Anda di halaman 1dari 5

Ayu, Dwi, dan Antony | Dermatitis Kontak Iritan Kronis Pada Pegawai Laundry

Dermatitis Kontak Iritan Kronis pada Pegawai Laundry

Ayu Lestari Nofiyanti, Dwi Indria Anggraini, Antony Miftah


Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan peradangan pada kulit akibat efek sitotosik langsung dari
bahan kimia, fisik atau agen biologis pada sel-sel epidermis tanpa adanya produksi dari antibodi spesifik.
Dilaporkan kasus seorang perempuan berusia 17 tahun, bekerja sebagai pegawai laundry, dengan
diagnosis DKI kronis. Pada pemeriksaan klinis di regio kedua tangan terdapat makula hiperpigmentasi
difus multipel bentuk ireguler ukuran plakat terdapat skuama putih. Terapi topikal berupa hidrokortison
salep diberikan 2x/hari, terapi sistemik diberikan cetrizin 1x10 mg/hari. Komunikasi, informasi dan
edukasi sebagai upaya penanggulangan DKI kronis perlu dijelaskan kepada pasien.

Kata kunci: dermatitis, dermatitis kontak iritan, kronis, pegawai laundry

Abstract
Irritant contact dermatitis (ICD) is an inflammation of the skin due to direct cytotoxic effects of a
chemical, physical, or biological agent on epidermal cells in the absence of the production of specific
antibodies. Reported the case of a 17-year-old woman, a laudry worker, was diagnosed as chronic ICD.
On clinical examination, there wereweremultiple hyperpigmented difuse macules with irregular form
and white scales on the both hands. Topical therapy was given hydrocortisone ointment twice daily and
cetrizin 1x10 mg per day as systemic treatment. Communication, information and education were
needed to treatchronic ICD.

Keywords: dermatitis, irritant contact dermatitis, chronic, laundry worker

Korespondensi: Ayu Lestari Nofiyanti, S.Ked, alamat Jln. Soemantri Brodjonegoro no. 1, email
ayu.1482@gmail.com

Pendahuluan 2004 untuk kedua jenis kelamin, 15,6% (38.900


Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan kasus) adalah penyakit kulit yang merupakan
efek sitotoksik pada kulit berupa reaksi kedua terbesar untuk semua penyakit
peradangan non imunologik melalui jalur okupasional. Pekerjaan yang berisiko tinggi
eksogen ataupun endogen yang berkontak meliputi pembatu rumah tangga, pelayan rumah
langsung dengan tubuh. 1,2 sakit, tukang masak, dan penata rambut.
DKI dapat terjadi akibat dari pemaparan Prevalensi dermatitis tangan karena pekerjaan
zat-zat kimia dengan gejala berupa iritasi, gatal- ditemukan sebesar 55,6% di Intensive Care Unit
gatal, kulit kering, pecah-pecah, kemerah- (ICU) dan 69,7% pada pekerja yang sering
merahan, dan koreng yang sulit sembuh. terpapar (dilaporkan dengan frekuensi mencuci
Penyakit dermatitis sering terjadi pada pekerja tangan >35 kali setiap pergantian). Penelitian
informal yang umumnya kurang memperhatikan menyebutkan frekuensi mencuci tangan >35 kali
sanitasi dan perlindungan bagi kesehatan setiap pergantian memiliki hubungan kuat
dirinya.3 dengan dermatitis tangan karena pekerjaan 4,5
DKI dapat diderita oleh semua orang dari Sekitar 80-90% kasus DKI disebabkan oleh
berbagai umur, ras, dan jenis kelamin. Data DKI paparan iritan berupa bahan kimia dan pelarut.
sulit didapat. United State Bureau of Labour Inflamasi dapat terjadi setelah satu kali
Statistic menunjukan bahwa terdapat 249.000 pemaparan ataupun pemaparan berulang.
kasus penyakit okupasional non-fatal pada tahun Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 3|Juni 2017 |1


