Anda di halaman 1dari 10

Nama : Alfa Dina Prianoto

NIM : 061121410007

KIMIA ZAT PADAT

SIFAT-SIFAT ZAT PADAT

1. SIFAT MAGNETIK ZAT PADAT

Solid-state fisika, cabang terbesar Fisika benda terkondensasi, adalah studi


tentang materi yang kaku, atau zat padat, melalui metode seperti mekanika
kuantum, kristalografi, elektromagnetisme dan metalurgi. Solid-state physics
considers how the large-scale properties of solid materials result from their atomic
-scale properties. Solid-state fisika mempertimbangkan bagaimana sifat skala
besar bahan padat hasil dari mereka atom skala-sifat. Solid-state physics thus
forms the theoretical basis of materials science , as well as having direct
applications, for example in the technology of transistors and semiconductors .
Fisika solid-state sehingga membentuk teori dasar ilmu material, serta memiliki
aplikasi langsung, misalnya dalam teknologi transistor dan semikonduktor.
Sifat magnet dari suatu zat dapat ditunjukkan dan diukur dengan neraca.
Zat yang bersifat diamagnetik akan menunjukkan berat kurang, sedangkan yang
bersifat paramagnetik menunjukkan berat lebih. Sifat magnet zat berkaitan dengan
konfigurasi elektronnya. Zat yang bersifat paramagnetik mempunyai setidaknya
satu elektron tak berpasangan. Semakin banyak elektron tak berpasangan,
semakin bersifat paramagnetik. Pengukuran sifat magnet dapat digunakan untuk
menentukan jumlah elektron tak berpasangan dalam satu spesi.

a. Sifat Magnetik Kristal


Besarnya pembelahan kristal menentukan sifat magnetik suatu ion
kompleks. Ion {Ti(H2O)6]3+, yang hanya mempunyai satu elektron d, selalu
paramagnetik. Namun untuk suatu ion dengan beberapa elektron d, situasinya
tidak semudah itu. Misalnya, komplek oktahedral [FeF6]3- dan [Fe(CN)6]3-
(Gambar 1). untuk lebih jelas klik gambar

Konfigurasi elektron Fe3+ ialah [Ar]3d5 , dan ada dua


kemungkinan untuk mendistribusikan kelima elektron d pada orbital-orbital d.
Berdasarkan aturan Hund, kestabilan maksimum akan tercapai apabila elektron
diletakkan pada orbital terpisah dengan spin paralel. Akan tetapi, susunan ini akan
tercapai dengan satu syarat; dua dari lima elektron harus dipromosikan ke orbital
dan yang energinya lebih tinggi. Invastasi energi sebesar ini tidak diperlukan jika
kelima elektron memasuki orbital . Menurut prinsip larangan Pauli, aka nada
hanya satu elektron tak berpasangan dalam kasus ini.

Gambar 2 Diagram orbital untuk kompleks oktahedral spin-tinggi dan spin-rendah


untuk masing-masing konfigurasi elektron d4, d5, d6, dan d7. Pembedaan ini
tidak dapat dibuat untuk d1, d2, d3, d8 , d9 ,dan d10.
Gambar 2 menunjukkan distribusi elektron di antara orbital-orbital d yang
menghasilkan kompleks spin-rendah dan dan spin-tinggi. Susunan sebenarnya
dari elektron-elektron ini ditentukan berdasarkan besarnya kestabilan yang
didapatkan dengan mempunyai spin paralel maksimum versus investasi energi
yang diperlukan untuk mempromosikan elektron ke orbital d yang lebih tinggi.
Karena F- adalah ligan medan-lemah, kelima elektron d memasuki lima orbital d
dengan spin paralel sehingga terbentuk kompleks spin-tinggi (lihat Gambar 1).
Sebaliknya, ion sianida adalah ion medan-kuat, sehingga secara energi kelima
elektron memilih berada di orbital rendah karena dan karena itu terbentuklah
kompleks spin-rendah. Komplek spin-tinggi lebih paramagnetik daripada komplek
spin-rendah.
Banyak elektron tak berpasangan dapat diketahui melalui pengukuran
magnetik, dan pada umumnya hasil percobaan akan mendukung prediksi yang
diperoleh berdasarkan pembelahan medan kristal. Namun pembedaan antara
kompleks spin-rendah dan spin-tinggi dapat dibuat hanya jika ion logam
mengandung lebih dari tiga dan kurang dari delapan elektron d, seperti gambar 2 :
b. Sifat Magnetik
Keberadaan konfigurasi spin-tinggi dan spin-rendah menyebabkan sifat
magnetik pada berbagai senyawa koordinasi. Zat dapat digolongkan sebagai
paramagnetik atau diamagnetik berdasarkan apakah zat tersebut ditarik ke dalam
medan magnetik atau tidak. Gambar 18.18 menjelaskan eksperimen untuk
menunjukkan kerentanan universal zat terhadap pengaruh medan magnetik.
Sampel berbentuk tabung digantung sedemikian sehingga dasarnya berada di
antara kutub magnet yang sangat kuat tetapi bagian puncaknya di luar medan
magnetik. Zat ditimbang dengan sangat cermat lalu ditimbang kembali bila
magnetnya disingkirkan. Gaya total pada sampel ternyata berubah akibat
keberadaan medan magnetik. Zat yang ditolak oleh medan magnetik nonuniform
bobotnya lebih sedikit dan disebut diamagnetik. Dan zat yang ditarik oleh medan
magnetik bobotnya lebih tinggi dan disebut paramagnetik. Penimbangan yang
baru dijelaskan ini memberikan nilai numeric untuk kerentanan magnetik
(magnetic susceptibility) suatu zat, kecenderungannya untuk berinteraksi dengan
medan magnetik. Kerentanan suatu diamagnet adalah negatif dan kecil, sementara
untuk paramagnet positif dan mungkin cukup besar.

Paramagnetisme dikaitkan dengan atom, ion, atau molekul yang


mengandung satu atau lebih elektron dengan spin yang tidak berpasang. Zat
diamagnetic mempunyai spin dengan semua elektronya berpasangan. Jadi
pengukuran kerentanan magnetik menyatakan mana zat yang spin elektronnya
tak-berpasangan dan mana yang spin elektronnya semua berpasangan. Jumlah
electron tak berpasangan permolekul dalam paramagnet bahkan dapat dihitung
berdasarkan besarnya kerentanan magnetik sampel tersebut. Berdasarkan molar,
zat dengan dua electron tak berpasangan permolekul ditarik ke dalam medan
magnetik lebih kuat dibandingkan zat dengan hanya satu elektron tak-berpasangan
permolekul.
Fakta ini muncul sehubungan dengan kompleks koordinasi sebab
paramagnetisme banyak terjadi di antara kompleks logam transisi, padahal
sebagian besar zat kimia lain bersifat diamagnetik. Di antara kompleks ion logam
tertentu, jumlah elektron tak-berpasangan, sebagaimana teramati dari kerentanan
magnetik, identitas ligannya beragam. Baik maupun mempunyai enam ligan di
seputar ion pusat, tetapi yang disebut pertama bersifat diamagnetic (sebab zat itu
merupakan kompleks spin-rendah, medan kuat) dan zat yang disebut terakhir
adalah paramagnetic karena ada empat electron tak-berpasangan (sebab zat ini
merupakan kompleks spin-tinggi,medan lemah). Demikian pula, adalah
diamagnetik, tetapi memiliki empat electron tak-berpasangan; kompleks ini juga
berkaitan dengan dua konfigurasi .

c. Magnetisme dalam materi


 Paramagnetik
Bahan paramagnetik ialah bahan-bahan yang memiliki suseptibiltas
magnetic Xm yang positif, dan sangat kecil. Paramagnetisme muncul dalam bahan
yang atom-atomnya memiliki momen magnetik permanen yang berinteraksi satu
sama lain secara sangat lemah. Apabila tidak terdapat medan magnetik luar,
momen magnetik ini akan berorientasi acak. Dengan daya medan magnetik luar,
momen magnetik ini cenderung menyearahkan sejajar dengan medannya, tetapi
ini dilawan oleh kecenderungan momen untuk berorientasi acak akibat gerakan
termalnya. Perbandingan momen yang menyearahkan dengan medan ini
bergantung pada kekuatan medan dan pada temperaturnya. Pada medan magnetik
luar yang kuat pada temperatur yang sangat rendah, hampir seluruh momen akan
diserahkan dengan medannya. Dalam keadaan ini kontribusi pada medan
magnetik total akibat bahan ini sangat besar, seperti yang diperlihatkan dalam
taksiran numerik. Akan tetapi, sekalipun dengan medan magnetik terkuat yang
dapat diperoleh di laboratorium, temperatur haruslah serendah beberapa Kelvin
untuk memperoleh derajat penyearahan yang tinggi.
Telah kita ketahui bahwa energi potensial dipole listrik dengan momen p dalam

medan listrik E pada persamaan:


Energi potensial dari suatu dipol magnetik dengan momen m di dalam medan
magnetik luar Bdiberikan oleh persamaan yang sama:

Energi potensial apabila momennya sejajar dengan medan (θ = 0) dengan


demikian lebih rendah dibandingkan apabila momennya sejajar dan berlawanan
arah (θ = 180o) sebesar 2mB. Untuk momen magnetik 1 magneton Bohr dan
medan magnetik sekuat 1 T, perbedaan energi potensialnya adalah :
Pada temperature normal T=300K, energi termal kT ialah :

yang kira-kira 200 kali lebih besar dari 2mBB. Dengan demikian, sekalipun dalam
medan magnetik yang kuatnya 1 T, sebagian besar momen magnetik tersebut akan
berorientasi acak karena gerak termalnya.
Pada hukum Curie,

Perhatikan bahwa merupakan rasio antara energi maksimum dipol dalam


medan magnetik dengan energi termal karakteristiknya dan dengan demikian akan
berupa bilangan tanpa dimensi. Hasil bahwa pemagnetan ini terbalik dengan
temperatur mutlak ditemukan secara percobaan oleh Pierre Curie dan
dikenal hukum Curie.
 Feromagnetisme
Bahan feromagnetisme merupakan bahan yang memiliki nilai
suseptibilitas magnetik Xm positif, yang sangat tinggi. Feromagnetisme muncul
pada besi murni, kobalt, dan nikel serta paduan dari logam-logam ini. Sifat ini
juga dimiliki oleh gadolinium, disprosium, dan beberapa senyawa lain. Dalam
bahan-bahan ini sejumlah kecil medan magnetik luar dapat menyebabkan derajat
penyearahan yang tinggi pada momen dipol magnetik atomnya. Dalam beberapa
kasus, penyearahan ini dapat bertahan sekalipun medan pemagnetannya telah
hilang. Ini terjadi karena momen dipol magnetik atom dari bahan-bahan ini
mengerahkan gaya-gaya yang kuat pada atom tetangganya sehingga dalam daerah
ruang yang sempit, momen ini disearahkan satu sama lain sekalipun medan
luarnya tidak ada lagi. Daerah ruang tempat momen dipol megnetik disearahkan
ini disebut daerah magnetik. Ukuran suatu ranah biasanya bersifat mikroskopik.
Dalam daerah ini, semua momen magnetik disearahkan, tetapi arah
penyearahannya beragam dari daerah ke daerah sehingga momen magnetik total
dari kepingan mikroskopik bahan feromagnetik ini adalah nol dalam keadaan
normal.
 Diamagnetisme
Bahan diamagnetisme merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas
magnetik Xm negatif dan sangat kecil. Sifat diamagnet ditemukan oleh Faraday
pada tahun 1846 ketika ia mengetahui bahwa sekeping bismuth ditolak oleh kedua
kutub magnet, yang memperlihatkan bahwa medan luar dari magnet tersebut
menginduksikan suatu momen magnetik pada bismuth dalam arah yang
berlawanan dengan medan tersebut. Kita dapat memahami pengaruh ini secara
kualitatif dengan menggunakan hukum Lenz.
Atom dengan struktur elektron kulit tertutup memiliki momentum sudut
total sama dengan nol dan dengan demikian tidak ada momen magnetik permanen
totalnya. Bahan-bahan yang memiliki atom yang demikian-bismut, misalnya-
merupakan bahan diamagnetik. Sebagaimana yang akan kita lihat kemudian,
momen magnetik induksi yang menyebabkan diamagnetisme memiliki besar orde
10-5 magneton Bohr. Karena nilai ini jauh lebih rendah daripada momen
magnetik permanen atom-atom bahan paramagnetik dan feromagnetik, yang tidak
memiliki struktur kulit tertutup, pengaruh diamagnetik pada atom-atom ditutupi
oleh penyearahan momen magnetik permanen. Akan tetapi, karena penyebarisan
ini menurun terhadap temperatur, semua bahan secara teoritis bersifat diamgnetik
pada temperatur yang cukup tinggi.

2. SIFAT OPTIK
Sifat optik adalah respon material terhadap radiasi elektromagnetik
khususnya cahaya tampak.
 Radiasi Elektromagnetik
Bentuk radiasi elektromagnetik adalah gelombang yang terdiri dari medan
listrik dan medan magnet yang saling tegak lurus.

Gambar 1. Gelombang elektromagnetik yang menunjukkan medan listrik E dan


medan
magnet H, dan panjang gelombang l.
Cahaya tampak (visible light) mempunyai l=0,4 m s/d 0,7 m. Warna
yang
terlihat ditentukan oleh panjang gelombang.
Gambar 2. Spektrum radiasi elektromagnetik, termasuk jangkauan panjang
gelombang
untuk berbagai warna cahaya tampak.
Kecepatan radiasi elektromagnetik pada ruang hampa adalah, c =3x108
m/s,
Dirumuskan

Energi radiasi gelombang elektromagnetik atau energi photon, E:

E = hv= hc/λ
h = konstanta planck = 6,63 x 10-34 Js

Jika cahaya merambat pada suatu media kemedia lainnya maka terjadi
beberapaperistiwa, sebagian cahaya akan ditransmisikan, sebagian diabsorbsi oleh
media dan sebagian lain dipantulkan pada batas permukaan kedua media.
Io = IT + IA + IR
atau
T+A+R=1
Io =intensitas cahaya datang
IT =intensitas cahaya yang ditransmisikan
IA =intensitas cahaya yang diabsorpsi
IR =intensitas cahaya yang dipantulkan
T = transmisivitas = IT/IO
A =absorptivitas = IA/IO
R = reflektivitas = IR/IO

Material transparan : material yang mampu meneruskan cahaya dengan


sedikitabsorpsi dan refleksi.
Translucent material : adalah material yang mentransmisikan cahaya secara
diffuse (terurai) yaitu cahaya yang betebaran didalam media. Jika ada benda
dibelakangnya maka benda tersebut terlihat kabur.
opaque : material yang tidak bisa mentransmisikan cahaya tampak.
 Sifat Optik Logam
Semua cahaya tampak tidak bisa ditransmisikan oleh logam , sehingga
logam adalah opaque. Sebagaian besar cahaya tampak akan dipantulkan kembali
ke udara, hanyasebagian kecil yang diserap. Warna logam tergantung dari panjang
gelombang yang dipantulkan .
 Sifat Optik Non-logam
Material non-logam bisa bersifat transparant, maka disamping absorpsi
dan refleksi, refraksi, dan transmisi juga merupakan fenomena yang terjadi.
 Refraksi
Refraksi adalah penurunan kecepatan gelombang cahaya tampak yang
ditransmisikan didalam suatu media. indeks refraksi (n) : rasio kecepatan pada
ruang hampa, c terhadap kecepatanpada media,v:
n = c/v
Harga n dipengaruhi oleh panjang gelombang.
3. Sifat Konduktivitas Zat Padat
 Konduktor
Penghantar dalam teknik elektronika adalah zat yang dapat
menghantarkan arus listrik, baik berupa zat padat, cair atau gas. Karena
sifatnya yang konduktif maka disebut konduktor. Konduktor yang baik adalah
yang memiliki tahanan jenis yang kecil. Pada umumnya logam bersifat
konduktif. Emas, perak, tembaga, alumunium, zink, besi berturut-turut
memiliki tahanan jenis semakin besar. Jadi sebagai penghantar emas adalah
sangat baik, tetapi karena sangat mahal harganya, maka secara ekonomis
tembaga dan alumunium paling banyak digunakan.

 Semikonduktor
Bahan semikonduktor adalah bahan yang mempunyai level
konduktiviti (kemampuan menghantarkan arus listrik) diantara bahan
konduktor dan isolator. Kebalikan dari konduktiviti adalah resistansi, yaitu
kemampuan menahan arus listrik. Semakin tinggi level konduktiviti maka
semakin rendah level resistansi. Istilah resistivity (rho, yunani) biasanya
digunakan untuk membandingkan level resistansi material. Resistivity suatu
material diukur dalam satuan Ω-m atau Ω-cm.
Jadi, bahan semikonduktor mampu menghantarkan listrik lebih baik daripada
isolator, tapi lebih rendah dibandingkan konduktor.
Dilihat dari struktur atom, atom terdiri dari sejumlah elektron, proton,
dan neutron. Nukleus (inti-atom) mengandung proton ( bermuatan positif)
dan neutron ( tidak bermuatan). Elektron (bermuatan negatif) beredar di
sekeliling nukleus. Setiap atom cenderung mempunyai jumlah elektron dan
proton yang sama. Model Bohr dari dua bahan semikonduktor yang paling
umum, germanium (Ge) dan silikon (Si).
Semi konduktor merupakan elemen dasar dari komponen elektronika
seperti dioda, transistor dan sebuah IC (Integrated Circuit). Disebut semi atau
setengah konduktor karena bahan ini memeng bukan konduktor murni.
Bahan-bahan logam seperti tembaga, besi, timah disebut sebagai konduktor
yang baik karena logam memiliki susunan atom yang sedemikian rupa
sehingga elektronnya dapat bebas bergerak bebas.
 Isolator
Dalam istilah elektronika, Isolator listrik adalah sesuatu benda yang
merupakan bukan benda penghantar listrik yang berguna untuk menahan
penghantar listrik. Isolator dapat berupa karet, kayu, kertas, dan biasanya
adalah benda-benda selain golongan logam. Isolator contohnya dapat kita
lihat pada setiap kabel yaitu berupa karet yang berguna untuk melapisi
tembaga (logam) agar arus tetap mengalir pada tembaga. Dengan kata lain
berguna untuk melindungi kita dari sengatan listrik.Oleh sebab itu, isolator
merupakan penghantar listrik yang paling buruk diantara konduktor maupun
semikonduktor.
Isolator memiliki karakteristik lebih lunak daripada logam namun tidak
berair, karena sebagus apapun suatu isolator jika terkena air maka arus listrik
akan dapat mengalir. Isolator memiliki daya resistansi yang tinggi terhadap
arus listrik. Karena sifatnya yang resistan/ menghambat aliran arus listrik
maka benda-benda tersebut disebut isolator.

 Superkonduktor
Superkonduktor adalah suatu material yang tidak memiliki hambatan
dibawah suatu nilai suhu tertentu. Suatu superkonduktor dapat saja berupa
suatu konduktor, semikonduktor ataupun suatu insulator pada keadaan ruang.
Suhu dimana terjadi perubahan sifat konduktivitas menjadi superkonduktor
disebut dengan temperatur kritis (Tc).
Penggunaan superkonduktor yang sangat luas tentu saja dibidang
listrik. Generator yang dibuat dari superkonduktor memiliki efisiensi sebesar
99-an ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan generator yang
menggunakan kawat tembaga.
Dibidang komputer, superkonduktor digunakan untuk membuat suatu
superkomputer dengan kemampuan berhitung yang fantastis. Di bidang
militer, HTS-SQUID digunakan untuk mendeteksi kapal selam dan ranjau
laut.

Anda mungkin juga menyukai