Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak usia sekolah sudah mengembangkan kekuatan internal dan tingkat
kematangan yang memungkinkan mereka untuk bergaul di luar rumah. Tugas
perkembangan utama pada tahap ini adalah menanamkan interaksi yang sesuai
dengan teman sebaya dan orang lain, meningkatkan keterampilan intelektual
khususnya di sekolah, meningkatkan keterampilan motorik halus, dan ekspansi
keterampilan motorik kasar. Pertumbuhan fisik dengan pesat mulai melambat
pada usia 10 hingga 12 tahun. Bentuk wajah berubah karena tulang wajah tumbuh
lebih cepat dari pada tulang kepala. Anak usia sekolah menjadi lebih kurus,
kakinya lebih panjang, koordinasi neuromotorik lebih berkembang. Gigi tetap
mulai tumbuh. Keterampilan bersepeda, memainkan alat musik, menggambar/
melukis, serta keterampilan lain yang di perlukan untuk kegiatan kelompok serta
kegiatan hidup sehari-hari sudah berkembang (Berger &
williams,1992;kozier;Erb,Blais & wilkinson, 1995).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) menunjukkan bahwa prevalensi
gangguan jiwa 1-2 orang per 1.000 penduduk. Diperkirakan sekitar 400 ribu
orang yang mengalami skizofrenia. Dari jumlah tersebut sekitar 57.000 orang
pernah atau sedang di pasung. Hasil penelitian menunjukkan, sekitar 80% pasien
yang dirawat di RSJ dengan gangguan skizofrenia yaitu 25% pasien skizofrenia
dapat sembuh, 25% dapat mandiri, 25% membutuhkan bantuan, dan 25% kondisi
berat (Efendi, 2009). Khusus untuk dan remaja, masalah kesehatan jiwa perlu
menjadi fokus utama tiap upaya pendidikan sumber daya manussia, mengingat
anak dan remaja merupakan generasi yag perlu disiapkan sebagai kekuatan bangsa
indonesia. Jika ditinjau dari proporsi penduduk, 40% dari populasi terdiri atas
anak dan remaja berusia 0-16 tahun, 13 % dari jumpah populasi ini anak berusia
di bawah 5 tahun (balita). Ternyata 7-14% dari populasi anak dan remaja
mengalami gangguan kesehatan jiwa termasuk anak dengan tunagrahita,
gangguan prilaku , kesulitan belajar, dan hiperaktif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Kesehatan Jiwa Usia sekolah ( 5 – 12 Tahun)?
2. Bagaimana Keperawatan Jiwa Anak Secara Umum?
3. Bagaimana Proses Keperawatan?
4. Bagaimana Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Sekolah
Tahap Usia Sekolah?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Definisi Kesehatan Jiwa Usia sekolah ( 5 – 12 Tahun).
2 Mengetahui Keperawatan Jiwa Anak Secara Umum.
3 Mengetahui Proses Keperawatan.
4 Mengetahui Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Sekolah
Tahap Usia Sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kesehatan Jiwa Usia sekolah ( 5 – 12 Tahun)
Anak usia sekolah sudah mengembangkan kekuatan internal dan tingkat
kematangan yang memungkinkan mereka untuk bergaul di luar rumah. Tugas
uatama pada perkembangan utama pada tahap ini adalah menahan interaksi yang
sesuai dengan teman sebaya dan orang lain, meningkatkan keterampilan
intelektual khususnya disekolah, meningkatkan keterampilan motorik halus, dan
ekspansi motorik kasar. Pertumbuhan fisik dengan pesat mulai melambat pada
usia 10-12 tahun. Bentuk wajah berubah karna tulang wajah tumbuh lebih cepat
dari pada tulang kepala. Anak usia sekolah menjadi lebih kurus, kakinya lebih
panjang, koordinasi neuromotorik lebih berkembang. Gigi tetap mulai tumbuh.
Keterampilan bersepeda, memaikan alat musik, menggambar/melukis, serta
keterampilan lain yang diperlukan untuk kegiatan kelompok serta kehidupan
sehari-hari sudah berkembang.
Untuk perkembangan emosional dan sosial, anak usia sekolah perlu diberikan
kesempatan untuk belajar menerapkan peraturan dalam berinteraksi dengan orang
lain diluar keluarga. Anak juga mengamati bahwa tidak semua keluarga
berinteraksi dengan cara atau sikap yang sama bahwa tiap keluarga mempunyai
perbedaan normal tentang perilaku yang diterima atau tidak diterima. Oleh karna
itu, perlu bagi anak untuk mengembangkan kesadaran dan perbedaan tiap keluarga
sehingga dapat berhubungan dengan orang lain secara aktif. Menurut Erikson,
tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengembangkan pola industri
(produktif) versus inferiotas (rendah diri). Orang tua perlu mendukung dan
menjadi contoh peran bagi anak untuk meransang anak agar produktif.
Perkembangan seksual dan citra diri tidak hanya berhubungan denga aspek
fisiologis, tetapi juga perasaan kompeten, penerimaan, dan penghargaan. Perasaan
berhasil melakukan sesuatu menjadi sangat penting dalam proses tumbuh-
kembang anak usia sekolah. Mereka juga telah memahami konsep gender bahwa
anak laki-laki akan menjadi bapak dan anak wanita akan menjadi ibu kalau sudah
dewasa.
Perkembangan kognitif terjadi cukup pesat pada masa ini, yaitu menerapkan
keterampilan merasionalisasikan pemahaman tentang ide atau konsep. Mereka
dapat menghubungkan antara konsep waktu dam ruang, mampu mengingat, serta
keterampilan mengumpulkan benda yang sejenis. Anak usia sekolah juga telah
memerhatikan norma dirumah, sekolah, agama, dan menghargai tokoh otoriter,
seperti orang tua atau guru.

2.2 Keperawatan Jiwa Anak Secara Umum


A. Landasan teoretis perkembangan jiwa anak
Keperawatan jiwa anak merupakan bagian spesialisasi dari keperawatan
psikiatrik. Intervensi keperawatan jiwa anak mendukung pertumbuhan dan
perkembangan normal anak yang berlandaskan pada teori perkembangan fisio –
biologis, psikologogis, kognitif, sosial, sensorimotoris, moral, dan filosofi.
Berikut ini akan diuraikan secara singkat landasan teoritis menurut Clunn (1991).
1. Teori perkembangan fisio – biologis
Tiga konsep utama yang melandasi teori fisiobiologis perkembangan individu
adalah kepribadian, sifat (traits), dan temperamen kepribadian di definisikan
sebagai elemen – elemen yang membentuk reaksi menyeluruh individu terhadap
lingkungan. Temperamen adalah gaya prilaku sebagai reaksinya terhadap
lingkungan dan berkaitan dengan trait, yaitu atribut kepribadian. Walaupun tidak
bersifat genetik, sifat bawaan (inborn traits) menghasilkan gaya respons sosial
yang berbeda yang memengaruhi pola keterikatan (attachment patterns ) dan
perkembangan psikopatologi.
Body image (citra tubuh) merupakan konsep biofisik yang juga mempunyai
dimensi biologis dan sosial dalam perkembangan seseorang. Bersifat dinamis dan
berkembang mengikuti perkembangan interpersonal, lingkungan, citra tubuh
ideal, dan penyesuaian sebagai respon terhadap pertumbuhan fisik dan
pengalaman hidup. Maturasi secara teratur dan berangsur terbentuk yang
membedakan anak sebagai bagian yang terpisah dari ibunya, dan skema tubuh
mereka menjadi lebih mantap dan stabil pada akhir masa remaja.
2. Teori perkembangan psikologis
Teori psikoanalitis yang di kembangkan oleh freud, begitu pula teori
interpersonal psikiatri yang di kenalkan oleh sullivan mendasari teori psikologis
perkembangan yang akan di jelaskan berikut ini. Freud adalah orang pertama yang
menemukan teori perkembangan kepribadian dalam pengobatan psikonoalitis
pada orang dewasa. Ia menekankan pada tahap perkembangan pengaruh masa
kecil pada perilaku pada saat dewasa. Freud menyatakan bahwa lima tahun
pertama kehidupan anak sangat penting dan pada usia lima tahun karakter dasar
yang dimiliki anak telah terbentuk dan tidak dapat diubah lagi. Freud juga
mengenalkan, anatara lain, konsep trenferens, ego, mekanisme koping, (coping
mechanism). Sullivan memfokuskan teori perkembangan anak pada hubungan
antara manusia. Tema entral teori Sullivan berkisar pada ansietas dan menekankan
bahwa masyarakat sebagai bentuk kepribadian. Anak belajar perilaku tertentu
karena hubungan interpersonal.

3. Teori Perkembangan Kognitif


Teori piaget menekankan bahwa cara anak berpikir berbeda dari pada orang
dewasa, bahkan anak belajar secara spontan tanpa mendapatkan masukan dari
orang dewasa. Menurut piaget, anak belajar melalui proses meniru dan bermain,
menunjukan proses kegiatan asimilasi, dan akomodasi, yang menjabarkan tiap
tahap dan usia dari kematangan kognitif anak. Perkembangan kognitif
mengitegrasikan struktur pola prilaku sebelumnya ke arah pola prilaku baru yang
kompleks. Kecepatan tiap tahap perkembangan dipengaruhi oleh perbedaan tiap
individu dan pengaruh sosial. Piaget tidak setuju dengan pendapat ilmuan lain
bahwa orang dewasa dipengaruhi oleh tingkat perkembangan sebelumnya.

4. Teori Perkembangan Bahasa


Penguasaan bahasa merupakan tugas perkembangan utama pada masa kanak-
kanak, yang mana struktur linguistik dan kognitif berkembang secara paralel.
Chomsky (1975) dalam teorinya meyatakan bahwa anak menggunakan dan
menginterpretasikan kalimat baru melalui proses kognitif internal yang disebut
dengan transformasi, yaitu penyusunan kata menjadi kalimat. Mula-mula anak
memverbalisasi persepsi mereka dengan memberi nama tentang hal yang di
persepsikan, kemudian meningkat dengan memverbalisasi emosi mereka.
Pemberian nama pada objek da perasaan yang dialami, meningkatkan rasa kontrol
anak terhadap perasaannya, yang dengan sendirinya membantu mereka untuk
membedakan apa yang nyata dan yang tidak. Perkembangan bahas memudahkan
uji realitas dan sebagai dasar terhadap identitas diri dan perbedaan semua dimensi
pada anak yang sedang berkembang.

5. Teori Perkembangan Moral


Perkembangan moral diartikan sebagai konversi sikap dan konsep primitif ke
dalam standar moral yang komprehensif. Proses transformasi ini merupakan
bagian dari/dan bergantung pada kumpulan pertumbuhan kognitif anak, yang
timbul sejalan dengan hubungan anak dengan dunia luar. Teori perkembangan
moral, antara lain, dikemukakan oleh Freud, Piaget, dan Kohlberg.

6. Teori Psikologi Ego


Teori psikologi ego yang menjembatani psikoanalisis dengan psikologi
perkembangan ini menggunakan pendekatan struktural untuk memahami individu
dangan berfokus pada ego atau diri sebagai unsur mandiri. Ilmuan yang
mendukung teori ini berkeyakinan bahwa ego dan unsur rasional yang
menentukan pencapaian intelektual dan sosial terdiri dari sumber energi, motif
dan rasa tertarik.
Pada dasarrnya tidak ada satu teori pun yang secara lengkap dapat
menjelaskan perkembangan jiwa anak dan menyimpulkan secara holistik tentang
pennyimpangan kesehatan jiwa pada anak termasuk landasan intervensi yang
perlu dilakukan. Oleh karena itu, dalam keperawatan jiwa pada anak dapat
digunakan suatu pendekatan yang berfokus pada keterampilan kompetensi ego
anak. Menurut stuart dan sundeen (1995), pendekatan ini sangat efektif dan
sensitif secara kultural dalam merencanakan dan mengimplementasikan intervensi
keperawatan apapun diagnosis psikiatrik atau dimana pun tatanan pelayanan
kesehatan jiwa diberikan. Sembilan keterempilan kopetensi ego yang perlu
dimiliki oleh semua anak untuk menjadi seorang dewasa yang kompeten menurut
Strayhorn (1989) adalah:
1. Menjalin hubungan dekat yang penuh rasa percaya;
2. Mengatasi perpisahan dan membuat keputusan yang mandiri;
3. Membuat keputusan dan mengatasi konflik interpersonal secara bersama;
4. Mengatasi frustasi dan kejadian yang tidak menyenangkan;
5. Menyatakan perasaan senang dan menyatakan kesenangan;
6. Mengatasi penundaan kepuasan;
7. Bersantai dan bermain;
8. Proses kognitif melalui kata-kata, simbol, dan citra (imge);
9. Membina perasaan adaftif terhadap arah dan tujuan.

Secara lebih terinci keterampilan kopetensi ego yang berkembang sejak awal
kehidupan, yaitu pada masa kanak-kanak dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Menjalin hubungan dekat yang penuh rasa percaya
Keterampilan dasar untuk tumbuh-kembang yang positif adalah kemampuan
membina hubungan dekat dan penuh rasa percaya dengan orang lain. Untuk
mengetahui keterampilan anak, kita perlu menanyakan pertanyaan sebagai
berikut.
 Apakah anak senang berteman atau bergaul?
 Apakah anak sering mengganggu teman?
 Apakah anak tidak tahu apa yang harus dikatakan ketika berkenalan
dengan seseorang?
Untuk meningkatkan keterampilan anak dalam menjalin hubungan dekat
dengan orang lain, kita harus berupaya meningkatkan interaksi dengan anak
melalui permainan atau cara lain yang menarik bagi anak. Berbicara
berhadapan dengan penuh perhatian merupakan awal tindakan yang berarti
dan terapeutik bagi anak. Anak perlu belajar untuk dapat menerima kesalahan
dan pentingnya memaafkan orang lain dalam menjalain hubungan rasa
percaya.
2. Mengatasi perpisahan dan pengambilan keputusan yang mandiri
Mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan dan membuat
keputusan yang mandiri merupakan hal penting agar dapat menjadi individu
yang kompeten. Kita dapat mengunakan pertanyaan berikut ini untuk
mengevaluasi keterampilan anak.
 Apakah anak tampak murung atau cemas ketika tidak bersama ibunya?
 Apakah anak tampak tampak murung atau cemas jika merasa ada orang
yang tidak menyukainya?
 Jika murung, apakah ada yang dapat dilakukan oleh anak untuk mengatasi
perasaannya?
Kegiataan yang berfokus untuk membantu anak mengidentifikasi dan
mengklarifikasi aspek-aspek yang ada pada dirinya merupakan latihan
peningkatan kemandirian yang penting dilakukan. Hal ini dapat dilakukan
dengan menggalakan anak untuk menggambar dirinya dan meminta pendapat
orang lain tentang masalah terkait. Setiap pengalaman yang mengklarifikasi
perbedaan antara individu membantu anak untuk mengidentifikasi dirinya,
sebagai individu yang unik dalam konteks sosial. Dalam lingkungan
terapeutik, dapat juga di beri kesempatan kepada anak untuk memilih dan
memutuskan, yang selanjutnya mendukung pertumbuhan dan kompetensi ego
anak.
 Apakah ada sesuatu yang sangat suka dilakukan anak?
 Dapatkah anak dengan mudah menyukai sesuatu kegiatan?
 Apakah anak dengan senang duduk-duduk dengan santai sambil
memikirkan sesuatu?
Untuk meningkatkan keterampilan ini, anak perlu diberi cukup waktu
bermain yang tidak terstruktur sehingga mempunyai kesempatan untuk bejar
dan menguasai bakat atau kegemarannya.
7. Proses kognitif melalui kata-kata, simbol, dan citra
Anak yang terganggu emosinya, mungkin kemampuan kognitifnya belum
berkembang. Untuk mengetahui keterampilan kognitif anak, perlu ditanyakan
hal-hal berikut ini.
 Apakah anak mengalami kesulitan menguraikan perasaan terhadap orang
lain?
 Apakah anak merasa seolah-olah ia tidak pernah tahu apa yang akan
terjadi?
 Apakah anak dapat mengidentifikasikan kelebihan yang dimilikinya?
Lingkungan yang terapeutik diperlukan untuk menstimulasi perkembangan
kognitif anak. Perawat perlu merancang mainan, pelengkapan, komunikasi
dan interaksi, serta pertemuan yang berguna bagi proses kognitif anak.
8. Membina perasaan adaptif tentang arah dan tujuan yang diinginkan
Sejak usia prasekolah, anak-anak telah mulai memikirkan tentang kehidupan
mereka jika telah dewasa. Keinginan dan gambaran mereka tentang kehidupan
yang akan datang sangat dipengaruhi oleh kehidupan yang mereka amati
disekitarnya.

2.3 Proses Keperawatan


Sesuai dengan tahapan proses keperawatan dan dengan berorientasi pada
keterampilan kompetensi ego, pertama kali perawat perlu melakukan pengkajian.
A. Pengkajian
Perawat mengkaji penguasaan anak terhadap tiap area keterampilan yang
dibuthkan anak untuk dapat menjadi seorang dewasa yang kompeten. Selain
mengkaji keterampilan yang telah diuraikan tersebut, perawat juga perlu mengkaji
data demografi, riwayat kesehatan terdahulu, kegiatan hidup anak sehari-hari,
keadaan fisik, status mental, hubungan interpersonal, serta riwayat personal dan
keluarga.
1) Data demografi
Meliputi nama, usia, tempat dan tanggal lahir anak; nama, pendidikan, alamat
orang tua; serta data lain yang dianggap perlu diketahui.riwayat kelahiran,
alergi, penyakit dan pengobatan yang pernah diterima anak, juga perlu dikaji.
Selain itu, aktivitas kehidupan sehari-hari anak meliputi keadaan gizi termasuk
berat badan, jadwal makan dan minat terhadap makanan tertentu, tidur
termasuk kebiasaan dan kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan dan
masalah yang berkaitan dengan eliminasi, kecacatan dan keterbatasan lainnya.
2) Fisik
Perlu diperiksa keadaan kulit, kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut,
pernafasan, kardiovaskular, muskuloskeletal, dan neurologis anak.
Pemeriksaan fisik lengkap sangat diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh gangguan fisik terhadap perilaku anak. Selain itu hasil pemeriksaan
fisik berguna sebagai dasar dalam menentukan pengobatan yang diperlukan.
Bahkan untuk mengetahui kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah
dialami anak.
3) Status mental
Pemeriksaan status mental bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai
fungsi ego anak. Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi ego
anak dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, status mental anak perlu dkaji
setiap waktu dengan suasana yang santai dan nyaman bagi anak.
Pemeriksaan atatus mental meliputi keadaan emosi, proses berpikir, dan isi
pikiran; halusinasi dan persepsi; cara bicara dan orientasi; keinginan untuk
bunuh diri atau membunuh. Pengkajian terhadap hubungan interpesonal anak
dilihat dalam hubungannya dengan anak sebayanya, yang penting untuk
mengetahui kesesuaian perilaku dengan usia.
4) Riwayat personal dan keluarga
Meliputi faktor pencetus masalah, riwayat gejala, tumbuh kembang anak,
biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat diperlukan untuk
mengerti perilaku anak dan membantu menyusun tujuan asuhan keperawatan.
Pengumpulan data keluarga merupakan bagian penting dari pengkajian
melalui pengalihan fokus anak sebagai indivdu ke sistem keluarga. Tiap
anggota keluarga diberi kesempatan untuk mengidentifikasi siapa yang
bermasalah dan apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Untuk menegakkan diagnosa keperawatan, data yang telah
dikumpulkan kemudian dianalisa sebagai dasar perencanaan asuhan
keperawatan selanjutnya.dalam keperawatan psikiatri dapat digunakan PND
(Psychiatric Nursing Diagnosis), NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) dan DSM-III R (Diagnosis and Statistical Manual of
Mental Disorders).
B. Perencanaan
Tujuan asuhan keperawatan disusun sesuai dengan kebutuhan anak, seperti
modifikasi penyesuaian anak sekolah, dan perubahan lingkungan anak. Untuk
anak yang dirawat di unit perawatan jiwa, tujuan umumnya adalah sebagai
berikut:
1. Memenuhi kebutuhan emosi anak dan kebutuhan untuk dihargai.
2. Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan untuk berperilaku
defensive.
3. Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain
4. Membantu mengembangkan identitas diri anak
5. Memberikan anak kesempatan untuk menjalani kembali tahapan
perkembangan terdahulu yang belum terselelsaikan secara tuntas
6. Membantu anak berkomunikasi secara efektif
7. Mencegah anak untuk menyakiti baik dirinya maupun diri orang lain
8. Membantu anak memelihara kesehatan fisiknya
9. Meningkatkan uji coba realitas yang tepat

C. Implementasi
Berbagai bentuk terapi pada anak dan kelurga dapat diterapkan, yang terdiri
dari:
1. Terapi bermain
Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak untuk mengekspresikan
konflik yang belum terselesaikan, selain juga berfungsi untuk:
a. Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak dapat
dikendalikan sebelumnya.
b. Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari
c. Berkomunikasi dengan orang lain
d. Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan dengandiri sendiri,
dunia luar, dan orang lain
e. Mencocokkkan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas

2. Terapi keluarga
Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga. Orangtua
perlu belajar secara bertahap tentang peran mereka dalam permasalahan yang
dihadapi dan bertanggung jawab terhadap perubahan yang terjadi pada anak dan
keluarga. Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk menyadari bahwa keadaan
dalam keluarga turut meninbulkan gangguan pada anak. Oleh karena itu perawat
perlu berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran keluarga.

3. Terapi kelompok
Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan atau
berbicara. Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan uji
realitas, mengendalikan impuls (dorongan internal), meningkatkan harga diri,
memfasilitasi pertumbuhan, kematangan dan keterampilan sosial anak. Kelompok
dengan lingkungan yang terapeutik memungkinkan anggotanya untuk menjalin
hubungan dan pengalaman sosial yang positif dalam suatu lingkungan yang
terkendali.

4. Psikofarmakologi
Walaupun terapi obat bekum sepenuhnya diterima dalm psikiatri anak, tetap
bermanfaat untuk mengurangi gejala (hiperaktif, depresi, impulsif, dan ansietas)
dan membantu agar pengobatan lain lebih efektif. Pemberian obat ini tetap
diawasi oleh dokter dan menggunakan pedoman yang tepat.

5. Terapi individu
Ada berbagai terapi individu, terapi bermain psikoanalitis, psikoanalitis
berdasarkan psikoterapi, dan terapi bermain pengalaman. Hubungan antara anak
dengan therapist memberikan kesempatan apda anak untuk medapatkan
pengalaman mengenai hubungan positif dengan orang dewasa dengan penuh kasih
sayang dan uji realitas.
6. Pendidikan pada orang tua
Pendidikan terhadap orang tua merupkan hal yang penting untuk mencegah
gangguan kesehatan jiwa anak, begitu pula untuk meningkatkan kembali
penyembuhan setelah dirawat. Orang tua diajarkan tentang tahap tumbuh
kembang anak, sehingga orang tua dapat mengetahui perilaku yang sesuai dengan
usia anak. Keterampilan berkomunikasi juga meningkatkan pengertian dan empati
antara orangtua dan anak. Teknik yang tepat dalam mengasuh anak juga
diperlukan untuk mengembangkan disiplin diri anak. Hal-hal lain seperti
psikodinamika keluarga, konsep kesehatan jiwa, dan penggunaan pengobatan,
juga diajarkan.

7. Terapi lingkungan
Konsep terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian dalam kehidupan sehari-hari
yang dialami anak. Lingkungan yang aman dan kegiatan yang teratur dan
terprogram, memungkinkan anak untuk mencapai tugas terapeutik dari rencana
penyembuhan dengan berfokus pada modifikasi perilaku. Program yang berfokus
pada perilaku, memungkinkan staf keperawatan untuk memberikan umpan balik
terus menerus kepada anak-anak tentang perilaku mereka sesuai jadwal kegiatan.
Untuk perilaku yang baik, mereka menerima pujian, stiker atau nilai, tergantung
pada tingkat perkembangannya. Sebaliknya, perilaku negatif tidak ditoleransi.

D. Evaluasi
Pada umumnya fasilitas penyembuhan bagi anak dengan gangguan jiwa
mempunyai program yang dirancang untuk jangka waktu tertentu. Waktu
perawatan jangka pendek biasanya berkisar antara 2 sampai 4 minggu, dan
direncanakan untuk diagnosa dan evaluasi, intervensi krisis, serta perencanaan
yang komprehensif. Pada umunya pengamatan perawat berfokus pada perubahan
perilaku anak. Apakah anak menunjukkan kesadaran dan pengertian tentang
dirinya sendiri melalui refleksi diri dan meningkatnya kemampuan untuk
membuat keputusan secara rasional? Anak harus mulai beradaptasi dengan
lingkungannya dan tidak impulsif. Aspek yang perlu dievaluasi antara lain:
1. Keefektifan intervensi penanggulangan perilaku
2. Kemampuan untukberhubungan dengan teman sebaya, orang dewasa dan
orang tua secara wajar
3. Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri
4. Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai rekreasi dan
proses belajar
5. Respons terhadap peraturan dan rutinitas.
6. Status mental secara menyeluruh
7. Koordinasi dan rencana pemulangan

2.4 Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Sekolah Tahap
Usia Sekolah (Industri Versus Harga Diri Rendah)
A. Pengertian
Anak Usia Sekolah adalah anak dalam rentang usia 6 – 12 tahun.
Pekembangan kemampuan psikososial anak usia sekolah adalah kemampuan
menghasilkan karya, berinteraksi dan berprestasi dalam belajar berdasarkan
kemampuan diri sendiri (Keliat, Daulima, Farida. 2011).

B. Karakteristik Perilaku
Karakteristik perilaku anak usia sekolah meliputi:

Perkembangan yang normal : Industri/produktif


 Menyelesaikan tugas (sekolah atau rumah) yang diberikan
 Mempunyai rasa bersaing (kompetisi)
 Senang berkelompok dengan teman sebaya dan mempunyai sahabat karib
 Berperan dalam kegiatan kelompok
 Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya
 Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana misal merapikan
tempat tidur,menyapu dll
 Memiliki hobby tertentu, misal naik sepeda, membaca buku cerita,
menggambar
 Tidak ada tanda bekas luka penganiayaan

Penyimpangan Perkembangan : Harga diri rendah


 Tidak mau mengerjakan tugas sekolah
 Membangkang pada orangtua untuk mengerjakan tugas
 Tidak ada kemauan untuk bersaing dan terkesan malas
 Tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok
 Memisahkan diri dari teman sepermainan dan teman sekolah

Diagnosa
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat
merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut: Kesiapan peningkatan
perkembangan usia sekolah

Tindakan Keperawatan untuk Klien


Tujuan
 Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
 Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
 Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial
 Mengembangkan kecerdasan
 Mengembangkan nilai-nilai moral
 Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan

Tindakan keperawatan
Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
 Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak
 Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang
 kolaborasi pemberihan vitamin dan vaksinasi ulang (booster)
 Ajarkan kebersihan diri
Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
 Kaji ketrampilan motorik kasar dan halus anak
 Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar (kejar-
kejaran, papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap bola, lompat tali)
 Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik halus (belajar
menggambar/melukis, menulis, mewarna, membuat kerajinan tangan seperti
vas, kotak pensil, lampion dsb, )
 Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk bermain

Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial


 Kaji ketrampilan adaptasi psikososial anak
 Sediakan waktu bagi anak untuk bermain keluar rumah bersama teman
kelompoknya
 Berikan dorongan dan kesempatan ikut berbagai perlombaan
 Berikan hadiah atas prestasi yang diraih
 Latih anak berhubungan dengan orang lain yang lebih dewasa

Mengembangkan kecerdasan
 Kaji perkembangan kecerdasan anak
 Mendiskusikan kelebihan dan kemampuannya
 Memberikan pendidikan dan ketrampilan yang baik bagi anak
 Memberikan bahan bacaan dan pemainan yang meningkatkan kreatifitas
 Bimbing anak belajar ketrampilan baru
 Libatkan anak melakukan pekerjaan rumah sederhana misalnya masak,
membersihkan mobil, menyirami tanaman, menyapu
 Latih membaca, menggambar dan berhitung
 Asah dan kembangkan hobby yang dimiliki anak

Mengembangkan nilai-nilai moral


 Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada anak
 Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yang positif
 Ajarkan hubungan sebab akibat suatu tindakan
 Bimbing anak saat menonton TV dan membaca buku cerita
 Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak
 Latih kedisplinan

Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan


perkembangan
 Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak
 Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak
 Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan keluarga
 Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan bergizi seimbang
 Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan normal pada usia
sekolah
 Berikan informasi cara menstimulasi perkembangan pada usia sekolah

Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Klien


Tujuan
 Keluarga mampu memahamu pengertian perkembangan anak usia sekolah
 Keluarga mampu memahami ciri perkembangan anak usia sekolah yang
normal dan menyimpang
 Keluarga mampu menyusun rencana stimulasi agar anak mampu berkarya
 Keluarga mampu menstimulasi kemampuan anaka berkarya

Tindakan keperawatan untuk keluarga


 Jelaskan ciri perkembangan anak usia sekolah yang normal dan meyimpang
 Jelaskan kepada keluarga mengenai cara menstimulasi kemampuan anak
berkarya
 Libatkan anak dalam kegiatan sehari-hari yang sederhana di rumah, seperti
membuat kue, merapikan tempat tidur
 Puji keberhasilan yang dicapai oleh anak
 Diskusikan dengan anak mengenai harapannya dalam berinteraksi dan belajar
 Tidak menuntut anak untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
kemampuannya (menerima anak apa adanya), membantu kemampuan belajar
 Tidak menyalahkan dan menghina anak
 Beri contoh cara menerima orang lain apa adanya
 Beri kesempatan untuk mengikuti aktivitas kelompok yang terorganisasi
 Buat/tetapkan aturan/disiplin di rumah bersama anak
 Demonstrasikan dan latih cara menstimulasi kemampuan anak untuk berkarya
 Bersama keluarga susun rencana stimulasi kemampuan berkarya anak
 perkembangan mental anak. Hasil penelitian Sunarto, Keliat dan Pujasari
(2011) menyatakan bahwa terapi kelompok teraupetik terhadap anak, orang
tua dan guru serta perkembangan mental anak usia sekolah.

BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Masa anak usia sekolah adalah masa dimana anak mulai belajar memasuki
dunia pendidikan mengenal orang tua kedua dan teman sebaya .karena itu
perlunya pemahaman akan penyesuaian diri dan semakin berkembang menjadi
remaja itu seperti apa, sehingga para anak tidak langsung stres dan kemudian
mengira perkembangan itu membuat mereka takut. Maka keluargalah yang
seharusnya memberikan pemahaman pada anak usia sekolah, supaya tidak
bertambah lagi anak usia sekolah bergaul sembarangan yang ada di Indonesia.
Selain orang tua, Jadi, para anak usia sekolah pun dituntut untuh lebih peka
terhadap setiap pengaruh yang ada. Anakpun harus bisa memilih mana yang baik
dari setiap perilaku yang akan mereka lakukan, agar tidak merugikan dirinya dan
orang lain.
3.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa keperawatan agar dapat lebih memahami
tentang asuhan keperawatan terhadap anak usia sekolah mulai dari pengkajian
sampai penatalaksanaan.

DAFTAR PUSTAKA

2009. Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Hal : 105-123. EGC : Jakarta


Yosep,Iyus. 2007 .keperawatan jiwa. Hal :1-2.Refika-aditama:Bandung
Istiana, Keliat, B.A, Nuraini. (2010). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia
Sekolah pada Anak-Orang Tua Dan Anak-Guru terhadap Perkembangan Mental
Anak Usia Sekolah. FIK UI : Jakarta
Keliat, B.A, Daulima N. H. C, & Farida, P. (2011). Manajemen keperawatan psikososial
dan Kader Kesehatan Jiwa: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC
Santrock John, W. (2007). Child Develompment. Dallas: University of Texas
Sunarto, Keliat, B.A., Pujasari (2011). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik Anak
Sekolah Pada Anak, Orangtua, Guru Terhadap Perkembangan Mental Anak di
Kelurahan Pancoranmas dan Depok Jaya. FIK UI : Jakarta
Soetjiningsih C, H. (2012). Perkembangan Anak: Sejak pembuahan sampai dengan
kanak-kanak akhir. Jakarta: Prenada Media Group.
Walter, Keliat., B.A, Hastono, S.P. (2010). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik
terhadap Perkembangan Industri Anak Usia Sekolah di Panti Sosial Asuhan Anak
Kota Bandung. FIK UI : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai