Anda di halaman 1dari 7

E-LEARNING KEPERAWATAN BENCANA

IDENTIFIKASI KASUS COMMUNITY RESILIENCE

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Bencana

Fasilitator :

Arina Qona'ah S.Kep. Ns., M.Kep.

Disusun Oleh :

Moch. Fahrur Rozy (131811123032)

Esther Widhiastuti (131811123048)

Novilia Qurotun Nisbah (131811123053)

Ria Ulfah Indriani (131811123055)

Ira Herawati (131811123071)

Yunita Veronika Sidhu (131811123081)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2019
Kasus 6

Desa A merupakan salah satu desa yang berada di pesisir pantai yang

merupakan daerah patahan yang berpotensi untuk terjadi bencana tsunami. BPBD

menetapkan daerah tersebut sebagai daerah community resilience level 1. Jelaskan

bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan level Desa A menjadi level

5?

JAWABAN :

Penurunan indeks risiko bencana dengan strategi peningkatan Indeks Capacity

(Coping Capacity) yang bisa DITURUNKAN melalui aktivitas terukur dengan

memperkuat kapasitas PB di Kabupaten/Kota.

1. Strategi Untuk Menurunkan Indeks Resiko Bencana

1) Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka pembangunan

berkelanjutan di pusat dan daerah,

2) Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana,

3) Peningkatan kapasitas pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam

penanggulangan bencana,

2. Berdasarkan Monitoring Indikator Pencapaian Ketahanan Daerah Tersebut,

maka level ketahanan daerah dikelompokkan ke dalam 5 (lima) tingkatan,

yaitu :

1) Level 1 : Daerah telah memiliki pencapaian-pencapaian kecil dalam upaya

penanggulangan bencana dengan melaksanakan beberapa tindakan maju dalam

rencana-rencana atau kebijakan


2) Level 2 : Daerah telah melaksanakan beberapa tindakan penanggulangan

bencana dengan pencapaian-pencapaian yang belum efektif yang disebabkan

belum adanya komitmen kelembagaan dan/atau kebijakan sistematis.

3) Level 3 : Komitmen pemerintah dan beberapa komunitas terkait

penanggulangan bencana di suatu daerah telah tercapai dan didukung dengan

kebijakan sistematis, namun pencapaian yang diperoleh dengan komitmen dan

kebijkan tersebut dinilai belum menyeluruh hingga masik belum cukup berarti

untuk mengurangi dampak negative dari bencana.

4) Level 4 : Dengan dukungan komitmen serta kebijakan yang menyeluruh dalam

penanggulangan bencana di suatu daerah telah memperoleh capaian-capaian

yang berhasil, namun diakui masih ada keterbatasa dalam komitmen, sumber

daya fianansial ataupun kapasitas operasional dalam melaksanakan upaya

penanggulangan bencana di daerah tersebut.

5) Level 5 : capaian komprehensif telah dicapai dengan komitmen dan kapasitas

yang memadai di semua tingkat komunitas dan jenjang pemerintahan.

3. Mekanisme Penilaian

Mekanisme Penilaian Mekanisme penilaian adalah :

1) Diskusi kelompok terfokus

Diskusi kelompok terfokus dilaksanakan secara partisipatif dengan peserta dari

pemerintah, non pemerintah dan masyarakat yang didampingi oleh minimal

satu orang fasilitator. Diskusi kelompok dilaksanakan dengan mengacu kepada

suatu daftar pertanyaan (kuesioner) yang diisi bersama-sama setelah disepakati

oleh seluruh peserta diskusi. Hasil dari diskusi ini adalah :


2) Tingkat Kapasitas Daerah dalam Penanggulangan Bencana

Prioritas Kebijakan untuk peningkatan kapasitas penanggulangan bencana

daerah. Untuk membantu penghitungan Tingkat Kapasitas Daerah dalam

Penanggulangan Bencana, diberikan perangkat lunak penghitung tingkat

kapasitas daerah pada panduan ini.

3) Klarifikasi hasil

Pengumpulan dokumen dan data pendukung lain adalah mekanisme klarifikasi

dari hasil proses diskusi yang telah dilaksanakan sebelumnya. Pengumpulan ini

dilaksanakan oleh BPBD di internal institusinya dan kepada instansi terkait

lain. Hasil dari pengumpulan dokumen dan data pendukung ini adalah

verifikasi Tingkat Kapasitas Daerah yang telah diperoleh sebelumnya pada

diskusi kelompok. Bila terdapat kesenjangan antara hasil diskusi dengan

temuan klarifikasi, maka BPBD harus merubah hasil diskusi berdasarkan

temuan klarifikasi yang diperoleh.

4) Pengumpulan hasil penilaian kabupaten/kota (khusus provinsi)

Khusus untuk penilaian di tingkat provinsi, hasil kajian diperoleh dari kajian

internal pemerintah provinsi dan hasil kajian kabupaten/kota diseluruh wilayah

pemerintahannya. Dengan mekanisme ini diharapkan dapat terlihat secara jelas

kesenjangan kebijakan dan prioritas pembangunan kapasitas antara provinsi

dan kabupaten/kota di wilayahnya. Khusus untuk provinsi, ditambahkan

perangkat lunak yang berisi program penghitungan untuk merekapitulasi hasil

tingkat kapasitas daerah kabupaten/kota.

5) Penetapan kebijakan prioritas peningkatan kapasitas daerah

Pada tingkat kabupaten/kota, pada saat seluruh hasil kuesioner dimasukkan

dalam program penghitung tingkat kapasitas kabupaten/kota, otomatis akan


dihasilkan rekomendasi kebijakan prioritas untuk peningkatan kapasitas

daerah. Untuk tingkat provinsi, rekomendasi kebijakan prioritas daerah

dilaksanakan dengan membandingkan hasil penghitungan rekapitulasi tingkat

kapasitas kabupaten/kota dengan hasil penghitungan tingkat kapasitas provinsi.

Temuan kebijakan yang berbeda dari hasil perbandingan menjadi rekomendasi

kebijakan prioritas di daerah.

4. Strategi Peningkatan Indeks Kapasitas di Kabupaten/Kota

1) Penguatan kebijakan dan kelembagaan

Kebijakan : Perda penanggulangan bencana, BPBD, Forum penanggulangan

bencana, Info penanggulangan bencana, Tata ruang berbasis penanggulangan

bencana.

Kelembagaan : BPBD, Forum penanggulangan bencana.

2) Pengkajian resiko dan perencanaan terpadu : peta resiko bencana, rencana

penanggulangan bencana.

3) Pengembangan sistem informasi, diklat dan logistic

Informasi : sarana penyampaian, Pusdalops, sosialisasi, bulan PRB, DiBI.

Diklat : pelatihan penanggulangan bencana per tahun, gladi penanggulangan

bencana per ancaman.

Logistik : manajemen logistic peraatan.

4) Penanganan tematik kawasan rawan bencana : tata ruang berbasis

penanggulangan bencana, sekolah/madrasah aman bencana, RS/puskesmas

aman bencana, desa tangguh bencana.

5) Peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana

Pencegahan : Gerakan PPRB, penegakan hokum, restorasi lahan gambut.


Mitigasi : bangunan tahan gempa bumi, bangunan break water tsunami dan

gelombang ekstrem, revitalisasi tanggul/embung/taman kota.

6) Perkuatan kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana

Kesiapsiagaan : rencana kontingensi per ancaman, sistem peringatan dini per

ancaman, rencana evakuasi per ancama, jalur dan tempat evakuasi sementara.

Penangannan darurat : penentuan status tanggap darurat, sistem komando

operasi tanggap darurat, kaji cepat bencana, penyelamatan dan pertolongan

korban (SAR), perbaikan darurat, bantuan masyarakat terjauh.

7) Pengembangan sistem pemulihan bencana : pelayanan dasar pemerintahan,

pemulihan infrastruktur enting, perbaikan rumah penduduk, pemulihan

livehood.

5. Hasil Penelitian :

Pengurangan faktor risiko dasar memiliki indeks kapasitas yang rendah yaitu

51; serta tingkat ketahanan daerah dalam upaya pengurangan risiko bencana di

kelima desa tersebut berada pada level 3, atau pada level sedang. Oleh karena itu,

dipandang perlu dirumuskan beberapa strategi untuk meningkatkan kapasitas dan

tingkat ketahanan daerah dengan berfokus pada tiga tingkatan pengurangan risiko

bencana yaitu pada tingkat individu, tingkat organisasi dan tingkat sistem.

Pada tingkatan individu ada beberapa strategi yang harus dilakukan yaitu

mengajak masyarakat untuk lebih proaktif dalam upaya mitigasi bencana;

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang penanganan dan

pengurangan risiko bencana; meningkatkan kesadaran masyarakat; menjaga dan

melestarikan budaya lokal yang berhubungan dengan pengurangan risiko bencana;

mengajarkan masyarakat untuk mempersiapkan tabungan sebagai persiapan untuk

menghadapi bencana di masa yang akan datang.


Strategi yang dapat dilaksanakan pada tingkatan organisasi adalah mengawasi

pelaksanaan pembangunan dan penataan ruang; membangun sinergi program dari

seluruh pemangku kepentingan; komunitas masyarakat perlu mengalokasikan dana

desa untuk kegiatan penanggulangan bencana; membangun pusat informasi

penanganan bencana; membangun kemitraan antara gampong dengan pemerintah

dan pihak swasta; memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai jalur

evakuasi. Strategi yang dapat dilaksanakan pada tingkat sistem adalah melibatkan

seluruh masyarakat ke dalam program pengurangan risiko bencana; meningkatkan

ekonomi produktif; memasukkan pendidikan kebencanaan ke dalam kurikulum

pendidikan nasional; memastikan pengarusutamaan pengurangan risiko bencana di

daerah terintegrasi dalam pelaksanaan pembangunan desa.

Strategi-strategi ini diharapkan dapat membantu masyarakat serta stakehorlder

dalam meningkatkan kapasitas masyarakat dan ketahanan daerah dalam upaya

pengurangan risiko bencana di wilayah Jaya Baru. Terutama dikarenakan

masyarakat merupakan orang-orang yang paling merasakan dampak yang

diakibatkan oleh. bencana. Akan tetapi, untuk mencapai semua itu dibutuhkan kerja

sama dari semua pihak agar pelaksanaan pengurangan risiko bencana dapat berjalan

dengan baik (Fakhri H , Safrida , Nasaruddin, 2017).

Sumber :
Fakhri H , Safrida , Nasaruddin. 2017. Analisis Kapasitas Dan Tingkat Ketahanan
Daerah Dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana Di Kecamatan Jaya Baru
Kota Banda Aceh. Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
BNPB. 2018. Indeks Risiko Bencana & Membangun Kab/Kota Tangguh.
BNPB. 2018. Penilaian Indeks Ketahanan Daerah (Ikd) Dan Indeks Risiko Bencana
Indonesia (Irbi).

Anda mungkin juga menyukai