Anda di halaman 1dari 29

Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

BAB IV
RENCANA TATA RUANG WILAYAH NGANJUK

4.1. Rencana Struktur Ruang Wilayah


Pusat pertumbuhan (growth-center) erat kaitanya dengan konsep keruangan
budaya, yang mengalami pengembangan/pembangunan wilayah secara fisik maupun
social. Pertumbuhan wilayah di permukaan bumi tidak tumbuh bersama-sama secara
terarur,tetapi sengaja atau tidak sengaja, ada bagian yang tumbuh dan maju
berkembang lebih cepat dibanding dengan bagian lain.
Berikut ini beberapa teori pusat pertumbuhan.
a) Teori Tempat Sentral
Dikemukakan oleh ahli Geografi Jerman yang bernama Walter Chisstaller tahun 1993
dan Agust Losch ahli ekonomi Jerman tahsn 1945, menyatakan tempat yang
lokasinya sentral adalah tempat yang memungkinkan aktivitas manusia menjadi.
maksimum, baik dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi konsumen dari
barang dan pelayanan yang dihasilkan.
b) Teori Kutub Pertumbuhan

Kutub pertumbuhan (growth pole) adalah suatu straregi pembangunan yang


dilakukan dengan cara menularkan perkembangan wilayah dari pusat te pinggiran
(center down deuelopment). Teori ini dikemukakan oleh Francois Perroux seorang
ekonom Perancis tahun 1950. pada tahun 1972 Bou Deville memperkenaikan konsep
pertumbuhan sebagaimana dikemukakan oleh Perroux yang disebut dengan teori Engine
of Economic Growth.
Dalam menentukan struktur ruang wilayah Kabupaten Nganjuk hal yang perlu
pertama diidentifikasi adalah tempat-tempat yang menjadi konsentrasi kegiatan yang disebut
sebagai daerah perkotaan di suatu kecamatan. Simpul adalah daerah yang memiliki
intensitas kegiatan ekonomi yang menonjol daripada wilayah sekitarnya. Pemicu tingginya
intensitas kegiatan ekonomi di simpul adalah karena adanya fasilitas yang memiliki skala
pelayanan besar dan memiliki daya tarik bagi penduduk wilayah sekitarnya. Di Kabupaten
Nganjuk dapat ditemukan simpul diantaranya adalah di Kota Nganjuk, Kertosono kawasan
sekitar Pasar Wage, dan Pasar Sukomoro.
Pusat pertumbuhan di Kabupaten Nganjuk berporos pada dua lokasi dengan jalan
arteri primer sebagai alur pola pengembangannya, yaitu Kota Nganjuk dan Kota Kertosono.
Bagi Kota Nganjuk dan Kertosono, transportasi dan jalur transportasi arteri primer
merupakan sesuatu yang vital karena merupakan jalur utama penghubung wilayah barat

BAB IV - 1
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

dan timur. Dengan adanya jalur tersebut, maka sektor perekonomian di kedua kota tersebut
relatif lebih baik dan lebih efisien dibandingkan ibukota kecamatan lain.
Sedangkan Sistem perkotaan meliputi :
a) PKL berada di Perkotaan Nganjuk;
b) PKLp meliputi Kecamatan Kertosono, Kecamatan Tanjunganom, Kecamatan Berbek,
Kecamatan Rejoso dan Kecamatan Lengkong;
c) PPK sebagai pusat pengembangan kecamatan meliputi Kecamatan Loceret,
Kecamatan Pace, Kecamatan Sukomoro, Kecamatan Bagor, Kecamatan Wilangan,
Kecamatan Baron, Kecamatan Prambon, Kecamatan Ngronggot, Kecamatan Sawahan,
Kecamatan Ngetos, Kecamatan Gondang, Kecamatan Ngluyu, Kecamatan Patianrowo,
dan Kecamatan Jatikalen

BAB IV - 2
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

Gambar 4.1 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Nganjuk

BAB IV - 3
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

Kelompok Studio Perencanaan Kabupaten Nganjuk menggunakan metode


penentuan hirarki kota untuk untuk melakukan perencanaan penyediaan fasilitas secara
lebih tepat dan lebih efisien. Kota yang lebih besar hierarkinya membutuhkan fasilitas yang
lebih besar dan lebih bervariasi. Hasil tersebut kemudian akan diperbandingkan dengan
kebijakan penataan ruang yang telah di tetapkan oleh Bappeda Kabupaten Nganjuk.
Berdasarkan identifikasi dan pemeringkatan yang dilakukan, ditemukan bahwa
Kecamatan Nganjuk termasuk hirarki I, Kec. Kertosono, Kec. Tanjung Anom, Kec. Bagor
termasuk pada hirarki II, Kec. Sukomoro, Kec. Rejoso, Kec. Ngronggot, Kec. Berbek, Kec.
Loceret, Kec. Prambon, Kec. Pace termasuk hirarki III, Kec. Ngetos, Kec. Baron, Kec.
Patianrowo, Kec. Gondang, Kec. Jatikalen Kec. Sawahan termasuk hirarki IV dan kota
hirarki V adalah Kec. Wilangan, Kec. Jatikalen, Kec. Kec. Ngluyu.
Kegiatan-kegiatan penggerak ekonomi di Kabupaten Nganjuk seringkali lokasinya
berdekatan. Sentra adalah sekumpulan tempat yang memiliki kesamaan produk yang
dihasilkan. Dalam satu wilayah dapat terdapat beberapa sentra, satu daerah bisa menjadi
sentra dari beberapa produk. Kabupaten Nganjuk menjadi sentra bawang, padi. Cluster
adalah sekumpulan tempat yang memiliki kesamaan produk yang dihasilkan, dan kegiatan
di dalamnya saling berkaitan. Identifikasi cluster di Kabupaten Nganjuk adalah cluster
bawang, karena dari sentra bawang yakni di Kecamatan Rejoso, Kec. Sukomoro, Kec.
Bagor dan Kecamatan Gondang membentuk cluster di Kecamatan Sukomoro ditandaia
dengan adanya pasar Agropolitan yang komoditas utamanya adalah bawang merah.

4.2. Rencana Pola Ruang Wilayah


Rencana pola ruang wilayah kota merupakan rencana distribusi peruntukan ruang
dalam wilayah kota yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Rencana pola ruang wilayah kota berfungsi:
a) sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan
pelestarian lingkungan dalam wilayah kota;
b) mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
c) sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
untuk 20 (dua puluh) tahun; dan
d) sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kota.

Rencana pola ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan:


a) kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota;
b) daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kota;

BAB IV - 4
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

c) kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan; dan
d) ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Rencana pola ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria:


a) merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana rincinya;
b) merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRW provinsi beserta rencana
rincinya;
c) memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
d) memperhatikan mitigasi bencana pada wilayah kota;
e) memperhatikan kepentingan pertahanan dan keamanan dalam wilayah kota;
f) menyediakan ruang terbuka hijau minimal 30 % dari luas wilayah kota;
g) menyediakan ruang untuk kegiatan sektor informal;
h) menyediakan ruang terbuka non hijau untuk menampung kegiatan sosial, budaya, dan
ekonomi masyarakat kota; dan
i) jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada
wilayah kota bersangkutan;
j) mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kota yang terdiri atas kawasan lindung dan
kawasan budidaya.

BAB IV - 5
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

Gambar 4.2. Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Nganjuk

BAB IV - 6
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

4.2.1. Kawasan Lindung


Kawasan lindung adalah ukuran-ukuran yang digunakan untuk penentuan
kawasan-kawasan yang perlu ditetapkan sebagai kawasan berfungsi lindung. Fungsi
kawasan lindung adalah untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa untuk
kepentingan pembangunan yang berkelanjutan.
Kawasan lindung di Kabupaten Nganjuk terletak di sebagian kecil Kecamatan
Rejoso, sebagian kecil Kecamatan Ngluyu, sebagian Kecamatan Sawahan, dan sebagian
Kecamatan Ngetos. Lokasi tersebut mempunyai ketinggian yang bervariasi antara 300 m
dpal (Kecamatan Ngluyu dan Kecamatan Rejoso) hingga 2500 m dpal (Kecamatan
Sawahan dan Kecamatan Ngetos). Lereng pada daerah-daerah tersebut mempunyai
kemiringan lebih dari 15% dikombinasi dengan jenis tanah jenis mediteran dan andosol
serta regosol yang peka terhadap erosi, sehingga menyebabkan kawasan tersebut perlu
dikonservasi.
Adapun jenis atau kriteria kawasan lindung mengacu pada Keppres No.32 tahun
1990 tentang Penentuan Kawasan Lindung dan PP No. 47 / 1997 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional , yaitu meliputi :
1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya yang meliputi:
kawasan lindung mutlak, kawasan lindung terbatas, kawasan bergambut, kawasan
resapan air dan kawasan lindung lainnya.
2) Kawasan perlindungan setempat, yaitu meliputi kawasan sempadan sungai, kawasan
sempadan irigasi, kawasan sekitar mata air, kawasan sekitar waduk, kawasan, dan
kawasan lainnya yang memerlukan perlindungan.
3) Kawasan suaka alam dan cagar budaya yaitu kawasan suaka alam (cagar alam, suaka
marga satwa, hutan wisata, daerah perlindungan plasma nutfah, daerah pengungsian
satwa), kawasan taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam.
4) Kawasan rawan bencana, yaitu kawasan yang dindikasikan berpotensi terjadi bahaya,
misalnya bahaya letusan gunung berapi, rawan gempa bumi, tanah bergerak dan lain
sebagainya

Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya terdiri dari


kawasan hutan lindung, kawasan bergambut dan kawasan resapan air. Didalam penentuan
fungsi kawasan perlindungan setempat adalah sebagai berikut :
a) Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang
mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun

BAB IV - 7
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

kawasan bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta
memelihara keseburan tanah. Kriteria penetapan kawasan lindung adalah:
1) Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan
yang melebihi nilai skor 175 dan atau,
2) Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih atau,
3) Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 1000-2000
meter/dpl.

b) Kawasan Perlindungan Setempat


Kawasan perlindungan setempat terdiri dari :
1) kawasan sempadan pantai
2) kawasan sempadan sungai;
3) kawasan sempadan bendungan;
4) kawasan sempadan mata air;
5) kawasan sempadan irigasi;

c) Kawasan Suaka Alam Dan Cagar budaya


Kriteria penetapan suaka atau cagar alam adalah:
1) Kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
serta tipe ekosistemnya.
2) Mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya.
3) Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau
belum diganggu manusia.
4) Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif
dengan daerah penyangga yang cukup luas.
5) Mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satu-satunya contoh disuatu daerah
serta keberadaanya memerlukan upaya konservasi.
6) Kriteria-kriteria penetapan kawasan suaka margasatwa yaitu:
7) Kawasan yang ditunjuk sebagai tempat hidup dan perkembangbiakan suatu jenis
satwa yang perlu dilakukan upaya pengkonservasian.
8) Memiliki keanegaraman dan populasi satwa yang tinggi.
9) Merupakan tempat dan kehidupan bagi satwa migran tertentu.
10) Mempunyai luas yang cukup sebagai habita jenis satwa yang bersangkutan.

Penetapan kawasan cagar budaya di dalam wilayah Kabupaten Nganjuk, meliputi


beberapa lokasi yaitu :

BAB IV - 8
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

a. Candi Lor di Desa Candirejo Kecamatan Loceret;


b. Candi Ngetos di Desa Ngetos Kecamatan Ngetos;
c. Padepokan Tari Langen Tayub di Kecamatan Jatikalen;
d. Monumen Jenderal Sudirman berada di Desa Bajulan Kecamatan Loceret;
e. Monumen dan Museum Dr. Sutomo berada di Desa Ngepeh Kecamatan Loceret;
f. Museum Anjuk Ladang berada di Kota Nganjuk;
g. Air Terjun Sedudo di Kecamatan Sawahan

d) Rawan bencana
Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi
tinggi mengalami bencana alam. Kriteria penetapan kawasan rawan becana alam
adalah kawasan yang diidentifikasikan sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana
alam, seperti bencana letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor, tanah
bergerah, bahaya banjir, bahaya stunami, bahaya angin puyuh, bencana banjir dan
bencana alam lainnya.
Secara umum kawasan rawan tanah longsor dan tanah bergerak di wilayah
Nganjuk berada di wilayah pegunungan dan perbukitan seperti di Kecamatan Sawahan,
Kecamatan Ngetos dan Kecamatan Loceret serta Kecamatan Ngluyu disekitar
perbukitan lainnya. Guna mengantisipasi adanya bahaya-bahaya tanah longsor dan
tanah bergerak, maka perlu adanya penghijauan dengan melakukan pengembangan
jenis tanaman tahunan dan didukung dengan adanya upaya-upaya perlindungan yang
melibatkan berbagai elemen masyarakat di sekitarnya.
Kawasan rawan banjir yang ada di Kabupaten Nganjuk berada di Kota Nganjuk,
Kecamatan Gondang, dan berada di sekitar DAS Brantas. Adapun penyebab terjadinya
bahaya banjir ini adalah :
 Sistem drainase di sekitar DAS Brantas tidak mampu menampung luapan akibat
peningkatan muka air sungai sehingga mengakibatkan air melampaui igir sungai.
 Sistem drainase di kawasan padat permukiman yang tidak dapat menampung
limpasan permukaan yang dihasilkan oleh curah hujan

BAB IV - 9
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

Gambar 4.3. Peta Cagar Budaya Kabupaten Nganjuk

BAB IV - 10
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

Gambar 4.4. Peta Rawan Bencana Kabupaten Nganjuk

BAB IV - 11
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

4.2.2. Rencana Kawasan Budidaya

a. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Hutan produksi, yaitu kawasan hutan yang karena pertimbangan kebutuhan


sosial ekonomi dipertahankan sebagai kawasan hutan produksi yang berfungsi untuk
menghasilkan hasil-hasil hutan bagi kepentingan negara, masyarakat, industri dan
ekspor. Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah memanfaatkan ruang beserta
sumberdaya hutan, baik dengan cara tebang pilih maupun tebang habis, dan tanam
untuk menghasilkan hasil-hasil hutan bagi kepentingan negara, masyarakat, dan
industri dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Berdasarkan Undang-undang nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan
produksi di Kab. Nganjuk terdapat di delapan kecamatan Kecamatan Sawahan,
Ngetos, Berbek, Gondang, Bagor, Wilangan, Rejoso, dan Ngluyu .Total luasan hutan
rakyat adalah 19.872 Ha hektar dan baru 60 % yang sudah dikelola atau sekitar
11.500 Ha

Tabel 4.1. Luas Hutan Produksi di Kabupaten Nganjuk

Kecamatan Hutan Produksi

1 Sawahan 1.475,0

2 Ngetos 452,1

3 Berbek 2.996,6

4 Gondang 625,8

5 Bagor 1.579,8

6 Wilangan 2.838,9

7 Rejoso 8.201,3

8 Ngluyu 1.702,9

Jumlah (ha) 19.872,4

BAB IV - 12
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

b.Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan ditetapkan berada pada semua


kecamatan. Kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan meliputi kawasan
pertanian lahan basah ,kawasan pertanian lahan kering dan hortikultura.

A. Kawasan Pertanian Lahan Basah

Kawasan pertanian lahan basah merupakan kawasan pertanian yang tersedia air
secara terus menerus sepanjang tahun dan cocok untuk komoditas tanaman padi
dengan ciri pengolahan tanah sawah. Kawasan ini digunakan tidak hanya sebagai
lahan produksi tetapi juga digunakan sebagai daerah resapan air.

Kriteria kawasan ini adalah sebagai berikut :

a. Lahan pertanian dengan ketinggian di bawah 1000 m dpl;

b. Lahan yang sangat sesuai dengan pertanian ini adalah dengan kelerengan
0-8%;

c. Curah hujan minimal 1.500 mm;

d. Kedalaman efektif lapisan tanah atas > 30 cm;

e. Kemudahan jaringan irigasi (Sistem irigasi teknis atau setengah teknis yang
memiliki kecenderungan menjadi irigasi teknis)

f. Sesuai dengan kelas kesesuaian lahan.

g. Merupakan kawasan yang dipertahankan untuk kegiatan pertanian tanaman


pangan (berdasarkan kesepakatan antar instansi terkait).

h. Telah digunakan untuk budidaya tanaman pangan dengan pengolahan


lahan basah.

Pengembangan kawasan pertanian ini dalam rangka menjaga ketahanan pangan


nasional pada umumnya. Kawasan pertanian tanaman pangan ditetapkan berada
pada semua kecamatan namun dengan komoditi yang berbeda.

Arahan pengelolaan kawasan pertanian Lahan basah dilakukan melalui :

1. Pada sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai kawasan


perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan, maka alih fungsi
mengikuti kaidah peraturan perundangan;

2. Sawah beririgasi teknis sederhana dan setengah teknis seara bertahap


dilakukan peningkatan menjadi sawah beririgasi teknis; dan

3. Pengupayaan sumber air bagi lahan sawah yang rawan kekeringan pada
saat kemarau melalui pemanfaatan air tanah dan peningkatan saluran
irigasi.

BAB IV - 13
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

B. Kawasan Pertanian Lahan Kering(hortikultura)

Kawasan pertanian lahan kering adalah areal pertanian yang tidak tersedia air
secara baik dan cocok untuk tanaman serta sistem pengolahan lahan kering.
Tanaman yang dimaksud meluputi tanaman pangan dan hortikultura dengan
tujuan pengelolaan untuk memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk kegiatan
pertanian lahan kering dalam meningkatkan produksi pangan dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan

Kriteria kawasan ini adalah :

1. Ketinggian < 1000 m dpl;

2. Kelerengan antara 3-8% atau lebih yang telah dilakukan pengelolaan dengan
tindakan pencegahan erosi.

3. Adanya kesesuaian untuk jenis tanaman lahan kering.

4. Kedalaman efektif lapisan tanah atas > 30 cm;

5. Penggunaan lahan untuk tanaman kering yang telah ada.

Kawasan Peranian Hortikultura :

 Lereng Wilis tersebar di Kecamatan Sawahan, Kecamatan Ngetos, dan


Kecamatan Loceret;

 DAS Brantas tersebar di Kecamatan Prambon, Kecamatan Patianrowo dan


Kecamatan Ngronggot;

 Sub DAS Widas tersebar di Kecamatan Wilangan, Kecamatan Bagor,


Kecamatan Rejoso, Kecamatan Sukomoro, Kecamatan Gondang dan
Kecamatan Ngluyu

 wilayah pengembangan kawasan pertanian hortikultura seluas kurang lebih 3.784


Ha

Arahan pengelolaan kawasan pertanian dilakukan melalui :

1. Pembudayaan lahan dengan tanaman produktif yang memberikan nilai


ekonomis bagi masyarakat

2. Peningkatan pengolahan lahan dengan menggunakan teknologi yang sesuai

3. Mempertahankan tanaman yang telah ada dan memiliki daya saing tinggi

4. Penambahan sarana dan prasarana pendukung pengolahan hasil-hasil


pertanian.

BAB IV - 14
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

c. Kawasan Perkebunan

Kawasan perkebunan adalah kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi


kegiatan perkebunan baik kegiatan usaha perkebunan maupun perkebunan rakyat
dengan tujuan untuk memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk kegiatan
perkebunan dalam meningkatkan produksi perkebunan, dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan. Kawasan perkebunan merupakan
kawasan penyangga bagi kawasan hutan lindung.

Kriteria kawasan ini adalah :

a. Ketinggian < 1000 m dpl;

b. Kelerengan 8-15%;

c. Kedalaman efektif lapisan tanah atas > 30 cm;

d. Kesesuaian lahan untuk jenis tanaman perkebunan dan tanaman tahunan;

e. Kondisi perkebunan yang telah berkembang.

Kawasan peruntukan perkebunan meliputi :

1. perkebunan Cengkeh meliputi:

1. Kecamatan Sawahan;

2. Kecamatan Ngetos;

3. Kecamatan Loceret

4. Kecamatan Berbek; dan

5. sebagian Wilangan.

2. perkebunan porang meliputi:

1. Kecamatan Rejoso;

2. Kecamatan Ngluyu;

3. Kecamatan Gondang;

4. Kecamatan Lengkong;

3. perkebunan Mawar

1. Kecamatan Sawahan,

2. Kecamatan Berbek .

3. Kecamtan Ngetos

BAB IV - 15
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

d.Kawasan Peternakan

Kawasan peternakan adalah kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi


kegiatan peternakan dan segala kegiatan penunjangnya. Tujuan pengelolaan
kawasan ini adalah untuk memanfaatkan lahan yang sesuai untuk kegiatan
peternakan dalam menghasilkan produksi peternakan seperti ternak dan hasil
ternak lainnya dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

Kawasan ini diprioritaskan pada kawasan padang rumput atau semak belukar
cukup luas (minimum dua hektar), yang diperuntukkan bagi melepaskan dan
sekaligus memelihara ternak (jenis ternak besar seperti sapi, kerbau dan
kambing). Lokasi untuk kawasan peternakan diutamakan pada tanah yang tidak
produktif dan terpisah dari lahan pertanian penduduk sekitarnya. Selain kawasan
peternakan dapat dipadukan dengan pemanfaatan untuk pertanian lahan kering
atau perkebunan.

Kawasan peternakan di Kabupaten Nganjuk ditetapkan berada pada semua


kecamatan.
a. Ternak Sapi Potong, meliputi : Kecamatan Rejoso, Kecamatan Ngronggot,
Kecamatan Prambon dan Kecamatan Tanjung Anom sebagai daerah sentra,
b. Ternak Kambing, meliputi : seluruh kecamatan;
c. Ternak Domba, meliputi : Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Daha
Selatan
d. Ternak Unggas, meliputi : seluruh kecamatan namun Kecamatan ngonggot
sebagai sentra dan Pecamatan Prambon dan Kecamatan Pace sebagai
Kawasan Pengembangan;

f.Kawasan Peruntukan Perikanan

Pengembangan sektor perikanan yang dikembangkan di Kabupaten Nganjuk


berupa perikanan sungai dan darat, baik berupa perikanan kolam maupun tambak.
Khusus untuk sektor perikanan ini dikembangkan di beberapa wilayah tersebut.

a. Pengembangan sentra perikanan yang berada di Kecamatan Tanjunganom,


Kecamatan Ngronggot, Kecamatan Wilangan, Kecamatan Prambon dan
Kecamatan Patianrowo;
b. Kegiatan budidaya perikanan dikembangkan dengan memanfaatkan sumber daya
air dari sungai, waduk, embung, sumber mata air dan air tanah.

Arahan pengelolaan kawasan perikanan, diwujudkan melalui kegiatan:


a. Pengembangan perikanan unggulan pada setiap lokasi yang memiliki potensi
pengairan untuk kegiatan budidaya;

BAB IV - 16
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

b. Pengembangan budidaya perikanan pada perairan umum; dan


c. Pelestarian, rehabilitasi dan revitalisasi konservasi lingkungan untuk kelestarian
ekosistem.
d. Sentra perikanan (Minapolitan) berada di Kecamatan Tanjunganom.

Untuk mengembangkan kegiatan perikanan, Pemerintah akan mendorong dan atau


menfasilitasi pengembangan kegiatan produksi, pengolahan, dan pemasaran
perikanan yang berbasis sistem kewilayahan melaui pendekatan pembangunan
minapolitan

e. Kawasan Peruntukan Pertambangan

Kawasan peruntukan pertambangan adalah kawasan dengan luas tertentu


yang digunakan untuk pemusatan kegiatan pertambangan. Tujuan pengelolaan
kawasan ini adalah untuk memanfaatkan sumberdaya mineral, energi dan bahan
galian lainnya, untuk masyarakat, dengan tetap memelihara sumberdaya sebagai
cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidan-kaidah
kelestarian lingkungan.

Kawasan peruntukan pertambangan ini merupakan lingkupan tempat-tempat


penggalian bahan tambang atau daerah-daerah yang memiliki potensi tambang yang
layak secara ekonomis untuk ditambang. Suatu tempat dapat dinyatakan sebagai
tempat penambangan apabila nilai bahan galian yang ada bernilai ekonomis lebih
tinggi dari nilai kegiatan yang ada di atas tanah. Penggalian bahan tambang dapat
dilakukan oleh perusahaan berbadan hukum atau kecil-kecilan oleh perorangan
(pertambangan rakyat).

Kawasan pertambangan diidentikan dengan Wilayah Usaha Pertambangan


(WUP) yang merupakan bagian dari Wilayah Pertambangan (WP) yang telah memiliki
ketersediaan data, potensi dan/atau informasi geologi.

Kebijakan penetapan kawasan pertambangan / WUP adalah untuk


memanfaatkan potensi sumber daya mineral dan batubara untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat serta mencegah dampak negatif terhadap lingkungan.

Pemanfaatan lahan untuk pertambangan dilakukan dengan pola pinjam pakai


untuk lokasi pertambangan yang berada dalam kawasan hutan atau dengan
melakukan pembebasan lahan pada kawasan budidaya lainnya.

Dalam hal pengelolaan kawasan pertambangan perlu dilakukan pengaturan


perijinan pemanfaatan untuk kegiatan pertambangan dan melakukan pembinaan dan
pengawasan kegiatan pasca tambang dan reklamasi dengan tujuan tidak merubah
fungsi kawasan.

 kegiatan pertambangan batuan lempung terdapat di Kecamatan Ngronggot


dan Kecamatan Bagor;

BAB IV - 17
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

 kegiatan pertambangan Andesit berada di Kecamatan Loceret, Kecamatan


Berbek, Kecamatan Rejoso,dan Kecamatan Lengkong;

 kegiatan pertambangan Pasir Batu berada di Kecamatan Bagor, Kecamatan


Berbek, Kecamatan Lengkong, Kecamatan Jatikalen dan Kecamatan Wilangan;

 kegiatan pertambangan batu gamping berada di Kecamatan Ngluyu dan


Kecamatan Rejoso;

 kegiatan jenis pertambangan batuan onyx berada di Kecamatan Lengkong;

g.Kawasan Peruntukan Industri

Kawasan peruntukan industri dirinci meliputi kawasan: peruntukan industri


besar, industri sedang, dan industri rumah tangga. Peruntukan industri besar
ditetapkan hanya berada pada Kawasan Industri. Industri besar dalam hal ini adalah
jenis industri yang memiliki nilai investasi di atas Rp. 1 milyar di luar tanah dan
bangunan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Kawasan Industri, luas lahan Kawasan Industri paling rendah 50 (lima puluh) hektar
dalam satu hamparan.

Kegiatan industri yang ada di Kabupaten Nganjuk merupakan salah satu


kegiatan perekonomian, kegiatan industri yang berpotensi pencemaran diarahkan ke
daerah yang aman dari wilayah pemukiman dan usaha-usaha pertanian serta kawasan
konservasi atau serapan air.

Kegiatan industri yang ada di Kabupaten Nganjuk terbagi atas industri kecil,
industri rumah tangga dan sebagian industri besar. Pengembangan sektor industri kecil
di daerah ini belum menunjukan hasil yang besar dan masih memerlukan upaya-upaya
peningkatan. Kecilnya angka perkembangan sektor industri kecil ini terutama karena
masih banyaknya potensi wilayah yang belum dimanfaatkan sepenuhnya.

Potensi sektor perindustrian yang ada di Kabupaten Nganjuk diantaranya


adalah :

Spasial wilayah Nganjuk yang dekat dengan Surabaya yang merupakan Pusat
Kegiatan Nasional, sehingga hal ini menjadi salah satu pertimbangan investor dalam
investasi mengingat hal ini sangat berpengaruh dalam cost proses produksi maupun
distribusi
a. Upah pekerja yang relatif lebih rendah dari wilayah surabaya dan sekitarnya
b. Tersedianya lahan yang sesuai untuk kawan industri
c. Dilewati oleh jalan arteri primer serta adanya rencana pembangunan jalan tol
yang menghubungkan jawa timur dengan jawa tengah

Kawasan Industri Besar, Industri sedang, industri kecil dan mikro meliputi:

BAB IV - 18
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

a. Industri Besar:

Kecamatan Nganjuk, kecamatan Gondang dan Kecamatan Rejoso

b. industri Sedang;

Industri Sedang meliputi Kecamatan Jatikalen, Kecamatan Patianrowo dan


kecamatan Sukomoro

c. industri Kecil Tersebar di seluruh Kecamatan dengan berbagai jenis usaha

Kedepannya penentuan Kawasan industri, dapat didirikan terpadu dengan


kawasan permukiman dengan memenuhi persyaratan pengelolaan lingkungan serta
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

h.Kawasan Peruntukan Pariwisata

Kawasan peruntukan pariwisata dirinci meliputi kawasan peruntukan: pariwisata


budaya, pariwisata alam, dan pariwisata buatan. Kawasan peruntukan pariwisata
adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi
kebutuhan pariwisata. Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah untuk memanfaatkan
potensi keindahan alam dan budaya guna mendorong perkembangan pariwisata
dengan memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya, adat istiadat, mutu dan
keindahan alam untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

Kabupaten Nganjuk memiliki beberapa obyek wisata yang tersebar di seluruh


wilayah kabupaten. Jenis objek wisata yang ada di Kabupaten Nganjuk adalah wisata
budaya dan wisata alam.

(1) Pariwisata budaya terdiri atas:

1. wisata budaya, Sejarah dan Religi meliputi:

a. Candi Lor di Desa Candirejo Kecamatan Loceret;

b. Candi Ngetos di Desa Ngetos Kecamatan Ngetos;

c. Masjid Al Mubarok dan Makam Kanjeng Jimat berada di Desa Kacangan


Kecamatan Berbek;

d. Makam Syekh Suluki berada di Desa Wilangan Kecamatan Wilangan;

e. Monumen Jenderal Sudirman berada di Desa Bajulan Kecamatan Loceret;

f. Monumen dan Museum Dr. Sutomo berada di Desa Ngepeh Kecamatan


Loceret;

g. Museum Anjuk Ladang berada di Kota Nganjuk;

h. Makam Ki Ageng Ngaliman berada di Desa Ngliman Kecamatan Sawahan;

i. Makam Menteri Supeno berada di. Desa Ngliman Kecamatan Sawahan;

BAB IV - 19
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

j. Pertapaan Sadepok berada di Desa Ngliman Kecamatan Sawahan;

k. Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis berada di Desa Bajulan Kecamatan Loceret;

l. Petilasan Kadipaten Posono berada di Desa Ngrombot Kecamatan


Patianrowo;

m. makam dan masjid desa wisata religi di Desa Pakuncen Kecamatan


Patianrowo;

n. Makam Nyi Ageng Sepet berada di Desa Joho Kecamatan Pace;

o. Makam Sentono Kocek berada di Desa Pace Kulon, Kecamatan Pace;

p. Makam Kyai Poleng di Desa Mojoduwur Kecamatan Ngetos;

q. Makam Keniten berada di Desa Kedungrejo Kecamatan Tanjunganom;

r. Klenteng Sukomoro berada di Kelurahan Sukomoro Kecamatan Sukomoro;

s. Makam Sono Gedong berada di Desa Ngluyu Kecamatan Ngluyu;

t. Makam Rajegwesi berada di Desa Sugihwaras Kecamatan Ngluyu; dan

u. Pertapaan Argojali berada di Desa Blongko Kecamatan Ngetos.

(2) Parwisata alam meliputi :

a. Kawasan Wisata Air Terjun Sedudo di Kecamatan Sawahan


b. Kawasan Wisata air Merambat Roro Kuning di Kecamatan Loceret
c. Goa Semanding, yang terletak di Desa Mojoduwur, Kecamatan Ngetos.
d. Goa Margo Tresno, berada di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngluyu

i.Kawasan Peruntukan Permukiman

Kawasan permukiman adalah kawasan di luar kawasan lindung yang


diperlukan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang berada di
daerah perkotaan atau perdesaan. Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah untuk
menyediakan tempat permukiman yang sehat dan aman dari bencana alam serta
memberikan lingkungan yang sesuai untuk pengembangan masyarakat, dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan.

Kriteria umum kawasan permukiman adalah kawasan yang secara teknis dapat
digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana alam, sehat, dan
mempunyai akses untuk kesempatan berusaha. Secara keruangan, kawasan
permukiman ini terdiri dari permukiman perdesaan dan permukiman perkotaan.
Penataan kawasan perdesaan, kawasan perkotaan, dan kawasan tertentu terutama
ditujukan untuk menunjang program pembangunan berkelanjutan.

BAB IV - 20
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

A. Kawasan Permukiman Perkotaan

Kawasan permukiman perkotaan dapat terdiri atas bangunan rumah tempat


tinggal, baik berskala besar, sedang, kecil; bangunan rumah campuran tempat
tinggal/usaha, dan tempat usaha. Penataan kawasan perkotaan dilakukan sesuai
dengan fungsi dan peran masing-masing yakni sebagai pusat kegiatan ekonomi
wilayah, pusat pengolahan dan distribusi hasil pertanian, perdagangan, jasa,
pemerintahan, pendidikan, kesehatan, serta transportasi, pergudangan dan
sebagainya.

Pengembangan permukiman pada tempat-tempat yang menjadi pusat pelayanan


penduduk sekitarnya, seperti ibukota kecamatan (IKK), ibukota kabupaten, agar
dialokasikan di sekeliling kota yang bersangkutan atau merupakan perluasan areal
permukiman yang telah ada. Sehingga sebaran kawasan permukiman ini terdapat
di setiap kecamatan di Kabupaten Nganjuk dengan batasan administrasi akan
meliputi desa/kelurahan berikut ini :

Kawasan peruntukan permukiman, dengan luas kurang lebih 14.196,68 Ha,


meliputi: kawasan permukiman perkotaan; dan Kawasan permukiman perdesaan.
Pengembangan kawasan permukiman perkotaan diimbangi dengan tersedianya pusat
pelayanan yang terkonsentrasi di sekitar perkotaan PKL, PKLp, PPK dan PPL. Secara
jelas diuraikan sebagai berikut:

(1) Kawasan peruntukan permukiman perkotaan, penetapan lokasi sebagai fungsi


kawasan peruntukan permukiman perkotaan meliputi :
a. seluruh desa / kelurahan di Kecamatan Nganjuk serta sebagian kawasan
Kecamatan Sukomoro, Kecamatan Bagor, Kecamatan Loceret dan Kecamatan
Berbek;

b. sebagian wilayah Kecamatan Kertosono, Kecamatan Tanjunganom, Kecamatan


Berbek, Kecamatan Rejoso, dan Kecamatan Lengkong.

(2) Kawasan peruntukan permukiman perdesaan, penetapan lokasi sebagai fungsi


kawasan peruntukan permukiman perdesaan meliputi seluruh desa di Kecamatan
Loceret, Kecamatan Pace, Kecamatan Sukomoro, Kecamatan Bagor, Kecamatan
Wilangan, Kecamatan Baron, Kecamatan Prambon, Kecamatan Ngronggot,
Kecamatan Sawahan, Kecamatan Ngetos, Kecamatan Gondang, Kecamatan
Ngluyu, Kecamatan Patianrowo, Kecamatan Jatikalen dan sebagian pada kawasan
Kecamatan Kertosono, Kecamatan Tanjunganom, Kecamatan Berbek, Kecamatan
Rejoso, dan Kecamatan Lengkong.

BAB IV - 21
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

Arahan pengelolaan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan, meliputi


:

1. Pengembangan permukiman pada tempat-tempat yang menjadi pusat


pelayanan penduduk sekitarnya dialokasikan di sekeliling kawasan perkotaan
yang bersangkutan atau merupakan perluasan areal permukiman yang telah
ada;

2. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan wajib memperhatikan:

a. Tidak menggunakan tanah sawah beririgasi teknis;

b. Tidak menggunakan tanah sawah beririgasi setengah teknis yang


intensitas penggunaannya lebih dari satu kali dalam satu tahun; dan

c. Pengembangan permukiman pada sawah non-irigasi teknis atau kawasan


pertanian lahan kering diperbolehkan apabila memenuhi ketentuan yang
berlaku mengenai peralihan fungsi peruntukan kawasan.

B. Kawasan Permukiman Perdesaan

Kawasan permukiman perdesaan pada dasarnya adalah tempat tinggal yang tidak
dapat dipisahkan (atau letaknya tidak boleh terlalu jauh) dengan tempat usaha.
Oleh karenanya, pengembangan permukiman atau rumah tempat tinggal di desa
yang bersangkutan, diperkenankan di daerah yang berdekatan dengan desa yang
bersangkutan, dengan jarak maksimum dari pusat desa 250 meter. Kawasan
permukiman yang saat ini belum terbangun, diutamakan peruntukannya bagi
perluasan permukiman penduduk yang tinggal di perkampungan terdekat.

Pola kawasan permukiman perdesaan terdiri dari beberapa dusun yang kemudian
disebut desa sebagai wilayah hiterland yang memiliki kerterkaitan dengan wilayah
pusat perkotaan. Keterkaitan desa - kota sering hanya menghasilkan derasnya
proses migrasi penduduk secara berlebihan dari wilayah perdesaan ke kawasan
perkotaan atau pusat kota. Keterkaitan pedesaan dan perkotaan tersebut
menghasilkan perkembangan yang berpengaruh terhadap perkotaan-kota.
Sebaran kawasan permukiman perdesaan adalah tersebar merata di setiap
kecamatan di luar kawasan permukiman perkotaan.

Arahan pengelolan dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan, meliputi


:

1. Kawasan permukiman perdesaaan tidak dapat dipisahkan dengan tempat


usaha pertanian dan/ atau peternakan sehingga lokasi pengembangannya
dilakukan pada kawasan permukiman yang tidak jauh dengan kawasan
pertanian dan/ atau peternakan; dan

BAB IV - 22
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

2. Pengembangan kawasan permukiaman perdesaaan tidak dilakukan melalui


alih fungsi lahan pertanian.

TABEL 4.2
RENCANA POLA RUANG KABUPATEN NGANJUK TAHUN 2030

BAB IV - 23
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

Gambar 4.5 Rencana Pola Ruang Kabupaten Nganjuk

BAB IV - 24
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

4.3. Rencana kawasan strategis

4.3.1. Rencana kawasan ekonomi dan perdagangan

A. kawasan agropolitan
Kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan serta kemiskinan di
perdesaan telah mendorong upaya-upaya pembangungan di kawasan perdesaan. Meskipun
demikian, pendekatan pengembangan kawasan perdesaan seringkali dipisahkan dari
kawasan perkotaan. Hal ini telah mengakibatkan terjadinya proses urban bias yaitu
pengembangan kawasan perdesaan yang pada awalnya ditujukan untuk meningkatkan
kawasan kesejahteraan masyarakat perdesaan malah berakibat sebaliknya yaitu
tersedotnya potensi perdesaan ke perkotaan baik dari sisi sumber daya manusia, alam,
bahkan modal (Douglas, 1986).
Berdasarkan kondisi tersebut, tidak berarti pembangunan perdesaan menjadi tidak
penting, akan tetapi harus dicari solusi untuk mengurangi urban bias. Pengembangan
kawasan agropolitan dapat dijadikan alternatif solusi dalam pengembangan kawasan
perdesaan tanpa melupakan kawasan perkotaan. Melalui pengembangan agropolitan,
diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah
produksi pertanian dalam sistem kawasan agropolitan. Melalui pendekatan ini, produk
pertanian dari kawasan produksi akan diolah terlebih dahulu di pusat kawasan agropolitan
sebelum di jual (ekspor) ke pasar yang lebih luas sehingga nilai tambah tetap berada di
kawasan agropolitan.
Berdasarkan issue dan permasalahan pembangunan perdesaan yang terjadi,
pengembangan kawasan agropolitan merupakan alternatif solusi untuk pengembangan
wilayah (perdesaan). Kawasan agropolitan disini diartikan sebagai sistem fungsional desa-
desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa yakni dengan adanya pusat
agropolitan dan desa-desa di sekitarnya membetuk Kawasan Agropolitan. Disamping itu,
Kawasan agropolitan ini juga dicirikan dengan kawasan pertanian yang tumbuh dan
berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis di pusat agropolitan yang
diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian
(agribisnis) di wilayah sekitarnya.
Mengingat kawasan agropolitan merupakan bagian dari sistem kewilayahan
Kabupaten Nganjuk maka kajian potensi Kabupaten didasarkan pada pertimbangan nilai
strategis dari unsur pembentuk kawasan agropolitan yaitu terdapatnya komoditas unggulan,
terdapatnya infrastruktur utama dan struktur pola keruangan yang mendukung pemanfaatan
lahan bagi pengembangan kegiatan agribisnis. Dan kriteria penilaian terhadap Kabupaten
adalah :

BAB IV - 27
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

a. Memiliki potensi khusus/unggulan yang dapat diandslksn untuk mengembangkan


kawasan secara keseluruhan, baik potensi alam, buatan, maupun manusia seperti
diindikasikan oleh ketersediaan sumber alam potensial, ketersediaan sarana dan
prasarana serta kuantitas dan kualitas sumber daya manusia yang memadai
b. Merupakan pengembangan dan optimalisasi dari kebijakan pengembangan
kawasan
c. Memiliki ketersediaan infrastruktur yang cukup lengkap meliputi prasarana dan
sarana perhubungan laut, darat dan udara, jaringan listrik, sumber air bersih dan
irigasi.
d. Memiliki sumber daya manusia yang cukup dan mampu untuk menggerakan
kegiatan di dalam kawasan.

Gambar 4.6. Konsep Pengembangan Agropolitan

BAB IV - 28
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

Gambar 4.7. Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan dalam


Konteks Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Jalan Jalan
Nasional Nasional

Jalan Jalan Jalan


Propinsi Propinsi Propinsi

Jalan Jalan Jalan


Kabupaten Kabupaten Kabupaten

Jalan Lokal Jalan Lokal Jalan Lokal

BAB IV - 29
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

Plan Pengembangan Kawasan Agropolitan yang akan menjadi acuan penyusunan program
pengembangan (Douglas, 1986) adalah sebagai berikut :
1. Penetapan pusat agropolitan adalah
- Wilangan (Kawasan Agropolitan berbasis peternakan hewan besar dan kecil),
- Sukomoro (Kawasan Agropolitan berbasis pertanian bawang merah),
- Gondang (Kawasan Agropolitan berbasis bawang merah)
Yag berfungsi sebagai :
a. Pusat perdagangan dan transportasi pertanian (agricultural trade/ transport
center).
b. Penyedia jasa pendukung pertanian (agricultural support services).
c. Pasar konsumen produk non-pertanian (non agricultural consumers market).
d. Pusat industri pertanian (agro-based industry).
e. Penyedia pekerjaan non pertanian (non-agricultural employment).
f. Pusat agropolitan dan hinterlannya terkait dengan sistem permukiman nasional,
propinsi, dan kabupaten (RTRW Propinsi/ Kabupaten).
2. Penetapan unit-unit kawasan pengembangan yang berfungsi sebagai:
a. Pusat produksi pertanian (agricultural production).
b. Intensifikasi pertanian (agricultural intensification).
c. Pusat pendapatan perdesaan dan permintaan untuk barang-barang dan jasa non
pertanian (rural income and demand for non-agricultural goods and services).
d. Produksi tanaman siap jual dan diversifikasi pertanian (cash crop production and
agricultural diversification).
3. Penetapan sektor unggulan:
a. Merupakan sektor unggulan yang sudah berkembang dan didukung oleh sektor
hilirnya.
b. Kegiatan agribisnis yang banyak melibatkan pelaku dan masyarakat yang paling
besar (sesuai dengan kearifan lokal).
c. Mempunyai skala ekonomi yang memungkinkan untuk dikembangkan dengan
orientasi ekspor.
B. kawasan ekonomi dan perdagangan

Kawasan strategis sepanjang koridor jalan arteri meliputi Kecamatan Nganjuk, Sukomoro
dan Kertosono.

4.3.2. Rencana kawasan strategis sosial dan budaya

Kawasan strategis dari sudut sosial budaya, penetapan lokasi dalam wilayah kabupaten,
meliputi daerah-daerah yang memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan sebagai
wisata budaya, antara lain:

BAB IV - 30
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk

h. Candi Lor di Desa Candirejo Kecamatan Loceret;


i. Candi Ngetos di Desa Ngetos Kecamatan Ngetos;
j. Masjid Al Mubarok dan Makam Kanjeng Jimat berada di Desa Kacangan Kecamatan
Berbek;
k. Makam Syekh Suluki berada di Desa Wilangan Kecamatan Wilangan;
l. Monumen Jenderal Sudirman berada di Desa Bajulan Kecamatan Loceret;
m. Monumen dan Museum Dr. Sutomo berada di Desa Ngepeh Kecamatan Loceret;
n. Museum Anjuk Ladang berada di Kota Nganjuk;
o. Makam Ki Ageng Ngaliman berada di Desa Ngliman Kecamatan Sawahan;
p. Makam Menteri Supeno berada di. Desa Ngliman Kecamatan Sawahan;
q. Pertapaan Sadepok berada di Desa Ngliman Kecamatan Sawahan;
r. Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis berada di Desa Bajulan Kecamatan Loceret;
s. Petilasan Kadipaten Posono berada di Desa Ngrombot Kecamatan Patianrowo;
t. makam dan masjid desa wisata religi di Desa Pakuncen Kecamatan Patianrowo;
u. Makam Nyi Ageng Sepet berada di Desa Joho Kecamatan Pace;
v. Makam Sentono Kocek berada di Desa Pace Kulon, Kecamatan Pace;
w. Makam Kyai Poleng di Desa Mojoduwur Kecamatan Ngetos;
x. Makam Keniten berada di Desa Kedungrejo Kecamatan Tanjunganom;
y. Klenteng Sukomoro berada di Kelurahan Sukomoro Kecamatan Sukomoro;
z. Makam Sono Gedong berada di Desa Ngluyu Kecamatan Ngluyu;
aa. Makam Rajegwesi berada di Desa Sugihwaras Kecamatan Ngluyu; dan
Pertapaan Argojali berada di Desa Blongko Kecamatan Ngetos.

4.3.3. Rencana kawasan konservasi dan daya dukunglingkungan hidup

Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup,
penetapan lokasi dalam wilayah kabupaten, meliputi Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas
dan sub DAS Widas, kawasan rawan bencana alam dan bencana gunung berapi berada di
Kecamatan Sawahan, Kecamatan Ngetos, Kecamatan Loceret dan sebagian di Kecamatan
Rejoso.

BAB IV - 31

Anda mungkin juga menyukai