Anda di halaman 1dari 25

A 40 years-old man and his son came to general practitioner.

They had complained redness in


their eyes. Father had redness in the middle of the right eye since 3 years ago. He felt dry and
had some foreign bodies in his right eye. There was no blurr vision. The ophthalmology
statue of the right eye was fibrovascular fiber in the nasal side of conjunctival.Cornea was
clear. His son had red eye on the both eyes since 3 days ago. He felt itchy and difficult to
open his eyes in the morning, but no blurr vision. The ophthalmology statues of both eyes
were mild oedem palpebrae,conjunctival injection, and serous discharge. Therewere follicle
on inferior conjunctival fornix. Cornea was clear. The doctor planned some tests to find the
etiology of the disease. After that the doctor gave some medicines and advices for them

Step 1
1. Conjunctival injection : melebarnya permbuluh darah a. Conjunctival posterior.
Melebarnya vasa konjungtiva posterior.
2. Foreign bodies : benda asing di bagian mata kanan. Kemungkinan yang dimaksud
fibrovascular fiber
Step 2
1. Mengapa ayah merasakan mata kering dan benda asing di mata kanan?
2. Mengapa pasien merasa gatal dan susah membuka matanya dipagi hari?
3. Mengapa pada anak ditemukan oedem palpebra, conjunctival injection, serous
discharge, dan folikel pada inferior fornix
4. Kenapa pada keduanya ditemukan kornea yang jernih padahal matanya merah?
5. Mengapa tidak ditemukan gangguan penglihatan pada ayah dan anak?
6. Bagaimana ciri2 dari konjunctival injection?
7. Jelaskan klasifikasi dari mata kemerahan !
8. Perbedaan dari klasifikasi mata kemerahan
9. Apa saja penyebab dari mata merah?
10. Apa saja macam2 discharge?
11. Apa saja pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk kasus di skenario?
12. Apa diagnosis dan diagnosis banding dar kasus di skenario?
13. Faktor risiko dari kasus di skenario?
14. Bagaimana tatalaksana dari kasus di skenario?
Step 3
1. Mengapa ayah merasakan mata merah dan kering serta terdapat benda asing di mata
kanan?
Iritatif UV : karena terpapar oleh sinar matahari, keadaan berangin dan
berpasir/berdebu
Sinar UV dapat memengaruhi jaringan di kornea.
Dikornea terdapat limbal basal stemsel. Sinar UV merupakan mutagen P53 supresor
tumor. Sehinggga bisa terjadi proliferasi yang lebih dan menyebabkan fibrovaskular
fiber
Mata merah bisa karena trauma, infeksi, Dsb. Pada kasus ini merupakan kasus
inflamasi sehingga vasa di bagian inflamasi berdilatasi dan terlihat kemerahan.
Karena fibrivaskular : pada kasus pterigium sehingga tampak kemerahan terutama di
bagian nasal.
Kenapa terjadi mata kering?
Mekanisme inti mata kering didorong oleh hyperosmolarity air mata dan
ketidakstabilan film air mata. Hyperosmolarity air mata menyebabkan kerusakan pada
epitel permukaan dengan mengaktifkan kaskade kejadian inflamasi pada permukaan
mata dan melepaskan mediator inflamasi ke dalam air mata.
Damage Kerusakan epitel melibatkan kematian sel dengan apoptosis, hilangnya sel
piala, dan gangguan ekspresi musin yang menyebabkan ketidakstabilan film air mata
Ketidakstabilan film air mata memperburuk hipermolaritas permukaan okuli dan
melengkapi siklus setan.
2. Mengapa pasien merasa gatal dan susah membuka matanya dipagi hari?
Kalau penyebab mata merah adalah virus maka terjadi hiperlakrimasi tapi sedikit
discharge. Kalau penyebabnya adalah bakteri terjadi pengeluaran sekret yang banyak
sehingga pada pagi hari sulit membuka mata karena menyebabkan perlekatan silia.
Infeksi di mata menyebabkan inflamasi kemudia terjadi pengeluaran sitokin2 seperti
Tnf alfa, histamin dll. Pada malam hari laju metabolisme turun sehingga terjadi
eksudasi yang banyak.
Mata merah bisa karena infeksi dan non infeksi. Bakteri dan virus akan menginfeksi
di epitel konjungtiva dan menyebabkan banyak sel yang mati dan mengundang sel2
radang yang kemudian bermigrasi ke stroma epitel. Mata sendiri memiliki pertahanan
mukus sehingga terjadi pengeluaran mukus yang berlebih. Pada malam hari mata akan
tertupup sehingga mukus yang banyak kemudia mengering dan menyebabkan
perlekatan di silia.

• Gatal : Histamin adalah mediator yang berperan penting, yang mengakibatkan efek
vasodilatasi, eksudasi dan hipersekresi pada mata. Keadaan ini ditandai dengan gejala
seperti mata gatal, merah, edema, berair, rasa seperti terbakar dan terdapat sekret yg
bersifat mukoid.

Apa saja flora normal pada mata?


Mikroorganisme konjungtiva terutama adalah difteroid (Corynebacterium
xerosis), S.epidermidis dan streptokukus non hemolitik. Neiseria dan basil gram
negatif yang menyerupai spesies Haemophilus (Moraxella) seringkali juga ada. Flora
konjungtiva dalam keadaan normal dikendalikan oleh aliran air mata, yang
mengandung lisozim.

3. Mengapa pada anak ditemukan oedem palpebra, conjunctival injection, serous


discharge, dan folikel pada inferior fornix
Folikel inferior fornix khas pada konjungtivitis akibat virus atau clamidya.
Strukturnya kelabu atau putih yang avaskular dan bulat.
Jika dilakukan pemeriksaan slit lamp pembuluh darah tampak kecil2 dan pada batas
folikel akan mengelilingi

Terjadi vasodilatasi akibat inflamasi sehingga terjadi perbedaan tekanan di


intravaskular dan interstitial. Terjadi peningkatan tekanan intravaskuler dan
penurunan tekanan interstitial sehingga cairan masuk ke interstitial dan terjadi oedem.

Conjunctival injection terjadi karen vasodilatasi vasa kontungtiva posterior.

Mata merah bisa karena infeksi dan non infeksi. Bakteri dan virus akan menginfeksi
di epitel konjungtiva dan menyebabkan banyak sel yang mati dan mengundang sel2
radang yang kemudian bermigrasi ke stroma epitel. Mata sendiri memiliki pertahanan
mukus sehingga terjadi pengeluaran mukus yang berlebih. Pada malam hari mata akan
tertupup sehingga mukus yang banyak kemudia mengering dan menyebabkan
perlekatan di silia

EDEM CONJUNCTIVA


Udem konjungtiva oleh karena transudasi cairan dari pembuluh darah kapiler
konjungtiva. Klinis tampak seperti gelembung/benjolan bening pada konjungtiva
bulbi atau fornix. Kemosis dapat terjadi secara :
• Aktif : peningkatan permeabilitas pada peradangan ( eksudat )
• Pasif : akibat stasis ( perbandingan “ tissue fluid “ didalam jaringan/organ
tergantung pada keseimbangan antara produk cairan dari arteri, penyerapan ke
vena dan drainage oleh limfatik ). Ketidakseimbangan salah satu factor ini
dapat menyebabkan kemosis.

4. Kenapa pada keduanya ditemukan kornea yang jernih padahal matanya merah?
Karena pada kornea memiliki struktur yang avascular. Kemungkinan terjadi inflamsi
di konjungtiva. Bagian mata yang tidak ditutupi konjungtiva yaitu kornea.

5. Mengapa tidak ditemukan gangguan penglihatan pada ayah dan anak?


Tidak ada gangguan pada media refrakta. Contoh kelainan refrakta yaitu keratitis,
peradangan kornea, dll.
Ada jaringan fibrovaskular : pterigium
Grade 1 : sklera
Grade 2 : kornea tidak mencapai pupil
Grade 3 : menutupi pupil dan mengganggu aksis penglihatan

6. Bagaimana ciri2 dari konjunctival injection?


Kelainan pada konjungtiva. Terjadi dilatasi vasa konjungtiva posterior, arah
alirannnya ke perifer dai fornix ke limbus, bila konjungtiva digerakkan maka ikut
bergerak, memperdarahi konjungtiva bulbi, visus tidak terjadi gangguan, ada sekret
yang keluar.

Injeksi siliar
- Melebarnya pembbuluh darah pada perikornea yaitu a. Ciliaris anterior
- Berjalan radian dari limbus ke fornix
- Pembuluh darah lebih lurus dan lebih merah, ketika konjungtiva digerakkan vassa
tidak ikut bergerak
- Jika diberi tekanan tidak akan memucat
- Bisa ada sekret atau tidak
- Visus menurun
Injeksi epi scleral
- Vasodilatasi a. Ciliaris posterior longus
- Laksi di episklera
- Warnanya merah gelap
- Dari limbus ke fornix
- Jika konjungtiva digerakkan tidak ikut bergerak
- Biasanya pada glaukoma
- Ada sekret
- Visus menurun
7. Jelaskan klasifikasi dari mata kemerahan !
Mata merah visus tidak turun : mengenai struktur bervaskular yang tidak menghalangi
media refrakta conth konjungtivitis
Mata merah visus turun : mengenai struktur bervaskular yang mngenai media refrakta
: keratokonjungtivitis, glaukoma
Mata tenang visus turun mendadak : contohnya ablasio retina, nauropati optik akut,
perdarahan vitreus
Mata tenang visus turun perlahan contohntya katarak(penurunan visus perlahan dan
pandangan berkabut) dan kelainan refraksi
Trauma mata : trauma fisik, kimia, dan radiasi
8. Apa saja penyebab dari mata merah?
- Infeksi : keratitis, staphylococcus epidermidis, streptococcus non hemoliticus,
konjungtivitis bisa karena virus(adenovirus, HSV, Varicella zoozter,
bakteri(hiperakut : N Gonnorea , N. Meningitidis. Akut : Strep. Pneumonia.
Subakut : E. coli clamidia dan endoftalmitis(bisa endogen/eksogen dan pasca
operasi),dll.
- Alergi : debu, suhu, dll.
- Trauma : fisik, kimia, radiasi
- Peradangan : uveitis, keratitis marginal
- Glaukoma
- Lain –lain : pterigium dan bleparitis
9. Apa saja macam2 discharge?
- Serous/bening : biasanya pada infeksi virus. Jika dibiarkan akan menjadi
discharge yang mukopurulen
- Mukus/kental, bening, dan elastis : biasanya terjadi karena proses alergi
- Purulen/ cair, keruh, dan kuning : biasanya terjadi karena bakteri
- Membran/ keruh, lengket pada permukaan jika diangkat bisa berdarah : terjadi
pada konjungtivitis difteri
- Sanguis/ merah berdarah biasanya terjadi pada virus setelah terjadi mukopurulen
atau yang berkelanjutan
- Pseudomembran : seolah2 melekat pada konjungtiva tapi jika diangkat tidak
berdarah biasanya terjadi karena streptococcus hemolitikus
10. Apa saja pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk kasus di skenario?
- Eyelid eversion : pemeriksaan untuk memeriksa dari kelopak mata untuk melihat
apakah ada papilla/ foreign bodies. Menggunakan cotton bud yang diberi anastesi
dan dimasukkan kebawah dari kelopak mata
- Epithelial smear : untuk memeriksa ada tidaknya clamidia atau patogen yang lain.
Menggunakan kerokan konjungtiva/ sekretnya. Dicek dengan giemsa atau gram.
Jika ditemukan banyak PMN makan konjungtivitis bakteri. Kalo banyak sel MN
biasanya pada konjungtivitis virus. Pada konjungtivitis clamidia banyak
ditemukan leukosit, sel plasma, limfosit dan badan inklusi. Pada konjungtvitis
alergi banyak eusinofil dan limfosit
- Pemeriksaan flouresin : untuk melihat ada defek pada kornea atau tidak. Pertama
mata ditetesi dengan pantocain 0,5% pada mata yang diperiksa. Diberi zat warna
flouresin kemudian dilihat perubahan warna. Dilanjutkan dengan menggunakan
lampu biru untuk melihat ada waena hijau atau tidak. Jika ada warna hijau berarti
ada defek pada epitel kornea.
Pemeriksaan pada ayah?
11. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari kasus di skenario?
Ayah
Diagnosis : pterigum(serat fibrovaskuler dan binasal berbentuk segitia dengan ujung
mendekati kornea)
DD
- Pseudopterigium : di ujung segitiga terdapat pulau2 fuchs. Didahului dengan
riwayat kerusakan kornea
- Pinguecula : penonjolan putih kuning ke abu2an di konjungtiva bulbi bisanya
karena hipertrofi selaput lendir

Anak
Diagnosis : konjungtivitis virus
DD
Berdasar waktunya
KONJUNGTIVITIS AKUTA:
 conjunctivitis catarrhalis acuta
o Kausa : Virus (adenovirus)
o Tanda khas : Pada awalnya sekret cair (serous), karena exudat tidak
mengandung fibrin. Setelah beberapa hari sekret kental sehingga kalau
pagi mata menjadi dempet (Ini disebabkan sudah ada infeksi tambahan
dari kuman komensal coccen yang ada di mata)
o Jenis secreet : mucous/muco-purulent. (bila purulent maka tidak
termasuk conjunctivitis catarrhalis tetapi telah termasuk conjunctivitis
purulenta/ blenorrhoe).
 conjunctivitis purulenta
o Penyebabnya ialah kuman yang virulent misalnya gonococc,
meningococ, inclusion virus(chlamidia spc).
o Karakteristik dari conjunctivitis purulenta
 Secreetnya purulent. Mula-mula secreet sereus sampai sero-
sanguinis dan dengan cepat berubah menjadi purulent. Dalam 2
hari palpebra dapat bengkak seperti papan (keras sekali). Dapat
timbul chemosis.
 Jalan penyakit hyperacut. Karena Kuman Go mengeluarkan
toxin yang bersifat proteolytic enzim
 Masa incubasi : 48 jam - 5 hari.

 conjunctivitis membranosa
o Definisi : merupakan konjungtivitis dengan pembentukan membran
yang menempel erat pada jaringan di bawah konjungtiva.
Pengangkatan membran ini akan menimbulkan perdarahan.
o Etiologi :
 Diffteria
 Pneumokok
 Stafilokok
 Infeksi adenovirus selain dari pada disebabkan penyakit Steven
Johnson
o Biasanya ditemukan pada anak yang tidak mendapat suntikan
imunisasi
o Bila ringan akan didapatkan sekret yang mukopurulen dan kelopak
bengkak, sedang pada yang berat dapat terjadi nekrosis atau
konjungtiva yang biasanya terjadi pada hari keenam. Pada hari ke 6-10
dapat terjadi penyulit tukak pada kornea akibat infeksi sekunder, dan
lepasnya sekret yang banyak. Dapat terjadi perlekatan antara
konjungtiva atau simblefaron.
o Sangat jarang terjadi paralisis pasca difteri seperti gangguan
akomodasi. Diobati sebagai difteri, berupa penisilin, serum antidifteri
 conjuctivitis haemorhagica
KONJUNGTIVITIS KRONIK
 conjunctivitis catarrhalis chronic
 Causa : staphylococcen, diplobacillus Morax-Axenfeld.
 Paling senang pada canthus internus dan externus sehingga terjadi blepharitis
angularis.
 Therapi : drug of choice untuk coccen ialah penicilin dan sulfa preparat.
Pada bentuk chronis,conjunctiva mengalami hypertrophie dan terbentuk follicel pada
conjunctiva palpebra
 conjunctivitis phlyctaenularis
a. Definisi : merupakan konjungtivitis nodular yang disebabkan alergi terhadap
bakteri atau antigen tertentu
b. Etiologi :
Oleh karena alergi (hipersensitivitas tipe IV) terhadap :
 Tuberkuloprotein
 Stafilokok
 Limfogranuloma venerea
 Leismaniasis
 Infeksi parasit
 Infeksi ditempat lain dalam tubuh
c. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada anak-anak didaerah padat, yang
biasanya dengan gizi kurang atau sering mendapat radang saluran napas.
d. Gambaran histopatologik :
Terlihat kumpulan sel leukosit neutrofil dikelilingi sel limfosit, makrofag, dan
kadang-kadang sel datia berinti banyak. Flikten merupakan infiltrasi selular subepitel
yang terutama terdiri atas sel monokular limfosit.
e. Bisanya konjungtivitis flikten terlihat unilateral dan kadang-kadang mengenai
kedua mata. Pada konjungtiva terlihat sebagai bintik putih yang dikelilingi daerah
hiperemi.
f. Pada pasien akan terlihat kumpulan pembuluh darah yang mengelilingi suatu
tonjolan bulat dengan warna kuning kelabu seperti suatu mikroabses yang
biasanya terletak didekat limbus. Biasanya abses ini menjalar ke arah sentral atau
kornea dan terdapat tidak hanya satu.
g. Gejala :
 Mata berair
 Iritasi dengan rasa sakit
 Fotofobia dapat ringan hingga berat
 Bila kornea ikut terkena selain daripada rasa sakit, pasien juga akan
merasa silau disertai blefarospasme.
h. Penatalaksanaan :
 Dapat sembuh sendiri dalam 2 minggu, dengan kemungkinan terjadi
kekambuhan. Keadaan akan lebih berat bila terkena kornea.
 Pengobatan dengan diberi steroid topikal
 Diberi midriatika bila terjadi penyulit pada kornea
 Diberi kaca mata hitam karena adanya rasa silau yang sakit
 Perhatikan higiene mata dan diberi antibiotik salep mata waktu tidur, dan
air mata buatan
 Diberi vitamin dan makanan tambahan (pada anak gizi kurang)

 conjunctivitis vernalis
o Biasanya terdapat pada anak-anak
o Kadang-kadang terdapat pada orang dewasa muda (sampai umur 30
tahun). Merupakan penyakit allergi,timbul terutama pada musim panas
(kemarau).
o Sebabnya :
 Mungkin karena udara yang panas, banyak berdebu, alergi
erbuk bunga
 Mungkin karena kumannya banyak pada musim panas,
 Yang pasti belum diketahui.
o Karakteristik :
 Papillair hypertrophie dapat sangat excessive sehingga
berbentuk seperti coble stone pavement.(Susunan batu kali)
 Terjadi hypertrophie jaringan pengikat pada stratum papillare
yang lama-lama akan mengalami degenerasi hyalin sehingga
berwarna abu-abu/ biru keputihan.
 Kambuh pada musim panas, hilang pada musim penghujan.
o Ada 2 type :
 Type palpebra/tarsal : gambaran coble stone.
 Type bulbair/limbal : Terjadi papillair hypertrophie,daerah
limbus. Ada yang mengatakan terjadi gelatinous degenerasi.
o Therapi :
 Antihistaminica.
 Antiphlogistik
 Cauterisasi
 Radiasi
 Operasi sampai di tarsus (eksisi)

 conjunctivitis trachomatosa
o Penyebabnya adalah : Chlamydia Trachomatosa (Virus)
o Sifat penyakit : chronis exacerbasi.
o Gejala yang menyolok gatal dan ngeres (seperti klilipen).
o Tanda-tanda klinik hanya inflamasi ringan. Secreet :moucous, paling-
paling muco-purulent.

 conjunctivitis allergica
o Terutama pada anak-anak kecil karena peka terhadap suatu toxin.
o Terjadi hypertrophie kecil karena peka terhadap suatu toxin.
o Causa :
 Toxin dari microorganisme (coccen/ morax-axenfeld).
 Obat-obatan :pilocarpin, eserin,miotica anti glaucoma.
 Sulfas atropin:dermatitis allergica pada kulit palpebra
o Dapat dicoba dengan patch test pada palpebra
o Keluhan : ada rasa gatal.
Berdasar etiologinya
a. konjungtivitis bacterial
Tanda dan gejala :
- Kemerahan bilateral.
- Eksudat purulent dengan palpebra saling melengket saat bangun tidur.
- Udem palpebra ( jarang ).
Untuk Konjungtivitis ok kuman GO didapatkan tanda/gejala :
- Eksudasi masif.
- Kemosis berat.
- Preaurikuler limfadenopati.
- Jika tidak tertangani dengan baikinfiltrasi kornea kornea
luluhperforasi.
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan swab secret mata untuk dilakukan :
- Pengecatan Gram : kuman penyebab.
- Pengecatan Giemsa : sitologi konjungtiva
Penatalaksanaan :
disesuaikan dengan kuman penyebab.
1. Konjungtivitis GO :
a. Antibiotika sistemik :
 Ceftriaxone 1 gr im bila tidak dijumpai perforasi
kornea.
 Ceftriaxine 1 gr iv/12 jam selama 3 hari berturut-
turut bila dijumpai perforasi kornea.
 Injeksi PP/ Garamycin.
 Tetes gentamycin tiap jam atau tetes PP 15.000 IU
tiap jam.
 Bersihkan secret tiap jam dan irigasi dengan normal
saline tiap jam.
 Isolasi ( jika sangat infeksius ).
b. Antibiotika topical:
 eritromisin EO,
 basitrasin EO,
 gentamisin EO,
 siprofloksasin ED.

2. konjungtivitis oleh karena klamidia


a. Stadium klinis :
- Prefolikel
l

- Folikel

- Sikatriks

- Sanata

b. tanda-tanda berikut :
 TF : lima/> folikel pada konjungtiva tarsal superior.
 TI : infiltrasi difus dan hipertrofi papiler
konjungtiva tarsal superior yang sekurang-
kurangnya menutupi 50 % pembuluh darah
profunda normal.
 TS : parut konjungtiva trakomatosa.
 TT : trikiasis/entropion.
 CO : kekeruhan kornea.
c. Komplikasi :
entropiontrikiasiserosikorneainfeksisikatriksvisus
d. Pemeriksaan penunjang :
 Laboratorium :
1. Sitologi Giemza : inclusion bodies
2. Fluorescin antibody
3. Ensim immuno assay test
e. Penatalaksanaan :
 Tetrasiklin 1 – 1,5 gr/hr selama 3 – 4 minggu  Eso
: hepatotoksik, Depresi sumsum tulang
 Doksisiklin 2 x 100 mg selama 3 minggu
 Azitromisin dosis tunggal ( mahal )
 Topikal  Topikal diberikan 4 x sehari selama 6
minggu.
1. Tetrasiklin salep
2. Sulfonamid
3. Eritromisin
4. Rifampin

b. konjungtivitis oleh karena virus


o Penyebab :
1. Adenovirus type 3,4,7 ( Demam faringokonjungtival )
2. Adenovirus type 8,19,29,37 ( Keratokonjungtivitis epidemika )
3. Virus Herpes Simpleks
o Tanda dan gejala :
1. Demam ( Demam Faringokonjungtival )
2. Folikel di konjungtiva palpebra
3. Pembesaran kelenjar limfe pre aurikuler
a. Nyeri tekan pada Keratokonjungtivitis epidemika
b. Tidak nyeri tekan pada Demam faringokonjungtival
o Pemeriksaan laboratorium : sitologi Giemsa sel mononukleus
o Penatalaksanaan :
1. Self limited.
2. Kompres dingin agar nyaman.
3. Topikal vasokonstriktor.
4. Topikal antibiotika bila terdapat kecurigaan sekunder infeksi.
5. Konjungtivitis Herpes Simpleks :
a. Topikal antiviral Asiklovir 2 gr/hr slm 7-10 hari
6. Istirahat.

c. konjungtivitis oleh karena alergi


o Konjungtivitis vernalis
 Reaksi alergi type I dan IV
 Laki-laki lebih banyak darpada wanita
 Usia pra pubertas dan berlangsung selama 5 – 10 tahun.
o Ada 2 type :
1. Type palpebral  Cobble stone di daerah konjungtiva palpebra
superior > inferior.
2. Type limbal  Trantas dot pada daerah limbus.
o Pemeriksaan laboratorium : eosinofil >>
o Penatalaksanaan :
1. Anti histamine : klorfeniramine maleat.
2. Mast stabilizer : sodium kromoglikat.
3. Steroid topical ( hati-hati pada penggunaan jangka panjang ) 
ESO : katarak, Glaucoma

10. Diagnosis Banding


A. Episkleritis

a. Definisi : peradangan pada jaringan episklera


b. Sebab : Auto immune disease  Self limited disease menyerang pada
usia 20 – 50 tahun
c. Manifestasi klinik  Kemerahan/ injeksi episkleral, biasanya lebih lurus
dari limbus menuju fornik dan berwarna lebih keunguan. Pembuluh
darah episklera maupun konjungtiva dapat digerakkan serta mengalami
konstriksi dengan pemberian epinefrin 10 %. Injeksi ini terjadi pada zone
yang exposure
d. Klasifikasi :
1.Simple ( difused )
2.Noduler
e. Penatalaksanaan :
1.Sembuh sendiri ( 1 – 2 minggu )
2.Topikal / oral NSAID  Flurbiprofen 300 mg/hr setelah
terkontrol dosis diturunkan 150 mg/hr; Indometasin 3 x 25 mg.
3.Topikal vasokonstriktor.
4.Topikal steroid.
5.Dexamethason 0,1% selama 3 – 4 hari.

B. Skleritis
a. Definisi : Skleritis adalah peradangan pada sclera.
b. Merupakan auto immune disease.
c. Tanda khas : Kemerahan / injeksi skleral, dimana letaknya lebih
profunda, tidak dapat digerakkan dan tidak mengalami konstriksi dengan
epinefrin. Injeksi sclera menunjukkan adanya peradangan pada sclera,
berasal dari serabut profunda arteri ciliaris.
d. Klasifikasi :
1.Skleritis anterior
 Difuse
 Noduler
 Nekrotikans :
a. dengan inflamasi
b. Tanpa inflamasi
2. Skleritis
posterior
e. Manifestasi Klinis :
1.Nyeri
2.Bola mata warna ungu gelap
3.Injeksi sclera.
f. Pemeriksaan penunjang :
1.Biasanya berhubungan dengan penyakit sistemik ( sifilis, TBC,
Herpes Zooster, Morbus Hansen ).
2.Lab : Diff count, LED, urin rutin, asam urat, sifilis serologi,
rheumatoid factor, x foto dada.
g. Komplikasi : keratitis perifer, uveitis, katarak, glaucoma, penipisan
sclera.
h. Penanganan :
- Topikal steroid.
- Oral NSAID :
o Indometasin 100 mg/hr
o Ibuprofen 300 mg/hr
- Bila 1 – 2 mgg tidak berespon dapat diberikan steroid dosis tinggi
80 mg/hr dan diturunkan secara bertahap selama 2 mgg kemudian
dimaintenance dengan dosis 10 mg/hr.

C. Hordeolum
a. Definisi : Hordeolum merupakan infeksi kelenjar pada palpebra.
b. Ada dua jenis :
1.Hordeolum eksterna :
infeksi pada kelj. Zeis / Moll  lebih kecil dan letak lebih superficial
2.Hordeolum interna : infeksi pada kelj. Meibom  lebih besar
dan lebih profundal
c. Klinis : nyeri, merah dan bengkak pada palpebra.
d. Penyebab : infeksi Stafilokokus aureus
e. Terapi :
1.Kompres hangat 3-4 kali/hari selama 10-15 menit.
2.Insici dan drainage untuk keluarkan pus, cara insisi :
 Vertikal permk konjungtiva pada h. internum untuk
menghindari terpotongnya kelj. Meibom.
 Horisontal pada kulit untuk H. eksternum untuk
Mengurangi luka parut.
3.Salep Antibiotika

D. pterygium

a. Pterygium adalah lipatan pada konjungtiva dan merupakan jaringan


fibrovaskuler yang dapat menginvasi kornea superficial.
1.Bentuk segitiga, umumnya di sisi nasal, secara bilateral
2.Keadaan ini diduga merupakan fenomena iritatif akibat sinar UV,
udara kering, lingkungan dengan angin banyak, berdebu dan
berpasir
b. Terapi : eksisi jaringan pterygium
E. Pinguicula
a. Definisi : Pinguicula adalah nodul kuning pada kedua sisi kornea ( lebih
sering pada sisi nasal ) di daerah aperture palpebra. Nodul terdiri atas
jaringan elastis hialin dan kuning. Jarang bertumbuh besar, namun sering
meradang. merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang
ditemukan pada orangtua, terutama yang matanya sering mendapat
rangsangan sinar matahari, debu, dan angin panas.
b. Letak bercak ini pada celah kelopak mata terutama dibagian nasal
c. Merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva.
Pembuluh darah tidak masuk ke dalam pinguekula akan tetapi bila
meradang atau terjadi iritasi, maka sekitar bercak degenerasi ini akan
terlihat pembuluh darah yang melebar.
d. Pengobatan tidak perlu, akan tetapi bila terlihat adanya tanda peradangan
(pingukulitis), dapat diberikan obat-obat antiradang, seperti :
1.Steroid topical lemah ( Prednisolone 0,1 % )
2.NSAID topikal

F. Blefaritis
a. Definisi : Blefaritis adalah peradangan pada margo palpebra.
b. macam blefaritis
1.Blefaritis anterior :
 Blefaritis ulserosa ok Stafilokokus Ulcus pada folikel
silia, Silia mudah dicabut
 Blefaritis skuamosa ok Pytirosporum ovale  Sisik
berminyak pd folikel silia, Silia mudah dicabut
2.Blefaritis posterior : oleh karena disfungsi kelenjar meibom.
c. Penatalaksanaan
1.Blefaritis Anterior :
 kebersihan muka
 Salep antibiotika Gram (+)
 Digosok dengan cotton aplikator
2.Blefaritis Posterior :
 Tetrasiklin 2 x 250 mg atau Erythromicin 3 x 250 mg,
Diberikan selama 2 minggu
 Topikal : steroid ringan
DD
Diagnosa Anamnes Pemeriksaan Pemeriksaa Therapy Monitorin
a Fisik/Gambara n g
n Klinis penunjang
Konjungtiviti Mata - Visus normal Swab sekret Medika Kontrol
s merah  - Injeksi ( mentosa ulang
konjungtiva  Mikrobiolog Berdasarkan (follow up
benda - sekret  i) penyebab : /komplikas
Def:peradang asing ( a. Bakteri : i)
an / infeksi pd ganjal ) - folikal 
- Ab spectrum
konjugtiva - papil  luas, tetes mata
gatal  - papil  - Ab + steroid
Etio: bakteri, - granuloma  tetes mata
virus, berair  - fleksen  b. Jamur :
klamidia, - membrane  - anti jamur
reaksi alergi sekret ( - pseudomembr tetes mata
serous, - Ab tetes mata
an 
purulen, c. Virus :
mukous ) - pembesaran - Ab +
kelenjar - antivirus tetes
preaurikuler  mata & zalf
mata
d. Alergi :
- Ab steroid +
alergi tetes
mata
II. Bedah : -
III. Suportif
meningkatkan
daya tahan
tubuh
Konjungtiviti - Mata - Visus normal / - Mikrobio I.
s Purulenta merah  : Swab Medikamento
Gonoroika  - Edeman sekret + sa
- Kelopa Palpebra pengecata - Ab topical :
Def : k mata - Injeksi n gram penicillin
peradangan bengka konjungtiva  50.000 iu/ cc
konjungtiva k - Sekret purulent diplococu 100.000 iu/cc
yang disertai - Spt ada  s gr – tetes
sekret benda - Perdarahan , dengan mata tiap 15
purulent asing  krn edema PMN >> menit, kmd
akibat infeksi - Sekret konjungtiva - Konsul dikurangi tgt
Neiseria purulen hebat. bagian klinis.
Gonore t kulkel - Bila inf berat,
- Seperti tambah Sulfas
nanah atropine 0.5 %
kdng - 1 % tetes
bercam mata
pur - Ab peroral
darah. bila perlu
II. Bedah
Bila terjadi
komplikasi
perforasi
kornea flap
konjungtiva
III. Suportif
Bersihkan
sekret dengan
larutan Saline.

12. Faktor risiko dari kasus di skenario?


Faktor resiko yang mempengaruhi pterygium adalah lingkungan yakni radiasi
ultraviolet sinar matahari, iritasi kronik dari bahan tertentu di udara dan faktor
herediter.
1. Radiasi ultraviolet
Faktor resiko lingkungan yang utama sebagai penyebab timbulnya pterygium adalah
terpapar sinar matahari. Sinar ultraviolet diabsorbsi kornea dan konjungtiva
menghasilkan kerusakan sel dan proliferasi sel. Letak lintang, waktu di luar rumah,
penggunaan kacamata dan topi juga merupakan faktor penting.
2. Faktor Genetik
Beberapa kasus dilaporkan sekelompok anggota keluarga dengan pterygium dan
berdasarkan penelitian case control menunjukkan riwayat keluarga dengan pterygium,
kemungkinan diturunkan autosom dominan.
3. Faktor lain
Iritasi kronik atau inflamasi terjadi pada area limbus atau perifer kornea merupakan
pendukung terjadinya teori keratitis kronik dan terjadinya limbal defisiensi, dan saat
ini merupakan teori baru patogenesis dari pterygium. Wong juga menunjukkan
adanya pterygium angiogenesis factor dan penggunaan pharmacotherapy
antiangiogenesis
sebagai terapi. Debu, kelembaban yang rendah, dan trauma kecil dari bahan partikel
tertentu, dry eye dan virus papilloma juga penyebab dari pterygium.4
13. Bagaimana tatalaksana dari kasus di skenario?
Penatalaksanaan
Keluhan fotofobia dan mata merah dari pterygium ringan sering ditangani dengan
menghindari asap dan debu. Beberapa obat topikal seperti lubrikans, vasokonstriktor
dan kortikosteroid digunakan untuk menghilangkan gejala terutama pada derajat 1 dan
derajat 2. kacamata pelindung ultraviolet.

Eksisi dilakukan pada kondisi adanya ketidaknyamanan yang menetap, gangguan


penglihatan bila ukuran 3-4 mm dan pertumbuhan yang progresif ke tengah kornea
atau aksis visual, adanya gangguan pergerakan bola mata.

Eksisi pterygium bertujuan untuk mencapai gambaran permukaan mata yang licin.
Suatu tehnik yang sering digunakan untuk mengangkat pterygium dengan
menggunakan pisau yang datar untuk mendiseksi pterygium kearah limbus.
Memisahkan pterygium kearah bawah pada limbus lebih disukai, kadang-kadang
dapat timbul perdarahan oleh karena trauma
jaringan sekitar otot. Setelah eksisi, kauter sering digunakan untuk mengontrol
perdarahan.
Beberapa tehnik operasi yang dapat menjadi pilihan yaitu :
1. Bare sclera : tidak ada jahitan atau jahitan, benang absorbable digunakan untuk
melekatkan konjungtiva ke sklera di depan insersi tendon rektus. Meninggalkan suatu
daerah sklera yang terbuka.
2. Simple closure : tepi konjungtiva yang bebas dijahit bersama (efektif jika hanya
defek konjungtiva sangat kecil).
3. Sliding flaps : suatu insisi bentuk L dibuat sekitar luka kemudian flap konjungtiva
digeser untuk menutupi defek.
4. Rotational flap : insisi bentuk U dibuat sekitar luka untuk membentuk lidah
konjungtiva yang dirotasi pada tempatnya.
5. Conjunctival graft : suatu free graft biasanya dari konjungtiva superior, dieksisi
sesuai dengan besar luka dan kemudian dipindahkan dan dijahit.
6. Amnion membrane transplantation : mengurangi frekuensi rekuren pterygium,
mengurangi fibrosis atau skar pada permukaan bola mata dan penelitian baru
mengungkapkan menekan TGF-β pada konjungtiva dan fibroblast pterygium.
Pemberian mytomicin C dan beta irradiation dapat diberikan untuk mengurangi
rekuren tetapi jarang digunakan.
7. Lamellar keratoplasty, excimer laser phototherapeutic keratectomy dan terapi
baru dengan menggunakan gabungan angiostatik dan steroid.

14. Bagaimana patogenesis dan patofisiologi pada kasus di skenario?


2. patogenesis
Peradangan merupakan mekanisme pertahanan tubuh, suatu reaksi yang dinamik,
melibatkan stimulus radang dan host ( pejamu ) yang secara klasik digambarkan
dengan danya lima gejala utama :
 kemerahan akibat vasodilatasi dan meningkatnya volume serta aliran
darah pada daerah lesi,
 pembengkakan karena adanya peningkatan masa jaringan akibat edema
serta transudasi jaringan, migrasi sel radang,
 nyeri akibat rangsangan pada serabut saraf dan fungsiolesa. Yang terjadi
pada peradangan konjungtiva adalah vasodilatasi, permeabilitas
meningkat serta eksudasi sel-sel leukosit yang memberikan gambaran
klinis secret dan merupakan tanda khas dari konjungtivitis.

3. Patofisiologi
a. Hiperemi :
Kemerahan yang paling nyata pada fornix dan mengurang ke arah limbus. Hal ini
disebabkan oleh dilatasi pembuluh – pembuluh konjungtiva posterior. Pembuluh darah
konjungtiva posterior berasal dari cabang nasal dan lakrimal yang merupakan cabang
teminal arteri oftalmika, menuju kelopak mata melalui forniks. Diantara keduanya
terdapat anastomosis. Injeksi konjungtiva menunjukkan adanya kelainan pada
konjungtiva superficial.
b. Lakrimasi :
Sekresi air mata oleh karena adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar/ gatal.
c. Eksudasi :
Adanya secret yang keluar saat bangun tidur dan bila berlebihan palpebra saling
melengket.
d. Kemosis :
Udem konjungtiva oleh karena transudasi cairan dari pembuluh darah kapiler
konjungtiva. Klinis tampak seperti gelembung/benjolan bening pada konjungtiva bulbi
atau fornix. Kemosis dapat terjadi secara :
- Aktif : peningkatan permeabilitas pada peradangan ( eksudat )
- Pasif : akibat stasis ( perbandingan “ tissue fluid “ didalam
jaringan/organ tergantung pada keseimbangan antara produk cairan
dari arteri, penyerapan ke vena dan drainage oleh limfatik ).
Ketidakseimbangan salah satu factor ini dapat menyebabkan kemosis.

Anda mungkin juga menyukai