Anda di halaman 1dari 31

TERAPI SEFT

Disusun guna memenuhi tugas Keperawatan Komunitas ll


Dosen pengampu : Ns. Diah Ratnawati, S.Kep, M.Kep, Sp. Kep. Kom
Kelas Tutor : Keperawatan Komunitas II (B)

Disusun oleh :

Sharah Nursa’iidah 1610711038


Aulia Shobah 1610711044
Diana Febriyanti 1610711050

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2019
TERAPI SEFT

A. Pengertian
Terapi SEFT yang memiliki kepanjangan dari Terapi Spiritual Emotional
Freedem Tehnique ini adalah sebuah terapi emosi yang mampu membangkitkan harapan,
percaya diri pada seseorang serta mampu menyelesaikan masalah psikis dan fisik yang
dialami seseorang. Pada penelitian lain, Terapi SEFT merupakan teknik penggabungan
dari sistem energi tubuh dan terapi spiritual dengan menggunakan metode tapping pada
beberapa titik tertentu pada tubuh dan metode konseling.

B. Manfaat
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari metode terapi SEFT menurut
Iskandar (2010), yaitu :
1. Dapat menyembuhkan penyakit-penyakit fisik maupun psikologis terutama yang
disebabkan oleh emosi misalnya marah, takut, ngeri, depresi dan kesepian.
2. Sangat efektif menyembuhkan atau menghilangkan masalah psikosomatis, seperti
merokok, phobia, traumatik, latah, makan berlebihan dan suka menunda pekerjaan.
3. Menjaga warisan nenek moyang agar bisa hidup harmonis dengan kekuatan alam,
mempraktikkan persahabatan dan persaudaraan antar manusia alam sekitar.

C. Indikasi
Indikasi dari terapi SEFT yaitu :
1. masalah psikosomatis, seperti merokok, phobia, traumatik, latah dll
2. gangguan fisik : sakit kepala, migraine , dll
3. gangguan seksual
4. stress dan kecemasan
5. insomnia
6. dll
D. Kontraindikasi
Kontraindikasi dari terapi SEFT tidak ada.
E. Durasi Pemberian
Durasi Pemberian terapi SEFT yaitu selama 5 menit satu hari sekali diteruskan
minimal 3 hari.
F. Tahapan
Ada dua versi dalam melakukan SEFT. Yang pertama adalah versi lengkap dan yang
kedua adalah versi ringkas (short-cut). Keduanya terdiri dari 3 langkah sederhana,
perbedaannya hanya pada langkah ketiga (the Tapping). Pada versi singkat, langkah ketiga
dilakukan hanya pada 9 titik, dan pada versi lengkap tapping dilakukan pada 18 titik.
Versi lengkap maupun versi ringkas SEFT terdiri dari 3 tahap yaitu: The Set-Up, The
Tune-in dan The Tapping.

 Versi Lengkap SEFT


1. The Set-Up
“The Set-Up” bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh kita
terarahkan dengan tepat. Langkah ini kita lakukan untuk menetralisir
“Psychological reversal” atau “perlawanan psikologis” (biasanya berupa pikiran
negatif spontan atau keyakinan bahwa sadar negatif). Contoh Psychological
Reversal ini diantaranya:
a. Saya tidak bisa mencapai impian saya
b. Saya tidak dapat bicara di depan publik dengan percaya diri
c. Saya tidak dapat beraktifitas seperti biasanya
d. Saya merasa tidak berguna
e. Saya menyerah, saya tidak mampu melakukannya.
f. Saya… Saya… Saya… dll
Jika keyakinan atau pikiran negatif seperti contoh di atas terjadi, maka berdo’a
dengan khusyu’, ikhlas dan pasrah: “Yaa Allah… meskipun saya _______ (keluhan
anda), saya ikhlas, saya pasrah pada-Mu sepenuhnya” Inilah obatnya: kata-kata di
atas disebut The Set-Up Words, yaitu beberapa kata yang perlu anda ucapkan
dengan penuh perasaan untuk menetralisir Psychological reversal (keyakinan dan
pikiran negatif). Dalam bahasa religius, the set-up words adalah “doa
kepasrahan” kita pada Allah swt. Bahwa apapun masalah dan rasa sakit yang kita
alami saat ini, kita ikhlas menerimanya dan kita pasrahkan kesembuhan nya pada
Allah swt.
“The Set-Up” sebenarnya terdiri dari 2 aktivitas, yang pertama adalah
mengucapkan kalimat seperti di atas dengan penuh rasa khusyu’, ikhlas dan pasrah
sebanyak 3 kali. Dan yang kedua adalah sambil mengucapkan dengan penuh
perasaan, kita menekan dada kita , tepatnya di bagian “Sore Spot” (titik nyeri =
daerah di sekitar dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit) atau mengetuk
dengan dua ujung jari di bagian “Karate Chop”. Setelah menekan titik nyeri atau
mengetuk karate chop sambil mengucapkan kalimat Set-Up seperti di atas, kita
melanjutkan dengan langkah kedua, “the Tune-In”.

2. Tune-In
Untuk masalah fisik, kita melakukan tune-in dengan cara merasakan rasa sakit
yang kita alami, lalu mengarahkan pikiran kita ke tempat rasa sakit dan sambil
terus melakukan 2 hal tersebut, hati dan mulut kita mengatakan, “saya ikhlas, saya
pasrah… yaa Allah..”Untuk masalah emosi, kita melakukan “Tune-In” dengan cara
memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan
emosi negatif yang ingin kita hilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif (marah, sedih,
takut, dsb.) hati dan mulut kita mengatakan, Yaa Allah.. saya ikhlas…. Saya
pasrah…
Bersamaan dengan Tune-In ini kita melakukan langkah ke 3
(Tapping). Pada proses inilah (Tune-In yang dibarengi tapping) kita
menetralisir emosi negatif atau rasa sakit fisik.

3. The Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu
di tubuh kita sambil terus Tune-In. Titik-titik ini adalah titik-titikkunci dari “The
Major Energy Meridians”, yang jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada
ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena aliran
energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali.
Berikut adalah titik-titik tersebut:
 Cr = Crown,Pada titik dibagian atas kepala
 EB = Eye Brow,Pada titik permulaan alis mata
 SE = Side of the Eye Di atas tulang disamping mata
 UE = Under the Eye 2 cm dibawah kelopak mata
 UN = Under the Nose,Tepat dibawah hidung
 Ch = Chin,Di antara dagu dan bagian bawah bibir
 CB = Collar Bone,Di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang
rusuk pertama
 UA = Under the Arm,Di bawah ketiak sejajar dengan putting susu (pria) atau tepat di
bagian tengah tali bra (wanita)
 BN = Bellow Nipple2,5 cm di bawah putting susu (pria) atau di perbatasan antara
tulang dada dan bagian bahwa payudara
 IH = Inside of Hand,Di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan
 OH = Outside of Hand,Di bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan
 Th = Thumb, Ibu jari disamping luar bagian bawah kuku
 IF = Index Finger,Jari telunjuk di samping luar bagian bawah kuku (dibagian yang
menghadap ibu jari)
 MF = Middle Finger, Jari tengah samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang
menghadap ibu jari)
 RF = Ring Finger,Jari manis di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang
menghadap ibu jari)
 BF = Baby Finger, Di jari kelingking di samping luar bagian bawah kuku (di bagian
yang menghadap ibu jari)
 KC = Karate Chop,Di samping telapak tangan, bagian yang kita gunakan untuk
mematahkan balok saat karate
 GS = Gamut Spot,Di bagian antara perpanjangan tulang jari manis dan tulang jari
kelingking.

G. Peran Perawat
Peran Perawat dalam terapi SEFT yaitu :
1. Edukator
Perawat sebagai educator memberikan pengetahuan kepada sesama perawat atau
tenaga kesehatan lain dalam penerapan intervensi non farmkologis.
2. Pelaksana
Perawat sebagai pelaksana memberikan pelayanan keperawatan secara professional
dalam menerapkan terapi SEFT sebagai salah satu intervensi keperawatan .
3. Supervisor
Perawat memberikan pengawasan dan pendampingan kepada perawat lain dalam
penetapan prosedur terapi SEFT dapat dilakukan sebagaimana mestinya.
H. SOP Terapi SEFT

TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM


TECHNIQUE (SEFT)
PSIK
UNIVERSITAS
JEMBER
1. PENGERTIAN Spiritual emotional freedom technique (SEFT) adalah
metode sederhana yang menekankan fokus pada masalah
dalam diri individu disertai dengan menekan secara lembut
padatitik akupuntur (tapping) di wajah, tubuh bagian atas
dan tangan.
2. TUJUAN 1. Menurunkan skala nyeri
2. Mengurangi kecemasan
3. Menghilangkan fobia dan kecanduan
4. Menurunkan tekanan darah
3. INDIKASI fobia, gangguan fisik dan seksual, stress dan kecemasan,
trauma, alergi, sakit kepala, migrain, kecanduan,
kepercayaan diri, dan insomnia.
4. KONTRAINDIKASI -
5. PERSIAPAN KLIEN 1. Pastikan klien siap untuk dilakukan SEFT
2. Jauhkan benda toxin (jam, sabuk, handphone, laptop,
cincin, pakaian yang wangi atau benda yang berada di
tubuh kita atau didepan kita dijauhkan)
3. Anjurkan untuk meminum air putih terlebih dahulu
(untuk mencegah energi yang keluar saat tapping)
4. Posisi SEFTer dengan pasien tidak boleh berhadapan
karena adanya hantaran energi yang keluar dari tubuh,
dianjurkan untuk posisi menyamping antara SEFTer
dengan pasien
5. Tentukan masalah yang akan diterapi. Masalah ini harus
jelas dan spesifik, bisa dibayangkan atau rasakan
langsung
6. PERSIAPAN ALAT 1. Pakaian yang nyaman dan longgar

7. CARA BEKERJA :
1. Estimate Severity
a. Ukur skala awal dari masalah dengan kisaran angka 0 sampai 10
b. Identifikasi rasa sakitnya, bukan nama sakitnya. Contoh: (sakit kepala bagian
samping, nyeri pundak atas kanan, dan lain-lain).
Angka 0 berarti tidak ada gangguan (tidak terasa sakit sama sekali)
Angka 10 berarti gangguan sangat kuat atau masalahnya sangat berat.
2. Melakukan Set Up
Ucapkan kalimat set up sesuai dengan masalah yang sedang anda hadapi dengan
penuh perasaan sebanyak 3 kali, sambil menekan dada di bagian sore spot, yaitu di
daerah sekitar dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit.
Contoh:Ya Allah, meskipun saya menderita nyeri perut yang sangat hebat dan
sering beser, saya ikhlas, saya pasrah padaMu sepenuhnya. (Bila anda beragama
lain, anda bisa mengganti Ya Allah dengan Ya Tuhan)
3. Lakukan Tune In
a. Pikirkan dan bayangkan peristiwa spesifik yang membangkitkan emosi negatif
yang ingin dihilangkan sambil mengulangi kata pengingat yang mewakili emosi
negatif yang kita rasakan. Kata pengingat terbaik, biasanya diambil dari kalimat
yang kita pilih dalam set up, misalnya: rasa nyeri.
b. Cara lain melakukan tune in ialah sambil membayangkan peristiwanya atau
merasakan sakitnya, lalu kita mengganti kata pengingatnya dengan doa
khusyuk: Saya ikhlas, saya pasrah padaMu Ya Allah.
4. Lakukan Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di
tubuh kita sebanyak kurang lebih 5-7 kali ketukan, sambil terus melakukan tune in
(mengucapkan permasalahn yang sedang dialami klien). Adapun titik-titik tersebut
adalah:
a. top of head (bagian atas kepala)
b. end of eyebrow (titik permulaan alis mata)
c. side of eye (titik permulaan alis mata)
d. under eye (2 cm di bawah mata)
e. under nose (di bawah hidung)
f. chin (antara dagu dan bagian bawah bibir)
g. collarbone (pada ujung tempat bertemu tulang dada dan tulang rusuk pertama)
h. under arm (untuk laki-laki terletak di bawah ketiak sejajar dengan putting susu
dan wanita terletak di perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah
payudara)
i. gamut (di bagian antara perpanjangan tulang jari manis dan tulang jari
kelingking)
j. karate point (di samping telapak tangan)
5. Di titik terakhir (Gamut Spot), lakukan 9 Gamut procedure sambil menekan pada
titik gamut dan tuning adalah sebagai berikut:
a. Menutup mata
b. Membuka mata
c. Menggerakkan mata dengan keras ke kanan bawah
d. Menggerakkan mata dengan keras ke kanan bawah
e. Memutar bola mata searah jarum jam
f. Memutar bola mata berlawanan arah jarum jam
g. Bergumam dengan berirama selama 2 detik
h. Menghitung dari 1 sampai 5
i. Bergumam dan bersenandung lagi selama 2 detik
6. The Tapping Again
langkah terakhir adalah mengulang lagi the tapping dan diakhiri dengan tarik
nafas panjang, hembuskan dan ucapkan rasa syukur (sesuai agama masing-
masing).
8. Hasil :
Pasien memiliki perasaan lega dengan beban yang dirasakan selama ini, missal
kecemasan, rasa takut, stress, kecewa, nyeri
9. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Pastikan lingkungan nyaman dan tenang
I. ANALISIS JURNAL

Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)


Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur pada Lansia di Desa Gondoriyo
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang

Anggi Prasetia Arnata1, Rosalina2, Puji Lestari3


1,2,3
Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
email: nayadzaky@gmail.com

A. POKOK BAHASAN

Kebutuhan terbesar bagi lansia untuk memenuhi kebutuhan biologisnya adalah


peningkatan kesehatan. Salah satu aspek utama dari peningkatan kesehatan untuk
lansia adalah pemeliharaan kualitas tidur untuk memastikan pemulihan fungsi tubuh
sampai tingkat fungsional yang optimal dan untuk memastikan keterjagaan pada siang
hari untuk menyelesaikan tugas-tugas dan menikmati kualitas hidup yang tinggi.

Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur,
letensi tidur serta aspek subjektif dari tidur. Kualitas tidur adalah kemampaun setiap
orang untuk mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM
dan NREM yang pantas untuk dicapai (Khasanah, 2012).

Dalam peningkatan tidur lansia dapat dilakukan terapi non-farmakologi. Salah


satunya terapi komplementer yang dapat dipelajari dan direkomendasi oleh perawat
komunitas untuk gangguan tidur adalah terapi Spiritual Emosional Freedom
Tehnique (SEFT). Terapi ini merupakan suatu teknik penggabungan dari 12ariab
12ariab tubuh (energy medicine) dan terapi spiritualitas dengan menggunakan metode
tapping (ketukan) beberapa titik tertentu pada tubuh. Banyak manfaat yang dihasilkan
dengan terapi SEFT yang telah terbukti membantu mengatasi berbagai masalah fisik
maupun emosi (Faiz, 2008).

Terapi spiritual emotional freedom 12ariable12 (SEFT) termasuk teknik


relaksasi, merupakan salah satu bentuk mind-body therapy dari terapi komplementer
dan 12ariable12ve keperawatan yang memanfaatkan 12ariab 12ariab tubuh untuk
memperbaiki kondisi pikiran, emosi dan perilaku manusia (Zainuddin, 2009). SEFT
merupakan teknik penggabungan dari 12ariab 12ariab tubuh (energy Medicine) dan
terapi spiritual, dengan menggunakan tapping pada titik-titik kunci sepanjang 12 jalur
energy (energy medicine) tubuh. Bedanya dibandingkan dengan metode akupuntur
akupresure adalah teknik SEFT menggunakan unsur spiritual, cara yang digunakan
lebih aman, lebih mudah dan lebih sederhana, karena SEFT hanya menggunakan
ketukan tangan (tapping). (Zainuddin, 2009)

B. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique
(SEFT) Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur pada Lansia di Desa Gondoriyo
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang

C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang di gunakan
dalam penelitian ini adalah quasi experiment atau eksperimen semu.Penelitian quasi
experiment. Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk desain non equivalent (pretest
dan 13ariable) control group design. Desain quasi experiment populasi sejumlah 17
responden intervensi dan 17 responden 13ariabl pada lansia di Desa Gondorio dengan
menggunakan teknik purposive sampling yang memenuhi kriteria inklusi.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil penelitian dalam jurnal, dilakukan uji analisis univariat dan
analisis 13ariable13 pada 17 responden intervensi dan 17 responden 13ariabl lansia di
Desa Gondorio didapatkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengobatan non-
farmakologis, dengan tindakan SEFT merupakan intervensi yang bisa diterapkan pada
setiap penderita gangguan istirahat tidur pada lansia. Selain efektif dalam menurunkan
gangguan istirahat tidur juga dapat meningkatkan kualitas dan durasi tidur pada lansia.
Setelah dilakukan terapi selama 3 hari menunjukann perubahan istirahat tidur yang
berfokus pada peningkatan kualitas dan durasi tidur.
Dengan hasil uji, menunjukan nilai p-value sebesar 0,000, maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan Spiritual Emotional Freedom
Technique Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Lansia di Kecamatan Bergas.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata perubahan skor responden kelompok
intervensi sebelum dan sesudah diberikan terapispiritual emotional freedom sebesar
7,235.
Terapi SEFT mampu meningkatkan kualitas tidur jika dilakukan dengan teknik
yang baik serta sesuai prosedur pelaksanaanya. Hal ini dibuktikan oleh penelitian
Rajin (2012) pada pasien pasca operasi, tentang Terapi Spiritual Emotional Freedom
Tehnique (SEFT) Untuk Meningkatkan Kualitas Tidur Pasien Pasca Operasi di
Rumah sakit.
Peran spiritual emotional freedom dalam menurunkan gangguan tidur atau
meningkatkan kualitas tidur tidak terlepas dari mekanisme yang terjadi dari proses
SEFT terhadap rasa nyaman yang menstimulasi tubuh untuk rileks dan menimbulkan
keinginan untuk tidur lebih awal sehingga durasi dan kualitas tidur terjaga

E. MANFAAT DAN KEKURANGAN

1. Manfaat
Berdasarkan penelitian ini terapi spiritual emotional freedom technique
(SEFT) bisa menjadi penatalaksanaan 14ariable14ve pada lansia yang mengalami
gejala gangguan kualitas tidur. Penatalaksanaan ini bisa dilakukan secara mandiri,
mudah dilakukan, efektif dan efisien dalam meningkatkan kualitas tidur pada
lansia.

2. Kekurangan
Dalam peneliti ini dijumpai suatu keterbatasan dari hasil penelitian ini yaitu:
beberapa 14ariable yang kemungkinan dapat menimbulkan bias tidak bisa
dikontrol sepenuhnya. Seperti hal lain yang dapat mepengaruhi kualitas tidur yaitu
terlalu banyak kegiatan, penggunaan aktivitas fisik, fase menopause yang
memunculkan gejala kurang nyaman sehingga dapat mengganggu kualitas tidur
lansia.

F. KESIMPULAN
Terapi spiritual emotional freedom technique (SEFT) dapat dilakukan secara
rutin untuk meningkatkan kualitas tidur lansia. Selain itu dalam pengontrolan aktivitas
juga harus dilakukan sehingga dapat mendukung prosess peningkatan kualitas tidur
pada lansia.

G. SOP Terapi spiritual emotional freedom technique (SEFT)


Ada dua versi dalam melakukan SEFT. Yang pertama adalah versi lengkap
dan yang kedua adalah versi ringkas (short-cut). Keduanya terdiri dari 3 langkah
sederhana, perbedaannya hanya pada langkah ketiga (the Tapping). Pada versi singkat,
langkah ketiga dilakukan hanya pada 9 titik, dan pada versi lengkap tapping dilakukan
pada 18 titik.
Versi lengkap maupun versi ringkas SEFT terdiri dari 3 tahap yaitu: The Set-
Up, The Tune-in dan The Tapping.

 Versi Lengkap SEFT


4. The Set-Up
“The Set-Up” bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh kita terarahkan
dengan tepat. Langkah ini kita lakukan untuk menetralisir “Psychological reversal”
atau “perlawanan psikologis” (biasanya berupa pikiran negatif spontan atau keyakinan
bahwa sadar negatif). Contoh Psychological Reversal ini diantaranya:
a) Saya tidak bisa mencapai impian saya
b) Saya tidak dapat bicara di depan publik dengan percaya diri
c) Saya tidak dapat beraktifitas seperti biasanya
d) Saya merasa tidak berguna
e) Saya menyerah, saya tidak mampu melakukannya.
f) Saya… Saya… Saya… dll
Jika keyakinan atau pikiran negatif seperti contoh di atas terjadi, maka berdo’a dengan
khusyu’, ikhlas dan pasrah: “Yaa Allah… meskipun saya _______ (keluhan anda), saya
ikhlas, saya pasrah pada-Mu sepenuhnya” Inilah obatnya: kata-kata di atas disebut The
Set-Up Words, yaitu beberapa kata yang perlu anda ucapkan dengan penuh perasaan
untuk menetralisir Psychological reversal (keyakinan dan pikiran negatif). Dalam
bahasa religius, the set-up words adalah “doa kepasrahan” kita pada Allah swt.
Bahwa apapun masalah dan rasa sakit yang kita alami saat ini, kita ikhlas
menerimanya dan kita pasrahkan kesembuhan nya pada Allah swt.
“The Set-Up” sebenarnya terdiri dari 2 aktivitas, yang pertama adalah
mengucapkan kalimat seperti di atas dengan penuh rasa khusyu’, ikhlas dan pasrah
sebanyak 3 kali. Dan yang kedua adalah sambil mengucapkan dengan penuh perasaan,
kita menekan dada kita , tepatnya di bagian “Sore Spot” (titik nyeri = daerah di sekitar
dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit) atau mengetuk dengan dua ujung jari di
bagian “Karate Chop”. Setelah menekan titik nyeri atau mengetuk karate chop sambil
mengucapkan kalimat Set-Up seperti di atas, kita melanjutkan dengan langkah kedua,
“the Tune-In”.

5. Tune-In
Untuk masalah fisik, kita melakukan tune-in dengan cara merasakan
rasa sakit yang kita alami, lalu mengarahkan pikiran kita ke tempat rasa sakit dan sambil
terus melakukan 2 hal tersebut, hati dan mulut kita mengatakan, “saya ikhlas, saya
pasrah… yaa Allah..”Untuk masalah emosi, kita melakukan “Tune-In” dengan cara
memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi
negatif yang ingin kita hilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif (marah, sedih, takut, dsb.)
hati dan mulut kita mengatakan, Yaa Allah.. saya ikhlas…. Saya pasrah…
Bersamaan dengan Tune-In ini kita melakukan langkah ke 3 (Tapping). Pada
proses inilah (Tune-In yang dibarengi tapping) kita menetralisir emosi negatif atau
rasa sakit fisik.

6. The Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuh
kita sambil terus Tune-In. Ttitik-titik ini adalah titik-titik kunci dari “The Major Energy
Meridians”, yang jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya
gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena aliran energi tubuh berjalan
dengan normal dan seimbang kembali.
Berikut adalah titik-titik tersebut:
 Cr = Crown,Pada titik dibagian atas kepala
 EB = Eye Brow,Pada titik permulaan alis mata
 SE = Side of the Eye Di atas tulang disamping mata
 UE = Under the Eye 2 cm dibawah kelopak mata
 UN = Under the Nose,Tepat dibawah hidung
 Ch = Chin,Di antara dagu dan bagian bawah bibir
 CB = Collar Bone,Di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang
rusuk pertama
 UA = Under the Arm,Di bawah ketiak sejajar dengan putting susu (pria) atau tepat di
bagian tengah tali bra (wanita)
 BN = Bellow Nipple2,5 cm di bawah putting susu (pria) atau di perbatasan antara
tulang dada dan bagian bahwa payudara
 IH = Inside of Hand,Di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan
 OH = Outside of Hand,Di bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan
 Th = Thumb, Ibu jari disamping luar bagian bawah kuku
 IF = Index Finger,Jari telunjuk di samping luar bagian bawah kuku (dibagian yang
menghadap ibu jari)
 MF = Middle Finger, Jari tengah samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang
menghadap ibu jari)
 RF = Ring Finger,Jari manis di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang
menghadap ibu jari)
 BF = Baby Finger, Di jari kelingking di samping luar bagian bawah kuku (di bagian
yang menghadap ibu jari)
 KC = Karate Chop,Di samping telapak tangan, bagian yang kita gunakan untuk
mematahkan balok saat karate
 GS = Gamut Spot,Di bagian antara perpanjangan tulang jari manis dan tulang jari
kelingking.

(Buku SEFT karya: Ahmad Faiz Zainuddin)


Indonesian Journal of Nursing Research Vol. 1 No. 1 Mei 2018

J. LAMPIRAN JURNAL

Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap


Peningkatan Kualitas Tidur pada Lansia di Desa Gondoriyo Kecamatan Bergas
Kabupaten Semarang

Anggi Prasetia Arnata1, Rosalina2, Puji Lestari3


1,2,3
Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo

email: nayadzaky@gmail.com

Abstrak

Lansia merupakan tahap akhir proses perkembangan. Lansia mengalami proses kemunduran
baik dari aspek psikologis dan aspek fisiologis. Salah satu bentuk kemunduran yang terjadi
adalah kualitas tidur. Ada dua jenis penatalaksanaan yang bisa dilakukan yaitu
penatalaksanaan farmakologi dan non-farmakologi, penatalaksanaan non-farmakologi salah
satunya adalah terapi Spiritual Emotional Freedom Technique(SEFT). Tujuan penelitian ini
adalah menganalisa pengaruh terapi SEFT terhadap peningkatan kualitas tidur. Desain
penelitian ini adalah Quasi-eksperimental dengan pendekatan Nonequivalent Control with
Pretest and Posttest Design, populasi sebanyak 96 lansia dan jumlah sampel adalah 34
responden pada kelompok kontrol dan intervensi dengan teknik purposive sampling.
Pengumpulan data dengan Instrumen Pittburgh Sleep Quality Index (PSQI). Analisis data
menggunakan Independent t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi
SEFT terhadap peningkatan kualitas tidur pre test dan post test pada kelompok intervensi
dengan nilai p value 0,000, sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan dengan
nilai p value 0,188. Berdasarakan hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan masyarakat
menjadikan terapi SEFT sebagai penatalaksanaan non-farmakologi untuk meningkatkan
kualitas tidur.

Kata Kunci: Lansia, Kualitas Tidur, Spiritual Emotional Freedom Technique.

Abstract
Elderly is the last stage of the development process. Elderly suffered a setback from both the
psychological and the physiological aspects. One of the setbacks is the quality of sleep. There
are two types of management that can be done that is pharmacology and non-pharmacology
management, non pharmacology management one of them is spiritual emotional freedom
technique. The aim of this research is to analyze the influence of spiritual emotional freedom
technique to increase sleep quality. Design of this studi is Quasi-experimental research with
Non equivalent Control with Pretest and Posttest Design approach, the population was 96
elderly and total sample were 34 respondent in control group and intervention with purposive
sampling technique. Pittburgh Sleep Quality Index Instrument was used for data collection.
Independent t-test was used for data analysis.The results showed there is influence of spiritual
emotional freedom technique to increase sleep quality in pre test and post test of intervention
group,
Indonesian Journal of Nursing Research Vol. 1 No. 1 Mei 2018

that p value 0,000, than in pre test and post test of control group no influence that p value
0.188. Based on the results of research conducted, it is expected the Society to make spiritual
emotional the therapy freedom technique as nonfarmakologi management to increasing the
quality of sleep.

Keywords: Elderly, Quality of sleep, Spiritual Emotional Freeddom Technique.

PENDAHULUAN
kurang lincah, serta terjadi penimbunan
Usia lanjut adalah kelompok orang lemak di perut dan pinggul (Maryam, 2008).
yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka Kebutuhan terbesar bagi lansia untuk
waktu beberapa dekade. Usia lanjut memenuhi kebutuhan biologisnya adalah
merupakan tahap perkembangan normal yang peningkatan kesehatan. Salah satu aspek
akan dialami oleh setiap individu yang utama dari peningkatan kesehatan untuk
mencapai usia lanjut dan merupakan lansia adalah pemeliharaan tidur untuk
kenyataan yang tidak dapat dihindari memastikan pemulihan fungsi tubuh sampai
(Notoatmodjo, 2007). tingkat fungsional yang optimal dan untuk
memastikan keterjagaan pada siang hari
Secara umum dikatakan lanjut usia untuk menyelesaikan tugas-tugas dan
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. menikmati kualitas hidup yang tinggi (Stanly,
Lansia bukan suatu penyakit, namun 2007). Pemeliharaan tidur ini meliputi
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kuantitas dan kualitas tidur.
kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan Kualitas tidur merupakan konstruksi
stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang yang penting. Hal ini di karenakan keluhan
ditandai oleh kegagalan seseorang akan kualitas tidur umum terjadi di
masyarakat dan kualitas tidur yang buruk
untuk mempertahankan keseimbangan merupakan gejala penting dari adanya
terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan gangguan tidur dan penyakit lainnya (Smyth,
ini berkaitan dengan penurunan daya 2012). Potter & Perry (2005) juga
kemampuan untuk hidup serta peningkatan menambahkan bahwa pentingnya menjaga
kepekaan secara individual (Efendi, 2009). kualitas tidur adalah yang terbaik dalam
upaya peningkatan kesehatan dan pemulihan
Menjadi tua ditandai dengan adanya individu yang sakit.
kemunduran biologis yang terlihat sebagai
Kualitas tidur adalah suatu keadaan
kemunduran yang terjadi adalah kemampuan- tidur yang dijalani seorang individu
kemampuan kognitif seperti suka lupa, menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat
kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, terbangun (Khasanah, 2012). Kualitas tidur
tempat, serta tidak mudah menerima hal ide mencakup aspek kuantitatif dari tidur, seperti
baru. Kemunduran lain yang dialami adalah durasi tidur, letensi tidur serta aspek subjektif
kemunduran fisik antara lain kulit mulai dari tidur. Kualitas tidur adalah kemampaun
mengendur, timbul keriput, rambut beruban, setiap orang untuk mempertahankan keadaan
gigi mulai ompong, pendengaran dan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur
penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan
menjadi lambat dan
REM dan NREM yang pantas untuk dicapai Untuk itu perlu adanya intervensi yang
(Khasanah, 2012). efektif dalam menangani penurunan kualitas
tidur pada lansia dengan insomnia ini.
Menurut data Depkes Indonesia, lansia
yang mengalami gangguan tidur per tahun Berbagai upaya dalam bidang
sekitar 750 orang. Insomnia merupakan kesehatan yang dapat dilakukan untuk
gangguan tidur yang paling sering membantu lansia yang menderita gangguan
ditemukan. Setiap tahun diperkirakan sekitar tidur yaitu dengan penatalaksanaan
35%-45% orang dewasa melaporkan adanya farmakologis atau nonfarmakologis. Secara
gangguan tidur dan sekitar 25% mengalami farmakologis, penatalaksanaan insomnia
gangguan tidur yang serius. Prevalensi yaitu dengan memberikan obat dari golongan
gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sedatif-hipnotik seperti benzodiazepin
sekitar 50 % pada tahun 2009. (Depkes RI, (ativan, valium, dan diazepam) (Widya,
2010.) 2010). Terapi farmakologis memiliki efek
yang cepat, akan tetapi jika diberikan dalam
waktu jangka panjang dapat menimbulkan
Kualitas tidur pada lansia mengalami
efek berbahaya bagi kesehatan lansia.
perubahan tidur normal yaitu terdapat
Penggunaan obat tidur secara terus menerus
penurunan pada NREM 3 dan 4, lansia
dalam waktu yang lama pada lansia dapat
hampir tidak memiliki tahap 4 atau tidur
menimbulkan efek toksisitas, karena pada
dalam. Perubahan pola tidur lansia di
lansia terjadi penurunan aliran darah,
sebabkan perubahan sistem neurologis yang
motilitas pencernaan serta penurunan fungsi
secara fisiologis akan mengalami penurunan
ginjal dan efek samping lainya seperti
jumlah dan ukuran neuron pada sistem saraf
habituasi, ketergantungan fisik
pusat. Hal ini mengakibatkan fungsi dari
dan psikologis, gangguan kognitif dan
neurotransmiter pada sistem neurologi
psikomotor, mengantuk dan cemas pada siang
menurun, sehingga distribusi norepinefrin hari serta dapat terjadi gangguan tidur
yang merupakan zat untuk merangsang tidur iatrogenik (Sykes, 2003). Begitu juga dengan
juga akan menurun. Lansia yang mengalami pemberian sedatif untuk mengobati gangguan
perubahan fisiologis pada neurologis tidur pada lansia yang berefek terjadinya
menyebabkan gangguan tidur (Potter&Perry, inkontinensia terutama terjadi pada malam hari
2010). (Amir, 2007). Efek samping tersebut
menyebabkan semakin berkurangnya kualitas
Menurunnya kualitas tidur lansia akan tidur lansia (Watson, 2003). Terapi non
berdampak buruk terhadap kesehatan, karena farmakologis untuk penderita insomnia
dapat menyebabkan kerentanan terhadap diantaranya latihan relaksasi otot progresif
penyakit, stres, konfusi, disorientasi, (Sulidah, 2013), murottal Al Qur‟an (Oktora,
gangguan mood, kurang fresh, menurunnya Purnawan, Achiriyati, 2013) dan terapi musik
kemampuan berkonsentrasi, kemampuan (Sutrisno, 2007).
membuat keputusan (Potter & Perry, 2009).
Dampak lebih lanjut dari penurunan kualitas Menurut Subandi (2008), terapi non
ini menyebabkan menurunnya kemandirian farmakologi meliputi terapi pembatasan
lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari tidur, terapi kontrol stimulus, terapi
yang nantinya akan berujung pada penurunan pencatatan waktu tidur (sleep diary), serta
kualitas hidup pada lansia (Lo & Le, 2012). terapi komplementer meliputi pengobatan
herbal, terapi teknik relaksasi (progresif, melancarkan sirkulasi darah yang mengalir
meditasi, yoga, hipnotis), pijat refleksi, terapi kedalam tubuh dan mereka benar-benar
medan magnet, serta terapi bekam dan berada dalam keadaan yang luar biasa rileks,
akupuntur. Terapi komplementer lain yang dan ketika seseorang dalam keadaan rileks
dapat dipelajari dan direkomendasi oleh maka akan mudah untuk memulai tidur.
perawat komunitas untuk gangguan tidur
adalah terapi Spiritual Emosional Freedom Mills (2012) menjelaskan proses teknik
Tehnique (SEFT). Terapi ini merupakan relaksasi membuat seseorang menjadi rileks.
suatu teknik penggabungan dari sistem energi Prosesnya yaitu dimulai dengan membuat
tubuh (energy medicine) dan terapi otot-otot polos pembuluh darah arteri dan
spiritualitas dengan menggunakan metode vena menjadi rileks bersama dengan otot-otot
tapping (ketukan) beberapa titik tertentu pada lain dalam tubuh. Efek dari relaksasi otot-
tubuh. Banyak manfaat yang dihasilkan otot ini menyebabkan kadar neropinefrin
dengan terapi SEFT yang telah terbukti dalam darah menurun. Otot-otot yang rileks
membantu mengatasi berbagai masalah fisik ini akan menyebarkan stimullus ke
maupun emosi (Faiz, 2008). hipotalamus sehingga jiwa dan organ dalam
manusia merasakan ketenangan dan
Terapi spiritual emotional freedom kenyamanan (rileks).
tehnique (SEFT) termasuk teknik relaksasi,
Pada SEFT digunakan stimulasi berupa
merupakan salah satu bentuk mind-body
ketukan ringan atau tapping pada titik
therapy dari terapi komplementer dan
acupoint. Pada saat tapping terjadi
alternatif keperawatan yang memanfaatkan
peningkatan proses perjalanan sinyalsinyal
sistem energi tubuh untuk memperbaiki
neurotransmitter yang menurunkan
kondisi pikiran, emosi dan perilaku manusia
regulasihipotalamic-pitutiary-adrenal Axis
(Zainuddin, 2009). SEFT merupakan teknik
(HPA axis) sehingga mengurangi produksi
penggabungan dari sistem energi tubuh
hormon stres yaitu kortisol (Church, 2009).
(energy Medicine) dan terapi spiritual dengan
menggunakan tapping pada titik-titik kunci Hasil penelitian sebelumnya dari
sepanjang 12 jalur energy (energy medicine) Rofacky (2015) yang berjudul “Pengaruh
tubuh. Bedanya dibandingkan dengan metode Terapi SEFT Terhadap Tekanan Darah
akupuntur akupresure adalah teknik SEFT Penderita Hipertensi” menunjukkan bahwa
menggunakan unsur spiritual, cara yang ada pengaruh terapi Spiritual Emotional
digunakan lebih aman, lebih mudah dan lebih Freedom Technique (SEFT) terhadap tekanan
sederhana, karena SEFT hanya menggunakan darah penderita hipertensi di wilayah kerja
ketukan tangan (tapping). (Zainuddin, 2009) puskesmas bergas kecamatan bergas
kabupaten semarang, dengan p-value 0,000 <
Menurut Faiz (2008), terapi SEFT
berfokus pada kata atau kalimat yang α 0.05 sistole, sedangkan diastole p-value
diucapkan berulang kali dengan ritme yang
teratur disertai sikap pasrah kepada Allah 0.019 < α 0,05
SWT. Ketika seorang pasien berdoa dengan Hasil penelitian sebelumnya dari
tenang (disertai dengan hati ikhlas & pasrah)
maka tubuh akan mengalami relaksasi dan Bakara (2012) yang berjudul “Pengaruh
menyebabkan seorang pasien menjadi Spiritual Emotional Freedom Techniq
tenang. Pernafasan menjadi teratur, denyut (SEFT) terhadap penurunan tingkat gejala
jantung menjadi teratur dan stabil akan
depresi, kecemasa dan stress pada pasien hari serta mengurangi mengkonsumsi kopi
sindrom koroner akut (SKA) Non dan memanfaatkan waktu tidur siang. Namun
Percutenous Coronary Intervention (PCI)
menunjukkan bahwa ada pengaruh intervensi demikian upaya yang mereka lakukan belum
SEFT terhadap penurunan tingkat depresi, ada perubahan yaitu kualitas tidur mereka
kecemasan, dan stress pada pasien SKA belum meningkat.
secara bermakna.
Berdasarkan uraian di atas peneliti
Hasil Penelitian sebelumnya yang di
tertarik untuk meneliti tentang pengaruh
lakukan oleh Rajin (2012) yang berjudul
terapi spiritual emotional freedom technique
“pengaruh terapi SEFT terhadap pemenuhan
(SEFT) terhadap peningkatan kualitas tidur
kualitas tidur pasien paska operasi”.
pada lansia di Desa Gondoriyo Kecamatan
Rancangan penilitian menggunakan Pre-post
Bergas Kabupaten Semarang.
test control group design, besar sampel
masing-masing kelompok 10 responden, METODE PENELITIAN
dengan menggunakan teknik Purposive
sampling. Terapi SEFT dilakukan selama 5 Penelitian ini menggunakan pendekatan
menit satu kali sehari, kualitas tidur pasien kuantitatif, metode yang di gunakan dalam
dievalusi menggunakan skala analog visual penelitian ini adalah quasi experiment atau
closs. Analisis Statistik menggunakan uji eksperimen semu.Penelitian quasi
Anova dengan signifikansi P ≤ 0.05. Hasil uji experiment. Jenis desain dalam penelitian ini
statistik one way Anova pada hari pertama berbentuk desain non equivalent (pretest dan
didapatkan nilai P= 0.009 dan pada hari postest) control group design. Desain quasi
ketiga nilai P= 0.000. Berdasarkan hasil experiment populasi sejumlah 17 responden
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi intervensi dan 17 responden kontrol pada
SEFT dapat meningkatkan kualitas tidur lansia di Desa Gondorio dengan
pasien dengan signifikan. menggunakan teknik purposive sampling
yang memenuhi kriteria inklusi.
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan pada tanggal 20 Juni tahun 2017di HASIL DAN PEMBAHASAN
Desa Gondoriyo Kecamatan Bergas Analisis Univariat
Kabupaten Semarang. Peneliti membagikan
kuisionerPittsburgh Sleep Quality 1. Gambaran Kualitas Tidur Lansia
Index(PSQI)kepada 10 lansia didapatkan Sebelum dan Sesudah Diberikan SEFT
hasil lansia yang mengalami gangguan pada Kelompok Intervensi.
tidursebanyak 7 orang, dan yang tidak
Pre test Post test
mengalami gangguan tidur sebanyak 3 orang.
Upaya yang mereka lakukan untuk Kualitas f (%) f (%)
meningkatkan kualitas tidur dengan membuat
tidur

Ringan 10 58,5
Berdasarkan tabel 2 setelah dilakukan
analisis univariat pada 17 Sedang 9 52,9 7 41,2
kamar tidur lebih nyaman yaitu
Buruk 8 47,1
menggunakan lampu yang redup menjelang
tidur, bahkan mereka juga sambil menonton
TV untuk mempercepat tidur nya. Mereka Jumlah 17 100 17 100
juga melakukan olah raga jalan kaki di pagi

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Spiritual Emotional Freedom Technique


Lansia Sebelum dan Sesudah Diberikan (SEFT) pada Kelompok Intervensi.
Berdasarkan tabel 1 setelah dilakukan
uji analisis univariat pada 17 responden, 1. Perbedaan Kualitas Tidur Sebelum dan
diketahui bahwa sebelum diberikan spiritual Sesudah Diberikan Spiritual Freedom
emotional freedom technique menunjukan Technique (SEFT) Pada Lansia di
gangguan istirahat tidur pada kategori sedang Kecamatan Bergas Pada Kelompok
9 (52,9%) berubah menjadi 7 (41,2%) setelah Intervensi.
diberikan terapi spiritual emotional freedom
Tabel 3. Perbedaan Kualitas Tidur
technique.
Sebelum dan Sesudah
Diberikan Spiritual Emotional
2. Gambaran Kualitas Tidur Lansia Freedom Technique pada
Sebelum dan Sesudah Diberikan Lansia di Kecamatan Bergas
Perlakuan pada Kelompok Kontrol. pada Kelompok Intervensi.

Perlakua p-
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kualitas
Variabel n n Mean SD t
Tidur Lansia Sebelum dan
Value
Sesudah Diberikan Spiritual
Emotional Freedom Kualitas Sebelum 17 13,8 1,99 7,621 0,000
Technique (SEFT) pada
Tidur Sesudah 17 7,58 1,69
Kelompok Kontrol.

Pre test Post test


Berdasarkan tabel 4.3 setelah
Kualitas f (%) f (%) dilakukan uji statistik didapatkan rata-rata
perbedaan skor kualitas tidur sebelum dan
tidur
sesudah diberikan perlakuan adalah sebesar
6,29, dimana rata-rata skor sebelum terapi
Sedang 7 41,2 6 35,3 adalah 13,8 dalam kategori sedang berubah
menjadi 7,58 dalam kategori ringan.
Buruk 10 58,5 11 64,7
Berdasarkan uji t dependen, didapatkan
Jumlah 17 100 17 100 nilai p-value sebesar 0,000. Karena p-value
0,000 < (0,05), ini menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan kualitas tidur
uji
sebelum dan sesudah diberikan spiritual
emotional fredom technique (SEFT).
responden,diketahuibahwasebelumdiberikan
perlakuan menunjukan kualitas tidur
pada kategori buruk 10 (58,5%) 2. Perbedaan Kualitas Tidur Sebelum dan
meningkat menjadi kategori 11 (64,7%
setelah perlakuan. Sesudah Diberikan PerlakuanPada
Lansia di Kecamatan Bergas Pada
Analisis Bivariat Kelompok Kontrol.

Tabel 4 Perbedaan Kualitas Tidur Sebelum p-


dan Sesudah Diberikan Perlakuan Pada Variabel Perlakuan n Mean SD t
Lansia di Kecamatan Bergas pada Kelompok value
Kontrol.
Kualitas Sebelum 17 14,64 1,69 - 0,188
Tidur Sesudah 17 14,82 1,62 1,376 sesudah berubah menunjukan perbedaan skor
sejumlah 7,235.

Hasil uji, menunjukan nilai p-value


Berdasarkan tabel 4 setelah dilakukan sebesar 0,000. Karena p-value 0,000<
uji statistik didapatkan rata-rata perbedaan (0,05), maka H0 ditolak. Hal ini dapat
skor kualitas tidur sebelum dan sesudah disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
diberikan perlakuan adalah sebesar -0,17, signifikan Spiritual Emotional Freedom
dimana rata-rata skor sebelum terapi adalah Technique Terhadap Peningkatan Kualitas
14,64 dalam kategori sedang menjadi 14,82 Tidur Lansia Di Kecamatan Bergas.
tanpa ada penurunan.
1. Gambaran kualitas tidur sebelum
Berdasarkan uji t dependen, di diberikan perlakuan pada kelompok
dapatkan nilai p-value sebesar 0,188. Karena intervensi dan kelompok kontrol.
p-value 0,188> (0,05), ini menunjukkan Berdasarkan hasil penelitian yang
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dilakukan pada 34 responden pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol, diketahui
kualitas tidur sebelum dan sesudah diberikan
bahwa sebelum diberikan spiritual emotional
spiritual emotional fredom technique
freedom technique pada kelompok intervensi
(SEFT). menunjukan kualitas tidur pada kategori
sedang 9 (52,9%), sedangkan pada kelompok
3. Pengaruh Spiritual Freedom Technique
control sebelum diberikan perlakuan
(SEFT) Terhadap Peningkatan Kualitas menunjukan kualitas tidur pada kategori berat
Tidur pada Lansia diDesa Gondoriyo 9 (58,5%). Gangguan istirahat tidur yang
terjadi pada penelitian ini menunjukan bahwa
Kecamatan Bergas Kabupaten waktu lansia tidur rata-rata lebih dari pukul
Semarang. 22.00, hal ini menyebabkan pendeknya durasi
tidur dimana sebagian lansia terbangun rata-
Tabel 5. Pengaruh Spiritual Emotional
rata pukul 04.30. Gangguan istirahat tidur dari
Freedom Terhadap hasil penelitian tersebut tidak terlepas merujuk
Peningkatan Kualitas Tidur pada beberapa faktor yang mempengaruhi
kualitas, durasi tidur seperti penyakit, stres
emosional, obat-obatan, gaya hidup,
Variabel Kelompok N MD SD p-value lingkungan, aktivitas fisik, dan diet (Potter dan
Perry, 2009). Kualitas tidur kelompok
intervensi pada kategori sedang dan kelompok
Kualitas Intervensi 17 -7,235 0,571 0,000 kontrol berat kategori berat berdasarkan
jawaban responden dipengaruhi oleh
Tidur
faktor lingkungan, yakni lingkungan yang
kurang kondusif.
Berdasarkan teori lain menjelaskan
bahwa faktor yang dapat mempengaruhi
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa kualitas tidur lansia adalah penyakit dan
rata-rata skor gangguan istirahat tidur ketidaknyamanan fisik, masalah suasana hati
responden kelompok intervensi sebelum dan

seperti kecemasan atau depresi dapat baik terhadap perubahan situasi dapat
mempengaruhi masalah tidur (Potter & Perry, menyebabkan seseorang terjaga dan
2009). Kondisi perasaan yang tidak stabil mengalami gangguan tidur (Harvey et al,
pada lansia dapat mempengaruhi kualitas 2006).
tidur, karena ketidaknyamanan yang
ditimbulkan akibat proses penuaan dan Hal ini didukung oleh penelitian
perubahan siklus hidup tanpa adaptasi yang Lalluka et al (2014), tentang Sleep and
obat tidur seringkali membawa efek samping
Sickness Absence: A Nationally seperti ketergantungan obat tidur. Beberapa
Representative Register-Based Follow-Up juga menimbulkan efek samping penurunan
Study yang menunjukan bahwa seseorang tidur REM (Potter & Perry, 2010). Hal ini
yang sedang sakit berisiko mengalami diperkuat oleh penelitian Dalui et al (2017),
penurunan durasi tidur kurang dari 7,76-5,53 tentang Self-medication of sleeping pills
jam perhari. Kecemasan menjadi salah satu among MBBS students in a medical college
dari beberapa faktor yang mempengaruhi
of West Bengal, India. Hasil penelitian ini
kualitas tidur. Kecemasan atau emosianalitas
menunjukan bahwa ada hubungan yang
tentang masalah pribadi dapat mempengaruhi
signifikan orang yang rutin mengkonsumsi
situasi tidur. Stres menyebabkan seseorang
obat-obatan memiliki risiko lebih tinggi
mengalami gangguan untuk tidur, karena
sebesar 12,5 % mengalami gangguan tidur.
selama siklus tidurnya klien sering
terbangun. Stres yang berlanjut akan
mempengaruhi kebiasaan tidur yang buruk Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
(Potter & Perry, 2009). Rasa marah, rasa lansia memiliki risiko mengalami gangguan
cemas, rasa bersalah berperan penting dalam tidur akibat pengaruh lingkungan yang
mempengaruhi rasa nyaman, sehingga kurang kondusif.
eksresi endorphin mengalami hambatan
sehingga tidak dapat menciptakan rasa 2. Gambaran kualitas tidur setelah
nyaman yang dapat mempengaruhi tidur diberikan perlakuan pada kelompok
(Harvey et al, 2006). Penelitian Leblanc et al intervensi dan kelompok kontrol.
(2015) mendukung pernyataan tersebut Berdasarkan hasil penelitian yang
dalam penelitian tentang sleep problems in dilakukan pada 34 responden pada kelompok
anxious and depressive older adults, yang intervensi dan kelompok kontrol, diketahui
menunjukan bahwa seseorang yang sedang bahwa setelah diberikan spiritual emotional
mengalami cemas 34,7% beresiko freedom technique pada kelompok intervensi
mengalami penurunan efisiensi tidur, menunjukan peningkatan kualitas tidur
sedangkan pada seseorang yang sedang dimana sebelumnya kualitas tidur berada
depresi 38,5% mengalami penurunan pada kategori sedang sejumlah 9 responden
efisiensi tidur. Hal ini menunjukan bahwa (52,9%) berubah menjadi 7 responden
seseorang lansia yang mempunyai masalah (41,2%) setelah diberikan terapi spiritual
terhadap mekanisme koping dapat berisiko emotional freedom technique, sedangkan
mengalami gangguan istirahat tidur yang pada kelompok kontrol terjadi penurunan
lebih buruk dari keadaan normalnya. kualitas tidur dimana sebelumnya 10 (58,5%)
Lansia umumnya menggunakan responden pada kategori buruk berubah
menjadi 11 (64,7%) setelah perlakuan.
pendekatan obat-obatan dalam
mengantisipasi masalah tidur. Sedangkan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 2010), mengatakan bahwa relaksasi dapat
pendekatan non-farmakologis, tindakan menghasilkan efek fisiologis yang
SEFT merupakan intervensi yang bisa berlawanan dengan kecemasan, seperti
diterapkan pada setiap penderita gangguan kecepatan denyut jantung yang lambat,
istirahat tidur. Selain efektif dalam peningkatan aliran darah perifer dan
menurunkan gangguan istirahat tidur juga stabilitas neuromuskular. Hal ini disebabkan
dapat meningkatkan kualitas dan durasi tidur. karena adanya hiperaktifitas impuls listrik
otak yang meningkatkan aliran darah di otak
sehingga terjadi pelebaran pembuluh darah
Terapi SEFT merupakan bagian dari
otak , serta proses inflamasi (luka radang).
teknik relaksasi. Kaplan (dalam Sudjiwati,
Maka ada ketegangan pada otak dan otot
sehingga dengan mengaktifkan saraf Kualitas Tidur Pasien Pasca Operasi di
parasimpatetis, dengan teknik relaksasi maka Rumah sakit. Hasil penelitian ini menunjukan
secara otomatis ketegangan berkurang setelah dilakukan terapi selama 3 hari
sehingga membuat seseorang mampu menunjukann perubahan istirahat tidur yang
mengurangi tidak nyaman yang diderita yang berfokus pada peningkatan kualitas dan
berakibat dari sikap relaks yang ada atau durasi tidur.
pada kondisi ini saraf simpatetik yang
membuat tegang dapat diturunkan fungsi-
3. Perbedaan kualitas tidur sebelum
fungsinya dan menaikkan saraf
dan setelah diberikan perlakuan
parasimpatetik (Potter & Perry, 2010).
pada kelompok intervensi
Sprititual Emotional Freedom Technique Berdasarkan hasil penelitian dengan uji
(SEFT) menetralisir kembali gangguan
energi dalam tubuh akibat aliran energi yang t dependen, di dapatkan nilai p-value sebesar
tersumbat di beberapa titik kunci di tubuh 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada
kita yang harus dibebaskan hingga mengalir perbedaan yang signifikan kualitas tidur
lagi karena di setiap ujung jari kita sebelum dan sesudah diberikan spiritual
merupakan saluran masuk dan keluarnya emotional fredom technique (SEFT).
energi atau dalam istilah ilmu akupunktur
disebut miridian (energy channel) yang Perbedaan nilai skor rata-rata kualitas
berhubungan dengan organ-organ di dalam tidur sebelum dan sesudah diberikan
tubuh kita. Perasaan yang tidak seimbang perlakuan adalah sebesar 6,29, dimana rata-
misal sedih, takut, marah yang berlebihan rata skor sebelum terapi adalah 13,8 dalam
kategori sedang berubah menjadi 7,58 dalam
bisa menyumbat atau menghambat aliran kategori ringan. Berdasarkan hal tersebut
energi, yang mengakibatkan rasa tidak menunjukan bahwa terapi spiritual emotional
nyaman atau perasaan sesak di tubuh kita freedom merupkan terapi non-farmakologi
(Faiz, 2008). Terapi SEFT mampu yang dapat diterapkan dalam upaya
meningkatkan kualitas tidur jika dilakukan mengatasi masalah gangguan tidur serta
dengan teknik yang baik serta sesuai efesien, efektif dan mudah tanpa
prosedur pelaksanaanya. menggunakan instrument.
Hal ini dibuktikan oleh penelitian Rajin Peran spiritual emotional freedom
(2012) pada pasien pasca operasi, tentang dalam menurunkan gangguan tidur atau
TerapiSpiritual Emotional Freedom meningkatkan kualitas tidur tidak terlepas
Tehnique (SEFT) Untuk Meningkatkan dari mekanisme yang terjadi dari proses

SEFT terhadap rasa nyaman yang salah satu bagian komplementer dari human
menstimulasi tubuh untuk rileks dan
mind control system, yaitu kemampuan
menimbulkan keinginan untuk tidur lebih
awal sehingga durasi dan kualitas tidur mengontrol pikiran manusia Untuk
terjaga. Spiritual Emotional Freedom
mengendalikan pikiran bawah Sadar
Technique (SEFT) bekerja dengan prinsip
yang kurang lebih sama dengan akupuntur sehingga mampu mengubah pola kebiasaan
dan akupressur. Ketiga teknik ini berusaha
merangsang titik–titik kunci di sepanjang 12 dan penerimaan pasien terhadap rasa tidak
jalur energi (energi meridian) tubuh
nyaman dan gangguan tidur. SEFT (spiritual
yang sangat berpengaruh pada kesehatan
emotional freedom technique)
kita (Zainuddin, 2012). SEFT merupakan
menggabungkan antara sistem kerja energy
pada titik acupoint. Pada saat tapping terjadi
psychology dengan kekuatan spiritual peningkatan proses perjalanan sinyal-sinyal
sehingga menyebutnya dengan amplifying neurotransmitter yang menurunkan regulasi
effect (efek pelipat gandaan) (Zainudin, hipotalamic-pitutiary-adrenal Axis (HPA
2012).
axis) sehingga mengurangi produksi hormon
Menurut teori energy psychology, stres yaitu kortisol (Church, 2009). Efek
gangguan psikologis atau sakit fisik terjadi tapping menunjukkan bahwa ketika
jika terdapat sejumlah hambatan energi seseorang yang dalam keadaan takut, cemas,
negatif pada pembuluh meridian tempat marah, penurunan rasa nyaman, gangguan
mengalirnya chi. Oleh karena itu, jika ada tidur kemudian dilakukan tapping pada titik
seseorang mengalami gangguan seperti acupointnya maka terjadi penurunan
gangguan kecemasan, fobia ataupun depresi, akitivitas amygdala, dengan kata lain terjadi
gangguan istirahat tidur itu insomnia berarti penurunan aktivitas gelombang otak, hal
telah terjadi ketidakseimbangan berupa tersebut juga membuat respons fight or flight
adanya hambatan berupa energi negatif pada pada partisipan terhenti. Untuk kemudian
sistem jalur meridiannya (Feinsten & memunculkan efek relaksasi yang akan
menetralisir segala ketegangan emosi yang
dialami individu. Efek ini sama dengan
Ganggua
respon yang muncul ketika seseorang
Ashland, 2009). Mengatasi n
distimulasi dengan jarum akupuntur pada
tersebut dapat dilakukan Dengan titik meridiannya (Feinsten
menstimulasi dengan menyentuh, menekan,
& Ashland, 2019). Pernyataan ini didukung
oleh penelitian Church et al (2013), tentang
ataupun dengan ketukan ringan pada titik-
Clinical EFT as an Evidence-Based Practice
titik acupoint yang berhubungan dengan
for the Treatment of Psychological and
persoalan yang dialami. Dengan melakukan
Physiological Condition. Penelitian ini
stimulasi pada titik acupoint maka secara dilakukan pada 10 lansia yang mengalami
otomatis akan melenyapkan atau insomnia, setelah diberikan terapi EFT terjadi
mengeluarkan energi negatif dari sistem penurunan gangguan tidur atau terjadi
energi individu. Pada SEFT digunakan peningkatan kualitas tidur dan terjadi
stimulasi berupa ketukan ringan atau tapping peningkatan durasi atau lama tidur.

dan sesudah diberikan perlakuan adalah


sebesar -0,17, dimana rata-rata skor sebelum
4. Perbedaan kualitas tidur sebelum terapi adalah 14,64 dalam kategori sedang
dan setelah diberikan perlakuan menjadi 14,82 tanpa ada penurunan.
pada kelompok kontrol.
Penurunan kualitas tidur yang terjadi
Berdasarkan uji t dependen pada pada kelompok kontrol tidak terlepas dari
kelompok intervensi, di dapatkan nilai p- pengaruh faktor-faktor eksternal.
value sebesar 0,188. Karena p-value 0,188
Berdasarkan distribusi frekuensi kualitas
tidur yang buruk jika dianalisa berdasarkan
> (0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada kuesioner penelitian, menunjukan bahwa
perbedaan yang signifikan kualitas tidur lansia tidak mampu tertidur selama 30 menit
sebelum dan sesudah perlakuan, atau sejak berbaring, terbangun ditengah malam
cenderung kualitas tidur mentap tanpa atau terlalu dini, terbangun untuk ke kamar
perubahan yang berarti. Dan didapatkan rata- mandi, tidak mampu bernafas dengan leluasa,
rata perbedaan skor kualitas tidur sebelum
dan suasana yang kurang kondusif. Oliviera emosional, obat-obatan, gaya hidup,
(2010), menjelaskan bahwa perubahan tidur lingkungan, aktifitas fisik, dan diet (Potter &
yang mempengaruhi kualitas tidur yang Perry, 2009).
berhubungan dengan proses penuaan pada
seperti meningkatkan latensi tidur, efisiensi 5. Pengaruh terapi Spiritual Freedom
tidur berkurang, bangun lebih awal, Technique(SEFT)terhadap
mengurangi tahapan tidur nyenyak dan peningkatan kualitas tidur.
gangguan irama sirkardian, peningkatan tidur
siang. Jumlah waktu yang dihabiskan untuk Hasil uji, menunjukan nilai p-value
tidur lebih dalam menurun. Lansia sebesar 0,000, maka dapat disimpulkan
melaporkan sering tidur siang dan mengalami bahwa ada pengaruh yang signifikan
kesulitan jatuh tertidur dan tetap tidur. Spiritual Emotional Freedom Technique
Lingkungan yang kurang kondusif membuat Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Lansia
suasan tidur mendalam menjadi menurun. di Kecamatan Bergas. Berdasarkan hasil
Secara fisiologis perubahan pola tidur lansia penelitian didapatkan rata-rata perubahan
disebabkan perubahan sistem neurologis skor responden kelompok intervensi sebelum
yang secara fisiologis akanmengalami dan sesudah diberikan terapispiritual
penurunan jumlah dan ukuran neuron pada emotional freedom sebesar 7,235.
sistem saraf pusat. Halini mengakibatkan Salah satu upaya yang dapat dilakukan
fungsi dari neurotransmiter pada system untuk mangatasi masalah gangguan tidur
neurologi menurun,sehingga distribusi adalah dengan menggunakan terapi medikasi
norepinefrin yang merupakan zat untuk dan non-medikasi. Terapi medikasi dapat
merangsang tidur juga akan menurun. Lansia mengakibatkan gangguan fisik tubuh yang
yang mengalami perubahan fisiologis pada lain dan jika terlalu
sistem neurologis menyebabkan gangguan
tidur (Potter & Perry, 2010). lama digunakan dapat menyebabkan
ketergantungan (Potter, 2009). Salah satu
Tanpa pemberian pentalaksanaan,
terapi non-medikatif yang dapat dilakukan
menunjukan bahwa kualitas tidur seseorang adalah dengan menggunakan terapi Spiritual
tidak akan lebih baik daripada sebelumnya, Emosional Freedom Tehnique(SEFT). Terapi
karena gangguan tidur dipengaruhi oleh ini merupakan suatu teknik
banyak factor seperti penyakit, stress
penggabungan dari sistem energi tubuh A randomized controlled trial. Hasil
penelitian ini menggunakanperbandingan
(energy medicine) dan terapi spiritualitas
penggunaan terapi Sleep Hygiene Education
dengan menggunakan metode tapping dengan Emotional Freedom Technique,
menunjukan bahwa Emotional Freedom
(ketukan) beberapa titik tertentu pada Technique lebih efektif dalam meningkatkan
kualitas tidur sebesar 4,75% setelah diberikan
terapi.
tubuh (Faiz, 2008).
Berdasarkan analisis, teori dan
Terapi SEFT menggunakan Stimulasi
penelitian sebelumnya yang menunjang
penelitian ini, maka dapat disimpulakn
berupa ketukan ringan atau tapping pada titik bahwa terapi spiritual emotional freedom
acupoint. Pada saat tapping terjadi technique (SEFT) bisa menjadi
peningkatan proses perjalanan sinyal-sinyal penatalaksanaan alternatif pada seseorang
neurotransmitter yang menurunkan
yang mengalami gejala gangguan kualitas
regulasihipotalamic-pitutiary-adrenal Axis
tidur. Penatalaksanaan ini bisa dilakukan
(HPA axis) sehingga mengurangi produksi
secara mandiri, mudah dilakukan, efektif dan
efisien dalam meningkatkan kualitas tidur.
hormon stres yaitu kortisol (Church, 2009).
Pelaksanaan penelitian ini, peneliti
Efek tapping menunjukkan bahwa ketika menjumpai suatu keterbatasan dari hasil
seseorang mengalami gangguan tidur penelitian ini yaitu: beberapa variabel yang
kemungkinan dapat menimbulkan bias tidak
kemudiandilakukantapping pada titik bisa dikontrol sepenuhnya seperti hal lain
acupointnya maka terjadi penurunan yang dapat mepengaruhi kualitas tidur seperti
kegiatan rekreasi, penggunaan aktivitas fisik,
fase menopause yang memunculkan gejala
akitivitas amygdala,dengan kata lain terjadi
sehingga mengganggu kualitas tidur lansia.
penurunan aktivitas gelombang otak, hal
tersebut juga membuat respons fight or flight PENUTUP
pada partisipan terhenti. Untuk kemudian
memunculkan efek relaksasi yang akan
Kualitas tidur pre test pada kelompok
menetralisir segala ketegangan emosi yang
Intervensi sebagaian besar pada kategori
dialami individu (Feinsten & Ashland,2009).
sedang sejumlah 9 (52,9%), dan kualitas tidur
Hal ini didukung oleh penelitian post test sebagian besar pada kategori ringan
Babamahmoodi et al (2015), tentang sejumlah 10 (58,5%). Kualitas tidur pre test
Emotional Freedom Technique (EFT) Effects pada kelompok kontrol sebagian besar berada
on Psychoimmunological Factors of pada kategori berat 10 (58,5%), dan kualitas
Chemically Pulmonary Injured Veterans, tidur post test sebagian besar berada dalam
hasil penelitian ini menunjukan bahwa terjadi kategori berat 11 (64,7%). Ada perbedaan
perubahan kualitas tidur/insomnia sebesar yang signifikan kualitas tidur sebelum dan
24,03% setelah diberikan terapi. Penelitian sesudah diberikan Spiritual Emotional
lain juga menunjukan hal yang sama yaitu Fredom Technique (SEFT) pada kelompok
penelitian Lee et al (2015), tentang A intervensi dengan nilai p-value 0,000. Tidak
ada perbedaan yang signifikan kualitas tidur
sebelum dan sesudah diberikan Spiritual
comparison of Emotional Freedom
Emotional Fredom Technique (SEFT) pada
Techniques (EFT-I) and Sleep Hygiene
kelompok kontrol dengan nilai
Education (SHE) in a geriatric population :
p-value 0,188. Ada pengaruh yang signifikan Controlled Blind Trial. The Open
Spiritual Emotional Freedom Technique Sports Sciences Journal.
terhadap peningkatan kualitas tidur lansia di
Colten RH, Altevogt MB. 2006. Sleep
Kecamatan Bergas dengan nilai p-value
0,000. disorder and sleep deprivation: An
unmet public health problem.
DAFTAR PUSTAKA Washington, DC: The National
Academic Press.
Azizah, Lilik Ma‟rifatul. 2011. Keperawatan Dalui, Saikat Kumar et al. 2017. Self-
Lanjut Usia,Ed.1. Yogyakarta: medication of sleeping pills among
MBBS students in a medical college
Graha Ilmu of West Bengal, India. Akses 30 juli
2017.
Babamahmoodi, Abdolreza et al. 2015.
Emotional Freedom Technique (EFT) Departemen Kesehatan RI. 2010. Pedoman
Effects on Psychoimmunological pembinaan kesehatan lanjut usia bagi petugas
Factors of Chemically Pulmonary kesehatan. Jakarta.
Injured Veterans. Akses 29 juli 2017.
Efendi Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan
Komunitas: Teori dan Praktik
BKKBN. 2009. Jumlah Lansia di Jateng dalamKeperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Terbesar Kedua.
http://www.bkkbn.go.id, diunduh 7 Feinstein, D. & Ashland, O. 2012. What
November 2011.
Does Energy Have To Do With
Energy Psychology?. Energy
BoedhiDarmojo.2009.Geriatri (Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut), Edisi 4. Psychology.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Hidayat. A. A. 2008. Pengantar kebutuhan
Boedhi Darmojo. 2014. Buku ajar geriatric dasar manusia aplikasi konsep dan
(ilmu kesehatan usia lanjut). Jakarta: proses keperawatan. Jakarta:
Fakultas Kedoteran Salemba medika.
Universitas Indonesia.
Khasanah, K. 2012. Kualitas Tidur Lansia:
Cahyono. H.K.2013. Pengaruh Senam Lansia Jurnal Nursing Studies Volume 1,
Nomor 1. Hal 189-196.
Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia
Di Desa Leyangan Lalluka, Tea et al. 2014. Sleep and Sickness
Kecamatan Ungaran Timur. Absence: A Nationally Representative
perpusnwu.web.id/karyailmiah/docu Register-Based Follow-Up
ments/3556.pdf.
Study. Akses 29 juli 2017.
Church, Dawson. et al. 2013. Clinical EFT
Leblanc, Maria France. et al. 2015. Sleep
as an Evidence-Based Practice for
problems in anxious and depressive
the Treatment of Psychological and
older adults. Akses 29 juli 2017.
Physiological Condition.Akses 30 juli
2017. Lee et al. 2015. A comparison of Emotional
Freedom Techniques (EFT-I) and
Church, D. 2009. The Effect Of EFT
Sleep Hygiene Education (SHE) in a
(Emotional Freedom Techniques) On
Athletic Performance: A Randomized geriatric population : A randomized
controlled trial.
Maryam, R. S. 2008. Mengenal Usia Lanjut Practice. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta :
dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika. EGC
Priyoto. 2015. Nursing Intervention
Mills, Chaterin J. A. 2012. Comparision of
Classification (NIC) dalam
relaxation techniques on blood Keperawatan Gerontik.Jakarta:
preassure reactivity and recovery Salemba Medika.
assessing the moderating effect of
anger coping style. Dissertation Old. Rajin, Mukhamad. 2012. Terapi Spiritual
Emotional Freedom Tehnique (SEFT)
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan Untuk Meningkatkan Kualitas Tidur
dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Pasien Pasca Operasi di Rumah
Cipta. sakit. Akses 30 juli 2017.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Smyth 2012. The Pittsburgh Sleep Quality


Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Index (PSQI).
Rineka Cipta.
Stanly 2007. Buku ajar keperawatan
Nugroho. W. 2008. Keperawatan Gerontik & gerontik. Jakarta: PT. Gramedia
Geriatik. Jakarta: EGC. pustaka utama

Potter, P.A. & A.G. Perry. 2005. Buku ajar Subandi .A 2008. Pengobatan alternatif.
fundamental keperawatan: Konsep,
Jakarta: PT elex media komputindo.
proses, dan praktik. (Edisi 4 volume
2). Alih bahasa: Renata Komalasari, Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
dkk. Jakarta: EGC. Kuantitatif Kualitatif da R&D.
Bandung: Alfabeta. Widyanto. 2014
Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry. 2009. Keperawatan Komunitas. Yogyakarta : Nuha
Fundamental Keperawatan. Buku 1 Medika.
Ed. 7. Jakarta: Salemba Medika.
Zainuddin, AF. 2009. Spiritual Emotional
Potter, Perry. 2010. Fundamental Of Freedom Technique. Jakarta ; Afzan
Publising
Nursing: Consep, Proses and
DAFTAR PUSTAKA

Anggi, Rosalina , dkk. 2018. Jurnal Penelitian : Pengaruh Terapi Spiritual Emotional
Freedom Technique (SEFT) Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur pada Lansia di Desa
Gondoriyo Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Indonesian Journal of Nursing Research
Vol. 1 No. 1 Mei 2018

Wardatul, Ni’matuzzaroh. 2016. Jurnal Penelitian : Terapi Spiritual Emotional Freedom


Technique (Seft) Untuk Menurunkan Tingkat Stres Akademik Pada Siswa Menengah Atas
Di Pondok Pesantren . ISSN: 2301-8267 Vol. 04, No.02, Agustus 2016 . Fakultas
Psikologi Universitas Muhamadiyah Malang

Zainuddin, AF. 2009. Spiritual Emotional Freedom Technique. Jakarta ; Afzan Publising

Anda mungkin juga menyukai