Anda di halaman 1dari 14

MAKALA RJP

(RESUSITASI JANTUNG PARU)

Di susun Oleh :

 Agnes Febri Sukma C. (17.003)


 Dewi Agus Mardiani (17.008)
 Faris Akmal Bakhtiar (17.012)
 Febrian Musa Andika (17.013)
 Indriani Mustikasari (17.015)
 Mela Anggrainingtyas (17.019)
 Suliyah (17.030)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG KAMPUS V


PROGRAM STUDY DIII KEPERAWATAN

Jl. Dr. Soetomo No. 5 Telp. (0355) 791293 KodePos 66312


TRENGGALEK
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT, karena atas
kemudahan dan kekuatan uang diberikan-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah tentang “Resusitasi Jantung Paru (RJP)” banyak
kendala dan kesulitan yang ditemui, baik dalam hal referensi yang dibutuhkan
maupun dalam pembuatan makalah ini dan Alhamdulillah semuanya telah
terlewati.
Seiring dengan selesainya Makalah ini, kami sebagai penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan kami judul
makalah tentang “Resusitasi Jantung Paru (RJP)” ini serta semua pihak yang
telah membantu penyelesaian makalah ini yang tidak bisa disebutkan satu per
satu.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak sepenuhnya sempurna, oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati kami sebagai penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini di
kemudian hari. Akhir kata, kami berharap makalah ini bisa menjadi bahan
referensi bagi rekan-rekan yang akan dan sedang mengikuti kuliah ini.

Trenggalek, 13 Agustus 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

o Latar Belakang...........................................................................
o Tujuan
 Tujuan Umum................................................................
 Tujuan Khusus...............................................................

BAB II PEMBAHASAN

o Pengertian Resusitasi Jantung Paru...........................................


o Indikasi Melakukan RJP...........................................................
o Langkah Sebelum Mmemulai Resusitasi Jantung Paru (RJP)..
o Henti Nafas...............................................................................
o Henti Jantung............................................................................
o Teknik Resusitasi Jantung Paru (Kompresi)..............................

BAB III PENUTUP

o Kesimpulan.................................................................................
o Saran...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Resusitasi jantung paru (RJP) adalah metode untuk
mengembalikan fungsi pernapasan dan sirkulasi pada pasien yang
mengalami henti napas dan henti jantung yang tidak diharapkan mati pada
saat itu. Metode ini merupakan kombinasi pernapasan buatan dan bantuan
sirkulasi yang bertujuan mencukupi kebutuhan oksigen otak dan substrat
lain sementara jantung dan paru tidak berfungsi.
Keberhasilan RJP dimungkinkan oleh adanya interval waktu antara
mati klinis dan mati biologis, yaitu sekitar 4 – 6 menit. Dalam waktu
tersebut mulai terjadi kerusakan sel-sel otak rang kemudian diikuti organ-
organ tubuh lain. Dengan demikian pemeliharaan perfusi serebral
merupakan tujuan utama pada RJP.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar rekan-rekan dapat mengetahui tentang Resusitasi Jantung Paru.
2. Tujuan Khusus
Agar rekan-rekan dapat mengetahui tentang :
1. Dapat mengetahui tentang RJP
2. Dapat mengetahui tentang Teknik Resusitasi Jantung Paru
(Kompresi)
3. Dapat mengetahui mengenai tentang Resusitasi Jantung Paru Pada
Bayi, Anak dan Dewasa
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Resusitasi Jantung Paru
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat
kegagalan sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal
guna mencegah kematian biologis. Resusitasi jantung paru (RJP), atau juga
dikenal dengan cardio pulmonier resusitation (CPR), merupakan gabungan
antara pijat jantung dan pernafasan buatan. Teknik ini diberikan pada korban
yang mengalami henti jantung dan nafas, tetapi masih hidup. Komplikasi dari
teknik ini adalah pendarahan hebat. Jika korban mengalami pendarahan hebat,
maka pelaksanaan RJP akan memperbanyak darah yang keluar sehingga
kemungkinan korban meninggal dunia lebih besar. Namun, jika korban tidak
segera diberi RJP, korban juga akan meninggal dunia. RJP harus segera
dilakukan dalam 4-6 menit setelah ditemukan telah terjadi henti nafas dan
henti jantung untuk mencegah kerusakan sel-sel otak dan lain-lain. Jika
penderita ditemukan bernafas namun tidak sadar maka posisikan dalm
keadaan mantap agar jalan nafas tetap bebas dan sekret dapat keluar dengan
sendirinya.

2.2 Indikasi Melakukan RJP


1. Henti Napas (Apneu)
Dapat disebabkan oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi
pernapasan baik di sentral maupun perifer. Berkurangnya oksigen di dalam
tubuh akan memberikan suatu keadaan yang disebut hipoksia. Frekuensi
napas akan lebih cepat dari pada keadaan normal. Bila perlangsungannya
lama akan memberikan kelelahan pada otot-otot pernapasan. Kelelahan
otot-otot napas akan mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa
pembakaran berupa gas CO2, kemudian mempengaruhi SSP dengan
menekan pusat napas. Keadaan inilah yang dikenal sebagai henti nafas.
2. Henti Jantung (Cardiac Arrest)
Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar
darah dapat dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan
berhentinya napas, maka oksigen akan tidak ada sama sekali di dalam
tubuh sehingga jantung tidak dapat berkontraksi dan akibatnya henti
jantung (cardiac arrest).

2.3 Langkah Sebelum Mmemulai Resusitasi Jantung Paru (RJP)


1. Keamanan (safety)
Ini harus dilakukan setiap penolong karena merupakan hal utama dalam
melaksanakan rumus penanganan prehospitas, yaitu “do no further
harm” (jangan membuat cedera lebih lanjut. Urutan prioritas keamanan
yaitu : keamanan diri sendiri, keamanan lingkungan dan keamanan korban.
2. Penentuan Tingkat Kesadaran ( Respon Korban )
Dilakukan dengan menggoyangkan korban. Bila korban menjawab, maka
ABC dalam keadaan baik. Dan bila tidak ada respon, maka perlu ditindaki
segera.
3. Memanggil bantuan (call for help)
Bila petugas hanya seorang diri, jangan memulai RJP sebelum memanggil
bantuan.
4. Posisikan Korban
Korban harus dalam keadaan terlentang pada dasar yang keras (lantai, long
board). Bila dalam keadaan telungkup, korban dibalikkan. Bila dalam
keadaan trauma, pembalikan dilakukan dengan ”Log Roll”
5. Posisi Penolong
Korban di lantai, penolong berlutut di sisi kanan korban
6. Pemeriksaan Pernafasan
Yang pertama harus selalu dipastikan adalah airway dalam keadaan baik.
1. Tidak terlihat gerakan otot napas
2. Tidak ada aliran udara via hidung
Dapat dilakukan dengan menggunakan teknik lihat, dengan dan rasa, bila
korban bernapas, korban tidak memerlukan RJP.
7. Pemeriksaan Sirkulasi
1. Pada orang dewasa tidak ada denyut nadi carotis
2. Pada bayi dan anak kecil tidak ada denyut nadi brachialis
3. Tidak ada tanda-tanda sirkulasi
4. Bila ada pulsasi dan korban pernapas, napas buatan dapat dihentikan.
Tetapi bila ada pulsasi dan korban tidak bernapas, napas buatan
diteruskan. Dan bila tidak ada pulsasi, dilakukan RJP.

2.4 Henti Nafas


Pernafasan diberikan dengan cara :
1. Mouth to Mouth Ventilation
Cara langsung sudah tidak dianjurkan karena bahaya infeksi (terutama
hepatitis, HIV) karena itu harus memakai ”barrier device” (alat
perantara). Dengan cara ini akan dicapai konsentrasi oksigen hanya 18
%.
1. Tangan kiri penolong menutup hidung korban dengan cara memijitnya
dengan jari telunjuk dan ibu jari, tangan kanan penolong menarik dagu
korban ke atas.
2. Penolong menarik napas dalam-dalam, kemudian letakkan mulut
penolong ke atas mulut korban sampai menutupi seluruh mulut korban
secara pelan-pelan sambil memperhatikan adanya gerakan dada
korban sebagai akibat dari tiupan napas penolong. Gerakan ini
menunjukkan bahwa udara yang ditiupkan oleh penolong itu masuk ke
dalam paru-paru korban.
3. Setelah itu angkat mulut penolong dan lepaskan jari penolong dari
hidung korban. Hal ini memberikan kesempatan pada dada korban
kembali ke posisi semula.
2. Mouth to Stoma
Dapat dilakukan dengan membuat Krikotiroidektomi yang kemudian
dihembuskan udara melalui jalan yang telah dibuat melalui prosedur
Krikotiroidektomi tadi.
3. Mouth to Mask ventilation
Pada cara ini, udara ditiupkan ke dalam mulut penderita dengan bantuan
face mask.
4. Bag Valve Mask Ventilation ( Ambu Bag)
Dipakai alat yang ada bag dan mask dengan di antaranya ada katup.
Untuk mendapatkan penutupan masker yang baik, maka sebaiknya
masker dipegang satu petugas sedangkan petugas yang lain memompa.
5. Flow restricted Oxygen Powered Ventilation (FROP)
Pada ambulans dikenal sebagai “ OXY – Viva “. Alat ini secara otomatis
akan memberikan oksigen sesuai ukuran aliran (flow) yang diinginkan.
Bantuan jalan napas dilakukan dengan sebelumnya mengevaluasi jalan
napas korban apakah terdapat sumbatan atau tidak. Jika terdapat
sumbatan maka hendaknya dibebaskan terlebih dahulu.

