bahwa, “pendekatan pembelajaran diartikan model pembelajaran”. Sedangkan pembelajaran
menuzut H.J. Gino dkk. (1998:32) bahwa, “pembelajaran atau intruction merupakan usaha
sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan tujuan mengaktifkan
faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar”. Sukintaka (2004: 55)
bahwa, “pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu
kepada peserta didik, tetapi di samping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik
mempelajarinya”.

A. Pengertian Pendekatan Pembelajaran


Pendekatan
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang salah satu artinya
adalah “Pendekatan”. Dalam pengajaran, approach diartikan sebagai a way of
beginning something ‘cara memulai sesuatu’. Karena itu, pengertian pendekatan dapat
diartikan cara memulai pembelajaran. Dan lebih luas lagi, pendekatan berarti
seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik
awal dalam memandang sesuatu, suatu filsafat, atau keyakinan yang kadang kala sulit
membuktikannya. Pendekatan ini bersifat aksiomatis. Aksiomatis artinya bahwa
kebenaran teori yang digunakan tidak dipersoalkan lagi.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teorItis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru
melakukan pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berperan aktif dalam proses pembelajaran, dan
b. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru
(teacher centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi
subjek utama dalam proses pembelajaran.
B. Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran
Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
1. Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode
pembelajaran yang akan digunakan.
2. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
3. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
4. Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul, dan
5. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.
C. Macam-Macam Pendekatan dalam Pembelajaran
0. Pendekatan Kontekstual / Contextual Teaching and Learning
(CTL)
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa
perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan
bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang
mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat
mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang
bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk
menggapinya.
Pendekatan konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat.pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan
melibatkan komponen komponen pembelajaran yang efektif yaitu
konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi, penilaian sebenarnya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk
belajar yang penting, yaitu :
a. Mengaitkan. adalah strategi yang paling hebat dan merupakan
inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia
mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa.
Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa
dengan informasi baru.
b. Mengalami. merupakan inti belajar kontekstual dimana
mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan
pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi
lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta
melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
c. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia
malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi
siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan relevan.
d. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak
membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja
secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek
dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti
siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
e. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam
pengalaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hapalan

Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Pendekatan Kontekstual


Hal-hal yang diperlukan untuk mencapai sejumlah hasil yang
diharapkan dalam penerapan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut :
f. Guru yang berwawasan. Maksudnya yaitu guru yang
berwawasan dalam penerapan dan pendekatan.
g. Materi dalam pembelajaran.Dalam hal ini guru harus bisa
mencari materi pembelajaran yang dijiwai oleh konteks perlu disusun
agar bermakna bagi siswa.
h. Strategi metode dan teknik belajar dan mengajar.Dalam hal ini
adalah bagaimana seorang guru membuat siswa bersemangat belajar,
yang lebih konkret, yang menggunakan realitas, lebih aktual, nyata/riil,
dsb.
i. Media pendidikan.Media yang digunakan dapat berupa situasi
alamiah, benda nyata, alat peraga, film nyata yang mana perlu dipilih
dan dirancang agar sesuai dan belajar lebih bermakna.
j. Fasilitas.Media pendukung pembelajaran kontekstual seperti
peralatan dan perlengkapan, laboratorium, tempat praktek, dan tempat
untuk melakukan pelatihan perlu disediakan.
k. Proses belajar dan mengajar. Hal ini ditujukan oleh perilaku
guru dan siswa yang bernuansa pembelajaran kontekstual yang
merupakan inti dari pembelajaran kontekstual.
l. Kancah pembelajaran.Hal ini perlu dipilih sesuai dengan hasil
yang diinginkan.
m. Penilaian.Penilaian/evaluasi otentik perlu diupayakan karena
pada pembelajaran ini menuntut pengukuran prestasi belajar siswa
dengan cara- cara yang tepat dan variatif, tidak hanya dengan pensil
atau paper test.
n. i) Suasana.Suasana dalam lingkungan pembelajaran kontekstual
sangat berpengaruh karena dapat mendekatkan situasi kehidupan
sekolah dengan kehidupan nyata di lingkungan siswa.

Karakteristik Pembelajaran CTL


o. Kerjasama.
p. Saling menunjang.
q. Menyenangkan, tidak membosankan.
r. Belajar dengan bergairah.
s. Pembelajaran terintegrasi.
t. Menggunakan berbagai sumber.
u. Siswa aktif.
v. Sharing dengan teman.
w. Siswa kritis guru kreatif.
x. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa,
peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain.
y. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya
siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

Tahapan-tahapan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual


Tahapan pelaksanaan pembelajaran kontekstual antara lain :
z. Mengkaji materi pelajaran yang akan diajarkan.
aa. Mengkaji konteks kehidupan siswa sehari-hari.
bb. Memilih materi pelajaran yang dapat dikaitkan dengan
kehidupan siswa.
cc. Menyusun persiapan proses KBM yang telah memasukkan
konteks dengan materi pelajaran.
dd. Melaksanakan proses belajar mengajar kontekstual.
ee. Melakukan penilaian otentik terhadap apa yang telah dipelajari
siswa.

Kelebihan pendekatan Kontekstual


ff. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa
dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar
di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab
dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi
secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam
erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
gg. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL
menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk
menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis
konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan
”menghafal”.

Kelemahan Pendekatan Kontekstual


hh. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode
CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru
adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama
untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa.
Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang.
Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan
demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ”
yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa
agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
ii. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan
menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka
sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru
memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar
tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

1. Pendekatan Kontruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran
yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-
ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan
pada pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam
peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa
keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa
baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai
pembibimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu ,
guru lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang
disajikan unutk meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.Jadi
pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih
mengutamakan pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi
seseorang pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui
aktivitas individu dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang
konstruktivisme, namun terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya
pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa
pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi
sosial dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial); sedangkan
yang lain seperti Piaget melihat konstruksi individu lah yang utama
(konstruktivisme individu).

Konstrukstivisme Individu
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu,
kepercayaan, konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut
konstruktivis individual. Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam
psikologi manusia dan bagaimana seseorang membentuk struktur emosional
atau kognitif dan strateginya

Konstrukstivisme Sosial
Berbeda dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk
secara sosial, yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan
dan buat secara bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang
dihasilkan akan berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi
sosial, alat-alat budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan
kemampuan belajar individual.

Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme


 Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan
pengetahuan bagi peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui
kegiatan penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat
menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan menemukan
fakta yang sesuai dengan kajian teori.
 Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan
dengan pengalaman yang ada dalam diri siswa.
 Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang
mereka pelajari.
Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau
konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa
untuk menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari

Prinsip Pendekatan konstruktivisme


Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Konstruktivime akan
mengaktifkan siswa secara aktif sehingga pembelajaran yang didapat oleh
siswa lebih didasarkan pada proses pencapaian pengetahuan itu bukan pada
hasilnya.
Prinsip konstruktivisme telah banyak digunakan dalam pembelajaran.
Menurut Suparno (1999:73) ada beberapa prinsip dari konstruktivisme antara
lain:
 Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif .
 Tekanan dalam pembelajaran terletak pada siswa.
 Mengajar adalah membantu siswa belajar.
 Tekanan dalam pembelajaran lebih pada proses bukan pada akhir .
 Kurikulum menekankan pada partisipasi siswa.
 Guru adalah fasilitator.
Sedangkan menurut Brooks & Brooks (dalam Subana, 2001:47)”prinsip
konstruktivisme yaitu:
 Ajukan masalah yang relevan dengan siswa,
 Struktur pembelajaran pada konsep-konsep eensial,
 Usahakan menemukan dan menilai pandangan siswa,
 Adaptasikan kurikulum, dan
 Ukur belajar siswa dalam konteks belajar.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme antara lain siswa aktif
mencari tahu dengan membentuk pengetahuan baru sedangkan guru hanya
sebagai fasilitator dalam mengkonstruksikan pengetahuan tersebut
sebagaimana tuntunan kurikulum.

Karakteristik Pembelajaran Konstruktivisme


Adapun karakteristik pendekatan konstruktivisme menurut Driver
(dalam Paul, 1996:69) bahwa karakteristik pembelajaran konstruktivisme
adalah:
o. Orientasi ialah siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan
motivasi dalam mempelajari suatu topik
p. Elicitasi ialah membantu siswa untuk mengungkapkan idenya
secara jelas
q. Retrukturisasi ide terdiri dari klarifikasi ide, membangun ide
yang baru, mengevaluasi ide baru dengan eksperimen
r. Penggunaan ide dalam banyak situasi
s. Review adalah bagaimana ide itu berubah.
Sedangkan menurut Smorgansbord (1997:54)) menyatakan beberapa
karakteristik tentang konstruktivisme yaitu :
t. Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau
pengetahuan yang telah ada sebelumnya
u. Belajar merupakan penasiran personal tentang dunia
v. Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna
diembangkan berdasarkan pengalaman
w. Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan makna
melalui berbagai informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam
berinteraksi
x. Belajar harus disituasikan dalam kehidupan yang nyata.

Langkah Pelaksanaan Pendekatan Konstruktivisme


Langkah pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme, menurut
Nurhadi (2003:39) bahwa penerapan konstruktivisme muncul dengan lima
langkah pembelajaran yaitu sebagai berikut:
y. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
Pengetahuan awal yang sudah dimiliki peserta didik akan
menjadi dasar awal untuk mempelajari informasi baru. Langkah ini
dapat dilakukan dengan cara pemberian pertanyaan terhadap materi
yang akan dibahas.
z. Pemerolehan pengetahuan baru
Pemerolehan pengetahuan perlu dilakukan secara keseluruhan
tidak dalam paket yang terpisah-pisah.
aa. Pemahaman pengetahuan
Siswa perlu menyelidiki dan menguji semua hal yang
memungkinkan dari pengetahuan baru siswa.
bb. Menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh
Siswa memerlukan waktu untuk memperluas dan memperhalus
stuktur pengetahuannya dengan cara memecahkan masalah yang di
temui.
cc. Melakukan refleksi.
Pengetahuan harus sepenuhnya dipahami dan diterapkan secara
luas, maka pengetahuan itu harus dikontekstualkan dan hal ini
memerlukan refleksi.
Sedangkan menurut Kunandar (2007:307) langkah-langkah
pembelajaran konstruktivisme antara lain :
dd. carilah dan gunakanlah pertanyaan dan gagasan siswa untuk
menuntun pelajaran dan keseluruhan unit pembelajaran
ee. Biarkan siswa mengemukakan gagasan-gagasan mereka dulu
ff. Kembangkan kepemimpinan, kerja sama, pencarian informasi,
dan aktivitas siswa sebagai hasil dalam proses belajar
gg. Gunakan pemikiran, pengalaman, dan minat siswa untuk
mengarahkan proses pembelajaran
hh. Kembangkan penggunakan alternatif sumber informasi baik
dalam bentuk bahan tertulis maupun bahan-bahan para pakar.
ii. Usahakan agar siswa mengemukakan sebab-sebab terjadinya
suatu peristiwa
jj. Carilah gagasan-gagasan siswa sebelum guru menyajikan
pendapatnya.
kk. Buatlah agar siswa tertantang dengan konsepi dan gagasan-
gagasan mereka sendiri
ll. Sediakan waktu cukup untuk berefleksi dan menganalisis
menghormati gagasan siswa
mm. Doronglah siswa untuk melakukan analisis sendiri,
mengumpulkan bukti nyata untuk mendukung gagasannya sesuai
dengan pengetahuan baru yang dipelajarinya
nn. Gunakanlah masalah yang diidentifikasikan oleh siswa sesuai
dengan minantya dan dampak yang akan ditimbulkannya
oo. Gunakan sumber-sumber lokal sebagai sumber informasi asli
yang digunakan dalam pemecahan masalah.
pp. Libatkan siswa dalam mencari pemecahan masalah yang ada
dalan kenyataan.
qq. Perluas belajar seputar jam pelajaran, ruangan kelas, dan
lingkungan sekolah.
rr. Pusatkan perhatian pada dampak sains pada setiap individu
siswa
ss. Tekankan kesadaran karir terutama yang berhubungan dengan
sains dan teknologi”.

Kelebihan Pendekatan Konstruktivisme


Dalam penerapannya, pendekatan konstruktivisme memiliki kelebihan
dan kekurangan. Menurut Ella (2004:55) menjelaskan bahwa pendekatan
konstruktivisme membantu siswa menguasai tiga hal , yaitu:
tt. Siswa diajak memahami dan menafsirkan kenyataan dan
pengalamannya yang berbeda.
uu. Siswa lebih mampu mengatasi masalah dalam kehidupan nyata.
vv. Pemahaman konstruktivisme, yaitu membangun dan
mengetahui bagaimana menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam
situasi kehidupan nyata.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
konstruktivisme memiliki berbagai kelebihan antara lain:
ww. Dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme siswa akan
aktif dalam pembelajaran
xx. Menjadikan proses pembelajaran tersebut menyenangkan dan
lebih bermakna bagi siswa
yy. Siswa membangun sendiri pengetahuannya maka siswa tidak
mudah lupa dengan pengetahuannya
zz. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena
menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan
belajar
aaa. Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka, karena setiap
jawaban siswa ada penilaiannya
bbb. Memupuk kerjasama dalam kelompok.
Dengan adanya kelebihan pada pendekatan konstruktivisme ini maka
siswa di harapkan dapat menyelesaikan masalah dengan berbagai cara, jadi
peserta didik akan terlatih untuk dapat menerapkannya dengan situasi yang
berbeda atau baru.

Kekurangan Pendekatan Konstruktivisme


Selain memiliki kelebihan pendekatan konstruktivisme juga memiliki
kekurangan. Namun kekurangan ini dapat kita atasi seperti:
ccc. Siswa masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawabannya
ddd. Membutuhkan waktu yang lama terutama bagi siswa yang
lemah
eee. Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar dalam menanti
temannya yang belum selesai.
Dari uraian tadi dapat disimpulkan kelemahan pendekatan
konstruktivisme dapat ditolerir, maka guru hendaknya dapat membimbing
siswa agar dapat menemukan jawabannya, kemudian guru menambah waktu
belajar bagi siswa yang lemah dalam proses pembelajaran, serta memberikan
nasehat agar menghargai teman dalam belajar Sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
2. Pendekatan Deduktif
Pembelajaran dengan pendekatan deduktif terkadang sering disebut
pembelajaran tradisional yaitu guru memulai dengan teori-teori dan meningkat
ke penerapan teori. Dalam bidang ilmu sains dijumpai upaya mencoba
pembelajaran dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan,
menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan
utama siswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka.
Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer
informasi atau pengetahuan.
Menurut Setyosari (2010:7) menyatakan bahwa “Berpikir deduktif
merupakan proses berfikir yang didasarkan pada pernyataan-pernyataan yang
bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus dengan menggunakan logika
tertentu.”
Hal serupa dijelaskan oleh Sagala (2010:76) yang menyatakan bahwa:
Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaaan
umum kekeadaan yang khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula
dengan menyajikan aturan, prinsip umum diikuti dengan contoh-contoh
khusus atau penerapan aturan, prinsip umum itu kedalam keadaan khusus.
Sedangkan menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa “Pendekatan
deduktif merupakan pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi
pelajaran, kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapannya atau contoh-
contohnya dalam situasi tertentu.”
Dalam pendekatan deduktif menjelaskan hal yang berbentuk teoritis
kebentuk realitas atau menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang
bersifat khusus. Disini guru menjelaskan teori-teori yang telah ditemukan para
ahli, kemudian menjabarkan kenyataan yang terjadi atau mengambil contoh-
contoh.
Dari penjelasan beberapa teori dapat diambil kesimpulan bahwa
pendekatan deduktif adalah cara berfikir dari hal yang bersifat umum ke hal-
hal yang bersifat khusus.

Penggunaan Pendekatan Deduktif


Menurut Yamin (2008:89) pendekatan deduktif dapat dipergunakan bila:
. Siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari,
a. Isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidang yang
kurang membutuhkan proses berfikir kritis,
b. Pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan
yang baik dan pembicaraan yang baik,
c. Waktu yang tersedia sedikit.

Langkah-langkah Pendekatan Deduktif


Menurut Sagala (2010:76) langkah-langkah yang dapat digunakan
dalam pendekatan deduktif dalam pembelajaran adalah
d. Guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan
dengan pendekatan deduktif,
e. Guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum, lengkap
dengan definisi dan contoh-contohnya,
f. Guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat
menyusun hubungan antara keadaan khusus dengan aturan prinsip
umum,
g. Guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak
kesimpulan bahwa keadaan khusus itu merupakan gambaran dari
keadaan umum.

Kelebihan Pendekatan Deduktif


Adapun kelebihan dari pendekatan deduktif dibandingkan dengan
pendekatan lain adalah :
h. Tidak memerlukan banyak waktu.
i. Sifat dan rumus yang diperoleh dapat langsung diaplikasikan
kedalam soal-soal atau masalah yang konkrit.

Kelemahan Pendekatan Deduktif


Kelemahan pendekatan deduktif antara lain:
j. Siswa sering mengalami kesulitan memahami makna
matematika dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan siswa baru bisa
memahami konsep setelah disajikan berbagai contoh.
k. Siswa sulit memahami pembelajaran matematika yang
diberikan karna siswa menerima konsep matematika yang secara
langsung diberikan oleh guru.
l. Siswa cenderung bosan dengan pembelajaran dengan
pendekatan deduktif, karna disini siswa langsung menerima konsep
matematika dari guru tanpa ada kesempatan menemukan sendiri
konsep tersebut.
m. Konsep tidak bisa diingat dengan baik oleh siswa.

3. Pendekatan Induktif
Berbeda dengan pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan
dari hal-hal yang bersifat umum, maka pendekatan induktif (inductif
approach) menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang bersifat khusus..
Metode induktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari
sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus.
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik
kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut
sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi
umum. Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari
keadaan khusus menuju keadaan umum.
Sedangkan menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa: Pendekatan
induktif dimulai dengan pemberian kasus, fakta, contoh, atau sebab yang
mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Kemudian siswa dibimbing untuk
berusaha keras mensintesiskan, menemukan, atau menyimpulkan prinsip dasar
dari pelajaran tersebut.
Mengajar dengan pendekatan induktif adalah cara mengajar dengan cara
penyajian kepada siswa dari suatu contoh yang spesifik untuk kemudian dapat
disimpulkan menjadi suatu aturan prinsip atau fakta yang pasti.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
induktif adalah pendekatan pengajaran yang berawal dengan menyajikan
sejumlah keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu
kesimpulan, prinsip atau aturan.

Penggunaan Pendekatan Induktif


Menurut Yamin (2008:90) pendekatan induktif tepat digunakan manakala:
. Siswa telah mengenal atau telah mempunyai pengalaman yang
berhubungan dengan mata pelajaran tersebut,
a. Yang diajarkan berupa keterampilan komunikasi antara pribadi,
sikap, pemecahan, dan pengambilan keputusan,
b. Pengajar mempunyai keterampilan fleksibel, terampil
mengajukan pertanyaan terampil mengulang pertanyaan, dan sabar,
c. Waktu yang tersedia cukup panjang.

Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Induktif


Menurut Sagala (2010:77) langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
model pembelajaran dengan pendekatan induktif yaitu:
d. Memilih dan mementukan bagian dari pengetahuan (konsep,
aturan umum, prinsip dan sebagainya) sebagai pokok bahasan yang
akan diajarkan.
e. Menyajikan contoh-contoh spesifik dari konsep, prinsip atau
aturan umum itu sehingga memungkinkan siswa menyusun hipotesis
(jawaban sementara) yang bersifat umum.
f. Kemudian bukti-bukti disajikan dalam bentuk contoh tambahan
dengan tujuan membenarkan atau menyangkal hipotesis yang dibuat
siswa.
g. Kemudian disusun pernyataan tentang kesimpulan misalnya
berupa aturan umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah
tersebut, baik dilakukan oleh guru atau oleh siswa.

Kelebihan Pendekatan Induktif


Adapun kelebihan dari pendekatan induktif dibandingkan dengan
pendekatan antara lain adalah :
h. Memberikan kesempatan pada siswa untuk berusaha sendiri
atau menemukan sendiri suatu konsep sehingga akan diingat dengan
lebih baik.
i. Murid memahami sifat atau rumus melalui serangkaian contoh.
Kalau terjadi keraguan mengenai pengertian dapat segera diatasi sejak
masih awal.
j. Dapat meningkatkan semangat belajar siswa.
Kelemahan Pendekatan Induktif
Kelemahan dari pendekatan induktif antara lain :
k. Memerlukan banyak waktu.
l. Kadang-kadang hanya sebagian siswa yang terlibat secara aktif.
m. Sifat dan rumus yang diperoleh masih memerlukan latihan atau
aplikasi untuk memahaminya.
n. Secara matematik (formal) sifat atau rumus yang diperoleh
dengan pendekatan induktif masih belum menjamin berlaku umum.

4. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik
meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan
konsep (miskonsepsi).. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari
pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang
secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa
untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.

Ciri-ciri suatu konsep adalah


. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
a. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman
langsung
b. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
c. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan
pengalaman-pengalaman
d. Konsep yang benar membentuk pengertian
e. Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar
dengan pendekatan konsep adalah:
f. Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan
unsur lingkungan.
g. Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar
yang mudah dimengerti.
h. Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang
spesifik pula sampai konsep yang kompleks.
i. Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang
abstrak.
Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep
Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu,
j. Tahap Enaktik
Tahap enaktik dimulai dari:
 Pengenalan benda konkret.
 Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa
pengalaman baru.
 Pengamatan, penafsiran tentang benda baru.
k. Tahap Simbolik
Tahap simbolik siperkenalkan dengan: Simbol, lambang, kode,
seperti angka, huruf. kode, seperti (?=,/) dll. Membandingkan antara
contoh dan non-contoh untuk menangkap apakah siswa cukup
mengerti akan ciri-cirinya. Memberi nama, dan istilah serta defenisi.
l. Tahap Ikonik
Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak,
seperti: Menyebut nama, istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu
mengatakannya.
5. Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau
penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses
bukan hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar
menguasai proses. Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau
mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta didik.
Dalam pendekatan proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau
memodelkan dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang
dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian,
keakuratan, keuletan dalam bekerja dan sebagainya.
Kelebihan Pendekatan Proses
Keunggulan/Kelebihan pendekatan proses adalah :
. Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan, hal yang sangat
penting untuk pengembangan pengetahuan dan masa depan.
a. Pendahuluan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat
meningkatkan keterampilan berfikir dan cara memperoleh
pengetahuan.

Kelemahan Pendekatan Proses


Kelemahan pendekatan proses adalah :
 Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat
menyelesaikan pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.
 Memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga
tidak semua sekolah dapat menyediakannya.
 Merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancangkan
suatu percobaan untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan
yang sulit, tidak semua siswa mampu melaksanakannya.
6. Pendekatan Open - Ended
Menurut Suherman dkk (2003; 123) problem yang diformulasikan
memiliki multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut
juga Open-Ended problem atau soal terbuka. Siswa yang dihadapkan
denganOpen-Ended problem, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan
jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu
jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode
dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak.
Sifat “keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya
ada satu cara dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada
satu jawaban yang mungkin untuk masalah tersebut. Contoh penerapan
masalah Open-Ended dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa
diminta mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang berbeda dalam
menjawab permasalahan yang diberikan bukan berorientasi pada jawaban
(hasil) akhir.

Kelebihan pendekatan Open–Ended.


Dalam pendekatan open-ended guru memberikan permasalah kepada
siswa yang solusinya tidak perlu ditentukan hanya melalui satu jalan. Guru
harus memanfaatkan keragaman cara atau prosedur yang ditempuh siswa
dalam menyelesaikan masalah. Hal tersebut akan memberikan pengalaman
pada siswa dalam menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan,
keterampilan dan cara berfikir matematik yang telah diperoleh sebelumnya.
Ada beberapa kelebihan dari pendekatan ini, antara lain:
. Siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara lebih
aktif serta memungkinkan untuk mengekspresikan idenya.
a. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak menerapkan
pengetahuan serta keterampilan matematika secara komprehensif.
b. Siswa dari kelompok lemah sekalipun tetap memiliki
kesempatan untuk mengekspresikan penyelesaian masalah yang
diberikan dengan cara mereka sendiri.
c. Siswa terdorong untuk membiasakan diri memberikan bukti
atas jawaban yang mereka berikan.
d. Siswa memiliki banyak pengalaman, baik melalui temuan
mereka sendiri maupun dari temannya dalam menjawab permasalahan.

Kelemahan Pendekatan Open–Ended.


Disamping kelebihan yang dapat diperoleh dari pendekatan open-ended,
terdapat juga beberapa kelemahan, diantaranya:
e. Sulit membuat atau menyajikan situasi masalah matematika
yang bermakna bagi siswa.
f. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahamai siswa
sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan
bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
g. Karena jawaban bersifat bebas, siswa dengan kemampuan
tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
h. Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan
belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka
hadapi.

7. Pendekatan Saintific
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran
harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap
menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu
tentang ‘mengapa’.
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang
‘apa’.Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang
memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills)
dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah
(saintifik appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi
menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian
mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan
dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan
ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi
seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai
atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

Tujuan Pembelajaran Pendekatan Saintific


Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:
. untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
a. untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan
suatu masalah secara sistematik.
b. terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa
belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
c. diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
d. untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide,
khususnya dalam menulis artikel ilmiah
e. Untuk mengembangkan karakter siswa

Prinsip Pendekatan Saintific


Prinsip-prinsip dalam pembelajaran dengan pendekatan saintific antara
lain :
f. pembelajaran berpusat pada siswa
g. pembelajaran membentuk students’ self concept
h. pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempelajari, mnganalisis, menyimpulkan konsep, pengetahuan, dan
prinsip.
i. pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan
berpikir siswa
j. Pembelajaran meningkatkan motivasi

Langkah-langkah Pendekatan Saintific


Pembelajaran saintifik terdiri atas lima langkah, yaitu :
k. Observing (mengamati), Membaca, mendengar, menyimak,
melihat (tanpa atau dengan alat)
l. Questioning (menanya), Mengajukan pertanyaan tentang
informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati
(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat
hipotetik)
m. Associating (menalar), mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada
yang bertentangan
n. Experimenting (mencoba), Untuk memperoleh hasil belajar
yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan
percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada
mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik harus memahami konsep-
konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik
pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan
pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode
ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya sehari-hari.
o. Networking (membentuk Jejaring/ mengkomunikasikan),
Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya

8. Pendekatan Realistik
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan olehHans
Frudenthal di Belanda. Realistic Mathematics Education (RME) adalah
pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang ‘real’ bagi siswa,
menekankan ketrampilan ‘proses of doing mathematics’, berdiskusi dan
berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehinggga mereka dapat
menemukan sendiri (‘student inventing’ sebagai kebalikan dari ‘teacher
telling’) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan
masalah baik secara individu maupun secara kelompok. (Zulkardi, 2009)
Pengertian pendekatan realistik menurut Sofyan, (2007: 28) “sebuah
pendekatan pendidikan yang berusaha menempatkan pendidikan pada hakiki
dasar pendidikan itu sendiri”.
Menurut Sudarman Benu, (2000: 405) “pendekatan realistik adalah
pendekatan yang menggunakan masalah situasi dunia nyata atau suatu konsep
sebagai titik tolak dalam belajar matematika”. Matematika Realistik yang telah
diterapkan dan dikembangkan di Belanda teorinya mengacu pada matematika
harus dikaitkan dengan realitas dan matematika merupakan aktifitas manusia.
Dalam pembelajaran melalui pendekatan realistik, strategi- strategi
informasi siswa berkembang ketika mereka menyeleseikan masalah pada
situasi- situsi biasa yang telah diakrapiniya, dan keadaan itu yang dijadikannya
titik awal pembelajaran pendekatan realistik atau Realistic Mathematic
Education(RME) juga diberi pengertian “cara mengajar dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menyelediki dan memahami konsep
matematika melalui suatu masalah dalam situasi yang nyata”. (Megawati,
2003: 4). Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran bermakna bagi siswa.
Realistic Mathematic Education(RME) adalah pendekatan pengajaran
yang bertitik tolak pada hal- hal yang real bagi siswa(Zulkardi). Teori ini
menekankan ketrampilan proses, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi
dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri(Student
Invonting), sebagai kebalikan dari guru memberi(Teaching Telling) dan pada
akhirnya murid menggunakan matematika itu untuk menyeleseikan masalah
baik secara individual ataupun kelompok.
Pada pendekatan Realistik peran guru tidak lebih dari seorang fasilitator,
moderator atau evaluator. Sementara murid berfikir, mengkomunikasikan
argumennya, mengklasifikasikan jawaban mereka, serta melatih saling
menghargai strategi atau pendapat orang lain.
Menurut De Lange dan Van Den Heuvel Parhizen, RME ini adalah
pembelajaran yang mengacu pada konstruktifis sosial dan dikhususkan pada
pendidikan matematika.(Yuwono: 2001)
Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa RME atau
pendekatan Realistik adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan
masalah sehari- hari sebagai sumber inspirasi dalam pembentukan konsep dan
mengaplikasikan konsep- konsep tersebut atau bisa dikatakan suatu
pembelajaran matematika yang berdasarkan pada hal- hal nyata atau real bagi
siswa dan mengacu pada konstruktivis sosial.

Tujuan Pendekatan Realistik (RME)


Tujuan Pembelajaran Matematika Realistik sebagai berikut:
. Menjadikan matematika lebih menarik,relevan dan
bermakna,tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak
.
a. Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.
b. Menekankan belajar matematika “learning by doing”.
c. Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika tanpa
menggunakan penyelesaian yang baku.
d. Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran
matematika.
(kuiper&kouver,1993)
Prinsip-Prinsip Pendekatan Realistik (RME)
Terdapat 5 prinsip utama dalam pembelajaran matematika realistik,
yaitu:
e. Menggunakan konsep atau situasi.
f. Menggunakan model : "model of" dan "model for"
g. Menggunakan hasil pemikiran siswa sendiri.
h. Interactivity.
i. Intertwinning (saling mengaitkan suatu konsep dengan konsep
lainnya).

Gravemeijer(dalam Fitri. 2007: 10) menyebutkan tiga prinsip kunci


dalam pendekatan realistik, ketiga kunci tersebut adalah:
 Penemuan kembali secara terbimbing/ matematika secara
progresif(Gunded Reinvention/ Progressive matematizing). Dalam
menyeleseikan topik- topik matematika, siswa harus diberi kesempatan untuk
mengalami proses yang sama, sebagai koknsep- konsep matematika
dikemukakan. Siswa diberikan masalah nyata yang memungkinkan adanya
penyeleseian yang berbeda.
 Didaktif yang bersifat fenomena(didaktial phenomology) topik
matematika yang akan diajarkan diupayakan berasal dari fenomenan sehari-
hari.
 Model yang dikembangkan sendiri(self developed models) dalam
memecahkan ‘contextual problem”, mahasiswa diberi kesempatan untuk
mengembangkan model mereka sendiri. Pengembangan model ini dapat
berperan dalam menjembatani pengetahuan informal dan pengetahuan formal
serta konkret dan abstrak.

Karakteristik Pendekatan Realistik (RME)


Menurut Grafemeijer (dalam fitri, 2007: 13) ada 5 karakteristik
pembelajaran matematika realistik, yaitu sebagai berikut:
m. Menggunakan masalah kontekstual
Masalah konsektual berfungsi sebagai aplikasi dan sebagai titik
tolak dari mana matematika yang digunakan dapat muncul. Bagaimana
masalah matematika itu muncul(yang berhubungan dengan kehidupan
sehari- hari).
n. Menggunakan model atau jembatan
Perhatian diarahkan kepada pengembangan model, skema, dan
simbolisasi dari pada hanya mentrasfer rumus. Dengan menggunakan
media pembelajaran siswa akan lebih faham dan mengerti tentang
pembelajaran aritmatika sosial.
o. Menggunakan kontribusi siswa
Kontribusi yang besar pada saat proses belajar mengajar
diharapkan dari konstruksi murid sendiri yang mengarahkan mereka
dari metode informal ke arah metode yang lebih formal. Dalam
kehidupan sehari- hari diharapkan siswa dapat membedakan
pengunaan aritmatika sosial terutama pada jual beli. Contohnya: harga
baju yang didiskon dengan harga baju yang tidak didiskon.
p. Interaktivitas
Negosiasi secara eksplisit, intervensi, dan evaluasi sesama murid
dan guru adalah faktor penting dalam proses belajar secara konstruktif
dimana strategi informal siswa digunakan sebagai jembatan untuk
menncapai strategi formal. Secara berkelompok siswa diminta untuk
membuat pertanyaan kemudian diminta mempresentasikan didepan
kelas sedangkan kelompok yang lain menanggapinya. Disini guru
bertindak sebagai fasilitator.
q. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya(bersifat
holistik)
Aritmatika sosial tidak hanya terdapat pada pembelajaran
matematika saja, tetapi juga terdapat pada pembelajaran yang lainnya,
misalnya pada akutansi, ekonomi, dan kehidupan sehari- hari.

Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik


Berdasarkan prinsip dan karakteristik PMR serta dengan memperhatikan
pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah disusun suatu
langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan PMR yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
 Langkah 1: Memahami masalah kontekstual
yaitu guru memberikan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-
hari kepada siswa dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut,serta
memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan masalah yang belum di
pahami. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini adalah karakteristik
pertama yaitu menggunakan masalah kontekstual sebagai titik tolak dalam
pembelajaran, dan karakteristik keempat yaitu interaksi
 Langkah 2: Menjelaskan masalah kontekstual
jika dalam memahami masalah siswa mengalami kesulitan, maka guru
menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan cara memberikan petunjuk-
petunjuk atau berupa saran seperlunya, terbatas pada bagian-bagian tertentu
dari permasalahan yang belum dipahami
 Langkah 3 : Menyelesaikan masalah
Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi
aspek matematika yang ada pada masalah yang dimaksud, dan memikirkan
strategi pemecahan masalah. Selanjutnya siswa bekerja menyelesaikan
masalah dengan caranya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang
dimilikinya, sehingga dimungkinkan adanya perbedaan penyelesaian siswa
yang satu dengan yang lainnya. Guru mengamati, memotivasi, dan memberi
bimbingan terbatas, sehingga siswa dapat memperoleh penyelesaian masalah-
masalah tersebut. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini yaitu
karakteristik kedua menggunakan model
 Langkah 4 : Membandingkan jawaban
Guru meminta siswa membentuk kelompok secara berpasangan dengan
teman sebangkunya, bekerja sama mendiskusikan penyelesaian masalah-
masalah yang telah diselesaikan secara individu (negosiasi, membandingkan,
dan berdiskusi). Guru mengamati kegiatan yang dilakukan siswa, dan
memberi bantuan jika dibutuhkan. Dipilih kelompok berpasangan, dengan
pertimbangan efisiensi waktu. Karena di sekolah tempat pelaksanaan ujicoba,
menggunakan bangku panjang. Sehingga kelompok dengan jumlah anggota
yang lebih banyak, membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
pembentukannya.
Sedangkan kelompok berpasangan tidak membutuhkan waktu, karena
siswa telah duduk dalam tatanan kelompok berpasangan. Setelah diskusi
berpasangan dilakukan, guru menunjuk wakil-wakil kelompok untuk
menuliskan masing-masing ide penyelesaian dan alasan dari jawabannya,
kemudian guru sebagai fasilitator dan modarator mengarahkan siswa
berdiskusi, membimbing siswa mengambil kesimpulan sampai pada rumusan
konsep/prinsip berdasarkan matematika formal (idealisasi, abstraksi).
Karakteristik PMR yang muncul yaitu interaksi
 Langkah 5: Menyimpulkan
Dari hasil diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk menarik
kesimpulan suatu rumusan konsep/prinsip dari topik yang dipelajari.
Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini adalah adanya interaksi
antar siswa dengan guru.

Kelebihan Pembelajaran Matematika Realistik


Beberapa keunggulan/kelebihan dari pembelajaran metematika realistik
antara lain:
w. Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan
suasana tegang tidak tampak.
x. Materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa.
y. Alat peraga adalah benda yang berada di sekitar, sehingga
mudah didapatkan.
z. Guru ditantang untuk mempelajari bahan.
aa. Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga.
bb. Siswa mempunyai kecerdasan cukup tinggi tampak semakin
pandai.

Kelemahan Pembelajaran Matematika Realistik


Beberapa kelemahan dari pembelajaran metematika realistik antara lain:
cc. Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar(40- 45 orang).
dd. Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi
pelajaran.
ee. Siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu
yang lebih lama untuk mampu memahami materi pelajaran.
9. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan
Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara
pendekatan konsep, keterampilan proses, Inkuiri dan diskoveri serta
pendekatan lingkungan. Istilah Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam
bahasa Inggris disebut Sains Technology
Society (STS), Science Technology Society and Environtment (STSE)
atau Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya
banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu Environtment, yang dalam
berbagai kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM)
merupakan pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di
masyarakat. Adapun tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan
peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu
mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat
serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah
diambilnya.
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan
konstruktivisme, yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di
dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8343381/Mata_Kuliah_Model_and_Pendekatan_Pembelajaran_Geogra
fi

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/196203041987032-
EPON_NINGRUM/MAKALAH/Pendekatan_dan_Metode_Pembelajaran_Geografi.pdf

Sumantri,Muhammad Syarif,2010.Strategi pembelajaran,Yogyakarta:Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai