Dari data di atas terlihat bahwa penyumbang terbesar polusi udara adalah
transportasi sehingga daerah perkotaan lebih cendrung mengalami pencemaran
udara. Dan industri juga penyumbang polusi yang cukup besar sehingga daerah
daerah industri juga merupakan daerah yang udaranya kurang sehat. Secara
umum daerah yang dikatakan daerah industri adalah daerah yang memiliki pabrik-
pabrik besar sehingga setiap orang yang akan memasuki dan tinggal di daerah
tersebut harus mempersiapkan diri dengan kondisi tersebut, begitupula dengan
para pekerja sudah siap dengan pelindung kesehatan mereka. Keadaan ini akan
jauh berbeda dengan beberapa industri kecil di daerah-daerah seperti industri
penambangan illegal contohnya penambangan batu kapur. Penambangan batu
kapur sudah pasti akan memberikan sumbangan polusi ke udara tanpa disadari
oleh penambang dan masyarakat sekitar. Proses produksi batu kapur selain proses
penambangan juga terjadi proses pembakaran yang pasti akan menyumbang
karbon oksida (COx) ke udara.
Udara tidak pernah bersih tetapi selalu mengandung partikel-partikel asing yang
jika konsentrasinya terlalu tinggi dapat menyebabkan kualitas udara berkurang atau tidak
berfungsi sesuai peruntukannya. Hal ini tercantum dalam Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.\02/MENKLH/1988, yang menyatakan bahwa
pencemaran udara, adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi
dan/atau komponen lain ke dalam udara dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) udara
oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Berdasarkan asal dan kelanjutan
perkembangannya di udara, pencemar udara dibedakan menjadi 2 yaitu pencemar udara
primer dan pencemar udara sekunder (Kristanto, 2001).
Batu kapur merupakan salah satu jenis bahan galian golongan C yang
banyak digunakan dalam proses industri maupun bangunan. Penambangan batu
kapur dilakukan di daerah yang memiliki lahan kapur yang merupakan daerah
kering. Dibidang pertambangan, pada masa yang lalu pengawasan terutama tertuju
pada keselamatan kerja para pekerja tambang dan masyarakat luar pada daerah
kegiatan tambang. Kini selain itu masalah lingkungan hidup mulai mendapat
perhatian khusus. Semua itu mempengaruhi masyarakat pedesaan di sekitar
proyek pertambangan yang biasanya berlokasi di daerah terpencil
(Katili,1983:134).
Batu kapur adalah batuan sedimen berjenis khusus yang terbentuk dari
kerangka hewan-hewan kecil lautan. Batu kapur (gamping) dapat terjadi dengan
beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian
besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari
pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau
berasal dari kerangka binatang koral/ kerang. Batu kapur dapat berwarna putih
susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral
pengotornya. Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu
kapur adalah aragonit, yang merupakan mineral metastable karena pada kurun
waktu tertentu dapat berubah menjadi kalsit. Mineral lainnya yang umum
ditemukan berasosiasi dengan batu kapur atau dolomit, tetapi dalam jumlah kecil
adalah Siderit (FeCO3), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit (MgCO3).
Batuan kapur mempunyai sifat yang istimewa, bila dipanasi akan berubah menjadi
kapur yaitu kalsium oksida (CaO) dengan terjadi proses dekarbonisasi (pelepasan
gas CO2).
Penambangan kapur tradisional telah mencemari udara dengan debu dan
pembakarannya menjadi kapur tohor mengemisikan NO2, SO2 Dan CO2 .
Kebanyakan batu kapur atau limestone komersial adalah cadas sedimentasi Ca CO3
(Calcite) sebagai komponen utamanya. (Rahman dkk,2008)
Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau
kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu,
sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta
dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan material . Selain itu
pencemaran udara dapat pula dikatakan sebagai perubahan atmosfer oleh karena
masuknya bahan kontaminan alami atau buatan ke dalam atmosfer tersebut. Asal
pencemaran udara dapat diterangkan dengan 3 (tiga) proses yaitu atrisi (attrition),
penguapan (vaporization) dan pembakaran (combustion). Dari ketiga proses
tersebut di atas, pembakaran merupakan proses yang sangat dominan dalam
kemampuannya menimbulkan bahan polutan.
