Anda di halaman 1dari 4

Pengelolaan Kali Code Yogyakarta

Sungai sebagai salah satu sumberdaya air mempunyai manfaat dan peran yang penting
dalam kehidupan manusia. Sungai Code menjadi pusat perhatian banyak pihak dan memiliki
tingkat kemendesakan dalam pengelolaannya. Hal ini disebabkan Sungai Code melintasi Kota
Yogyakarta dan berdekatan dengan beberapa tempat strategis, seperti Malioboro, Tugu, Kraton,
dan lainnya. Kali Code berhulu pada Kali Boyong dan Gunung Merapi yang merupakan gunung
api teraktf di Indoensia.
Sungai Code atau lebih dikenal dengan Kali Code merupakan bagian hilir dari Sungai
Boyong yang bersumber dari mata air di kaki Gunungapi Merapi Kabupaten Sleman. Luas
keseluruhannya adalah sekitar 4.006,25 Ha. Aliran Sungai Code melintasi tiga wilayah
kabupaten/kota, yaitu; Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul; yang
bermuara di Sungai Opak Kabupaten Bantul. Panjang sungai total ± 41 km (jarak rambu dari
muara) terbagi menjadi 2 (dua) yaitu: Sungai Code (sebelah hilir) panjang sungai 17 km dan
Sungai Boyong (sebelah hulu) panjang sungai 24 km.
Kali Code menghadapi tantangan yang tidak sederhana. Tingkat kepadatan penduduk
yang tinggi di Kota Yogyakarta terutama di kampung-kampung pinggir Kali Code
(Tegalpanggung mencapai 15.000 jiwa/km2) telah menimbulkan masalah sosial tersendiri seperti
kemiskinan, pengangguran dan kriminalitas. Keterbatasan lahan hunian mendorong warga untuk
menempati tanah-tanah bantaran kali yang murah untuk rumah. Tingginya tingkat kepadatan
penduduk di bantaran kali juga berkontribusi secara langsung atas kerusakan ekosistem sungai,
karena limbah dan perburuan fauna aquatik yang tak terkendali.

Hasil studi para ahli dari UGM menyatakan bahwa siklus letusan Gunung Merapi terjadi
setiap 8 tahun (letusan kecil) dan 20 tahun (letusan sedang) serta 50 tahun (letusan besar).
Setiap letusan Gunung Merapi, ditambah adanya factor pemicu (hujan intensitas tinggi di
puncak), akan menimbulkan potensi lahar dingin di Kali Code dan kali Boyong. Artinya
disamping hujan tahunan, ancaman lahar dingin setiap 8 tahun, 20 tahun atau 50 tahun harus
diperhitungkan sebagai ancaman yang bersifat permanen.
Sungai bukan saja merupakan wadah air permukaan , sungai adalah satu kesatuan
ekosistem yang saling terkait di alam, yang terbentang dari bagian hulu hingga hilir. Oleh
karenanya pengelolaan sungai yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian daya
rusak dan pengawasannya mesti dilakukan secara terpadu. Prinsip ini dikenal dengan “one
river one plan one integrated management”. Sungai tidak mengenal wilayah administrasi
pemerintahan, sehingga dalam konteks Kali Code, koordinasi pengelolaan antara pemerintah
wilayah Kabupaten Sleman (hulu), pemerintah Kota Yogya (tengah) dan Pemerintah
Kabupaten Bantul (hilir) mutlak harus dilakukan.
Gerakan komunitas dalam konteks pelestarian sungai di Kota Yogyakarta sejak tahun
2001 cukup menggembirakan jika dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia. Hingga
tahun 2012 dapat dicatat kemunculan beberapa komunitas peduli sungai, yaitu Pemerti Kali
Code , Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA), Forum Komunikasi DAS Gajahwong,
Komunitas Kali Bedog, dan Karangwaru Riverside. Gerakan komunitas peduli sungai ini
memiliki issue yang hampir sama, yakni keinginan mengembalikan lingkungan sungai yang
bersih dan hijau. Karena sungai di kota sangat dekat bersentuhan dengan aspek perumahan
dan permukiman, maka masalah ini juga banyak menjadi agenda komunitas. Hanya saja
gerakan komunitas memiliki keterbatasan , yaitu ketiadaan dana, sehingga untuk mendukung
program mereka harus menggandeng pemerintah maupun swasta. Komunitas menjadi bagian
penting dalam pengelolaan sungai, tetapi idealnya harus didukung oleh pemerintah , swasta
maupun perguruan tinggi.
Diperlukan kelembagaan yang kuat dalam payung hukum yang jelas untuk menjamin
pengelolaan sungai secara ideal sesuai prinsip ‘one river one plan one integrated
management”.

Memperhatikan kecenderungan yang semakin buruk dari tahun ke tahun, dan


kompleksnya persoalan yang harus ditangani, Kali Code Yogyakarta sudah waktunya
memiliki sebuah Komisi. Masalah-masalah mendesak yang dimaksud adalah :

 Perlunya segera dilakukan penataan perumahan dan permukiman sepanjang bantaran Kali
Code yang menyangkut nasib 5000 jiwa lebih warga. Jika tidak dilakukan segera,
ancaman banjir tahunan dan lahar dingin akan terus terulang. Diperlukan perencanaan
memadai, dialog dan edukasi dengan warga yang intens, pembiayaan yang besar , dan
koordinasi yang menerus oleh semua pihak.
 Setelah permukiman tertata, pekerjaan berikutnya adalah mengembalikan ekosistem Kali
Code. Kali Code dikembalikan fungsinya sebagai paru-paru kota dan ruang publik warga
kota.
 Dan selanjutnya adalah memaksimalkan keberadaan Kali Code untuk memperkuat
industi pariwisata Kota Yogya berbasis alam, pendidikan lingkungan hidup dan
menggerakkan perekonomian warga bantaran Kali Code.

. Sungai Code
melintas pada kawasan pemukiman yang cukup padat di kiri-kanan sungai serta kondisinya
menunjukkan kecenderungan makin memburuk dari tahun ke tahun. Semakin meningkatnya
aktivitas pembangunan ekonomi, perubahan tata guna lahan dan meningkatnya pertumbuhan
penduduk telah mengakibatkan tingginya tekanan kawasan sungai terhadap lingkungan.

Sungai Code merupakan bagian hilir dari Sungai Boyong yang bersumber dari mata air di kaki
Gunungapi Merapi Kabupaten Sleman. Luas keseluruhannya adalah sekitar 4.006,25 Ha. Aliran
Sungai Code melintasi tiga wilayah kabupaten/kota, yaitu; Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta
dan Kabupaten Bantul; yang bermuara di Sungai Opak Kabupaten Bantul. Panjang sungai total
±
41 km (jarak rambu dari muara) terbagi menjadi 2 (dua) yaitu: Sungai Code (sebelah hilir)
panjang
sungai 17 km dan Sungai Boyong (sebelah hulu) panjang sungai 24 km.

Anda mungkin juga menyukai