Ayu, Dwi, dan Antony | Dermatitis Kontak Iritan Kronis Pada Pegawai Laundry

molekul, daya larut dan konsentrasi bahan Pada pemeriksaan fisik didapatkan
paparan serta lama kontak. 6 keadaan umum pasien baik, tinggi badan 160 cm,
Kategori dermatitis kontak iritan dibagi berat badan 45 kg, tekanan darah 120/80 mmHg,
berdasarkan faktor eksogen dan endogen nadi: 72x/menit, pernafasan: 20 kali/menit,
menjadi sepuluh kelompok jenis DKI yaitu reaksi suhu36,7 °C. Pada status dermatologis di regio
kimia, DKI akut, DKI akutterhambat, DKI kronik kedua telapak tangan dan jari tangan makula
(kumulatif), iritan subyektif (sensorik), iritan hiperpigmentasi difus multipel dengan bentuk
suberitemataous (noneritematosus), dermatitis ireguler ukuran plakat dan terdapat skuama
frictional, trauma DKI, pustular atau acneiform putih di atas nya. Pada pasien ini tidak dilakukan
DKI dan asteatotic eksim iritan (eksikasi pemeriksaan penunjang.
eksimatid).7,8 Pasien ini didiagnosis DKI kronis. Pada
DKI kumulatif disebabkan oleh iritan lemah pasien diberikan tatalaksana baik secara
(seperti air, sabun, detergen, dan lain-lain) nonmedikamentosaberupa: 1) menjaga
dengan pajanan yang berulang-ulang, biasanya kebersihan badan, 2) jangan menggaruk atau
lebih sering terkena pada tangan. Kelainan kulit memanipulasi lesi, 3) menghindari kontak
baru muncul setelah beberapa hari, minggu, dengan bahan iritan dengan cara menggunakan
bulan, bahkan tahun. Sehingga waktu dan alat pelindung diri apabila bekerja dengan bahan
rentetan pajanan merupakan faktor yang paling iritan, dan 4) terapi topical berupa obat
penting. DKI kronis ini merupakan DKI yang hidrokortison salep 2 kali/ hari dioleskan pagi
paling sering ditemukan. Gejala berupa kulit dan sore hari dan terapi sistemik cetirizine 1 x 10
kering, eritema, skuama, dan lambat laun akan mg.
menjadi hiperkertosis dan dapat terbentuk fisura
jika kontak terus berlangsung.7,8 Pembahasan
Penanganan dermatitis kontak tidak Dermatitis kontak dapat timbul akibat
selamanya mudah karena banyak dan seringnya bahan atau substansi yang menempel pada kulit.
faktor-faktor tumpang tindih yang memicu setiap Dikenal dua macam dermatitis kontak yaitu DKI
kasus dermatitis. Pencegahan kontak kulit dan DKA, keduanya dapat bersifat akut maupun
dengan bahan-bahan penyebab iritasi adalah kronik. DKI merupakan reaksi peradangan kulit
strategi terapi utama pada DKI.7,12 non-imunologik, jadi kerusakan kulit terjadi
langsung tanpa diketahui proses sensitasi.
Kasus Sebaliknya, dermatitis alergik terjadi pada
Seorang wanita berusia 17 tahun datang seseorang yang telah mengalami sensitasi
ke Poli Kulit dan Kelamin Rumah Sakit terhadap suatu alergen.7
Bhayangkara dengan keluhan telapak tangan Terdapat beberapa bahan iritan yang
terasa kering dan sedikit gatal sejak ± 1 tahun sering menimbulkan DKI, yaitu: 1) Asam kuat
yang lalu. Awalnya pasien merasakan gatal dan (hidroklorida, hidroflorida, asam nitrat, asam
perih pada kedua tangannya, disertai perubahan sulfat); 2) Basa kuat (Kalsium Hidroksida,
warna menjadi lebih merah dibandingkan kulit Natrium hidroksida, Kalium Hidroksida); 3)
sekitarnya dan terbentuk lenting-lenting berisi Detergen; 4)Resin epoksi ; 5) Etilen oksida; 6)
air. Keluhan ini bertambah banyak jika pasien Fiberglass ; 7) Minyak (lubrikan); 8)Pelarut-
mencuci pakaian dengan menggunakan detergen, pelarut organic; 9) Agen oksidator ; 10)
kemudianlenting-lenting tersebut pecah dan Plasticizer; 11) Serpihan kayu.
telapak tangan terasa kering dan panas. Pasien Gejala klinis DKI dibedakan berdasarkan
mencuci pakaian dengan menggunakan detergen klasifikasinya yaitu DKI akut dan DKI kronik.
ber-merk rinso berganti-ganti dengan detergen Dermatitis kontak iritan akut biasanya timbul
merk lain tanpa menggunakan sarung tangan akibat paparan bahan kimia asam atau basa kuat,
dan tidak menggunakan alas kaki. Selain itu juga atau paparan singkat serial bahan kimia, atau
pasien sering mencuci piring dengan kontak fisik. Sebagian kasus DKI akut merupakan
menggunakan sabun ber-merk sun light. Riwayat akibat kecelakaan kerja. Kelainan kulit yang
alergi pada pasien dan keluarga disangkal. timbul dapat berupa eritema, edema, vesikel,

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 3|Juni 2017 |2


Ayu, Dwi, dan Antony | Dermatitis Kontak Iritan Kronis Pada Pegawai Laundry

dapat disertai eksudasi, pembentukan bula dan membantu. Salah satu yang paling sering
nekrosis jaringan pada kasus yang berat.7,8 digunakan adalah patch test.
DKI kronis disebabkan oleh kontak dengan Pada kasus ini berdasarkan hasil
iritan lemah yang berulang-ulang, dan bisa anamnesis, dan juga pemeriksaan fisik , dapat
terjadi oleh karena kerjasama berbagai macam ditegakkan diagnosis DKI kronis (kumulatif),
faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak dengandiagnosa banding dermatitis kontak
cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, alergi, dermatitis atopi dan tinea manus.Berbeda
tetapi bila bergabung dengan faktor lain dapat dengan DKI, pada DKA, terdapat sensitasi dari
menimbulkan DKI. Gejala klasik berupa kulit pajanan/iritan.
kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal Gambaran lesi secara klinis muncul pada
dan terjadi likenifikasi, batas kelainan tidak pajanan selanjutnya setelah interpretasi ulang
tegas. Bila kontak terus berlangsung maka dapat dari antigen oleh sel T (memori), dan keluhan
menimbulkan retak kulit yang disebut fisura. utama pada penderita DKA adalah gatal pada
Adakalanya kelainan hanya berupa kulit kering daerah yang terkena pajanan. Pada patch test,
dan skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan didapatkan hasil positif untuk alergen yang telah
oleh penderita. Setelah kelainan dirasakan diujikan, dan sensitifitasnya berkisar antara 70–
mengganggu, baru mendapat perhatian.8 80%.
Diagnosis DKI dapat ditegakkan Kelainan kulit bergantung pada keparahan
berdasarkan anamnesis yang cermat dan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan
pengamatan gambaran klinis. DKI akut lebih bercak eritema berbatas jelas, kemudian diikuti
mudah diketahui karena munculnya lebih cepat edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel
sehingga penderita pada umumnya masih ingat atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan
apa yang menjadi penyebabnya. Sebaliknya DKI eksudasi (basah). Pada yang kronis terlihat kulit
kronis timbul lambat serta mempunyai variasi kering, berskuama, papul, likenifikasi dan
gambaran klinis yang luas, sehingga kadang sulit mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas.
dibedakan dengan DKA. Untuk membedakan dan Sehingga kelainan pada pasien ini sulit dibedakan
melihat antara DKI atau DKA maka diperlukan uji dengan dermatitis kontak alergi. Namun dari
tempel dengan bahan yang dicurigai. anamnesis pasien ini tidak didapatkan adanya
Pemeriksaan fisik sangat penting, karena riwayat alergi apapun.9
dengan melihat lokalisasi dan pola kelainan kulit Sedangkan untuk dermatitis atopi
seringkali dapat diketahui kemungkinan merupakan keadaan radang kulit kronis dan
penyebabnya. Misalnya, di ketiak oleh deodoran, residif disertai dengan gatal yang umumnya
di pergelangan tangan oleh jam tangan, dan di sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak.
kedua kaki oleh sepatu. Pemeriksaan hendaknya Sering berhubungan dengan peningkatan kadar
dilakukan pada seluruh permukaan kulit, untuk IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga
melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena penderita. Oleh karena itu, pemeriksaan IgE pada
sebab- sebab endogen.9 penderita dengan suspek DKI dapat dilakukan
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya untuk mengurangi kemungkinan diagnosis
eritema, edema dan papula disusul dengan dermatitis atopi, namun pada pasien ini tidak
pembentukan vesikel yang jika pecah akan didapatkan adanya riwayat atopi.9
membentuk dermatitis yang membasah. Lesi Sedangkan tinea manus merupakan
pada umumnya timbul pada tempat kontak, penyakit pada jaringan yang mengandung zat
tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah tanduk, misalnya stratum korneun pada
sekitarnya. Karena beberapa bagian tubuh epidermis, rambut, dan kuku yang disebabkan
sangat mudah tersensitisasi dibandingkan bagian oleh jamur dermatofitosis. Penderita bisa merasa
tubuh yang lain maka predileksi regional akan gatal dan kelainan berbatas tegas, terdiri atas
sangat membantu penegakan diagnosis. Untuk macam-macam efloresensi kulit. Bagian tepi lesi
membantu menegakan diagnosis penyakit kulit lebih aktif (lebih jelas tanda-tanda peradangan)
akibat kerja selain pentingnya anamnesa, juga daripada bagian tengah. Lesi pada pasien ini
banyak test lainnya yang digunakan untuk berbeda dengan lesi yang terjadi pada pasien

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 3|Juni 2017 |3


Ayu, Dwi, dan Antony | Dermatitis Kontak Iritan Kronis Pada Pegawai Laundry

tinea manus. Dengan demikian gejala klinis yang DAG dan second messenger lain
terjadi pada pasien ini lebih mengarah kepada menstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein.
DKI yang bersifat kronis.9 Pada kontak dengan bahan iritan, keratinosit
Anamnesis yang detail sangat dibutuhkan juga melepaskan faktor nekrosis alfa (TNF α)
karena diagnosis dari DKI tergantung pada merupakan sitokin utama dapa DKI yang
anamnesis mengenai pajanan yang mengenai mengarah pada peningakatan
pasien. Anamnesis yang dapat mendukung histokompatibilitas kompleks kelas II mayor dan
penegakan diagnosis DKI (gejala subyektif) adesi intraseluler molekul 1 pada keratosit.9,10
adalah pasien mengklaim adanya pajanan yang Rangkaian kejadian tersebut menimbulkan
menyebabkan iritasi kutaneus. Pada kasus ini gejala peradangan klasik di tempat terjadinya
didapatkan anamnesis bahwa pasien mempunyai kontak di kulit. Bahan iritan yang lemah akan
riwayat paparan terhadap deterjen yang menimbulakan kelainan kulit setelah kontak
berulang. berulang kali dimulai dengan kerusakan stratum
Onset dari gejala terjadi dalam beberapa korneum oleh delipidasi yang menyebabkan
menit sampai jam untuk DKI akut. DKI lambat desikasi dan kehilangan fungsi sawarnya
dikarakteristikkan oleh kausa pajanannya seperti sehingga mempermudah kerusakan sel
benzalkonium klorida (biasanya terdapat pada dibawahnya oleh iritan. Pada dermatitis kontak
cairan disinfektan) dimana reaksi inflamasinya iritan terjadi kerusakan keratosit dan keluarnya
terjadi 8-24 jam setelah pajanan.9 mediator-mediator inflamasi.9,10
Onset dari gejala dan tanda dapat Pengobatan DKI pada pasien secara
tertunda hingga berminggu-minggu pada DKI topikal dapat menggunakan kortikosteroid
kumulatif (DKI Kronis). DKI kumulatif terjadi dengan sediaan berupa krim atau salep,
akibat pajanan berulang dari suatu bahan iritan pemberian salep pelembap apabila pada
yang merusak kulit. Penderita merasakan sakit, efloresensi deitemukan likenifikasi dan
rasa terbakar, rasa tersengat, dan rasa tidak hiperkeratosis. Jenis kortikosteroid yang
nyaman akibat pruritus yang terjadi. diberikan adalah hidrokortison 2,5% dan
Secara singkat terdapat mekanisme yang flucinolol asetonide 0,025%.
saling terkait dihubungkan dengan DKI yaitu Pengobatan sistemik diberikan untuk
hilangannya jaringan lemak dan substasi yang mengurangi rasa gatal dan pada kasus gejala
menahan air, kerusakan membran sel, dermatitis yang berat. Kortikosteroid oral
denaturasi keratin epidermis, dan efek langsung diberikan pada kasus akut dengan intensitas
sitotoksik. Sebagian besar bahan iritan mampu gejala sedang hingga berat serta pada DKA yang
merusak membran lemak keratinosit, tetapi sulit disembuhkan. Pilihan terbaik adalah
sebaian dari bahan membran juga dapat prednisone dan metilprednisolon. Dosis awal
menembus membran sel, merusak lisosom, pemberian prednisone 30 mg pada hari pertama,
mitokondria atau komponen inti. Kerusakan kemudian diturunkan secara berkala sebanyak 5
membrane keratinosit mengaktifkan fosfolipase mg setiap harinya. Antihistamin diberikan untuk
dan melepas asam arakidonat (AA), mendapatkan efek sedatif guna mengurangi
diasilgliserida (DAG), platelet activating factor gejala gatal, dosis dan jenis antihistamin yang
(PAF), dan fosfodilinositol. AA dirubah menjadi diberikan ialah cetirizine 10 mg 1 kali sehari.
eicasanoid yaitu prostaglandin (PG) dan Pasien juga diberikan edukasi agar menggunakan
leukotriene (LT). PG dan LT menginduksi sarung tangan saat berkerja agar tidak terpapar
vasodilatasi, dan meningkatkan permeabilitas bahan iritan. Prognosis pada pasien ini baik
vaskular sehingga mempermudah transudasi apabila tidak terpapar bahan iritan dan
komplemen dan kinin. PG dan LT juga bertindak pengobatan diberikan secara teratur namun
sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit dan prognosisnya akan menjadi kurang baik jika
neutrophil, serta mengaktivasi sel mast bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak
melepaskan histamine, LT, PG, dan PAF, sehingga dapat disingkirkan dengan sempurna. Keadaan
memperkuat perubahan vaskular.8,9,10 ini sering terjadi pada DKI kronis yang

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 3|Juni 2017 |4


Ayu, Dwi, dan Antony | Dermatitis Kontak Iritan Kronis Pada Pegawai Laundry

penyebabnya multifaktor, juga pada penderita 4. Hogan DJ. Contact Dermatitis, Allergic. USA:
atopi. 9,10 EMedicine Dermatology; 2009.
5. Sumantri MA, Febriani, Musa ST. Dermatitis
Kesimpulan kontak. Yogyakarta: Pharma-C; 2010.
Seorang perempuan berusia 17 tahun 6. Astuti W. Dermatitis akibat kerja. Jakarta:
didagnosis menderita DKI kronis (kumulatif). Bumi aksara; 2006.
Pasien adalah seorang pegawai laundry. Diduga 7. Armando A, Taylor JS, Sood A. Irritant
paparan deterjen menjadi agen iritan penyebab contact dermatitis. Dalam: Freedberg IM,
DKI pada pasien. Terapi topikal steroid dan Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA,
antihistamin sistemik diberikan pada kasus ini. Katz SI. Fitzpatrick’s dermatology in general
Penggunaan alat pelindung diri saat bekerja medicine. Edisi ke-7. USA: McGraw Hill;
penting dilakukan untuk menghindari paparan 2008. hlm.395-401.
bahan iritan. 8. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. Dalam:
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5.
Daftar Pustaka Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2009. hlm.129-
1. Wolff K, Lowel AG, Stephen IK, Barbara AG, 153.
Amy SP, David JL. Fitzpatrick’s Dermatology 9. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. Dalam:
in general medicine. Edisi ke-7. New York: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu
McGrawHill.; 2008. hlm. 396-401. penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-5.
2. Verayati D. Hubungan pemakaian alat Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2009. hlm.
pelindung diri dan personal higine terhadap 129-53.
keajadian dermatitis kontak akibat kerja 10. Marks JG, Elsner P, Deleo VA. Contact and
pada pemulung di tempat pembuangan occupational dermatology. Edisi ke-3. USA:
akhir (TPA) Bakung Bandar Lampung Mosby Inc; 2002. hlm. 10-1.
[Skirpsi]. Lampung: Universitas Lampung; 11. Noble SL, Forbes RC, Stamm PL. Diagnosis
2011. and management of common tinea
3. Ernasari. Pengaruh Penyuluhan Dermatitis infections. Am Fam Physician. 1998; 58(1):
Kontak terhadap Pengetahuan dan Sikap 177-8.
Perajin Tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan 12. Levin C, Basihir SJ, and Maibach HI, editors.
Medan Deli [Tesis]. Medan: Universitas Treatment of irritant contact dermatitis.
Sumatera Utara; 2011. Dalam: Chew AL and Howard IM, editors.
Irritant dermatitis. Jerman: Springer-Verlag
Berlin Heidelberg; 2006. hlm. 461-5.

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 3|Juni 2017 |5

Anda mungkin juga menyukai