Anda di halaman 1dari 42

REVISI 2

RENCANA AKSI KEGIATAN


KANTOR KESEHATAN PELABUHAN SAMARINDA
TAHUN 2015-2019

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
Kantor Kesehatan Pelabuhan Samarinda
2017
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa diucapkan ke hadirat Allah SWT, atas segala


rahmat dan lindungan-Nya dokumen rencana aksi kegiatan Kantor Kesehatan Pelabuhan
Samarinda Tahun 2015-2019 dapat diselesaikan. Dokumen rencana aksi kegiatan ini
disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan KKP kelas Samarinda tahun 2010-2014.
Tujuan dari penyusunan dokumen rencana aksi kegiatan ini adalah agar dapat
digunakan sebagai acuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian upaya KKP
Samarinda dalam kurun waktu lima tahun sehingga hasil pencapaiannya dapat diukur
dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan kinerja tahunan KKP Samarinda.
Ucapan terima kasih kepada seluruh pemegang program terkait dan pihak-pihak
yang telah terlibat dalam penyusunan rencana aksi kegiatan ini. Penyusun menyadari
dokumen rencana aksi kegiatan ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu
masukan saran dan kritik kami perlukan untuk tindak lanjut dan perbaikan pelaksanaan
kegiatan serta peningkatan kinerja dan penyusunan rencana aksi kegiatan yang akan
datang menjadi lebih baik lagi.

Samarinda, 11 Desember 2017


Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas II Samarinda

H. Sabilal Rasyad, S.K.M., M.Kes.


NIP. 96512101989031003
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................... i


Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi .................................................................................................................. iii
Daftar Tabel ............................................................................................................. iv
Daftar Grafik ............................................................................................................ v
Daftar Lampiran ....................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Dasar Hukum................................................................................................ 4
C. Tujuan .......................................................................................................... 5
D. Kondisi Umum .............................................................................................. 6
E. Potensi dan Permasalahan ........................................................................... 13
F. Lingkungan Strategis .................................................................................... 16
BAB II VISI, MISI, NILAI-NILAI, MAKLUMAT, SASARAN STRATEGIS................... 19
A. Visi ............................................................................................................... 19
B. Misi ............................................................................................................... 19
C. Nilai-Nilai ...................................................................................................... 19
D. Maklumat ...................................................................................................... 20
E. Sasaran Strategis ......................................................................................... 20
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, INDIKATOR PENCAPAIAN
KEGIATAN............................................................................................................... 23
A. Arah Kebijakan ............................................................................................. 22
B. Strategi ......................................................................................................... 23
C. Indikator Pencapaian Kegiatan ..................................................................... 27
BAB IV Penutup ...................................................................................................... 28
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pemberian Vaksin Meningitis KKP Samarinda Tahun 2014 ................... 9

Tabel 2.2 Pemberian Vaksin Yellow Fever KKP Samarinda Tahun 2014 .............. 10

Tabel 2.3 Distribusi Hasil Pengamatan Survei Jentik Di Wilayah Perimeter KKP
Samarinda Tahun 2014 ......................................................................... 11

Tabel 2.4 Distribusi Hasil Pengamatan Survei Jentik Di Wilayah Buffer KKP
Samarinda Tahun 2014 ......................................................................... 12
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Pengamatan Kapal di KKP Samarinda Tahun 2014........................................... 6


Grafik 2. Pengamatan Penumpang Pesawat Tahun 2014 ............................................ 7
Grafik 3. Kunjungan Poliklinik KKP Samarinda Tahun 2014 ......................................... 8
Grafik 4. Penyakit Di Poliklinik KKP Samarinda Tahun 2014 ......................................... 8
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Aksi Kegiatan KKP Samarinda 2010-2015


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional
yang secara berkelanjutan dilaksanakan menuju masyarakat yang sehat, mandiri dan
berkeadilan, mengingat pembangunan kesehatan pada dasarnya adalah investasi
perwujudan sumber daya manusia yang memiliki ketahanan jiwa dan raga yang optimal
sebagai modal dasar menuju masyarakat adil dan makmur sesuai dengan cita-cita
bangsa.
Sejalan dengan era dan pentahapan pembangunan serta dinamika situasi kondisi
lingkungan strategis, maka upaya dan program-program serta kegiatan pembangunan
bidang kesehatan senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan
kependudukan, epidemiologi, ilmu pengetahuan dan teknologi, gaya hidup serta kondisi
lingkungan hidupnya. Arah pembangunan kesehatan juga semakin didorong untuk
mampu mendukung upaya pernguatan ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan
bahkan kehidupan politik yang sangat dinamis, mengingat kesehatan merupakan salah
satu hak azasi manusia yang dijamin dalam peraturan perundangan maupun konvensi
internasional. Untuk itu berbagai program telah dikembangkan dalam rangka pencapaian
tujuan dan sasaran pembangunan secara bertahap, baik dalam jangka pendek,
menengah maupun jangka panjang.
Saat ini Pembangunan Kesehatan Nasional adalah suatu upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan
berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan sumber daya yang ada serta
dengan memperhatikan tantangan global maupun spesifik lokal. Untuk mendukung
terwujudnya upaya yang berkesinambungan tersebut harus mengacu pada Perencanaan
Pembangunan Nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 25
Tahun 2004.Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri atas perencanaan
pembangunan yang disusun secara terpadu oleh Kementerian/Lembaga. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa perencanaan pembangunan nasional menghasilkan RPJM dan
rencana pembangunan tahunan.
Upaya pembangunan kesehatan Tahun 2015-2019 diarahkan untuk meningkatkan
status kesehatan masyarakat dan meningkatkan daya tanggap (responsiveness) dan
perlindungan masyarakat terhadap risiko social dan finansial di bidang kesehatan.

1
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan
tersebut, Kementerian Kesehatan RI telah menyusun Renstra Kementerian Kesehatan
Tahun 2015-2019 berdasarkan arah kebijakan dan strategi nasional sebagaimana
tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019.
Renstra Kementerian Kesehatan merupakan dokumen perencanaan yang bersifat
indikatif yang memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan
dilaksanakan langsung oleh Kementerian Kesehatan maupun dengan mendorong peran
aktif masyarakat untuk kurun waktu 2015-2019, maka dalam pelaksanaannya perlu
dijabarkan lebih lanjut ke dalam suatu Rencana Aksi Program (RAP) pada unit organisasi
Eselon I dan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) pada unit organisasi setingkat eselon II
sesuai dengan tugas Pokok dan fungsinya.
Sesuai Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang mengacu pada
perubahan struktur organisasi Kementerian Kesehatan yang memberikan penekanan
pada pencapaian sasaran Prioritas Nasional, Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota, dan Millenium Development Goals (MDGs). Disamping
itu, didalam MDGs (Millenium Development Goals) bahwa meningkatnya pembangunan
kesehatan masyarakat merupakan tujuan utama global yang wajib diwujudkan setiap
anggota WHO. Pembangunan kesehatan di wilayah Pelabuhan merupakan bagian dari
pembangunan kesehatan nasional.
Sejalan dengan Revisi International Health Regulation (IHR) tahun 2005 yang telah
diratifikasi dan diberlakukan 15 Juni Tahun 2007 oleh Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan perhatian khusus terhadap Public Health Emergency Of International
Concern (PHIEC)atau masalah kedaruratan kesehatan masyarakat yang menjadi
perhatian global memberikan perhatian khusus untuk wilayah pelabuhan dengan
menetapkan Persyaratan Kapasitas Inti Bagi Bandara, Pelabuhan Dan Perlintasan
Darat agar setiap saat:
1. Menyediakan akses pada :
a. Pelayanan kesehatan yang memadai termasuk fasilitas diagnostic dilokasi yang
dekat sehingga memungkinkan penilaian cepat dan perawatan bagi pelaku
perjalanan yang sakit dan
b. Staf, peralatan dan lingkungan kerja yang memadai.
2. Menyediakan akses terhadap peralatan dan personel untuk pengiriman pelaku
perjalanan yang sakit ke fasilitas kesehatan yang memadai.
3. Menyediakan personel yang terlatih untuk pemeriksaan alat angkut.

2
4. Menjamin lingkungan yang aman bagi para pelaku perjalanan yang menggunakan
fasilitas yang ada di pintu masuk, termasuk pengadaan air minum, tempat makanan,
fasilitas catering pesawat udara, Toilet umum, fasilitas pembuangan sampah cair dan
padat yang memadai, dan area berpotensi risiko lainnya, dengan melaksanakan
pemeriksaan secara berkala dan
5. Sejauh dapat dilakukan menyediakan personil terlatih dan program pengendalian
vektor dan reservoir didalam dan di sekitar pintu masuk.

Selanjutnya IHR 2005 mempersyaratkan agar pelabuhan, bandara dan


perlintasan darat dapat merespons kejadian yang dapat menimbulkan PHEIC
dengan kapasitasnya:
1. Menyediakan respon emergensi kesehatan masyarakat yang memadai dengan
menetapkan dan memantapkan rencana kontingensi emergensi kesehatan
masyarakat, termasuk penunjukan koordinator dan contact-point yang berhubungan
dengan pintu masuk, layanan kesehatan masyarakat dan layanan agen lainnya;
2. Melakukan penilaian dan perawatan bagi pelaku perjalanan atau hewan yang
terjangkit oleh pengaturan yang tepat pada fasilitas medis dan kesehatan hewan
setempat dalam pengisolasian, pengobatan dan layanan pendukung lainnya yang
diperlukan;
3. Menyediakan ruangan yang memadai, dan dipisahkan dari pelaku perjalanan lain,
untuk mewawancarai orang yang terjangkit atau tersangka;
4. Menyediakan sarana diagnosis dan bila perlu, karantina terhadap pelaku perjalanan
yang diduga, lebih baik bila di sarana kesehatan yang jauh dari pintu masuk;
5. Menerapkan tindakan yang direkomendasikan bila perlu untuk hapus serangga,
hapus tikus, hapus hama, dekontaminasi atau penanganan bagasi, kargo, peti
kemas, alat angkut, barang dan paket pos, di lokasi khusus yang ditunjuk dan
dilengkapi untuk keperluan ini.
6. Menerapkan pengawasan masuk dan keluarnya pelaku perjalanan dan
7. Menyediakan akses berupa peralatan yang dirancang khusus dan personel terlatih
dengan alat pelindung diri yang memadai, dalam merujuk pelaku perjalanan yang
membawa atau terkontaminasi penyakit menular.

Kepmenkes Nomor 356 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan, menetapkan bahwa Kantor Kesehatan Pelabuhan yang
selanjutnya disebut KKP adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian
Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dengan tugas melaksanakan
pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans

3
epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan
kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit baru dan
penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan
radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
Saat ini pelabuhan tidak hanya berfungsi sebagai pintu keluar masuknya barang,
jasa dan manusia, akan tetapi sudah berkembang lebih jauh menjadi sentra-sentra
industri yang menyerap banyak tenaga kerja, pusat perdagangan, tempat wisata yang
mampu mendatangkan turis baik domestik maupun luar negeri.
Pelabuhan Samarinda yang merupakan pelabuhan memilki aktivitas yang tinggi
akan pergerakkan alat angkut, muatan maupun orang. Tingginya mobilitas ini, dapat
menyebabkan kemungkinan penyebaran penyakit antar satu daerah ke daerah yang lain
juga semakin meningkat.
Penyusunan rencana dan kegiatan satuan kerja KKP Samarinda Tahun 2015
sebelumnya disusun berdasarkan Renstra 2010-2014 dan Permenkes Nomor 265
Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan maka
terdiri 3 (tiga) program yakni:
1. Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik,
2. Program Lingkungan Sehat dan
3. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit.
Seiring ditetapkan dan diterbitkan Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019,
Permenkes Nomor 356 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan
Pelabuhan serta tetap sejalan dengan International Health Regulation (IHR) Tahun 2005,
maka dalam penyusunan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) dan Rencana Aksi Program
(RAP) mulai Tahun 2011 mengacu pada satu program yakni program pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan dengan salah satu indikator yakni terkendalinya
seluruh kondisi potensial untuk cegah tangkal penyakit di pelabuhan, Bandara udara dan
pos lintas batas.
Penyusunan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) tahun 2015-2019 KKP Samarinda ini
diharapkan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan upaya pelayanan kesehatan
yang berkesinambungan dalam hal pelaksanaan kegiatan pengendalian seluruh kondisi
potensial untuk cegah tangkal penyakit di wilayah kerja pelabuhan dan bandara di
Provinsi Kalimantan Timur. Disamping itu juga, diharapkan penyusunan dan pelaksanaan
kegiatan/ anggaran KKP Samarinda dapat dilaksanakan secara tertib, taat pada
peraturan perundangan, berdayaguna, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan.

4
B. Dasar Hukum
1. UU 1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut
2. UU 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
3. UU 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
4. UU 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
5. PP 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
6. Keputusan Presiden No 15 Tahun 1983 tentang Kebijakan Pengembangan
Kepariwisataan
7. Inpres No. 4 Tahun 1985 tentang Kebijaksanaan Kelancaran Arus Barang untuk
Menunjang Kegiatan Ekonomi
8. PP 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi
9. Kepmenkes 1144 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan
10. Kepmenkes 264 Tahun 2004 tentang Kriteria Klasifikasi Kantor Kesehatan
Pelabuhan
11. Kepmenkes 356 Tahun 2008 tentang Organisasi & Tata Kerja Kantor Kesehatan
Pelabuhan Jo Permenkes Nomor 2348 Tahun 2011tentang Organisasi & Tata Kerja
Kantor Kesehatan Pelabuhan
12. Kepmenkes 949 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa
13. Kepmenkes 1116 Tahun 2003 tentang Pedoman penyelenggaraan Sistem
Survailans Epidemiologi Kesehatan
14. Kepmenkes 1479 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Survailans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu
15. Permenkes 560 Tahun 1989 tentang Jenis Penyakit Tertentu Yang Dapat
Menimbulkan Wabah
16. Kepmenkes 340 Tahun 1985 tentang Pembantuan Taktis Operasional Satuan
Organisasi Ditjen PPM & PLP Dalam Lingkungan Kerja Pelabuhan Laut Utama
Keppel ADPEL
17. Kep. Dirjen PPM & PLP 351 Tahun 1995 tentang Pencatatan dan Laporan Kantor
Kesehatan Pelabuhan
18. Kep. Dirjen PPM & PL No. 451 Tahun 1991 tentang Pedoman Penyelidikan
Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
19. IHR Tahun 2005

5
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit di pintu masuk Negara.
2. Tujuan Khusus
a. Peningkatan kinerja dan kemampuan Surveilans Epidemiologi, kekarantinaan
dan penanggulangan KLB.
b. Peningkatan kinerja dan kemampuan dalam upaya kesehatan pelabuhan
melalui penurunan angka kesakitan, kematian dan risiko kecacatan akibat
penyakit menular, tidak menular dan PHEIC.
c. Peningkatan kinerja dan kemampuan dalam Pengendalian Risiko Lingkungan
d. Peningkatan kinerja dan kemampuan dalam pelayanan dukungan manajeman,
administrasi, sarana dan prasarana.

D. Kondisi Umum
Gambaran kondisi umum pembangunan kesehatan di wilayah Pelabuhan dan
Bandara Provinsi Kalimantan Timurdidapatkan dari hasil evaluasi selama kurun waktu
2010-2014.KKP Samarinda pada akhir tahun 2005 mempunyai 5 wilayah kerja yang
tersebar di 3 Kab./Kota (Kab Kutai Timur: Wilker Sangkulirang, Wilker Sanggata ; Kota
Bontang: Wilker Lhok Tuan dan Wilker Tanjung Laut; Kota Samarinda: Wilker Bandara
Temindung) serta Pelabuhan Samarinda yang bergabung dengan Kantor Induk. Hal ini
terjadi karena ada beberapa perubahan sehubungan dengan adanya perubahan dari
KeMenKes 265/Men.Kes/SK/III/2004 Menjadi KepMenkes No.356/Men.Kes/SK/IIII/2008.
Dalam rangka melaksanakan salah satu fungsi pengendalian faktor risiko kesehatan
di wilayah kerja bandara maupun pelabuhan, maka KKP Samarinda melakukan
pemeriksaan terhadap alat angkut yang memasuki wilayah KKP Samarinda. Salah satu
dokumen alat angkut yang dilakukan pemeriksaan adalah kapal. Jumlah kapal yang
memasuki wilayah kerja KKP Samarinda selama tahun 2014 sebanyak 26.375 kapal.

6
Grafik 1.1. Pengamatan Kapal di Kantor Kesehatan Pelabuhan Samarinda
berdasarkan Volume Tahun 2014

6000 5477
4797
5000
3825 3829
4000

3000 2627
2217 2063
2000 1260
1000
121 66 93
0
< 100 >100 > 200 > 350 > 1000 > 2000 > 3500 > 7000 > > >
s/d 200 s/d 350 s/d s/d s/d s/d s/d 10.000 15.000 20.000
1000 2000 3500 7000 10.000 s/d s/d
15.000 20.000

JUMLAH KAPAL SELAMA TAHUN 2014 BERDASARKAN VOLUME

Sumber : Data Primer KKP Samarinda, 2014

Berdasarkan grafik tersebut di atas diketahui bahwa jumlah kapal yang diberikan
izin berlayar dari KKP Samarinda paling banyak kapal dengan GT >100 s.d 200 GT
sebanyak 5.477 kapal san kapal yang paling sedikit adalah kapal dengan volume > 10.000
GT s.d 15.000 GT sebanyak 66 kapal.

Bandara Temindung hanya melayani penerbangan perintis dari dan ke pedalaman


Kalimantan Timur, namun petugas Wilker Temindung tetap melaksanakan kegiatan
seperti halnya bandara besar, seperti pengamatan pesawat, penumpang, maupun barang
yang keluar masuk bandara. KKP Samarinda memiliki 3 wilayah bandara yang menjadi
titik pengamatan yaitu Bandara Temindung, Bandara khusus PT. Chevron Tanjung Santan
dan Bandara Khusus PT. KPC Sangatta. Jumlah penumpang yang diamati selama tahun
2014 dapat dilihat pada grafik berikut ini.

7
Grafik 1.2. Pengamatan Penumpang Pesawat Tahun 2014

58115
60000
51855

50000

40000
Turun
30000 Naik
Sakit
20000 12116
11545

10000
103 482 461 2 0
0
Temindung Tj. Santan Sangatta

Sumber : Data Primer KKP Samarinda, 2014

Berdasarkan grafik tersebut di atas diketahui bahwa jumlah seluruh penumpang


yang diamati di Bandara Temindung sebanyak 110.073 penumpang yang terdiri dari
penumpang turun sebanyak 58115 orang, penumpang naik sebanyak 51.855 orang dan
penumpang sakit sebanyak 103 orang. Sedangkan di Bandara khusus Tj. Santan,
penumpang yang diamati sebanyak 945 penumpang dengan penumpang turun sebanyak
482 orang penumpang, naik sebanyak 461 orang dan sakit sebanyak 2 orang. Sedangkan
bandara Khusus PT.KPC dari seluruh penumpang yang dilakukan pengawasan, tidak ada
penumpang yang sakit.
Pada awal tahun 2009 klinik di wilker Sangkulirang aktif seiring dengan adanya
tenaga perawat dan dengan diterimanya dokter PTT di wilker Sangatta dan Tanjung Laut
pada tahun 2010 maka kunjungan pasien semakin meningkat. Jumlah kunjungan di
poliklinik KKP Samarinda baik di kantor induk maupun di kantor Wilker selama tahun 2014
sebanyak 12.766 pasien. 2 wilker yang belum melayani kunjungan poliklinik yaitu wilker
Sangkulirang dan wilker Tj. Santan. Berikut gambaran kunjungan poliklinik KKP
Samarinda.

8
Grafik 1.3. Kunjungan Poliklinik Kantor Kesehatan Pelabuhan Samarinda
Tahun 2014

1600
Januari
1400
Februari
1200 Maret
1000 April
Mei
800
Juni
600
Juli
400
Agustus
200 September

0 Oktober
Kantor Induk Wilker Wilker Tj. Laut Wilker Lhok Wilker November
Temindung Tuan Sangatta

Sumber : Data Primer KKP Samarinda, 2014

Berdasarkan grafik tersebut di atas diketahui bahwa jumlah kunjungan poliklinik


paling banyak di kantor induk. Kunjungan poliklinik meliputi kunjungan pasien berobat,
kunjungan jamaah umroh, kunjungan pasien pembuatan Keur. Sedangkan jenis penyakit
yang diderita oleh pasien yang berobat ke poliklinik KKP Samarinda dapat dilihat secara
rinci pada grafik berikut ini.
Grafik 1.4. Penyakit Di Poliklinik Kantor Kesehatan Pelabuhan Samarinda
Tahun 2014

195
189

82 95
57 51
39 36 43
28 24 14 20 24 16 11 21
9 33 12 6 6 4 5 11 5 6 4 5 5 9 7 5 7 4 4

Sumber : Data Primer KKP Samarinda, 2014

9
Pada program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, penyakit infeksi
menular masih tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang menonjol terutama
HIV/AIDS dan DBD serta penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dalam hal ini
Difteri. Penanggulangan penyakit HIV/AIDS sudah mengalami peningkatan namun masih
perlu mendapat perhatian dalam peningkatan pengendaliannya untuk masa yang akan
datang. Penemuan kasus HIV/AIDS dilakukan dengan melakukan Voluntary and
Counsuling Test (VCT). Setiap 3 sampai 6 bulan sekali bekerjasama dengan tim VCT KPA
Propinsi, KPA Kota Samarinda kita menyeleksi wanita pekerja seks komersial yang
khususnya bekerja di laut/kapal-kapal asing. Dengan memberikan bekal kartu registrasi
KKP Samarinda mencoba melakukan surveilans sentinel pada PSK laut. 33 PSK
dilakukan VCT pada tahun 2014. Meningkatnya jumlah yang dilakukan VCT lebih
dikarenakan semakin terbukanya informasi pada masyarakat terhadap penyakit ini.
Kewaspadaan dini terhadap penyakit menular di pintu masuk Provinsi Kalimantan
Timur juga telah dilakukan dengan melakukan pengawasan terhadap jamaah haji dan
umroh dalam rangka antisipasi terhadap penyakit Mers-Cov dari Saudi Arabiah.

Tabel 1.1. Pemberian Vaksinasi Meningitis KKP Samarinda Tahun 2014

BULAN
No Poliklinik TOTAL
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

1 Induk 1306 1202 1260 925 678 355 46 199 561 811 1180 1294 9817
2 Tanjung Laut 0 45 72 63 79 51 13 14 63 115 141 69 725
3 Lhok Tuan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Sangatta 0 44 34 59 45 5 1 2 11 17 74 164 456
5 Temindung 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 24 25
6 Tanjung Santan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Sangkulirang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TOTAL 1306 1291 1367 1047 802 411 60 215 635 943 1395 1551 11023
Sumber : Data Primer KKP Samarinda, 2014

Berdasarkan tabel tersebut di atas diketahui bahwa jumlah vaksinasi meningitis KKP
Kelas II Samarinda sebanyak 11.023. terbanyak di kantor induk (9.817) diikuti oleh wilayah
kerja Tanjung Laut (725), wilayah kerja Sangatta (456) dan wilayah kerja Bandar Udara
Temindung (25). Sedangkan pada wilayah kerja Lhok Tuan, Tanjung Santan dan
Sangkulirang tidak ada kegiatan vaksinasi meningitis.
Sejak bulan Februari vaksinasi meningitis mulai didistribusikan dan dilaksanakan di
wilayah kerja khususnya wilayah kerja Tanjung Laut (Bontang), Sangatta (Kutai Timur)
dan bandar udara Temindung (Samarinda).

10
Tabel 1.2. Pemberian Vaksinasi Yellow Fever KKP Samarinda Tahun 2014

Bulan
No Poliklinik Total
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1 Induk 1 2 2 10 1 0 5 17 3 0 11 0 52
2 Tanjung Laut 5 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6 0 12
3 Lhok Tuan 0 0 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 4
4 Sangatta 1 2 1 9 0 0 0 0 0 0 0 0 13
5 Temindung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Tanjung Santan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Sangkulirang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TOTAL 7 4 4 22 2 0 5 17 3 0 17 0 81
Sumber : Data primer poliklinik KKP Samarinda dan Wilker

Dari data di atas terlihat bahwa vaksinasi yellow fever di KKP Samarinda sebanyak
81. Terbanyak dilakukan di Kantor Induk (52) diikuti oleh wilayah kerja Sangatta (13),
Tanjung Laut (12) dan Lhok tuan (4).
Untuk Program Penyehatan Lingkungan, jumlah seluruh Tempat Tempat Umum
(TTU) yang diperiksa sebanyak 327 TTU dengn hasil 100% memenuhi syarat sehat.
Sedangkan pengawasan terhadap Tempat Pengolahan Makanan (TPM) dilakukan pada
565 TPM baik di kantor induk maupun wilker yang berada di sekitar pelabuhan dan
bandara. Hasil dari pemeriksaan TPM, 100% TPM yang diperiksa memenuhi syarat
kesehatan.
Kota Samarinda merupakan salah satu daerah endemis DBD. Untuk itu perlu
perhatian pada upaya pencegahan yang dapat diupayakan sendiri oleh masyarakat
dengan penerapan 3M (menguras, menutup, mengubur) dan juga didorong oleh upaya
promotif. Untuk kewaspadaan dini terhadap timbulnya penyakit demam berdarah di
lingkungan bandara dan pelabuhan, Kantor Kesehatan Pelabuhan melakukan kegiatan
penemuan kasus secara aktif di masyarakat sekitar merupakan bagian dari kegiatan home
visit. Selain itu, perhatian juga perlu diberikan pada penyelenggaraan sistem surveilans
dan kewaspadaan dini yang membutuhkan kerjasama seluruh pihak, baik pada saat
pengumpulan, pengolahan maupun desiminasi informasi serta tindak lanjutnya. Selain itu,
KKP Samarinda juga melakukan pelatihan kader Jumantik. Berikut ini hasil pengamatan
survei jentik di wilayah KKP Samarinda.

11
Tabel 1.3. Distribusi Hasil Pengamatan Survei Jentik Di Wilayah Perimeter
Kantor Kesehatan Pelabuhan Samarinda Tahun 2014

Rumah Indeks Jentik


∑ ∑ Cont
No Bulan (+)
Rumah cont positif
jentik CI HI BI

1 Januari 8 1 19 1 5.26 12.5 12.5

2 Pebruari 8 1 19 1 5.2632 12.5 12.5

3 Maret 8 0 19 0 0 0 0

4 April 8 0 19 0 0 0 0

5 Mei 8 1 19 1 5.2632 12.5 12.5

6 Juni 8 0 19 0 0 0 0

7 Juli 8 2 17 2 11.765 25 25

8 Agustus 8 1 18 1 5.5556 12.5 12.5

9 September 8 0 19 0 0 0 0

10 Oktober 8 1 19 1 5.2632 12.5 12.5

11 Nopember 8 1 18 1 5.5556 12.5 12.5

12 Desember 8 0 19 0 0 0 0

Total 96 22 224 8

Sumber : Data Primer KKP Samarinda, 2014.

Berdasarkan tabel di atas diketahui jumlah rumah di daerah Perimeter sebanyak 8


bangunan yang terdiri perkantoran Syahbandar, KPLP, Komura, Terminal ASDP, Kantor
KP3, CV Teluk Sandaran, Terminal Penumpang Pelabuhan Samarinda dan Kantor
Karantina Pertanian dengan jumlah kontainer yang diperiksa selama tahun 2014
sebanyak 224 buah. Dari hasil kegiatan survei jentik Aedes aegypti pada tahun 2014 di
wilayah Buffer telah dilakukan sebanyak 12 (dua belas) kali kegiatan survei jentik dengan
hasil perhitungan indeks Aedes aegypti, HI tertinggi pada bulan Januari 19,6. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai HI (house index) di daerah Buffer masih belum memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan dimana daerah Buffer tidak boleh lebih dari 1%
sehingga bisa dikatakan bahwa daerah pelabuhan Samarinda masih berisiko untuk
penularan penyakit yang dapat ditularkan oleh vektor nyamuk. Masih tingginya angka
House index di daerah Buffer dikarenakan masih terdapatnya rumah-rumah penduduk
yang positif jentik, dimana dari hasil survei jentik yang dilakukan jentik nyamuk masih
banyak ditemukan di kontainer yang terletak di luar rumah yang merupakan tampungan
air hujan. Ini karenakan masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam gerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) terutama dengan kegiatan 3M yakni menutup
tempat penampungan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk selain dari
menguras dan mengubur. Hal ini ditindaklanjuti dengan abatisasi dan pelaksanaan
pemberantasan nyamuk dewasa dengan fogging pengasapan fokus.

12
Kegiatan ini mampu menurunkan angka tersebut. sedangkan persyaratan untuk
daerah Perimeter seharusnya adalah HI= 0 (tidak boleh ada nyamuk baik stadium dewasa
ataupan larva di daerah Perimeter). Sedangkan hasil pemeriksaan jentik di Buffer area
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1.4. Distribusi Hasil Pengamatan Survei Jentik Di Wilayah Buffer
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II samarindaTahun 2014
Inde ks Je ntik
∑ Ruma h ∑ Cont
No Bula n
Ruma h (+) je ntik cont positif
CI HI BI

1 Januari 367 72 838 135 16.1 19.6 36.8

2 Pebruari 367 47 797 71 8.9 12.8 19.3

3 Maret 369 35 753 63 8.4 9.5 17.1

4 April 358 36 802 49 6.1 10.1 13.7

5 Mei 330 33 892 46 5.2 10.0 13.9

6 Juni 354 26 1,055 54 5.1 7.3 15.3

7 Juli 360 43 934 58 6.2 11.9 16.1

8 Agustus 333 41 1,013 62 6.1 12.3 18.6

9 September 332 42 984 52 5.3 12.7 15.7

10 Oktober 358 39 1,019 46 4.5 10.9 12.8

11 Nopember 359 45 1,021 57 5.6 12.5 15.9

12 Desember 358 39 1,019 46 4.5 10.9 12.8

Tota l 4245 498 11127 739

Sumber : Data Primer KKP Samarinda, 2014.

Berdasarkan tabel di atas, hasil kegiatan survei jentik Aedes aegypti pada tahun
2014 di wilayah Buffer telah dilakukan sebanyak 12 (dua belas) kali kegiatan survei jentik
dengan hasil perhitungan indeks Aedes aegypti (HI) tertinggi pada bulan Januari 19,6.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai HI (house index) di daerah Buffer masih belum memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan dimana daerah Buffer tidak boleh lebih dari 1%
sehingga bisa dikatakan bahwa daerah pelabuhan Samarinda masih berisiko untuk
penularan penyakit yang dapat ditularkan oleh vektor nyamuk. Masih tingginya angka
House index di daerah Buffer dikarenakan masih terdapatnya rumah-rumah penduduk
yang positif jentik, dimana dari hasil survei jentik yang dilakukan jentik nyamuk masih
banyak ditemukan di kontainer yang terletak di luar rumah yang merupakan tampungan
air hujan. Ini karenakan masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam gerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) terutama dengan kegiatan 3M yakni menutup
tempat penampungan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk selain dari
menguras dan mengubur. Hal ini ditindaklanjuti dengan abatisasi dan pelaksanaan
pemberantasan nyamuk dewasa dengan fogging pengasapan fokus. Kegiatan ini mampu
menurunkan angka tersebut.

13
Pengamatan tanda-tanda kehidupan vektor dilakukan pada kapal baik dari dalam
maupun luar negeri, dengan sasaran pengawasan yaitu bagian/ ruangan yang ada di
dalam kapal yang memungkinkan untuk berkembang biaknya suatu vektor penyakit
seperti kecoa dan tikus. Untuk pengawasan tanda-tanda kehidupan vektor pada alat
angkut dilakukan pada setiap kapal yang datang dari luar negeri dan kapal yang akan
diterbitkan dokumen bebas tindakan penyehatan (SSCEC) atau akan dilakukan tindakan
penyehatan (SSCC) alat angkut.
Sistem informasi kesehatan relatif belum optimal, data dan informasi untuk
evidence planning tidak tersedia tepat waktu dan belum dimanfaatkan secara optimal
terutama untuk menyusun perencanaan. Untuk itu diharapkan pada masa yang akan
datang agar meningkatkan mutu dan validitas data agar dapat dimanfaatkan secara
optimal baik untuk perencanaan yang akan datang maupun untuk pengambilan
keputusan.
Sumber Daya Manusia Kesehatan di KKP Samarinda masih kurang. Target di setiap
wilayah kerja KKP Samarinda mempunyai tenaga Dokter, namun dari 5 wilker, 50% nya
belum mempunyai dokter. Di wilker KKP Samarinda tiap wilker memiliki tenaga
sanitarian/perawat dan SKM, serta dokter pada wilker Sanggata dan wilker Tanjung Laut
Bontang. Namun sesuai standar ketenagaan di wilker, KKP Samarinda masih masih
dibutuhkan tenaga dokter, perawat, kesling dan tenaga non kesehatan lainnya.
Program Kebijakan dan Manajemen perlu terus dikembangkan dan
lebihdifokuskan, utamanya untuk mencapai efektifitas dan efisiensipenyelenggaraan
pembangunan kesehatan melalui penguatan manajerialdan sinkronisasi perencanaan
kebijakan, program dan anggaran.
Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas serta
ProgramPenyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan perlu ditingkatkan
agar pengelolaan program Kementerian Kesehatan dapat terselenggara secara efektif,
efisien, dan akuntabel. Meneruskan hasil pengawasan yang tidak ditindaklanjuti sesuai
peraturan perundangundanganyang berlaku dan melakukan kerjasama dengan aparat
pengawasan intern pemerintah lainnya untuk pelaksanaan tindak lanjut hasil
pengawasan. Keberhasilan pengawasan penganggaran telah mencapai predikat Wajar
Dengan Pengecualian (WDP), diharapkan ke depan akan meningkat kualitasnya menjadi
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Keberhasilan melaksanakan pembangunan
kesehatan juga dapat digambarkan dengan capaian indikator program-program.
Keberhasilan pembangunan kesehatan dapat ditunjukkan dengan tercapainya
indikator sasaran, namun saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk lebih
memberikan penajaman dan kesinambungan program-program yang dilaksanakan untuk
periode berikutnya.

14
E. POTENSI DAN PERMASALAHAN
Sumber Daya Manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu
organisasi dalam mencapai tujuannya, oleh karena itu dukungan SDM merupakan faktor
kekuatan bagi KKP. SDM yang diperlukan tidak hanya yang memiliki kemampuan
manajerial yang baik, namun penting juga didukung oleh sumber daya teknis yang handal
di dalam penyusunan program maupun dalam pelaksanaan tugas di lapangan.
Sumber Daya Manusia Kantor Kesehatan Pelabuhan Samarinda terdiri dari dokter
umum, perawat, bidan, kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, dan lain-lain yang
terbagi dari beberapa fungsional diantaranya fungsional umum, fungsional epidemiologis,
fungsional sanitarian dan fungsional entomologi.
Di dalam melaksanakan analisis kebutuhan SDM diperlukan pertimbangan
background pendidikan yang diperlukan, kemudian didukung seleksi penerimaan SDM
dari pusat yang lebih selektif sesuai dengan analisis kebutuhan yang disusulkan KKP
Samarinda. Hal tersebut merupakan faktor pendukung terpenuhinya SDM yang cukup
memadai. Pengembangan selanjutnya diperlukan program peningkatan dan
pengembangan kapasitas SDM baik berupa pendidikan lanjutan formal, diklat-diklat teknis
program, dan lain-lain yang sangat diperlukan sesuai dengan perkembangan kebutuhan
yang diperlukan.
Sarana yang tersedia di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Samarinda sebagai
kekuatan dalam melaksanakan tugasnya, merupakan penunjang dalam melaksanakan
tugas dalam rangka mencapai visi dan misinya.
Gedung yang dipakai oleh kantor induk di Samarinda digunakan untuk
memudahkan dan mempercepat dalam melaksanakan pengawasan di Wilayah
Pelabuhan Samarinda. Kendaraan operasional roda dua maupun roda empat sebagai
sarana dalam memudahkan mobilitas. Sarana dan prasarana lain yang menunjang seperti
ambulance, instalasi laboratorium, poliklinik, dan lain-lain sebagai kekuatan yang
menunjang dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi. Yang masih dirasakan kurang
adalah sarana gedung kantor di wilayah kerja karena KKP Samarinda masih menyewa
atau meminjamdari pihak pelabuhan khusus.
KKP Samarinda adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian
Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, maka dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya KKP mengacu pada pedoman-pedoman pelaksanaan yang telah
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal PP dan PL.Adapun pedoman-pedoman yang telah
ada diantaranya adalah :
1. Pedoman Teknis Kantor Kesehatan Pelabuhan
2. Standar Sumber Daya Manusia Kantor Kesehatan Pelabuhan

15
International Health Regulation (IHR) 2005 mengamanatkan deteksi Public Health
Emergency of International Concern (PHEIC) yang harus dilaksanakan lebih optimal akan
tetapi upaya yang dilakukan tidak menghambat arus lalu lintas barang / tidak menghambat
arus perekonomian atau perdagangan.
Perubahan iklim global yang secara langsung atau tidak akan berpengaruh
terhadap bermunculnya penyakit baru (emerging diseases) dan/atau penyakit yang
selama ini sudah bukan masalahkesehatan (re-emerging diseases), serta kondisi rawan
dalam negeri dan luar negeri yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan.
Disamping hal tersebut muncul pula tuntutan dari pengguna jasa akan percepatan dan
mutu pelayanan yang sangat tinggi, sehingga menyebabkan tidak optimalnya proses
pengawasan, yang dikhawatirkan akan menyebabkan tidak terditeksinya penyakit
karantina dan penyakit menular berpotensi wabah lainnya.
Penularan infeksi penyakit menular utamanya AIDS/HIV dan DBD masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menonjol di lingkungan bandara dan
pelabuhan sehinggaperlu upaya keras untuk dapat memberantasnya. Selain itu ada
beberapa penyakit menular seperti H5N1, H1N1, Difteri, DBD maupun malaria dan
penyakit Pes masih terdapat di berbagai daerah sehingga perlu kita waspadai secara dini.
Kejadian KLB / Bencana penyakit menular seperti KLB Influensa A H1N1, Flu Burung,
Sars, Ebola, Cholera di Afrika, dan lain-lain di negara / daerah lain merupakan ancaman
di setiap pintu masuk negara.
Sistem surveilans terpadu diantaranya masih terkendala diantaranya pada sistem
surveilans terpadu seperti belum terbentuk sistem surveilans epidemiologi yang optimal
antar KKP, antara KKP dengan sarana pelayanan kesehatan, antara KKP dengan Dinas
Kesehatan, serta antar KKP dengan instansi lainnya di wilayah pelabuhan dan sekitarnya.
Selain itu, masih kurangnya dukungan dana, sarana prasarana, serta dukungan dalam
pelaksanaan kegiatan di pintu masuk. Kendala lain yang dihadapi adalah SDM di KKP
belum terlatih untuk menghadapi kejadian-kejadian penangangan dan penanggulangan
PHEIC. Hal-hal tersebut seringkali menyebabkan belum optimalnya pelaksanaan
koordinasi dilapangan antara instansi terkait di wilayah pelabuhan. Diantaranya
kurangnya koordinasi antara KKP dengan Bea cukai terkait dengan pengawasan lalu
lintas komoditi OMKABA di pelabuhan.
Kemajuan teknologi informasi dan tranportasi berpengaruh pada status kesehatan
masyarakat. Meningkatnya teknologi transportasi mengakibatkan makin cepatnya arus
perjalanan orang, barang, dan alat angkut, sehingga penjalaran dan penularan penyakit
antar negara semakin cepat, terutama masalah yang berkaitan dengan kesehatan
manusia, seperti New Emerging Desease seperti Avian Influenza, SARS, Legionnaires
Disease, Nipah Virus, Paragoniasis Pulmonallis, HFMD, Ebola, Hanta Fewer, Emerging

16
disease antara lain HIV/AIDS, dan penyakit menular lainnya Dengue Haemoragig Fefer,
Japanese B, Encephalitis, Chikungunya, Cholera, Salmonellosis dan Filariasis. Emerging
Disease yang berpotensi masuk ke Indonesia antara lain HIV/AIDS, Penyakit menular
seksual lainnya, Dengue Haemoragic Fever, Japanese B. Encephalitis, Chikungunya,
Cholera, Salmonellosis, dan Filariasis. Sedangkan Re-emerging desease antara lain: Pes,
TBC, Scrub thypus, Malaria, Anthrax, dan Rabies.
Pemanasan global dapat menyebabkan kenaikan permukaan air laut akibat
pencairan di kutub, perubahan pola angin, perubahan pola hujan dan siklus hidrologi.
Disamping itu pemanasan global dapat menyababkan musim menjadi tidak stabil.
Ketidakstabilan musim ini berdampak kepada meningkatnya populasi dan jenis
organisme penyebab penyakit yang berdampak pada kesehatan manusia. Ancaman
global kian mengancam.
Pemberantasan penyakit menular menjadi lebih sulit akibat perubahan iklim ini
karena transmisi beberapa penaykit menular sangat dipengaruhi oleh faktor iklim
khusunya suhu dan kelembapan udara. Penyakit-penyakit tropis yang ditularkan melalui
vektor seperti Malaria, Demam berdarah. Fillariasis akan makin meningkat bukan hanya
di negara yang beriklim tropis tetapi juga di negara-negara sub tropis, bahkan di negara
yang bermusim dingin. Di Indonesia penyakit-penyakit tersebut semula terjadi di dataran
rendah, tetapi akibat perubahan iklim, terjadi perluasan daerah penyebaran kedaerah
pegunungan yang berhawa dingin.
Paradigma pembangunan yang masih mengacu pada paradigma lama dimana
masyarakat ditempatkan sebagai obyek dalam pembangunankesehatan bukan sebagai
subyek terutama dalam promosi kesehatan berdampak pada belum banyaknya
perubahan perilaku masyarakat menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Upayakesehatan juga belum sepenuhnya mendorong peningkatan atauperubahan pada
perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini merupakan salah satu yang berkontribusi
padatingginya angka kesakitan yang diderita oleh masyarakat di sekitar pelabuhan dan
bandara.

F. LINGKUNGAN STRATEGIS
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil
kerja keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi pula oleh hasil kerja serta
kontribusi positif berbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil kerja
serta kontribusi positif tersebut, “wawasan kesehatan” perlu dijadikan sebagai asas pokok
program pembangunan nasional, dalam pelaksanaannya seluruh unsur atau subsistem
dari SKN berperan sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan

17
kesehatan yang diejawantahkan dalam bentuk program-program dalam RPJMN dan
Renstra Kementerian Kesehatan.
Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang tidak hanya
menjadi tanggung jawab sektor kesehatan, melainkan juga tanggung jawab dari berbagai
sektor terkait lainnya; disamping tanggung jawab individu dan keluarga. Dalam
penyelenggaraan pembangunan nasional, SKN dapat bersinergi secara dinamis dengan
berbagai sistem nasional lainnya seperti: Sistem Pendidikan Nasional, Sistem
Perekonomian Nasional, Sistem Ketahanan Pangan Nasional, Sistem Pertahanan dan
Keamanan Nasional, Sistem Ketenaga-kerjaan dan Transmigrasi, serta sistem-sistem
Nasional lainnya.
Untuk mengurangi kesenjangan yang terjadi dalam pembangunan kesehatan,
diperlukan pemikiran tidak konvensional mengenai kebijakan program kesehatan
masyarakat dan sektor kesehatan pada umumnyauntuk mencakup determinan kesehatan
lainnya, terutama yang berada diluar domain sektor kesehatan. Reformasi kesehatan
masyarakat yang meliputi reformasi kebijakan SDM kesehatan, reformasi kebijakan
pembiayaan kesehatan, reformasi kebijakan pelayanan kesehatan, dan reformasi untuk
kebijakan yang terkait dengan terselenggaranya Good Governance sudah harus
dilakukan.
Dibutuhkan pula perhatian pada akar masalah yang ada, diantaranya faktor sosial
ekonomi yang menentukan situasi dimana masyarakat tumbuh, belajar, hidup, bekerja dan
terpapar, serta rentan terhadap penyakit dan komplikasinya dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dan mencapai target Nasional (RPJPN, RPJMN,dan
RPJPK), target regional, dan target global (MDGs). Hubungan antara status sosial
ekonomi dan kesehatan berlaku secara universal. Tingkat kematian dan tingkat kesakitan
secara konsisten didapatkan lebih tinggi pada kelompok dengan sosial ekonomi rendah.
Perlu upaya sungguh-sungguh dalam rangka mengurangi disparitas masyarakat terhadap
akses pendidikan, pekerjaan, partisipasi sosial, dan pelayanan publik.
Pemberdayaan masyarakat diarahkan agar masyarakat berdaya untuk ikut aktif
memelihara kesehatannya sendiri, melakukan upaya pro-aktif tidak menunggu sampai
jatuh sakit, karena ketika sakit sebenarnya telah kehilangan nilai produktif. Upaya promotif
dan preventif perlu ditingkatkan untuk mengendalikan angka kesakitan yang muncul dan
mencegah hilangnya produktivitas serta menjadikan sehat sebagai fungsi produksi yang
dapat memberi nilai tambah.
Perlu juga diperhatikan adanya perkembangan lingkungan strategis (linstra), baik
dalam lingkup internasional, nasional, dan lokal yang akan mempengaruhi
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

18
Isu Strategis Internasional antara lain globalisasi seperti implementasi WTO,
APEC, dan AFTA dengan segala risiko deregulasi dan perijinan yang harus diantisipasi,
pemanasan global, biosecurity, bioterrorism,penggunaan teknologi high cost, Global
Epidemic Diseases, GlobalStrategy on Diet, Physical Activity and Health, Millenium
Development Goals (MDGs), krisis ekonomi global, krisis bahan bakar dan pangan.
Komitmen ASEAN dan internasional lainnya, Komitmen Bilateral dengannegara
perbatasan, terbukanya peluang lapangan kerja kesehatan secara global, serta masuknya
investasi dan tenaga kerja/profesi kesehatan dari negara lain. Harmonisasi regulasi dan
implementasi AFTA dan kesepakatan global, termasuk tenaga kesehatan. Isu Strategis
Nasional antara lain desentralisasi (penyerahan kewenangan pemerintahan dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah), penyakit new emerging disease, reformasi dan
demokratisasi, dinamika politik nasional, krisis ekonomi dan keterbatasan dana
Pemerintah, pengurangan anggaran pusat, peningkatan anggaran daerah, deregulasi
diberbagai perijinan dan bidang pembangunan, pengurangan peran Pemerintah,
privatisasi dan outsourcing, pemberdayaan masyarakat, IPM dan kualitas SDM rendah,
kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup, serta kemiskinan dan pengangguran.
Isu lokal diantaranya disparitas status kesehatan dan Pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada). Beberapa Kementerian dan Lembaga memberikan perhatian khusus kepada
daerah tertentu yang tertinggal dibandingkan daerah lainnya, dengan program dan strategi
khusus agar daerah-daerah tersebut mampu mengejar ketinggalannya dan sejajar
dengan daerah lainnya; mensinergikan pembangunan kesehatan dalam upaya-upaya itu
dinilai lebih berhasil guna dan berdaya guna.

19
BAB II
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS

A. Visi Kantor Kesehatan Pelabuhan Samarinda


“MASYARAKAT SEHAT DI LINGKUNGAN PELABUHAN DAN BANDARA YANG
MANDIRI DAN BERKEADILAN”

B. Misi Kantor Kesehatan Pelabuhan Samarinda


Untuk mencapai masyarakat sehat di lingkungan Wilayah Kerja Pelabuhan dan
Bandara yang mandiri dan berkeadilan ditempuh melalui misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Wilayah Kerja Pelabuhan dan Bandara,
melalui pemberdayaan masyarakat Pelabuhan dan Bandara, termasuk swasta dan
masyarakat madani.
2. Melindungi kesehatan masyarakat Pelabuhan dan Bandara dengan melakukan
cegah tangkal PHEIC sesuai dengan tupoksi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Samarinda.
3. Melindungi kesehatan masyarakat Pelabuhan dan Bandara dengan
menjamintersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan
berkeadilan.

C. Nilai-Nilai Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Samarinda


Guna mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan kesehatan, Kantor
Kesehatan Pelabuhan Samarinda menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai yaitu:
1. Pro Rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan terutama di wilayah Pelabuhan
dan Bandara, Kantor Kesehatan Pelabuhan Samarinda selalu mendahulukan
kepentingan rakyat dan haruslah menghasilkan yang terbaik untuk rakyat.
Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagisetiap orang adalah salah
satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama, dan status sosial
ekonomi.
2. Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena
pembangunan kesehatan di wilayah Pelabuhan dan Bandara tidak mungkin hanya
dilaksanakan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Samarinda saja. Dengan demikian,
seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor,
organisasi profesi, organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan
masyarakat akar rumput.

20
3. Responsif
Program kesehatan haruslah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat
Pelabuhan dan Bandara, serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di wilayah
Pelabuhan dan Bandara, situasi kondisi setempat dan sosial budaya. Faktor-faktor ini
menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda antar
wilayah kerja dan Bandara, sehingga diperlukan penanganan yang berbeda pula.

4. Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah
ditetapkan, dan bersifat efisien.

5. Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas darikorupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN), transparan, danakuntabel.

D. MAKLUMAT
1. Melaksanakan TUPOKSI dengan penuh tanggung jawab,
2. Melaksanakan tugas dengan cepat & tepat,
3. Melaksanakan tugas dengan saling keterbukaan, kepercayaan, & berkoordinasi.
4. Mematuhi peraturan Tata Tertib (meningkatkan disiplin),
5. Memberikan pelayanan prima.
6. Tidak merokok di ruangan kantor kesehatan pelabuhan kelas II Samarinda.

E. SASARAN STRATEGIS KANTOR KESEHATAN PELABUHAN SAMARINDA


Sasaran strategisKKP Samarinda tidak terlepas dari sasaran strategis Program
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Sasaran strategis pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan tahun 2015-2019 adalah meningkatnya
pengendalian penyakit pada akhir tahun 2019 yang ditandai dengan :
1. Persentase kabupaten/kota yang mencapai 80 persen imunisasi dasar lengkap pada
bayi sebesar 95 %.
2. Jumlah kab/kota dg eliminasi malaria sebanyak 300 kab/kota
3. Jumlah kab/kota endemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria <1 persen
sebanyak 75 kab/kota.
4. Jumlah Provinsi dengan eliminasi kusta sebanyak 34 provinsi
5. Menurunnya Prevalensi TB menjadi 245 per 100.000 penduduk
6. Menurunnya Prevalensi HIV menjadi <0,5 %

21
7. Meningkatnya Persentase kab/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan
sebesar 40%.
8. Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu
sebesar 40%.
9. Meningkatnya jumlah Kab/Kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam
penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah
sebesar 100%.
10. Menurunnya prevalensi merokok pada pada usia ≤ 18 tahun sebesar 5,4%.
11. Meningkatnya Surveilans berbasis laboratorium sebesar 50 %
12. Persentase pelabuhan/bandara/PLBD yang melaksanakan kesiapsiagaan dalam
penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah
sebesar 100%.
Beberapa sasaran strategis program pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan yang dapat diaplikasikan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Samarinda yaitu :
1. Menurunnya Prevalensi TB menjadi 245 per 100.000 penduduk
2. Menurunnya Prevalensi HIV menjadi <0,5 %
3. Persentase pelabuhan/bandara/PLBD yang melaksanakan kesiapsiagaan dalam
penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah
sebesar 100%.
Mengacu pada sasaran stratgeis program pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan maka sasaran strategis Kantor Kesehatan Pelabuhan Samarinda dalam
pembangunan kesehatan di Wilayah Pelabuhan Bandara tahun 2015-2019 adalah
“Terkendalinya faktor risiko kesehatan guna cegah tangkal penyakit di wilayah kerja
bandara, pelabuhan”.
Sasaran strategis di atas diperkuat dengan sasaran strategis kegiatan sebagai
berikut :
1. Alat angkut yang diperiksa sesuai dengan standart kekarantinaan.
2. Prosentase sinyal kewaspadaan dini yang direspon.
3. Terdeteksinya penyakit menular langsung di Pelabuhan/bandara/PLBD.
4. Terdeteksinya penyakit tidak menular di Pelabuhan/bandara/PLBD melalui kegiatan
skrining.
5. Terkendalinya vektor di lingkungan pelabuhan dan bandara.
6. Tercapainya Satker dengan penilaian SAKIP dengan hasil AA.
7. Terpenuhinya sarana/prasarana kantor KKP Samarinda sesuai dengan standar.

22
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, INDIKATOR PENCAPAIAN KEGIATAN
PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

A. Arah Kebijakan
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, maka ditetapkan
kebijaksanaan dan program sebagai berikut :
1. Pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk meningkatkan profesionalisme
sumberdaya manusia di bidang kesehatan lingkungan yang secara fungsional
merupakan sumberdaya inti dalam pengelolaan dan penyelenggaraan program
lingkungan sehat.
2. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk memantapkan jejaring
lintas program, lintas sektor, serta kemitraan dengan masyarakat termasuk swasta
untuk percepatan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular melalui
pertukaran informasi, pelatihan, pemanfaatan teknologi tepat guna, dan pemanfaatan
sumberdaya lainnya.
3. Penyusunan rencana strategis Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Samarinda
periode lima tahunan. Perencanaan dibuat berdasar pola (bottom up) disesuaikan
dengan sumber daya yang ada, situasi dan kondisi. Sedangkan bahan perencanaan
didasarkan pada eviden basedepidemiologydan masukan dari wilayah kerja KKP dan
sumber informasi di wilayah Kab/Kota.
4. Penyusunan perencanaan pengembangan program kegiatan Kantor Kesehatan
Pelabuhan yang sistematis, terukur, dan realistis serta dapat dilaksanakan sesuai
skala waktu yang ditetapkan (Sistematic Measure Assesment Reliable Time -
SMART). Upaya ini dilakukan dengan membuat perencanaan bulanan dan
perencanaan tahunan untuk setiap bidang dan setiap seksi.
5. Penyempurnaan dan penyusunan draf Standar Operasional Prosedur (SOP) setiap
program kegiatan, agar dalam melaksanakan tugas di lapangan terjadi keseragaman.
6. Penggunaan anggaran mengacu pada prinsip efisiensi dan efektifitas serta anggaran
berbasis kinerja
7. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) Kantor Kesehatan Pelabuhan
diarahkan pada tersedianya sumber daya manusia sesuai kebutuhan baik kuantitas
dan kualitasnya. Upaya pemberdayaan ini dilakukan dengan cara penempatan
pegawai sesuai latar belakang pendidikan dan tingkat kompetensinya/keahliannya
serta kebutuhan organisasi/kantor, pemberian penghargaan bagi pegawai yang
berprestasi dan sanksi bagi yang melanggar aturan.

23
Sanksi mulai dari sanksi ringan sampai dengan sanksi terberat. Menyeleksi
pemberian izin belajar, penegakan disiplin pegawai, pembinaan rutin, kaderisasi,
pengembangan potensi pegawai, Pemberdayaan ini dimaksudkan agar setiap
pegawai mempunyai tingkat kompetensi memadai, dedikasi, loyalitas dan integritas
yang tinggi bagi organisasi.
8. Pembuatan aturan tata tertib pegawai mengenai absensi kehadiran; pakaian
seragam; pelayanan kepada masyarakat; serta pemakaian dan pemanfaatan sarana
dan prasarana cantor; untuk menjamin kelancaran tugas operasional di lapangan.
serta untuk menjaga sarana dan prasarana agar tidak cepat rusak. maka dilakukan
perawatan secara periodik sesuai tingkat kebutuhan.
9. Peningkatkan mutu pelayanan dilakukan dengan pembuatan standar pelayanan,
menyiapkan petugas yang mempunyai kompetensi sesuai tingkat kebutuhan,
menyediakan sarana dan prasarana dengan didukung teknologi yang memadai serta
pelayanan dilaksanakan sesuai prosedur pelayanan yang standard dan tidak
bertentangan dengan kode etik.
10. Menumbuh kembangkan upaya kemitraan dengan instansi terkait melalui
hubungan yang saling menguntungkan. Kemitraan ini diharapkan dapat memberikan
dukungan dan kesepahaman terhadap Kantor Kesehatan Pelabuhan akan perlunya
kerjasama dalam melaksanakan pembangunan kesehatan. Upaya ini dilakukan
dengan mengadakan advokasi program kesehatan, sosialisasi perundang-undangan,
serta berperan serta aktif dalam mensukseskan program pembangunan secara
keseluruhan di wilayah Pelabuhan
11. Peningkatan jejaring kerja lintas program dan lintas sektoral guna menangani masalah
kesehatan yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan.

B. Strategi
Strategi Untuk mencapai sasaran serta tujuan yang telah ditetapkan
dilaksanakan sesuai skala prioritas. Strategi yang akan dilakukand alam rangka
mewujudkan sasaran tersebut di atas dilakukan melalui beberapa indikator kinerja
yaitu:
1. Alat angkut yang diperiksa sesuai dengan standar kekarantinaan.
Upaya kekarantinaan KKP dilaksanakan dengan meningkatkan pengawasan
terhadap alat angkut, orang dan barang di pelabuhan. Upaya kekarantinaan
lainnya dilakukan melalui pengetatan prosedur kekarantinaan dan prosedur
penerbitan dukumen kesehatan dengan tidak mengurangi aspek kelancaran arus
orang dan barang.

24
Disamping itu juga dilakukan dengan meningkatkan kemampuan tenaga
pemeriksa di lapangan serta penegakkan hukum terhadap pelanggaran UU
Karantina.
Agar upaya penanggulangan penyakit dapat dilaksanakan lebih efektif dan efisien
dan dampaknya tidak sampai menimbulkan masalah kesehatan masyarakat yang
luas maka deteksi dini terhadap potensi penyebaran penyakit menular potensi
wabah perlu ditingkatkan. Upaya ini dilaksanakan dengan meningkatkan
kemampuan petugas dalam melaksanakan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah melalui pengumpulan, pengolahan, analisis dan
desiminasi informasi.Langkah yang akan dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan kapal dalam karantina (certifikat of Pratique)
b. Pengawasan dan pemeriksaan kapal dalam penerbitan dokumen kesehatan
kapal SSCEC
c. Pengawasan dan pemeriksaan kapal dalam penerbitan dokumen kesehatan
kapal SSCC
d. Penerbitan buku kesehatan
e. Melakukan pengawasan obat P3K kapal
f. Pengawasan sanitasi kapal dalam rangka penerbitan dokumen COP, SSCC,
SSCEC dan PHC

2. Prosentase sinyal kewaspadaan dini yang direspon.


Peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu dilakukan guna menjaga
eksistensi KKP dimasa yang akan datang, agar image masyarakat tetap positif
terhadap keberadaan KKP. Langkah yang akan dilakukan adalah :
a. Terlaksanakannya kegiatan surveilans epidemiologi penyakit dan faktor risiko.
b. Terlaksanakannya kegiatan Surveilans Epidemiologi situasi matra (SE arus mudik
lebaran, SE situasi natal dan tahun baru serta SE pada musim haji.
c. Terlaksanakannya penerbitan dokumen ICV.
d. Melakukan evakuasi dan penerbitan dokumen ijin angkut orang sakit/surat
keterangan layak terbang (berlayar) dan ijin angkut jenazah.
e. Melakukan vaksinasi meningitis dan yellow fever.
f. Melaksanakan pemantauan dan pelayanan kesehatan matra (posko kesehatan)
g. Melaksanakan pemeriksaan dan pengawasan, koordinasi dan konsultasi Haji
melalui kegiatan legalisasi ICV dan pendampingan.

25
3. Terdeteksinya penyakit menular langsung di Pelabuhan/bandara/PLBD
Upaya melaksanakan kegiatan pelabuhan/bandara/PLBD yang melaksanakan
kegiatan deteksi dini penyakit menular langsungmeliputi :
a. Pelayanan poliklinik dan kier kesehatan
b. Melakukan kegiatan VCT HIV/AIDS
c. Melaksanakan pemeriksaan/ pengawasan kesehatan kerja di Pelabuhan

4. Terdeteksinya penyakit tidak menular di Pelabuhan/bandara/PLBD melalui


kegiatan skrining
Upaya melaksanakan kegiatan pelabuhan/bandara/PLBD yang melaksanakan
kegiatan skrining penyakit tidak menular yaitu dengan Melaksanakan skrining
faktor risiko penyakit tidak menular di wilayah kerja

5. Terkendalinya vektor di lingkungan pelabuhan dan bandara


Upaya melaksanakan kegiatan pelabuhan/bandara/PLBD yang melakukan
pengendalian vektor terpadu meliputi :
a. Luas wilayah bebas vektor di lingkungan pelabuhan, bandara dan pos lintas
batas darat baik di lingkungan kantor induk maupun wilayah kerja
Pengendalian vektor dilakukan melalui kegiatan pengamatan vektor dan
pengendalian vektor yang dilakukan meliputi tikus dan pinjal, larva dan nyamuk
dewasa, kepadatan lalat, kepadatan kecoa dan pembentukan kader jumantik.

6. Tercapainya Satker dengan penilaian SAKIP dengan hasil AA.


Dukungan satker yang memperoleh penilaian SAKIP dengan hasil minimal AA
dilaksanakan dengan :
a. Melaksanakan pembayaran gaji, tunjangan dan penyelenggaraan operasional
dan pemeliharaan kantor.
b. Menyediakan dokumen perencanaan dan anggaran.
Upaya untuk mempercepat pencapaian program akan dilaksanakan dengan
mengadakan koordinasi lintas program dan lintas sektor. Koordinasi lintas
program dilaksanakan setiap satu bulan sekali sedangkan lintas sektor
dilaksanakan kemitraan dan jejaring kerja antar instansi yang ada di
pelabuhan, bandara, PLBD, guna menyamakan persepsi dalam menyikapi
suatu permasalahan yang sedang berkembang.
c. Menyediakan laporan keuangan
d. Melaksanakan target dan PAGU PNBP
e. Menyediakan laporan aset negara

26
f. Melaksanakan layanan administrasi kepegawaian.
g. Peningkatan mutu SDM
Upaya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) akan terus dilakukan
guna meningkatkan profesionalitas pegawai agar mampu menjawab
tantangan dan permasalahan yang dihadapi dengan cepat dan tepat.
Langkah yang akan dilakukan adalah mengadakan analisis kebutuhan tenaga
secara komprehensif, mengefektifkan pembinaan ke wilayah kerja,
memberikan kesempatan bagi pegawai yang memenuhi syarat untuk
mengikuti pendidikan formal dan informal, serta pendidikan penjejangan
sesuai kebutuhan organisasi.

7. Terpenuhinya sarana/prasarana kantor KKP Samarinda sesuai dengan


standar
Guna menjamin keberhasilan dan kelancaran dalam operasional kegiatan,
langkah yang akan dilaksanakan oleh KKP antara lain melengkapi sarana untuk
keperluan rutin, keperluan teknis dan sarana penunjang berupa komputer, radio
komunikasi (marine radio), menambah kendaraan operasional baik roda dua
(motor) maupun roda empat (mobil) dan mengoptimalkan anggaran sesuai
dengan usulan kegiatan serta peralatan lain pendukung kegiatan.
Untuk mendukung tugas pokok, KKP akan memperkuat instalasi yang sudah ada
yaitu instalasi PPIDdan instalasi laboratorium. Langkah yang dilakukan dalam
memperkuat instalasi PPID adalah dengan mengusulkan petugas yang memiliki
kemampuan mengelola data dan informasi untuk ditetapkan melalui SK Direktur
Jendral PP&PL. Upaya ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang
cepat dan tepat waktu serta sasaran, sehingga masyarakat dapat setiap saat
mendapatkan informasi yang update/aktual. Sedangkan untuk Instalasi
laboratorium dilakukan dengan menambah peralatan dan bahan laboratorium,
sehingga cakupan jenis pelayanan dapat diperluas. Upaya yang dilakukan dalam
rangka meningkatkan sarana/prasarana untuk memenuhi standar melalui
kegiatan :
a. Melaksanakan pengadaan perangkat pengolahan data dan komunikasi
b. Melaksanakan pengadaan kendaraan khusus (roda dua dan roda empat)
c. Melaksanakan pengadaan peralatan fasilitas perkantoran
d. Melaksanakan pengadaan gedung/bangunan kantor

27
C. Indikator Pencapaian Kegiatan
Berikut ini merupakan indikator pencapaian kegiatan yang ditargetkan KKP Samarinda selama tahun 2015-2019.
Tabel 3.1. Indikator Pencapaian Kegiatan
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Anggaran
2016
2015 2015 2016 s.d. 2019 2015 2016 2017 2018 2019
s.d. 2019
Prosentase alat
Prosentase alat angkut
angkut yang sesuai
yang sesuai dengan
dengan standar 100% 100% 100% 100% 100%
standar karantina
kekarantinaan
kesehatan
kesehatan
Prosentase sinyal Prosentase sinyal
kewaspadaan dini yang kewaspadaan dini 100% 100% 100% 100% 100%
direspon yang direspon
Prosentase pelabuhan / Terdeteksinya
bandara / PLBD yang penyakit menular
Terlaksanany
melaksanakan kegiatan langsung di 97% 97% 99% 100% 100%
a kegiatan Terkendalinya
deteksi dini penyakit pelabuhan / Bandara
pengendalian faktor risiko
menular langsung / PLBD
faktor risiko kesehatan
kesehatan guna cegah Terdeteksinya
Prosentase pelabuhan /
dan cegah tangkal penyakit tidak
bandara / PLBD yang
menular di pelabuhan
tangkal penyakit di melaksanakan kegiatan 87% 87% 95% 98% 100%
penyakit di wilayah kerja / bandara / PLBD
skrining penyakit tidak
wilayah kerja bandara, melalui kegiatan
menular
Bandara, pelabuhan skrining
Pelabuhan Prosentase pelabuhan / Terkendalinya vektor
bandara / PLBD yang di lingkungan
87% 100% 100% 100% 100%
melakukan pengendalian pelabuhan dan
vektor terpadu bandara
Prosentase Tempat-tempat
Umum (TTU) yang
- 100% - - - -
memenuhi syarat
kesehatan
Prosentase Tempat
Pengelolaan Makanan
- 100% - - - -
(TPM) yang memenuhi
syarat kesehatan
Prosentase pelabuhan /
- 100% - - - -
bandara / PLBD sehat

Prosentase satker yang Tercapainya satker


memperoleh penilaian dengan penilaian
100% 100% 100% 100% 100%
SAKIP dengan hasil SAKIP dengan hasil
minimal AA AA
Prosentase satker pusat Terpenuhinya sarana
dan daerah yang / prasarana kantor
ditingkatkan sarana / KKP Samarinda 100% 100% 100% 100% 100%
prasarananya untuk sesuai dengan
memenuhi standar standar
RENCANA ANGGARAN BERDASARKAN SASARAN STRATEGIS DAN KEGIATAN
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II SAMARINDA
TAHUN 2015 – 2019

Alokasi Anggaran Kegiatan (Rp)


No Sasaran Strategis Kegiatan
2015 2016 2017 2018 2019
1 Terkendalinya faktor Meningkatkan kinerja surveilans dan
risiko kesehatan guna 1.246.894.000 2.654.405.000 2.087.814.000 2.538.769.000 3.556.566.000
karantina kesehatan
cegah tangkal
penyakit di wilayah Meningkatkan kinerja pencegahan dan
kerja bandara, pengendalian penyakit tular vector dan 242.683.000 535.062.000 639.450.000 930.205.500 1.233.953.000
pelabuhan. zoonotic

Meningkatkan kinerja
pencegahan dan pengendalian 116.280.000 336.640.000 417.613.000 698.593.000 235.105.000
penyakit menular langsung

Meningkatkan kinerja
pencegahan dan 99.170.000 162.464.000 205.509.000 249.883.300 238.500.000
pengendalian penyakit tidak
menular
Meningkatkan kinerja
penyehatan lingkungan 221.238.000 - - - -

Meningkatkan dukungan manajemen


pelaksanaan tugas teknis lainnya 8.492.035.000 12.691.131.000 20.281.134.000 18.064.785.000 17.226.310.000

TOTAL 10.418.300.000 16.379.702.000 23.631.520.000 22.482.235.800 22.490.433.000


RENCANA ANGGARAN BERDASARKAN INDIKATOR KINERJA
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II SAMARINDA
TAHUN 2015 – 2019

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Anggaran


2016 2015 2016 2017 2018 2019
2015 2015 2016 s.d. 2019
s.d. 2019 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Prosentase alat
Prosentase alat angkut
angkut yang sesuai
yang sesuai dengan
dengan standar 808,314,000 951,661,000 1.023.589.000 1.777.138.000 1.905.089.200
standar karantina
kekarantinaan
kesehatan
kesehatan
Prosentase sinyal Prosentase sinyal
kewaspadaan dini yang kewaspadaan dini 751,603,000 1,425,051,000 912.701.000 761.630.000 816.466.800
direspon yang direspon
Prosentase pelabuhan / Terdeteksinya
bandara / PLBD yang penyakit menular
Terlaksanany
melaksanakan kegiatan langsung di 47,820,000 456,493,000 417.613.000 698.593.000 235.105.000
a kegiatan Terkendalinya
deteksi dini penyakit pelabuhan / Bandara
pengendalian faktor risiko
menular langsung / PLBD
faktor risiko kesehatan
kesehatan guna cegah Terdeteksinya
Prosentase pelabuhan /
dan cegah tangkal penyakit tidak
bandara / PLBD yang
tangkal penyakit di menular di pelabuhan 249.883.000 238.508.500
melaksanakan kegiatan 21,280,000 162,464,000 205.509.000
penyakit di wilayah kerja / bandara / PLBD
skrining penyakit tidak
wilayah kerja bandara, melalui kegiatan
menular
Bandara, pelabuhan skrining
Pelabuhan Prosentase pelabuhan / Terkendalinya vektor
bandara / PLBD yang di lingkungan
242,683,000 500,422,000 516.125.000 930.205.000 1.233.953.300
melakukan pengendalian pelabuhan dan
vektor terpadu bandara
Prosentase Tempat-tempat
Umum (TTU) yang
- 31,080,000 - - - -
memenuhi syarat
kesehatan
Prosentase Tempat
Pengelolaan Makanan
- 60,124,000 - - - -
(TPM) yang memenuhi
syarat kesehatan
Prosentase pelabuhan /
- 65,750,000 - - - -
bandara / PLBD sehat

Prosentase satker yang Tercapainya satker


memperoleh penilaian dengan penilaian 9.112.820.000
6,271,839,000 7,125,628,000 10.711.173.000 13.224.260.500
SAKIP dengan hasil SAKIP dengan hasil
minimal AA AA
Prosentase satker pusat Terpenuhinya sarana
dan daerah yang / prasarana kantor
ditingkatkan sarana / KKP Samarinda 2,220,196,000 5,757,983,000 11.443.163.000 7.353.612.000 5.776.641.000
prasarananya untuk sesuai dengan
memenuhi standar standar

TOTAL 10.418.300.000 16.379.702.000 23.631.520.000 22.482.235.000 22.490.433.000


RENCANA ANGGARAN BERDASARKAN SASARAN STRATEGIS DAN KEGIATAN
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II SAMARINDA
TAHUN 2015 – 2019

1. Revisi II

Alokasi Anggaran Kegiatan (Rp)


No Sasaran Strategis Kegiatan
2015 2016 2017 2018 2019
1 Terkendalinya faktor Meningkatkan kinerja surveilans dan
risiko kesehatan guna 1.246.894.000 2.654.405.000 1.748.605.000 2.538.769.000 3.556.566.000
karantina kesehatan
cegah tangkal
penyakit di wilayah Meningkatkan kinerja pencegahan dan
kerja bandara, pengendalian penyakit tular vector dan 242.683.000 535.062.000 551.557.000 930.205.500 1.233.953.000
pelabuhan. zoonotic

Meningkatkan kinerja
pencegahan dan pengendalian 116.280.000 336.640.000 273.978.000 698.593.000 235.105.000
penyakit menular langsung

Meningkatkan kinerja
pencegahan dan 99.170.000 162.464.000 149.666.000 249.883.300 238.500.000
pengendalian penyakit tidak
menular
Meningkatkan kinerja
penyehatan lingkungan 221.238.000 - - - -

Meningkatkan dukungan manajemen


pelaksanaan tugas teknis lainnya 8.492.035.000 12.691.131.000 19.967.908.000 18.064.785.000 17.226.310.000

TOTAL 10.418.300.000 16.379.702.000 22.691.714.000 22.482.235.000 22.490.433.000


RENCANA ANGGARAN BERDASARKAN INDIKATOR KINERJA
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II SAMARINDA
TAHUN 2015 – 2019

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Anggaran


2016 2015 2016 2017 2018 2019
2015 2015 2016 s.d. 2019
s.d. 2019 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Prosentase alat
Prosentase alat angkut
angkut yang sesuai
yang sesuai dengan
dengan standar 808,314,000 951,661,000 905.228.000 1.777.138.000 1.905.089.200
standar karantina
kekarantinaan
kesehatan
kesehatan
Prosentase sinyal Prosentase sinyal
kewaspadaan dini yang kewaspadaan dini 751,603,000 1,425,051,000 759.853.000 761.630.000 816.466.800
direspon yang direspon
Prosentase pelabuhan / Terdeteksinya
bandara / PLBD yang penyakit menular
Terlaksanany
melaksanakan kegiatan langsung di 47,820,000 456,493,000 273.978.000 698.593.000 235.105.000
a kegiatan Terkendalinya
deteksi dini penyakit pelabuhan / Bandara
pengendalian faktor risiko
menular langsung / PLBD
faktor risiko kesehatan
kesehatan guna cegah Terdeteksinya
Prosentase pelabuhan /
dan cegah tangkal penyakit tidak
bandara / PLBD yang
tangkal penyakit di menular di pelabuhan 249.883.000 238.508.500
melaksanakan kegiatan 21,280,000 162,464,000 149.666.000
penyakit di wilayah kerja / bandara / PLBD
skrining penyakit tidak
wilayah kerja bandara, melalui kegiatan
menular
Bandara, pelabuhan skrining
Pelabuhan Prosentase pelabuhan / Terkendalinya vektor
bandara / PLBD yang di lingkungan
242,683,000 500,422,000 411.921.000 930.205.000 1.233.953.300
melakukan pengendalian pelabuhan dan
vektor terpadu bandara
Prosentase Tempat-tempat
Umum (TTU) yang
- 31,080,000 - - - -
memenuhi syarat
kesehatan
Prosentase Tempat
Pengelolaan Makanan
- 60,124,000 - - - -
(TPM) yang memenuhi
syarat kesehatan
Prosentase pelabuhan /
- 65,750,000 - - - -
bandara / PLBD sehat

Prosentase satker yang Tercapainya satker


memperoleh penilaian dengan penilaian 8.807.974.000
6,271,839,000 7,125,628,000 10.711.173.000 13.224.260.500
SAKIP dengan hasil SAKIP dengan hasil
minimal AA AA
Prosentase satker pusat Terpenuhinya sarana
dan daerah yang / prasarana kantor
ditingkatkan sarana / KKP Samarinda 2,220,196,000 5,757,983,000 11.383.104.000 7.353.612.000 5.776.641.000
prasarananya untuk sesuai dengan
memenuhi standar standar

TOTAL 10.418.300.000 16.379.702.000 22.691.724.000 22.482.235.000 22.490.433.000


BAB IV
PENUTUP

Rencana Aksi Kegiatan Kantor Kesehatan Pelabuhan Samarinda tahun 2015 -2019
ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian upaya Kantor Kesehatan Pelabuhan Samarinda dalam kurun waktu lima tahun
sehingga hasil pencapaiannya dapat diukur dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan
laporan kinerja tahunan Kantor Kesehatan Pelabuhan Samarinda.
Semoga upaya Kantor Kesehatan Pelabuhan Samarinda sampai dengan tahun
2019dapat lebih terarah dan terukur. Dalam kaitannya dengan pengukurankinerja dan
sebagai masukan bagi perencanaan selanjutnya, Renstra Kantor Kesehatan Pelabuhan
Samarinda 2015-2019 ini akan dievaluasi pada pertengahan tahun berikutnya dan akhir
periode 5 tahun (2019) sesuai ketentuan yang berlaku.
Penyusunan Rencana Aksi Kegiatan Kantor Kesehatan Pelabuhan Samarinda 2015-
2019 melibatkan seluruh pemegang programterkait. Kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan Rencana Aksi ini diucapkan terima kasih. Tentunya Rencana Aksi Kantor
Kesehatan Pelabuhan Samarindatahun 2015-2019 ini dapatdilaksanakan dan mencapai
tujuannya, bila dilakukan dengan dedikasi yang tinggi dan kerja keras dari segenap aparatur
kesehatan dilingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan Samarinda.

Samarinda, 11 Desember 2017


Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas II Samarinda

H. Sabilal Rasyad, S.K.M., M.Kes.


NIP. 96512101989031003

Anda mungkin juga menyukai