Anda di halaman 1dari 4

Setelah peneliti melakukan telaah terhadap beberapa penelitian, ada

beberapa yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan.

Penelitian yang pertama yang berhasil peneliti temukan adalah

penelitian yang dilakukan oleh pratiwi, dkk (2017) yang berjudul “PEMBUATAN MEMBRAN SILIKA
DARI FLY ASH BATUBARA UNTUK PENURUNAN

INTENSITAS WARNA DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI SARUNG SAMARINDA” penelitian ini dilakukan
pengolahan

limbah zat warna dari industri sarung Samarinda

dengan proses penurunan intensitas warna

(dekolorisasi) menggunakan membran dengan bahan

dasar silika dari fly ash batubara. Pembuatan

membran dilakukan dengan menggunakan bahan

pendukung yaitu campuran Poly Vinyl Alcohol

(PVA) dan Poly Ethylene Glycol (PEG) agar

terbentuk membran yang baik menggunakan silika,

dalam hal ini dilakukan teknik filtrasi pada membran

dengan menggunakan pori pori dari membran

tersebut. Melalui proses ini pori-pori yang semakin

kecil pada membran mampu menyaring partikel-

partikel warna dari limbah cair industri sarung

samarinda sehingga proses dekolorisasi menjadi lebih

baik.

Hasil penelitian persen (%) penurunan intensitas warna

dari limbah cair industri sarung Samarinda

menggunakan membran silika dari fly ash batubara

diperoleh sebesar 52,68%. Pada membran sebelum

proses penurunan warna memperlihatkan hasil

morfologi yang mana terdapat distribusi pori-pori

yang tidak teratur dan bulatan-bulatan serta kristal-

kristal berbagai bentuk. Pada membran setelah proses

penurunan warna memperlihatkan hasil morfologi

mengalami perubahan distribusi pori-pori yang sudah


tertutupi oleh partikel-partikel baru, sehingga terlihat

perubahan pada membran sebelum dan setelah

penurunan intensitas warna dari limbah cair.

Penelitian yang kedua yang berhasil peneliti temukan adalah penelitian

Dari Nurhayati,C dan Tri Susanto (2015) yang berjudul PEMANFAATAN FLY ASH BATUBARA SEBAGAI
BAHAN MEMBRAN KERAMIK

PADA UNIT PENGOLAH AIR GAMBUT Penelitian ini bertujuan untuk

mengkaji komposisi optimal clay yang

dapat disubtitusi oleh fly ash batubara

serta menentukan suhu pembakaran

optimal pada proses pembuatan

membran keramik. Pengujian kinerja

membran keramik akan menentukan

kemampuan membran keramik untuk

pengolahan air gambut.

Bahan yang digunakan untuk

penelitian ini antara lain fly ash batubara,

clay, bahan kimia untuk uji analisa air

sesuai dengan metode SNI 01-3554-

2006. Hasil penelitian

diharapkan dapat menghasilkan air bersih

yang dipersyaratkan dan teknologi tepat

guna yang murah untuk masyarakat

disekitar daerah rawa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua membran

dapat mengolah air gambut menjadi air bersih sesuai dengan standard persyaratan kualitas air bersih

(Permenkes No 416/MEN/KES/PER/XI/1990), terkecuali untuk kandungan logam besi dan mangan.

Berdasarkan penurunan cemaran air gambut, membran keramik dengan komposisi berat fly ash: clay

(50%:50%) pada suhu pembakaran 900 oC mampu mengolah air gambut secara optimal.

Penelitian yang ketiga yang berhasil peneliti temukan yaitu penelitian


yang dilakukan oleh Slamet dan Karina Kalmapuspita Imas (2017) yang berjudul “PEMANFAATAN
LIMBAH FLY ASH UNTUK PENANGANAN LIMBAH

CAIR AMONIA” Pada penelitian ini, dilakukan

pemanfaatan limbah abu terbang hasil industri

pupuk sebagai adsorben karena kandungan

SiO2 dan Al2O3 dan dimodifikasi menggunakan

TiO2 yang digunakan sebagai regenerator in-situ

pada penanganan limbah cair amonia.

Perbandingan komposisi antara abu dan TiO2 dan pengaruh pH dilakukan untuk mengetahui

kondisi operasi optimum untuk degradasi

amonia. Karakterisasi SEM-EDX juga dilakukan

untuk mengetahui morfologi komposit yang

dibuat.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa abu terbang dapat dimanfaatkan untuk mendegradasi

amonia cair di lingkungan dengan bantuan fotokatalis TiO2. Pada penelitian ini juga dibahas kinetika
reaksi

degradasi amonia yang mengikuti model kinetika Langmuir-Hinshelwood.

Fotokatalis abu terbang/TiO2 yang berasal

dari TiO2 P25, abu terbang, dan surfaktan

Hexadecyltrimethylamonium Bromide (HTAB)

berhasil disintesis, dengan perbandingan massa

optimum antara abu terbang: TiO2 adalah 2:1

(w/w). Modifikasi abu terbang dengan

penambahan TiO2 dapat mengeliminasi amonia

79% dalam 3 jam. Abu terbang dengan

penambahan TiO2 dapat dimanfaatkan untuk

mengatasi pencemaran limbah cair amonia pada

lingkungan.

pH optimum untuk menyisihkan amonia

menggunakan komposit abu terbang/TiO2 adalah pada pH 11. Kinetika reaksi degradasi

amonia menggunakan komposit abu terbang/

TiO2 mengikuti kinetika Langmuir-Hinshelwood


dengan nilai konstanta laju reaksi (k) sebesar

9.921 ppm/(g katalis, menit) dan nilai konstanta

kesetimbangan adsorpsi (Ka) sebesar

0,0021 ppm-1

. Komposit abu terbang/TiO2 dapat

mendegradasi amonia hingga batas baku mutu

(1 ppm) selama 6 jam sampai 7 jam untuk

konsentrasi awal limbah sebesar 500 ppm

hingga 1000 ppm.

Beberapa penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang

peneliti lakukan yaitu mengenai tema yang diteliti, sama-sama meneliti

tentang abu terbang (fly ash)

Beberapa penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu
mengenai tema yang diteliti, sama-sama meneliti tentang abu terbang (fly ash). Sedangkan
perbedaannya yaitu mengenai Aplikasi yang diteliti. Penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu untuk
menurunkan kadar amonia dalam limbah cair rumah sakit

berbeda dengan ketiga penelitian di atas. Dengan demikian, meskipun di atas telah disebutkan
adanya penelitian dengan tema yang serupa dengan penelitian yang peneliti lakukan, akan tetapi
mengingat pengaplikasiannya yang berbeda, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pemanfaatan kandungan silika dalam abu terbang (fly
ash) sebagai membran keramik untuk menurunkan kadar amonia dalam limbah cair rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai