Penyulingan Atsiri
Penyulingan Atsiri
Tumbuhan nilam berupa semak yang bisa mencapai satu meter. Tumbuhan
ini menyukai suasana teduh, hangat, dan lembab. Mudah layu jika terkena sinar
matahari langsung atau kekurangan air. Bunganya menyebarkan bau wangi yang
kuat. Bijinya kecil. Perbanyakan biasanya dilakukan secara vegetatif.
(Wikipedia.com)
Minyak Nilam
Karena sifat aromanya yang kuat, minyak ini banyak digunakan dalam
industri parfum. Sepertiga dari produk parfum dunia memakai minyak ini,
termasuk lebih dari separuh parfum untuk pria. Minyak ini juga digunakan
sebagai pewangi kertas tisu, campuran deterjen pencuci pakaian, dan pewangi
ruangan. Fungsi yang lebih tradisional adalah sebagai bahan utama setanggi dan
pengusir serangga perusak pakaian.
Penyulingan
Salah satu cara untuk mengekstraksi minyak atsiri dari tanaman adalah
dengan penyulingan.Penyulingan merupakan cara untuk pemisahan komponen
bahan cair dari bahan padat dimana pemisahan tersebut berdasarkan titik uapnya
dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air (Harris,
1987)
Menurut Ketaren (1985) proses penyulingan dibagi atas tiga cara, yaitu
penyulingan dengan air (water distillation), penyulingan dengan air dan uap
(water and steam distillation) dan penyulingan dengan uap (steam distillation)
(Ketaren, 1985).
Untuk memperoleh minyak atsiri dari dalam bahan dapat dilakukan
dengan proses penyulingan, adapun proses penyulingan terbagi menjadi tiga
teknik yaitu:
1. Metode perebusan atau biasa disebut penyulingan dengan air:
Bahan direbus di dalam air mendidih. Minyak atsiri akan menguap bersama uap
air, kemudian dilewatkan melalui kondensor untuk kondensasi. Alat yang
digunakan untuk metode ini disebut alat suling perebus.
2. Metode pengukusan atau biasa disebut penyulingan dengan air dan
uap: Bahan dikukus di dalam ketel yang konstruksinya hampir sama dengan
dandang. Minyak atsiri akan menguap dan terbawa oleh aliran uap air yang
dialirkan ke kondensor untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini
disebut suling pengukus.
3. Metode uap langsung atau biasa disebut penyulingan dengan uap
langsung: Bahan dialiri dengan uap yang berasal dari ketel pembangkit uap.
Minyak atsiri akan menguap dan terbawa oleh aliran uap air yang dialirkan ke
kondensor untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini disebut alat
suling uap langsung.
Pada praktikum ini digunakan beberapa bahan yaitu pala, sereh wangi,
bunga kenanga, dan jahe. Adapun metode yang digunakan yaitu metode
pengukusan dimana bahan yang akan disuling diletakkan di dalam saringan dalam
ketel dengan jarak antara bahan dengan air kurang lebih 15 cm di bawah saringan.
Metode pengukusan cocok digunakan dalam praktikum yang tergolong skala
kecil, karena alat yang dibutuhkan sederhana namun efisiensinya cukup baik
dibandingkan dengan menggunakan metode perebusan, adapun jika menggunakan
metode uap efisiensinya paling tinggi dibandingkan dua metode lainnya namun
membutuhkan investasi yang lebih tinggi dan peralatan yang cukup kompleks.
Seperti dinyatakan oleh Ketaren (1985) bahwa penggunaan metode penyulingan
air dan uap lebih menguntungkan untuk instansi skala kecil. Untuk instansi skala
besar(skala industry), maka penerapan metode penyulingan uap lebih
menguntungakn, terutama untuk penyulingan minyak bertitik didih tinggi.
Alat yang digunakan untuk penyulingan air dan uap pada praktikum ini
adalah ketel suling, kondensor (bak pendingin), labu pemisah minyak (Florentine
flask), dan gas. Ketel suling adalah tempat tempat bahan yang akan disuling, dan
bahan dapat berhubungan langsung dengan air atau dengan uap. Bak pendingin
(kondensor) adalah suatu alat yang berupa bak atau tabung silinder dan di
dalamnya terdapat pip lurus atau bernentuk spiral yang berfungsi untuk mengubah
uap menjadi bentuk cair. Sedangkan Florentine digunakan sebagai penampung
hasil kondensasi (kondensat) dan gas berfungsi sebagai sumber panas.
Terdapat tiga faktor yang menentukan jumlah minyak atsiri yang menguap
bersama dengan uap air yaitu besarnya tekanan uap, berat molekul masing-masing
komponen dalam minyak dan kecepatan minyak yang keluar dari bahan. Pada
awal penyulingan, monoterpen lebih banyak menguap karena memiliki titik didih
rendah sehingga komposisinya di uap lebih banyak dari komponen lain. Semakin
lama, monoterpen semakin habis dan komposisinya di uap semakin sedikit.
Setelah itu, yang paling banyak menguap adalah monoterpen-o, lalu seskwiterpen,
dan yang paling terakhir menguap adalah seskwiterpen-o karena titik didihnya
paling tinggi. Jadi, sebenarnya di dalam uap mengandung semua komponen,
hanya saja berbeda komposisi berdasarkan waktunya, karena perbedaan titik
didih.
Pada dasarnya prinsip dari penyulingan yaitu panas dari ketel uap akan
mengubah air yang ada dalam ketel dari fase cair menjadi fase gas. Uap air yang
mengandung panas laten tersebut kemudian akan kontak dengan bahan sehingga
menyebabkan minyak atsiri dilepaskan dari kelenjar minyak dalam bahan.
Campuran uap air dan minyak tersebut kemudian dialirkan menuju kondensor,
dimana campuran uap air dan minyak tersebut akan dikondensasi sehingga
campuran tersebut akan berubah dari fasa gas menjadi fasa cair. Campuran air dan
minyak yang telah berubah menjadi fasa cair tersebut (kondensat) kemudian
ditampung dalam labu pemisah. Air dan minyak atsiri dalam labu pemisah ini
secara fisik akan terpisah karena perbedaan berat jenis sehingga mudah untuk
dipisahkan. Namun, minyak atsiri dapat pula terdispersi dan membentuk suspensi
dalam air bila berat jenisnya tidak berbeda jauh dengan berat jenis air, misalnya
saja pada penyulingan dengan bahan daun cengkeh, dimana minyak menjadi
suspensi karena berat jenis minyak atsiri dari cengkeh mempunyai nilai berat jenis
yang hampir sama dengan air.
Banyaknya minyak yang terbawa oleh uap air tidak selamanya sama dalam
setiap bahan meskipun bahan yang digunakan berasal dari sumber yang sama
karena banyaknya minyak yang terbawa oleh uap air dapat dipengaruhi juga oleh
beberapa faktor selain karakter bahan yang disuling diantaranya lama
penyulingan. Lama penyulingan mempengaruhi kontak uap air dengan bahan.
Penyulingan yang lebih lama akan menyebabkan banyaknya minyak yang terbawa
oleh uap. Semakin lama penyulingan, penguapan fraksi yang bertitik didih tinggi
semakin besar (Rusli et al, 1973).
DAFTAR PUSTAKA