Pencemaran udara adalah perubahan komposisi udara oleh karena aktivitas
manusia baik secara langsung atau tidak langsung yang dalam konsentrasi tetentu
dan waktu tertentu menyebabkan akibat negatif pada manusia, binatang,tanaman,
dan lingkungan sekitar.( Eko dkk, 1994)
Diantara sekian banyak bahan yang menyebabkan pencemaran udara,
partikel/ debu termasuk dalam kelompok yang perlu mendapatkan perhatian
serius, karena besarnya dampak yang dapat ditimbulkan, baik terhadap makhluk
hidup maupun lingkungan fisik lainnya. Dalam hal ini yang dimaksud dengan
partikel/debu adalah benda padat yang terjadi karena proses mekanis (pemecahan
reduksi) terhadap massa padat yang masih dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
(Prayudi dan Susanto,2001)
Partikel/debu dapat terhirup melalui saluran pernapasan. Partikel yang
berukuran lebih besar dari 0.6 μ akan tertahan pada saluran nafas bagian atas,
sedangkan yang dibawah 0.3 μ akan mengikuti gerakan brown, yaitu keluar masuk,
dan hanya yang memiliki ukuran antara 0.3 μ s/d 0.6 μ akan sampai pada bagian
alveoli paru. (Prayudi dan Susanto,2001)
Efek yang dapat ditimbulkan bila paparan debu terjadi terusmenerus
adalah gangguan penglihatan, alergi, gangguan saluran napas (asma dan rinitis),
serta iritasi kulit.6 Debu yang terhirup melalui hidung akan disaring oleh silia yang
ada dalam mukosa hidung.7 Sistem mukosa hidung dapat mengalami kerusakan
dari zat-zat yang merusak, seperti paparan debu, tembakau, asap,
polusi udara, perubahan temperatur yang ekstrim, kekeringan atau kelembapan
yang tinggi, serta infeksi bakteri maupun virus. (Darmawan dkk,2008)
Selain berbahaya untuk manusia debu hasil pembakaran batu kapur ini juga
mengancam secara tidak langsung ekosistem hutan bukit kapur,Debu-debu dari
kegiatan pertambangan yang terjadi pada saat peledakan, berpotensi menutupi
permukaan daun, sehingga menggangu proses fotosintesis (terutama dimusim
kemarau, karena tidak ada pencucian oleh air hujan). ( Prawitosari,2004)
Pencemaran udara yang berasal dari batu kapur terjadi pada daerah-daerah
yang merupakan daerah produksi kapur, salah satu daerah di Lombok yang
memperoduksi kapur adalah dusun Open Desa Mangkung Praya Barat.
Pertambangan kapur adalah suatu tempat pertambangan dengan kadar
pencemaran udara yang dapat mengganggu kesehatan terutama pada pekerjanya.
Di Indonesia, resiko gangguan kesehatan pada pekerja di pertambangan kapur
lebih besar karena system penambangan kapur yang masih tradisional. Kondisi ini
yang terjadi di penambangan kapur di dusun Open Desa Mangkung Praya Barat.
Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah terjadi
pencemaran udara di dusun open dilihat dari kondisi masyarakatnya dan
bagaimana cara mengatasi pencemaran udara di dusun open tersebut maka
peneliti mengambil judul “ pencemaran udara akibat pengolahan batu kapur di
dusun open desa mangkung”.
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui proses kegiatan
penambangan produksi kapur dan pencemaran udara yang terjadi di dusun open
desa mangkung praya barat serta bagaimana rekomendasi cara mengatasi
pencemaran udara tersebut. Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat
memberikan informasi awal kondisi udara di dusun dusun penambang batu kapur
secara umum khususnya pada dusun Open Desa Mangkung Praya Barat. Dan dapat
memberikan rekomendasi cara mengatasi pencemaran udara untuk industri
penambang batu kapur sehingga bias meminimalkan pencemaran yang terjadi di
lingkungan sekitar.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sucipto Edy. 2007. Hubungan Pemaparan Partikel Debu Pada Pengolahan Batu
Kapur Terhadap Penurunan Kapasitas Fungsi Paru.Semarang.2007
Rachmawati siti dkk. 2013. Pengaruh Emisi Udara Pada Sentra Pengolahan Batu
Kapur Terhadap Kapasitas Vital Paru Pekerja Dan Masyarakat Di Desa Karas
Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang.
Yulaekhah Siti.2007. Paparan Debu Terhirup Dan Gangguan Fungsi Paru Pada
Pekerja Industri Batu Kapur (Studi Di Desa Mrisi Kecamatan Tanggungharjo
Kabupaten Grobogan.Semarang.2011
Prayudi Teguh dan Susanto Joko Prayitno.2001. Kualitas Debu Dalam Udara
Sebagai Dampak Industri Pengecoran Logam Ceper.