Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

Oleh:

Melli Trio Anita

30190116154

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS

PADALARANG

2017
I. KONSEP DASAR TEORI

A. Pengertian

Halusinasi adalah ketidakmampuan klien meniali dan merespon pada realitas


klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal, tidak dapat
membedakan lamunan dan kenyataan, klien tidak mampu memberi respon secara akurat
sehingga tampak berlaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan (Keliat,
2006).
Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses
pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada
perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu
yang dinamakan persepsi ( Stuart Gail W, 2007 ).
Halusinasi adalah kesalahan persepsi yang berasal dari kesalahan lima panca indra
yaitu pendengaran, penglihatan, peraba, pengecap, penghidu (Stuart & Laria, 2005).

B. Etiologi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
Faktor predisposisi
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-
penelitian yang berikut:
a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
berhubungan dengan perilaku psikotik.
b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut
didukung oleh otopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,
konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang
terisolasi disertai stress.

Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak
berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan
kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
C. Klasifikasi

Klasifikasi Data Objektif Data Subjektif


halusinasi
Halusinasi Bicara atau tertawa sendiri Mendengar suara-suara atau
Dengar/suara Marah-marah tanpa sebab kegaduhan.
Menyedengkan telinga ke Mendengar suara yang
arah tertentu mengajak bercakap-cakap.
Menutup telinga Mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang
berbahaya.
Halusinasi Menunjuk-nunjuk ke arah Melihat bayangan, sinar,
Penglihatan tertentu bentuk geometris, bentuk
Ketakutan pada sesuatu kartoon, melihat hantu atau
yang tidak jelas. monster
Halusinasi Menghidu seperti sedang Membaui bau-bauan seperti
Penghidu membaui bau-bauan bau darah, urin, feses,
tertentu. kadang-kadang bau itu
Menutup hidung. menyenangkan.
Halusinasi Sering meludah Merasakan rasa seperti
Pengecapan Muntah darah, urin atau feses
Halusinasi Menggaruk-garuk Mengatakan ada serangga
Perabaan permukaan kulit di permukaan kulit
Merasa seperti tersengat
listrik
D. Tanda dan Gejala

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003), seseorang yang
mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
3. Gerakan mata abnormal.
4. Respon verbal yang lambat.
5. Diam.
6. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
7. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya peningkatan
nadi, pernafasan dan tekanan darah.
8. Penyempitan kemampuan konsenstrasi.
9. Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan
realitas.
11. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada
menolaknya.
12. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
13. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
14. Berkeringat banyak.
15. Tremor.
16. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
17. Perilaku menyerang teror seperti panik.
18. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
19. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.
20. Menarik diri atau katatonik.
21. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.
22. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
E. Tahap Terjadi Halusinasi
Halusinasi berkembangan dalam empat fase (Stuart,G.W, Sundeen,S.J, 2005)

Tahap Karakteristik Perilaku klien

Fase I : Klien mengalami perasaan mendalam Tersenyum atau tertawa yang tidak
Comforting seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah, sesuai .Menggerakkan bibir tanpa
Ansietas Sedang ketakutan dan mencoba untuk berfokus suara Pergerakan mata cepat
Halusinasi pada pikiran yang menyenangkan untuk Respon verbal yang lambat jika
menyenangkan meredakan ansietas. Individu mengenali sedang asyik
bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman Diam dan asyik
sensori berada dalam kendali kesadaran jika
ansietas dapat ditangani. Nonpsikotik
Fase II : Pengalaman sensori menjadi menjijikkan Meningkatnya tanda-tanda sistem
Condemning dan menakutkan syaraf otonom akibat ansietas
Ansietas Berat Klien mulai lepas kendali dan mungkin seperti peningkatan denyut jantung,
Halusinasi mencoba untuk mengambil jarak dirinya pernafasan dan tekanan darah.
menjadi dengan sumber yang dipersepsikan. Klien Rentang perhatian menyempit
menjijikkan mungkin mengalami dipermalukan oleh Asyik dengan pengalaman sensori
pengalaman sensori dan menarik diri dari dan kehilangan kemampuan
orang lain. membedakan halusinasi dan realita.
Psikotik ringan
Fase III Klien berhenti melakukan perlawanan Kemauan yang dikendalikan
Controlling terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi aka lebih diikuti.
Ansietas Berat halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi Kesukaran berhubungan dengan
Pengalaman menarik. Klien mungkin mengalami orang lain.Rentang perhatian hanya
sensori menjadi pengalaman kesepian jika sensori halusinasi beberapa detik atau menit.
berkuasa. berhenti. Adanya tanda-tanda fisik ansietas
berat : berkeringat, tremor, tidak
Psikotik
mampu mematuhi perintah.
Fase IV : Pengalaman sensori menjadi mengancam Perilaku terror akibat panik.
Conquering jika klien mengikuti perintah halusinasi. Potensi kuat suicide atau homicide
Panik Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau Aktivitas fisik merefleksikan isi
Umumnya hari jika tidak ada intervensi terapeutik halusinasi seperti perilaku
menjadi melebar (Psikotik). kekerasan, agitasi, menarik diri,
dalam halusinasi. atau katatonia.
Tidak mampu berespon terhadap
perintah yang kompleks.
Tidak mampu berespon lebih dari
satu orang

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Jenis halusinasi:
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Data objektif
dapat di kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data subjektif
dapat di kaji dengan melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini
perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.

Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif


Halusinasi Bicara atau tertawa sendiri Mendengar suara-suara atau
Dengar/suara Marah-marah tanpa sebab kegaduhan.
Menyedengkan telinga ke arah Mendengar suara yang mengajak
tertentu bercakap-cakap.
Menutup telinga Mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang berbahaya.
Halusinasi Menunjuk-nunjuk ke arah Melihat bayangan, sinar, bentuk
Penglihatan tertentu geometris, bentuk kartoon, melihat
Ketakutan pada sesuatu yang hantu atau monster
tidak jelas.
Halusinasi Menghidu seperti sedang Membaui bau-bauan seperti bau
Penghidu membaui bau-bauan tertentu. darah, urin, feses, kadang-kadang
Menutup hidung. bau itu menyenangkan.
Halusinasi Sering meludah Merasakan rasa seperti darah, urin
Pengecapan Muntah atau feses
Halusinasi Menggaruk-garuk permukaan Mengatakan ada serangga di
Perabaan kulit permukaan kulit
Merasa seperti tersengat listrik

2. Isi halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian tentang
jenis halusinasi (lihat nomor 1 diatas).
3. Waktu, frekwensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi
yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau
malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus
atau hanya sekali-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi
kejadian tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada
waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui
frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk
mencegah terjadinya halusinasi.
4. Respons halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul.
Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat
halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang
terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku
pasien saat halusinasi timbul.
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi

C. Strategi Pelaksanaan
N DIAG- PERENCANAAN
O NOSA TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEPERA EVALUASI
WATAN
1. Gangguan Pasien mampu : Setelah... SP 1
sensori  Mengenai pertemuan pasian  Bantu pasien dalam  Mengetahui jenis
persepsi halusinasi dapat menyebutkan mengenal halusinasi : halusinasi sehingga
:halusinasi yang : - Isi klien dapat
dialaminya  Isi , waktu, - Frekuensi membedakan hal yang
 Mengontrol frekuensi, - Situasi pencetus nyata atau tidak
halusinasinya situasi - Perasaan saat
 Mengikuti pencetus, terjadi halusinasi
program perasaan  Latih mengontrol  Mengetahui tindakan
pengobatan  Mampu halusinasi dengan cara yang dilakukan dalam
secara memperagakan menghardik mengontrol
optimal cara dalam Tahapan tindakannya halusinasinya.
mengontrol meliputi :
halusinasi - Jelaskan cara
menghardik
halusinasi
- Peragakan cara
menghardik
- Minta pasien
memperagakan
ulang
- Pantau penerapan
cara ini, beri
penguatan perilaku
pasien
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien
Setelah… SP 2
pertemuan pasien  Evaluasi kegiatan yang  Mengetahui bahwa
mampu : lalu (SP 1) pasien telah mengerti
 Menyebutkan apa yang telah dilatih
kegiatan yang oleh perawat sehingga
sudah pasien dapat
dilakukan menggunakannya
 Memperagakan kembali.
cara bercakap-  Latih berbicara/  Mengetahui dan
cakap dengan bercakap dengan orang mengendalikan
orang lain lain saat halusinasi halusinasi
 Masukkan dalam  Mampu mengontrol
jadwal kegiatan pasien setiap perkembangan
halusinasi
Setelah… SP 3
pertemuan pasien  Evaluasi kegiatan yang  Mengetahui apakah
mampu : lalu (SP 1 dan SP 2) pasien telah mengerti
 Menyebutkan apa yang telah dilatih
kegiatan yang oleh perawat sehingga
sudah klien dapat
dilakukan dan melakukannya kembali
 Membuat  Latih kegiatan agar  Melatih halusinasi
jadwal kegiatan halusinasi tidak tidak muncul
sehari-hari dan muncul
mampu Tahapannya :
memperagakan - Jelaskan
pentingnya
aktivitas yang
teratur untuk
mengatasi
halusinasi
- Diskusikan
aktivitas yang
biasa dilakukan
oleh pasien
- Latih pasien
melakukan
aktivitas
- Susun jadwal
aktivitas sehari-
hari sesuai dengan
aktivitas yang telah
dilatih (dari
bangun pagi
sampai tidur
malam)
Pantau pelaksanaan
jadwal kegiatan,
berikan penguatan
terhadap perilaku
pasien yang positif
Setelah…. SP 4
pertemuan pasien  Evaluasi kegiatan yang  Meningkatkan
mampu : lalu (SP 1, SP 2, SP 3) pengetahuan klien
 Menyebutkan tentang fungsi obat
kegiatan yang yang diminum agar
sudah klien mau minum obat
dilakukan secara mandiri dan
 Menyebutkan teratur
manfaat dari  Tanyakan program  Mengetahui berobat
program pengobatan dengan berkala
pengobatan  Jelaskan pentingnya  Meningkatkan
penggunaan obat pada pengetahuan klien
gangguan jiwa tentang fungsi obat
yang diminum
 Jelaskan akibat bila  Mampu minum obat
tidak digunakan sesuai secara mandiri
program
 Jelaskan akibat putus  Mengetahui berobat

obat dengan berkala

 Jelaskan cara
mendapatkan obat/
berobat
 Jelaskan pengobatan (5
B)
 Latih pasien minum
obat
 Masukkan dalam
jadwal harian pasien
Keluarga mampu Setelah…. SP 1
merawat pasien di pertemuan keluarga  Identifikasi masalah  Mengetahui apa yang
rumah dan mampu keluarga dalam dirasakan keluarga
menjadi sistem menjelaskan merawat pasien seperti kesulitan dalam
pendukung yang tentang halusinasi merawat pasien
efektif untuk  Jelaskan tentang  Meningkatkan
pasien halusinasi pengetahuan keluarga
- Pengertian tentang halusinasi,
halusinasi perawatan terhadap
- Jenis halusinasi klien
yang dialami pasien
- Tanda dan gejala
halusinasi
- Cara merawat
pasien halusinasi
(cara berkomunikasi
pemberian obat dan
pemberian aktivitas
kepada pasien)
- Sumber-sumber
pelayanan
kesehatan yang bisa
dijangkau
- Bermain peran cara
merawat
- Rencana tindak
lanjut keluarga,
jadwal keluarga
untuk merawat
pasien
Setelah… SP 2
pertemuan keluarga  Evaluasi kemampuan  Mengetahui sejauh
mampu : keluarga mana kemampuaan
 Menyelesaikan keluarga dalam
kegiatan yang merawat klien
sudah  Latih keluarga  Mengetahui keluarga
dilakukan merawat pasien apakah ikut serta dalam
 Memperagakan pemulihan pasien
cara merawat
pasien  RTL keluarga atau  Mengidentifikasi
jadwal keluarga untuk perkembangan pasien
merawat
Setelah… SP 3
pertemuan keluarga  Evaluasi kemampuan  Mengetahui sejauh
mampu : keluarga (SP 2) mana kemampuaan
 Menyebutkan keluarga dalam
kegiatan yang merawat klien
sudah  Latih keluarga  Mengetahui keluarga
dilakukan merawat pasien apakah ikut serta dalam
 Memperagakan pemulihan pasien
cara merawat  RTL keluarga atau  Mengidentifikasi
pasien serta jadwal keluarga untuk perkembangan pasien
mampu merawat pasien
membuat RTL
Setelah… SP 4
pertemuan keluarga  Evaluasi kemampuan  Mengetahui sejauh
mampu : keluarga mana kemampuaan
 Menyebutkan  Evaluasi kemampuan keluarga dalam
kegiatan yang pasien merawat klien
sudah  RTL keluarga  Mengidentifikasi
dilakukan - Follow Up kemampuan pasien
 Melaksanakan - Rujukan selama perawatan
Follow Up
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC

Kusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Stuart,G.W, Sundeen,S.J,. 2005. Keperawatan Jiwa, ed-3, jakarta,EGC

Yosep, Iyus. Keperawatan Jiwa .2007. Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai