Nurmansyah 12110059 PDF
Nurmansyah 12110059 PDF
Nurmansyah 12110059 PDF
Oleh :
NURMANSYAH
12110059
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Program Studi Agroteknologi
SKRIPSI
NURMANSYAH
NPM. 12110059
Oleh:
NURMANSYAH
ABSTRAK
MENYETUJUI:
1. Komisi Pembimbing
2. Ketua Jurusan,
1. Tim Penguji
pendidikan di SMP N 2 Raman Utara, yang lulus pada tahun 2009. Pendidikan
SLTA penulis ditempuh di SMK N 2 Metro, Kota Metro dan selesai pada tahun
2012. Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi
Agroteknologi.
Penulis pernah tergabung dalam anggota PMR (Palang Merah Remaja) di SMK
Negeri 2 Metro pada tahun 2009, penulis juga pernah tergabung sebagai anggota
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehahirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi (Oryza sativa L.) Pada Penanaman Kedua.
kepada:
2. Dr. Ir Etik Puji Handayani, M.Si. sebagai dosen pembimbing I skripsi atas
Utama.
5. Bapak dan Ibu dosen STIPER Dharma Wacana Metro yang selalu
Darwin, Hanafi, Erna, Winda, Ipan, Joko, Septi, Karin, Eka, Linda, Imam,
Doni, dan teman-teman yang lain yang tidak bisa di sebutkan satu persatu
atas saran, bantuan dan kebersamaannya selama kuliah serta bantuan dan
Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini masih banyak kekurangan, kritik
dan saran yang membangun masih penulis harapkan demi kesempurnaan dan
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
LAMPIRAN ............................................................................................... 43
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tinggi tanaman 6 minggu setelah tanam akibat jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua (dalam centimeter) ..................... 25
5. Jumlah gabah isi permalai akibat jenis dan dosis amelioran pada
penanaman kedua (dalam butir) ........................................................ 30
10. Bobot brangkasan kering gulma akibat jenis dan dosis amelioran
pada penanaman kedua (dalam gram) ............................................... 35
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Tata letak percobaan ...................................................................... 43
10. Data jumlah panjang malai akibat jenis dan dosis amelioran pada
penanaman kedua ........................................................................... 49
11. Analisis ragam panjang malai akibat jenis dan dosis amelioran
pada penanaman kedua................................................................. . 50
12. Data gabah isi permalai akibat jenis dan dosis amelioran pada
penanaman kedua ........................................................................... 50
13. Analisis ragam gabah isi permalai akibat jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua ................................................. 51
14. Data bobot 1000 butir akibat jenis dan dosis amelioran pada
penanaman kedua ........................................................................... 51
15. Analisis ragam bobot 1000 butir akibat jenis dan dosis amelioran
pada penanaman kedua .................................................................. 52
16. Data hasil perumpun akibat jenis dan dosis amelioran pada
penanaman kedua ........................................................................... 52
17. Analisis ragam hasil perumpun akibat jenis dan dosis amelioran
pada penanaman kedua .................................................................. 53
18. Data bobot brangkasan basah tanaman akibat jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua ................................................. 53
19. Analisis ragam bobot brangkasan basah tanaman akibat jenis dan
dosis amelioran pada penanaman kedua ........................................ 54
20. Data bobot brangkasan basah gulma akibat jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua ................................................. 54
21. Analisis ragam bobot brangkasan basah gulma akibat jenis dan
dosis amelioran pada penanaman kedua ........................................ 55
22. Data bobot brangkasan basah gulma akibat jenis dan dosis
ameliorant pada penanaman kedua (transformasi 𝑥) ................... 55
23. Analisis ragam bobot brangkasan basah gulma akibat jenis dan
dosis amelioran pada penanaman kedua (transformasi 𝑥) ........... 56
24. Data bobot brangkasan kering gulma akibat jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua ................................................. 56
25. Analisis ragam bobot brangkasan kering gulma akibat jenis dan
dosis amelioran pada penanaman kedua ........................................ 57
26. Data bobot brangkasan kering gulma akibat jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua (transformasi 𝑥 + 0,5) .......... 57
27. Analisi ragam bobot brangkasan kering gulma akibat jenis dan
dosis amelioran pada penanaman kedua (transformasi 𝑥 + 0,5) . 58
mungkin akan sulit ditempuh bagi usaha tani padi, karena lahan subur akan
lebih tinggi dari padi. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas padi dengan cara
eutrofikasi akibat pengkayaan hara sehingga terjadi pendangkalan badan air dan
kimia, dan biologi tanah. Menurut Darung dkk. (2001), pemberian amelioran
berupa pupuk kandang dan jerami padi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah. Selain itu, pemberian amelioran berupa kapur dolomit dan zeolit
dapat memperbaiki sifat kimia tanah terutama meningkatkan nilai pH tanah serta
dari pupuk kandang sapi, jerami padi yang dikomposkan, jerami segar, zeolit dan
ton/ha (a1), jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha (a2), jerami
ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha (a4), jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2
ton/ha (a7), jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha (a8),
jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha (a9). Hasil penelitian
amelioran.
Dari hasil penelitian tersebut ternyata aplikasi amelioran dari jerami yang masih
komponen hasil padi. Menurut Rudianto (2015), pemberian jerami yang masih
segar belum menghasilkan unsur hara bagi tanaman sehingga memerlukan waktu
dekomposisi agar hara dapat tersedia. Perlu adanya pengomposan pada jerami
yang masih segar agar dapat segera diserap haranya oleh tanaman. Dengan
pertama ini akan meningalkan pengaruh sisa (residu) unsur hara yang dapat
Dari penjelasan Makarim dan Suhartatik (2006), tingginya kadar selulosa dan
lignin merupakan kendala utama dalam pemanfaatan jerami padi sebagai pupuk
jerami, dan bahan organik lain memiliki pengaruh sisa dalam jangka waktu yang
sangat lama. Secara bertahap pula akan menyumbangkan unsur hara bagi
maka daya menghasilkan hara pada tanah tersebut dalam jangka waktu lama akan
tetap baik.
Dari uraian tersebut, maka kajian tentang pengaruh jenis dan dosis amelioran
kedua ini dapat memberikan informasi mengenai pengaruh sisa dari jenis dan
dosis amelioran terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi (Oryza sativa L.).
1.2 Tujuan Penelitia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh dari jenis dan dosis
amelioran terhadap pertumbuhan dan hasil padi (Oryza sativa L.) pada
Indonesia. Namun pemberian input pupuk kimia dan pestisida secara berlebihan
2013). Oleh karena itu, timbul pemikiran untuk memanfaatkan bahan organik
secara in situ seperti jerami dan kotoran ternak untuk diterapkan dalam usaha tani
padi.
Menurut Ismangil (2005), amelioran adalah bahan organik dan bahan anorganik
kandang, jerami padi, abu, limbah biogas, tanah mineral, zeloit, dan dolomit yang
dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, serta mampu
mempertahankan suplai unsur hara dalam waktu yang lama. Residu dari bahan-
bahan tersebut masih berdampak baik bagi kesuburan tanah dalam menyuplaikan
tanaman dan mampu memberikan hara yang hampir sama baiknya dengan pupuk
kandang.
berkualitas dengan cara memperpendek rantai karbon dan menurunkan rasio C/N,
sehingga konsentrasi hara lebih pekat dan ketersediaan hara lebih cepat.
Kandungan hara jerami padi saat panen bergantung pada kesuburan tanah, kualitas
dan kuantitas air irigasi, jumlah pupuk yang diberikan, kultivar dan musim/iklim.
Untuk setiap 1 ton gabah (GKG) dari pertanaman padi menghasilkan 1,5 ton
kg Mg. Apabila konsentrasi hara tersebut mewakili nilai rata-rata jerami, maka
produksi jerami di Indonesia sebesar 29 juta ton/bulan setara dengan 468.000 ton
N (setara 1,04 juta ton Urea), 78.000 ton P (setara 0,5 juta ton SP-36), 1,17 juta
ton K (setara 1,95 juta ton KCl), 78.000 ton S, dan 3,9 juta ton Si (Arafah dan
Sirappa, 2003).
1.000 kg Dolomit/ha meningkatkan produksi hingga 36% dan 30% pada musim I
dan 16% dan 42% pada musim II (residu). Pemberian P pada takaran 180 kg
P2O5/ha pada pertanaman I dan residunya pada pertanaman ke II meningkatkan
yang lebih tinggi dari pada perlakuan SP-36 dan SP-36 + Dolomit pada
pertanaman I dengan peningkatan hasil 58% ; 27% dan 19% pada takaran 180 kg
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan serapan hara NPK oleh tanaman jagung
manis. Aplikasi 20 ton/ha amelioran (80% pupuk kandang ayam + 20% dolomit)
memberikan bobot kering dan serapan hara NPK paling tinggi. Sedangkan hasil
penelitian Lenny dkk. (2006) menunjukkan bahwa zeolit dan pupuk kandang
Menurut Badan Litbang Pertanian (2011), semakin tinggi takaran zeolit, semakin
banyak NH4+ dari urea yang disimpan dalam pori zeolit. Residu zeolit dalam tanah
yang masih mengandung NH4+ akan dilepaskan lagi pada musim tanam
berikutnya. Residu zeolit dalam tanah dapat bertahan dalam waktu cukup lama
karena zeolit tidak mengalami degradasi sehingga jumlahnya tetap dalam tanah.
Zeolit dapat diberikan langsung ke dalam tanah sebagai pembenah tanah atau
diformulasikan dengan beberapa unsur hara pupuk sebagai pupuk lepas lambat.
Menurut Eghaball dkk. (2004), residu pupuk organik ternyata dapat meningkatkan
produktivitas serta kesuburan tanah. Pengaruh residu dari kompos yang diberikan
dapat terlihat setelah beberapa tahun pemberian. Efek residu dari pupuk kandang
dapat memperbaiki kualitas dan sifat-sifat tanah sampai beberapa tahun setelah
pemberian. Kandungan N dapat meningkat dan beberapa unsur hara lainnya yang
berasal dari bahan tanaman. Ditambahkan lagi oleh Suntoro (2013), Pupuk
kandang memiliki pengaruh sisa dalam jangka waktu yang lama. Secara bertahap
pupuk kandang akan terdekomposisi dan unsur hara hasil proses dekomposisi
secara bertahap pula akan tersedia bagi tanaman. Dengan memberikan pupuk
kandang secara teratur ke dalam tanah, maka daya menghasilkan hara pada tanah
Hasil penelitian Fitriadi (2013) menunjukkan bahwa residu pupuk KCl secara
interaksi dengan residu kompos jerami padi bepengaruh sangat nyata terhadap pH
dan C-organik tanah. Residu kompos jerami dan KCl secara tunggal berpengaruh
nyata terhadap N-total, dan P-tersedia, dan KTK tanah. Sedangkan residu KCl
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: jenis dan dosis amelioran yang
dalam pertumbuhan dan hasil tanaman padi (Oryza sativa L.) pada penanaman
kedua.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang dikonsumsi
oleh sebagian dari penduduk yang ada di bumi ini. Tanaman padi merupakan
spesies, diantaranya Oryza sativa L., Oryza glaberima Steund, Supspesies Oryza
sativa L. dua diantaranya yaitu: Indica (Padi bulu) dan Sinica (Padi cere) dulu
Tanaman padi merupakan tanaman yang berumur pendek, umurnya kurang dari
setahun dan berproduksi sekali. Akar tanaman padi berfungsi sebagai penyerap
zat makanan dan air dari dalam tanah, sebagai proses respirasi dan sebagai
penopang tegaknya batang. Akar padi mempunyai dua macam yaitu akar primer
dan akar seminal. Akar primer merupakan akar yang tumbuh dari kecambah biji
dan akar seminal merupakan akar yang tumbuh di dekat buku-buku. Akar mulai
tumbuh melalui proses perkecambahan benih. Akar yang berasal dari benih yang
berkecambah berupa akar primer. Kemudian, setelah 5-6 hari akan tumbuh akar
Batang tanaman padi memiliki ciri khas tersendiri yaitu memiliki rongga dan ruas,
dan rangkaian ruasnya memiliki panjang yang berbeda-beda. Pada ruas batang
bawah pada tanaman padi memiliki ruas yang pendek, sedangkan semakin ke atas
maka ruasnya akan semakin panjang. Pada tanaman padi batang baru akan muncul
pada ketiak daun, pada mulanya akan tumbuh kuncup dan setelah itu akan
Anakan tanaman padi tumbuh secara merumpun dan tumbuh didasar batang,
pembentukan anakan terjadi secara tersusun, yaitu anakan pertama, kedua, ketiga,
dan seterusnya. Daun tanaman padi akan tumbuh dan berkembang pada buku
masing masing satu buah dengan susunan berselang seling. Tanaman padi yang
unggul pada umumnya memiliki 14-18 helai daun pada setiap tanaman. Daun
tanaman padi mempunyai ciri khas tersendiri yaitu mempunyai sisik dan daun
telinga, tanaman padi termasuk jenis rumput rumputan yang memiliki daun
berbeda dari jenis tanaman rumput, baik bentuk, susunan maupun bagian lainnya.
Hal inilah yang menyebabkan daun padi dibedakan menjadi jenis rumput lain
(Hasanah, 2007).
Malai adalah bunga padi (spikelet) dan keluar dari buku yang paling atas, bulir-
bulir padi terletak pada cabang pertama dan kedua serta sumbu utamanya adalah
ruas buku yang terakhir pada batang. Pajang malai tergantung pada varietas yang
ditanam. Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu malai pendek
kurang dari 20 cm, malai sedang 20-30 cm dan malai panjang lebih dari 30 cm,
jumlah cabang berkisar 15-20 buah yang terendah 7 buah cabang dan yang
Bunga padi merupakan jenis golongan bunga berkelamin dua setiap bunga
mempunyai enam buah benang sari yang bertangkai pendek dan dua tangkai putik
dengan dua buah kepala putik. Proses pernyerbukan pada tanaman padi dimulai
dengan menempelnya serbuk sari pada kepala putik dan setelah itu maka tanaman
padi akan menghasilkan buah padi (gabah) yang terdiri dari bagian kulit yang
disebut dengan sekam dan bagian dalam yang disebut dengan kariopsis.
Sedangkan beras merupakan bagian dari kariopsis yang terdiri dari lembaga
(embrio) dan endosperm. Buah padi adalah buah telanjang, yaitu mempunyai
perhiasan bunga dan mempunyai dua jenis kelamin dengan bakal buah yang
diatas, mempunyai benang sari 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, tangkai
sari besar dan mempunyai dua kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai
putik dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dan berwarna putih atau
Tanaman padi mampu tumbuh dan hidup dengan suhu rata-rata berkisar antara
68o-100o C. Pada budi daya tanaman padi pengaruh suhu harus diperhatikan
karena suhu yang rendah dalam budi daya padi dapat memperlambat
kelapangan. Curah hujan tanaman padi yaitu 200 mm/bulan, curah hujan sangat
yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0–1500 m dpl. Tanah yang baik
untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi
pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air
dalam jurnlah yang cukup. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah
yang ketebalan lapisan atasnya antara 18–22 cm dengan pH antara 4–7 (Herawati,
2012).
Penggunaan pupuk terutama pupuk buatan merupakan salah satu factor kunci
Indonesia. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk tunggal dan pupuk
didasarkan pada kebutuhan hara tanaman, cadangan hara yang ada di dalam tanah,
dan target hasil realistis yang ingin dicapai. Kebutuhan hara tanaman sangat
beragam atau spesifik lokasi dan dinamis yang ditentukan oleh beberapa faktor
genetik dan lingkungan. Dosis yang diajurkan pada pemupukan padi sawah yaitu
300 kg NPK Phonska/ha dan 150 kg Urea/ha, bila menggunakan SP-36 maka
takarannya menjadi (100 kg/ha SP-36 + 200 kg/ha Urea). Pemupukan pupuk
majemuk NPK Phonska dilakukan secara bertahap, yaitu setengah pada saat
tanaman berumur 2 mst dan setengahnya lagi pada saat tanaman berumur 3 mst.
Sedangkan untuk pupuk Urea diberikan sebanyak tiga kali pada saat tanaman
perbaikan kondisi fisik dan kimia. Amelioran dapat berupa bahan organik maupun
zeolit, dolomit, fosfat alam, pupuk kandang, abu sekam, jerami padi dapat
Pemberian amelioran mampu menurunkan emisi gas rumah kaca, dolomit sebesar
7-47%, zeolit sebesar 21%, terak baja sebesar 29%, pupuk kandang sebesar 16-
31% dan pupuk silikat sebesar 18%. Kenaikan hasil padi, dolomit sebesar 0,3-
37%, terak baja sebesar 14%, pupuk kandang sebesar 10-31% dan pupuk silikat
dan dolomit dengan dosis 20 ton/ha + 2 ton/ha + 2 ton/ha dan 30 ton/ha + 3 ton/ha
dari kombinasi pupuk kandang, zeolit, dan dolomit dengan dosis 30 ton/ha + 3
ton/ha + 3 ton/ha juga menunjukan hasil yang lebih tinggi pada peubah hasil
perumpun sebanyak 43,63% dan bobot 1000 butir sebanyak 5,12% dibandingkan
daya serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah dan
sebagai sumber zat makanan bagi tanaman (Syamsu, 2013). Nilai pupuk kandang
tidak saja ditentukan oleh kandungan nitrogen, asam fosfat, dan kalium saja, tetapi
harus mengandung hampir semua unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan
Secara umum setiap ton pupuk kandang sapi mengandung 5 kg N, 3 kg P2O5 dan
5 kg K2O serta unsur hara esensial lain dalam jumlah yang relatif kecil (Souri,
2001).
Menurut Suwono dkk. (2000), residu pemupukan musim tanam pertama dengan
dosis 300 kg/ha Urea, 100 kg/ha SP-36, dan 10 ton/ha pupuk kandang sapi untuk
terhadap produksi padi pada tanah Vertisol di Ngawi dan Lamongan. Menurut
Tufaila (2013), aplikasi pupuk kandang sapi dengan dosis yang berkisar antara 5-
7,5 ton/ha memberikan pengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan dan produksi
padi sawah pada tanah Ultisol, dengan hasil mencapai 7,6 sampai 8,4 ton/ha.
Jerami sering dianggap sebagai sisa tanaman yang mengganggu pengolahan tanah
dan penanaman padi. Jerami selain dapat menggantikan pupuk K pada tanaman
hasil gabah, pemberian 5 ton jerami ke tanah memasok hara dari tanah sekitar 150
padi yang berlimpah di lahan sawah perlu diperhitungkan kembali sebagai salah
satu alternatif untuk subsitusi penggunaan pupuk kimia. Menurut Sisworo (2006),
pengembalian jerami yang telah dikomposkan kedalam sawah secara nyata dapat
meningkatkan serapan N tanaman padi baik musim hujan ataupun musim
kemarau.
kompos jerami, zeolit dan dolomit dengan dosis 50 ton/ha + 2 ton/ha + 2 ton/ha
banyak 43,79% dan 39,69%, serta hasil perumpun lebih tinggi 58,37% dan
dari kombinasi kompos jerami, zeolit, dan dolomit dengan dosis 50 ton/ha + 2
ton/ha + 2 ton/ha juga menunjukan hasil yang lebih tinggi pada peubah jumlah
padi. Jerami kompos tidak hanya mensuplai unsur hara bagi tanaman, jerami
kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat, jerami kompos juga
Menurut Balittanah (2011), zeolit adalah salah satu bahan amelioran (pembenah
tanah) alami, yang belum banyak dikenal dan digunakan petani. Zeolit dapat
secara alami pada jutaan tahun yang lalu. Zeolit adalah mineral dari senyawa
Ca, Mg, dan molekul H2O sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran ion dan
dapat mencegah pencucian unsur hara NH4+-Urea dan kation K+-KCl dari daerah
sehingga pupuk Urea dan KCl yang diberikan lebih efisien. Pemberian zeolit
kedalam tanah mengakibatkan residu dari pupuk yang diberikan bertahan lebih
lama sehingga dapat meningkatan hasil tanaman pada musim berikutnya. Zeolit
tidak mengalami degradasi sehingga jumlahnya relatif tetap dalam tanah, sehingga
residunya dapat memperbaiki kemampuan tanah untuk menahan unsur hara dan
meningkatkan hasil padi. Serapan N dan K tertinggi pada terjadi pada umur 6
cenderung menurun seiring makin tingginya takaran zeolit. Hal ini menunjukkan
semakin banyak N yang memasuki pori-pori zeolit dan akan dilepaskan kembali
Menurut Badan Litbang Pertanian (2011), residu zeolit dalam tanah yang masih
mengandung NH4+ akan dilepaskan lagi pada musim tanam berikutnya. Residu
zeolit dalam tanah dapat bertahan dalam waktu cukup lama karena zeolit tidak
dengan beberapa unsur hara pupuk sebagai pupuk lepas lambat. Hasil percobaan
formulasi (F) pupuk N lepas lambat menunjukkan pengaruhnya terhadap hasil
Pemberian dolomit (kapur) dapat meningkatkan ketersediaan unsur fosfor (P) dan
unsur N, P, dan S, serta unsur mikro bagi tanaman. Kapur yang banyak digunakan
Menurut Lingga dan Marsono (2002), pemberian kapur adalah salah satu upaya
dan NaCl setelah diinkubasi selama 1 minggu dapat memperbaiki kondisi tanah
gambut, formulasi 2,5 ton/ha kapur + 25 kg/ha unsur mikro + 25 kg/ha NaCl
mampu meningkatkan pH tanah gambut sebanyak 0,48 unit (dari 4,08 menjadi
4,56). Meningkatkan kandungan hara makro Ca-dd dan Mg-dd tanah gambut
pada tanah gambut, Cu-dd sebanyak 0,02 me/100 g, Fe-dd sebanyak 0,21 me/100
g, Mn-dd sebanyak 0,3 me/100 g, dan Zn-dd sebanyak 0,29 me/100 g, serta
bobot kering gabah sebanyak 15,28 g, dan bobot 1000 biji sebanyak 15,05 g.
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain, cangkul besar, sabit, golok,
ember, bak, sendok makan, timbangan analitik, kantung plastik ukuran ¼ kg,
meteran, penggaris, kamera digital, alat – alat tulis dan perlengkapan lain yang
diperlukan.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah benih padi varietas
Ciherang, pupuk Urea, pupuk NPK Phonska, insektisida dengan bahan aktif
Metomil 2 g/l.
Acak Lengkap (RAL), dengan 3 (tiga) ulangan. Perlakuan terdiri dari 10 (sepuluh)
jenis yaitu:
1. a0 = Tanpa amelioran (kontrol).
ketidakaditifan data antara lingkungan dan perlakuan diuji dengan uji Tuckey
kemudian dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata
Media tanam yang digunakan berasal dari penelitian sebelumnya, yang telah
jerami segar, zeolit, dan dolomit. Tanah yang telah berada di bak dan ember bekas
lumpur. Kemudian digenangi kembali dengan air agar media tidak mengalami
kekeringan. Persiapan media tanam dilakukan 5 (lima) hari sebelum bibit padi
ditanamkan.
3.4.1 Penanaman
perlubang tanam. Pada tiap bak yang berdiameter 45 cm berisi 5 lubang tanam
dan pada ember dengan diameter 25 cm berisi 3 lubang tanam. Untuk satu satuan
percobaan terdapat 2 bak dan 2 ember, sehingga populasi dalam satu satuan
setelah semai.
3.4.2 Pemupukan
Pemberian pupuk dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali, pupuk yang digunakan yaitu
Pemupukan ketiga hanya diberikan pupuk Urea dengan dosis 50 kg/ha (7,35
ember dengan merata. Waktu pemupukan dilakukan pada saat tanaman berumur
3.4.3 Pemeliharaan
Pengelolaan air, dilakukan dengan cara memberi air secara rutin pada bak dan
permukaan tanah.
pengamatan gulma yaitu pada saat tanaman berumur 40 hst, dengan cara
3.4.4 Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 104 hari setelah pindah tanam,
Kemudian hasil dari setiap perlakuan dikumpulkan dan hitung 1000 butir
Peubah yang diamati dan cara pengamatan dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut:
dilakukan 1 kali dalam seminggu mulai dari 7 hst, 14 hst, 21 hst, 28 hst, 35
hst, 42 hst.
anakan yang tumbuh, dan dilakukan pada saat tanaman telah berumur 40 hst.
Data pengamatan panjang malai diperoleh dengan cara mengukur dari leher
malai sampai ujung malai menggunakan penggaris, dilakukan pada saat akan
dipanen.
Data jumlah gabah isi per malai diperoleh dengan cara menghitung semua
Data hasil per rumpun diperoleh dengan cara menimbang semua hasil gabah
per rumpun setelah dipanen, gabah yang ditimbang adalah gabah dalam
analit.
Data pengamatan berat 1000 butir diperoleh dengan cara menghitung bulir
padi secara acak pada setiap satuan percobaan sebanyak 1000 butir kemudian
Data pengamatan gulma diperoleh dengan cara mencabut gulma yang ada
pada saat tanaman padi berumur 40 hst, dinyatakan dalam satuan gram.
Hasil analisis ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran
tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi pada penanaman kedua.
Tabel 1.Tinggi tanaman 6 minggu setelah tanam akibat jenis dan dosis amelioran
pada penanaman kedua.
Tinggi Tinggi
tanaman tanaman
Perlakuan penanaman pertama (ton/ha)
penanaman penanaman
pertama (cm) kedua (cm)
a0: tanpa amelioran (kontrol) 132,70 A 84,07 A
a1: pupuk kandang 10 + zeolit 1 + dolomit 1 132,77 A 81,40 A
a2: jerami segar 50 + zeolit 1 + dolomit 1 132,27 A 81,33 A
a3: jerami kompos 25 + zeolit 1 + dolomit 1 133,43 A 80,93 A
a4: pupuk kandang 20 + zeolit 2 + dolomit 2 134,10 A 82,47 A
a5: jerami segar 100 +zeolit 2 + dolomit 2 132,73 A 80,40 A
a6: jerami kompos 50 + zeolit 2 + dolomit 2 136,03 A 83,03 A
a7: pupuk kandang 30 + zeolit 3 + dolomit 3 131,73 A 81,13 A
a8: jerami segar 150 + zeolit 3 + dolomit 3 131,33 A 87,37 A
a9: jerami kompos 75 + zeolit 3 + dolomit 3 132,53 A 90,40 A
BNT 6,29 8,62
Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
a0: tanpa amelioran (kontrol)
100
Penambahan jenis dan dosis bahan amelioran tidak berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman pada penanaman pertama maupun penanaman kedua. Hal tersebut
Hasil analisis ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran
Berdasarkan uji BNT (Tabel 2) jumlah anakan maksimum dipengaruhi oleh jenis
dan dosis amelioran pada penanaman pertama maupun penanaman kedua. Pada
perlakuan lain, sedangkan pada penanaman kedua jumlah anakan yang lebih
banyak terlihat pada perlakuana8: jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha +
dolomit 3 ton/ha.
Hasil analisis ragam (Lampiran 9) menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran
Berdasarkan uji BNT (Tabel 3) jumlah anakan produktif dipengaruhi oleh jenis
dan dosis amelioran pada penanaman pertama maupun penanaman kedua. Pada
dibandingkan dengan perlakuan lain kecuali perlakuan a4, a7 dan a9, sedangkan
pada penanaman kedua jumlah anakan produktif yang lebih banyak terlihat pada
perlakuan a8: jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
Hasil analisis ragam (Lampiran 11) menunjukkan bahwa jenis dan dosis
Berdasarkan uji BNT (Tabel 4) panjang malai dipengaruhi oleh jenis dan dosis
panjang malai terpanjang terdapat pada perlakuan a9: jerami kompos 75 ton/ha +
Hasil analisis ragam (Lampiran 13) menunjukkan bahwa jenis dan dosis
Berdasarkan uji BNT (Tabel 5) jumlah gabah isi per malai dipengaruhi oleh jenis
dan dosis amelioran pada penanaman kedua, namun tidak pada penanaman
pertama. Pada penanaman kedua perlakuan a8: jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3
ton/ha + dolomit 3 ton/ha menghasilkan jumlah gabah isi per malai lebih banyak
Hasil analisis ragam (Lampiran 15) menunjukkan bahwa jenis dan dosis
Bobot Bobot
1000 butir 1000 butir
Perlakuan penanaman pertama (ton/ha)
penanaman penanaman
pertama (gr) kedua (gr)
a0: tanpa amelioran (kontrol) 26,77 AB 24,67 A
a1: pupuk kandang 10 + zeolit 1 + dolomit 1 26,52 A 25,67 A
a2: jerami segar 50 + zeolit 1 + dolomit 1 25,47 A 27,00 A
a3: jerami kompos 25 + zeolit 1 + dolomit 1 27,83 BC 26,00 A
a4: pupuk kandang 20 + zeolit 2 + dolomit 2 27,99 BC 27,00 A
a5: jerami segar 100 +zeolit 2 + dolomit 2 26,43 A 25,33 A
a6: jerami kompos 50 + zeolit 2 + dolomit 2 27,80 B 27,67 A
a7: pupuk kandang 30 + zeolit 3 + dolomit 3 28,14 C 28,00 A
a8: jerami segar 150 + zeolit 3 + dolomit 3 26,32 A 27,67 A
a9: jerami kompos 75 + zeolit 3 + dolomit 3 27,76 B 27,00 A
BNT 1,22 2,32
Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT (Tabel 6) bobot 1000 butir dipengaruhi oleh jenis dan dosis
amelioran pada penanaman pertama, namun tidak pada penanaman kedua. Pada
dolomit 3 ton/ha menghasilkan bobot 1000 butir lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan lain.
Hasil analisis ragam (Lampiran 17) menunjukkan bahwa jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua memberikan pengaruh nyata terhadap hasil per
rumpun.
Tabel 7. Hasil per rumpun akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman
kedua.
Hasil Hasil
per rumpun per rumpun
Perlakuan penanaman pertama (ton/ha)
penanaman penanaman
pertama (gr) kedua (gr)
a0: tanpa amelioran (kontrol) 25,58 A 32,20 A
a1: pupuk kandang 10 + zeolit 1 + dolomit 1 30,19 AB 34,97 B
a2: jerami segar 50 + zeolit 1 + dolomit 1 25,55 A 36,73 BC
a3: jerami kompos 25 + zeolit 1 + dolomit 1 36,31 B 34,73 B
a4: pupuk kandang 20 + zeolit 2 + dolomit 2 36,70 BC 37,87 CD
a5: jerami segar 100 +zeolit 2 + dolomit 2 26,21 A 37,43 CD
a6: jerami kompos 50 + zeolit 2 + dolomit 2 40,51 C 37,23 CD
a7: pupuk kandang 30 + zeolit 3 + dolomit 3 36,74 C 38,90 D
a8: jerami segar 150 + zeolit 3 + dolomit 3 25,35 A 41,97 E
a9: jerami kompos 75 + zeolit 3 + dolomit 3 38,97 C 38,37 CD
BNT 4,35 2,12
Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT (Tabel 7) hasil per rumpun dipengaruhi oleh jenis dan dosis
ton/ha menunjukan hasil per rumpun lebih tinggi kecuali perlakuan a7 dan a9,
namun pada penanaman kedua perlakuan a8: jerami segar150 ton/ha + zeolit 3
Hasil analisis ragam (Lampiran 19) menunjukkan bahwa jenis dan dosis
Bobot Bobot
brangkasan brangkasan
Perlakuan penanaman pertama (ton/ha) basah basah
penanaman penanaman
pertama (gr) kedua (gr)
a0: tanpa amelioran (kontrol) 392,87 A 308,73 A
a1: pupuk kandang 10 + zeolit 1 + dolomit 1 359,72 A 339,00 B
a2: jerami segar 50 + zeolit 1 + dolomit 1 350,85 A 355,10 BCD
a3: jerami kompos 25 + zeolit 1 + dolomit 1 298,33 A 345,63 BC
a4: pupuk kandang 20 + zeolit 2 + dolomit 2 359,67 A 375,20 CDE
a5: jerami segar 100 +zeolit 2 + dolomit 2 413,03 A 363,27 BCDE
a6: jerami kompos 50 + zeolit 2 + dolomit 2 384,87 A 369,57 CDE
a7: pupuk kandang 30 + zeolit 3 + dolomit 3 361,31 A 389,60 EF
a8: jerami segar 150 + zeolit 3 + dolomit 3 328,90 A 419,23 F
a9: jerami kompos 75 + zeolit 3 + dolomit 3 348,15 A 381,20 DE
BNT 97,27 30,18
Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT (Tabel 8) bobot brangkasan basah tanaman padi dipengaruhi
oleh jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua, namun tidak pada
penanaman pertama. Pada penanaman kedua perlakuan a8: jerami segar 150 ton/ha
Hasil analisis ragam (Lampiran 21) menunjukkan bahwa jenis dan dosis
Berdasarkan uji BNT (Tabel 9) bobot brangkasan basah gulma dipengaruhi oleh
jenis dan dosis amelioran pada penanaman pertama maupun pada penanaman
Hasil analisis ragam (Lampiran 25) menunjukkan bahwa jenis dan dosis
Berdasarkan uji BNT (Tabel 10) bobot brangkasan kering gulma dipengaruhi oleh
jenis dan dosis amelioran pada penanaman pertama maupun penanaman kedua.
perlakuan lain.
4.2. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh jenis dan dosis amelioran pada
perlakuan dari kombinasi jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3
ton/ha (a8) menunjukan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lain.
Hal tersebut dapat dilihat pada peubah jumlah anakan maksimum, jumlah anakan
produktif, gabah isi per malai, hasil per rumpun, dan bobot brangkasan basah
tanaman padi.
Hasil percobaan pada penanaman kedua peubah hasil per rumpun mengalami
maksimum dan jumlah anakan produktif. Pada penanaman pertama hasil per
zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha (a6). Sedangkan pada penanaman kedua hasil
per rumpun tertinggi mencapai 41,97 g/rumpun dengan jumlah anakan produktif
jumlah anakan produktif yang dihasilkan mengakibatkan kenaikan pada hasil per
rumpun tanaan padi. Hal tersebut dikarenakan pada penanaman kedua ini jumlah
jumlah bibit tunggal (3 batang/rumpun) dapat memberikan hasil yang lebih baik
tanaman menjadi lebih hijau karena merupakan bahan penyusun klorofil yang
penting dalam fotosintesis. N diperlukan dalam jumlah yang besar untuk seluruh
pertumbuhan akar, pembentukan bunga dan buah. Peran unsur hara P dalam
pembentukan dan pembesaran ukuran sel pada bagian tanaman. Terjadinya respon
yang nyata pada hasil karena meningkatnya laju proses fotosintesis dimana unsur
tekanan turgor sel secara konstan. Tekanan turgor sel yang konstan dapat memacu
mengasilkan tanaman yang tahan rebah. Kalium diketahui sebagai hara kualitas
seperti ukuran, bentuk, warna, rasa, masa simpan, kualitas serat serta ukuran
zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha (a7) menghasilkan bobot brangkasan basah dan
brangkasan kering gulma tertinggi. Hal tersebut disebabkan karena adanya pupuk
kandang pada kombinasi tersebut. Pupuk kandang berasal dari kotoran ternak
sapi, didalam kotoran tersebut masih mengandung benih gulma karena sapi
tersebut memakan rumput dan bijinya ikut keluar bersamaan dengan feses.
dengan maksimal. Menurut Suori (2001), Kotoran ternak segar yang bercampur
dengan sisa-sisa pakan ternak tidak dapat langsung digunakan sebagai pupuk,
karena kemungkinan besar pupuk kandang masih mengandung biji gulma. Agar
Gulma yang tumbuh pada penanaman kedua ini merupakan jenis gulma enceng
padi (Monochoria vaginalis), yang mana dapat menghasilkan biji sebanyak 5-6
ribu per tanaman dengan masa hidup ± 15 tahun. Jenis gulma ini biasa hidup di
areal persawahan dan sering menghasilkan bobot brangkasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan spesies gulma lain (Muladi, 2001). Di duga pada penelitian
pertama, biji yang terpendam di dalam tanah yang diaplikasikan amelioran belum
Sehingga biji gulma tersebut masih dalam kondisi dorman, kemudian pada
penanaman kedua ini, biji gulma tersebut telah melewati masa dormansi dan
5.1 Kesimpulan
2. Pada penanaman kedua amelioran dari jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3
perumpun, bobot brangkasan basah tanaman, dan gabah isi per malai.
5.2 Saran
Arafah dan Sirappa M.P. 2003. Kajian Penggunaan Jerami Padi pada Pupuk N, P
dan K pada Lahan Sawah Irigasi. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan.
Vol 4 (1) ; 15 -24.
Badan Penelitian Tanah. 2011. Mineral Zeolit untuk Pembenah Tanah Sawah
Intensifikasi dalam Tabloid Sinar Tani. Edisi 7 Januari 2011.
Badan Litbang Pertanian. 2011. Mineral Zeolit untuk Pembenah Tanah Sawah
Intensifikasi. Departemen Pertanian.
Buckman, H.O. dan Brady, N.C. 1982. The Nature and Properties of Soils
(diterjemahkan oleh Soegiman). Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Darung, U., Mimbar dan Syekhfani, S.M. 2001. Pengaruh Waktu Pemberian
Kapur dan Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Hasil Panen
Kedelai pada Tanah Gambut Pedalaman Kalteng. Buletin Biosain. 1(2):
Eghaball, Bahman, Ginting, dan Daniel, 2004. Residual effects of Manure and
176 Compost Application on Corn Production and Soil Properties. Jurnal
Agronomi Vol. 96 (2) : 442-447.
Fitriadi, Sufardi, A. dan Muyasir. 2013. Pengaruh Residu Pupuk Kcl dan Kompos
Terhadap Sifat Kimia Tanah dan Pertumbuhan Padi. Jurnal Manajemen
Sumberdaya Lahan. Vol. 2 (3) ; 223-230.
Gunarto, L., Lestari, P., Supadno, H. dan Marzuki, A.R. 2002. Dekomposisi
Jerami Padi Inokulasi Azospirillum dan Pengaruhnya terhadap Efisiensi
Penggunaan Pupuk N pada Padi Sawah. Penelitian Pertanian Tanaman
Pangan 21 (1).
Herawati W.D. 2012. Budidaya Padi. Javalitera: Yogyakarta.
Ismangil. 2005. Potensi Batu Beku Sebagai Amelioran Pada Tanah Lempung
Aktivitas Rendah. Jurnal penelitian dan informasi pertanian “AGRIN”.
Vol. 9 (1) ; 1-11.
Jamil, A., Maswar dan Husnain. 2014. Pengelolaan Sumberdaya Tanah Ramah
Lingkungan Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Balai
Penelitian Tanah. Bogor.
Lenny M. Estiaty, Suwardi, Maruya, I. dan Fatimah, D. 2006. Pengaruh Zeolit dan
Pupuk Kandang Terhadap Residu Unsur Hara dalam Tanah. Journal of
Indonesian Zeolites. Vol. 5 (1) ; 37-44
Maftu’ah, E., Maas, A., Syukur, A. dan Purwanto, B.H. 2013. Efektivitas
Amelioran Pada Lahan Gambut Terdegradasi Untuk Meningkatkan
Pertumbuhan dan Serapan NPK Tanaman Jagung. Jurnal Agronomi
Indonesia Vol. 41 (1) : 16-23.
Makarim, A. K. dan Suhartatik E. 2006. Budi Daya Padi dengan Masukan In Situ
Menuju Perpadian Masa Depan. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Jurnal Iptek Tanaman Pangan. Vol. 1 (1) ; 19-29.
Muladi, R. 2001. Jenis Jenis Gulma Pada Areal Persawahan Padi. Jurnal
Agronomi Indonesia Vol. 44 (2) : 17-29.
Rudianto, E. 2015. Respon Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Dengan Beberapa Jenis
dan Dosis Bahan Amelioran. [Skripsi]. STIPER Dharma Wacana Metro.
1m
Keterangan :
45 cm 25 cm
Keterangan :
Sumber: (http://litbang.deptan.go.id)
Lampiran 3. Data tinggi tanaman dari minggu pertama sampai minggu ke enam
Minggu ke
Perlakuan ton/ha
1 2 3 4 5 6
-------------------------cm-------------------------
A0: tanpa amelioran (kontrol). 27 33 48 58 71 84
A1: pupuk kandang 10 + zeolit 1 + dolomit 1 25 35 48 58 69 81
A2: jerami segar 50 + zeolit 1 + dolomit 1 27 36 47 59 69 81
A3: jerami kompos 25 + zeolit 1 + dolomit 1 26 34 47 58 69 81
A4: pupuk kandang 20 + zeolit 2 + dolomit 2 26 35 49 60 73 82
A5: jerami segar 100 + zeolit 2 + dolomit 2 26 34 46 58 69 80
A6: jerami kompos 50 + zeolit 2 + dolomit 2 25 34 47 59 73 83
A7: pupuk kandang 30 + zeolit 3 + dolomit 3 25 34 47 58 72 81
A8: jerami segar 150 + zeolit 3 + dolomit 3 25 33 49 59 74 87
A9: jerami kompos 75 + zeolit 3 + dolomit 3 25 39 50 62 76 90
Lampiran 4. Data tinggi tanaman minggu ke 6 akibat jenis dan dosis amelioran
pada penanaman kedua.
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
a0 79.40 85.40 87.40 252.20 84.07
a1 81.30 78.80 84.10 244.20 81.40
a2 89.20 77.20 77.60 244.00 81.33
a3 78.70 81.90 82.20 242.80 80.93
a4 82.60 84.80 80.00 247.40 82.47
a5 76.50 81.70 83.00 241.20 80.40
a6 88.00 81.00 80.10 249.10 83.03
a7 80.30 80.20 82.90 243.40 81.13
a8 83.40 95.40 83.30 262.10 87.37
a9 100.90 81.70 88.60 271.20 90.40
Jumlah 840.30 828.10 829.20 2,497.60 83.25
2 2
Uji homogenitas: X - hitung = 7,7877 < X -tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:
(a0) = tanpa amelioran (kontrol).
(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
Lampiran 5. Analisis ragam tinggi tanaman minggu ke 6 akibat jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua.
SK DB JK KT F-hitung F-tabel
Perlakuan 9 283,416656 31,490740 1,229tn 2,390
Galat 20 512,442749 25,622137
Total 29 795,859375 KK = 6,08 %
Keterangan: tn = Tidak berbeda nyata pada taraf 5%
KK = Koefisien keragaman
Lampiran 6. Data jumlah anakan maksimum umur 40 hst akibat jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua.
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
a0 24.90 18.70 21.90 65.50 21.83
a1 23.20 26.00 28.70 77.90 25.97
a2 27.50 26.60 34.10 88.20 29.40
a3 31.70 27.80 32.90 92.40 30.80
a4 31.00 25.60 30.80 87.40 29.13
a5 32.40 31.40 29.90 93.70 31.23
a6 24.50 24.60 28.00 77.10 25.70
a7 31.60 29.40 27.30 88.30 29.43
a8 36.00 33.80 34.80 104.60 34.87
a9 29.30 25.80 26.80 81.90 27.30
Jumlah 292.10 269.70 295.20 857.00 28.6
2 2
Uji homogenitas: X - hitung = 1,5879 < X - tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:
(a0) = tanpa amelioran (kontrol).
(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolite 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
Lampiran 7. Analisis ragam jumlah anakan maksimum umur 40 hst akibat jenis
dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
SK DB JK KT F-hitung F-tabel
Perlakuan 9 346,427094 38,491898 5,915* 2,390
Galat 20 130,139313 6,506966
Total 29 476,566406 KK = 8,93 %
Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf 5%
KK = Koefisien keragaman
Lampiran 8. Data jumlah anakan produktif akibat jenis dan dosis amelioran pada
penanaman kedua saat tanaman berumur 64 hst
ulangan
Perlakuan Jumlah rata-rata
I II III
a0 18.90 16.50 19.00 54.40 18.13
a1 20.40 21.00 24.20 65.60 21.87
a2 21.50 22.60 24.90 69.00 23.00
a3 22.30 24.70 25.10 72.10 24.03
a4 24.50 21.80 26.00 72.30 24.10
a5 23.50 25.30 24.70 73.50 24.50
a6 21.70 21.50 25.00 68.20 22.73
a7 25.20 24.40 23.80 73.40 24.47
a8 25.90 28.20 26.10 80.20 26.73
a9 25.70 22.90 23.60 72.20 24.07
jumlah 229.60 228.90 242.40 700.90 23.36
2 2
Uji homogenitas: X - hitung = 0,0864 < X - tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:
(a0) = tanpa amelioran (kontrol).
(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit1 ton/ha.
(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
Lampiran 9. Analisis ragam jumlah anakan produktif akibat jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua.
SK DB JK KT F-hitung F-tabel
Perlakuan 9 136,422531 15,158059 6,074* 2,390
Galat 20 49,907547 2,495377
Total 29 186,330078 KK = 6,76%
Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf 5%
KK = Koefisien keragaman
Lampiran 10. Data panjang malai akibat jenis dan dosis amelioran pada
penanaman kedua.
Ulangan
Perlakuan Jumlah Jata-rata
I II III
a0 20.70 20.90 19.60 61.20 20.40
a1 23.20 23.60 23.30 70.10 23.37
a2 23.20 23.10 23.00 69.30 23.10
a3 22.80 24.40 23.20 70.40 23.47
a4 24.10 24.50 24.40 73.00 24.33
a5 22.50 22.90 23.10 68.50 22.83
a6 23.80 24.10 24.00 71.90 23.97
a7 25.20 23.40 23.80 72.40 24.13
a8 23.50 25.80 25.00 74.30 24.77
a9 26.50 26.90 26.10 79.50 26.50
jumlah 235.50 239.60 235.50 710.60 23.69
2 2
Uji homogenitas: X - hitung = 15,2799 < X - tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:
(a0) = tanpa amelioran (kontrol).
(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit1 ton/ha.
(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
Lampiran 11. Analisis ragam panjang malai akibat jenis dan dosis amelioran pada
penanaman kedua.
SK DB JK KT F-hitung F-tabel
Perlakuan 9 65,409508 7,267723 19,056* 2,390
Galat 20 7,627602 0,381380
Total 29 186,330078 KK = 2,61%
Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf 5%
KK = Koefisien keragaman
Lampiran 12. Data jumlah gabah isi per malai akibat jenis dan dosis amelioran
pada penanaman kedua.
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
a0 81.80 80.80 80.40 243.00 81.00
a1 82.50 81.80 82.00 246.30 82.10
a2 83.60 83.20 83.90 250.70 83.57
a3 83.50 82.70 84.90 251.10 83.70
a4 82.40 82.50 84.30 249.20 83.07
a5 85.10 83.80 82.10 251.00 83.67
a6 84.30 83.30 83.70 251.30 83.77
a7 82.70 82.00 82.90 247.60 82.53
a8 85.90 87.10 86.40 259.40 86.47
a9 82.60 83.60 84.70 250.90 83.63
Jumlah 834.40 830.80 835.30 2500.50 83.35
Uji homogenitas: X2- hitung = 4,6661 < X2- tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:
(a0) = tanpa amelioran (kontrol).
(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit1 ton/ha.
(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
Lampiran 13. Analisis ragam jumlah gabah isi per malai akibat jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua.
SK DB JK KT F-hitung F-tabel
Perlakuan 9 54,234375 6,026042 8,197* 2,390
Galat 20 14,703125 0,735156
Total 29 68,937500 KK = 1,03%
Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf 5%
KK = Koefisien keragaman
Lampiran 14. Data bobot 1000 butir akibat jenis dan dosis amelioran pada
penanaman kedua.
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
a0 26.00 23.00 25.00 74.00 24.67
a1 27.00 25.00 25.00 77.00 25.67
a2 28.00 26.00 27.00 81.00 27.00
a3 26.00 24.00 28.00 78.00 26.00
a4 28.00 28.00 25.00 81.00 27.00
a5 25.00 27.00 24.00 76.00 25.33
a6 28.00 28.00 27.00 83.00 27.67
a7 28.00 27.00 29.00 84.00 28.00
a8 29.00 28.00 26.00 83.00 27.67
a9 27.00 26.00 28.00 81.00 27.00
Jumlah 272.00 262.00 264.00 798.00 26.60
2 2
Uji homogenitas: X - hitung = 0,3744 < X - tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:
(a0) = tanpa amelioran (kontrol).
(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit1 ton/ha.
(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
Lampiran 15. Analisis ragam bobot 1000 butir akibat jenis dan dosis amelioran
pada penanaman kedua.
SK DB JK KT F-hitung F-tabel
Perlakuan 9 33,865887 3,762876 2,016tn 2,390
Galat 20 37,333332 1,866667
Total 29 71,199219 KK = 5,14%
Keterangan: tn = Tidak berbeda nyata pada taraf 5%
KK = Koefisien keragaman
Lampiran 16. Data hasil per rumpun akibat jenis dan dosis amelioran pada
penanaman kedua.
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
a0 32.70 31.90 32.00 96.60 32.20
a1 34.70 34.80 35.40 104.90 34.97
a2 36.70 35.00 38.50 110.20 36.73
a3 34.70 35.80 33.70 104.20 34.73
a4 37.60 39.60 36.40 113.60 37.87
a5 35.10 39.00 38.20 112.30 37.43
a6 36.60 37.40 37.70 111.70 37.23
a7 37.50 39.10 40.10 116.70 38.90
a8 42.70 41.40 41.80 125.90 41.97
a9 39.70 38.30 37.10 115.10 38.37
Jumlah 368.00 372.30 370.90 1111.20 37.04
2 2
Uji homogenitas: X - hitung = 6,3535 < X - tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:
(a0) = tanpa amelioran (kontrol).
(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit1 ton/ha.
(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
Lampiran 17. Analisis ragam hasil per rumpun akibat jenis dan dosis amelioran
pada penanaman kedua.
SK DB JK KT F-hitung F-tabel
Perlakuan 9 190,515625 21,168404 13,626* 2,390
Galat 20 31,070313 1,553516
Total 29 71,199219 KK = 3,37%
Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf 5%
KK = Koefisien keragaman
Lampiran 18. Data bobot brangkasan basah tanaman akibat jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua.
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
a0 286.80 323.40 316.00 926.20 308.73
a1 319.00 351.60 346.40 1017.00 339.00
a2 353.80 338.80 372.90 1065.30 355.10
a3 325.40 361.80 349.70 1036.90 345.63
a4 361.10 393.10 371.40 1125.60 375.20
a5 334.10 365.50 390.20 1089.80 363.26
a6 352.60 389.00 367.10 1108.70 369.56
a7 382.10 382.60 404.10 1168.80 389.60
a8 437.50 406.40 413.80 1257.70 419.23
a9 382.70 378.80 382.10 1143.60 381.20
Jumlah 3535.10 3690.80 3713.71 10939.60 364.65
2 2
Uji homogenitas: X - hitung = 4,2406 < X - tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:
(a0) = tanpa amelioran (kontrol).
(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit1 ton/ha.
(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
Lampiran 19. Analisis ragam bobot brangkasan basah tanaman akibat jenis dan
dosis amelioran pada penanaman kedua.
SK DB JK KT F-hitung F-tabel
Perlakuan 9 24752,083984 2750,231445 8,760* 2,390
Galat 20 6279,416016 313,970795
Total 29 71,199219 KK = 4,86%
Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf 5%
KK = Koefisien keragaman
Lampiran 20. Data bobot brangkasan basah gulma akibat jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua.
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
a0 3.60 6.00 2.00 11.60 3.87
a1 15.40 10.60 9.00 35.00 11.67
a2 8.00 22.00 14.60 44.60 14.87
a3 20.40 12.60 17.80 50.80 16.93
a4 38.20 22.20 25.60 86.00 28.67
a5 26.40 11.00 18.00 55.40 18.47
a6 11.20 9.00 14.40 34.60 11.53
a7 39.60 23.00 57.60 120.20 40.07
a8 21.00 20.20 11.20 52.40 17.47
a9 17.80 37.40 9.80 65.00 21.67
Jumlah 201.60 174.00 180.00 555.60 18.52
2 2
Uji homogenitas: X - hitung = 11,3394 < X - tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:
(a0) = tanpa amelioran (kontrol).
(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit1 ton/ha.
(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
Lampiran 21. Analisis ragam bobot brangkasan basah gulma akibat jenis dan
dosis amelioran pada penanaman kedua.
SK DB JK KT F-hitung F-tabel
Perlakuan 9 713,782471 301,531372 4,028* 2,390
Galat 20 497,146240 74,857315
Total 29 210,928711 KK = 46,72%
Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf 5%
KK = Koefisien keragaman
Lampiran 22. Data bobot brangkasan basah gulma akibat jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua (transformasi ).
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
a0 1,90 2,45 1,42 5,77 1,92
a1 3,93 3,26 3,00 10,19 3,40
a2 2,83 4,70 3,82 11,35 3,78
a3 4,52 3,55 4,22 12,29 4,10
a4 6,19 4,71 5,06 15,96 5,32
a5 5,14 3,32 4,24 12,70 4,23
a6 3,35 3,00 3,80 10,15 3,38
a7 6,29 4,80 7,59 18,68 6,23
a8 4,58 4,50 3,35 12,43 4,14
a9 4,22 6,12 3,13 13,47 4,49
Jumlah 42,95 40,41 39,63 122,99 4,10
2 2
Uji homogenitas: X - hitung = 11,3394 < X - tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:
(a0) = tanpa amelioran (kontrol).
(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit1 ton/ha.
(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
Lampiran 23. Analisis ragam bobot brangkasan basah gulma akibat jenis dan
dosis amelioran pada penanaman kedua (transformasi ).
SK DB JK KT F-hitung F-tabel
Perlakuan 9 36,127014 4,014112 5,082* 2,390
Galat 20 15,798218 0,789911
Total 29 51,925232 KK = 21,69%
Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf 5%
KK = Koefisien keragaman
Lampiran 24. Data bobot brangkasan kering gulma akibat jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua.
ulangan
Perlakuan Jumlah rata-rata
I II III
a0 0.50 0.90 0.20 1.60 0.53
a1 2.40 1.60 1.90 5.90 1.97
a2 1.70 5.20 4.10 10.00 3.67
a3 4.10 2.90 3.20 10.20 3.40
a4 5.80 5.30 4.80 15.90 5.30
a5 6.90 2.50 3.10 12.50 4.17
a6 2.10 1.80 3.40 7.30 2.43
a7 6.00 4.60 8.90 19.50 6.50
a8 4.50 3.80 2.50 10.80 3.60
a9 2.80 4.30 1.90 9.00 3.00
jumlah 36.80 32.90 34.00 103.70 3.46
2 2
Uji homogenitas: X - hitung = 10,4334 < X - tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:
(a0) = tanpa amelioran (kontrol).
(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit1 ton/ha.
(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
Lampiran 25. Analisis ragam bobot brangkasan kering gulma akibat jenis dan
dosis amelioran pada penanaman kedua.
SK DB JK KT F-hitung F-tabel
Perlakuan 9 75,760315 8,417812 4,714* 2,390
Galat 20 35,713257 1,785663
Total 29 111,473572 KK = 38,66%
Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf 5%
KK = Koefisien keragaman
Lampiran 26. Data bobot brangkasan kering gulma akibat jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua (transformasi ).
ulangan
Perlakuan Jumlah rata-rata
I II III
a0 1,00 1,18 0,34 2,52 0,84
a1 1,70 1,45 1,55 4,70 1,57
a2 1,48 2,39 2,15 6,02 2,01
a3 2,15 1,84 1,92 5,91 1,97
a4 2,51 2,41 2,30 7,22 2,41
a5 2,72 1,73 1,90 6,35 2,12
a6 1,61 1,52 1,98 5,11 1,70
a7 2,55 2,26 3,07 7,88 2,63
a8 2,24 2,07 1,73 6,04 2,01
a9 1,82 2,19 1,55 5,56 1,85
Jumlah 19,78 19,04 18,49 57,31 1,91
2 2
Uji homogenitas: X - hitung = 10,4334 < X - tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:
(a0) = tanpa amelioran (kontrol).
(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit1 ton/ha.
(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
Lampiran 27. Analisis ragam bobot brangkasan kering gulma akibat jenis dan
dosis amelioran pada penanaman kedua (transformasi ).
SK DB JK KT F-hitung F-tabel
Perlakuan 9 5,404559 0,600507 6,150* 2,390
Galat 20 1,952962 0,097648
Total 29 7,357521 KK = 16,22%
Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf 5%
KK = Koefisien keragaman
Lampiran 28. Foto Kegiatan
Gambar 1. Penyemaian