Membangun Bumg Aceh
Membangun Bumg Aceh
BUMDesa adalah Badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola
aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa.
PEMERINTAH GAMPONG
Membentuk Kepengurusan
Menyusun AD/ART
RAPERGAM BUMG
LOGIKA DASAR
Pengelolaan BUMG harus dilakukan secara profesional, kolaboratif-kooperatif, dan
berkelanjutan.
Badan usaha Ekonomi Kerakyatan yang dibangun melalui BUMG ini dapat beragam di
setiap desa di Indonesia, sesuai dengan kesepakatan pemerintah desa dan masyarakat.
Logika pembentukan BUMG SEBAGAI LOKOMOTIF PEMBANGUNAN EKONOMI
LOKAL didasarkan pada kebutuhan, potensi, dan kapasitas gampong, untuk peningkatan
kesejahteraan ekonomi masyarakat di gampong.
Dasar pembentukan BUMG SEBAGAI LOKOMOTIF PEMBANGUNAN EKONOMI
LOKAL mengutamakan:
prakarsa (inisiasi) pemerintah desa dan masyarakat desa (ekonomi kerakyatan)
mendasarkan pada prinsip-prinsip kooperatif, partisipatif dan emansipatif (‘user-
owned, user-benefited, and user-controlled’) dengan prinsip member-base dan self-
help.
KEANGGOTAAN BUMG
ANGGOTA :
• Seluruh masyarakat desa yang berkepentingan
• Pemerintah Desa
• Pihak ke tiga lainnya: Pelaku Usaha, dll.
SIFAT KEANGGOTAAN:
• Members/stakeholders-base (bukan capital-base)
• Self-help
Pendekatan program/proyek berbasis karakter masyarakat , produk unggulan dan PASAR
INTERVENSI GAMPONG
Kesejahteraan Warga Aceh 6 Mengenal kebutuhan pasar
1 dan masalah produksi
Beberapa hal yang harus segera dilakukan dalam rangka penataan perekonomian
gampong melalui BUMG:
memperkuat kapasitas masyarakat untuk turut mengawasi berjalannya usaha dari BUMG
struktur organisasi BUMG yang menunjukan peranan kuat dan peran pemerintah gampong
harus dikurangi namun tetap memperhatikan penasihat dijabat secara Ex-officio oleh Keuchik
kegiatan ekonomi sesuai dengan potensi dan aset yang dimiliki gampong
pendistribusian manfaat BUMG harus dilakukan secara adil, jelas dan transparan dan modern
FILOSOFI EKONOMI BAYI
• Keterbatasan permodalan
4
Menghadapi pasar bebas, BUMG akan bersaing dengan produk-produk luar negeri yang lebih
kompetitif. Sambil meningkatkan daya saing BUMG dalam jangka panjang, perlu dilakukan langkah-
langkah antisipasi jangka pendek agar BUMG tidak tersingkir akibat persaingan yang tidak seimbang.
Oleh karena itu perlu dilakukan langkah-langkah berikut ini:
Pemberian subsidi tarif dasar listrik, harga bahan bakar dan bahan baku produksi untuk
2 BUMG kategori “BUMG MIKRO BARU BERJALAN”
SOLUSI
PENDAMPINGAN PEMBUATAN PERATURAN Gampong MENGENAI
BUMG
Beberapa gampong yang mengaku telah memiliki BUMG ternyata belum membuat Peraturan Gampong
mengenai BUMG tersebut. Padahal dalam pasal 88 ayat (1) dan (2) undang-undang nomor 6 tahun 2014
tentang Desa disebutkan bahwa pendirian BUMG disepakati melalui Musyawarah Gampong dan
ditetapkan dengan Peraturan Gampong. Ketentuan ini menegaskan bahwa satu-satunya landasan
hukum yang mengikat dan berlaku dalam pendirian BUMG adalah melalui penerbitan Peraturan
Gampong, sehingga pembuatan Peraturan Gampong tersebut penting dilakukan.
Kementerian
Perdagangan
Pengembangan kapasitas organisasiBantuan Kementerian
Dalam Negeri
penyediaan bahan baku produksi
Kementerian
Kesehatan Bantuan peralatan produksi Kementerian
Pertanian
Bantuan keringanan subsidi pajak dan tarif listrik
Kementerian PU Kementerian
Bantuan permodalan Keuangan
Kementerian
Sosial
Bantuan Akses Pasar dan Pemasaran Kementerian
Kehutanan
Kementerian
ESDM Kementerian KP
SISTEM PENGELOLAAN
PENGELOLA USAHA:
• Masyarakat Desa bersama Pemerintah Desa.
HUBUNGAN KERJA:
• Bentuk Kerjasama: Kemitraan
• Sifat Hub. Kerja: Berdasarkan kontrak (dinamis).
Dirjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD) Taufik Madjid mengatakan,
BUMDes bisa membentuk unit usaha lain dan koperasi sesuai dengan UU No. 4/2014 tentang Desa.
Pasal 8 Permendesa Nomer 4 disebutkan bahwa BUMDES dapat membentuk unit usaha perseroan
terbatas dan atau Lembaga keuangan Mikro
• Pembentukan Modal = Melalui Penyertaan Modal dari Penyisihan ADD dan
Menghimpun Dana dari Masyarakat atau ada Embrio Usaha Desa.
• Masyarakat Apatis = Pemdes harus Pro-Aktif
• Belum Terintegrasi dengan PotensiDesa (perlu kajian kapasitas
desa)= Perlu dilakukan Pendataan Usaha Produktif Misalkan Pasar Desa, Usaha Air Minum
Desa, Wisata Desa dsb.
• Model Pengelolaan BUMDes agar tidak seperti Kasus Koperasi
[KUD] = Tatakelola Profesional & Efektifitas Pengawasan Masyarakat.
• Payung Hukum =Diupayakan ada Perda tentang BUMDes – dan Desa perlu Perdes.
PESIAPAN PENDIRIAN BUMDes
• Peran Pemerintah, Pemprov, Pemkab sangat menentukan terhadap pendirian BUMDes. Hal ini
mengingat BUMDes merupakan lembaga ekonomi baru yang belum dikenal dan belum pernah
beroperasi.
• Pemerintah harus memfasilitasi dan mendorong masyarakat mendirikan BUMDes melalui sosialisasi.
• Dana stimulan dari Pemerintah, Pemprov, Pemkab akan menjadi faktor pendorong pendirian
BUMDes.
• BUMDes memerlukan intervensi Pemerintah, Pemprov, Pemkab karena masih pada tahap awal
pembelajaran.
11 agenda YANG KITA PERLUKAN SEGERA:
1. Memahami potensi dan kapasitas desa (kluster) yang menjadi faktor kendala dan
pendukung utama dalam menunjang kegiatan ekonomi produktif masyarakat desa.
2. Memahami karakteristik pola perilaku sosial (social behaviour) masyarakat desa
dalam melaksanakan kegiatan ekonomi produktif desa.
3. Memahami kebutuhan masyarakat desa terhadap BUMDes yang sesuai dengan
karakteristik potensi, kapasitas, dan masyarakat desa dalam memandirikan ekonomi
desa.
4. Memahami tatacara pengelolaan BUMDes yang sesuai dengan kondisi lokal
masyarakat desa.
5. Menyusun desain model pendirian dan pengelolaan BUMDes, serta sosialisasi,
pelatihan, dan pendampingannya.
11 agenda YANG KITA PERLUKAN SEGERA:
6. Mendiseminasikan potensi dan kapasitas desa yang menjadi faktor kendala dan
pendukung utama dalam menunjang kegiatan ekonomi produktif masyarakat desa;
7. Mendiskusikan karakteristik pola perilaku sosial (social behaviour) masyarakat desa
dalam melaksanakan kegiatan ekonomi produktif desa;
8. Mendiskusikan kebutuhan dan keinginan masyarakat desa berkenaan dengan
pendirian dan pengelolaan BUMDes;
9. Mensepakati tentang bentuk struktur organisasi BUMDes yang mampu
mengakomodasi kepentingan masyarakat desa;
10. Mensepakati bentuk “legal drafting” di tingkat kabupaten ;
11. Menyusun PEDOMAN sebagai rujukan mendirikan dan mengelola BUMDes.