Bab IV Rencana Tata Ruang Wilayah Nganjuk Fix
Bab IV Rencana Tata Ruang Wilayah Nganjuk Fix
BAB IV
RENCANA TATA RUANG WILAYAH NGANJUK
BAB IV - 1
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
dan timur. Dengan adanya jalur tersebut, maka sektor perekonomian di kedua kota tersebut
relatif lebih baik dan lebih efisien dibandingkan ibukota kecamatan lain.
Sedangkan Sistem perkotaan meliputi :
a) PKL berada di Perkotaan Nganjuk;
b) PKLp meliputi Kecamatan Kertosono, Kecamatan Tanjunganom, Kecamatan Berbek,
Kecamatan Rejoso dan Kecamatan Lengkong;
c) PPK sebagai pusat pengembangan kecamatan meliputi Kecamatan Loceret,
Kecamatan Pace, Kecamatan Sukomoro, Kecamatan Bagor, Kecamatan Wilangan,
Kecamatan Baron, Kecamatan Prambon, Kecamatan Ngronggot, Kecamatan Sawahan,
Kecamatan Ngetos, Kecamatan Gondang, Kecamatan Ngluyu, Kecamatan Patianrowo,
dan Kecamatan Jatikalen
BAB IV - 2
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
BAB IV - 3
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
BAB IV - 4
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
c) kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan; dan
d) ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
BAB IV - 5
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
BAB IV - 6
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
BAB IV - 7
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
kawasan bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta
memelihara keseburan tanah. Kriteria penetapan kawasan lindung adalah:
1) Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan
yang melebihi nilai skor 175 dan atau,
2) Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih atau,
3) Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 1000-2000
meter/dpl.
BAB IV - 8
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
d) Rawan bencana
Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi
tinggi mengalami bencana alam. Kriteria penetapan kawasan rawan becana alam
adalah kawasan yang diidentifikasikan sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana
alam, seperti bencana letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor, tanah
bergerah, bahaya banjir, bahaya stunami, bahaya angin puyuh, bencana banjir dan
bencana alam lainnya.
Secara umum kawasan rawan tanah longsor dan tanah bergerak di wilayah
Nganjuk berada di wilayah pegunungan dan perbukitan seperti di Kecamatan Sawahan,
Kecamatan Ngetos dan Kecamatan Loceret serta Kecamatan Ngluyu disekitar
perbukitan lainnya. Guna mengantisipasi adanya bahaya-bahaya tanah longsor dan
tanah bergerak, maka perlu adanya penghijauan dengan melakukan pengembangan
jenis tanaman tahunan dan didukung dengan adanya upaya-upaya perlindungan yang
melibatkan berbagai elemen masyarakat di sekitarnya.
Kawasan rawan banjir yang ada di Kabupaten Nganjuk berada di Kota Nganjuk,
Kecamatan Gondang, dan berada di sekitar DAS Brantas. Adapun penyebab terjadinya
bahaya banjir ini adalah :
Sistem drainase di sekitar DAS Brantas tidak mampu menampung luapan akibat
peningkatan muka air sungai sehingga mengakibatkan air melampaui igir sungai.
Sistem drainase di kawasan padat permukiman yang tidak dapat menampung
limpasan permukaan yang dihasilkan oleh curah hujan
BAB IV - 9
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
BAB IV - 10
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
BAB IV - 11
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
1 Sawahan 1.475,0
2 Ngetos 452,1
3 Berbek 2.996,6
4 Gondang 625,8
5 Bagor 1.579,8
6 Wilangan 2.838,9
7 Rejoso 8.201,3
8 Ngluyu 1.702,9
BAB IV - 12
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
Kawasan pertanian lahan basah merupakan kawasan pertanian yang tersedia air
secara terus menerus sepanjang tahun dan cocok untuk komoditas tanaman padi
dengan ciri pengolahan tanah sawah. Kawasan ini digunakan tidak hanya sebagai
lahan produksi tetapi juga digunakan sebagai daerah resapan air.
b. Lahan yang sangat sesuai dengan pertanian ini adalah dengan kelerengan
0-8%;
e. Kemudahan jaringan irigasi (Sistem irigasi teknis atau setengah teknis yang
memiliki kecenderungan menjadi irigasi teknis)
3. Pengupayaan sumber air bagi lahan sawah yang rawan kekeringan pada
saat kemarau melalui pemanfaatan air tanah dan peningkatan saluran
irigasi.
BAB IV - 13
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
Kawasan pertanian lahan kering adalah areal pertanian yang tidak tersedia air
secara baik dan cocok untuk tanaman serta sistem pengolahan lahan kering.
Tanaman yang dimaksud meluputi tanaman pangan dan hortikultura dengan
tujuan pengelolaan untuk memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk kegiatan
pertanian lahan kering dalam meningkatkan produksi pangan dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan
2. Kelerengan antara 3-8% atau lebih yang telah dilakukan pengelolaan dengan
tindakan pencegahan erosi.
3. Mempertahankan tanaman yang telah ada dan memiliki daya saing tinggi
BAB IV - 14
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
c. Kawasan Perkebunan
b. Kelerengan 8-15%;
1. Kecamatan Sawahan;
2. Kecamatan Ngetos;
3. Kecamatan Loceret
5. sebagian Wilangan.
1. Kecamatan Rejoso;
2. Kecamatan Ngluyu;
3. Kecamatan Gondang;
4. Kecamatan Lengkong;
3. perkebunan Mawar
1. Kecamatan Sawahan,
2. Kecamatan Berbek .
3. Kecamtan Ngetos
BAB IV - 15
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
d.Kawasan Peternakan
Kawasan ini diprioritaskan pada kawasan padang rumput atau semak belukar
cukup luas (minimum dua hektar), yang diperuntukkan bagi melepaskan dan
sekaligus memelihara ternak (jenis ternak besar seperti sapi, kerbau dan
kambing). Lokasi untuk kawasan peternakan diutamakan pada tanah yang tidak
produktif dan terpisah dari lahan pertanian penduduk sekitarnya. Selain kawasan
peternakan dapat dipadukan dengan pemanfaatan untuk pertanian lahan kering
atau perkebunan.
BAB IV - 16
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
BAB IV - 17
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
Kegiatan industri yang ada di Kabupaten Nganjuk terbagi atas industri kecil,
industri rumah tangga dan sebagian industri besar. Pengembangan sektor industri kecil
di daerah ini belum menunjukan hasil yang besar dan masih memerlukan upaya-upaya
peningkatan. Kecilnya angka perkembangan sektor industri kecil ini terutama karena
masih banyaknya potensi wilayah yang belum dimanfaatkan sepenuhnya.
Spasial wilayah Nganjuk yang dekat dengan Surabaya yang merupakan Pusat
Kegiatan Nasional, sehingga hal ini menjadi salah satu pertimbangan investor dalam
investasi mengingat hal ini sangat berpengaruh dalam cost proses produksi maupun
distribusi
a. Upah pekerja yang relatif lebih rendah dari wilayah surabaya dan sekitarnya
b. Tersedianya lahan yang sesuai untuk kawan industri
c. Dilewati oleh jalan arteri primer serta adanya rencana pembangunan jalan tol
yang menghubungkan jawa timur dengan jawa tengah
Kawasan Industri Besar, Industri sedang, industri kecil dan mikro meliputi:
BAB IV - 18
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
a. Industri Besar:
b. industri Sedang;
BAB IV - 19
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
k. Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis berada di Desa Bajulan Kecamatan Loceret;
Kriteria umum kawasan permukiman adalah kawasan yang secara teknis dapat
digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana alam, sehat, dan
mempunyai akses untuk kesempatan berusaha. Secara keruangan, kawasan
permukiman ini terdiri dari permukiman perdesaan dan permukiman perkotaan.
Penataan kawasan perdesaan, kawasan perkotaan, dan kawasan tertentu terutama
ditujukan untuk menunjang program pembangunan berkelanjutan.
BAB IV - 20
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
BAB IV - 21
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
Kawasan permukiman perdesaan pada dasarnya adalah tempat tinggal yang tidak
dapat dipisahkan (atau letaknya tidak boleh terlalu jauh) dengan tempat usaha.
Oleh karenanya, pengembangan permukiman atau rumah tempat tinggal di desa
yang bersangkutan, diperkenankan di daerah yang berdekatan dengan desa yang
bersangkutan, dengan jarak maksimum dari pusat desa 250 meter. Kawasan
permukiman yang saat ini belum terbangun, diutamakan peruntukannya bagi
perluasan permukiman penduduk yang tinggal di perkampungan terdekat.
Pola kawasan permukiman perdesaan terdiri dari beberapa dusun yang kemudian
disebut desa sebagai wilayah hiterland yang memiliki kerterkaitan dengan wilayah
pusat perkotaan. Keterkaitan desa - kota sering hanya menghasilkan derasnya
proses migrasi penduduk secara berlebihan dari wilayah perdesaan ke kawasan
perkotaan atau pusat kota. Keterkaitan pedesaan dan perkotaan tersebut
menghasilkan perkembangan yang berpengaruh terhadap perkotaan-kota.
Sebaran kawasan permukiman perdesaan adalah tersebar merata di setiap
kecamatan di luar kawasan permukiman perkotaan.
BAB IV - 22
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
TABEL 4.2
RENCANA POLA RUANG KABUPATEN NGANJUK TAHUN 2030
BAB IV - 23
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
BAB IV - 24
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
A. kawasan agropolitan
Kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan serta kemiskinan di
perdesaan telah mendorong upaya-upaya pembangungan di kawasan perdesaan. Meskipun
demikian, pendekatan pengembangan kawasan perdesaan seringkali dipisahkan dari
kawasan perkotaan. Hal ini telah mengakibatkan terjadinya proses urban bias yaitu
pengembangan kawasan perdesaan yang pada awalnya ditujukan untuk meningkatkan
kawasan kesejahteraan masyarakat perdesaan malah berakibat sebaliknya yaitu
tersedotnya potensi perdesaan ke perkotaan baik dari sisi sumber daya manusia, alam,
bahkan modal (Douglas, 1986).
Berdasarkan kondisi tersebut, tidak berarti pembangunan perdesaan menjadi tidak
penting, akan tetapi harus dicari solusi untuk mengurangi urban bias. Pengembangan
kawasan agropolitan dapat dijadikan alternatif solusi dalam pengembangan kawasan
perdesaan tanpa melupakan kawasan perkotaan. Melalui pengembangan agropolitan,
diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah
produksi pertanian dalam sistem kawasan agropolitan. Melalui pendekatan ini, produk
pertanian dari kawasan produksi akan diolah terlebih dahulu di pusat kawasan agropolitan
sebelum di jual (ekspor) ke pasar yang lebih luas sehingga nilai tambah tetap berada di
kawasan agropolitan.
Berdasarkan issue dan permasalahan pembangunan perdesaan yang terjadi,
pengembangan kawasan agropolitan merupakan alternatif solusi untuk pengembangan
wilayah (perdesaan). Kawasan agropolitan disini diartikan sebagai sistem fungsional desa-
desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa yakni dengan adanya pusat
agropolitan dan desa-desa di sekitarnya membetuk Kawasan Agropolitan. Disamping itu,
Kawasan agropolitan ini juga dicirikan dengan kawasan pertanian yang tumbuh dan
berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis di pusat agropolitan yang
diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian
(agribisnis) di wilayah sekitarnya.
Mengingat kawasan agropolitan merupakan bagian dari sistem kewilayahan
Kabupaten Nganjuk maka kajian potensi Kabupaten didasarkan pada pertimbangan nilai
strategis dari unsur pembentuk kawasan agropolitan yaitu terdapatnya komoditas unggulan,
terdapatnya infrastruktur utama dan struktur pola keruangan yang mendukung pemanfaatan
lahan bagi pengembangan kegiatan agribisnis. Dan kriteria penilaian terhadap Kabupaten
adalah :
BAB IV - 27
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
BAB IV - 28
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
Jalan Jalan
Nasional Nasional
BAB IV - 29
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
Plan Pengembangan Kawasan Agropolitan yang akan menjadi acuan penyusunan program
pengembangan (Douglas, 1986) adalah sebagai berikut :
1. Penetapan pusat agropolitan adalah
- Wilangan (Kawasan Agropolitan berbasis peternakan hewan besar dan kecil),
- Sukomoro (Kawasan Agropolitan berbasis pertanian bawang merah),
- Gondang (Kawasan Agropolitan berbasis bawang merah)
Yag berfungsi sebagai :
a. Pusat perdagangan dan transportasi pertanian (agricultural trade/ transport
center).
b. Penyedia jasa pendukung pertanian (agricultural support services).
c. Pasar konsumen produk non-pertanian (non agricultural consumers market).
d. Pusat industri pertanian (agro-based industry).
e. Penyedia pekerjaan non pertanian (non-agricultural employment).
f. Pusat agropolitan dan hinterlannya terkait dengan sistem permukiman nasional,
propinsi, dan kabupaten (RTRW Propinsi/ Kabupaten).
2. Penetapan unit-unit kawasan pengembangan yang berfungsi sebagai:
a. Pusat produksi pertanian (agricultural production).
b. Intensifikasi pertanian (agricultural intensification).
c. Pusat pendapatan perdesaan dan permintaan untuk barang-barang dan jasa non
pertanian (rural income and demand for non-agricultural goods and services).
d. Produksi tanaman siap jual dan diversifikasi pertanian (cash crop production and
agricultural diversification).
3. Penetapan sektor unggulan:
a. Merupakan sektor unggulan yang sudah berkembang dan didukung oleh sektor
hilirnya.
b. Kegiatan agribisnis yang banyak melibatkan pelaku dan masyarakat yang paling
besar (sesuai dengan kearifan lokal).
c. Mempunyai skala ekonomi yang memungkinkan untuk dikembangkan dengan
orientasi ekspor.
B. kawasan ekonomi dan perdagangan
Kawasan strategis sepanjang koridor jalan arteri meliputi Kecamatan Nganjuk, Sukomoro
dan Kertosono.
Kawasan strategis dari sudut sosial budaya, penetapan lokasi dalam wilayah kabupaten,
meliputi daerah-daerah yang memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan sebagai
wisata budaya, antara lain:
BAB IV - 30
Laporan Studio 2 Kabupaten Nganjuk
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup,
penetapan lokasi dalam wilayah kabupaten, meliputi Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas
dan sub DAS Widas, kawasan rawan bencana alam dan bencana gunung berapi berada di
Kecamatan Sawahan, Kecamatan Ngetos, Kecamatan Loceret dan sebagian di Kecamatan
Rejoso.
BAB IV - 31