Kep Jiwa 1 Sehat Mental Pada Usia Sekolah
Kep Jiwa 1 Sehat Mental Pada Usia Sekolah
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak usia sekolah sudah mengembangkan kekuatan internal dan tingkat
kematangan yang memungkinkan mereka untuk bergaul di luar rumah. Tugas
perkembangan utama pada tahap ini adalah menanamkan interaksi yang sesuai
dengan teman sebaya dan orang lain, meningkatkan keterampilan intelektual
khususnya di sekolah, meningkatkan keterampilan motorik halus, dan ekspansi
keterampilan motorik kasar. Pertumbuhan fisik dengan pesat mulai melambat
pada usia 10 hingga 12 tahun. Bentuk wajah berubah karena tulang wajah tumbuh
lebih cepat dari pada tulang kepala. Anak usia sekolah menjadi lebih kurus,
kakinya lebih panjang, koordinasi neuromotorik lebih berkembang. Gigi tetap
mulai tumbuh. Keterampilan bersepeda, memainkan alat musik, menggambar/
melukis, serta keterampilan lain yang di perlukan untuk kegiatan kelompok serta
kegiatan hidup sehari-hari sudah berkembang (Berger &
williams,1992;kozier;Erb,Blais & wilkinson, 1995).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) menunjukkan bahwa prevalensi
gangguan jiwa 1-2 orang per 1.000 penduduk. Diperkirakan sekitar 400 ribu
orang yang mengalami skizofrenia. Dari jumlah tersebut sekitar 57.000 orang
pernah atau sedang di pasung. Hasil penelitian menunjukkan, sekitar 80% pasien
yang dirawat di RSJ dengan gangguan skizofrenia yaitu 25% pasien skizofrenia
dapat sembuh, 25% dapat mandiri, 25% membutuhkan bantuan, dan 25% kondisi
berat (Efendi, 2009). Khusus untuk dan remaja, masalah kesehatan jiwa perlu
menjadi fokus utama tiap upaya pendidikan sumber daya manussia, mengingat
anak dan remaja merupakan generasi yag perlu disiapkan sebagai kekuatan bangsa
indonesia. Jika ditinjau dari proporsi penduduk, 40% dari populasi terdiri atas
anak dan remaja berusia 0-16 tahun, 13 % dari jumpah populasi ini anak berusia
di bawah 5 tahun (balita). Ternyata 7-14% dari populasi anak dan remaja
mengalami gangguan kesehatan jiwa termasuk anak dengan tunagrahita,
gangguan prilaku , kesulitan belajar, dan hiperaktif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Kesehatan Jiwa Usia sekolah ( 5 – 12 Tahun)?
2. Bagaimana Keperawatan Jiwa Anak Secara Umum?
3. Bagaimana Proses Keperawatan?
4. Bagaimana Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Sekolah
Tahap Usia Sekolah?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Definisi Kesehatan Jiwa Usia sekolah ( 5 – 12 Tahun).
2 Mengetahui Keperawatan Jiwa Anak Secara Umum.
3 Mengetahui Proses Keperawatan.
4 Mengetahui Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Sekolah
Tahap Usia Sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kesehatan Jiwa Usia sekolah ( 5 – 12 Tahun)
Anak usia sekolah sudah mengembangkan kekuatan internal dan tingkat
kematangan yang memungkinkan mereka untuk bergaul di luar rumah. Tugas
uatama pada perkembangan utama pada tahap ini adalah menahan interaksi yang
sesuai dengan teman sebaya dan orang lain, meningkatkan keterampilan
intelektual khususnya disekolah, meningkatkan keterampilan motorik halus, dan
ekspansi motorik kasar. Pertumbuhan fisik dengan pesat mulai melambat pada
usia 10-12 tahun. Bentuk wajah berubah karna tulang wajah tumbuh lebih cepat
dari pada tulang kepala. Anak usia sekolah menjadi lebih kurus, kakinya lebih
panjang, koordinasi neuromotorik lebih berkembang. Gigi tetap mulai tumbuh.
Keterampilan bersepeda, memaikan alat musik, menggambar/melukis, serta
keterampilan lain yang diperlukan untuk kegiatan kelompok serta kehidupan
sehari-hari sudah berkembang.
Untuk perkembangan emosional dan sosial, anak usia sekolah perlu diberikan
kesempatan untuk belajar menerapkan peraturan dalam berinteraksi dengan orang
lain diluar keluarga. Anak juga mengamati bahwa tidak semua keluarga
berinteraksi dengan cara atau sikap yang sama bahwa tiap keluarga mempunyai
perbedaan normal tentang perilaku yang diterima atau tidak diterima. Oleh karna
itu, perlu bagi anak untuk mengembangkan kesadaran dan perbedaan tiap keluarga
sehingga dapat berhubungan dengan orang lain secara aktif. Menurut Erikson,
tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengembangkan pola industri
(produktif) versus inferiotas (rendah diri). Orang tua perlu mendukung dan
menjadi contoh peran bagi anak untuk meransang anak agar produktif.
Perkembangan seksual dan citra diri tidak hanya berhubungan denga aspek
fisiologis, tetapi juga perasaan kompeten, penerimaan, dan penghargaan. Perasaan
berhasil melakukan sesuatu menjadi sangat penting dalam proses tumbuh-
kembang anak usia sekolah. Mereka juga telah memahami konsep gender bahwa
anak laki-laki akan menjadi bapak dan anak wanita akan menjadi ibu kalau sudah
dewasa.
Perkembangan kognitif terjadi cukup pesat pada masa ini, yaitu menerapkan
keterampilan merasionalisasikan pemahaman tentang ide atau konsep. Mereka
dapat menghubungkan antara konsep waktu dam ruang, mampu mengingat, serta
keterampilan mengumpulkan benda yang sejenis. Anak usia sekolah juga telah
memerhatikan norma dirumah, sekolah, agama, dan menghargai tokoh otoriter,
seperti orang tua atau guru.
Secara lebih terinci keterampilan kopetensi ego yang berkembang sejak awal
kehidupan, yaitu pada masa kanak-kanak dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Menjalin hubungan dekat yang penuh rasa percaya
Keterampilan dasar untuk tumbuh-kembang yang positif adalah kemampuan
membina hubungan dekat dan penuh rasa percaya dengan orang lain. Untuk
mengetahui keterampilan anak, kita perlu menanyakan pertanyaan sebagai
berikut.
Apakah anak senang berteman atau bergaul?
Apakah anak sering mengganggu teman?
Apakah anak tidak tahu apa yang harus dikatakan ketika berkenalan
dengan seseorang?
Untuk meningkatkan keterampilan anak dalam menjalin hubungan dekat
dengan orang lain, kita harus berupaya meningkatkan interaksi dengan anak
melalui permainan atau cara lain yang menarik bagi anak. Berbicara
berhadapan dengan penuh perhatian merupakan awal tindakan yang berarti
dan terapeutik bagi anak. Anak perlu belajar untuk dapat menerima kesalahan
dan pentingnya memaafkan orang lain dalam menjalain hubungan rasa
percaya.
2. Mengatasi perpisahan dan pengambilan keputusan yang mandiri
Mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan dan membuat
keputusan yang mandiri merupakan hal penting agar dapat menjadi individu
yang kompeten. Kita dapat mengunakan pertanyaan berikut ini untuk
mengevaluasi keterampilan anak.
Apakah anak tampak murung atau cemas ketika tidak bersama ibunya?
Apakah anak tampak tampak murung atau cemas jika merasa ada orang
yang tidak menyukainya?
Jika murung, apakah ada yang dapat dilakukan oleh anak untuk mengatasi
perasaannya?
Kegiataan yang berfokus untuk membantu anak mengidentifikasi dan
mengklarifikasi aspek-aspek yang ada pada dirinya merupakan latihan
peningkatan kemandirian yang penting dilakukan. Hal ini dapat dilakukan
dengan menggalakan anak untuk menggambar dirinya dan meminta pendapat
orang lain tentang masalah terkait. Setiap pengalaman yang mengklarifikasi
perbedaan antara individu membantu anak untuk mengidentifikasi dirinya,
sebagai individu yang unik dalam konteks sosial. Dalam lingkungan
terapeutik, dapat juga di beri kesempatan kepada anak untuk memilih dan
memutuskan, yang selanjutnya mendukung pertumbuhan dan kompetensi ego
anak.
Apakah ada sesuatu yang sangat suka dilakukan anak?
Dapatkah anak dengan mudah menyukai sesuatu kegiatan?
Apakah anak dengan senang duduk-duduk dengan santai sambil
memikirkan sesuatu?
Untuk meningkatkan keterampilan ini, anak perlu diberi cukup waktu
bermain yang tidak terstruktur sehingga mempunyai kesempatan untuk bejar
dan menguasai bakat atau kegemarannya.
7. Proses kognitif melalui kata-kata, simbol, dan citra
Anak yang terganggu emosinya, mungkin kemampuan kognitifnya belum
berkembang. Untuk mengetahui keterampilan kognitif anak, perlu ditanyakan
hal-hal berikut ini.
Apakah anak mengalami kesulitan menguraikan perasaan terhadap orang
lain?
Apakah anak merasa seolah-olah ia tidak pernah tahu apa yang akan
terjadi?
Apakah anak dapat mengidentifikasikan kelebihan yang dimilikinya?
Lingkungan yang terapeutik diperlukan untuk menstimulasi perkembangan
kognitif anak. Perawat perlu merancang mainan, pelengkapan, komunikasi
dan interaksi, serta pertemuan yang berguna bagi proses kognitif anak.
8. Membina perasaan adaptif tentang arah dan tujuan yang diinginkan
Sejak usia prasekolah, anak-anak telah mulai memikirkan tentang kehidupan
mereka jika telah dewasa. Keinginan dan gambaran mereka tentang kehidupan
yang akan datang sangat dipengaruhi oleh kehidupan yang mereka amati
disekitarnya.
C. Implementasi
Berbagai bentuk terapi pada anak dan kelurga dapat diterapkan, yang terdiri
dari:
1. Terapi bermain
Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak untuk mengekspresikan
konflik yang belum terselesaikan, selain juga berfungsi untuk:
a. Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak dapat
dikendalikan sebelumnya.
b. Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari
c. Berkomunikasi dengan orang lain
d. Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan dengandiri sendiri,
dunia luar, dan orang lain
e. Mencocokkkan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas
2. Terapi keluarga
Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga. Orangtua
perlu belajar secara bertahap tentang peran mereka dalam permasalahan yang
dihadapi dan bertanggung jawab terhadap perubahan yang terjadi pada anak dan
keluarga. Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk menyadari bahwa keadaan
dalam keluarga turut meninbulkan gangguan pada anak. Oleh karena itu perawat
perlu berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran keluarga.
3. Terapi kelompok
Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan atau
berbicara. Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan uji
realitas, mengendalikan impuls (dorongan internal), meningkatkan harga diri,
memfasilitasi pertumbuhan, kematangan dan keterampilan sosial anak. Kelompok
dengan lingkungan yang terapeutik memungkinkan anggotanya untuk menjalin
hubungan dan pengalaman sosial yang positif dalam suatu lingkungan yang
terkendali.
4. Psikofarmakologi
Walaupun terapi obat bekum sepenuhnya diterima dalm psikiatri anak, tetap
bermanfaat untuk mengurangi gejala (hiperaktif, depresi, impulsif, dan ansietas)
dan membantu agar pengobatan lain lebih efektif. Pemberian obat ini tetap
diawasi oleh dokter dan menggunakan pedoman yang tepat.
5. Terapi individu
Ada berbagai terapi individu, terapi bermain psikoanalitis, psikoanalitis
berdasarkan psikoterapi, dan terapi bermain pengalaman. Hubungan antara anak
dengan therapist memberikan kesempatan apda anak untuk medapatkan
pengalaman mengenai hubungan positif dengan orang dewasa dengan penuh kasih
sayang dan uji realitas.
6. Pendidikan pada orang tua
Pendidikan terhadap orang tua merupkan hal yang penting untuk mencegah
gangguan kesehatan jiwa anak, begitu pula untuk meningkatkan kembali
penyembuhan setelah dirawat. Orang tua diajarkan tentang tahap tumbuh
kembang anak, sehingga orang tua dapat mengetahui perilaku yang sesuai dengan
usia anak. Keterampilan berkomunikasi juga meningkatkan pengertian dan empati
antara orangtua dan anak. Teknik yang tepat dalam mengasuh anak juga
diperlukan untuk mengembangkan disiplin diri anak. Hal-hal lain seperti
psikodinamika keluarga, konsep kesehatan jiwa, dan penggunaan pengobatan,
juga diajarkan.
7. Terapi lingkungan
Konsep terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian dalam kehidupan sehari-hari
yang dialami anak. Lingkungan yang aman dan kegiatan yang teratur dan
terprogram, memungkinkan anak untuk mencapai tugas terapeutik dari rencana
penyembuhan dengan berfokus pada modifikasi perilaku. Program yang berfokus
pada perilaku, memungkinkan staf keperawatan untuk memberikan umpan balik
terus menerus kepada anak-anak tentang perilaku mereka sesuai jadwal kegiatan.
Untuk perilaku yang baik, mereka menerima pujian, stiker atau nilai, tergantung
pada tingkat perkembangannya. Sebaliknya, perilaku negatif tidak ditoleransi.
D. Evaluasi
Pada umumnya fasilitas penyembuhan bagi anak dengan gangguan jiwa
mempunyai program yang dirancang untuk jangka waktu tertentu. Waktu
perawatan jangka pendek biasanya berkisar antara 2 sampai 4 minggu, dan
direncanakan untuk diagnosa dan evaluasi, intervensi krisis, serta perencanaan
yang komprehensif. Pada umunya pengamatan perawat berfokus pada perubahan
perilaku anak. Apakah anak menunjukkan kesadaran dan pengertian tentang
dirinya sendiri melalui refleksi diri dan meningkatnya kemampuan untuk
membuat keputusan secara rasional? Anak harus mulai beradaptasi dengan
lingkungannya dan tidak impulsif. Aspek yang perlu dievaluasi antara lain:
1. Keefektifan intervensi penanggulangan perilaku
2. Kemampuan untukberhubungan dengan teman sebaya, orang dewasa dan
orang tua secara wajar
3. Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri
4. Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai rekreasi dan
proses belajar
5. Respons terhadap peraturan dan rutinitas.
6. Status mental secara menyeluruh
7. Koordinasi dan rencana pemulangan
2.4 Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Sekolah Tahap
Usia Sekolah (Industri Versus Harga Diri Rendah)
A. Pengertian
Anak Usia Sekolah adalah anak dalam rentang usia 6 – 12 tahun.
Pekembangan kemampuan psikososial anak usia sekolah adalah kemampuan
menghasilkan karya, berinteraksi dan berprestasi dalam belajar berdasarkan
kemampuan diri sendiri (Keliat, Daulima, Farida. 2011).
B. Karakteristik Perilaku
Karakteristik perilaku anak usia sekolah meliputi:
Diagnosa
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat
merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut: Kesiapan peningkatan
perkembangan usia sekolah
Tindakan keperawatan
Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak
Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang
kolaborasi pemberihan vitamin dan vaksinasi ulang (booster)
Ajarkan kebersihan diri
Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
Kaji ketrampilan motorik kasar dan halus anak
Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar (kejar-
kejaran, papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap bola, lompat tali)
Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik halus (belajar
menggambar/melukis, menulis, mewarna, membuat kerajinan tangan seperti
vas, kotak pensil, lampion dsb, )
Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk bermain
Mengembangkan kecerdasan
Kaji perkembangan kecerdasan anak
Mendiskusikan kelebihan dan kemampuannya
Memberikan pendidikan dan ketrampilan yang baik bagi anak
Memberikan bahan bacaan dan pemainan yang meningkatkan kreatifitas
Bimbing anak belajar ketrampilan baru
Libatkan anak melakukan pekerjaan rumah sederhana misalnya masak,
membersihkan mobil, menyirami tanaman, menyapu
Latih membaca, menggambar dan berhitung
Asah dan kembangkan hobby yang dimiliki anak
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Masa anak usia sekolah adalah masa dimana anak mulai belajar memasuki
dunia pendidikan mengenal orang tua kedua dan teman sebaya .karena itu
perlunya pemahaman akan penyesuaian diri dan semakin berkembang menjadi
remaja itu seperti apa, sehingga para anak tidak langsung stres dan kemudian
mengira perkembangan itu membuat mereka takut. Maka keluargalah yang
seharusnya memberikan pemahaman pada anak usia sekolah, supaya tidak
bertambah lagi anak usia sekolah bergaul sembarangan yang ada di Indonesia.
Selain orang tua, Jadi, para anak usia sekolah pun dituntut untuh lebih peka
terhadap setiap pengaruh yang ada. Anakpun harus bisa memilih mana yang baik
dari setiap perilaku yang akan mereka lakukan, agar tidak merugikan dirinya dan
orang lain.
3.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa keperawatan agar dapat lebih memahami
tentang asuhan keperawatan terhadap anak usia sekolah mulai dari pengkajian
sampai penatalaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA