Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepribadian individu merupakan satu kesatuan , tetapi secara garis besar
dapat dibedakan dalam beberapa aspek, yaitu aspek intelektual, fisik-motorik,
sosial, dan emosional. Setiap aspek memiliki kekuatan yang bervariasi dari
yang sangat kuat sampai dari yang paling lemah, dan karakterinstik atau ciri-
ciri yang menggambarkan keberagaman.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran masalah intelegensi, bakat dan
kecerdasan merupakan masalah yang pokok karenanya tidak mengherankan
kalau masalah itu dikupas banyak orang, baik secara khusus maupun secara
umum tentang peranan intelegensi, bakat dan kecerdasan dalam proses
pendidikan, ada yang menganggap penting sehingga dipandang menentukan
dalam hal berhasil dan tidaknya seseorang dalam hal belajar. Sedang pada sisi
lain ada juga yang menganggap bahwa intelegensi, kecerdasan dan bakat tidak
mempengaruhi persoalan tersebut.
Intelegensi, bakat dan kecerdasan menjadi modal dan memberikan batas-
batas bagi perkembangan potensi individu. Seseorang yang memiliki
intelegensi, bakat dan kecerdasan yang tinggi, atau salah satu dari ketiga
potensi tersebut dapat mempunyai kemungkinan yang tinngi dalam kecakapan.
Intelegensi dan kecerdasan sebagai kapasitas umum, memberikan modal bagi
penguasaan kecakapan pada umumnya, sedangkan bakat memberikan modal
bagi penguasaan kecakapan-kecakapan nyata yang khusus. Kecerdasan juga
dapat menjadi pegangan bagi penentuan perkiraan tingkat perkembangan
pendidikan seseorang individu. Seseorang siswa yang kecerdasannya tergolong
sedang memungkin hanya bisa menyelesaikan studi sampai tingkat sekolah
menengah, sedang intelegensinya tinggi diperkirakan dapat menyelesaikan
perguruan tinggi.

B. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas latar belakang masalah di atas, penulis memmbatasi
permasalahan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Apa Pengertian dari intelegensi?
2. Apa Faktor-faktor yang Mempengaruhi intelegensi ?
3. Bagaimana cara mengukur intelegensi ?
4. Apa pengertian dari bakat ?
5. Apa saja jenis-jenis bakat ?
6. Bagaimana cara kita mengenal bakat seseorang ?
7. Apa pengertian dari kecerdasan ?
8. Apa dan bagaimana kecerdasan jamak itu ?
9. Apa saja jenis-jenis kecerdasan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan tulisan ini adalah, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari intelegensi.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi.
3. Untuk mengetahui cara mengukur intelegensi.
4. Untuk mengetahui pengertian bakat.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis bakat.
6. Untuk mengetahui cara mengenal bakat seseorang.
7. Untuk mengetahui kecerdasan.
8. Untuk mengetahui kecerdasan jamak.
9. Untuk mengetahui jenis kecerdasan.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Intelegensi
a. Pengertian Intelegensi
Intelengensi merupakan kemampuan atau berbagai kemampuan untuk
mendapatkan dan menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah dan
beradaptasi dengan dunia. Sebagian teoretisi percaya bahwa intelegensi adalah
sebuah kemampuan dasar yang memengaruhi kinerja disemua tugas yang
berorientasi kognitif. Plato mendiskusikan variasi serupa lebih dari 2000 tahun
yang lalu. Kebanyakan teori awal tentang sifat intelegensi melibatkan satu
diantara tiga berikut atau lebih: (1) kapasitas untuk belajar; (2) pengetahuan total
yang telah didapatkan seseorang; dan (3) kemampuan untuk beradaptasi dengan
sukses dalam situasi- situasi baru dan dalam lingkungan secara umum. 1

Edouard claparede (1873- 1940) seorang pakar psikologi pendidikan Prancis


dan William Stern (1871- 1938), seorang pakar psikologi Jerman, penemu
konsep IQ, misalnya, mendefinisikan intelegensi secara sangat fungsional dan
terbatas, yaitu : “intelegensi adalah penyesuaian diri secara mental terhadap
situasi atau kondisi baru” (dalam Piaget, 1959).

b. Faktor- faktor yang mempengaruhi Intelegensi


1) Faktor bawaan atau heredity
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir dari
kedua orang tuanya atau keturunan.
2) Faktor minat dan pembawaan yang khas
Faktor ini mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat
dorongan atau motif yang mendorong individu untuk berinteraksi
dengandunia luas, sehingga apa yang diminati dapat memberikan
dorongan berbuat lebih giat dan baik.
3) Faktor pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan
antara pembentukan sengaja, seperti yang dilakukan di sekolah dan
yang tidak sengaja, misalnya pengaruh alam atau lingkungan
sekitarnya.
4) Faktor kematangan
Setiap organ tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan baik fisik maupun psikis. Kalau sudah matang organ

1 Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum (Depok: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA,


2014) Hal 153
tubuh dan psikisnya maka, akan menyelesaikan masalah dan
kematangan tersebut berhubungan erat dengan umur.
5) Faktor kebebasan
Manusia dapat memili metode tertentu dalam memecahkan masalah
yang akan dihadapi. Di samping memilih metode, juga bebas dalam
memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
6) Stabilitas intelegensi dan IQ
Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum
tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes
intelegensi itu. Stabilitas intelegensi tergantung pada perkembangan
otak.

Sementara itu penelitian yang berkenaan dengan inteligensi dilakukan


oleh para ahli selalu dikaitkan dengan masalah-masalah konsep tentang
berbagai hal yang menyangkut perilaku kemampuan berfikir seseorang.
Banyaknya lahir konsep tentang inteligensi ini digolongkan menjadi lima
golongan yakni:

1. Konsepsi-Konsepsi yang Bersifat Spekulatif


Spearman, dalam bukunya yang terkenal, yaitu the abilities of man
(1927) mengelompokkan konsepsi- konsepsi yang bersifat spekulatif itu
menjadi 3 kelompok, yaitu :
a) Yang memberikan definisi mengenai intelegensi umum.
b) Yang memberikan definisi mengenai daya- daya jiwa khusus yang
merupakan bagian daripada intelengensi
c) Yang memberikan definisi intelegensi sebagai taraf umum daripada
sejumlah besar daya- daya khusus.
2. Konsepsi-Konsepsi Yang Bersifat Pragmatis
Dasar dari konsepsi ini kiranya adalah yang dinyatakan oleh Boring,
bahwa intelegensi adalah apa yang di tes oleh tes intelegensi, dia menulis
antara lain:
“kecerdasan adalah apa yang diuji tes. ini adalah definisi sempit,
tetapi hanya titik keberangkatan untuk diskusi yang ketat dari tes. akan lebih
baik jika para psikolog bisa menggunakan istilah lain dan lebih teknis; karena
kecerdasan konotasi biasa jauh lebih luas. kerusakan yang dilakukan,
bagaimanapun dan tidak ada bahaya perlu hasil jika kita tetapi ingat bahwa
kecerdasan yang terukur hanyalah apa tes tes kecerdasan, sampai pengamatan
ilmiah lebih lanjut memungkinkan kita untuk memperpanjang definisi”
3. Konsepsi-Konsepsi Faktor
Konsepsi-konsepsi ini dinamakan demikian sebenarnya beralas pada
kenyatan bahwa didalam menyelidiki dan mencari sifat- sifat hakikat
intelegensi itu orang mempergunakan teknik analisis faktor, suatu teknik
yang mula- mula dirintis oleh Spearman, dan kemudian cfepat berkembang,
terutama didaerah anglo saksis.
4. Konsepsi-Konsepsi yang Bersifat Operasional
a) Ahli-ahli yang mengikuti operasionalisme mengajukan keberatan-
keberatan terhadap pendapat para perngikut teori faktor itu, yaitu pertama
mendefinisikan, dan kedua mengukurnya.
b) Keberatan yang pertama ialah karena tindak (operation) pengukuran
itu sendiri sebenarnya secara implicit telah pula mendefinisikan.
c) Selanjutnya, keberatan yang kedua,m ditujukan pada jalan pikiran ini;
dengan menganalisis hasil tes-tes, ahli-ahli yang mengikuti teori faktor
berpendapat telah mengetahui faktor-faktor intelegensi itu, tetapi kata
pengikut operasionalisme dimanakah letak faktor itu? Cara yang demikian
itu secara operasional tak dapat diterima.
5. Konsepsi-Konsepsi Fungsional
Konsepsi ini disusun atas dasar pemikiran atau analisis mengenai
bagaimana berfungsinya intelegensi itu, lalu dirumuskan sifat- sifat
hakikatnya atau definisinya. Salah satu teori yang disusun atas dasar cara
seperti yang dikemukakan ialah teori binet. Binet menyatakan sifat hakikat
itu ada 3 macam, yaitu :
a) Kecenderungan untuk menetapkan dan mempertahankan
(memperjuangkan) tujuan tertentu
b) Kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dengan maksud untuk
mecapai tujuan itu.
c) Kemampuan untuk oto-kritik, yaitu kemampuan untuk mengkritik diri
sendiri, kemampuan untuk belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya.
c. Pengukuran Intelegensi
 Tes intelegensi model binet
Di peruntukkan bagi anak berumur 2-15 tahun. Apabila
usia mental (mental age) dibagi oleh usia kalender
(chronological age) akan menunjukkan IQ (Intelliegence
Quotient). Karena IQ menggunakan satuan ratusan
maka hasil perbandingan tadi dikalikan seratus.
Rumusnya menjadi :

IQ = MA ÷ CA × 100
Dengan menggunakan satuan ukuran IQ maka secara
ideal tersebar antara 0 sampai 200 dengan titik tengah
100
 Tes Wechsler
Tes inteligensi ini dibuat oleh Wechsler Bellevue, yang
terdiri
dari 3 macam sesuai dengan usia individu yakni:
a. WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale).
Direvisi terakhir sekali pada tahun 1981, yang
merupakan produksi instrument pada tahun 1939. Versi
aslinya disebut dengan WBIS (Wechsler-Bellevue
Intelligence Scale). Alat tes ini diperuntukan pada anak
usia 16 – 17 tahun hingga dewasa. Terdiri atas 11
subtes, 6 subtes diantaranya merupakan verbal scale
(meliputi: information, digit span, vocabulary,
arithmetic, comprehension dan similarities), sementara
5 subtes lainnya merupakan bagian dari performance
scale (meliputi: picture completion, picture
arrangement, block design, object assembly, dan digit
symbol/coding). (Sattler, 1988: 220).
b. WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children).
Pertama sekali alat tes ini dipublikasikan pada tahun
1974, dan diperuntukkan bagi anak usia 6 tahun 0
bulan hingga 16 tahun 11 bulan. Yang meliputi 12
subtes, 6 subtes pertama merupakan Verbal scale
(meliputi: information, similarities, arithmetic,
vocabulary, comprehension dan digit span), sementara
untuk 6 subtes berikutnya merupakan performance
scale (meliputi: picture completion, picture
arrangement, block design, object assembly, coding
dan mazes). (Sattler, 1988: 121).
c. WPPSI (Wechsler Preschool and Primary Scale of
Intelligence).
Dipublikasikan pada tahun 1967 dan diperuntukan bagi
anak usia 4 tahun hingga 6 tahun 6 bulan. Agak mirip
dengan alat tes WISC karena akan mengukur verbal
scale dan performance scale dari individu tersebut.
Akan tetapi pada alat tes WPPSI terdiri 11 subtes, 8
subtes pertama meliputi: information, vocabulary,
arithmetic,similarities, comprehension, picture
completion, mazes dan , block design. Sementara itu,
untuk 3 subtes sisanya meliputi sentences, animal
house dan geometric design. (Sattler, 1988: 19)
Klasifikasi :
IQ Kategori
140-keatas Genius
130-139 Sangat cerdas
120-129 Cerdas
110-119 Di atas normal
90-109 Normal
80-89 Di bawah normal
70-79 Bodoh (dull)
50-69 Debil (moron)
25-49 Imbecil
Di bawah 25 Idiot

2. BAKAT
a. Pengertian Bakat
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bakat diartikan sebagai dasar
(kepandaian, sifat dan pembawaan) yang dibawa sejak lahir. Sedangkan
menurut para ahli :
Menurut William B. Michael, bakat adalah kapasitas yang ada pada diri
seseorang yang mana dalam melakukan tugas serta melakukannya
dipengaruhi oleh latihan yang sudah dijalaninya. Jadi Michael meninjau
bakat itu terutama dari segi kemampuan individu untuk melakukan sesuatu
tugas yang sedikit sekali tergantung pada latihan mengenai hal tersebut.
Menurut Bingham, bakat merupakan sesuatu yang menjadi titik berat yang
sudah dimiliki setiap manusia yang sudah didapatkan dari latihan-latihan
tertentu dari performa ataupun kinerjanya. Jadi Bingham menitik beratkan
pada segi apa yang dilakukan oleh individ (setelah individu mendapatkan
latihan).
Guilford, definisi bakat adalah sebuah hal yang dimiliki corak yang
berbeda, bakat merupakan kemampuan kinerja yang mana mencangkup
kinerja yang mana mencakup dimensi psikomotor, dimensi intelektual dan
dimensi perseptual. Tiap-tiap dimensi mengandung faktor-faktor psikologis
yang lebih khusus lagi, misalnya faktor memori dan lain sebagainnya.
Bakat dan kemampuan menentukan prestasi seseorang. Prestasi menjadi
perwujudan dari bakat dan kemampuan seseorang. Orientasi lebih luas dari
berbagai pendapat tersebut menunjukan, bahwa Misalnya, orang yang
memiliki bakat besar dalam sepak bola, diperkirakan akan mampu meraih
prestasi besar dalam cabang ini. Secara kolektif dia dapat membawa tim yang
dibelanya menjadi juara. Sementara secara individual, dia dapat terpilih
menjadi pemain terbaik serta meraih berbagai penghargaan.

Namun banyak ahli psikologi menyimpulkan bahwa bakat sebenarnya


berperan tidak lebih dari 30 % dalam menentukan kesuksesan hidup
seseorang. Bakat tidak akan menjelma menjadi kemampuan dan keunggulan
yang mengantarkan prestasi jika, tidak dikelola dan dikembangkan dengan
cara tepat. Faktor yang menentukan keberhasilan dalam pengembangan bakat
antara lain : motivasi, tekad, lingkungan, sarana, serta pendidikan dan
pelatihan.

Bakat adalah kecakapan potensial yang bersifat khusus dalam suatu


bidang atau kemampuan tertentu pada individu.
b. Jenis-jenis Bakat
1. Berdasarkan fungsi atau aspek jiwa raga yang terlibat dalam berbagai
jenis prestasi, bakat di bedakan menjadi empat, yaitu :
- Psikofisik
Bakat yang berakar pada jasmaniahsebagai dasar dari bakat. Seperti
kemampuan penginderaan; ketangkasan dan ketajaman pancaindra;
kemampuan motoric; kekuatan tubuh; kelincahan fisik; ketrampilan
jari-jemari/ tangan; dan anggota tubuh.
- Bakat kejiwaan yang bersifat umum
Bakat ini merupakan kemampuan ingatan, daya khayal (imajinasi)
dan intelegensi. Daya ingat ini menyimpan isi kesadaran pada saat
tertentu. Imajinasi berupa gambar khayalan dan gagasan kreatif
sehingga jiwa manusia bersikap kreatif. Sedangkan intelegensi,
kemampuan menyesuaikan diri pada keadaan menggunakan alat
pemikiran sebagai akibat pelatihan dan coba-coba yang dapat
menyimpulkan arti hubungan dan sangkut paut.
- Bakat kejiwaan yang khas dan majemuk
Bakat yang sudah terarah pada suatu bidang yang terbatas. Misalnya,
bakat bahasa, bakat melukis. Sedangkan bakat majemu bergantung
pada keadaan di dalam dan di luar individu seperti, bakat filsafat,
psikologi, politik dan lain-lain.
- Bakat yang lebih mendasar pada alam perasaan dan
kemauan.
Bakat ini sangat tergantung pada watak. Misalnya, kemampuan untuk
melakukan kontak sosial, kemampuan menyayangi, kemampuan
mengahayati perasaan seseorang.
2. Berdasarkan sifat prestasinya, bakat dapat diklarifikasi menjadi
empat, yaitu:
a) Bakat reproduktif
Merupakan bakat untuk memproduksi hasil pekerjaan orang lain serta
menguraikan kembali dengan pengalaman-pengalaman sendiri yang
terkait dengan daya ingat.
b) Bakat aplikatif
Kemampua memiliki, mengamalkan, mengubah dan menerangkan
pendapat yang berasal dari orang lain.
c) Bakat interpretatife
Kemampuan menangkap dan menjelaskan hasil pekerjaan orang lain
dan mencerminkan pendapat.
d) Bakat produktif
Kemampuan menciptakan hal-hal baru.
3. Dalam diri manusia terdapat lima jenis bakat yang masing-masing
terkait dengan bidang-bidang tertentu, yaitu :
a) Bakat akademik khusus
Kemampuan untuk memahami konsep yang berkaitan dengan angka-
angka, logika bahasa, dan sejenisnya.
b) Bakat kreatif-produktif
Bakat dalam menciptakan atau menghasilkan hal baru. Misalnya,
menciptakan program computer baru, model arsitektur baru dan lain-
lain.
c) Bakat seni
Bakat dalam melakukan aktivitas seni. Misalnya, mengaransemen
music, membuat patun, menciptakan lukisan, dan lain-lain.
d) Bakat psikomotorik
Bakat yang terkait dengan kemampuan atau keterampilan fisik,
misalnya, bermain sepak bola, dan lain-lain.
e) Bakat sosial
Bakat yang terkait dengan melakukan kontak sosial atau hubungan
dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya,
berkomunikasi dalam masyarakat atau organisasi dan lain-lain.
4. Bakat manusia terdiri atas bakat umum dan bakat khusus. Bakat
umum merupakan kemampuan yang berupa potensi dasar yang bersifat
umum, yang dimiliki oleh setiap orang. Bakat khusus merupakan
kemampuan yang berupa potensi khusus yang tidak dimiliki oleh semua
orang. Bakat khusus di bagi menjadi delapan, yaitu :
a. Bakat verbal
Merupakan bakat mengungkapkan konsep dalam bentuk kata-kata.
b. Bakat numerical
Merupakan bakat memahami konsep dalam bentuk angka.
c. Bakat bahasa (linguistik)
Bakat ini merupakan bakat dalam melakukan penalaran dan
penguasaan bahasa.
d. Bakat kecepatan, ketelitian, dan klerikal
Merupakan bakat yang terkait dengan kegiatan tulis menulis, ramu-
meramu untuklaboratorium, pekerjaan kantor, dan lain-lain.
e. Bakat relasi ruang (spasial)
Merupakan bakat untuk mengamati dan menjelaskan pola dua
dimensi atau tiga dimensi.
f. Bakat mekanik
Bakat untuk menguasai prinsip-prinsip umum mengenai pengetahuan
alam, tata kerja mesin, serta perkakas dan peralatan lainnya.
g. Bakat abstrak
Bakat untuk menguasai pola, rancangan, diagram, ukuran-ukuran,
bentuk-bentuk, dan posisi-posisinya.
h. Bakat skolastik
Bakat untuk menguasai kombinasi kata-kata (logika) dan angka-
angka, termasuk di dalamnya kemampuan penalaran, mengurutkan,
berpikir sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan
konseptual.
c. Cara mengenal bakat seseorang
Menurut sejarahnya usaha pengenalan bakat itu pertama terjadi pada
bidang kerja (jabatan), tapi kemudian beralih juga pada bidang
pendidikan. Yang telah dikatakan oleh Guilford itu adalah hal materi yang
ada pada individu, yang diperlukan untuk aktivitas apa saja. Penamaan
terhadap jenis-jenis bakat biasanya berdasarkan bidang studi atau bidang
kerja.
Terkadang mengenai bakat juga membutuhkan bermacam-macam
faktor yang diperlukan untuk suatu studi atau lapangan kerja tertentu.
Contohnya, bakat untuk belajar di Fakultas Teknik akan memerlukan
faktor-faktor mengenai bilangan, ruang, bahasa, mekanik dan lain-lain.
Untuk mendasarkanpengukuran bakat pada pendapat, bahwa pada setiap
individu sebenarnya terdapat beberapa faktor-faktor yang diperlukan
untuk berbagai macam lapangan, hanya dengan kombinasi, konstelasi,
dan intensitas yang berbeda-beda. Karena itu biasanya yang dilakukan
dalam diagnosis tentang bakat adalah membuat urutan mengenai bakat
pada setiap individu.
Prosedur yang biasanya ditempuh adalah :
1. Melakukan analisis jabatan atau analisis lapangan studiuntuk
menemukan faktor-faktor apa saja yang diperlukan supaya orang
tersebut dapat berhasil.
2. Dari hasil analisis tersebut dapat dibuat dekripsi jabatan atau
studi.
3. Dari dekripsi jabatan atau lapangan studi tersebut diketahui
persyaratan apa yang harus dipenuhi supaya individu dapat lebih
berhasil dalam lapangan tertentu.
4. Dari persyaratan itu sebagai landasan disusun alat
pengungkapnya yang biasanya berwujud tes.

Berbagai tes bakat yang telah ada yaitu : FACT (Flangan Aptidute
Clasification Tes) yang disusun oleh Flangan. DAT (Differential
Aptidute Tes) yang disusun oleh Bennet. M-T tes (Mathematical and
Technical Test) yang disusun oleh Luningpark dan lain-lain.

3. KECERDASAN
a. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perihal cerdas yaitu
sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dan
sebagainya); tajam pikiran.
Pengertian kecerdasan menurut para ahli :
Gregory : kecerdasan adalah kemampuan atau keterampilan untuk
memecahkan masalah atau menciptakan produk yang bernilai dalam satu
atau bangunan budaya tertentu.
David Weschler memberikan rumusan tentang kecerdasan sebagai suatu
kapasitas dari individu untuk bertindak, berpikir rasional dan berinteraksi
dengan lingkungan secara efektif . Edward L. Thorndike, menyebutkan
adanya tiga ciri dari perbuatan yang cerdas, yaitu :
Mendalam (attidute), meluas (breadth), dan cepat (speed).
Carl Witherington, mengemukakan enam ciri dari perbuatan yang
cerdas, yaitu :
1) Memiliki kemampuan yang cepat dalam bekerja dengan
bilangan.
2) Efisien dalam berbahasa.
3) Kemampuan mengamati dan menarik kesimpulan dari hasil
pengamatan yang cukup cepat.
4) Kemampuan mengingat yang cukup cepat dan tahan lama.
5) Cepat dalam memahami hubungan.
6) Memiliki daya khayal atau imajinasi yang tinggi.

Dari beberapa definisi dan ciri-ciri perilaku cerdas, baik yang telah
dikemukakan dapat disimpulkan beberapa ciri-ciri dari perilaku cerdas
atau perilaku individu yang memiliki kecerdasan tinggi, yaitu :

1) Terarah pada tujuan. Individu selalu memiliki tujuan


diarahkan kepada pencapaian tujuan tersebut, tidak ada perilaku yang
sia-sia.
2) Tingkah laku terkoordinasi. Seluruh aktivitas individu selalu
terkoordinasi dengan baik. Tidak ada perilaku yang tidak
direncanakan atau tidak terkendali.
3) Sikap jasmaniah yang baik. Perilaku cerdas didukung dengan
sikap jasmaniah yang baik, individu menempatkan bahan yang
dipelajari dengan baik, tidak belajar dengan tiduran.
4) Memiliki daya adaptasi yang tinggi. Individu dapat membaca
dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
5) Berorientasi kepada sukses. Perilaku cerdas berorientasi
kepada keberhasilan , tidak takut gagal, dan selelu optimis.
6) Mempunyai motivasi yang tinggi. Perilaku cerdas didorong
oleh motivasi yang kuat baik yang datang dari dirinya sendiri maupun
dari luar.
7) Dilakukan dengan cepat. Perilaku cerdas dilakukan dengan
cepat karena dengan cepat dapat dapat memahami situasi
ataupermasalahan.
8) Menyangkut kegiatan yang luas. Perilaku cerdas menyangkut
sesuatu yang luas dan kompleks yang membutuhkan pemahaman dan
pemikiran yang mendalam.

Kecerdasan adalah kemampuan umum individu untuk melakukan


tindakan-tindakan yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara
rasional, kemampuan pribadi untuk memahami, melakukan inovasi, dan
memberikan solusi dalam berbagai situasi.

b. Kecerdasan Jamak
Gardner memberikan definisi tentang kecerdasan sebagai :
1) Kecakapan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupannya.
2) Kecakapan untuk mengembangkan masalah baru untuk
dipecahkan.
3) Kecakapan untuk membuat sesuatu atau membuat sesuatu atau
melakukan sesuatu yang bermanfaat di dalam kehidupannya.

Definisi-definisi tersebut dilandasi oleh pandangan Gardner yang didasari


teori multikultiral. Menurut Gardner ada tujuh macam kecerdasan :

1) Kecerdasan linguistic-verbal
Kecakapan berpikir melalui kata-kata, menggunakan bahasa untuk
menyatakan dan memaknai arti yang kompleks. Para penulis, ahli
bahasa, sastrawan, jurnalis, penyiar dan lain-lain adalah orang-orang
yang memiliki kecerdasan lingguistik yang tinggi.
2) Kecerdasan matematis-logis
Kecakapan untuk menghitung, mengkuantitatif, serta memecahkan
perhitungan-perhitungan matematis yang kompleks. Para ilmuwan,
ahli matematika, akuntan, insinyur adalah adalah orang-orang yang
memiliki kecerdasan yang tinggi dalam matematis-logisnya.
3) Kecerdasan ruang-visual
Kecakapan dalam berpikir dalam ruang tiga dimensi. Seseorang
yang memiliki kecakapan ini adalah nahkoda, pilot, astronot, pelukis,
arsitek dan dan lain-lain yang mampu menangkap bayangan ruang
internal dan eksternal untuk penentuan arah dirinya atau benda yang
dikendalikan, mengkreasi atau membuat karya-karya tiga dimensi.
4) Kecerdasan kinestetik atau gerakan fisik
Kecakapan melakukan gerakan dan keterampilan, kecekatan fisik
seperti dalam olahraga, atletik, menari dan lain-lain.
5) Kecerdasan musik
Kecakapan untuk menghasilkan dan menghargai musik, sensitivitas
terhadap melodi, ritme, nada, tangga nada dan lain-lain.
6) Kecerdasan hubungan sosial
Kecakapan memahami dan merespons serta berinteraksi dengan
orang lain dengan orang lain dengan tepat, watak, tempramen,
motivasi dan kecenderungan terhadap orang lain. Orang-orang yang
memiliki kecerdasan hubungan sosial di antaranya guru, konselor,
pekerja sosial, aktor, pimpinan masyarakat dan lain-lain.
7) Kecerdasan kerohanian
Kecakapan memahami kehidupan emosional, membedakan emosi
orang-orang, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri.
Kecakapan membentuk persepsi yang tepat terhadap orang,
menggunakannya dalam merencanakan dan mengarahkan kehidupan
orang lain. Agamawan, psikolog, psikiater, mereka yang memiliki
kecerdasan pribadi yang tinggi.
d. Jenis-Jenis Kecerdasan
1) Kecerdasan Intelektual atau Intelegent Quotient (IQ)
Adalah bentuk kemampuan individu untuk berfikir, mengolah,
dan menguasai lingkungannya secara terarah. Kecerdasan ini
digunakan untuk memecahkan masalah logika maupun strategi.
2) Kecerdasan Emosional atau Emotional Quotient (EQ)
Kecerdasan yang tinggi saja tidak cukup untuk megantarkan
individu menuju sukses. Menurut Daniel Goleman (1995)
pengembangan kecerdasan emosional, orang-orang sukses selain
memiliki kecerdasan yang tinggi juga memiliki stabilitas emosi,
motivasi kerja yang tinggi, mampu mengendalikan stress, tidak
mudah putus asa dan lain-lain. Pengalaman-pengalaman demikian
memperkuat keyakinan bahwa di samping kecerdasan juga ada
kecerdasan emosional. Orang yang memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi adalah mereka yang mampu
mengendalikan diri (mengendalikan gejolak emosi), memelihara
dan memacu motivasi untuk terus berupaya dan tidak mudah
menyerah atau putus asa, mampu mengendalikan dan mengatasi
stress dan lain-lain.
3) Kecerdasan Spiritual atau Spiritual Quotient (SQ)
Konsep ini dikembangkan oleh Zohar dan Marshall (2000).
Pengertian konsep ini bukan dan tidak ada kaitannya dengan
spiritual dalam agama. Menurut mereka kecerdasan spiritual
berkenaan dengan kecakapan internal, bawaan dari otak dan psikis
manusia, menggambarkan sumber yang paling dalam dalam hati
semesta itu sendiri. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan
rohaniah, yang menuntun diri kita utuh.kecerdasan spiritual
berada pada bagian yang paling dalam dari diri kita, terkait
dengan kebijaksanaan (Wisdom) yang berada di atas ego.
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang bukan saja
mengetahui nilai-nilai yang ada tetapi juga secara keratif
enemukan nilai-nilai baru.
Zohar dan Marshall, mengemukakan beberapa indikator dari
kecerdasan spiritual yang tinggi, yaitu
o Kemampuan untuk menjadi fleksibel,
o Derajat kesadaran diri yang tinggi
o Kecakapan untuk menghadapi dan menggunakan
serangan,
o Kecakapan untuk mengahadapi dan menyalurkan atau
memindahkan rasa sakit,
o Kualitas untuk terilhami oleh fisi dan nilai,
o Enggan melakukan hal yang merugikan,
o Kecenderungan melihat hubungan antara hal yang
berbeda (keterpaduan),
o Ditandai oleh kecenderungan untuk bertanya mengapa,
mencari jawaban mendasar,
o Mandiri, menentang tradisi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Intelengensi merupakan kemampuan atau berbagai kemampuan untuk
mendapatkan dan menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah dan
beradaptasi dengan dunia.

Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi adalah faktor pembawaan atau


heredity, faktor minat dan pembawaan yang khas, faktor pembentukan, faktor
kematangan, faktor kebebasan dan Stabilitas intelegensi dan IQ.

Cara pengukuran intelegensi adalah dengan tes Binet dan Wechsler.

Tes Binet : IQ = MA ÷ CA × 100

Tes Wechsler ada tiga yaitu WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale),
WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children), WPPSI
(Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence).

Bakat adalah kecakapan potensial yang bersifat khusus dalam suatu bidang
atau kemampuan tertentu pada individu.
Jenis-jenis bakat ada empat, yaitu : Berdasarkan fungsi atau aspek jiwa raga
yang terlibat dalam berbagai jenis prestasi; Berdasarkan sifat prestasinya; bakat
yang masing-masing terkait dengan bidang-bidang tertentu; Bakat manusia
terdiri atas bakat umum dan bakat khusus.
Cara mengenal bakat seseorang dengan berbagai tes bakat yang telah ada
yaitu : FACT (Flangan Aptidute Clasification Tes) yang disusun oleh Flangan.
DAT (Differential Aptidute Tes) yang disusun oleh Bennet. M-T tes
(Mathematical and Technical Test) yang disusun oleh Luningpark dan lain-lain.

Kecerdasan adalah kemampuan umum individu untuk melakukan tindakan-


tindakan yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara rasional, kemampuan
pribadi untuk memahami, melakukan inovasi, dan memberikan solusi dalam
berbagai situasi.

Kecerdasan jamak yaitu kecerdasan yang terdiri dari tujuh macam kecerdasan
yaitu: kecerdasan linguistic-verbal; kecerdasan matematis-logis; kecerdasan
ruang-visual; kecerdasan kinestik atau gerakan fisik; kecerdasan music;
kecerdasan hubungan sosial, kecerdasan kerohanian.
Jenis-jenis kecerdasan ada tiga yaitu : Kecerdasan Intelektual atau Intelegent
Quotient (IQ); Kecerdasan Emosional atau Emotional Quotient (EQ);
kecerdasan Spiritual atau Spiritual Quotient (SQ).

B. Saran

Demikian makalah tentang Potensi Peserta Didik. Semoga makalah ini


bermanfaat bagi para pembaca. Bila ada kekurangan yang terdapat pada
makalah ini kritik dan saran dibutuhkan untuk perbaikan makalah selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi pendidikan. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Syaodih, Nana. 2005. Landasan psikologi proses pendidikan. Bandung :


Rosdakarya.

Sumber Internet :
Afriadi, Juli. 2011. “Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi”. from
https://sayaituadi.wordpress.com/faktor-yang-mempengaruhi-intelegensi/ . di
akses pada tanggal 5 April 2018.

http://pengertianahli.com/2013/12/pengertian-kecerdasan-dan-jenis.html . Di akses
pada tanggal 5 April 2018.

Anda mungkin juga menyukai