2.5 Henti Jantung


RJP dapat dilakukan oleh satu orang penolong atau dua orang penolong.
Lokasi titik tumpu kompresi.
1. 1/3 distal sternum atau 2 jari proksimal Proc. Xiphoideus
2. Jari tengah tangan kanan diletakkan di Proc. Xiphoideus, sedangkan jari
telunjuk mengikuti
3. Tempatkan tumit tangan di atas jari telunjuk tersebut
4. Tumit tangan satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada tepat
di titik pijat jantung
5. Jari-jari tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada
korban
2.6 Teknik Resusitasi Jantung Paru (Kompresi)
1. Kedua lengan lurus dan tegak lurus pada sternum
2. Tekan ke bawah sedalam 4-5 cm
a. Tekanan tidak terlalu kuat
b. Tidak menyentak
c. Tidak bergeser / berubah tempat
3. Kompresi ritmik 100 kali / menit ( 2 pijatan / detik )
4. Fase pijitan dan relaksasi sama ( 1 : 1)
5. Rasio pijat dan napas 30 : 2 (15 kali kompresi : 2 kali hembusan napas)
6. Setelah empat siklus pijat napas, evaluasi sirkulasi
Untuk menyalamatkan sampai korban dapat dibawa atau tunjamgan hidup
lanjutan sudah tersedia. Disini termasuk langkah langkah A B C dari R K P :
A. Bantuan hidup dasar
Airway (jalan nafas)
Berhasilnya resusitasi tergantung dari cepatnya pembukaan jalan nafas.
Caranya ialah segera menekuk kepala korban ke belakang sejauh
mungkin, posisi terlentang kadang-kadang sudah cukup menolong karena
sumbatan anatomis akibat lidah jatuh ke belakang dapat dihilangkan.
Kepala harus dipertahankan dalam posisi ini.

Bila tindakan ini tidak menolong, maka rahang bawah ditarik ke depan.

Caranya ialah,

 Tarik mendibula ke depan dengan ibu jari sambil,


 Mendorong kepala ke belakang dan kemudian,
 Buka rahang bawah untuk memudahkan bernafas melalui mulut
atau hidung.
 Penarikan rahang bawah paling baik dilakukan bila penolong
berada pada bagian puncak kepala korban. Bila korban tidak mau
bernafas spontan, penolong harus pindah ke samping korban
untuk segera melakukan pernafasan buatan mulut ke mulut atau
mulut ke hidung. (5, 6, 7).
Breathing (pernafasan)
Dalam melakukan pernafasa mulut ke mulut penolong menggunakan satu
tangan di belakang leher korban sebagai ganjalan agar kepala tetap
tertarik ke belakang, tangan yang lain menutup hidung korban (dengan
ibu jari dan telunjuk) sambil turut menekan dahi korban ke belakang.
Penolong menghirup nafas dalam kemudian meniupkan udara ke dalam
mulut korban dengan kuat. Ekspirasi korban adalah secara pasif, sambil
diperhatikan gerakan dada waktu mengecil. Siklus ini diulang satu kali
tiap lima detik selama pernafasan masih belum adekuat.
Pernafasan yang adekuat dinilai tiap kali tiupan oleh penolong, yaitu
perhatikan :
 gerakan dada waktu membesar dan mengecil.
 merasakan tahanan waktu meniup dan isi paru korban waktu
mengembang.
 dengan suara dan rasakan udara yang keluar waktu ekspirasi.
 Tiupan pertama ialah 4 kali tiupan cepat, penuh, tanpa menunggu
paru korban mengecil sampai batas habis. (5)

Circulation (sirkulasi buatan)


Sering disebut juga dengan Kompresi Jantung Luar (KJL). Henti jantung
(cardiac arrest) ialah hentinya jantung dan peredaran darah secara tiba-
tiba, pada seseorang yang tadinya tidak apa-apa; merupakan keadaan
darurat yang paling gawat.
Sebab-sebab henti jantung :
 Afiksi dan hipoksi
 Serangan jantung
 Syok listrik
 Obat-obatan
 Reaksi sensitifitas
 Kateterasi jantung
 Anestesi. (5)
Untuk mencegah mati biologi (serebral death), pertolongan harus
diberikan dalam 3 atau 4 menit setelah hilangnya sirkulasi. Bila terjadi
henti jantung yang tidak terduga, maka langkah-langkah ABC dari
tunjangan hidup dasar harus segera dilakukan, termasuk pernafasan dan
sirkulasi buatan.
Henti jantung diketahui dari :
 Hilangnya denyut nadi pada arteri besar
 Korban tidak sadar
 Korban tampak seperti mati
 Hilangnya gerakan bernafas atau megap-megap.
Pada henti jantung yang tidak diketahui, penolong pertama-tama
membuka jalan nafas dengan menarik kepala ke belakang. Bila korban
tidak bernafas, segera tiup paru korban 3-5 kali lalu raba denyut a.
carotis. Perabaan a. carotis lebih dianjurkan karena : (5)
1. Penolong sudah berada di daerah kepala korban untuk melakukan
pernafasan buatan
2. Daerah leher biasanya terbuka, tidak perlu melepas pakaian korban
3. Arteri karotis adalah sentral dan kadang-kadang masih berdenyut
sekalipun daerah perifer lainnya tidak teraba lagi.
Bila teraba kembali denyut nadi, teruskan ventilasi. Bila denyut nadi
hilang atau diragukan, maka ini adalah indikasi untuk memulai sirkulasi
buatan dengan kompresi jantung luar. Kompresi jantung luar harus
disertai dengan pernafasan buatan. ( 5, 7)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan ABC RJP tersebut
adalah,
1. RJP jangan berhenti lebih dari 5 detik dengan alasan apapun
2. Tidak perlu memindahkan penderita ke tempat yang lebih baik,
kecuali bila ia sudah stabil
3. Jangan menekan prosesus xifoideus pada ujung tulang dada, karena
dapat berakibat robeknya hati
4. Diantara tiap kompresi, tangan harus melepas tekanan tetapi melekat
pada sternum, jari-jari jangan menekan iga korban
5. Hindarkan gerakan yang menyentak. Kompresi harus lembut, teratur
dan tidak terputus
6. Perhatikan komplikasi yang mungkin karena RJP. (5)
ABC RJP dilakukan pada korban yang mengalami henti jantung dapat
memberi kemungkinan beberapa hasil,

1. Korban menjadi sadar kembali


2. Korban dinyatakan mati, ini dapat disebabkan karena pertolongan
RJP yang terlambat diberikan atau pertolongan tak terlambat tetapi
tidak betul pelaksanaannya.
3. Korban belum dinyatakan mati dan belum timbul denyut jantung
spontan. Dalam hal ini perlu diberi pertolongan lebih lanjut yaitu
bantuan hidup lanjut (BHL). (4)
BAB III

PENUTUP

o Kesimpulan

Resusitasi mengandung arti harfiah “Menghidupkan kembali”


tentunya dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dulakukan untuk mencegah
suatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis.
Resusitasi jantung paru terdiri atas 2 komponen utama yakni : bantuan
hidup dasar /BHD dan Bantuan hidup lanjut /BHL Usaha bantuan hidup
dasar bertujuan dengan cepat mempertahankan pasok oksigen ke otak,
jantung dan alat-alat vital lainnya sambil penunggu pengobatan lanjutan.

o Saran
Resusitasi Jantung Paru-paru adalah tindakan pertolongan pertama
pada orang yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu. RJP
bertujuan untuk membuka kembali jalan napas yang menyempit atau
tertutup sama sekali. RJP sangat di butuhkan bagi orang yang henti napas
tiba-tiba. Maka dari itu Resusitasi Jantung Paru ini sangat bermanfaat
untuk dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA

Irhas, Faisal. (2013). Basic Life Suport. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai