Anda di halaman 1dari 7

Feranisa 145

KOMPARASI ANTARA POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) DAN LOOP-


MEDIATED ISOTHERMAL AMPLIFICATION (LAMP) DALAM DIAGNOSIS
MOLEKULER

Anggun Feranisa*
ABSTRACT
Keywords:
PCR, LAMP, molecular Background: Molecular diagnostic is an emerging diagnostic method in
diagnostic personalized medicine/dentistry era. Usually, it uses nucleic acid amplification
method to detect various diseases. PCR is conventional nucleic acid amplification
method. However, due to an urgency in infectious diseases’ diagnotic method,
scientists developed LAMP as new nucleic acid amplification method.
Discussion: There are various experiments used to develop LAMP as infectious
diseases diagnostic method compared to PCR. The results are LAMP more
sensitive, specific, rapid, and inexpensive than PCR.
Conclusion: Both PCR and LAMP can be used as molecular diagnostic tools.
LAMP prefer to used as infectious disease diagnostic method in poor and
developing countries.

PENDAHULUAN penghantaran obat dan keefektivan terapi


Asam Deoksiribonukleat (DNA) merupakan pada berbagai penyakit di masa mendatang8.
materi genetik yang membawa informasi Peranan diagnostik molekuler dalam
genetik bagi seluruh makhluk hidup. DNA terdiri personalized medicine mencakup aspek-
atas bagian yang mengkode genetik (ekson), aspek berikut ini 8:
bagian yang tidak mengkode genetik (intron) 1. Deteksi dini dan pemilihan metode
dan bagian yang mengatur regulasi genetik 1. pengobatan yang aman dan efektif
Karena fungsinya yang membawa informasi berdasarkan diagnosik molekuler
genetik, DNA sangat berguna dalam identifikasi 2. Integrasi antara diagnostik molekuler
penyakit infeksius, kanker, kelainan genetik 2, dengan terapi
bahkan forensik 3. Setelah tiga belas tahun lalu, 3. Pemantauan terapi serta penentuan
Human Genome Project berhasil mencatat prognosis
peranan gen-gen pada genom manusia, kini Salah satu teknik identifikasi molekuler
dunia medis memasuki era farmakogenomik4,5 yang dapat digunakan sebagai sarana
untuk tercapainya personalized medicine6. diagnosis penyakit adalah teknik amplifikasi
Pengobatan akan lebih tepat sasaran jika DNA. Teknik ini mampu melipatnggandakan
mengacu pada diagnosis molekuler7. untai DNA sampel sehingga dapat dianalisis
Diagnosis molekuler merupakan metode dengan lebih jelas. Sejak awal ditemukannya,
diagnosis yang bertujuan untuk memahami teknik amplifikasi DNA yang digunakan adalah
mekanisme molekuler suatu penyakit Polymerase Chain Reaction (PCR) 9. Teknik
pada setiap individu pasien (personalized PCR dinilai memiliki cukup banyak keunggulan
medicine/dentistry). Metode ini akan sangat dalam mendiagnosis penyakit, namun teknik
menguntungkan dalam peningkatan keamanan ini juga memiliki beberapa kekurangan. Oleh

*Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Islam Sultan Agung
Korespondensi: aferanisa@gmail.com

ODONTO Dental Journal. Volume 3. Nomer 2. Desember 2016


KOMPARASI ANTARA POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) DAN LOOP-MEDIATED ISOTHERMAL
146 AMPLIFICATION (LAMP) DALAM DIAGNOSIS MOLEKULER

karena itu, beberapa peneliti mengeksplorasi menit 2.


teknik amplifikasi DNA lebih lanjut, sehingga Enzim DNA polimerase yang digunakan
mereka menemukan metode amplifikasi dalam tahap ekstensi adalah Taq DNA
yang disebut Loop-mediated Isothermal polimerase. Enzim ini diisolasi dari
Amplification (LAMP)7. Baik PCR maupun bakteri Thermus aquaticus BM (Taq) dan
LAMP, masing-masing memiliki kelebihan dan dikembangkan pada tahun 1988. Thermus
kekurangan dalam penggunaannya. Artikel ini aquaticus BM merupakan strain yang tidak
akan mengulas mengenai perbedaan prinsip memiliki endonuklease restriksi Taq1. Taq
kerja, kelebihan, kekurangan, dan aplikasi DNA polimerase tersusun dari satu rantai
teknik PCR dan LAMP sebagai metode polipeptida yang memiliki berat molekul kurang
diagnostik molekuler. lebih 95 kD. Enzim ini memiliki kemampuan
polimerisasi DNA yang sangat tinggi, namun
Polymerase Chain Reaction (PCR) tidak memiliki aktivitas eksonuklease 3’ ke 5’.
PCR dikembangkan pada tahun 1984 Taq polimerase paling aktif pada pH 9 10. Enzim
oleh seorang biokimiawan bernama Kary Taq DNA polimerase mampu tahan sampai
Mullis2. PCR atau reaksi berantai polimerase suhu mendidih 100ºC, dan aktivitas optimalnya
adalah suatu metode enzimatis dalam bidang dapat berlangsung pada suhu 92-95ºC 10,11.
biologi molekuler yang bertujuan untuk Seperti halnya pada replikasi DNA, enzim DNA
melipatgandakan secara eksponensial suatu polimerase mensintesis DNA dengan arah dari
sekuen nukleotida tertentu dengan jumlah ujung 5’ ke ujung 3’ 12
kelipatan ribuan hingga jutaan salinan secara Terdapat beberapa faktor yang dapat
in vitro 2,10. Ketika awal perkembangannya, menentukan tingkat keberhasilan teknik
metode ini hanya digunakan sebagai amplifikasi DNA menggunakan PCR. Faktor-
metode untuk melipatgandakan DNA. faktor itu antara lain deoksiribonukleotida
Kemudian, metode ini dikembangkan untuk triphosphat (dNTP); oligonukleotida primer;
melipatgandakan dan melakukan kuantitasi DNA cetakan (template); komposisis larutan
molekul mRNA 10. buffer; jumlah siklus reaksi; enzim yang
Proses PCR merupakan proses siklus yang digunakan; dan faktor teknis dan non-teknis
berulang meliputi tahap denaturasi, pemisahan lainnya, seperti kontaminasi. PCR memiliki
kedua untai DNA pada temperatur tinggi. DNA keunggulan yaitu mampu melipatgandakan
akan terdenaturasi pada temperatur 90 hingga suatu fragmen DNA sehingga mencapai 109
97 ºC 2. Pada teknik PCR, denaturasi optimum kali lipat. Oleh karena itu, adanya kontaminasi
terjadi pada temperatur 95ºC selama 30 detik; dalam jumlah sangat sedikit sekalipun dapat
annealing, tahap penempelan primer pada pita mengakibatkan terjadinya kesalahan dengan
DNA yang sesuai, pada suhu 55 hingga 60ºC menghasilkan produk amplifikasi yang tidak
selama 30 detik; dan ekstensi oleh enzim DNA diharapkan 10. Amplikon, atau hasil amplifikasi
polimerase pada suhu 72ºC dalam waktu yang DNA dengan PCR dapat dilihat setelah
disesuaikan dengan panjang atau pendeknya melalui teknik elektroforesis. DNA amplikon
ukuran DNA yang diharapkan sebagai produk diberi pewarnaan dengan ethidium bromida
amplifikasi11. Umumnya, waktu yang digunakan yang akan berfluoresens ketika dipaparkan
untuk ekstensi DNA pada PCR yaitu 2 – 3 pada sinar UV level medium dengan panjang

ODONTO Dental Journal. Volume 3. Nomer 2. Desember 2016


Feranisa 147

gelombang 300nm dari UV transilluminator12. Mekanisme reaksi amplifikasi LAMP


antara lain produksi material awal, siklus
Loop-mediated Isothermal Amplification amplifikasi, dan resiklus 13,15. Berbeda
(LAMP) dengan metode PCR, enzim polimerase DNA
Loop-mediated Isothermal Amplification pada LAMP menggunakan Bst polimerase.
(LAMP) adalah metode amplifikasi asam nukleat Enzim ini diproduksi dari bakteri Bacillus
yang baru dan efektif berdasarkan pada prinsip stearothermophilus. B. stearothermophilus
aktivitas pemindahan untai asam nukleat yang merupakan bakteri thermofilik. Enzim Bst DNA
mengamplifikasi beberapa salinan DNA target polimerase dapat mencapai aktivitas optimal
dengan spesifisitas, efisiensi, dan kecepatan pada suhu 65ºC 16. Oleh karena itu, ukuran dan
tinggi dalam kondisi isotermal. Reaksi siklus sekuens primer-primer yang digunakan telah
pada LAMP dapat menghasilkan akumulasi diseleksi sehingga nilai melting temperature
salinan DNA target sebanyak 109 hingga 1010 (Tm) yang digunakan antara 60 hingga 65°C.
kali lipat dalam kurang dari satu jam 13. Teknik Suhu ini disesuaikan dengan suhu optimal
LAMP dikembangkan pertama kali oleh Notomi enzim Bst polimerase 13.
et al. pada tahun 2000 menggunakan suatu Sampel pada metode LAMP ini dapat
DNA polimerase dan 4 macam primer (2 inner diperoleh dari sampel asal tanpa tahapan
dan 2 outer) 7,14. Primer-primer inner terdiri dari isolasi dan purifikasi DNA terlebih dulu 7.
forward inner primer (FIB) dan backward inner Sampel-sampel yang berasal dari pasien,
primer (BIP). Keduanya mengandung sekuens sampel makanan terinfeksi termasuk jus buah
berbeda yang sesuai dengan sekuens sense dan berbagai tipe minuman lainnya, sampel
dan antisense DNA target (template). FIP sputum, urin, serta sampel lapangan yang
berperan sebagai primer pada tahap awal, diperoleh dari Pusat Kesehatan Masyarakat
sedangkan BIP berperan sebagai self-primer (Puskesmas) dapat langsung digunakan untuk
pada tahap selanjutnya. Sementara itu, yang mendeteksi patogen. Beberapa metode dapat
disebut primer-primer outer adalah primer digunakan untuk memperoleh ekstrak template
F3 dan B3 13,14. Pengembangan teknik ini DNA dalam proses LAMP. Metode-metode
didasarkan pada urgensi metode amplifikasi tersebut bervariasi tergantung pada sumber
yang cepat, sensitif, spesifik, dan murah untuk sampel dan pilihan antara DNA atau RNA yang
diagnosis patogen penyakit infeksius 13. diperlukan dalam prosedur selanjutnya.
Dua tahun kemudian, Nagamine et al. Perangkat kit komersial dengan kolom
mengembangkan teknik LAMP menjadi lebih khusus merupakan perangkat yang paling
cepat dibandingkan sebelumnya. Teknik ini sering digunakan untuk ekstraksi template dari
sebagian besar masih sama dengan LAMP kultur sel mikrobia, kultur jaringan hewan, dan
konvensional, dengan penambahan primer- tumbuhan inang secara langsung 13. Qiao et
primer loop yang dapat berikatan pada sisi al.16 telah berhasil mengekstrak DNA Bacillus
stem-loops. Stem-loops tidak dapat diakses anthracis dengan merebus bakteri pada suhu
oleh primer-primer inner. Aplikasi dari primer- antara 95°C hingga 100°C selama 30 menit di
primer loop tersebut mampu mereduksi waktu dalam air steril. Mereka menemukan bahwa
reaksi LAMP hingga separuh dari waktu reaksi sampel yang diperoleh telah cukup untuk
teknik LAMP konvensional 7. reaksi LAMP. Sebaliknya, Hatano et al.17

ODONTO Dental Journal. Volume 3. Nomer 2. Desember 2016


KOMPARASI ANTARA POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) DAN LOOP-MEDIATED ISOTHERMAL
148 AMPLIFICATION (LAMP) DALAM DIAGNOSIS MOLEKULER

mengaplikasikan metode fenol dan kloroform DISKUSI


untuk ekstraksi DNA dari Bacillus anthracis.
Grab et al 18 menambahkan deterjen pada Hasil komparasi PCR dan LAMP pada
sampel klinis seperti darah dan cairan Beberapa Penelitian
serebrospinal untuk meningkatkan sensitivitas LAMP merupakan metode diagnostik
deteksi infeksi tripanosomiasis dengan yang dikembangkan untuk penyakit-penyakit
metode LAMP. Mikita et al. 19 mengembangkan infeksius. Oleh karena itu, materi asam nukleat
metode boil-LAMP langsung untuk deteksi yang sering dipergunakan adalah DNA dan
infeksi cutaneous leishmaniasis. Sriworarat et RNA. Seperti pada RT-PCR, LAMP memiliki
al. 20 juga menggunakan metode boil-LAMP metode khusus untuk menganalisis RNA, yaitu
langsung untuk mendeteksi infeksi Leishmania RT-LAMP (Reverse Transcriptase LAMP) 6,21.
dari sampel klinis seperti darah, saliva, atau LAMP juga dapat menganalisis asam nukleat
jaringan biopsi yang dikoleksi dari pasien secara kuantitatif seperti Real Time PCR (ReT-
dengan kutaneus dan visceral leishmaniasis. PCR), menggunakan Real Time LAMP (ReT-
Sampel direbus selama 10 menit, kemudian LAMP) 6,22.
secara langsung direaksikan dengan LAMP Berbagai penelitian telah dilakukan untuk
tanpa purifikasi DNA. Metode yang digunakan menguji efektifitas antara metode PCR dan
oleh Mikita et al. dan Sriworarat et al. LAMP. Beberapa penelitian tersebut, antara
menggunakan DNA kasar, namun terbukti lain:
tidak mempengaruhi hasil 7. 1. Wang et al. 17 telah menguji metode
Berbeda dengan PCR, LAMP tidak harus LAMP untuk mendeteksi berbagai
menggunakan proses elektroforesis atau spesies Arcobacter dan Campylobacter
proses tertentu untuk mengamati reaksi positif menggunakan sampel DNA. Penelitian
hasil identifikasinya. Selain menggunakan gel ini menunjukkan bahwa LAMP mampu
elektroforesis dan UV-transilluminator, hasil 10 hingga 1000 kali lipat lebih sensitif
amplifikasi LAMP dapat diamati menggunakan dibandingkan multiplex PCR. Sementara
mata telanjang. Teknisnya, hasil amplifikasi itu, hasil deteksi menggunakan PCR
LAMP diberi penambahan pewarna SYBR menunjukkan adanya reaksi silang antara
Green I ke dalam tabung reaksi LAMP. Selain itu, spesies Campylobacter.
hasil amplifikasi yang telah diberi penambahan 2. Moslemi et al 18 membandingkan
warna dengan SYBR Green maupun picogreen diagnostik PCR dan LAMP menggunakan
dapat diamati menggunakan Real Time PCR virus Hepatitis B (HBV) dari sampel serum
atau alat fluorometer sejenis. Cara terakhir pasien. Dari sejumlah 104 HBV yang
adalah penambahan hydroxyl-napthol blue, dianalisis, PCR mendeteksi 95 kasus
sebagai chelating agent yang menghasilkan positif HBV, sedangkan LAMP mendeteksi
warna dikarenakan adanya perubahan pada 101 kasus positif HBV. PCR mendeteksi
konsentrasi Mg+. Metode ini menghasilkan bahwa 9 kasus negatif, namun pada LAMP
amplikon yang dapat diamati menggunakan 6 kasus tersebut positif. PCR dan LAMP
spektrofotometer 13. mendeteksi 3 kasus yang sama sebagai
kasus negatif HBV.
3. Dinzouna-Boutamba et al.19 meneliti

ODONTO Dental Journal. Volume 3. Nomer 2. Desember 2016


Feranisa 149

Plasmodium vivax, penyebab malaria, 7. Rivera et al. 23 menguji metode LAMP


menggunakan sampel darah 177 orang untuk mendeteksi Entamoeba histolytica
anggota militer Republik Korea. Target agen penyebab amebiasis dengan gen
analisis adalah gen α-tubulin. Metode target yaitu gen hemolisin HLY6. Hasil
LAMP dibandingkan dengan nested PCR, LAMP yang dibandingkan dengan nested
mikroskopi, dan rapid diagnostic test PCR yaitu LAMP tidak mendeteksi gen
(RDTs) dengan prinsip imunokromatografi. pada seluruh kontrol negatif menggunakan
Hasil penelitian tersebut menunjukkan spesies parasit berbeda yang memiliki
bahwa LAMP mampu mendeteksi 100 morfologi serupa.
salinan gen α-tubulin per reaksi dalam 8. Saito et al.24 mengembangkan dan
waktu 50 menit. Hasil ini lebih sensitif mengevaluasi metode LAMP untuk
dibandingkan metode lainnya. deteksi cepat Mycoplasma pneumoniae
4. Dong et al.20 meneliti metode menggunakan nasofaringeal swab dari
diagnostik untuk Klebsiella pneumoniae pasien atau individu sehat dibandingkan
menggunakan LAMP. Penelitian ini dengan ReT-PCR. Pada LAMP, tidak
membandingkan LAMP dengan PCR dan terdapat reaksi silang dan spesifik
metode-metode diagnostik lainnya. Target mendeteksi sekuens M. Pneumoniae.
deteksi yang digunakan adalah gen rcsA Keakuratan reaksi LAMP tersebut
dari K. pneumoniaein dengan sampel dikonfirmasi menggunakan analisis
berasal dari ICU tiga rumah sakit yang endonuklease restriksi.
berbeda di Beijing. Hasil analisis yang 9. Meng et al.25 menguji metode LAMP
diperoleh, LAMP 100 kali lebih sensitif untuk mendeteksi giant salamander
dibandingkan PCR. Selain itu, dari 30 (Andrias davidianus) iridovirus (GSIV)
sampel non- K. pneumoniaein yang ikut yang merupakan patogen infeksius
diujikan seluruhnya terdeteksi negatif penyebab penyakit severe hemorrhagic
menggunakan LAMP. dan penyebab angka kematian yang tinggi
5. Jaianand et al.21 meneliti metode deteksi pada A. davidianus. Hasil yang diperoleh
virus Chikungunya (CHIKV) menggunakan adalah LAMP 10 kali lipat lebih sensitif dan
metode RT-LAMP. Gen yang menjadi spesifik dibandingkan nested PCR. Metode
target adalah gen E1. Hasil deteksi telah LAMP mampu mendeteksi virus tersebut
dapat diamati dalam waktu kurang dari 1 dalam konsentrasi sampel 0,01 pg/µL.
jam. RT-LAMP menunjukkan hasil 10 kali 10. Wang et al.26 menunjukkan bahwa
lipat lebih sensitif dibandingkan RT-PCR sensitivitas LAMP dapat menghasilkan
dengan limit deteksi 0,1 PFU virus. positif palsu ketika dibandingkan dengan
6. Raele et al.22 membandingkan metode metode kit komersial.
diagnosis menggunakan ReT-PCR dan Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut,
ReT-LAMP untuk mendeteksi Dirofilariasis metode LAMP terbukti lebih spesifik dan
repens. Hasil yang diperoleh adalah ReT- sensitif dibandingkan dengan metode PCR.
LAMP mampu mendeteksi 50 salinan gen Selain itu, karena LAMP menggunakan suhu
COI per μl yang lebih spesifik dibandingkan isotermal, maka metode ini tidak membutuhkan
ReT-PCR. mesin thermocycler yang mahal. LAMP juga

ODONTO Dental Journal. Volume 3. Nomer 2. Desember 2016


KOMPARASI ANTARA POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) DAN LOOP-MEDIATED ISOTHERMAL
150 AMPLIFICATION (LAMP) DALAM DIAGNOSIS MOLEKULER

tidak memerlukan tahap isolasi dan purifikasi 1-24


11. Fatchiyah, E.L. Arumningtyas, S. Widyarti, S.
DNA seperti pada PCR, sehingga metode ini Rahayu. 2011. Biologi Molekuler Prinsip Dasar
dapat lebih praktis dan efisien waktu. Metode Analisis. Erlangga. Jakarta. Hal. 48-57
12. Watson, J.D., T.A. Baker, S.P. Bell, A. Gann, M.
LAMP sangat menjanjikan untuk diaplikasikan Levine, & R. Losick. 2004. Molecular Biology of The
sebagai metode diagnosis penyakit infeksius Gene. 5th edition. Benjamin Cumming. Pp. 681-683
13. Pooja S, Sudesh D, Poonam K, Joginder SD, Suresh
di negara miskin dan berkembang. KG. Loop-mediated isothermal amplification (LAMP)
based detection of bacteria: A Review. African J
Biotechnol [Internet]. 2014;13(19):1920–8. Available
KESIMPULAN from: http://academicjournals.org/journal/AJB/
PCR dan LAMP merupakan teknik article-abstract/F056E4B44513
14. Notomi T, Okayama H, Masubuchi H, Yonekawa
amplifikasi DNA yang dapat digunakan
T, Watanabe K, Amino N, et al. Loop-mediated
sebagai metode identifikasi dalam diagnosis isothermal amplification of DNA. Nucleic Acids Res
[Internet]. 2000;28(12):E63. Available from: http://
molekuler. Baik PCR maupun LAMP, masing-
nar.oxfordjournals.org/content/28/12/e63.abstract\
masing memiliki kelebihan dan kekurangan. nhttp://nar.oxfordjournals.org/content/28/12/e63.
LAMP dapat digunakan sebagai alternatif full.pdf\nhttp://nar.oxfordjournals.org/content/28/12/
e 6 3 . s h o r t \ n h t t p : / / w w w. n c b i . n l m . n i h . g o v /
diagnosis molekuler yang lebih sensitif, efisien, pubmed/10871386
dan murah untuk mengidentifikasi penyakit 15. Tomita N, Mori Y, Kanda H, Notomi T (2008).Loop-
mediated isothermal amplification (LAMP) of gene
infeksius dan patogennya. sequences and simple visual detection of products.
Nat. Protocol. 3:877-882.
16. Chander Y, Koelbl J, Puckett J, Moser MJ,
DAFTAR PUSTAKA Klingele AJ, Liles MR, et al. A novel thermostable
polymerase for RNA and DNA loop-mediated
1. Yuwono, T. 2008. Biologi Molekuler. Erlangga. isothermal amplification (LAMP). Front Microbiol.
Jakarta. Hal. 49-74 2014;5(AUG):1–11.
2. Joshi M, Deshpande JD. Polymerase Chain 17. Wang X, Seo DJ, Lee MH, Choi C. Comparison
Reaction : Methods , Pr. Int J Biomed Res [Internet]. of conventional PCR, multiplex PCR, and loop-
2010;1(5):81–97. Available from: www.ssjournals. mediated isothermal amplification assays for rapid
com detection of Arcobacter species. J Clin Microbiol.
3. Malik R, Misra D, Srivastava PC, Misra A. 2014;52(2):557–63.
Review Research Paper Application of Genetics 18. Moslemi E. Loop mediated isothermal amplification
and Molecular Biology In Forensic Odontology (LAMP) for rapid detection of HBV in Iran. African
Introduction : Corresponding Author : Molecular J … [Internet]. 2009;3(8):439–45. Available from:
Biology Studies : Teeth as Genetic Material Source : http://www.academicjournals.org/journal/AJMR/
Human Identification Using DNA : 2012;34(1):55–7. article-abstract/E70925B13699
4. Maheshwari S, Verma SK, Tariq M, Kc P, Kumar 19. Sylvatrie-Danne D-B, Yang H-W, Joo S-Y, Jeong S,
S. Emerging trends in oral health profession : The Na B-K, Inoue N, et al. The development of loop-
molecular dentistry. 2010;2(4):56–63. mediated isothermal amplification targeting alpha-
5. Dua J, Gupta A, Pachauri K, Dewangan S. tubulin DNA for the rapid detection of Plasmodium
Pharmacogenomics- a boon for chronic diseases. vivax. Malar J [Internet]. 2014;13(1):248.
Int J Pharma Bio Sci. 2011;2(2):423–30. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
6. Rodríguez-Antona C, Taron M. Pharmacogenomic pubmed/24981710
biomarkers for personalized cancer treatment. J 20. Dong D, Liu W, Li H, Wang Y, Li X, Zou D, et al.
Intern Med. 2015;277(2):201–17. Survey and rapid detection of Klebsiella pneumoniae
7. Biswal D. Advances in Loop-Mediated Isothermal in clinical samples targeting the rcsA gene in Beijing,
Amplification (LAMP) Technology and its Necessity China. Front Microbiol. 2015;6(MAY):1–6.
to Detect Helminth Infections: An Overview. 21. Jaianand K, Ramesh M, Gunasekaran P, Sheriff AK.
Biomarkers J. 2016;2(2):1–6. Molecular detection of chikungunya virus targeting
8. Jain KK. Textbook of personalized medicine. the immunodominant envelope (E1) gene: Current
Textbook of Personalized Medicine. 2009. 1-430 p. status and future applications. Int J Pharma Bio Sci.
9. Hoff M. DNA amplification and detection made 2010;1(4).
simple (relatively). PLoS Biol. 2006;4(7):e222. 22. Raele DA, Pugliese N, Galante D, Latorre LM,
10. Yuwono, T. 2006. Teori dan Aplikasi Polymerase Cafiero MA. Development and Application of a
Chain Reaction. Penerbit Andi. Yogyakarta. Hal. Loop-Mediated Isothermal Amplification (LAMP)

ODONTO Dental Journal. Volume 3. Nomer 2. Desember 2016


Feranisa 151

Approach for the Rapid Detection of Dirofilaria


repens from Biological Samples. PLoS Negl Trop
Dis. 2016;10(6):1–13.
23. Rivera WL, Ong VA. Development of loop-mediated
isothermal amplification for rapid detection of
Entamoeba histolytica. Asian Pac J Trop Med
[Internet]. 2013;6(6):457–61. Available from: http://
dx.doi.org/10.1016/S1995-7645(13)60074-7
24. Saito R, Misawa Y, Moriya K, Koike K, Ubukata
K, Okamura N. Development and evaluation of a
loop-mediated isothermal amplification assay for
rapid detection of Mycoplasma pneumoniae. J Med
Microbiol. 2005;54(11):1037–41.
25. Meng Y, Zhang H, Liang H, Zeng L, Xiao H, Xie
C. Development of a loop-mediated isothermal
amplification assay for rapid detection of iridovirus
in the Chinese giant salamander. J Virol Methods
[Internet]. 2013;194(1–2):211–6. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jviromet.2013.08.024
26. Wang D, Wang Y, Xiao F, Guo W, Zhang Y, Wang
A, et al. A comparison of in-house real-time LAMP
assays with a commercial assay for the detection of
pathogenic bacteria. Molecules. 2015;20(6):9487–
95.

ODONTO Dental Journal. Volume 3. Nomer 2. Desember 2016

Anda mungkin juga menyukai