Anda di halaman 1dari 254

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2018

Gambaran Perilaku Petugas Promosi


Kesehatan dalam Pelaksanaan Program
Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Gaol, Risna Elasih Yemima Lumban


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/11295
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PROMOSI KESEHATAN
DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN
DI PUSKESMAS KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh

RISNA ELASIH YEMIMA LUMBAN GAOL


NIM: 141000508

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PROMOSI KESEHATAN
DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN
DI PUSKESMAS KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

RISNA ELASIH YEMIMA LUMBAN GAOL


NIM: 141000508

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul

„GAMBARAN PERILAKU PETUGAS PROMOSI KESEHATAN DALAM

PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS

KOTA MEDAN’ beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya

tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang diajukan kepada

saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan

dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap karya saya ini.

Medan, Oktober 2018

Risna Elasih Y LG

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 4 Oktober 2018

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Lita Sri Andayani, S.K.M, M.Kes


Anggota : 1. Drs. Tukiman, M.K.M
2. Drs. Eddy Syahrial, M.S

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Promosi kesehatan merupakan salah satu pilar utama dalam meningkatkan


kualitas hidup manusia dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, dan untuk masyarakat agar dapat
berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Puskesmas sebagai pusat pelayanan
kesehatan primer mempunyai peran strategis dalam melaksanakan program
promotif dan preventif melalui promosi kesehatan. Pelaksanaan program promosi
kesehatan di Puskesmas sangat bergantung pada perilaku petugas promosi
kesehatan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan menggunakan kuesioner
sebagai instrumen penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan
petugas promosi kesehatan masih berada pada kategori kurang dikarenakan
petugas yang tidak berasal dari latarbelakang Sarjana Kesehatan Masyarakat,
sebagian besar petugas promosi kesehatan masih kurang menguasai dalam bidang
media dikarenakan kurangnya pelatihan, petugas promosi kesehatan ikut
bertanggungjawab di bidang lain selain promosi kesehatan dikarenakan
keterbatasan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana pada sebagian Puskesmas
dalam promosi kesehatan masih dalam kategori kurang dikarenakan kurangnya
dana untuk bidang promosi kesehatan. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota
Medan untuk memberikan pelatihan secara berkala kepada petugas promosi
kesehatan dan merekrut petugas promosi kesehatan yang sesuai dengan latar
belakang pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Kata kunci: petugas, promosi kesehatan, puskesmas, perilaku

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

Health promotion is one of the main pillars in improving the quality of human life
with the aim of enhancing the ability of the community through learning from, by,
and for the community to be able to behave clean and healthy (PHBS). Puskesmas
as primary health care centers have a strategic role in implementing promotive
and preventive programs through health promotion. The implementation of health
promotion programs at the Puskesmas is very dependent on the behavior of health
promotion officers. The research method used in this study is a descriptive
quantitative research using a questionnaire as a research instrument. The results
showed that the knowledge of health promotion officers was still in the category
of lacking because officers who were not from Public Health background were
still lacked control in the media field due to lack of training; they were also
presponsible in other fields except in health promotion because of the limited
human resources, facilities and infrastructure in some health centers. Health
promotion is still in the poor category due to lack of funds. It is therefore
suggested to the Medan City Health Office to provide periodic training to health
promotion and recruit officers who are in accordance with the Bachelor of Public
Health education background.

Key words: officers, health promotion, primary health center, behavior

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan

kesehatan dan kesabaran untuk dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

skripsi dengan judul “Gambaran Perilaku Petugas Promosi Kesehatan dalam

Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan”.

Dalam penyelesaian Skripsi ini penulis banyak menemukan kesulitan dan

hambatan, namun berkat doa, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak

akhirnya skripsi ini dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan

ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Lita Sri Andayani, SKM., M.Kes, selaku Ketua Departemen

Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku sekaligus Dosen Pembimbing

atas segala saran, masukan dan bimbingan yang telah diberikan dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Tukiman, M.K.M, selaku Dosen penguji I atas segala saran dan

masukan yang diberikan untuk penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku Dosen penguji II atas segala saran dan

masukan yang diberikan untuk penyusunan skripsi ini.

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Umi Salmah, SKM, MKes, selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan arahan dan bimbingan studi kepada penulis selama mengikuti

pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh civitas akademika Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas segala wawasan dan

pembelajaran yang telah diberikan.

8. Bapak dan ibu pegawai FKM USU terutama kepada bapak warsito yang

telah banyak membantu dalam hal keperluan administrasi untuk

penyelesaian skripsi ini.

9. Kepada pegawai Dinas Kesehatan bagian promosi kesehatan terutama

kepada Kakak Leory Marbun serta seluruh tenaga promosi kesehatan di

Puseksmas seluruh Kota Medan yang telah banyak membantu dalam

proses penyelesaian skripsi ini.

10. Kepada kedua Orang Tua saya Ayahanda Sahat P Lumban Gaol dan

Ibunda Lasmaria C P Tambunan yang telah membesarkan dengan penuh

cinta, mendidik, membimbing, mendoakan, memberikan dukungan moril

maupun materil dan memberikan kasih sayang yang tidak terhingga

sehingga penulis skripsi ini bisa selesai dengan baik.

11. Kepada Abang Kandung Remanfri E Lumban Gaol dan Otniel M Lumban

Gaol yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12. Kepada Abang Otto Mart Andres, Danny Bukidz, Febri Winando Purba

dan Ariyanto Manik dan yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan

masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Kepada sahabat terdekat Fransiska YBM yang telah banyak memberikan

motivasi, semangat, bantuan serta doa kepada penulis selama mengikuti

pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat dan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

14. Kepada sahabat terdekat Dita Tamala, Evan Hasibuan, Ira Putri dan Ana

Widia serta kepada adik-adik terkasih Efa, Hotna, Jose, Pumel, Duma dan

Urpa yang telah memberikan semangat, motivasi dan doa kepada penulis

selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat dan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Seluruh keluarga besar peminatan PKIP FKM USU 2014 dan kelompok

KKN Samosir terutama Netty Tampubolon atas segala semangat,

dukungan dan bantuan yang diberikan dalam mengerjakan skripsi ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini

sehingga dengan kerendahan hati penulis menerima kritikan dan saran demi

kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Oktober 2018

Risna Elasih Y LG

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daftar Isi

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i


HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xvi
DAFTAR LAMPIRAN xvii
DAFTAR ISTILAH xviii
RIWAYAT HIDUP xix

PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 12
Tujuan Penelitian 13
Tujuan Umum 13
Tujuan Khusus 13
Manfaat Penelitian. 14

TINJAUAN PUSTAKA 15
Konsep Perilaku 15
Teori Lawrence Green 16
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Suatu Perilaku 17
Puskesmas 40
Pengertian Puskesmas 40
Fungsi Puskesmas 40
Promosi Kesehatan 41
Pengertian Promosi Kesehatan 41
Strategi Promosi Kesehatan 43
Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan Di Puskesmas 48
Landasan Teori 54

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kerangka Konsep 55

METODE PENELITIAN 56
Jenis Penelitian 56
Lokasi Dan Waktu Penelitian 56
Populasi Dan Sampel 57
Variabel dan Definisi Operasional 59
Metode Pengumpulan Data 61
Metode Pengukuran 61
Metode Analisis Data 71

HASIL PENELITIAN 73
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 73
Gambaran Karakteristik Responden 74
Gambaran Faktor Predisposing Pada Petugas Promosi Kesehatan 76
Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Kota Medan
Gambaran Pengetahuan Petugas Promosi Kesehatan Dalam 79
Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Gambaran Sikap Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan 80
Program Promosi Kesehatan Di Puskesmas Kota Medan
Gambaran Motivasi Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan 84
Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Gambaran Faktor Enabling Pada Petugas Promosi Kesehatan 89
Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Kota Medan
Gambaran Sarana Dan Prasarana Petugas Promosi Kesehatan 89
Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Kota Medan
Gambaran Sumber Daya Manusia Secara Kuantitas 91
Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program
Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Gambaran Sumber Daya Manusia Secara Kualitas 92
Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program Promosi
Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Gambaran Faktor Reinforcing Pada Petugas Promosi Kesehatan 95
Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Kota Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambaran Imbalan Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan 95
Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Gambaran Dukungan Pimpinan Petugas Promosi Kesehatan 96
Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Kota Medan
Gambaran Faktor Beban Kerja Pada Petugas Promosi Kesehatan 98
Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Kota Medan
Gambaran Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan 100
di Puskesmas Kota Medan

PEMBAHASAN 105
Gambaran Karakteristik Responden 105
Umur 105
Pendidikan Terakhir 106
Masa Kerja 108
Jabatan Fungsional 109
Gambaran Faktor Predisposing Pada Petugas Promosi Kesehatan 110
Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Kota Medan
Gambaran Pengetahuan Petugas Promosi Kesehatan Dalam 110
Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Gambaran Sikap Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan 115
Program Promosi Kesehatan Di Puskesmas Kota Medan
Gambaran Motivasi Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan 119
Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Gambaran Faktor Enabling Pada Petugas Promosi Kesehatan 123
Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Kota Medan
Gambaran Sarana Dan Prasarana Petugas Promosi Kesehatan 123
Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Kota Medan
Gambaran Sumber Daya Manusia Secara Kuantitas 127
Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program
Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Gambaran Sumber Daya Manusia Secara Kualitas 131
Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan
Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambaran Faktor Reinforcing Pada Petugas Promosi Kesehatan 137
Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Kota Medan
Gambaran Imbalan Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan 137
Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Gambaran Dukungan Pimpinan Petugas Promosi Kesehatan 140
Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Kota Medan
Gambaran Faktor Beban Kerja Pada Petugas Promosi Kesehatan 144
Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Kota Medan
Gambaran Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan 148
di Puskesmas Kota Medan

KESIMPULAN DAN SARAN 153


Kesimpulan 153
Saran 154

DAFTAR PUSTAKA 156


LAMPIRAN

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Sarana atau Peralatan Promosi Kesehatan di Puseksmas 31

2 Daftar Puskesmas Kota Medan 58

3 Daftar Puskesmas Berdasarkan Kecamatan Kota Medan 73

4 Distribusi Karakteristik Responden Petugas Promosi 74


Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program Promosi
Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

5 Distribusi Pengetahuan Petugas Promosi Kesehatan Dalam 76


Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Kota Medan

6 Distribusi Kategori Pengetahuan Petugas Promosi 80


Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program Promosi
Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

7 Distribusi Sikap Petugas Promosi Kesehatan Dalam 81


Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Kota Medan

8 Distribusi Kategori Sikap Petugas Promosi Kesehatan 84


Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di
Puskesmas Kota Medan

9 Distribusi Motivasi Petugas Promosi Kesehatan Dalam 84


Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Kota Medan

10 Distribusi Kategori Motivasi Petugas Promosi Kesehatan 88


Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di
Puskesmas Kota Medan

11 Distribusi Sarana dan Prasarana Petugas Promosi 89


Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program Promosi
Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

xiii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12 Distribusi Kategori Sarana dan Prasarana Petugas Promosi 90
Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program Promosi
Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

13 Distribusi Sumber Daya Manusia Secara Kuantitas Petugas 91


Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program Promosi
Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

14 Distribusi Kategori Sumber Daya Manusia Secara 92


Kuantitas Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan
Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

15 Distribusi Sumber Daya Manusia Secara Kualitas Petugas 92


Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program Promosi
Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

16 Distribusi Kategori Sumber Daya Manusia Secara Kualitas 94


Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program
Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

17 Distribusi Imbalan Petugas Promosi Kesehatan Dalam 95


Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Kota Medan

18 Distribusi Kategori Imbalan Petugas Promosi Kesehatan 96


Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di
Puskesmas Kota Medan

19 Distribusi Dukungan Pimpinan Petugas Promosi Kesehatan 96


Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di
Puskesmas Kota Medan

20 Distribusi Kategori Dukungan Pimpinan Petugas Promosi 97


Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program Promosi
Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

21 Distribusi Beban Kerja Petugas Promosi Kesehatan Dalam 98


Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Kota Medan

22 Distribusi Kategori Beban Kerja Petugas Promosi 100


Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program Promosi
Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

23 Distribusi Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan 103


Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program
Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

xiv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24 Distribusi Kategori Pelaksanaan Program Promosi 103
Kesehatan Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan
Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

xv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Gambar 1 Teori Lawrence Green 54

2 Gambar 2 Kerangka Konsep 55

xvi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 168

2 Hasil Pengolahan data SPSS 178

3 Master Data Penelitian 209

4 Surat Permohonan Izin Penelitian 228

5 Surat Izin Penelitian 229

xvii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISTILAH

ASI Air Susu Ibu


JKN Jaminan Kesehatan Nasional
K3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
KB Keluarga Berencana
KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia
KIA Kesehatan Ibu dan Anak
OHP Over Head Projector
PEMKO Pemerintah Kota
PERPRES Peraturan Presiden
PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PKIP Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
SDGs Suistanable Development Goals
SDM Sumber Daya Manusia
SKN Sistem Kesehatan Nasional
TOGA Tanaman Obat Keluarga
TU Tata Usaha
UKBM Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
UKS Unit Kesehatan Sekolah
WHO World Health Organization

xviii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Risna Elasih Yemima Lumban Gaol berumur 22 tahun,

dilahirkan di Depok pada tanggal 28 Januari 1996. Penulis beragama Kristen

Protestan, anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sahat P Lumban

Gaol dan Lasmaria C P Tambunan.

Pendidikan formal dimulai di TK Yaspen Tugu Ibu Depok tahun 2001.

Pendidikan sekolah dasar di SD Yaspen Tugu Ibu Depok tahun 2002-2008,

sekolah menengah pertama di SMP Negeri 4 Depok tahun 2008-2011, sekolah

menengah atas di SMA Negeri 3 Depok tahun 2011-2014, selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Medan, Oktober 2018

Risna Elasih Y LG

xix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pendahuluan

Latar Belakang

WHO memperkenalkan konsep baru sehat produktif yang terangkum

dalam The Ottawa Charter pada sidang di Ottawa tahun 1986: “Health is a source

of everyday life, not merely the objective of living”. Konsep ini berpengaruh

terhadap tujuan dari upaya kesehatan yang tidak lagi hanya sekedar mencapai

kehidupan sehat individu atau masyarakat (Sampoerno, Does. 2008).

Konsep kesehatan ini lalu diadopsi pada UU no 36 tahun 2009 Pasal 1

mengenai kesehatan yang menjelaskan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat,

baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pengertian tersebut

menekankan bahwa kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup

manusia agar manusia dapat hidup produktif sehingga diharapkan upaya-upaya

kesehatan yang ada akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.

Semua konsep tersebut dilandasi oleh Deklarasi Alma Ata pada tahun

1978 yang merupakan bentuk kesepakatan bersama antara 140 negara termasuk

Indonesia yang disepakati pada Konferensi Internasional Pelayanan Kesehatan

Primer. Isi pokok deklarasi ini adalah mengenai kesehatan untuk semua (Health

for all), sebagai bentuk perwujudan hak asazi manusia. Kemudian Deklarasi Alma

Ata juga menyebutkan bahwa untuk mencapai kesehatan untuk semua tahun 2000

adalah melalui Pelayanan Kesehatan Dasar, yang sekurang-kurangnya mencakup

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

8 pelayanan dasar, dimana dari 8 pelayanan kesehatan dasar tersebut, pendidikan

kesehatan (sekarang disebut promosi kesehatan) ditempatkan pada urutan

pertama. Ini berarti bahwa sejak konferensi Alma Ata tahun 1978, para delegasi

140 negara tersebut telah mengakui betapa pentingnya peran promosi kesehatan

dalam mencapai kesehatan untuk semua (Hikmawan, 2012).

Deklarasi Alma Ata menjadi konferensi pertama bagi dunia dalam

merubah paradigma dan pembangunan kesehatan untuk mencapai kesehatan untuk

semua melalui promosi kesehatan, dalam mencapai hal tersebut maka

dilaksanakanlah Konferensi Internasional promosi kesehatan pertama di Ottawa

yang menghasilkan Piagam Ottawa sebagai dasar pijakan promosi kesehatan dan

bentuk komitmen bagi semua delegasi untuk melanjutkan pencapaian “Sehat

untuk semua” tahun 2000 dan sesudahnya seperti yang dideklarasikan dalam

piagam Alma Ata.

Seiring perkembangan zaman, kesepakatan-kesepakatan mengenai

promosi kesehatan semakin berkembang. Setiap 3-5 tahun sekali para delegasi

rutin mengadakan konferensi untuk membicarakan mengenai pembaharuan

promosi kesehatan dengan menghasilkan deklarasi-deklarasi yang disesuaikan

dengan kondisi yang ada, dimana deklarasi terakhir yang diadakan adalah

Deklarasi Shanghai tahun 2016. Deklarasi Shanghai membuat tema yaitu

mempromosikan kesehatan di agenda 2030 untuk pembangunan berkelanjutan.

Secara formal diakui bahwa kesehatan dan kesejahteraan adalah bagian penting

untuk mencapai agenda dan target tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs)

2030.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Kementerian Kesehatan turut mendukung dalam deklarasi-deklarasi

tersebut dengan menetapkan arah pembangunan kesehatan dari upaya kuratif dan

rehabilitatif menjadi upaya promotif dan preventif dengan visi “Masyarakat sehat

yang mandiri dan berkeadilan”. Hal ini juga diperkuat dalam 9 agenda prioritas

(nawacita) didalam agenda ke 5 yang berfokus kepada meningkatkan kualitas

hidup manusia Indonesia melalui program Indonesia sehat. Program Indonesia

Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu: (1) penerapan

paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan, dan (3) pelaksanaan jaminan

kesehatan nasional (JKN). Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi

pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan

preventif, serta pemberdayaan masyarakat (Depkes, 2016). Hal tersebut pun

mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan tahun

2005-2025 yang menekankan kepada peningkatan perilaku dan kemandirian

masyarakat serta upaya promotif dan preventif.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 (RPJMN)

kemudian menegaskan kembali mengenai arah kebijakan dan strategi kesehatan

yang berfokus kepada meningkatkan derajat kesehatan dan gizi masyarakat pada

seluruh siklus kehidupan baik pada tingkat individu, keluarga, maupun

masyarakat melalui program-program yang mengarah kepada promotif dan

preventif. Sementara itu, didalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan

2015-2019, Kementerian Kesehatan telah menentukan indikator yang akan

dicapai dan salah satunya adalah meningkatnya upaya promosi kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

Konsep tersebut kemudian dipertegas kembali dalam pengarusutamaan

kesehatan yang merupakan bagian dari sustainable development goals (sdgs) yang

disampaikan pada Konferensi Nasional ke-7 Promosi Kesehatan tahun 2017, yaitu

menekankan kembali bahwa promosi kesehatan berperan strategis dalam upaya

pencapaian SDGs melalui upaya meningkatkan promosi kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat, serta peningkatan pembiayaan kegiatan promotif dan

preventif serta upaya meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (Subandi

Sardjoko, 2017).

Seperti yang tertera dalam Deklarasi Alma Ata tersebut bahwa Pelayanan

Kesehatan Dasar (dimana jika di Indonesia disebut Puskesmas) harus

menempatkan Promosi Kesehatan pada tingkatan yang pertama. Hal ini pun

kemudian dikembangkan dalam Permenkes no. 75 tahun 2014 tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang menyatakan bahwa Puskesmas sebagai

tulang punggung pelayanan kesehatan menjadikan titik berat pelayanan kesehatan

primer adalah promotif dan preventif yang mendorong meningkatnya peran serta

dan kemandirian masyarat dalam mengatasi berbagai faktor risiko kesehatan. Lalu

ditegaskan kembali dalam tujuan Puskesmas, yaitu memiliki perilaku sehat yang

meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat, memiliki derajat

kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Sehingga pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas tersebut

mendukung terwujudnya Kecamatan sehat sesuai dengan tujuan Puskesmas.

Sejak tahun 2005 Indonesia mulai gencar mengarahkan pembangunan

kesehatan Indonesia ke promotif dan preventif. Namun hasil dari riskesdas 2013

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

ternyata program promosi kesehatan tersebut masih belum mencapai target-target

yang sudah ditetapkan. Persentase rumah tangga yang mempraktikkan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) meningkat dari 50,1% (2010) menjadi 53,9%

(2011), dan 56,5% (2012), lalu turun sedikit menjadi 55,0% (2013). Karena target

tahun 2014 adalah 70%, maka pencapaian tahun 2013 tersebut tampak masih jauh

dari target yang ditetapkan. Desa siaga aktif juga meningkat dari 16% (2010)

menjadi 32,3% (2011), 65,3% (2012), dan 67,1% (2013). Target tahun 2014

adalah 70%, sehingga dengan demikian pencapaian tahun 2013 dalam hal ini

sudah mendekati target yang ditetapkan. Demikian pun dengan Poskesdes yang

beroperasi, yang mengalami peningkatan dari 52.279 buah (2010) menjadi 52.850

buah (2011), 54.142 buah (2012), dan 54.731 buah (2013). Sedangkan target

tahun 2014 adalah 58.500 buah. Dari pencapaian tersebut jelas bahwa masih

terdapat sekitar 45% rumah tangga yang belum mempraktikkan PHBS, sekitar

30% desa siaga belum aktif, dan sekitar 13.500 buah (18,75%) poskesdes belum

beroperasi (diasumsikan terdapat 72.000 buah Poskesdes). Telah terjadi

perubahan yang cukup besar pada anggota rumah tangga ≥10 tahun yang

berperilaku benar dalam buang air besar, yakni dari 71,1% pada tahun 2007

menjadi 82,6% pada tahun 2013. Namun ini berarti bahwa masih ada sekitar

17,4% anggota rumah tangga ≥10 tahun yang berperilaku tidak benar dalam

buang air besar (Riskesdas 2013).

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi yang masih belum

mencapai target capaian-capaian promosi kesehatan. Salah satunya adalah capaian

PHBS rumah tangga, Persentase PHBS rumah tangga pada tahun 2013 mencapai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

63,6%, menurun menjadi 53,62% pada tahun 2014, lalu kembali menurun menjadi

51% pada tahun 2015, meningkat kembali menjadi 53,46% pada tahun 2016. Hal

ini menunjukkan bahwa capaian PHBS rumah tangga di Provinsi sumut masih

jauh dari target nasional, dimana tahun 2014 target nasional PHBS yaitu 70% dan

tahun 2015 menjadi 80%. Desa siaga aktif di Provinsi Sumatera Utara sudah

hampir mencapai target pada tahun 2013 dan 2014 dengan presentase sebesar

66,87% dan 69,56%, terjadi peningkatan pada tahun 2015 menjadi 72,32% namun

kembali menurun menjadi 66,21% pada tahun 2016 (Profil Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Utara 2013-2016).

Program utama promosi kesehatan di seluruh Puskesmas Kota Medan

adalah

1) Penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat pada rumah tangga, institusi

pendidikan, institusi sarana kesehatan, institusi TTU (tempat-tempat umum), 2)

Bayi mendapatkan ASI Eksklusif dengan target capaian 50%, 3) Mendorong

terbentuknya Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) dan 4)

Penyuluhan Napza (Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan kota Medan

2017).

Semua program tersebut terus diupayakan dan dikerjakan, namun ada

beberapa program yang belum mencapai target, terkhususnya mengenai program

PHBS rumah tangga yang cenderung masih fluktuatif. Tahun 2014 capaian PHBS

rumah tangga kota Medan mencapai 62,1% lalu terjadi peningkatan di tahun 2015

sebesar 66,2% namun di tahun 2016 sampai tahun 2017 terjadi penurunan yang

cukup signifikan menjadi 38,2% dan 27,5% (Profil Dinas Kesehatan Kota

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

Medan). Sedangkan, pada tahun 2015 Kementrian Kesehatan telah menetapkan

pencapaian sasaran PHBS sebesar 80%. Hal ini menunjukkan kota Medan masih

jauh dari target nasional. Kota Medan sendiri merupakan Ibukota dari Provinsi

Sumatera Utara, dimana seharusnya dapat menjadi teladan bagi kota dan

kabupaten lainnya, namun capaian PHBSnya masih lebih rendah dari Kota atau

Kabupaten lainnya di Provinsi Sumatera Utara, seperti pada tahun 2016 capaian

PHBS rumah tangga di kota Tebing Tinggi sudah mencapai 75,40%, di Labuhan

Utara sudah mencapai 70,87% dan Pakpak Bharat mencapai 55,23% (Profil Dinas

Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2016).

Dalam survey pendahuluan di Dinas Kesehatan kota Medan, tercatat

bahwa setiap puskesmas sudah rutin mengadakan program penyuluhan khususnya

penyuluhan yang diadakan di posyandu dan jika melihat data dari Dinas

Kesehatan Kota Medan, 99,6% posyandu kota Medan sudah mencapai strata

purnama. Salah satu program utama Posyandu adalah memberikan penyuluhan

mengenai ASI Eksklusif dimana program ini juga menjadi indikator PHBS rumah

tangga, namun program tersebut belum memberikan hasil yang maksimal dengan

melihat capaian yang masih jauh dari target dengan target yang sudah ditentukan

adalah 50%, namun tahun 2016 capaian ASI Eksklusif di kota Medan masih

mencapai 30,9%.

Salah satu strategi promosi kesehatan adalah pemberdayaan masyarakat,

dimana mengupayakan agar masyarakat dapat mandiri dalam mencegah dan

menanggulangi masalah kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dalam hal

kesehatan salah satunya dapat dilihat dari status desa siaga di wilayah tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

Desa siaga memiliki tingkatan atau strata yang disesuaikan dengan indikator yang

telah ditentukan, semakin tinggi strata desa tersebut maka dapat dikatakan bahwa

desa tersebut semakin mandiri dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan. Di

kota Medan secara data seluruh desa sudah menjadi desa siaga aktif namun masih

berada pada tingkat pratama, artinya desa siaga tersebut belum sepenuhnya

mandiri, sedangkan kota Tebing Tinggi sudah memiliki 9 desa siaga yang

berstatus mandiri (2016). Menurut survey pendahuluan yang dilakukan peneliti,

tahun 2018 desa siaga di Kota Medan dalam kenyataannya tidak aktif,

dikarenakan kekurangan dana dan sulitnya berkoordinasi dengan pihak kelurahan.

Dalam Perpres RI no 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional

salah satu sub sistem dalam penyelenggaraan sistem kesehatan nasional adalah

mengenai sumber daya manusia dimana dinyatakan bahwa diperlukan sumber

daya manusia yang berkualitas, sesuai dengan keahlian dan kualifikasinya

termasuk tenaga kesehatan masyarakat guna memenuhi tuntutan kebutuhan

pembangunan bangsa. Supratman Sukowati juga menyatakan bahwa tenaga

kesehatan masyarakat merupakan sumber daya yang sangat penting peranannya

dalam pembangunan kesehatan dalam sistem kesehatan nasional (SKN). Oleh

karena itu untuk mewujudkan paradigma sehat tersebut, diperlukan kontribusi

yang lebih besar dari para tenaga kesehatan masyarakat dalam pembangunan

kesehatan di Indonesia.

Kota Medan sudah mempunyai potensi yang cukup besar dalam

mengoptimalkan pelaksanakan program promosi kesehatan terkhususnya di setiap

Puskesmas. Didalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah kota Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

tahun 2006-2025 dalam bidang kesehatan berfokus kepada peningkatan derajat

kesehatan masyarakat dengan mengembangkan pelayanan kesehatan yang

bersifat pencegahan primer (PEMKO Medan, 2009).

Dinas Kesehatan selanjutnya mengembangkan program pencegahan

primer tersebut dengan meratakan jumlah tenaga kesehatan masyarakat

terkhususnya tenaga promosi kesehatan di setiap Puskesmas. Jumlah Puskesmas

di Kota Medan ada 39 puskesmas, dan di setiap puskesmas sudah terdapat petugas

yang bertanggungjawab di bidang promosi kesehatan bahkan dari 39 Puskesmas,

24 Puskesmas sudah memiliki petugas promosi kesehatan dengan berlatar

belakang pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat, namun hal tersebut belum

memaksimalkan pelaksanaan program promosi kesehatan dengan melihat capaian

program yang masih belum tercapai.

Memiliki latar belakang sarjana Kesehatan Masyarakat juga tidak

membuat petugas memiliki kualitas dalam melakukan program promosi kesehatan

seperti penyuluhan, salah satu Puskesmas menyatakan bahwa lebih sering petugas

dibidang lain yang memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai

promosi kesehatan, hal ini juga dipengaruhi oleh keikutsertaan petugas promosi

kesehatan dalam mengikuti pelatihan untuk menunjang pelaksanaan program

promosi kesehatan, tidak semua petugas promosi kesehatan mengikuti kegiatan

pelatihan promosi kesehatan secara rutin, satu Puskesmas yang diwawancarai oleh

peneliti menyatakan bahwa selama 7 tahun menjadi petugas promosi kesehatan

hanya 1 kali mengikuti pelatihan promosi kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

Menurut survey yang peneliti lakukan di dua Puskesmas tidak

terlaksananya beberapa program promosi kesehatan juga dipengaruhi beberapa

hal, yaitu kurangnya dana yang dianggarkan untuk program-program promosi

kesehatan membuat petugas kesulitan mengerjakan program-program yang ada

seperti penyuluhan atau pemberdayaan lainnya sehingga beberapa program

menjadi terbengkalai dan kurang maksimal. Kurangnya akses dan dana untuk

transportasi petugas juga menghambat petugas dalam tugasnya untuk terjun ke

lapangan. Semua hal tersebut membuat petugas promosi kesehatan hanya

mengerjakan program yang telah dianggarkan, jika tidak ada dana yang keluar

petugas tidak akan mengerjakan program tersebut.

Dalam melaksanakan suatu program sangat dibutuhkan adanya

perencanaan yang dibuat sebelum melaksanakan program, setiap petugas promosi

kesehatan di Puskesmas sudah membuat perencanaan program promosi kesehatan

di awal tahun, namun dari observasi yang saya lakukan di satu Puskesmas

perencanaan tersebut tidak dibuat dengan detail seperti tidak ada tertera target

jumlah sasaran, tidak tertera waktu dalam melaksanakan program, tidak tertera

anggaran yang dikeluarkan dalam program tersebut, tidak tertera output yang

ingin dicapai dalam program tersebut. Keterbatasan sumber daya di Puskesmas

juga menyebabkan petugas promosi kesehatan bertanggung jawab atas program

kerja yang lain seperti K3, menjadi bendahara, mengerjakan surveilans dll. Hal ini

juga membuat petugas menjadi tidak fokus dikarenakan terlalu banyak jobdesc

yang harus dikerjakan dan tuntutan capaian program lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Setiap bulannya petugas promosi kesehatan di setiap puskesmas

melaksanakan evaluasi secara rutin bersama dengan Dinas Kesehatan. Hal ini

berarti bahwa Dinas Kesehatan Kota Medan sudah menaruh perhatian yang penuh

mengenai program Promosi Kesehatan di setiap Puskesmas dan petugas Promosi

Kesehatan itu sendiri. Namun menurut hasil dari wawancara dengan salah satu

petugas promosi kesehatan, pertemuan tersebut kurang memberikan solusi kepada

petugas promosi kesehatan di Puskesmas dalam menghadapi segala hambatan

yang ada. Selain itu, kurangnya monitoring secara langsung dari Dinas Kesehatan

juga menuntut petugas promosi kesehatan untuk bekerja secara mandiri.

Pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas sangat bergantung

pada kinerja petugas promosi kesehatan. Selama ini petugas promosi kesehatan

hanyalah sebatas penyuluh kesehatan yang bertugas memberikan informasi.

Padahal seorang petugas promosi kesehatan bukan hanya memberikan informasi

tetapi dapat berperan sebagai pendidik, penjaja (agen perubahan), pendamping,

penasehat, dan melakukan advokasi. Hubungan yang erat antara petugas

pelayanan kesehatan dan masyarakat sangat penting dan harus merupakan proses

dua arah. Petugas kesehatan harus tanggap terhadap kebutuhan masyarakat yang

mereka layani. Profesionalisme kinerja petugas promosi kesehatan dipengaruhi

oleh pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti yaitu untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawab (Yuniarti, 2012).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ferdinandus Residul (2017)

menyatakan bahwa ada hubungan perilaku petugas penyelidikan epidemiologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

yaitu sarana dan prasarana dan dukungan pimpinan dengan keterlambatan

pelaporan hasil penyelidikan epidemiologi demam berdarah dengue di kota

semarang. Penelitian yang dilakukan Yuniarti (2012) juga menyatakan bahwa ada

hubungan tingkat pendidikan dan keterampilan dengan kinerja petugas penyuluh

kesehatan dalam praktek promosi kesehatan.

Perilaku petugas promosi kesehatan didalam pelaksanaan program

promosi kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti yang sudah dipaparkan

diatas. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti kembali gambaran perilaku

petugas promosi kesehatan dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di

Puskesmas kota Medan dengan asumsi peneliti faktor-faktor perilaku tersebut

ialah karakteristik responden (umur, pendidikan terakhir, masa kerja, jabatan),

pengetahuan, sikap, motivasi, sarana dan prasarana, sumber daya manusia,

imbalan, dukungan pimpinan dan beban kerja.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah gambaran perilaku

petugas promosi dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas

kota Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui gambaran perilaku petugas promosi kesehatan dalam pelaksanaan

program promosi kesehatan di puskesmas kota Medan.

Tujuan khusus. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik responden (umur, pendidikan

terakhir, masa kerja dan jabatan fungsional) petugas promosi kesehatan dalam

pelaksanaan program promosi kesehatan di puskesmas kota Medan.

2. Untuk mengetahui gambaran faktor predisposing petugas promosi kesehatan

(pengetahuan, sikap, motivasi) dalam pelaksanaan program promosi

kesehatan di puskesmas kota Medan.

3. Untuk mengetahui gambaran faktor enabling (sarana dan prasarana dan

sumber daya manusia secara kuantitas dan kualitas) petugas promosi

kesehatan dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di puskesmas kota

Medan.

4. Untuk mengetahui gambaran faktor reinforcing (imbalan dan dukungan

pimpinan) petugas promosi kesehatan dalam pelaksanaan program promosi

kesehatan di puskesmas kota Medan.

5. Untuk mengetahui gambaran faktor beban kerja petugas promosi kesehatan

dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di puskesmas kota Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi Dinas Kesehatan kota Medan

Sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan program promosi

kesehatan dalam profesionalitas petugas promosi kesehatan di puskesmas

kota Medan.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan

penelitian ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tinjauan Pustaka

Konsep Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan, jadi periaku manusia pada hakekatnya

adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. (Wawan dan Dewi, 2015:50).

Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan perilaku yaitu tanggapan

atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan, kemudian Wawan dan

Dewi, (2015: 49) menjelaskan kembali bahwa perilaku adalah respon individu

terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai

frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Hal tersebut

berarti bahwa perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau biasa

disebut dengan stimulus, selain itu perilaku manusia bukan hanya dipengaruhi

oleh pikiran dan perasaan manusia, namun lingkungan atau stimulus lah yang

paling mempengaruhi seseorang untuk berperilaku atau menghasilkan respon.

Skinner (1983) mengemukakan bahwa perilaku merupakan respons atau

reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian,

perilaku manusia terjadi melalui proses : Stimulus → Organisme → Respons,

sehingga teori Skiner ini disebut teori “S-O-R”. Berdasarkan teori tersebut, maka

perilaku manusia dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16

a. Perilaku tertutup (Covert Behavior)

Periaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih

belum dapat diamati orang lain dari luar secara jelas. Respons seseorang

terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan

sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable

behavior”atau “covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan

dan sikap.

b. Perilaku terbuka (Overt Behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut berupa

tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau

“Observable behavior”.

Menurut B.F Skinner (1965:15) Perilaku merupakan permasalahan yang

sulit, bukan karena tidak bisa dipahami namun perilaku merupakan sesuatu hal

yang sangat kompleks. Perilaku adalah sebuah proses, bukan suatu hasil dan tidak

mudah untuk dilakukan obsevasi selain itu perilaku mudah berubah dan berlalu

dari ingatan.

Teori Lawrence Green

PRECEDE-PROCED adalah sebuah alat atau model untuk membantu

merencanakan program kesehatan dengan tahap pertama yaitu melakukan

identifikasi atau diagnosis masalah-masalah yang ada di sekitar lingkungan

masyarakat tersebut yang berpengaruh terhadap kesehatan (PRECEDE),

kemudian hasil dari identifikasi tersebut akan mengarahkan dalam membuat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

perencanaan program promosi kesehatan lalu dilakukan pengaplikasian dan

evaluasi (PROCEDE).

a. PRECEDE merupakan akronim dari Predisposing, Reinforcing, and Enabling

Constructs in Educational and Environmental Diagnosis and Evaluation.

Pada tahap pertama akan menilai kualitas hidup dan masalah sosial yang

terjadi dalam masyarakat tersebut. Tahap kedua akan melakukan identifikasi

permasalahan dari segi epidemiologi untuk menentukan prevalensi dan

tingkat keparahan maslaah kesehatan. Tahap ketiga mengidentifikasi faktor

perilaku dan lingkungan yang terkait dengan tujuan yang diidentifikasi pada

fase sebelumnya. Tahap keempat melakukan identifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku masyarakat yaitu faktor predisposisi (predisposing),

faktor pendukung (enabling) dan faktor penguat (reinforcing).

b. PROCEDE merupakan akronim dari Policy, Regulatory and Organizational

Constructs in Educational and Environmental Diagnosis and Evaluation.

PROCEDE merupakan fase lanjutan dari PRECEDE, dimana pada tahap

kelima dilakukan analisis dari ketersedian dan kebutuhan administrasi dan

sumber kebijakan untuk pengembangan program. Pada tahap keenam

melakukan intervensi. Pada tahap ke 7-9 di dirancang untuk menilai kembali

sejauh mana intervensi yang telah dilakukan (Bruce Simons Morton et al,

2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya suatu perilaku. Salah

satu tahap yang paling penting dalam merancang program promosi kesehatan

adalah tahap ke-3, karena semua hal yang terjadi dalam kehidupan manusia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

terkhususnya dalam maslaah kesehatan sangat dipengaruhi oleh perilaku

masyarakat terlebih perilaku manusia itu sendiri. Lawrence Green merangkum

faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya suatu perilaku ke dalam tiga faktor,

yaitu :

Faktor pemudah (predisposing factor). Merupakan faktor yang berasal

dari diri sendiri, dimana individu tersebut mempunyai sebuah kesadaran atau

pengertian yang dapat mendorong adanya sebuah perilaku. Yang termasuk dalam

faktor ini adalah: pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, motivasi

dll. Serta karakteristik individu tersebut seperti: umur, pendidikan, pekerjaan dll.

Pengetahuan. Notoatmodjo (2003) yang dikutip oleh Wawan dan Dewi

(2010) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi

setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Probst,

et.al, (2000, p24) yang dikutip oleh Elisa (2016) berpendapat bahwa pengetahuan

adalah kesadaran jiwa dan keahlian-keahlian yang digunakan untuk memecahkan

suatu masalah. Kesadaran dan keahlian tersebut termasuk teori-teori dan

praktiknya, serta peraturan dan instruksi-instruksi suatu aksi. Knowledge ada

berdasarkan pada data dan informasi, tetapi knowledge juga terbatas pada setiap

orang. Knowledge dibangun oleh idividu-individu dan menggambarkan

kepercayaan tiap orang tentang suatu hubungan kausal.

a. Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang

mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut

(Notoatmodjo, 2003) :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

1. Tahu (Know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :

menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.

2. Memahami (Comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui

dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.

4. Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu

komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan

kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan,

memisahkan.

5. Sintestis (Sinthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk

keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintestis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

6. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek

tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang sudah ada (Notoatmodjo, 2003).

b. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ada dua, yaitu :

1. Faktor Internal

a. Pendidikan

Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk

mendapatkan informasi , misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.

Umumnya, pendidikan yang tinggi akan semakin memperluas

pengetahuan seseorang, sehingga mempermudah seseorang tersebut

memperoleh berbagai informasi dan dapat mencermatinya dengan baik.

Sebaliknya, umumnya orang yang dengan tingkat pengetahuannya rendah

akan sulit menerima informasi dari orang lain, dan bahkan akan sulit untuk

dirubah perilakunya.

b. Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur

individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Sedangkan menurut Hucklok (1998) semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja, dari segi kepercayaan masyarakat seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyatakat, seseorang

yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan

jiwa. (Wawan dan Dewi, 2015).

c. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan

bahwa pengalaman merupakan salah satu sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya

untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan

yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 1997).

2. Faktor Eksternal

a. Faktor Lingkungan

Menurut Ann Mariner yang dikutip dari Nursalam, lingkungan merupakan

seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari

sikap dalam menerima informasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Sikap. Thurstone dalam Azwar (1998) berpendapat bahwa sikap sebagai

salah satu konsep yang cukup sederhana, yaitu jumlah pengaruh yang dimiliki

seseorang atas atau menentang suatu objek. Eagly dan Chaiken (1993)

mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap

objek, yang diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif dan perilaku.

Nugroho menegaskan mengenai definisi sikap yang disampaikan oleh Allport

bahwa sikap adalah kecenderungan memberikan tanggapan terhadap suatu objek,

baik disenangi maupun tidak disenangi secara konsisten. Sikap yang terdapat pada

diri individu akan memberi warna atau corak tingkah laku ataupun perbuatan

individu yang bersangkutan. Dengan memahami atau mengetahui sikap individu,

dapat diperkirakan respons atau perilaku yang akan diambil oleh individu yang

bersangkutan (Wawan dan Dewi, 2015).

a. Komponen Sikap

Azwar S (2000) yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2015) menyatakan

bahwa sikap terbagi menjadi 3 komponen, yaitu :

1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh

individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan streotipe

yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan

(opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang

kontroversial

2. Komponen afektif melibatkan perasaan atau emosi, berhubungan dengan

rasa senang atau rasa tidak senang terhadap objek sikap. Reaksi emosional

kita terhadap suatu objek akan membentuk sikap positif atau negatif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

terhadap objek tersebut. Aspek emosional ini yang biasanya berakar paling

dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan

terhadap pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang.

3. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu

sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau

kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap dengan objek yang

dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang

dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

b. Tingkatan Sikap

Sikap memiliki tingkatan-tingkatan berdasarkan intensitasnya, yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus

yang diberikan (objek).

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap

pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai (valuing)

Menghargai berarti subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif

terhadp objek atau stiumulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain,

bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain

merespons.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab merupalan sikap yang paling tinggi, bertanggung

jawab atas apa yang teah diyakinkannya. Seseorang yang telah mengambil

sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil

risiko tersebut.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap

Menurut Azwar (2013:17) yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2015),

faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap objek sikap antara lain:

1. Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi

haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih

mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi

yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis

atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini

antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk

menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita

terhadap berbagai masalah.Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

masyarakatnya, karna kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman

individu-individu masyarakat asuhannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

4. Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi

lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif

cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh

terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama

sangat menentukan sistem kepercayaa tidaklah mengherankan jika pada

gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6. Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari

emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Motivasi. Setiap perilaku yang kita lakukan memiliki alasan atau sebab

mengapa kita melakukan perilaku tersebut. Pada dasarnya alasan atau sebab kita

melakukan perilaku tersebut berdasarkan dengan kebutuhan-kebutuhan yang ingin

kita peroleh dari setiap perilaku yang kita lakukan. Misalnya seorang mahasiswa

belajar karena dia akan menghadapi ujian dan dia membutuhkan nilai yang bagus

sebagai pertanggungjawaban dia kepada orang tua nya. Kebutuhan-kebutuhan

tersebut lah yang menggerakan seseorang untuk berperilaku, semakin banyak

kebutuhan yang ingin diperoleh semakin besar pula motivasi dan tindakan

seseorang tersebut. Hal itu berarti bahwa, motivasi adalah dorongan dari dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

diri manusia untuk berperilaku dan kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri

manusia yang perlu ditanggapi atau direspons (Notoatmodjo, 2010).

Robert C. Beck menyatakan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang

dapat diartikan sebagai tenaga penggerak yang memengaruhi kesiapan untuk

memulai melakukan rangkaian kegiatan dalam suatu perilaku. Sadirman A.M juga

menambahkan bahwa motivasi tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat

diinterpretasikan dari tingkah lakunya. Harold Koontz dan Heinz Weihrich

menegaskan kembali bahwa motivasi dapat dipandang sebagai perubahan energy

dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling, dan didahului

dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. disamping itu, motivasi juga dapat

dinilai sebagai suatu daya dorong (driving force) yang menyebabkan orang dapat

berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini motivasi mennjuk pada

gejala yang melibatkan dorongan perbuatan terhadap tujuan tertentu. (Uno, 2016).

Gray (2011) mendefinisikan motivasi sebagai hasil sejumlah proses yang

bersifat internal atau eksternal sebagai hasil sejumlah proses yang bersifat internal

atau eksternal bagi seseorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap

antusiasme dan persistence dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu

(Hamali, 2016: 130).

Malone membedakan dua bentuk motivasi yang meliputi motivasi intrinsik

dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik timbul tidak memerlukan rangsangan

dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau

sejalan dengan kebutuhan. Sedangkan motviasi ekstrinsik timbul karena adanya

rangsangan dari luar individu. (Hamzah B.Uno, 2016:66).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Abraham H. Maslow membuat teori needs hierarchy theory mengenai

tingkatan kebutuhan manusia, dan dia menyatakan bahwa:

a. Manusia adalah suatu makhluk sosial “berkeinginan” dan keinginan ini

menimbulkan kebutuhan yang harus dipenuhi. Keinginan atau kebutuhan ini

bersifat terus-menerus, dan selalu meningkat.

b. Kebutuhan yang telah terpenuhi (dipuaskan), mempunyai pengaruh untuk

menimbulkan keinginan atau kebutuhan lain dan yang lebih meningkat.

c. Kebutuhan manusia tersebut nampaknya berjenjang atau bertingkat-tingkat.

Tingkatan tersebut menunjukkan urutan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

suatu waktu tertentu. Satu motif yang lebih tinggi tidak akan dapat

mempengaruhi atau mendorong tindakan seseorang, sebelum kebutuhan dasar

terpenuhi. Dengan kata lain, motif-motif yang bersifat psikologis tidak akan

mendorong perbuatan seseorang, sebelum kebutuhan dasar terpenuhi. Dengan

kata lain, motif-motif yang bersifat psikologis tidak akan mendorong perbuatan

seseorang, sebelum kebutuhan dasar (biologis) tersebut terpenuhi.

d. Kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang lain saling kait mengait, tetapi

tidak terlalu dominan keterkaitan tersebut. Misalnya, kebutuhan utuk

pemenuhan kebutuhan berprestasi tidak harus dicapai sebelum pemenuhan

kebutuhan berafiliasi dengan orang lain, meskipun kebutuhan tersebut saling

berkaitan. (Notoatmodjo, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Abraham H. Maslow merumuskan tingkatan kebutuhan manusia, yaitu :

1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs)

Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang sangat pokok karena kebutuhan

ini berkaitan erat dalam hal kelangsungan hidup. Kebutuhan ini meliputi

kebutuhan sandang, pangan dan papan. Karena ini merupakan kebutuhan

biologis dan kebutuhan paling dasar maka kebutuhan ini akan didahulukan

oleh manusia, dimana bila kebutuhan ini belum terpenuhi maka individu tidak

akan tergerak untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.

2. Kebutuhan rasa aman (safety needs)

Kebutuhan ini berkaitan dengan rasa aman terhadap ancaman-ancaman dari

luar, seperti ancaman alam, masalah kesehatan, ancaman suatu saat tidak

dapat bekerja, atau ancaman dari orang lain. Kebutuhan ini muncul setelah

kebutuhan pertama terpenuhi. Kebutuhan ini bukan saja keamanan fisik,

tetapi juga keamanan secara psikologis, misalnya bebas dari tekanan atau

intimidasi dari pihak lain.

3. Kebutuhan sosial (social needs)

Kebutuhan ini menyangkut dengan relasi dengan orang lain. Melihat bahwa

manusia adalah makhluk sosial, tidak dapat berdiri sendiri dan membutuhkan

pertolongan orang lain. Sehingga kebutuhan ini berarti bahwa kebutuhan

untuk bersosialisasi dengan orang lain yang diwujudkan melalui keikutsertaan

seseorang dalam suatu organisasi atau perkumpulam-perkumpulan tertentu.

Kebutuhan ini juga berarti bahwa seseorang butuh dicintai dan mencintai

orang lain, seseorang memiliki keinginan untuk membantu orang lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

Abraham H. Maslow juga merangkumkan kembali mengenai kebutuhan-

kebutuhan sosial yang ada yaitu, kebutuhan akan perasaan dihormati,

kebutuhan untuk diterima orang lain, kebutuhanakan perasaan kemajuan,

kebutuhan akan perasaan ikut serta atau berpartisipasi (Notoatmodjo,

2010:128).

4. Kebutuhan pengakuan (self esteem needs)

Setelah menjadi bagian dari orang lain atau bagian dari suatu komunitas,

manusia juga membutuhakan yang jauh dari pada itu yaitu diakui/dihargai

(Marihot T E Hariandja, 2002:326). Kebutuhan ini juga sangat dipengaruhi

oleh apa yang kita lakukan atau kita kerjakan untuk orang lain dan komunitas

yang ada, sehingga membuat orang-orang mengakui keberadaan kita.

5. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs)

Kebutuhan ini merupakan keutuhan untuk mengembangkan potensi diri

secara maksimal. Kebutuhan ini juga merupakan realisasi diri secara lengkap

dan penuh. (Notoatmodjo, 2010).

Faktor pemungkin (enabling factors). Faktor pemungkin merupakan

kondisi dari orang itu sendiri atau dari lingkungan yang memfasilitasi untuk

mendukung perilaku atau tindakan seseorang termasuk adanya kesediaan fasilitas,

aksesibilitas, dan keterjangkauan perawatan kesehatan dan sumber daya lainnya.

(Bruce Simons Morton et al, 2012:328). Green dan Kreuter (2005) pada buku

“Introduction to Health Promotion & Behavioral Science in Public Health” yang

ditulis oleh Hala, Elva, Guadalupe (2016:38) menyatakan bahwa enabling faktor

merupakan faktor yang berasal dari kondisi luar yang dapat mempengaruhi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

kemampuan seseorang atau komunitas dalam mengadopsi dan mempertahankan

perilaku tertentu. Yang termasuk dari faktor enabling ini adalah akses kesehatan,

tersedianya sumberdaya, aturan yang berkaitan dengan masalah kesehatan

tersebut. Ralph Diclemente, Laura dan Richard menjelaskan mengenai faktor

enabling dalam buku Health behavior theory for public health (2013:52), yaitu

faktor enabling menyediakan fasilitas kepada individu atau masyarakat agar dapat

melakukan perilaku kesehatan secara nyata.

Sarana dan Prasarana. Sarana kesehatan adalah segala macam alat yang

digunakan dalam kegiatan pelayanan kesehatan, dalam daftar istilah kesehatan

dikenal pula dengan sebutan alat bantu medis, yaitu segala macam peralatan yang

dipakai tenaga medis untuk membantu memudahkan melakukan kegiatan

pelayanan kesehatan, jadi sarana kesehatan adalah segala macam peralatan yang

digunakan tenaga medis/para medis untuk memudahkan penyampaian pelayanan

kesehatan. Lalu dapat dirumuskan bahwa prasarana kesehatan adalah segala

macam peralatan, kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan petugas

puskesmas untuk memudahkan penyelenggaraan puskesmas. Perbedaan sarana

dan prasarana kesehatan adalah pada fungsi masing-masing yaitu sarana kesehatan

untuk memudahkan penyampaian maksud pelayanan, prasarana kesehatan untuk

memudahkan penyelenggaraan kesehatan. Berkenaan dengan hal tersebut

(Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat : 2007) menyatakan bahwa

Peralatan kesehatan merupakan salah satu sumber daya kesehatan yang sangat

menentukan mutu dan kesinambungan penyelenggaraan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat. (Wahyu Hidayat, 2015). Sarana atau peralatan promosi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

kesehatan Puskesmas minimalnya adalah sebagai berikut (KEPMENKES RI,

2007):

Tabel 1
Sarana atau Peralatan Promosi Kesehatan di Puskesmas
Jenis Sarana/Peralatan Jumlah
Flipcharts & Stands 1 set
Over Head Projector (OHP) 1 buah
Amplifier & wireless microphone 1 set
Kamera foto 1 buah
Megaphone/Public address system 1 set
Portable generator 1 buah
Tape/cassette recorder/player 1 buah
Papan informasi 1 buah

Sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan faktor yang

penting menentukan dalam setiap organisasi karena sebagai salah satu unsur

kekuatan daya saing organisasi juga penentu utama organisasi dalam

meningkatkan produknya atau pelayanannya kepada masyarakat (Sutadji, 2009).

Pada dasarnya, sumber daya dapat dibagi dua, yaitu sumber daya manusia

(Human Resources) dan sumber daya alam (Natural Resources). Sumber Daya

Manusia dalam setiap organisasi baik publik maupun bisnis, adalah sumber daya

yang utama, di samping berbagai sumber daya lainnya. Oleh sebab itu, dalam

mengelola berbagai sumber daya tersebut, SDM-nya haruslah berkualitas. Dengan

kata lain, berbagai sumber daya yang melimpah ruah jika tidak diikuti dengan

kompetensi SDM akan menjadi percuma karena tidak dapat dikelola dan

dimanfaatkan dengan baik. Peran Sumber Daya Manusia menjadi pusat utama

dalam menjalankan roda organisasi (Lijan Poltak Sinambela, 2016). Sedangkan

Cao dan Yu (2007) mendefinisikan SDM mengacu pada kemampuan pekerja yang

mempromosikan pembangunan ekonomi dan sosial secara keseluruhan, termasuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

kemampuan kerja intelektual dan kerja fisik. SDM bukan berarti hanya merujuk

kepada manusianya saja tetapi kemampuan si karyawan tersebut (Adityawarman,

2015)

Menurut CHR. Jimmy L.Gaol dalam bukunya Human Capital (2014),

sumber daya manusia adalah identik dengan personalia, pegawai, tenaga kerja,

karyawan dan buruh, yang dalam bahasa Inggris disebut human resource, per-

sonnel, employee, manpower dan human Capital. Sumber Daya Manusia (Human

Resources) memegang peranan yang sangat penting dan dominan dalam suatu

perusahaan/organisasi, karena human resources are the people, individuals, and

groups that help organizations produce goods or Services (sumber daya manusia

adalah orang, individu-individu, dan kelompok-kelompok yang membantu

organisasi-organisasi menghasilkan/memproduksi barang-barang atau jasa-jasa).

Menurut Straub dan Attner (1985:136) dalam buku Human Capital oleh

CHR Jimmy L.Gaol, “people are the most important resource of an organization.

They supply the talent, skills, knowledge, and experience to achieve the

organizaton's objective”. Manusia merupakan sumber daya yang paling penting

dari sebuah organisasi. Manusia memberikan bakat, keahlian, pengetahuan, dan

pengalaman untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Sejalan dengan pernyataan

diatas, menurut Schermerhorn (1996:4), Human Resources are the people,

individuals, and groups that help organizations produce goods or services.

Sumber daya manusia adalah orang, individu-individu, dan kelompok-kelompok

yang membantu organisasi menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Kualitas sumber daya manusia juga ditentukan oleh kuantitas pekerja di

suatu organisasi. Menurut CHR Jimmy L.Gaol, kuantitas karyawan merupakan

salah satu faktor yang menentukan baik tidaknya seorang karyawan dan faktor

yang penting dalam pelaksanaan pekerjaan karyawan tersebut. Notoatmodjo

(1992) yang dikutip oleh Alden Laloma mengemukakan bahwa berbicara masalah

sumber daya manusia dapat dilihat dari dua aspek, yaitu menyangkut “kuantitas”

dan “kualitas”, kuantitas adalah menyangkut jumlah sumber daya manusia

(penduduk) sedangkan kualitas menyangkut mutu sumber daya manusia tersebut.

Kuantitas sumber daya manusia yang besar tidak menjamin akan menghasilkan

produktifitas yang tinggi dalam suatu organisasi, kuantitas sumber daya manusia

perlu memperhatikan beban kerja dan output yang ingin dicapai sehingga tidak

ada yang memiliki beban kerja yang berlebih atau sebaliknya.

Faktor penguat (reinforcing factors). Merupakan faktor yang mendorong

seseorang berperilaku dari luar diri orang tersebut, termasuk penghargaan sosial

dan fisik. (Bruce Simons Morton et al, 2012:328). Green dan Kreuter (2005) pada

buku “Introduction to Health Promotion & Behavioral Science in Public Health”

yang ditulis oleh Hala, Elva, Guadalupe (2016:38) menjelaskan bahwa faktor

reinforcing adalah faktor-faktor yang dapat memperkuat sebuah perilaku dengan

memberikan penghargaan dan imbalan yang berkelanjutan agar perilaku tersebut

dapat dilakukan secara berulang-ulang, seperti dukungan dari sesame dan manfaat

yang dapat dirasakan secara nyata. Faktor penguat dari luar bisa sangat

berpengaruh terhadap perilaku seseorang, baik dari dorongan yang positif sampai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

hal negatif, seperti adanya pengawasan, penghargaan, sanjungan, dukungan dari

keluarga atau pimpinan, sanksi atau hukuman.

Imbalan. Imbalan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah upah

sebagai pembalas jasa. Imbalan atau kompensasi adalah hal yang diterima oleh

pegawai, baik berupa uang atau bukan uang sebagai balas jasa yang diberikan bagi

upaya pegawai (kontribusi pegawai) yang diberikannya untuk organisasi.

Pengelolaan kompensasi merupakan kegiatan yang amat penting. Dengan

kompensasi kita bisa memperoleh/menciptakan, memelihara, dan

mempertahankan produktivitas. Tanpa kompensasi yang memadai, pegawai yang

ada sekarang cenderung untuk keluar dari organisasi dan organisasi akan

mengalami kesulitan dalam replacement, terlebih dalam recruiting. (CHR Jimmy

L.Gaol, 2014).

Tujuan utama pemberian imbalan atau kompensasi adalah untuk menarik

pegawai yang berkualitas, mempertahankan pegawai, memotivasi kinerja,

membangun komitmen karyawan, dan mendorong peningkatan pengetahuan dan

keterampilan karyawan dalam upaya mmeningkatkan kompetensi organisasi

secara keseluruhan (Hariandja, 2002).

Imbalan atau kompensasi merupakan salah satu faktor terpenting bagi

pekerja atau karyawan, karena imbalan atau kompensasi merupakan sumber

pemenuhan kebutuhan fisiologis (sandang, pangan dan papan) bagi pekerja serta

keluarga pekerja. Tingkat penghasilan dari pekerja tersebut menggambarkan

status sosialnya dan menentukan standar kehidupannya. Untuk itu penting bagi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

perusahaan menentukan imbalan atau kompensasi yang sesuai dengan kompetensi

dan beban kerja pekerja.

Kompensasi yang diberikan kepada karyawan sangat berpengaruh pada

tingkat kepuasan kerja dan motivasi kerja serta hasil kerja. Perusahaan yang

menentukan tingkat upah dengan mempertimbangkan standar kehidupan normal,

akan memungkinkan karyawan bekerja dengan penuh motivasi. Hal ini karena

motivasi kerja karyawan banyak dipengaruhi oleh terpenuhi tidaknya kebutuhan

minimal kehidupan karyawan dan keluarganya. Pemberian kompensasi yang layak

bukan hanya dapat mempengaruhi kondisi materi para karyawan, tetapi juga dapat

menenteramkan batin karyawan untuk bekerja lebih tekun dan mempunyai

inisiatif. Pemberian kompensasi yang tidak layak, sebaliknya akan meresahkan

gairah kerja sehingga prestasi kerja akan merosot. Pemberian kompensasi juga

dapat membuat kehidupan dan status karyawan lebih terjamin di tengah-tengah

masyarakat, sehingga karyawan yang bersangkutan merasa bahagia diperhatikan

(Hamali, 2018).

Hasil penelitian Apolinario Marcal (2014) menyatakan bahwa melalui

hasil analisis data statistik dapat membuktikan bahwa ada pengaruh positif dan

signifikan imbalan dengan kinerja pegawai Kejaksaan Agung dan Kejaksaan

Distrik Dili. Hasil ini ditunjukkan dengan besarnya nilai signifikansi uji t variabel

Imbalan sebesar 0,027. Nilai signifikansi uji t < 0,05, sehingga ada pengaruh

positif yang signifikan antara variabel Imbalan terhadap Kinerja pegawai

Kejaksaan Agung dan Kejaksaan Distrik Dili. Hasil penelitian ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Azwar (2012), hasil analisisnya menunjukkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara imbalan terhadap kinerja

dosen pada Yayasan STIKIP PGRI Sumatera Barat. Edirisooriya (2014) hasil

penelitiannya menunjukkan ada pengaruh yang positif antara imbalan dengan

kinerja karyawan.

Dukungan pimpinan. Locke (dalam Umam, 2012:194) mengemukakan

adanya hubungan pekerja dengaan atasan dalam meningkatkan kepuasan kerja

seseorang. Kepemimpinan dari atasan yang konsisten yang berkaitan dengan

kepuasan kerja adalah tenggang rasa. Hubungan fungsional mencerminkan sejauh

mana atasan membantu karyawan untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang

penting bagi karyawan itu sendiri. Atasan yang memiliki ciri memimpin yang

transformasional dapat mendorong karyawan untuk meningkatkan motivasinya

dan sekaligus merasa puas dengan pekerjaannya (Arif Yusuf Hamali, 2018: 208).

Disiplin kerja dari pekerja juga sangat dipengaruhi dari perhatian atau

dukungan yang diberikan pimpinan kepada karyawan, menurut Sutrisno (2010:89-

92), pimpinan yang berhasil memberikan perhatian atau dukungan yang besar

kepada para karyawan akan dapat menciptakan disiplin kerja yang baik. Pimpinan

yang mampu memberikan perhatian atau dukungan kepada karyawan akan selalu

dihormati dan dihargai sehingga akan berpengaruh besar terhadap prestasi,

semangat kerja dan moral kerja karyawan (Hamali, 2018).

Hulitcision mengatakan dalam buku Rhoades et al bahwa adanya pengaruh

antara dukungan atasan dan dukungan organisasi serta pengaruh dukungan dari

organisasi dengan suatu komitmen yang afektif dan kinerja karyawan. Dengan

demikian hal ini dapat diukur melalui dukungan pimpinan dan kepedulian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

pimpinan termasuk organisasi funisment yang dapat diberikan oleh pimpinan.

Perlakuan yang diterima oleh pekerja dari pimpinan harus dapat meningkatkan

dukungan organisasi yang dimana perlakuan yang diberikan memiliki hubungan

dengan kebijakan organisasi, prosedur atau budaya umum (Ferdinandus, 2017).

Shaam et al., 1999 yang dikutip oleh Penny Setyowati menyatakan bahwa

dukungan yang positif dari pimpinan dan segenap karyawan akan menciptakan

situasi kerja yang kondusif. Dengan mendapatkan dukungan tersebut kinerja

karyawan akan terpacu untuk lebih baik. Selain itu dukungan juga memunculkan

semangat tim para pekerja sehingga mereka dapat saling mempercayai dan saling

membantu serta adanya hubungan baik antar pekerja didalam lingkungan kerja

Penelitian Rhoades et al., (2001) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan

yang positif antara dukungan organisasi dengan komitmen komitmen afektif dan

kinerja karyawan. Hasil penelitian Pazy (2006), menunjukkan bahwa dukungan

organisasi berpengaruh terhadap komitmen afektif dan kinerja karyawan. Shore &

Tetrick, (1991); Shore dan Wayne, (1993); Wayne, Shore, & Liden, (1997);

Eisenberger, Armeli, Rexwinkel, Lynch, dan Rhoades, (2001); serta Allen, Shore,

& Griffeth, (2003) telah membuktikan bahwa dukungan organisasi yang tinggi

terhadap karyawan sebuah organisasi dapat menghasilkan hasil sikap dan perilaku

positif yang menguntungkan organisasi. Hasil – hasil penelitian mereka

menunjukan bahwa dukungan organisasi dapat berpengaruh terhadap sikap dan

perilaku dari komitmen afektif dan kinerja karyawan.

Faktor beban kerja. Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara (2004)

menyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

efisien, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dituntut untuk bekerja secara professional.

Namun, pada kenyataannya, profesionalisme yang diharapkan belum sepenuhnya

terwujud. Penyebab utamanya karena terjadi ketidaksesuaian antara kompetensi

pegawai dengan jabatan yang didudukinya. Ketidaksesuaian tersebut, disebabkan

oleh komposisi keahlian atau keterampilan pegawai yang belum proporsional.

Demikian pula pendistribusian PNS saat ini masih belum mengacu pada

kebutuhan organisasi yang sebenarnya, dalam arti belum didasarkan pada beban

kerja yang ada. Menumpuknya pegawai di satu unit lain tanpa pekerjaan yang

jelas dan kurangnya pegawai di unit lain merupakan suatu contoh yang nyata dari

permasalahan tersebut.

KEPMENPAN no 75 tahun 2004 mendefinisikan beban kerja sebagai

sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus dicapai dalam satu satuan

waktu tertentu. Menurut Tarwaka (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi beban

kerja adalah faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja,

sebagai contoh tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, tata ruang,

tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, dan tugas-tugas

yang bersifat psikologis, seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan,

tanggung jawab pekerjaan dan organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja,

waktu istirahat, shift kerja, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur

organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang, serta lingkungan kerja, sedangkan

untuk faktor internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh,

status gizi, dan kondisi kesehatan) dan faktor psikis (motivasi, persepsi,

kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Beban kerja merupakan salah satu unsur yang harus diperhatikan bagi

seorang tenaga kerja untuk mendapatkan keserasian dan produktivitas kerja yang

tinggi selain unsur beban tambahan akibat lingkungan kerja dan kapasitas kerja

(Sudiharto, 2001). Karyawan yang diberikan jumlah pekerjaan yang lebih banyak

tentunya akan mengeluarkan usaha yang lebih besar untuk menyelesaikan

pekerjaan daripada karyawan yang menerima jumlah pekerjaan yang lebih sedikit.

Jika usaha yang dikeluarkan terlalu besar untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

maka akan menimbulkan mental strain dan konsekuensinya akan menyebabkan

terjadinya kelelahan dan human error (Bridger, 2008). Berdasarkan peneltian

Astianto (2014) didapatkan sebuah kesimpulan bahwa beban kerja secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap kinerja dan produktivitas tenaga kerja sehingga

perusahaan diharapkan memperhitungkan beban kerja setiap tenaga kerja agar

didapat hasil kerja yang efektif dan efisien (Ellena Nurmasari, 2017).

Dalam penelitian ini metode pengukuran beban kerja yang digunakan

adalah metode pengukuran subjektif, dimana pengukuran beban kerja disini

berdasarkan apa yang dirasakan atau persepsi dari pekerja tersebut. Metode yang

digunakan adalah Subjective Workload Assessment Technique (SWAT) oleh Gary

Reid dan Nygren (1998). Dalam metode ini akan mengkombinasikan 3 dimensi

beban kerja, yaitu: time load (beban waktu), mental effort load (beban usaha

mental), dan Phsychological stress (beban tekanan psikologi). Yang dimaksud

dalam dimensi tersebut adalah :

a. Time load atau beban waktu adalah jumlah waktu yang tersedia dalam

perencanaan, pelaksanan dan monitoring tugas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

b. Mental efford atau beban mental adalah banyaknya usaha mental dalam

melaksanakan suatu pekerjaan

c. Phsychological stress atau beban tekanan psikologi adalah menunjukkan

tingkat resiko pekerjaan, kebingungan dan frustrasi yang dihubungkan dengan

pelaksanaan tugas yang dikerjakan.

Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah

fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upayakesehatan masyarakat

dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. (PERMENKES RI no 75 tahun 2014).

Fungsi puskesmas. Terdapat tiga fungsi yang harus diperankan oleh

Puskesmas, yaitu:

a. Puskesmas merupakan pusat penggerak pembangunan berwawasan

kesehatan.

b. Puskesmas merupakan pusat pemberdayaan masyarakat.

c. Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan strata pertama, yang

terdiri atas pelayanan kesehatan individu dan pelayanan kesehatan

masyarakat.

Disamping itu, Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak

pembangunan berwawasan kesehatan, yaitu:

a. Menggerakkan lintas sector dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar

menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

b. Memantau dan melaporkan seara aktif dampak kesehatan dari

penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.

c. Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.

Untuk mencapai visi pembangunan kesehatan yakni mewujudkan

Kecamatan Sehat, Puskesmas bertanggung jawab untuk menyelenggarakan upaya

kesehatan. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:

(1) upaya kesehatan wajib dan

(2) upaya kesehatan pengembangan.

Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan komitmen nasional, regional dan global, serta mempunyai daya

ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan

wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas. Upaya kesehatan wajib

tersebut adalah:

(1) Promosi Kesehatan,

(2) Kesehatan Lingkungan,

(3) Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana,

(4) Perbaikan Gizi Masyarakat,

(5) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan

(6) Pengobatan.

Promosi Kesehatan

Piagam Ottawa tahun 1986 menyatakan bahwa Promosi Kesehatan adalah

proses memberdayakan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

kesehatan mereka. untuk mencapai kondisi kesehatan yang paripurna secara fisik,

mental dan sosial, seseorang atau kelompok orang harus dapat mengenali dan

menyadari aspirasinya, memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, dan mengubah atau

menghadapai lingkungannya. (Bambang Hartono, 2010:7).

Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114

/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di

Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar

mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang

bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung

kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Menolong diri sendiri artinya masyarakat mampu menghadapi masalah-masalah

kesehatan potensial (yang mengancam) dengan cara mencegahnya, dan mengatasi

masalah-maslaah kesehatan yang sudah terjadi dengan cara menangananinya

secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, masyaarakat mampu berperilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka memecahkan masalah-masalah

kesehatan yang dihadapinya (problem solving), baik masalah-masalah kesehatan

yang sudah diderita maupun yang potensial (mengancam), secara mandiri (dalam

batas tertentu) (Bambang Hartono, 2010:13).

Berdasarkan definisi tersebut serta sejalan dengan visi, misi Departemen

Kesehatan dan fungsi puskesmas khususnya dalam penggerakan dan

pemberdayaan keluarga dan masyarakat dapat dirumuskan bahwa promosi

kesehatan puskesmas adalah upaya puskesmas melaksanakan pemberdayaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap

individu, keluarga serta lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan

upaya kesehatan bersumber masyarakat.

Strategi promosi kesehatan. Sebagaimana disebutkan dalam Keputusan

Menteri Kesehatan No. 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional

Promosi Kesehatan dan Keputusan Menteri Kesehatan No.

1194/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di

Daerah, strategi dasar utama promosi kesehatan, yaitu :

Pemberdayaan. Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan

masyarakat merupakan bagian yang sangat penting dan bahkan dapat dikatakan

sebagai ujung tombak. Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada

individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan

berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien,

agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek

knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu

melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Pemberdayaan

dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu:

a. Pemberdayaan Individu

Pemberdayaan terhadap individu dilakukan oleh setiap petugas kesehatan

Puskesmas terhadap individu-individu yang datang memanfaatkan pelayanan

Puskesmas. Disamping itu, individu-individu yang menjadi sasaran

kunjungan, misalnya upaya keperawatan kesehatan masyarakat, Usaha

Kesehatan Sekolah (UKS). Tujuan dari upaya tersebut adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

memperkenalkan perilaku baru kepada indiidu yang mungkin mengubah

perilaku yang selama ini dipraktikkan oleh individu tersebut.

b. Pemberdayaan Keluarga

Pemberdayaan ini dilakukan oleh petugas kesehatan yang melaksanakan

kunjungan rumah terhadap keluarga yang berada di wilayah kerja Puskesmas.

Pemberian informasi tentang perilaku yang diperkenalkan seperti tersebut

diatas perlu dilakukan secara sistematis agar anggota-anggota keluarga yang

dikunjungi oleh petugas puskesmas dapat menerima dari tahap “tahu”

menjadi “mau” dan diharapkan sampai ke tahap “mampu”.

c. Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan ini dilakukan terhadap sekelompok anggota masyarakat yang

merupakan bagian dari upaya penggerakkan atau pengorganisasian

masyarakat. Hal ini diawali dengan membantu kelompok masyarakat

mengenali masalah-masalah yang mengganggu kesehatan sehingga masalah

tersebbut menjadi masalah bersama. Kemudian masalah tersebut

dimusyawarahkan untuk dipecahkan secara bersama. Dan hasil tersebut

tentunya masyarakat melakukan upaya-upaya agar masalah tersebut tidak

menjadi masalah lagi. Tentunya upaya-upaya kesehatan tersebut bersumber

dari masyarakat sendiri dengan dukungan dari Puskesmas. Peran aktif

masyarakat tersebut diharapkan dalam penanggulangan masalah kesehatan di

lingkungan mereka dengan dukungan dari Puskesmas. Beberapa yang harus

dilakukan oleh Puskesmas dalam pemberdayaan amsyarakat yang berwujud

UKBM:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

1. Upaya Kesehatan ibu dan anak: Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita

2. Upaya pengobatan: Pos Obat Desa, Pos Kesehatan Desa.

3. Upaya perbaikan gizi: Posyandu, Panti pemulihan Gizi, Keluarga sadar

Gizi (Kadarzi)

4. Upaya Kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang

tua/wali murid, Saka Bakti Husada, Pos Kesehatan Pesantren.

5. Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa

Percontohan Kesehatan Lingkungan.

Bina suasana. Bina Suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial

yang mendorong individu anggota masyarakat mau melakukan perilaku yang

diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila

lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, organisasi

siswa/mahasiswa, serikat pekerja/ karyawan, orang-orang yang menjadi

panutan/idola, kelompok arisan, majelis agama dan lain-lain, dan bahkan

masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena

itu, untuk memperkuat proses pemberdayaan, khususnya dalam upaya

meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan bina

suasana.

Terdapat tiga kategori proses bina suasana, yaitu (a) bina suasana

individu, (b) bina suasana kelompok dan (c) bina suasana publik.

a. Bina suasana individu

Bina suasana individu dilakukan oleh individu-individu tokoh masyarakat.

Dalam kategori ini tokoh-tokoh masyarakat menjadi individu-individu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan. Yaitu dengan

mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut (misalnya

seorang kepala sekolah atau pemuka agama yang tidak merokok). Lebih

lanjut bahkan mereka juga bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan

informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku

individu.

b. Bina suasana kelompok

Bina suasana kelompok dilakukan oleh kelompok-kelompok dalam

masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga

(RW), majelis pengajian, perkumpulan seni, organisasi Profesi, organisasi

Wanita, organisasi Siswa/mahasiswa, organisasi pemuda, serikat pekerja dan

lain-lain. Bina suasana ini dapat dilakukan bersama pemuka/tokoh

masyarakat yang telah peduli. Dalam kategori ini kelompok-kelompok

tersebut menjadi kelompok yang peduli terhadap perilaku yang sedang

diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk dukungan ini

dapat berupa kelompok tersebut lalu bersedia juga mempraktikkan perilaku

yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait dan atau

melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.

c. Bina suasana publik

Bina suasana publik dilakukan oleh masyarakat umum melalui

pengembangan kemitraan dan pemanfaatan media-media komunikasi, seperti

radio, televisi, koran, majalah, situs internet dan lain-lain, sehingga dapat

tercipta pendapat umum. Dalam kategori ini media-media massa tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan. Dengan

demikian, maka media-media massa tersebut lalu menjadi mitra dalam rangka

menyebarluaskan informasi tentang perilaku yang sedang diperkenalkan dan

menciptakan pendapat umum atau opini publik yang positif tentang perilaku

tersebut. Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula

sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu-individu

anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku

yang sedang diperkenalkan.

Advokasi. Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana

untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait

(stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh-tokoh masyarakat

(formal dan informal) yang umumnya berperan sebagai narasumber (opinion

leader), atau penentu kebijakan (norma) atau penyandang dana. Juga berupa

kelompok-kelompok dalam masyarakat dan media massa yang dapat berperan

dalam menciptakan suasana kondusif, opini publik dan dorongan (pressure) bagi

terciptanya PHBS masyarakat. Advokasi merupakan upaya untuk menyukseskan

bina suasana dan pemberdayaan atau proses pembinaan PHBS secara umum.

Kemitraan. Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan

maupun bina suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan

dukungan. Dengan demikian kemitraan perlu digalang antar individu, keluarga,

pejabat atau instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas

sektor), pemuka atau tokoh masyarakat, media massa dan lain-lain. Kemitraan

harus berlandaskan pada tiga prinsip dasar, yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

a. Kesetaraan

Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa masing-masing

berada dalam kedudukan yang sederajat. Hal ini dilandasi dengan

kebersamaan atau kepentingan bersama.

b. Keterbukaan

Diperlukan adanya kejujuran dari masing-masing pihak.

c. Saling menguntungkan

Solusi yang diajukan hendaknya selalu mengandung keuntungan di semua

pihak (win-win solution)

Pelaksanaan program promosi kesehatan di puskesmas. Secara umum

pelaksanaan promosi kesehatan dapat dikategorikan sebagai berikut:

Pelaksanaan program promosi kesehatan di dalam gedung puskesmas.

Didalam gedung Puskesmas, promosi kesehatan dilaksanakan seiring dengan

pelayanan yang diselenggarakan Puskesmas. Dengan demikian dapat dikatakan

bahawa di dalam gedung terdapat peluang-peluang:

a. Promosi kesehatan di tempat pendaftaran, yaitu di tempat pasien harus

melapor/mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan Puskesmas. Begitu

pasien masuk gedung Puskesmas, maka yang pertama kali harus

dikunnjunginya adalah tempat pendaftaran, setelah mendaftar mereka harus

diarahkan ke tempat yang sesuai dengan pertolongan yang diharapkan.

Kontak awal ini perlu disambut dengan promosi kesehatan. Sambutan itu

berupa salam hangat yang dapat membuat mereka merasa tenteram berada di

Puskesmas. Adapun media informasi yang digunakan sebaiknya berupa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

poster atau neon box yang memuat foto dokter atau perawat yang ramah

disertai kata-kata “Selamat datang, kami siap menolong Anda” atau yang

sejenis.

b. Promosi kesehatan dalam pelayanan medis di Poliklinik di pelayanan KIA

dan KB, dan di ruang perawatan (untuk Puskesmas dengan tempat

perawatan). Petugas meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan pasien tentang penyakit & obatnya. Diharapkan adanya tersedia

berbagai media seperti lembar balik (flashcard), poster, gambar-gambar,

model anatomi dan brosur (leaflet). Di ruang tunggu perlu dipasang media

seperti poster, brosur, peutaran film, pemutaran radio, tape recorder dan

media lain yang berisi penyakit dan cara pencegahannya serta berbagai jenis

pelayanan yang bisa diperoleh dipuskesmas tersebut.

c. Di Ruang Pelayanan KB & KIA Jenis informasi yang disediakan antara lain

adalah: 1. Petugas meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan pasien tentang penyakit & obatnya serta pelayanan-pertanyaan

lain yang berhubungan dengan bayi, anak, ibu hamil, ibu menyusui maupun

alat kontrasepsi. 2. Menyediakan berbagai media seperti lembar balik

(flashcard), poster, gambar-gambar, model anatomi dan brosur (leaflet)

khususnya masalah penyakit pada bayi, anak dan seputar kehamilan,

persalinan dan lain sebagainya termasuk informasi tentang Keluarga

Berencana (KB). 3. Di ruang tunggu perlu dipasang media seperti poster,

brosur, pemutaran film, pemutaran radio dan media lain yang berisi penyakit

dan cara pencegahannya serta berbagai jenis pelayanan yang bisa diperoleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

dipuskesmas tersebut terutama penyakit pada bayi dan anak, pentingnya

memeriksakan kehamilannya secara teratur, tablet Fe bagi ibu hamil,

imunisasi lengkap bagi bayi, tumbuh kembang balita, KB dan lain

sebagainya.

d. Promosi Keshatan di ruang perawatan, dilakukan terhadap pasien ibu-ibu

bersalin, pasien yang sudah dalam fase penyembuhan dan pasien penyakit

kronis. Tujuannya adalah agar pasien tidak kambuh dan dapat menjaga

kesehatannya setelah pulang ke rumah. Dalam hal ini terdapat kegiatan-

kegiatan yang dapat dilakukan yaitu melakukan konseling di tempat tidur dan

konseling berkelompok. Selain itu dapat juga menyediakan media informasi

di ruang perawatan seperti poster atau leaflet untuk meningkatkan

pengetahuan pasien dan penyembuhan pasien.

e. Promosi Kesehatan di Laboratorium untuk meningkatkan kesadaran

pentingnya melakukan pemeriksaan laboratorium melalui media seperti

poster atau leaflet.

f. Promosi kesehatan di kamar obat untuk meningkatkan pengetahuan pasien

mengenai manfaat obat generik, kepatuhan obat dan memelihara Taman Obat

Keluarga (TOGA) melalui poster, leaflet.

g. Promosi kesehatan di tempat pembayaran sama seperti di tempat pendaftaran,

di tempat pembayaran juga perlu menyampaikan salam hangat dan ucapan

selamat jalan dan kalimat motivasi untuk penyembuhan pasien.

h. Promosi Kesehatan di Klinik Khusus diselenggarakan dalam rangka

meningkatkan upaya promosi kesehatan di dalam gedung Puskesmas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Khususnya untuk pelayanan-pelayanan yang perlu mendapat tambahan dalam

hal promosi kesehatannya, seperti klinik Gizi, Klinik Sanitasi, Klinik

Konsultasi Remaja dan lain-lain. Umumnya dalam hal ini dilakukan layanan

konseling.

i. Promosi Kesehatan di halaman yaitu tempat parker, taman, dinding, paagar,

kantin, tempat ibadah dapat disampaikan melalui media-media seperti

baliho/billboard di sudut lapangan parkir, dibuat Taman Obat Keluarga

(TOGA) di taman, menempelkan poster-poster di dinding Puskesmas, serta

selebran atau poster di kantin dan di tempat ibadah.

Pelaksanaan program promosi kesehatan di luar gedung puskesmas.

Promosi kesehatan ini dilakukan untuk masyarakat yang berada di wilayah kerja

Puskesmas. Pelaksanaan ini adalah wujud upaya untuk meningkatkan PHBS

melalui pengorganisasian masyarakat, yaitu suatu proses penggerakkan dan

pemberdayaan masyarakat meliputi perencanaan, pelaksanaan, pencatatan dan

penilaian dalam membangun masyarakat untuk mau dan mampu mengatasi

masalahnya sendiri secara swadaya sesuai kemampuannya. Diharapkan

masyarakat dapat bersama petugas kesehatan melaksanakan hal-hal sebagai

berikut:

a. Mempersiapkan dan mengusulakn rencana aksi program PHBS

berdasarkan prioritas masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi.

b. Menggali dan mendorong partisipasi masyarakat.

c. Bersama-sama meaksanakan program secara efektif dan efisien.

d. Ikut memantau dan membina

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

e. Melaporkan perkembangan pelaksanaan dan keberhasilan promosi

kesehatan di instansi terkait tingkat kecamatan.

Pelaksanaan promosi kesehatan di luar gedung dilakukan oleh Puskesmas

dengan berbagai pihak potensial lainnya, dengan menerapkan Advokasi, Bina

Suasana dan Pemberdayaan Masyarakat, yaitu:

a. Promosi kesehatan melalui pendekatan individu

b. Promosi kesehatan melalui pendekatan kelompok (Tim penggerak PKK,

posyandu, karang taruna dll).

c. Promosi kesehatan melalui pendekatan organisasi massa

d. Penggerakan dan pengorganisasian masyarakat.

Selain itu, program-program promosi kesehatan yang dilakukan di luar

gedung Puskesmas adalah :

a. Kunjungan rumah

Dilakukan sebagai tindak lanjut upaya promosi kesehatan di dalam gedung

Puskesmas, terutama pada pasien yang memiliki masalah kesehatan cukup

berat dengan melakukan upaya konseling dan atau mereka yang sepakat

untuk melaksanakan langkah-langkah tindak lanjut di ruamh tangganya.

b. Pemberdayaan berjenjang

Masyarakat begitu luas dan terdiri dari beberapa tatanan, untuk itu penting

dilakukannya pemberdayaan berjenjang yaitu, petugas kesehatan

mengembangkan kemitraan dan memberdayaakan pemuka masyarakat

dilanjut dengan para pemuka masyarakat memilih kader dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

memberdayakan kader-kadernya dan akhirnya para kader memberdayakan

masyarakatnya.

c. Pengorganisasian masayarakat

Diawali dengan para petugas puskesmas membantu para pemuka

masyarakat dengan langkah-langkah: Survei Mawas Diri dan Musyawarah

Masyarakat. Kemudian pemuka masyarakat dibimibing untuk memberdayakan

para kader melalui langkah-langkah: persiapan pelaksanaan kegiatan, pelaksanaan

kegiatan dan dukungan, pemantauan dan bimbingan dalam hal ini Puskesmas

dibantu oleh Dinas Kesehatan Kota melaksanakan bina suaasana dan advokasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Landasan Teori

Gambar 1. Teori Lawrence Green

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

Kerangka Konsep

Faktor Predisposing
1. Karakteristik
Responden (Umur,
Pendidikan
Terakhir, Masa
Kerja dan Jabatan
Fungsional)
2. Pengetahuan
3. Sikap
4. Motivasi
Faktor Enabling
1. Sarana dan
Prasarana Pelaksanaan program
2. Sumber Daya Promosi Kesehatan
Manusia di Puskesmas
- Kuantitas
- Kualitas

Faktor Reinforcing
1. Imbalan
2. Dukungan
Pimpinan

Faktor Beban Kerja

Gambar 2. Kerangka konsep

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui

gambaran perilaku petugas promosi kesehatan dalam melaksanakan program

promosi kesehatan yaitu karakteristik responden (umur, pendidikan terakhir, masa

kerja dan jabatan) pengetahuan, sikap, motivasi, sarana dan prasarana, sumber

daya manusia, dukungan pimpinan dan beban kerja.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di seluruh Puskesmas kota

Medan dengan jumlah seluruh Puskesmas, yaitu: 39 Puskesmas. Alasan pemilihan

lokasi penelitian tersebut adalah:

1. Berdasarkan data dan observasi di Dinas Kesehatan dan beberapa

Puskesmas, capaian program promosi kesehatan masih belum mencapai

target yang telah ditentukan oleh Kementerian Kesehatan.

2. Kota Medan merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Utara, namun

beberapa capaian program promosi kesehatan lebih rendah dibanding kota

atau kabupaten lainnya.

56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57

Waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-September

2018 yang dimulai dengan observasi dan pengumpulan data sekunder, identifikasi

masalah, penelusuran kepustakaan, penentuan judul, penyusunan proposal,

seminar proposal, penelitian, analisis data dan penyusunan hasil penelitian.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi penelitian ini adalah seluruh petugas promosi

kesehatan di 39 Puskesmas Kota Medan, yaitu sebanyak 39 petugas promosi

kesehatan.

Sampel. Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2010). Teknik pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Nonprobability Sampling. Suryani dan Hendryadi

(2016: 203) mendefinisikan Nonprobability Sampling yaitu setiap populasi tidak

memiliki peluang atau kesempatan yang sama sebagai sampel dengan

menggunakan teknik sampling jenuh, dimana seluruh anggota populasi digunakan

sebagai sampel. Teknik sampling ini digunakan dikarenakan jumlah populasi yang

kecil atau kurang dari 100. Maka sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah

sebanyak 39 orang yaitu petugas promosi kesehatan yang bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan program promosi kesehatan di seluruh Puskesmas Kota

Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

Tabel 2
Daftar Puskesmas Kota Medan
Kecamatan Nama Puskesmas
Tuntungan
Medan Tuntungan
Simalingkar
Medan Johor
Medan Johor
Kedai Durian
Medan Amplas Amplas
Desa Binjei
Tegal Sari
Medan Denai
Medan Denai
Bromo
Kota Matsum
Medan Area Sukaramai
Medan Area Selatan
Teladan
Medan Kota Pasar Merah
Simpang Limun
Medan Maimun Kampung Baru
Medan Polonia Polonia
Medan Baru Padang Bulan
Medan Selayang PB. Selayang
Desa Lalang
Medan Sunggal
Sunggal
Medan Helvetia Helvetia
Bestari
Medan Petisah Darussalam
Rantang
Glugur Kota
Medan Barat Pulo Brayan
Sei Agul
Medan Timur Glugur Darat
Medan Perjuangan Sentosa Baru
Mandala
Medan Tembung
Sering
Medan Deli
Medan Deli
Titi Papan
Medan Labuhan
Medan Labuhan Pekan Labuhan
Martubung
Medan Marelan Terjun
Medan Belawan Belawan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

Definisi Operasional

Definisi operasional ini dirumuskan agar tidak terjadi perbedaan persepsi

dalam menafsirkan konsep variabel yang dilakukan oleh peneliti yang diuraikan

sebagai berikut:

a. Karakteristik responden merupakan gambaran dari individu yang menjadi

responden dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini mencakup umur,

pendidikan terakhir, masa kerja dan jabatan.

b. Umur merupakan lama hidup responden yang dihitung sejak lahir hingga

ulang tahun terakhir sebelum penelitian dilakukan.

c. Pendidikan terakhir adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh

oleh responden.

d. Masa kerja adalah lamanya pekerjaan yang dilakukan responden sejak

pertama kali bertugas dibagian promosi kesehatan sampai penelitian

dilakukan.

e. Jabatan adalah jabatan fungsional petugas promosi kesehatan di Puskesmas.

f. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai

pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas.

g. Sikap adalah reaksi atau tanggapan tertutup responden terhadap pelaksanaan

program promosi kesehatan di Puskesmas.

h. Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam dan luar diri dalam melaksanakan

program promosi kesehatan di Puskesmas.

i. Sarana dan prasarana adalah sesuatu yang dapat mendukung pelaksanaan

program promosi kesehatan di Puskesmas yaitu: kendaraan, flip chart dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

stands, kamera foto, infocus, laptop, wireless microphone, ruangan khusus

promosi kesehatan, komputer, printer, akses internet (wifi).

j. Sumber daya manusia secara kuantitas adalah tersedianya tenaga kerja yang

mencukupi secara jumlah dan tersedianya rekan kerja bagi tenaga promosi

kesehatan di Puskesmas.

k. Sumber daya manusia secara kualitas adalah tersedianya tenaga kerja yang

dapat mengerjakan bagian promosi kesehatan dengan memiliki keterampilan

sebagai petugas promosi kesehatan dalam komunikasi interpersonal dan

komunikasi massa, memberikan penyuluhan, memberikan konseling,

membuat desain media, dan membuat power point/handout untuk

penyuluhan.

l. Imbalan adalah semua bentuk balasan jasa yang sudah diterima atau akan

diterima petugas dari tugasnya sebagai petugas promosi kesehatan di

Puskesmas.

m. Dukungan Pimpinan adalah perhatian atau perlakuan yang diterima oleh

petugas dari pimpinan (kepala puskesmas) berupa dorongan, penghargaan,

teguran, monitoring secara langsung, evaluasi, solusi-solusi untuk masalah

yang dihadapi petugas promosi kesehatan yang dapat meningkatkan kinerja,

motivasi dan komitmen petugas dalam melaksanakan promosi kesehatan di

Puskesmas.

n. Beban kerja adalah ukuran yang dipakai seseorang secara subjektif terhadap

pernyataan tentang perasaan beban waktu, beban mental dan beban

psikologis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

o. Pelaksanaan program promosi kesehatan adalah tindakan responden dalam

melaksanakan kewajibannya dalam mengerjakan program promosi kesehatan.

Metode Pengumpulan Data

Sumber data

Data primer. Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung melalui

wawancara dengan menggunakan kuesioner penelitian secara terstruktur yang

sudah dipersiapkan untuk mengetahui gambaran perilaku petugas promosi

kesehatan dalam pelaksanaan program promosi kesehatan yaitu karakteristik

responden (umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, masa kerja, jabatan)

pengetahuan, sikap, motivasi, sarana dan prasarana, sumber daya manusia,

imbalan, dukungan pimpinan. Dan beban kerja. Kuesioner yang disediakan

sebagian mengikuti pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti

terdahulu dengan sedikit modifikasi.

Data sekunder. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini

diperoleh melalui Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Kesehatan

Kota Medan.

Metode Pengukuran

Variabel dependen. Pelaksanaan program promosi kesehatan di

Puskesmas diukur menggunakan skala nominal, berdasarkan atas jawaban

responden mengenai program-program yang dilaksanakan atau tidak dilaksanakan

oleh responden sesuai dengan Standar Operasional Prosedur, yang dikategorikan

sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

a. Melaksanakan program

b. Tidak melaksanakan program

Pertanyaan dengan kategori pertanyaan pilihan akan mendapatkan skor 1

untuk jawaban ya, dan skor 0 untuk jawaban tidak. Total skor adalah 28, dengan

nilai median, yaitu: 15 . Sehingga akan dikategorikan sebagai berikut:

a. Melaksanakan program > 15

b. Tidak melaksanakan program < 15

Variabel Independen

Karakteristik responden

Umur. Pengukuran variabel umur menggunakan skala ordinal, hasil

jawaban akan ditulis oleh responden dalam tahun dan akan dikategorikan

berdasarkan kategori yang dibuat oleh Elisabeth B Hurlock, sebagai berikut :

a. Dewasa Muda (18-40 tahun)

b. Dewasa Tua (41-55 tahun)

Pendidikan terakhir. Pengukuran variabel pendidikan menggunakan skala

ordinal, didasarkan atas jawaban responden mengenai jenjang pendidikan formal

tertinggi yang pernah ditempuh responden sampai memperoleh surat tanda tamat

(ijazah), yang dikategorikan sebagai berikut:

a. D III Bidan

b. D III Gizi

c. D III Keperawatan

d. D IV

e. Sarjana Kesehatan Masyrakat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

f. Sarjana Keperawatan

g. S2

Masa kerja. Pengukuran variabel masa kerja menggunakan skala nominal,

didasarkan atas jawaban responden mengenai lamanya pekerjaan yang dilakukan

responden dalam bidang promosi kesehatan. Hasil jawaban akan ditulis dalam

tahun, dan akan dikategorikan berdasarkan kategori yang dibuat oleh Handoko

(2010) sebagai berikut:

a. Masa Kerja Kategori Baru (≤ 3 tahun)

b. Masa Kerja Kategori Lama (> 3tahun)

Jabatan. Pengukuran Variabel Jabatan menggunakan skala nominal yang

didasarkan atas jabatan fungsional petugas promosi kesehatan. Hasil jawaban

akan terdiri dari 6 pilihan, yaitu :

a. Jab. Fungsional Promosi kesehatan

b. Jab. Fungsional Kesehatan lingkungan

c. Jab. Fungsional Perawat

d. Jab. Fungsional Gizi

e. Jab. Fungsional Bidan

f. Jab. Fungsional Surveilans Epidemiologi

Faktor predisposing

Pengetahuan

Pengukuran variabel pengetahuan menggunakan skala nominal, didasarkan

atas pengetahuan responden mengenai promosi kesehatan. Faktor pengetahuan

akan diukur dengan 10 pertanyaan dengan skor tertinggi adalah 51. Pertanyaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

tersebut berupa pertanyaan pilihan, dimana setiap jawaban akan diberi nilai 1,

apabila tidak menjawab ataupun jawaban yang diluar pilihan akan diberi nilai 0.

Menurut Arikunto (2007), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah

nilai yang ada diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

a. Tingkat pengetahuan baik, apabila responden mendapat nilai ≥75% dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 51 yaitu ≥ 38

b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila responden mendapat nilai 45%-75% dari

nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 48 yaitu 23-38

c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila responden mendapat nilai <45% dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 48 yaitu <23

Sikap. Pengukuran variabel sikap menggunakan skala nominal didasarkan

pada sikap responden terhadap pelaksanaan program promosi kesehatan,

kuesioner

sikap terdiri dari 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban terdiri dari 5 jawaban,

yaitu:

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

Jika pertanyaan dengan kategori favorable maka scoring akan menjadi :

a. Sangat setuju (5)

b. Setuju (4)

c. Ragu-ragu (3)

d. Tidak setuju (2)

e. Sangat tidak setuju (1)

Jika pertanyaan dengan kategori unfavorable maka scoring akan menjadi :

a. Sangat setuju (1)

b. Setuju (2)

c. Ragu-ragu (3)

d. Tidak setuju (4)

e. Sangat tidak setuju (5)

Menurut Arikunto (2007), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah

nilai yang ada diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

a. Sikap baik, apabila responden mendapat nilai ≥75% dari nilai tertinggi

seluruh pertanyaan dengan total nilai 50 yaitu ≥ 38

b. Sikap sedang, apabila responden mendapat nilai 45%-75% dari nilai tertinggi

seluruh pertanyaan dengan total nilai 50 yaitu 23-38

c. Sikap kurang, apabila responden mendapat nilai <45% dari nilai tertinggi

seluruh pertanyaan dengan total nilai 50 yaitu <23

Motivasi. Pengukuran variabel motivasi menggunakan skala nominal

didasarkan pada motivasi responden dalam pelaksanaan program promosi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

kesehatan. Kuesioner motivasi terdiri dari 15 pertanyaan dengan pilihan jawaban

terdiri dari 5 jawaban, yaitu :

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

Jika pertanyaan dengan kategori favorable maka scoring akan menjadi :

a. Sangat setuju (5)

b. Setuju (4)

c. Ragu-ragu (3)

d. Tidak setuju (2)

e. Sangat tidak setuju (1)

Jika pertanyaan dengan kategori unfavorable maka scoring akan menjadi :

a. Sangat setuju (1)

b. Setuju (2)

c. Ragu-ragu (3)

d. Tidak setuju (4)

e. Sangat tidak setuju (5)

Menurut Arikunto (2007), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah

nilai yang ada diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

a. Motivasi baik, apabila responden mendapat nilai ≥75% dari nilai tertinggi

seluruh pertanyaan dengan total nilai 75 yaitu ≥56

b. Motivasi sedang, apabila responden mendapat nilai 45%-75% dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 75 yaitu 34-56

c. Motivasi kurang, apabila responden mendapat nilai <45% dari nilai tertinggi

seluruh pertanyaan dengan total nilai 75 yaitu <34

Faktor enabling

Sarana dan prasarana. Pengukuran variabel sarana dana prasarana diukur

menggunakan skala nominal, didasarkan pada sarana dan prasarana yang tersedia

di Puskesmas dalam menunjang pelaksanaan program promosi kesehatan.

Diberikan 5 pertanyaan kepada responden mengenai sarana dan prasarana. Hasil

jawaban terdiri dari 2 kategori, yaitu :

a. Sarana dan Prasarana Baik

b. Sarana dan Prasarana Kurang baik

Pertanyaan dengan kategori pilihan akan mendapatkan skor 1 untuk

jawaban ada dapat ditunjukkan, dan skor 0 untuk jawaban ada tidak dapat

ditunjukkan dan tidak ada. Total skor adalah 10 dengan nilai median 6. Sehingga

akan dikategorikan sebagai berikut:

a. Baik > 6

b. Kurang baik < 6

Sumber Daya Manusia

Pengukuran variabel sumber daya manusia menggunakan skala nominal,

didasarkan pada kuantitas dan kualitas sumber daya manusia pada petugas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

promosi kesehatan. Diberikan 7 pertanyaan kepada responden mengenai sumber

daya manusia, 5 pertanyaan akan didasarkan pada segi kualitas dengan

menggunakan skala likert dengan pilihan jawaban terdiri dari 5 jawaban, yaitu :

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

Pertanyaan dengan kategori favorable maka scoring akan menjadi :

a. Sangat setuju (5)

b. Setuju (4)

c. Ragu-ragu (3)

d. Tidak setuju (2)

e. Sangat tidak setuju (1)

Dua pertanyaan lainnya akan didasarkan pada segi kuantittas

menggunakan pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak, dimana jawaban ya

mendapat nilai 1 jawaban tidak mendapat nilai 0, dan akan dinilai dalam 2

kategori, yaitu:

a. Sumber Daya Manusia Secara Kuantitas Baik > 1

b. Sumber Daya Manusia Secara Kuantitas Kurang Baik ≤ 1

Menurut Arikunto (2007), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah

nilai yang ada diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

a. Sumber daya manusia baik, apabila responden mendapat nilai ≥75% dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 25 yaitu ≥19

b. Sumber daya manusia sedang, apabila responden mendapat nilai 45%-75%

dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 27 yaitu 11-20

c. Sumber daya manusia kurang, apabila responden mendapat nilai <45% dari

nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 27 yaitu <11

Faktor reinforcing

Imbalan. Pengukuran variabel imbalan menggunakan skala nominal,

diberikan 5 pertanyaan kepada responden mengenai imbalan. Hasil jawaban

terdiri dari 2 kaategori, yaitu :

a. Imbalan Baik

b. Imbalan Kurang Baik

Pertanyaan dengan kategori favorable akan mendapatkan skor 1 untuk

jawaban ya, dan skor 0 untuk jawaban tidak. Sebaliknya , jika pertanyaan

unfavorable akan mendapatkan skor 1 untuk jawaban tidak, dan skor 0 untuk

jawaban iya. Total Skor adalah 5, dengan nilai median yaitu: 3. Sehingga akan

dikategorikan sebagai berikut:

a. Ada > 3

b. Tidak ada < 3

Dukungan Pimpinan. Pengukuran variabel dukungan pimpinan

menggunakan skala nominal, didasarkan pada ada atau tidaknya dukungan dari

pimpinan. Diberikan 7 pertanyaan kepada responden mengenai sarana dan

prasarana. Hasil jawaban terdiri dari 2 kaategori, yaitu :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

a. Baik

b. Kurang baik

Pertanyaan dengan kategori favorable akan mendapatkan skor 1 untuk

jawaban ya, dan skor 0 untuk jawaban tidak. Sebaliknya , jika pertanyaan

unfavorable akan mendapatkan skor 1 untuk jawaban tidak, dan skor 0 untuk

jawaban iya. Total skor adalah 7, dengan nilai median, yaitu: 4. Sehingga akan

dikategorikan sebagai berikut:

a. Dukungan Pimpinan Baik > 4

b. Dukungan Pimpinan Kurang Baik <4

Faktor beban kerja

Pengukuran variabel beban kerja menggunakan skala nominal, Kuesioner

motivasi terdiri dari 8 pertanyaan dengan pilihan jawaban terdiri dari 5 jawaban,

yaitu:

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

Jika pertanyaan dengan kategori unfavorable maka scoring akan menjadi :

a. Sangat setuju (5)

b. Setuju (4)

c. Ragu-ragu (3)

d. Tidak setuju (2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

e. Sangat tidak setuju (1)

Menurut Arikunto (2007), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah

nilai yang ada diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

a. Tingkat beban kerja tinggi, apabila responden mendapat nilai ≥75% dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu ≥30

b. Tingkat beban kerja sedang, apabila responden mendapat nilai 45%-75% dari

nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu 18-30

c. Tingkat beban kerja rendah, apabila responden mendapat nilai <45% dari

nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 42 yaitu <18

Metode Analisis Data

Pengolahan data. Data yang sudah terkumpul selanjutnya dilkukan proses

pengolahan data, pengolahan data dilakukan secara manual. Adapun langkah-

langkah prngolahan data sebagai berikut :

a. Editing (penyuntingan data)

Memeriksa kembali kebenaran data yang telah dikumpulkan meliputi

kelengkapan jawaban, relevansi jawaban dan kebenaran pengisi\an.

Penyuntingan data dapat dilakukan saat pengumpulan data atau setelah data

terkumpul.

b. Coding (pengkodean)

Memberikan kode numerik (angka) terhadap data yang berupa kategori untuk

menyederhanakan data.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

c. Entry data

Memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam software pengolahan

data computer (SPSS).

d. Tabulating (tabulasi)

Membuat tabel-tabel data untuk memudahkan menganalisis data.

Teknik analisis data

Analisis univariat. Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Data dijabarkan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentasinya kemudian diinterpretasikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Medan terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan setiap

Kecamatan di Kota Medan telah memiliki minimal satu Puskesmas.

Tabel 3
Daftar Puskesmas Berdasarkan Kecamatan di Kota Medan
Kecamatan Nama Puskesmas
Tuntungan
Medan Tuntungan
Simalingkar
Medan Johor
Medan Johor
Kedai Durian
Medan Amplas Amplas
Desa Binjei
Tegal Sari
Medan Denai
Medan Denai
Bromo
Kota Matsum
Medan Area Sukaramai
Medan Area Selatan
Teladan
Medan Kota Pasar Merah
Simpang Limun
Medan Maimun Kampung Baru
Medan Polonia Polonia
Medan Baru Padang Bulan
Medan Selayang PB. Selayang
Desa Lalang
Medan Sunggal
Sunggal
Medan Helvetia Helvetia
Bestari
Medan Petisah Darussalam
Rantang
Bersambung

73
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
74

Tabel 3
Daftar Puseksmas Berdasarkan Kecamatan di Kota Medan
Kecamatan Nama Puskesmas
Glugur Kota
Medan Barat Pulo Brayan
Sei Agul
Medan Timur Glugur Darat
Medan Perjuangan Sentosa Baru
Mandala
Medan Tembung
Sering
Medan Deli
Medan Deli
Titi Papan
Medan Labuhan
Medan Labuhan Pekan Labuhan
Martubung
Medan Marelan Terjun
Medan Belawan Belawan

Setiap Puskesmas memiliki 1 petugas promosi kesehatan yang

bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program promosi kesehatan di seluruh

Puskesmas Kota Medan. Program promosi kesehatan merupakan salah satu

program yang termasuk dalam UKM esensial yaitu upaya kesehatan yang wajib

dilaksanakan di Puskesmas.

Gambaran Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini mencakup umur, pendidikan

terakhir, masa kerja dan jabatan fungsional.

Tabel 4
Distribusi Karakteristik Responden Petugas Promosi Kesehatan Dalam
Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Karakteristik Responden Jumlah (%)
Umur
Dewasa Muda (18-40) 11 28,2
Dewasa Tua (41-55) 28 71,8
Bersambung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

Tabel 4
Distribusi Karakteristik Responden Petugas Promosi Kesehatan Dalam
Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Karakteristik Responden Jumlah (%)


D III Kebidanan 1 2,6
D III Gizi 3 7,7
D III Keperawatan 3 7,7
D IV 2 5,1
Sarjana Kesehatan Masyarakat 24 61,5
Sarjana Keperawatan 4 10,3
S2 2 5,1
Masa Kerja
Masa Kerja Kategori Baru (≤ 3 tahun) 18 46,2
Masa Kerja Kategori Lama (>3tahun) 21 53,8
Jabatan Fungsional
Jab. Fungsional Promosi kesehatan 26 66,7
Jab. Fungsional Kesehatan lingkungan 0 0
Jab. Fungsional Perawat 10 25,6
Jab. Fungsional Gizi 1 2,6
Jab. Fungsional Bidan 2 5,1
Jab. Fungsional Surveilans Epidemiologi 0 0
Berdasarkan tabel 4 diatas diketahui dari 39 responden petugas promosi

kesehatan sebagian besar responden pada kelompok umur terbanyak adalah

Dewasa Tua (40-55 tahun) yaitu 28 orang (71,8%) dan sebanyak 11 orang

(28,2%) yaitu Dewasa Muda. Responden dengan tingkat pendidikan terbanyak

adalah Sarjana Kesehatan Masyarakat yaitu 24 orang (61,5%), diikuti responden

lulusan Sarjana Keperawatan yaitu 4 orang (10,3%), kemudian responden lulusan

D III Gizi dan D III Keperawatan memiliki jumlah responden yang sama yaitu 3

orang (7,7%), responden lulusan D IV dan S2 memiliki jumlah responden yang

sama yaitu 2 orang (5,1%), dan responden dengan lulusan D III Kebidanan yaitu 1

orang (2,6%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

Responden dengan kategori masa kerja terbanyak adalah masa kerja

kategori lama yaitu 21 orang (53,8%) dan responden masa kerja kategori baru

yaitu 18 orang (46,2%). Responden dengan Jabatan Fungsional terbanyak adalah

Jabatan Fungsional Promosi Kesehatan yaitu 26 orang (66,7%), lalu diikuti

responden dengan Jabatan Fungsional Perawat yaitu 10 orang (25,6%), kemudian

responden dengan Jabatan Fungsional Bidan yaitu 2 orang (5,1%), responden

dengan Jabatan Fungsional Gizi yaitu 1 orang (2,6%), dan responden dengan

Jabatan Fungsional Kesehatan Lingkungan dan Surveilans Epidemiologi tidak

ada.

Gambaran Faktor Predisposing Pada Petugas Promosi Kesehatan Dalam

Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Gambaran pengetahuan petugas promosi kesehatan dalam

pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas. Dari hasil penelitian

sampai dengan analisis data didapat distribusi frekuensi uraian jawaban

pengetahuan responden tentang promosi kesehatan di Puskesmas sebagai berikut :

Tabel 5
Distribusi Pengetahuan Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan
Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan.

Ya Tidak
Pertanyaan
n % n %
Promosi Kesehatan yaitu
a. Kegiatan memberikan penyuluhan
tentang kesehatan, pencegahan
35 89,7 4 10,3
penyakit dan penanggulangan masalah
kesehatan
b. Melakukan penyebaran informasi
4 10,3 35 89,7
kesehatan melalui media-media
Bersambung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

Tabel 5
Distribusi Pengetahuan Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan
Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan.

Ya Tidak
Pertanyaan
n % n %
c. Memberdayakan masyarakat agar mau
dan mampu menolong dirinya sendiri 7 17,9 32 82,1
dalam mengatasi masalah kesehatan
4 Strategi Promosi Kesehatan yaitu
a. Pemberdayaan 9 23,1 30 23,1
b. Bina Suasana 7 17,9 32 82,1
c. Advokasi 14 35,9 25 64,1
d. Kemitraan 9 23,1 30 76,9
Pemberdayaan yang dapat dilakukan oleh
bidang promosi kesehatan
a. Dokter kecil 10 25,6 29 74,4
b. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 24 61,5 15 28,5
c. Posyandu 37 94,9 2 5,1
d. Desa Siaga 12 30,8 27 69,2
e. Keluarga sadar gizi (Kadarzi) 7 17,9 32 82,1
f. Pemberdayaan Keluarga 23 64,1 14 35,9
g. Pos Kesehatan Desa 3 7,7 36 92,3
h. Polindes 1 2,6 38 97,4
i. Pos Kesehatan Pesantren 3 7,7 36 92,3
Yang termasuk dalam kegiatan bina suasana
a. Pembagian selebaran (leaflet) 1 2,6 38 97,4
b. Pemasangan poster 1 2,6 38 97,4
c. Tokoh masyarakat turut ikut dalam
11 28,2 28 71,8
mempraktikan perilaku kesehatan
Manfaat dari advokasi kesehatan dengan
tokoh-tokoh masyarakat
a. Terciptanya kebijakan kesehatan 4 10,3 35 89,7
b. Mendapatkan dukungan untuk
33 84,6 6 15,4
menciptakan lingkungan sehat
Bersambung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

Tabel 5
Distribusi Pengetahuan Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan
Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan.
Ya Tidak
Pertanyaan
n % n %
Tempat-tempat yang dapat dilakukan
promosi kesehatan didalam gedung
Puskesmas
a. Di tempat pendaftaran 26 66,7 13 33,3
b. Di ruang perawatan 25 64,1 14 35,9
c. Di Poliklinik 14 35,9 25 64,1
d. Di laboratorium 7 17,9 32 82,1
e. Di kamar obat 11 28,2 28 71,8
f. Di halaman Puskesmas 7 17,9 32 82,1
g. Di ruang KIA/KB 9 23,1 30 76,9
Dimana saja konseling kesehatan dapat
dilakukan
a. Di ruang perawatan 29 74,4 10 25,6
b. Di rumah warga yang dimana
anggota keluarganya mengalami 15 38,5 24 61,5
sakit berat
c. Di klinik khusus 11 28,2 28 71,8
Tahap-tahap dalam melaksanakan
pengorganisasian masyarakat
a. Survei Mawas Diri 29 74,4 10 25,6
b. Musyawarah Mufakat 28 71,8 11 28,2
c. Pelaksanaan kegiatan 14 35,9 25 64,1
d. Dukungan, pemantauan dan 7 17,9 32 82,1
bimbingan
Dimana saja program PHBS dapat
dilaksanakan
a. Di rumah tangga 32 82,1 7 17,9
b. Di tempat kerja 21 53,8 18 46,2
c. Di tempat ibadah 4 10,3 35 89,7
d. Di tempat-tempat umum 15 38,5 24 61,5
e. Di institusi kesehatan 28 71,8 11 28,2
f. Di institusi pendidikan 33 84,6 6 15,4
Bersambung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

Tabel 5
Distribusi Pengetahuan Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan
Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan.
Ya Tidak
Pertanyaan
n % n %
Indikator dari PHBS rumah tangga
a. Persalinan ditolong oleh petugas
29 74,4 10 25,6
kesehatan
b. Bayi ditimbang secara rutin 23 59,0 16 41,0
c. ASI Eksklusif 24 61,5 15 38,5
d. Angka bebas jentik 12 30,8 27 69,2
e. Penggunaan jamban sehat 28 71,8 11 28,2
f. Konsumsi sayur-sayuran dan buah-
22 56,4 17 43,6
buahan
g. Aktifitas fisik 20 51,3 19 48,7
h. Tidak merokok di dalam rumah 34 87,2 5 12,8
i. Cuci tangan pakai sabun 23 59,0 16 41,0
j. Menggunakan air bersih 19 48,7 20 51,3
Berdasarkan tabel 5 diatas diketahui bahwa distribusi frekuensi

pengetahuan responden diidentifikasi dengan 10 pertanyaan dalam promosi

kesehatan di Puskesmas Kota Medan tentang promosi kesehatan dengan jawaban

terbanyak adalah kegiatan memberikan penyuluhan tentang kesehatan,

pencegahan penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan yaitu 35 orang

(89,7%), hanya 4 orang (10,3%) yang menjawab melakukan penyebaran informasi

kesehatan melalui media-media dan 7 orang (17,9%) yang menjawab

memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu menolong dirinya sendiri

dalam mengatasi masalah kesehatan. Pengetahuan responden tentang strategi

promosi kesehatan dengan jawaban terbanyak adalah advokasi yaitu 14 orang

(35,9%), kemudian yang menjawab pemberdayaan ada 9 orang (23,1%), yang

menjawab kemitraan ada 9 orang (23,1%) dan menjawab bina suasana ada 7 orang

(17,9%) dan ada 23 orang (59,0%) yang tidak menjawab dalam pertanyaan ini.

Dalam pertanyaan mengenai kegiatan bina suasana jawaban terbanyak adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

tokoh masyarakat turut ikut dalam mempraktikan perilaku kesehatan yaitu 11

orang (28,2%), untuk jawaban pembagian selebaran (leaflet) hanya 1 orang

(2,6%) yang menjawab dengan pemasangan poster dan 28 orang (71,8%) tidak

menjawab pertanyaan tersebut.

Tabel 6
Distribusi Kategori Pengetahuan Petugas Promosi Kesehatan DalamPelaksanaan
Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Kategori Pengetahuan Jumlah (n) %
Baik 1 2,6
Sedang 14 35,9
Kurang 24 61,5

Berdasarkan tabel 6 distribusi kategori pengetahuan petugas promosi

kesehatan dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas Kota

Medan bahwa responden yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik yaitu

sebanyak 1 orang (2,6%), sebanyak 14 orang (35,9%) dengan kategori

pengetahuan sedang dan pengetahuan dengan kategori kurang yaitu sebanyak 24

orang (61,5%).

Gambaran sikap petugas promosi kesehatan dalam pelaksanaan

program promosi kesehatan di Puskesmas. Dari hasil penelitian sampai

dengan analisis data didapat distribusi frekuensi uraian jawaban sikap responden

tentang promosi kesehatan di Puskesmas sebagai berikut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

Tabel 7
Distribusi Sikap Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program
Promosi
Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Jawaban
Sangat
Sangat Tidak
Sikap Setuju Ragu-ragu Tidak Total
Setuju Setuju
Setuju
n % n % N % n % n % n %
Saya tidak
merasa diri
saya identik
2 5,1 5 12,8 5 12,8 23 59,0 4 10,3 39 100
dengan
promosi
kesehatan
Saya antusias
atau
bersemangat
menjadi 7 17,9 26 66,7 3 7,7 3 7,7 0 0 39 100
petugas
promosi
kesehatan.
Saya harus
memberikan
yang terbaik 15 38,5 23 59,0 1 2,6 0 0 0 0 39 100
untuk
masyarakat.
Saya merasa
tidak nyaman
melaksanakn
kegiatan
promosi
2 5,1 22 56,4 3 7,7 10 25,6 2 5,1 39 100
kesehatan
apabila
masyarakat
tidak
antusias.
Saya kurang
bersemangat
memberikan
0 0 0 0 2 5,1 30 76,9 7 17,9 39 100
penyuluhan
kepada
masyarakat.
Bersambung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

Tabel 7
Distribusi Sikap Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program
Promosi
Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Jawaban
Sangat
Sangat Tidak
Sikap Setuju
Setuju Ragu-ragu
Setuju
Tidak Total
Setuju
n % n % n % n % n % n %
Tidak
menjadi
masalah buat
saya apabila
capaian
0 0 2 5,1 1 2,6 29 74,4 7 17,9 39 100
program
promosi
kesehatan
tidak
tercapai.
Jika
pekerjaan
sedang
menumpuk
saya
kurang
0 0 5 12,8 5 12,8 26 66,7 3 7,7 39 100
mempriori-
taskan
mengerjaka
n program
promosi
kesehatan.
Bagi saya
yang
terpenting
laporan
program
promosi
kesehatan
0 0 1 2,6 2 5,1 32 82,1 4 10,3 39 100
sudah siap,
tanpa harus
memikirka
n makna
dari apa
yang saya
kerjakan.
Bersambung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

Tabel 7
Distribusi Sikap Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program
Promosi
Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Jawaban
Sangat
Sangat Tidak
Sikap Setuju
Setuju Ragu-ragu
Setuju
Tidak Total
Setuju
n % n % n % n % n % n %
Saya harus
mengerjaka
program
promosi
kesehatan
semaksimal
mungkin
15 38,5 22 56,4 1 2,6 1 2,6 0 0 39 100
agar dapat
menolong
masyarakat
dalam
meningkat-
kan derajat
kesehatan.
Saya tidak
boleh
menunda
dalam
10 25,6 25 64,1 2 5,1 2 5,1 0 0 39 100
mengerjaka
n program
promosi
kesehatan.
Berdasarkan tabel 7 diatas diketahui sikap petugas promosi kesehatan

dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas Kota Medan bahwa

sikap responden diidentifikasi dengan 10 pertanyaan dimana sebanyak 2 orang

(5,1%) sangat setuju bahwa responden tidak identik dengan promosi kesehatan,

sebanyak 5 orang (12,8%) menjawab setuju, 5 orang (12,8%) menjawab ragu-

ragu, sebanyak 23 orang (59,0%) menjawab tidak setuju dan sebanyak 4 orang

(10,3%) menjawab sangat tidak setuju. Sikap responden dalam antusias atau

semangat menjadi petugas promosi kesehatan sebanyak 7 orang (17,9%)

menjawab sangat setuju, sebanyak 26 orang (66,7%) menjawab setuju, sebanyak 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

orang (7,7%) menjawab ragu-ragu, sebanyak 3 orang (7,7%) menjawab tidak

setuju.

Tabel 8
Distribusi Kategori Sikap Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan
Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Kategori Sikap Jumlah (n) %


Baik 28 71,8
Sedang 11 28,2
Kurang 0 0

Berdasarkan tabel 8 distribusi kategori sikap petugas promosi kesehatan

dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas Kota Medan bahwa

responden yang memiliki sikap dengan kategori baik yaitu sebanyak 28 orang

(71,8%) dan 11 orang (28,2%) dengan kategori sikap sedang.

Gambaran motivasi petugas promosi kesehatan dalam pelaksanaan

program promosi kesehatan di Puskesmas. Dari hasil penelitian sampai dengan

analisis data didapat distribusi frekuensi uraian jawaban motivasi responden

tentang promosi kesehatan di Puskesmas sebagai berikut :

Tabel 9
Distribusi Motivasi Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program
Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Jawaban
Sangat Sangat Tidak
Motivasi Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Total
Setuju Setuju
n % n % N % n % n % n %
Saya selalu ada
inisiatif dalam
melakukan hal-
hal yang 7 17,9 26 66,7 4 10,3 2 5,1 0 0 39 100
terbaik untuk
meningkatkan
kualitas kerja
Bersambung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

Tabel 9
Distribusi Motivasi Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program
Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Jawaban
Sangat Sangat Tidak
Motivasi Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Total
Setuju Setuju
n % n % n % n % n % n %
Saya kurang
senang dengan
kegiatan/tugas-
tugas saya 1 2,6 3 7,7 2 5,1 29 74,4 4 10,3 39 100
sebagai petugas
promosi
kesehatan
Saya ingin
pekerjaan saya
selalu ada 2 5,1 35 89,7 0 0 2 5,1 0 0 39 100
umpan
baliknya
Sebelum
melaksanakan
suatu
pekerjaan, saya
5 12,8 30 76,9 1 2,6 2 5,1 1 2,6 39 100
terlebih dahulu
menentukan
target
pelaksanaannya
Peran saya
sebagai petugas
promosi
kesehatan
sangat penting
14 35,9 24 61,5 1 2,6 0 0 0 0 39 100
demi
meningkatkan
perilaku
kesehatan
masyarakat
Dengan
melihat kondisi
masyarakat di
lapangan, saya
merasa
terdorong
10 25,6 26 66,7 1 2,6 2 5,1 0 0 39 100
untuk dapat
terus
memberikan
yang terbaik
dalam promosi
kesehatan.
Bersambung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

Tabel 9
Distribusi Motivasi Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program
Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Jawaban
Sangat Sangat Tidak
Motivasi Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Total
Setuju Setuju
n % n % n % n % n % n %
Saya tidak
berusaha
melaksanakan
tugas dengan
1 2,6 2 5,1 0 0 31 79,5 5 12,8 39 100
baik untuk
mendapatkan
hasil yang
terbaik.
Bagi saya,
yang terpenting
tugas yang
diberikan telah
saya selesaikan
1 2,6 2 5,1 2 5,1 28 71,8 6 15,4 39 100
tanpa berusaha
mengevaluasi
setiap tugas
yang saya
kerjakan.
Jika tidak ada
anggaran dana
yang cukup
untuk akses
5 12,8 33 84,6 0 0 1 2,6 0 0 39 100
turun lapangan,
saya tetap
berusaha untuk
turun lapangan.
Saya merasa
senang jika
masyarakat
antusias
mengikuti 12 30,8 27 69,2 0 0 0 0 0 0 39 100
program-
program
promosi
kesehatan.
Peran saya
sebagai petugas
promosi
kesehatan tidak 2 5,1 4 10,3 5 12,8 22 56,4 5 12,8 38* 100
sesuai dengan
keahlian yang
saya miliki
Bersambung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

Tabel 9
Distribusi Motivasi Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program
Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Jawaban
Sangat Sangat Tidak
Motivasi Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Total
Setuju Setuju
n % n % N % n % n % n %
Saya ingin
terus
memberikan
9 23,1 28 71,8 0 0 2 5,1 0 0 39 100
yang terbaik
untuk
masyarakat
Tugas-tugas
berat yang saya
hadapi,
membuat saya 0 0 2 5,1 2 5,1 33 84,6 2 5,1 39 100
tidak semangat
lagi untuk
bekerja.
Setiap
pekerjaan yang
menjadi
tanggung
7 17,9 32 82,1 0 0 0 0 0 0 39 100
jawab saya,
selalu saya
kerjakan
dengan baik

Anda akan
membuat
kreatifitas
dalam program
promosi 4 10,3 31 79,5 1 2,6 3 7,7 0 0 39 100
kesehatan agar
banyak
masyaraat yang
tertarik.
*1 responden tidak mejawab

Berdasarkan tabel 9 diatas diketahui motivasi petugas promosi kesehatan

dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas Kota Medan bahwa

motivasi responden diidentifikasi dengan 15 pertanyaan bahwa sebanyak 14 orang

(35,9%) sangat setuju bahwa peran responden sebagai petugas promosi kesehatan

sangat penting demi meningkatkan perilaku kesehatan masyarakat, sebanyak 24

orang (61,5%) menjawab setuju dan sebanyak 1 orang (2,6%) menjawab ragu-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

ragu. Responden yang menjawab sangat setuju dalam pernyataan dengan melihat

kondisi masyarakat di lapangan, saya merasa terdorong untuk dapat terus

memberikan yang terbaik dalam promosi kesehatan yaitu sebanyak 10 orang

(25,6%), 26 orang (66,7%) menjawab setuju, 1 orang (2,6%) menjawab ragu-ragu

dan 2 orang (5,1%) menjawab tidak setuju.

Responden yang menjawab sangat setuju dalam pertanyaan jika tidak ada

anggaran dana yang cukup untuk akses turun lapangan, saya tetap berusaha untuk

turun lapangan yaitu 5 orang (12,8%), responden yang menjawab setuju yaitu 33

orang (84,6%), tidak setuju yaitu 1 orang (2,6%). Responden yang menjawab

sangat setuju dalam membuat kreatifitas dalam program promosi kesehatan agar

banyak masyarakat yang tertarik sebanyak 4 orang (10,3%), responden yang

menjawab setuju yaitu sebanyak 31 orang (79,5%), sebanyak 1 orang (2,6%)

menjawab ragu-ragu, dan sebanyak 3 orang (7,7%) menjawab tidak setuju.

Tabel 10
Distribusi Kategori Motivasi Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan
Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Kategori Motivasi Jumlah (n) %
Baik 38 97,4
Sedang 1 2,6
Kurang 0 0
Berdasarkan tabel 10 distribusi kategori motivasi petugas promosi

kesehatan dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas Kota

Medan bahwa responden yang memiliki motivasi dengan kategori baik yaitu

sebanyak 38 orang (97,4%) dan 1 orang (2,6%) dengan kategori motivasi sedang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

Gambaran Faktor Enabling Pada Petugas Promosi Kesehatan Dalam

Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Gambaran sarana dan prasarana petugas promosi kesehatan dalam

pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas. Dari hasil penelitian

sampai dengan analisis data didapat distribusi frekuensi uraian jawaban mengenai

sarana dan prasarana responden tentang promosi kesehatan di Puskesmas sebagai

berikut :

Tabel 11
Distribusi Sarana dan Prasarana Petugas Promosi Kesehatan Dengan
Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Jawaban
Ada, tidak dapat
Ada, dapat
Pertanyaan ditunjukkan/ Total
ditunjukkan
Tidak ada
n % n % n %
Adanya kendaraan yang
disediakan puskesmas
untuk membantu dalam 11 28,2 28 71,8 39 100
melaksanakan program
promosi kesehatan
Alat dan media yang sudah
disediakan Puskesmas
untuk melaksanakan
program promosi
kesehatan
a. Flip chart & stands 19 48,7 20 51,3 39 100
b. Kamera foto 10 25,6 29 74,4 39 100
c. Infocus 33 84,6 6 15,4 39 100
d. Laptop 25 64,1 14 35,9 39 100
e. Wireless microphone 29 74,4 10 25,6 39 100
Memiliki ruangan khusus
20 51,3 19 48,7 39 100
untuk promosi kesehatan
Bersambung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

Tabel 11
Distribusi Sarana dan Prasarana Petugas Promosi Kesehatan Dengan
Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Jawaban
Ada, tidak dapat
Ada, dapat
Pertanyaan ditunjukkan/ Total
ditunjukkan
Tidak ada
n % n % n %
Seperangkat komputer di
ruangan anda bekerja
a. Komputer/laptop 19 48,7 20 51,3 39 100
b. Printer 18 46,2 21 53,8 39 100
Adanya tersedia wifi
35 89,7 4 10,3 39 100
diruangan kerja anda
Berdasarkan tabel 11 diatas diketahui sarana dan prasarana petugas

promosi kesehatan dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas

Kota Medan bahwa sarana dan prasarana responden diidentifikasi dengan 5

pertanyaan bahwa sebanyak 28 orang (71,8%) petugas promosi kesehatan tidak

memiliki kendaraan untuk membantu dalam melaksanakan program promosi

kesehatan dan responden yang tidak memiliki ruangan khusus promosi kesehatan

sebanyak 19 orang (48,7%).

Tabel 12
Distribusi Kategori Sarana dan Prasarana Petugas Promosi Kesehatan Dalam
Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Kategori Sarana dan Prasarana Jumlah (n) %


Baik 22 56,4
Kurang Baik 17 43,6
Berdasarkan tabel 12 Distribusi kategori sarana dan prasarana petugas

promosi kesehatan dengan pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas

Kota Medan bahwa responden yang memiliki sarana dan prasarana dengan

kategori baik yaitu sebanyak 22 orang (56,4%) dan 17 orang (43,6%) dengan

kategori sarana dan prasarana kurang baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

Gambaran sumber daya manusia secara kuantitas petugas promosi

kesehatan dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas.

Dari hasil penelitian sampai dengan analisis data didapat distribusi frekuensi

uraian jawaban mengenai sumber daya manusia secara kuantitas responden

tentang promosi kesehatan di Puskesmas sebagai berikut :

Tabel 13
Distribusi Sumber Daya Manusia Secara Kuantitas Petugas Promosi Kesehatan
Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Ya Tidak
Pertanyaan
n % n %
Memiliki rekan kerja dalam mengerjakan
30 76,9 9 23,1
program promosi kesehatan
Puskesmas di tempat responden bekerja
sudah memiliki sumber daya manusia yang
23 59,0 16 41,0
mencukupi secara kuantitas sesuai dengan
job description yang ada
Berdasarkan tabel 13 diatas diketahui sumber daya manusia secara

kuantitas petugas promosi kesehatan dalam pelaksanaan program promosi

kesehatan di Puskesmas Kota Medan bahwa sumber daya manusia secara

kuantitas responden diidentifikasi dengan 2 pertanyaan yaitu sebanyak 30 orang

(76,9%) memiliki rekan kerja dalam mengerjakan program promosi kesehatan dan

sebanyak 23 orang (59,0%) menjawab bahwa puskesmas di tempat responden

bekerja sudah memiliki sumber daya manusia yang mencukupi secara kuantitas

sesuai dengan job description yang ada.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

Tabel 14
Distribusi Kategori Sumber Daya Manusia Secara Kuantitas Petugas Promosi
Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota
Medan
Kategori SDM Secara Jumlah (n) %
Kuantitas
Baik 22 56,4
Kurang Baik 17 43,6
Berdasarkan tabel 14 distribusi kategori sumber daya manusia secara

kuantitas petugas promosi kesehatan dengan pelaksanaan program promosi

kesehatan di Puskesmas Kota Medan bahwa responden yang memiliki sumber

daya manusia secara kuantitas dengan kategori baik yaitu sebanyak 22 orang

(56,4%) dan 17 orang (43,6%) dengan kategori sumber daya manusia secara

kuantitas kurang baik.

Gambaran sumber daya manusia secara kualitas petugas promosi

kesehatan dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas.

Dari hasil penelitian sampai dengan analisis data didapat distribusi frekuensi

uraian jawaban mengenai sumber daya manusia secara kualitas responden tentang

promosi kesehatan di Puskesmas sebagai berikut :

Tabel 15
Distribusi Sumber Daya Manusia Secara Kualitas Petugas Promosi Kesehatan
Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Jawaban
Sangat
SDM Secara Sangat Ragu- Tidak
Setuju Tidak Total
Kualitas Setuju ragu Setuju
Setuju
n % n % n % n % n % n %
Saya memiliki 4 10,3 32 82,1 2 5,1 1 2,6 0 0 39 100
kemampuan
komunikasi
interpersonal
dan komunikasi
massa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

Tabel 15
Distribusi Sumber Daya Manusia Secara Kualitas Petugas Promosi Kesehatan
Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Jawaban
Sangat
SDM Secara Sangat Ragu- Tidak
Setuju Tidak Total
Kualitas Setuju ragu Setuju
Setuju
n % n % n % n % n % n %
Saya memiliki 4 10,3 32 82,1 2 5,1 1 2,6 0 0 39 100
kemampuan
untuk
memberikan
penyuluhan
dengan baik
Saya memiliki 4 10,3 31 79,5 2 5,1 2 5,1 0 0 39 100
kemampuan
konseling
Saya memiliki 1 2,6 22 56,4 3 7,7 8 20,5 5 12,8 39 100
kemampuan
membuat
desain
poster/leaflet/
brosur
Saya memiliki 2 5,1 27 69,2 2 5,1 6 15,4 2 5,1 39 100
kemampuan
dalam
membuat
po\wer
point/handout
untuk
penyuluhan

Berdasarkan tabel 15 diatas diketahui sumber daya manusia secara

kualitas petugas promosi kesehatan dalam pelaksanaan program promosi

kesehatan di Puskesmas Kota Medan diidentifikasi dengan 5 pertanyaan yaitu

sebanyak 4 orang (10,3%) menyatakan sangat setuju memiliki kemampuan

komunikasi interpersonal dan komunikasi massa , sebanyak 32 orang (82,1%)

menyatakan setuju, 2 orang (5,1%) menyatakan ridak ragu-ragu dan 1 orang

(2,6%) menyatakan tidak setuju. Responden yang menyatakan sangat setuju

dalam pernyataan saya memiliki kemampuan untuk memberikan penyuluhan

dengan baik sebanyak 4 orang (10,3%), sebanyak 32 orang (82,1%) menyatakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

setuju, sebanyak 2 orang (5,1%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 1 orang

(2,6%) menyatakan tidak setuju.

Responden yang menyatakan sangat setuju dalam pernyataan saya

memiliki kemampuan konseling sebanyak 4 orang (10,3%), sebanyak 31 orang

(79,5%) menyatakan setuju, sebanyak 2 orang (5,1%) menyatakan ragu-ragu dan

sebanyak 2 orang (5,1%) menyatakan tidak setuju. Sebanyak 1 orang (2,6%)

menyatakan sangat setuju memiliki kemampuan membuat desain

poster/leaflet/brosur, 22 orang (56,4%) menyatakan setuju, 3 orang (7,7%)

menyatakan ragu-ragu, 8 orang (20,5%) menyatakan tidak setuju dan 5 orang

(12,8%) menyatakan sangat tidak setuju. Responden yang menyatakan sangat

setuju dalam pernyataan saya memiliki kemampuan dalam membuat power

point/handout untuk penyuluhan sebanyak 2 orang (5,1%), sebanyak 27 orang

(69,2%) menyatakan setuju, sebanyak 2 orang (5,1%) menyatakan ragu-ragu,

sebanyak 6 orang (15,4%) menyatakan tidak setuju dan sebanyak 2 orang (5,1%)

menyatakan sangat tidak setuju.

Tabel 16
Distribusi Kategori Sumber Daya Manusia Secara Kualitas Petugas Promosi
Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota
Medan
Kategori SDM Secara
Jumlah (n) %
Kualitas
Baik 29 74,4
Sedang 10 25,6
Kurang Baik 0 0
Berdasarkan tabel 16 distribusi kategori sumber daya manusia secara

kualitas petugas promosi kesehatan dengan pelaksanaan program promosi

kesehatan di Puskesmas Kota Medan bahwa responden yang memiliki kategori

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

sumber daya manusia secara kualitas baik sebanyak 29 orang (74,4%) dan

responden dengan sumber daya manusia secara kualitas sedang sebanyak 10 orang

(25,6%).

Gambaran Faktor Reinforcing Pada Petugas Promosi Kesehatan Dalam

Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Gambaran imbalan petugas promosi kesehatan dalam pelaksanaan

program promosi kesehatan di Puskesmas. Dari hasil penelitian sampai dengan

analisis data didapat distribusi frekuensi uraian jawaban mengenai imbalan

responden tentang promosi kesehatan di Puskesmas sebagai berikut :

Tabel 17
Distribusi Imbalan Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program
Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Ya Tidak
Pertanyaan
n % n %
Imbalan yang diterima sudah sesuai
38 97,4 1 2,6
dengan tingkat pendidikan
Mendapatkan honor untuk terjun ke
lapangan atau melaksanakan kegiatan 29 74,4 10 25,6
program promosi kesehatan
Mendapatkan bonus tambahan jika
melaksanakan program promosi 1 2,6 38 97,4
kesehatan
Insentif yang diterima tidak sesuai
19 48,7 20 51,3
dengan kinerja saya
Adanya honor mendorong saya
mengerjakan program promosi 31 79,5 8 20,5
kesehatan dengan baik
Berdasarkan tabel 17 diatas diketahui imbalan petugas promosi kesehatan

dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas Kota Medan

diidentifikasi dengan 5 pertanyaan yaitu sebanyak 29 orang (74,4%) menyatakan

mendapatkan honor untuk terjun ke lapangan atau melaksanakan kegiatan

program promosi kesehatan dan 10 orang (25,6%) menyatakan tidak, sebanyak 31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

orang (79,5%) menyatakan bahwa adanya honor mendorong saya mengerjakan

program promosi kesehatan dan sebanyak 8 orang (20,5%) menyatakan tidak.

Responden yang menyatakan insentif yang diterima tidak sesuai dengan kinerja

saya yaitu sebanyak 19 orang (48,7%) dan 20 orang (51,3%) menyatakan tidak.

Tabel 18
Distribusi Kategori Imbalan Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan
Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Kategori Imbalan Jumlah (n) %


Baik 30 76,9
Kurang Baik 9 23,1

Berdasarkan tabel 18 distribusi kategori imbalan petugas promosi

kesehatan dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas Kota

Medan bahwa responden yang memiliki imbalan baik sebanyak 30 orang (76,9%)

dan responden dengan imbalan kurang baik sebanyak 9 orang (23,1%)

Gambaran dukungan pimpinan petugas promosi kesehatan dalam

pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas. Dari hasil penelitian

sampai dengan analisis data didapat distribusi frekuensi uraian jawaban mengenai

imbalan responden tentang promosi kesehatan di Puskesmas sebagai berikut :

Tabel 19
Distribusi Dukungan Pimpinan Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan
Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Ya Tidak
Dukungan Pimpinan
n % n %
Pimpinan memberikan dorongan
untuk dapat melaksanakan promosi 31 79,5 8 20,5
kesehatan dengan maksimal
Pernah mendapatkan penghargaan
dari pimpinan anda atas kinerja
20 51,3 19 48,7
(Pujian, Penghargaan berupa uang
atau barang)
Mendapat teguran jika belum
19 51,3 20 48,7
maksimal melaksanakan program

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

promosi kesehatan
Pimpinan melakukan monitoring
secara langsung terhadap pelaksanaan 29 74,4 10 25,6
promosi kesehatan
Pimpinan melakukan evaluasi
29 74,4 10 25,6
terhadap kinerja
Pimpinan memberikan solusi
terhadap masalah-masalah yang
31 79,5 8 20,5
dihadapi dalam melaksanakan
promosi kesehatan
Pimpinan peduli jika ada capaian
yang tidak tercapai di bagian promosi 32 82,1 7 17,9
kesehatan
Berdasarkan tabel 19 diatas diketahui dukungan pimpinan petugas promosi

kesehatan dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas Kota

Medan diidentifikasi dengan 7 pertanyaan yaitu sebanyak 31 orang (79,5%)

menyatakan pimpinan memberikan dorongan untuk dapat melaksanakan promosi

kesehatan dengan maksimal dan sebanyak 8 orang (20,5%) menyatakan tidak,

sebanyak 20 orang (51,3%) menyatakan pernah mendapatkan penghargaan dari

pimpinan atas kinerja (pujian, penghargaan berupa uang atau barang) dan

sebanyak 19 orang (48,7%) menyatakan tidak, sebanyak 29 orang (74,4%)

menyatakan pimpinan melakukan monitoring secara langsung terhadap

pelaksanaan promosi kesehatan dan sebanyak 10 orang (25,6%) menyatakan

tidak. Sebanyak 32 orang (82,1%) menyatakan bahwa pimpinan peduli jika ada

capaian yang tidak tercapai di bagian promosi kesehatan dan 7 orang (17,9%)

menyatakan tidak.

Tabel 20
Distribusi Kategori Dukungan Pimpinan Petugas Promosi Kesehatan Dalam
Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Kategori Dukungan Pimpinan Jumlah (n) %


Baik 30 76,9
Kurang Baik 9 23,1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

Berdasarkan tabel 20 distribusi kategori dukungan pimpinan petugas

promosi kesehatan dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas

Kota Medan bahwa responden yang memiliki dukungan pimpinan yang baik

sebanyak 30 orang (76,9%) dan responden dengan dukungan pimpinan kurang

baik sebanyak 9 orang (23,1%).

Gambaran Faktor Beban Kerja Pada Petugas Promosi Kesehatan Dalam

Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan.

Dari hasil penelitian sampai dengan analisis data didapat distribusi

frekuensi uraian jawaban mengenai imbalan responden tentang promosi

kesehatan di Puskesmas sebagai berikut :

Tabel 21
Distribusi Beban Kerja Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan
Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Jawaban
Sangat
Sangat Tidak
Beban Kerja Setuju Ragu-ragu Tidak Total
Setuju Setuju
Setuju
n % n % n % n % n % n %
Selama ini saya
merasa tanggung 3 7,7 19 48,7 2 5,1 14 35,9 1 2,6 39 100
jawab saya
terlalu banyak
Saya merasa
pegawai di 2 5,1 12 30,8 5 12,8 18 46,2 2 5,1 39 100
Puskesmas ini
sangat kurang
Tempat saya
bekerja menuntut
lebih dari
kemampuan 4 10,3 11 28,2 3 7,7 21 53,8 0 0 39 100
yang saya miliki
atau fasillitas
yang disediakan.
Tugas-tugas
yang diberikan 5 12,8 12 30,8 3 7,7 19 48,7 0 0 39 100
tampaknya
semakin rumit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

dan kompleks.
Saya dibebani
pekerjaan yang
tidak sesuai 11 28,2 4 10,3 4 10,3 19 48,7 1 2,6 39 100
dengan
pendidikan saya.
Saya merasa job
description yang
diberikan tidak
jelas sehingga 2 5,1 8 20,5 0 0 29 74,4 0 0 39 100
saya tidak dapat
optimal
mengerjakannya.
Saya harus
melakukan tugas 19 48,7 11 28,2 1 2,6 8 20,5 0 0 39 100
yang dilakukan
secara berbeda.
Saya menerima
penugasan tanpa
adanya sumber
daya manusia 5 12,8 8 20,5 4 10,3 22 56,4 0 0 39 100
dan fasilitas yang
cukup untuk
menyelesaikanya
.
Berdasarkan tabel 21 diatas diketahui beban kerja petugas promosi

kesehatan dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas Kota

Medan diidentifikasi dengan 8 pertanyaan yaitu sebanyak 3 orang (7,7%)

menjawab sangat setuju yang menyatakan bahwa selama ini merasa tanggung

jawab terlalu banyak, sebanyak 19 orang (48,7%) menjawab setuju, 2 orang

(5,1%) menjawab ragu-ragu, 14 orang (35,9%) menjawab tidak setuju dan 1 orang

(2,6%) menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 19 orang (48,7%) menjawab

sangat setuju dalam pertanyaan harus melakukan tugas yang dilakukan secara

berbeda, 11 orang (28,2%) menjawab setuju, 1 orang (2,6%) menjawab ragu-ragu

dan 8 orang (20,5%) menjawab tidak setuju.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


100

Tabel 22
Distribusi Kategori Beban Kerja Petugas Promosi Kesehatan Dalam
Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Kategori Beban Kerja Jumlah (n) %


Tinggi 8 20,5
Sedang 27 69,2
Rendah 4 10,3

Berdasarkan tabel 22 distribusi kategori persepsi beban kerja petugas

promosi kesehatan dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas

Kota Medan bahwa responden yang memiliki beban kerja tinggi sebanyak 8 orang

(20,5%), responden yang memiliki beban kerja sedang sebanyak 27 orang (69,2%)

dan yang memiliki beban kerja rendah sebanyak 4 orang (10,3%).

Gambaran Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota

Medan

Dari hasil penelitian sampai dengan analisis data didapat distribusi

frekuensi uraian jawaban mengenai imbalan responden tentang promosi kesehatan

di Puskesmas sebagai berikut :

Tabel 23
Distribusi Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan Petugas Promosi Kesehatan
Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Jawaban
Tidak
Melaksanakan
Pelaksanaan Program Melaksanakan Total
Program
Program
n % n % n %
Rutin terjun langsung ke
34 87,2 5 12,8 39 100
lapangan
Melaksanakan program
penyuluhan secara rutin
30 76,9 9 23,1 39 100
di dalam gedung
Puskesmas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


101

Tabel 23
Distribusi Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan Petugas Promosi Kesehatan
Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Jawaban
Tidak
Melaksanakan
Pelaksanaan Program Melaksanakan Total
Program
Program
n % n % n %
Melaksanakan
program konseling
25 64,1 14 35,9 39 100
secara rutin di dalam
gedung Puskesmas
Melaksanakan
program
pemberdayaan
masyarakat
a. Desa siaga 1 2,6 38 97,4 39 100
b. Posyandu 37 94,9 2 5,1 39 100
c. Poskesdes 3 7,7 36 92,3 39 100
d. UKS 36 92,3 3 7,7 39 100
e. Dokter Kecil 35 89,7 4 10,3 39 100
f. Keluarga Sadar
28 71,8 11 28,2 39 100
Gizi (Kadarzi)
g. Pemberdayaan
30 76,9 9 23,1 39 100
keluarga
h. Posbindu 35 89,7 4 10,3 39 100
Melaksanakan
pengorganisasian
masyarakat
a. Melakukan
Survei Mawas 37 94,9 2 5,1 39 100
Diri (SMD)
b. Membuat
Musyawarah 37 94,9 2 5,1 39 100
Masyarakat
c. Pelaksanaan
37 94,9 2 5,1 39 100
Kegiatan
d. Pemantauan dan
34 87,2 5 12,8 39 100
Evaluasi
Bersambung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


102

Tabel 23
Distribusi Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan Petugas Promosi Kesehatan
Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan
Jawaban
Tidak
Melaksanakan
Pelaksanaan Program Melaksanakan Total
Program
Program
n % n % n %
Melaksanakan
100
program bina suasana
a. Pembagian
33 84,6 6 15,4 39 100
selebaran (leaflet)
b. Pemasangan
32 82,1 7 17,9 39 100
poster
c. Penayangan
15 38,5 24 61,5 39 100
video
Melaksanakan
program penyuluhan
33 84,6 6 15,4 39 100
secara rutin di luar
gedung Puskesmas

Melaksanakan
program konseling
23 59,0 16 41,0 39 100
secara rutin di luar
gedung Puskesmas

Rutin membuat dan


memperbaharui
media-media promosi
15 38,5 24 61,5 39 100
kesehatan yang ada di
dalam gedung
Puskesmas

Melakukan advokasi
dengan
a. Sekolah 35 89,7 4 10,3 39 100
b. Kepala Camat 32 82,1 7 17,9 39 100
c. Kepala Lurah 38 97,4 1 2,6 39 100
d. Kepala
38 97,4 1 2,6 39 100
Lingkungan
e. Tokoh Agama 28 71,8 11 28,2 39 100
Bersambung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


103

Tabel 23
Distribusi Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan Petugas Promosi Kesehatan
Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Jawaban
Tidak
Melaksanakan
Pelaksanaan Program Melaksanakan Total
Program
Program
n % n % n %
f. Karang Taruna 23 59,0 16 41,0 39 100
g. Tim Penggerak
36 92,3 3 7,7 39 100
PKK
Rutin melakukan
34 87,2 5 12,8 39 100
kunjungan rumah

Rutin memonitoring
dan mengevaluasi 34 87,2 5 12,8 39 100
kader-kader kesehatan
Berdasarkan tabel 23 diatas diketahui pelaksanaan program promosi

kesehatan petugas promosi kesehatan dalam pelaksanaan program promosi

kesehatan di Puskesmas Kota Medan diidentifikasi dengan 12 pertanyaan yaitu

hanya 1 orang (2,6%) yang melaksanakan program desa siaga sedangkan 38 orang

(97,4%) tidak melaksanakan, hanya 15 orang (38,5%) yang rutin membuat dan

memperbaharui media-media promosi kesehatan yang ada di dalam gedung

Puskesmas dan sebanyak 24 orang (61,5%) tidak melaksanakan. Sebanyak 23

orang (59,0%) petugas yang melaksanakan program konseling secara rutin di luar

gedung Puskesmas sedangkan 16 orang (41,0%) tidak melaksanakan.

Tabel 24
Distribusi Kategori Pelaksanaan Promosi Kesehatan Petugas Promosi Kesehatan
Dalam Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Kategori Pelaksanaan Promosi Jumlah (n) %


Kesehatan
Melaksanakan Program 35 89,7
Tidak Melaksanakan Program 4 10,3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


104

Berdasarkan tabel 24 distribusi kategori pelaksanaan program promosi

kesehatan petugas promosi kesehatan dengan pelaksanaan program promosi

kesehatan di Puskesmas Kota Medan bahwa responden yang melaksanakan

program promosi kesehatan sebanyak 35 orang (89,7%), responden yang tidak

melaksanakan program promosi kesehatan sebanyak 4 orang (10,3%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pembahasan

Gambaran Karakteristik Responden

Gambaran umum karakteristik responden yang akan digambarkan dalam

penelitian ini ialah meliputi umur, pendidikan terakhir, masa kerja dan jabatan

fungsional dari 39 responden petugas promosi kesehatan di Puskesmas seluruh

Kota Medan.

Umur. Umur merupakan lama hidup responden yang dihitung sejak lahir

hingga ulang tahun terakhir sebelum penelitian dilakukan. Umur merupakan salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Menurut Hurlock

(1980) umur yang semakin dewasa semakin membuat seseorang menjadi lebih

aktif dalam kegiatan masyarakat. Hurlock (1998) yang dikutip oleh Aissyifa

(2013) juga menyatakan bahwa semakin cukup umur tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.

Berdasarkan tabel 4 diketahui dari 39 responden tenaga promosi kesehatan

sebagian besar responden pada kelompok umur terbanyak adalah Dewasa Tua

(40-65 tahun) yaitu 28 orang (71,8%) dan sebanyak 11 orang (28,2%) yaitu

Dewasa Muda. Kategori umur tersebut dibuat berdasarkan teori Hurlock (1980)

yaitu, dewasa dini (18-40 tahun) saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis

yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif, dewasa madya (40-60

tahun) yakni saat baik menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas

105
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
106

nampak pada setiap orang. Dewasa lanjut (>60 tahun) pada waktu ini baik

kemampuan fisik maupun psikologis cepat menurun. Namun dikarenakan batas

usia pension petugas promosi kesehatan adalah umur 60 tahun maka dalam

penelitian ini hanya digunakan 2 kategori saja yaitu dewasa dini dan dewasa

madya.

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah responden terbanyak

pada kategori dewasa madya, dalam usia ini kemampuan fisik dan psikologis

seseorang memang cepat menurun, namun dalam teori Hurlock (1980) yaitu

kelompok usia madya merupakan kalangan dengan kemampuan melakukan

penyesuaian sosial lebih baik daripada usia muda, karena orang dengan kategori

kelompok usia madya merupakan orang-orang yang memiliki kemahiran dan

keterampilan sosial yang diperoleh sebelumnya dapat memperkuat kepercayaan

diri dan dapat mempermudah masalah sosial. Jika melihat dari data, hanya 4

responden yang tidak melaksanakan program, oleh sebab itu dapat disimpulkan

bahwa usia madya tidak menghalangi responden untuk melaksanakan program

promosi kesehatan.

Pendidikan terakhir. Pendidikan merupakan faktor yang mencerminkan

kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. Dengan

menempuh tingkat pendidikan tertentu menyebabkan seorang pegawai memiliki

pengetahuan tertentu sehingga mampu serta cakap untuk melaksanakan tugasnya

dengan baik. Dengan demikian pendidikan akan mempengaruhi kinerja pegawai

(Saputra, 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


107

Berdasarkan tabel 4 responden dengan tingkat pendidikan terbanyak

adalah Sarjana Kesehatan Masyarakat yaitu 24 orang (61,5%), diikuti responden

lulusan Sarjana Keperawatan yaitu 4 orang (10,3%), kemudian responden lulusan

D III Gizi dan D III Keperawatan memiliki jumlah responden yang sama yaitu 3

orang (7,7%), responden lulusan D IV dan S2 memiliki jumlah responden yang

sama yaitu 2 orang (5,1%), dan responden dengan lulusan D III Kebidanan yaitu 1

orang (2,6%). Dapat dilihat bahwa masih ada 15 responden yang tidak berasal dari

pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara,

responden yang tidak memiliki latar belakang Sarjana Kesehatan Masyarakat

merasa kesulitan dalam mengerjakan perannya sebagai petugas promosi

kesehatan. Responden yang memiliki latar belakang Sarjana Kesehatan

Masyarakat pun tidak semua berasal dari sarjana kesehatan yang murni, ada 8

petugas promosi kesehatan merupakan Sarjana Kesehatan Masyarakat ekstensi

dari jurusan lain yaitu kebidanan, keperawatan, analisis kesehatan dan hanya 3

responden yang memiliki latar belakang Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan

peminatan PKIP.

Jika melihat dari data yang ada, pelaksanaan program promosi kesehatan

tetap terlaksana dengan baik, namun Sudiro (2009, h. 8) yang dikutip oleh Saputra

(2014) menyatakan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia organisasi ialah melalui program pendidikan dan pelatihan yang

dilaksanakan terencana dan sistematik. Dengan kata lain pentingnya pendidikan

dan pelatihan dalam organisasi adalah perbaikan kinerja pegawai yang meliputi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


108

knowledge dan keterampilan yang mendukung, serta pembentukan sikap setiap

para pegawai sesuai yang diinginkan oleh organisasi.

Hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan beberapa responden bahwa

alangkah lebih baik apabila petugas promosi kesehatan berasal dari pendidikan

Sarjana Kesehatan Masyarakat terkhusus dengan peminatan PKIP. Seharusnya

Dinas Kesehatan mampu melihat hal ini, sehingga ada perombakan penempatan

jabatan atau perekrutan pegawai yang sesuai dengan jabatan yang akan

diembannya, sehingga dapat membuat pelaksanaan setiap program dapat lebih

maksimal, terlebih lagi Kota Medan merupakan salah satu Kota yang sudah cukup

maju seharusnya mampu merekrut pegawai-pegawai baru yang benar-benar

kompeten sebagai petugas promosi kesehatan dengan latarbelakang pendidikan

Sarjana Kesehatan Masyarakat dan juga seharusnya Dinas Kesehatan mampu

bekerja sama dengan Universitas Sumatera Utara dimana sebagai Perguruan

Tinggi Negeri yang sudah memiliki Fakultas Kesehatan Masyarakat yang sudah

cukup bagus dan diperhitungkan.

Masa kerja. Masa kerja adalah lamanya pekerjaan yang dilakukan

responden sejak pertama kali bertugas dibagian promosi kesehatan sampai

penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini masa kerja dibagi menjadi 2 kategori

mengikuti kategori yang dibuat oleh Handoko (2010) yang dikutip melalui

Isriyadi (2015) yaitu masa kerja kategori baru (≤ 3 tahun) dan masa kerja kategori

lama (> 3tahun). Responden dengan kategori masa kerja terbanyak adalah masa

kerja kategori lama yaitu 21 orang (53,8%) dan responden masa kerja kategori

baru yaitu 18 orang (46,2%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


109

Masa kerja berhubungan dengan pengalaman, ketika seorang pekerja

memiliki masa kerja yang lama maka pekerja tersebut akan memilliki pengalaman

yang luas sehingga membuat kemampuan dan keterampilan petugas tersebut

semakin meningkat. Robbins (2007:65) yang dikutip oleh Hardikriyawan (2014)

menjelaskan bahwa, “Beberapa bukti terbaru menunjukkan adanya hubungan

positif antara masa kerja dan kinerja”. Masa kerja yang semakin lama akan

mempengaruhi kualitas kerja yang berujung pada perbaikan kinerja seorang

pegawai.

Jabatan fungsional. Berdasarkan tabel 4 dapat dilhat bahwa responden

dengan Jabatan Fungsional terbanyak adalah Jabatan Fungsional Promosi

Kesehatan yaitu 26 orang (66,7%), lalu diikuti responden dengan Jabatan

Fungsional Perawat yaitu 10 orang (25,6%), kemudian responden dengan Jabatan

Fungsional Bidan yaitu 2 orang (5,1%), responden dengan Jabatan Fungsional

Gizi yaitu 1 orang (2,6%), dan responden dengan Jabatan Fungsional Kesehatan

Lingkungan dan Surveilans Epidemiologi tidak ada. Dalam hal ini seharusnya

jabatan fungsional petugas promosi kesehatan adalah promosi kesehatan sehingga

petugas tersebut dapat fokus dan memprioritaskan perannya sebagai petugas

promosi kesehatan. Berdasarkan wawancara, responden dengan jabatan fungsional

promosi kesehatan menyatakan bahwa mereka juga memegang jabatan lain seperti

TU, bidan dan perawat kemudian responden menyatakan bahwa mereka merasa

terlalu banyak bertanggungjawab atas beberapa program sehingga membuat

mereka kelebihan beban kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


110

Gambaran Faktor Predisposing Pada Petugas Promosi Kesehatan dalam

Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Gambaran umum faktor predisposing yang akan digambarkan dalam

penelitian ini ialah meliputi pengetahuan, sikap dan motivasi dari 39 responden

petugas promosi kesehatan di Puskesmas seluruh Kota Medan.

Gambaran pengetahuan petugas promosi kesehatan tentang

pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Gambaran pengetahuan petugas promosi kesehatan tentang promosi

kesehatan. Berdasarkan tabel 5 pengetahuan responden mengenai promosi

kesehatan, yaitu sebanyak 35 orang (89,7%) menjawab kegiatan memberikan

penyuluhan tentang kesehatan, pencegahan penyakit dan penanggulangan masalah

kesehatan, sebanyak 4 orang (10,3%) menjawab melakukan penyebaran informasi

kesehatan melalui media-media dan sebanyak 7 orang (17,9%) yang menjawab

memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu menolong dirinya sendiri

dalam mengatasi masalah kesehatan.

Dari hasil data tersebut, dapat disimpulkan bahwa mayoritas petugas

promosi kesehatan di Puskesmas seluruh Kota Medan mengetahui bahwa promosi

kesehatan hanyalah kegiatan memberikan penyuluhan kesehatan. Sebagaimana

tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114

/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di

Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar

mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


111

bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung

kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Dari pemaparan tersebut dapat kita ketahui bahwa promosi kesehatan

bukan hanya mengenai penyuluhan kesehatan, namun utamanya promosi

kesehatan adalah sebuah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat atau biasa

kita kenal dengan pemberdayaan. Pemahaman ini seharusnya dimilliki oleh

petugas promosi kesehatan, sehingga pelaksanaan promosi kesehatan di

Puskesmas terpusat kepada masyarakat secara utuh. Berdasarkan hasil dari

wawancara dengan petugas promosi kesehatan, mereka menyatakan bahwa jika

ada capaian yang tidak tercapai dalam promosi kesehatan maka solusinya adalah

diberikan penyuluhan, sedangkan penyuluhan tidak bisa dijadikan jawaban atas

segala permasalahan kesehatan, diperlukan kesadaran dan inisatif langsung dari

masyarakat itu sendiri dengan melakukan pemberdayaan masyarakat.

Gambaran pengetahuan petugas promosi kesehatan tentang strategi

promosi kesehatan. Pengetahuan responden tentang strategi promosi kesehatan

dengan jawaban terbanyak adalah advokasi yaitu 14 orang (35,9%), kemudian

yang menjawab pemberdayaan ada 9 orang (23,1%), yang menjawab kemitraan

ada 9 orang (23,1%) dan menjawab bina suasana ada 7 orang (17,9%) dan ada 23

orang (59,0%) yang tidak menjawab dalam pertanyaan ini. Dari hasil data tersebut

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petugas promosi kesehatan di Puskesmas

Kota Medan tidak mengetahui strategi promosi kesehatan. Sebagaimana

disebutkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1193/Menkes/SK/X/2004

tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan Keputusan Menteri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


112

Kesehatan No. 1194/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi

Kesehatan di Daerah, strategi dasar utama promosi kesehatan ada 4 yaitu,

pemberdayaan, bina suasana, advokasi dan kemitraan. Sedangkan beberapa

petugas promosi kesehatan yang menjawab rata-rata tidak mengetahui strategi

promosi kesehatan secara keseluruhan dengan pilihan jawaban terbanyak adalah

advokasi.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, petugas promosi

kesehatan menyatakan bahwa hal ini dikarenakan beberapa petugas promosi

kesehatan yang tidak memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Kesehatan

Masyarakat. Namun ternyata petugas promosi kesehatan yang memiliki latar

belakang pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat pun juga masih ada yang

tidak mengetahui strategi promosi kesehatan tersebut, dikarenakan tidak

mengingat lagi dan menyatakan bahwa mereka bukan dari peminatan PKIP

(Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku). Namun, dapat disimpulkan bahwa

kegerakan pelayanan promosi kesehatan di Kota Medan masih belum secara utuh

mengikuti strategi promosi kesehatan yang dibuat oleh Kementrian Kesehatan

dimana pemberdayaan dan bina suasana belum maksimal dikerjakan oleh

Puskesmas.

Gambaran pengetahuan petugas promosi kesehatan tentang kegiatan

bina suasana. Pengetahuan responden mengenai kegiatan bina suasana jawaban

terbanyak adalah tokoh masyarakat turut ikut dalam mempraktikan perilaku

kesehatan yaitu 11 orang (28,2%), untuk jawaban pembagian selebaran (leaflet)

hanya 1 orang (2,6%) yang menjawab dengan pemasangan poster dan 28 orang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


113

(71,8%) tidak menjawab pertanyaan tersebut. Sama halnya pada pertanyaan

tentang strategi promosi kesehatan, bahwa petugas promosi kesehatan mayoritas

tidak mengetahui kegiatan bina suasana karena mereka bukan berasal dari latar

belakang Sarjana Kesehatan Masyarakat, dan hal ini dipengaruhi juga karena

kegiatan-kegiatan bina suasana tersebut kurang dikerjakan secara maksimal dalam

pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas.

Gambaran tingkat pengetahuan petugas promosi kesehatan tentang

pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas. Berdasarkan tabel 6 distribusi

kategori pengetahuan tenaga promosi kesehatan dalam pelaksanaan program

promosi kesehatan di Puskesmas Kota Medan bahwa responden yang memiliki

pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 1 orang (2,6%), sebanyak 14

orang (35,9%) dengan kategori pengetahuan sedang dan pengetahuan dengan

kategori kurang yaitu sebanyak 24 orang (61,5%). Dari hasil data tersebut, dapat

dilihat bahwa sebagian besar petugas promosi kesehatan di Puskesmas Kota

Medan memiliki pengetahuan yang kurang mengenai pelaksanaan promosi

kesehatan di Puskesmas.

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, kemudian Notoatmodjo

memaparkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan dimana salah

satu faktornya adalah pendidikan (Notoatmodjo, 2010). Pendidikan adalah

bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju

ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Hal tersebut sejalan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


114

dengan penelitian ini, salah satu faktor penyebab pengetahuan responden yang

kurang karena tingkat pendidikan responden yang tidak berasal dari Sarjana

Kesehatan Masyarakat dengan konsentrasi PKIP (Pendidikan Kesehatan dan Ilmu

Perilaku). Selain itu petugas promosi kesehetan juga menyatakan beberapa dari

mereka kurang mendapatkan edukasi atau bimbingan secara teori dan kurang

mendapatkan pelatihan mengenai promosi kesehatan oleh Dinas Kesehatan.

Dalam data yang telah dipaparkan, dapat diketahui bahwa petugas

promosi kesehatan tetap melaksanakan program promosi kesehatan hal tersebut

dapat dijelaskan melalui beberapa teori yaitu, pendekatan teori Behavioristik

(tingkah laku), King (2010) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Umum

menyatakan bahwa teori ini menekankan kepada tingkah laku manusia

dipengaruhi oleh tingkah laku manusia lainnya dan lingkungan dimana ia berada,

bukan kepada pemahaman kognitif manusia. Skinner yang dikutip oleh Sanyata

(2012) menyatakan bahwa operant conditioning merupakan tipe perilaku belajar

yang dipengaruhi oleh adanya penguatan-penguatan (reinforcer) positif dan atau

negatif. Model dari Skinner merupakan dari prinsip penguatan terhadap

identifikasi tujuan dengan mengontrol faktor lingkungan yang berperan penting

dalam perubahan perilaku. Social learning theory yang dikembangkan Albert

Bandura dan Richard Walters yang dikutip oleh Sanyata (2012) merupakan

interaksi timbal balik dari tiga komponen (triadic reciprocal interaction) yaitu

antara lingkungan, faktor personal dan perilaku individual. seseorang dapat

capable jika self-directed dalam mengubah perilakunya. Kedua pernyataan

tersebut jelas mengarahkan bahwa faktor utama timbulnya sebuah perilaku bukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


115

dari sisi kognitif melainkan dipengaruhi faktor lingkunan dimana seseorang

tersebut berada.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa, pengetahuan yang

kurang tidak membuat petugas promosi kesehatan tidak melaksanakan program

promosi kesehatan, namun jika melihat kondisi yang ada Kota Medan merupakan

Ibukota Provinsi Sumatera Utara dimana Kota Medan seharusnya menjadi teladan

bagi Kota/Kabupaten lainnya, untuk itu seharusnya Dinas Kesehatan dapat

memperhatikan lebih lagi mengenai kemampuan setiap tenaga kesehatan baik

dalam hal pengetahuan maupun praktek dengan cara memberikan edukasi dan

pelatihan-pelatihan agar kemampuan tenaga kesehatan dapat terus berkembang.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan

Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil yang dikutip oleh Muhammad Burso

(2018:204) menyebutkan bahwa salah satu tujuan pendidikan dan pelatihan adalah

meningkatkan pengetahuan untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara

professional dengan dilandasi kepriadian dan etikan PNS sesuai dnegan kebutuhan

instansi.

Gambaran sikap petugas promosi kesehatan dalam pelaksanaan

program promosi kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Gambaran sikap petugas promosi kesehatan mengenai identik diri

dengan promosi kesehatan. Berdasarkan tabel 7 diketahui sikap tenaga promosi

kesehatan dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas Kota

Medan bahwa sikap responden diidentifikasi dengan 10 pertanyaan dimana

sebanyak 2 orang (5,1%) sangat setuju bahwa responden tidak identik dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


116

promosi kesehatan, sebanyak 5 orang (12,8%) menjawab setuju, 5 orang (12,8%)

menjawab ragu-ragu, sebanyak 23 orang (59,0%) menjawab tidak setuju dan

sebanyak 4 orang (10,3%) menjawab sangat tidak setuju. Dari 39 responden, 27

orang menyatakan dirinya sangat identik dengan promosi kesehatan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian identik adalah

sama benar, tidak berbeda sedikit pun, sama dan sebangun, jika dihubungkan

dalam penelitian ini artinya petugas promosi kesehatan menjiwai didalam

mengerjakan program-program promosi kesehatan dimana promosi kesehatan

sudah menjadi bagian dari dirinya atau sesuai dan sebangun dengan karakter dari

pribadi petugas promosi kesehatan tersebut sehingga membuat petugas promosi

kesehatan senang dan bersemangat dalam mengerjakan promosi kesehatan.

Namun masih ada beberapa petugas yang merasa dirinya tidak identik atau masih

ragu-ragu dengan promosi kesehatan, berdasarkan hasil wawancara, responden

menyatakan tidak atau ragu-ragu dikarenakan responden bukan berasal dari

latarbelakang pendidikan promosi kesehatan, responden juga menyatakan bahwa

sebenarnya peran utama mereka bukanlah sebagai petugas promosi kesehatan

melainkan menjadi bidan atau perawat.

Gambaran sikap petugas promosi kesehatan dalam antusias atau

semangat menjadi petugas promosi kesehatan. Sikap responden dalam antusias

atau semangat menjadi petugas promosi kesehatan sebanyak 7 orang (17,9%)

menjawab sangat setuju, sebanyak 26 orang (66,7%) menjawab setuju, sebanyak 3

orang (7,7%) menjawab ragu-ragu, sebanyak 3 orang (7,7%) menjawab tidak

setuju. Dari data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


117

semangat menjadi petugas promosi kesehatan, hal ini berkaitan dengan pertanyaan

sebelumnya mengenai diri mereka dimana mereka merasa identik dengan promosi

kesehatan sehingga membuat mereka merasa lebih antusias dan semangat.

Sahlan Asnawi (1999) memaparkan beberapa definisi semangat kerja dari

beberapa ahli, Nitisemito (1988) menyatakan semangat kerja merupakan usaha

untuk melakukan pekerjaan secara giat sehingga pekerjaan dapat diselesaikan

dengan lebih cepat dan lebih baik sedangkan Chaplin (1993) menyatakan bahwa

semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja yang ditandai secara khas dengan

adanya kepercayaan diri, motivasi diri yang kuat untuk meneruskan pekerjaan,

kegembiraan, dan organisasi yang baik. Tidak jauh berbeda dengan pengertian

yang dinyatakan oleh Nawawi (1990) bahwa semangat kerja merupakan suasana

batin seorang karyawan yang berpengaruh pada usahanya untuk mewujudkan

suatu tujuan melalui pelaksanaan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa semangat kerja yang dimiliki petugas promosi

kesehatan dapat mendorong mereka untuk mengerjakan setiap program promosi

kesehatan dengan baik.

Gambaran tingkat sikap petugas promosi kesehatan dalam pelaksanaan

program promosi kesehatan. Berdasarkan tabel 8 distribusi kategori sikap tenaga

promosi kesehatan dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas

Kota Medan bahwa responden yang memiliki sikap dengan kategori baik yaitu

sebanyak 28 orang (71,8%) dan 11 orang (28,2%) dengan kategori sikap sedang.

Dari pemaparan data tersebut dapat kita simpulkan bahwa sikap petugas promosi

kesehatan sudah tergolong baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


118

Thurstone dalam Azwar (1998) berpendapat bahwa sikap sebagai salah

satu konsep yang cukup sederhana, yaitu jumlah pengaruh yang dimiliki seseorang

atas atau menentang suatu objek. Eagly dan Chaiken (1993) mengemukakan

bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap objek, yang

diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif dan perilaku. Dengan

memahami atau mengetahui sikap individu, dapat diperkirakan respons atau

perilaku yang akan diambil oleh individu yang bersangkutan (Wawan dan Dewi,

2015).

Azwar (1995) dalam bukunya yang berjudul “Sikap Manusia dan Teori

Pengukurannya” (1995:15) menyatakan bahwa sikap dikatakan sebagai respon

evaluative. Respons hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu

stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respons evaluative berarti

bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh

proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus

dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak

menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek

sikap. Sehubungan dengan penelitian ini, sikap positif dan menyenangkan

responden terhadap pelaksanaan program promosi kesehatan menjadi salah satu

faktor yang mendorong petugas promosi kesehatan dalam melaksanaan program

promosi kesehatan dengan baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


119

Gambaran motivasi petugas promosi kesehatan dalam pelaksanaan

program promosi kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Gambaran motivasi petugas promosi kesehatan dalam perannya demi

meningkatkan perilaku kesehatan masyarakat. Berdasarkan tabel 9 diatas

diketahui motivasi tenaga promosi kesehatan dalam pelaksanaan program promosi

kesehatan di Puskesmas Kota Medan bahwa motivasi responden diidentifikasi

dengan 15 pertanyaan bahwa sebanyak 14 orang (35,9%) sangat setuju bahwa

peran responden sebagai petugas promosi kesehatan sangat penting demi

meningkatkan perilaku kesehatan masyarakat, sebanyak 24 orang (61,5%)

menjawab setuju dan sebanyak 1 orang (2,6%) menjawab ragu-ragu. Kementerian

Kesehatan menyatakan bahwa Puskesmas dapat diumpamakan sebagai “agen

perubahan” di masyarakat sehingga masyarakat lebih berdaya dan timbul

gerakan-gerakan upaya kesehatan yang bersumber pada masyarakat. Oleh karena

itu, upaya promosi kesehatan Puskesmas membantu masyarakat agar mampu

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Hal tersebut pun berpusat kepada petugas yang bertanggungjawab di

bagian promosi kesehatan, dikarenakan petugas promosi kesehatan lah yang

memiliki peran sebagai penggerak program-program promosi kesehatan.

Penekanan Kementerian Kesehatan mengenai peran promosi kesehatan tersebut

membuat petugas promosi kesehatan di Puskesmas Kota Medan harus memiliki

pemahaman yang benar dalam perannya sebagai petugas promosi kesehatan,

didalam pemahaman tersebut mendorong petugas promosi kesehatan memiliki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


120

motivasi yang baik dalam menjalankan perannya sebagai petugas promosi

kesehatan demi meningkatkan perilaku kesehatan masyarakat.

Gambaran motivasi petugas promosi kesehatan dalam memberikan yang

terbaik dalam promosi kesehatan dengan melihat kondisi masyarakat di

lapangan. Dari tabel 9 dapat dilihat responden yang menjawab sangat setuju

dalam pernyataan dengan melihat kondisi masyarakat di lapangan, saya merasa

terdorong untuk dapat terus memberikan yang terbaik dalam promosi kesehatan

yaitu sebanyak 10 orang (25,6%), 26 orang (66,7%) menjawab setuju, 1 orang

(2,6%) menjawab ragu-ragu dan 2 orang (5,1%) menjawab tidak setuju. Dalam

teori motivasi mengenai tingkatan kebutuhan manusia oleh Abraham H Maslow

dijelaskan bahwa salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan sosial dimana

dijelaskan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan untuk membantu orang lain.

Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya bahwa petugas promosi kesehatan yang

sudah memahami peran nya adalah untuk meningkatkan perilaku kesehatan

masyarakat, maka jika melihat kondisi-kondisi tertentu yang ada di masyarakat

petugas promosi kesehatan akan memiliki sebuah dorongan untuk dapat

membantu masyarakat tersebut.

Gambaran motivasi petugas promosi kesehatan untuk turun lapangan

sekalipun tidak ada anggaran dana yang cukup. Dalam pertanyaan jika tidak

ada anggaran dana yang cukup untuk akses turun lapangan, saya tetap berusaha

untuk turun lapangan responden yang menjawab sangat setuju yaitu 5 orang

(12,8%), responden yang menjawab setuju yaitu 33 orang (84,6%), tidak setuju

yaitu 1 orang (2,6%). Berdasarkan hasil dari wawancara, responden, tidak semua

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


121

program promosi kesehatan diberikan dana khusus kepada petugas promosi

kesehatan dalam menjalankan program tersebut, sehingga petugas promosi

kesehatan harus mengeluarkan dana pribadinya, petugas promosi kesehatan pun

menyatakan kalau program-program tersebut adalah program wajib sehingga

apapun yang menjadi hambatan petugas promosi kesehatan harus tetap

menjalankan program-program tersebut dan ada pertanggungjawaban berupa

laporan bulanan yang harus dilaporkan kepada kepala Puskesmas beserta

dokumentasi pelaksanaan kegiatan tersebut.

Gambaran motivasi petugas promosi kesehatan dalam membuat

kreativitas dalam program promosi kesehatan. Dalam pertanyaan bahwa

responden akan membuat kreatifitas dalam program promosi kesehatan agar

banyak masyarakat yang tertarik, responden yang menjawab sangat setuju dalam

sebanyak 4 orang (10,3%), responden yang menjawab setuju yaitu sebanyak 31

orang (79,5%), sebanyak 1 orang (2,6%) menjawab ragu-ragu, dan sebanyak 3

orang (7,7%) menjawab tidak setuju. Didalam peran petugas promosi kesehatan

untuk meningkatkan perilaku kesehatan masyarakat dibutuhkan sebuah inovasi

untuk dapat dipahami secara mudah oleh masyarakat, serta dapat mendorong

masyarakat untuk merubah perilaku masyarakat tersebut. Dalam hal ini

pernyataan responden sejalan dengan pertanyaan sebelumnya mengenai

pentingnya peran petugas promosi kesehatan sehingga mendorong petugas

promosi kesehatan untuk dapat memberikan yang terbaik bagi masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


122

Gambaran tingkat motivasi petugas promosi kesehatan dalam

pelaksanaan program promosi kesehatan. Berdasarkan tabel 10 distribusi

kategori motivasi tenaga promosi kesehatan dalam pelaksanaan program promosi

kesehatan di Puskesmas Kota Medan bahwa responden yang memiliki motivasi

dengan kategori baik yaitu sebanyak 38 orang (97,4%) dan 1 orang (2,6%) dengan

kategori motivasi sedang. Dari pemaparan data tersebut dapat kita simpulkan

bahwa motivasi petugas promosi kesehatan sudah tergolong baik.

Hamali (2016) dalam bukunya “Pemahaman Manajemen Sumber Daya

Manusia” menyatakan bahwa seseorang yang termotivasi, yaitu orang yang

melaksanakan upaya substansial guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan

kerjanya dan organisasi tempat seseorang bekerja. Seseorang yang tidak

termotivasi hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja, konsep

motivasi merupakan sebuah konsep penting dalam studi tentang kinerja kerja

individual.

Dalam penelitian ini, motivasi responden merupakan motivasi sosial

motivasi yang terjadi karena melihat kondisi di lapangan, dan menyadari

bagaimana pentingnya perannya sebagai petugas promosi kesehatan di Puskesmas

sehingga membuat mereka berjuang didalam mengerjakan program promosi

kesehatan dapat dilihat dalam pernyataan sebelumnya yaitu sekalipun tidak ada

anggaran dana yang cukup mereka tetap turun lapangan dan mereka akan

membuat kreatifitas dalam program promosi kesehatan.

Motivasi responden yang sudah tergolong baik ini juga dipengaruhi karena

sikap yang baik dimana di pembahasan mengenai sikap sebelumnya dibahas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


123

mengenai petugas promosi kesehatan yang mayoritas sudah merasa dirinya identik

dengan promosi kesehatan. Pemahaman akan peran nya tersebut membuat petugas

promosi kesehatan lebih mudah tergerak untuk terus melaksanakan setiap program

promosi kesehatan dengan baik.

Gambaran Faktor Enabling Petugas Promosi Kesehatan dalam Pelaksanaan

Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Gambaran umum faktor enabling yang akan digambarkan dalam penelitian

ini ialah meliputi sarana dan prasarana, sumber daya manusia secara kuantitas dan

sumber daya manusia secara kualitas dari 39 responden petugas promosi

kesehatan di Puskesmas seluruh Kota Medan.

Gambaran sarana dan prasarana petugas promosi kesehatan dalam

pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Gambaran sarana dan prasarana petugas promosi kesehatan dalam

ketersediaan kendaraan untuk melaksanakan program promosi kesehatan.

Berdasarkan tabel 11 sebanyak 28 orang (71,8%) tenaga promosi kesehatan tidak

memiliki kendaraan yang disediakan Puskesmas untuk membantu dalam

melaksanakan program promosi kesehatan dan hanya 11 orang (28,2%) memiliki

kendaraan yang disediakan oleh Puskesmas. Dari data tersebut dapat kita lihat

bahwa mayoritas Puskesmas di Kota Medan tidak menyediakan kendaraan yang

dapat digunakan petugas promosi kesehatan untuk melaksanakan program

promosi kesehatan

Dalam Permenkes 82 tahun 2015 mengenai petunjuk teknis penggunaan

dana alokasi khusus bidang kesehatan, serta sarana dan prasarana penunjang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


124

subbidang sarpras kesehatan tahun anggaran 2016 dijelaskan bahwa Puskesmas

dianjurkan untuk mangalokasikan dana dalam menyediakan kendaraan Puskesmas

keliling roda 4 atau roda 2 dengan jenis kendaraan yang sesuai kebutuhan

kabupaten/kota dan dapat menjangkau masyarakat di lokasi tertentu yang

dilengkapi dengan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta media

penyuluh dan promosi kesehatan. Kendaraan pusling tersebut harus memenuhi

beberapa fungsi dimana salah satunya adalah fungsi pelayanan kesehatan dasar,

program puskemas, penyuluhan dan promosi kesehatan.

Merujuk kepada permenkes tersebut, Dinas Kesehatan Kota Medan belum

mengalokasikan dana khusus untuk setiap Puskesmas Kota Medan dalam

menyediakan kendaraan untuk membantu petugas promosi kesehatan dalam

melaksanakan program promosi kesehatan. Melihat kondisi Kota Medan dimana

Kota Medan merupakan Ibukota Provinsi Sumatera Utara dan Kota terbesar ketiga

di Indonesia dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan terdapat 21

Kecamatan dengan 151 Kelurahan, dimana terdapat 39 Puskesmas dengan rata-

rata setiap Puskesmas menjangkau sekitar 2-3 kelurahan dengan rata-rata 1

kelurahan terdapat ±7,000 jiwa. Berdasarkan hasil dari wawancara, responden

menyatakan bahwa sebagian dari mereka memang sudah memiliki kendaraan

pribadi namun ada yang tidak memiliki dan mereka yang tidak memiliki biasanya

menumpang dengan petugas lain yang memiliki kendaraan. Melihat hal tersebut

jangkauan dari setiap Puskesmas sangatlah luas sehingga sangatlah disarankan

agar Puskesmas menyediakan kendaraan dan petugas yang dapat membawa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


125

kendaraan tersebut agar pelaksanaan program promosi kesehatan dapat berjalan

dengan efektif dan efisien.

Gambaran sarana dan prasarana petugas promosi kesehatan dalam

ketersediaan ruang promosi kesehatan di Puskesmas. Berdasarkan tabel 11

responden yang tidak memiliki ruangan khusus promosi kesehatan sebanyak 19

orang (48,7%) dan 20 orang (51,3%) memiliki ruangan khusus. Didalam peraturan

Kemenkes tidak ada dijelaskan bahwa setiap Puskesmas harus memiliki ruangan

khusus untuk promosi kesehatan, namun berdasarkan wawancara dengan

responden mereka mengeluhkan tidak memiliki ruangan promosi kesehatan

sehingga mereka harus menumpang di ruangan lain ketika harus mempersiapkan

untuk melaksanakan program promosi kesehatan dan dalam membuat laporan-

laporan promosi kesehatan.

Jika melihat program-program yang harus dikerjakan oleh petugas

promosi kesehatan seperti konseling didalam gedung Puskesmas dimana kegiatan

tersebut memerlukan tempat yang bersifat pribadi, dan juga kegiatan lainnya

seperti penyuluhan dimana sebelum memberikan penyuluhan petugas promosi

kesehatan memerlukan mempersiapkan materi atau kreatifitas yang dapat

menolong masyarakat dapat dengan mudah memahami materi yang ada, dan juga

kegiatan dalam membuat media-media promosi kesehatan, melihat hal tersebut

tentu membuat petugas promosi kesehatan berharap akan adanya ruangan khusus

promosi kesehatan sehingga dapat lebih maksimal dalam mengerjakan program-

program promosi kesehatan, akan lebih nyaman apabila ada masyarakat yang

ingin konseling mengenai kesehatan jika tersedianya ruangan khusus dan petugas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


126

promosi kesehatan akan lebih maksimal mempersiapkan penyuluhan atau dalam

membuat kreatifitas apabila memiliki ruangan khusus promkes agar lebih fokus

serta lebih leluasa apabila petugas promosi kesehatan hendak membuat media-

media promosi kesehatan seperti mading kesehatan atau alat peraga untuk

penyuluhan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wibawati (2014) mengenai

implementasi kebijakan promosi kesehatan (studi pada pusat kesehatan

masyarakat dinoyo, kecamatan lowokwaru, kota malang) menyatakan bahwa

salah satu faktor pendukung dalam implemetasi promosi kesehatan adalah ruang

kerja staff dimana dengan adanya ruangan yang memadai membuat proses kerja

nyaman dalam hal implementasi promosi kesehatan yang dilakukan oleh petugas

kesehatan khusus untuk promosi kesehatan.

Gambaran tingkat sarana dan prasarana petugas promosi kesehatan

dalam pelaksanaan program promosi kesehatan. Berdasarkan tabel 12 distribusi

kategori sarana dan prasarana tenaga promosi kesehatan dengan pelaksanaan

program promosi kesehatan di Puskesmas Kota Medan bahwa responden yang

memiliki sarana dan prasarana dengan kategori baik yaitu sebanyak 22 orang

(56,4%) dan 17 orang (43,6%) dengan kategori sarana dan prasarana kurang baik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sarana adalah segala sesuatu

yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan

prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama

terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). Dalam hal ini

sarana promosi kesehatan adalah peralatan yang digunakan untuk melakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


127

kegiatan promosi kesehatan seperti flipchart, kamera foto, infocus, wireless

microphone dan laptop. Prasarana promosi kesehatan merupakan sebuah tempat

atau wadah agar dapat terselenggaranya kegiatan promosi kesehatan yaitu aula

untuk penyuluhan, ruang promosi kesehatan di Puskesmas untuk tempat konseling

atau menyimpan sarana promosi kesehatan dan kendaraan untuk melaksanakan

kegiatan promosi kesehatan.

Dapat dilihat bahwa petugas promosi kesehatan yang tidak memiliki

sarana dan prasarana yang baik masih cukup besar, dimana beberapa sarana dan

prasarana yang kurang memadai tersebut adalah kendaraan, flipchart & stands,

kamera foto, ruangan khusus promosi kesehatan, komputer/laptop dan printer.

Penelitian yang dilakukan oleh Residul (2017) mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan keterlambatan pelaporan hasil penyelidikan epidemiologi

demam berdarah dengue di Kota Semarang menyatakan bahwa adanya hubungan

antara sarana dan prasarana dengan keterlambatan pelaporan hasil penyelidikan

epidemiologi demam berdarah dengue dalam penelitian tersebut pun menyatakan

bahwa sarana dan prasarana yang kurang baik membuat petugas penyelidikan

epidemiologi tidak maksimal dalam melakukan pelaporan hasil penyelidikan

epidemiologi demam berdarah dengue.

Gambaran sumber daya manusia secara kuantitas petugas promosi

kesehatan dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas

Kota Medan

Gambaran sumber daya manusia petugas promosi kesehatan dalam

memiliki rekan kerja. Berdasarkan tabel 13 sebanyak 30 orang (76,9%) memiliki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


128

rekan kerja dalam mengerjakan program promosi kesehatan hanya 9 orang

(23,1%) yang menyatakan bahwa mereka tidak memiliki rekan kerja. Rekan kerja

adalah sesama karyawan yang kemampuannya cakap dan saling mendukung

dalam pekerjaannya. Rekan kerja dalam suatu tim dapat mempengaruhi kepuasan

kerja karyawan (Suciadi, 2017).

Jumlah program-program promosi kesehatan yang dilaksanakan oleh

Puskesmas yang sudah diprogramkan oleh Dinas Kesehatan dan Kementerian

Kesehatan dapat terbilang banyak dan harus melakukan banyak turun lapangan,

sehingga membuat petugas promosi kesehatan akan kewalahan apabila

mengerjakan seorang diri. Dalam data penelitian ini masih ada 9 orang (23,1%)

yang menyatakan belum memiliki rekan kerja dalam mengerjakan program

promosi kesehatan sehingga dalam wawancara mereka mengeluhkan hal tersebut

tidak memiliki teman berdiskusi dalam mempersiapkan setiap program-program

yang ada sehingga membuat petugas promosi kesehatan kurang semangat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachmadi (2014) menyatakan bahwa

efikasi diri dan dukungan rekan kerja memiliki kontribusi terhadap work

engagement pada karyawan restoran namun dalam penelitian tersebut

menekankan bahwa dukungan rekan kerja memiliki pengaruh lebih kuat dalam

work engagement dibandingkan efikasi diri dalam tugas “memberikan pelayanan

restoran yang memuaskan kepada pelanggan”. Sama halnya dengan penelitian

yang dilakukan oleh Min dan Yong (2014) menyatakan bahwa relasi dengan rekan

kerja mempunyai hubungan yang kuat dalam meningkatkan performa karyawan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


129

Gambaran sumber daya manusia petugas promosi kesehatan dalam

kuantitas sumber daya manusia di puskesmas yang mencukupi. Berdasarkan

tabel 13 sebanyak 23 orang (59,0%) menjawab bahwa puskesmas di tempat

responden bekerja sudah memiliki sumber daya manusia yang mencukupi secara

kuantitas sesuai dengan job description yang ada dan 16 orang (41,0%)

menyatakan tidak. Kualitas sumber daya manusia juga ditentukan oleh kuantitas

pekerja di suatu organisasi. Menurut L.Gaol, kuantitas karyawan merupakan salah

satu faktor yang menentukan baik tidaknya seorang karyawan dan faktor yang

penting dalam pelaksanaan pekerjaan karyawan tersebut.

Gambaran tingkat sumber daya manusia secara kuantitas dalam

pelaksanaan program promosi kesehatan. Berdasarkan tabel 14 distribusi

kategori sumber daya manusia secara kuantitas tenaga promosi kesehatan dengan

pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas Kota Medan bahwa

responden yang memiliki sumber daya manusia secara kuantitas dengan kategori

baik yaitu sebanyak 22 orang (56,4%) dan 17 orang (43,6%) dengan kategori

sumber daya manusia secara kuantitas kurang baik.

Dapat disimpulkan bahwa 17 Puskesmas masih belum memiliki jumlah

sumber daya manusia yang cukup sesuai dengan job description yang ada.

Sumber daya manusia secara kuantitas sangat berhubungan dengan beban kerja

seorang pegawai tersebut. Berdasarkan hasil wawancara salah satu dari 16

responden yang menyatakan tidak, merasa pegawai yang bekerja di Puskesmas

nya kurang sehingga beberapa pegawai mengemban double job bahkan ada yang

triple job. Notoatmodjo (1992) yang dikutip oleh Alden Laloma mengemukakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


130

bahwa berbicara masalah sumber daya manusia dapat dilihat dari dua aspek, yaitu

menyangkut “kuantitas” dan “kualitas”, kuantitas adalah menyangkut jumlah

sumber daya manusia (penduduk) sedangkan kualitas menyangkut mutu sumber

daya manusia tersebut. Kuantitas sumber daya manusia yang besar tidak

menjamin akan menghasilkan produktifitas yang tinggi dalam suatu organisasi,

kuantitas sumber daya manusia perlu memperhatikan beban kerja dan output

yang ingin dicapai sehingga tidak ada yang memiliki beban kerja yang berlebih

atau sebaliknya.

Berdasarkan hasil wawancara, salah satu responden menyatakan bahwa

pegawai di Puskesmas tersebut cukup, namun pembagian jabatan atau beban

tanggungjawab yang harus diemban setiap pegawai belum merata dikarenakan

kepala Puskesmas kurang mempercayai orang lain untuk bertanggungjawab

dalam bidang tersebut, sehingga tanggungjawab tersebut menumpuk di beberapa

orang. Responden juga menyatakan bahwa responden harus bertanggungjawab

dalam program promosi kesehatan sedangkan responden tersebut berstatus

perawat di Puskesmas tersebut, hal ini pun terjadi di beberapa responden lain

dimana ada responden yang harus bertanggungjawab sebagai TU (Tata Usaha)

dimana pekerjaan tersebut memerlukan banyak waktu didalam gedung

Puskesmas sedangkan tugas utama responden tersebut sebagai petugas promosi

kesehatan mengharuskan untuk rutin ke lapangan dan mengadakan kegiatan di

luar Puskesmas. Hal tersebut tentu membuat responden tidak dapat fokus

mengembangkan perannya sebagai petugas promosi kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


131

Sejalan dengan hal tersebut dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian

Negara nomor 19 tahun 2011 tentang pedoman umum penyusunan kebutuhan

pegawai negeri sipil tertulis bahwa instansi harus membuat perencanaan mengenai

penyusunan pegawai untuk dapat mengetahui jumlah, kualitas, komposisi, dan

distribusi Pegawai Negeri Sipil yang tepat sesuai dengan beban kerja dan

tanggung jawab. Priyono dan Marnis (2008) dalam bukunya manajemen sumber

daya manusia menyatakan bahwa Pengadaan (procurement) SDM harus

direncanakan secara baik dan benar supaya kualitas dan kuantitas SDM sesual

dengan kebutuhan perusahaan. John B. Miner dan Mary Green Miner dalam

bukunya Personnel and Industrial Relation yang dikutip oleh Priyono dan Marnis

menyatakan perencanaan sumber daya manusia dapat diuraikan sebagai suatu

proses yang berusaha menjamin jumlah dan jenis pegawai yang tepat akan

tersedia pada tempat yang tepat pada waktu yang tepat untuk waktu yang akan

datang, mampu melakukan hal-hal yang diperlukan agar organisasi dapat terus

mencapai tujuannya).

Gambaran sumber daya manusia secara kualitas petugas promosi

kesehatan dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas

Kota Medan

Gambaran sumber daya manusia petugas promosi kesehatan dalam

komunikasi interpersonal dan komunikasi publik. Berdasarkan tabel 15

sebanyak 4 orang (10,3%) menyatakan sangat setuju memiliki kemampuan

komunikasi interpersonal dan komunikasi publik, sebanyak 32 orang (82,1%)

menyatakan setuju, 2 orang (5,1%) menyatakan ridak ragu-ragu dan 1 orang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


132

(2,6%) menyatakan tidak setuju. Menurut Ewles dan Simnett (1994) yang dikutip

oleh Maulana (2007) dalam bukunya yang berjudul Promosi Kesehatan

menyatakan bahwa salah satu kompetensi inti dalam promosi kesehatan yaitu

komunikasi, karena promosi kesehatan bersentuhan langsung dengan manusia

sehingga komunikasi menjadi sangat penting dan mendasar. Kompetensi ini

diperlukan dalam komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal dan

masyarakat dalam berbagai cara, baik formal maupun nonformal. Dalam hal ini

komunikasi interpersonal biasanya dilakukan saat melakukan konseling dengan

masyarakat dan komunikasi publik saat memberikan penyuluhan atau dalam

memimpin musyawarah masyarakat.

Komunikasi antarpribadi (interpersonal) adalah komunikasi langsung

bertatap muka, baik secara individu maupun kelompok. Metode komunikasi

antarpribadi yang paling baik adalah konseling karena memungkinkan terjadi

dialog terbuka tanpa kehadiran pihak ketiga, lengkap dan keberhasilannya dapat

segera dinilai. Komunikasi antarpribadi yang sehat dapat menghasilkan pemecahan

masalah, menumbuhkan berbagai ide, pengambilan keputusan, dan perkembangan

pribadi (Maulana, 2007).

Komunikasi publik (public communication) adalah komunikasi antara

seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak bisa

dikenali satu per satu. Komunikasi public biasanya berlangsung lebih formal dan

lebih sulit daripada komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok, karena

komunikasi public menuntut persiapan pesan yang cermat, keberanian dan

kemampuan menghadapi sejumlah besar orang (Mulyana, 2000).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


133

Peran yang paling penting dari seorang petugas promosi kesehatan adalah

merubah perilaku masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

Lawrence Green menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat merubah

perilaku manusia adalah faktor predisposing dimana pengetahuan merupakan

termasuk dalam faktor tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa didalam

merubah perilaku seseorang salah satunya adalah dengan merubah pemikirannya

atau menambah pengetahuannya, sehingga dalam hal ini kemampuan komunikasi

yang baik sangat diperlukan untuk dimiliki seorang petugas promosi kesehatan

agar dapat memberikan informasi dengan mudah dan praktis sehingga dapat

membuat masyarakat lebih paham dan memiliki niat untuk merubah perilakunya.

Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Cangara (2002) yang dikutip oleh Romli

(2016) dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Massa yaitu komunikasi adalah

suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur

lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia melalui

pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, serta

berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.

Gambaran sumber daya manusia petugas promosi kesehatan dalam

memiliki kemampuan membuat desain poster/leaflet/brosur. Berdasarkan tabel

15 sebanyak 1 orang (2,6%) menyatakan sangat setuju memiliki kemampuan

membuat desain poster/leaflet/brosur, 22 orang (56,4%) menyatakan setuju, 3

orang (7,7%) menyatakan ragu-ragu, 8 orang (20,5%) menyatakan tidak setuju

dan 5 orang (12,8%) menyatakan sangat tidak setuju.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


134

Media pendidikan kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk

menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator,

baik itu melalui media cetak, elektronik dan media luar ruang, sehingga sasaran

dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah

perilakunya kearah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Kemp and

Dayton (1985) dalam jurnal yang ditulis oleh Falahudin (2014) menjelaskan

mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu penyampaian

materi pelajaran dapat diseragamkan, proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan

menarik, proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, efisiensi waktu dan tenaga,

meningkatkan kualitas hasil belajar, media memungkinkan proses belajar dapat

terjadi kapan dan dimana saja, media dapat membuat materi pelajaran yang

abstrak menjadi lebih konkrit. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan

bahwa media sangat penting dalam proses promosi kesehatan untuk merubah

perilaku kesehatan dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Semakin

berkembangnya zaman tidak menarik lagi bagi manusia hanya sekedar membaca

tulisan-tulisan atau hanya mendengarkan ceramah, saat ini manusia lebih senang

melihat gambar yang bergerak sehingga dapat lebih mudah diingat dan dipahami.

Berdasarkan data yang ada masih ada 16 responden yang masih merasa

ragu-ragu dan tidak setuju dengan kemampuan responden dalam membuat desain

poster/leaflet/brosur sedangkan Keputusan Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia No 585/MENKES/SK/V/2007 mengenai pedoman pelaksanaan promosi

kesehatan di Puskesmas menyatakan bahwa salah satu program promosi kesehatan

di dalam gedung Puskesmas adalah menyediakan informasi kesehatan berupa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


135

media seperti leaflet/brosur/poster di tempat pendaftaran, di poliklinik, di ruang

pelayanan KIA dan KB, di ruang perawatan inap, di laboratorium, di kamar obat,

di tempat pembayaran, di klinik khusus dan di halaman Puskesmas. namun

kenyataannya hampir seluruh Puskesmas di Kota Medan tidak membuat media-

media promosi kesehatan berdasarkan pedoman tersebut, karena Puskesmas hanya

mengandalkan media-media yang diberikan oleh Dinas Kesehatan sedangkan

media-media yang diberkan tersebut terbatas dan tidak rutin ada. Sesuai dengan

hal tersebut untuk itu petugas promosi kesehatan memerlukan kemampuan dalam

desain poster/leaflet/brosur, Dinas Kesehatan seharusnya dapat memberikan

pelatihan kepada petugas promosi kesehatan agar dapat mengembangkan

kemampuannya dalam membuat desain dan yang terpenting juga memberikan

pemahaman bahwa media promosi kesehatan sangat penting dan mendorong

petugas promosi kesehatan untuk dapat memiliki inisiatif dalam memperbaharui

media-media promosi kesehatan yang ada.

Gambaran tingkat sumber daya manusia secara kualitas petugas

promosi kesehatan dalam pelaksanaan program promosi kesehatan.

Berdasarkan tabel 16 distribusi kategori sumber daya manusia secara kualitas

tenaga promosi kesehatan dengan pelaksanaan program promosi kesehatan di

Puskesmas Kota Medan bahwa responden yang memiliki kategori sumber daya

manusia secara kualitas baik sebanyak 29 orang (74,4%) dan responden dengan

sumber daya manusia secara kualitas sedang sebanyak 10 orang (25,6%).

Sumber daya manusia merupakan faktor yang penting menentukan dalam

setiap organisasi karena sebagai salah satu unsur kekuatan daya saing organisasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


136

juga penentu utama organisasi dalam meningkatkan produknya atau pelayanannya

kepada masyarakat (Sutadji, 2009). Menurut Straub dan Attner (1985:136) dalam

buku Human Capital oleh L.Gaol, “people are the most important resource of an

organization. They supply the talent, skills, knowledge, and experience to achieve

the organizaton's objective”. Manusia merupakan sumber daya yang paling

penting dari sebuah organisasi. Manusia memberikan bakat, keahlian,

pengetahuan, dan pengalaman untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Sumber daya manusia yang berkualitas dalam hal promosi kesehatan dapat

terjadi apabila petugas promosi kesehatan memang berasal dari Sarjana Kesehatan

Masyarakat terkhusus dalam peminatan PKIP, oleh sebab itu diperlukan adanya

perencanaan sumber daya manusia yang tepat oleh Dinas Kesehatan dan

Puskesmas dalam menempatkan tenaga kesehatan didalam bidang yang sesuai

dengan pendidikan dan kemampuannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan

salah satu petugas Puskesmas, petugas tersebut mengeluhkan karena bukan

berasal dari Sarjana Kesehatan Masyarakat namun ditempatkan di bidang promosi

kesehatan dan juga tidak pernah diberikan pelatihan dalam bidang promosi

kesehatan sehingga petugas tersebut merasa tidak mampu maksimal mengerjakan

promosi kesehatan tersebut.

Hasil penelitian dari Susilowati (2013) menyatakan bahwa ada pengaruh

aspek pengelolaan SDM secara langsung dan signifikan terhadap kinerja

organisasi di industry otomotif di Indonesia. Kualitas pelaksanaan tersebut pada

gilirannya dapat mempengaruhi kinerja organisasi. Oleh karena itu penting bagi

organisasi untuk mengetahui aspek-aspek atau faktor-faktor apa saja yang dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


137

mendorong karyawan agar mau bekerja sesuai dengan tuntutan yang diharapkan

organisasi.

Gambaran Faktor Reinforcing Petugas Promosi Kesehatan dalam

Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Gambaran umum faktor reinforcing yang akan digambarkan dalam

penelitian ini ialah meliputi imbalan dan dukungan pimpinan dari 39 responden

petugas promosi kesehatan di Puskesmas seluruh Kota Medan.

Gambaran imbalan petugas promosi kesehatan dalam pelaksanaan

program promosi kesehatan di Puskesmas. Imbalan menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah upah sebagai pembalas jasa. Imbalan atau kompensasi

adalah hal yang diterima oleh pegawai, baik berupa uang atau bukan uang sebagai

balas jasa yang diberikan bagi upaya pegawai (kontribusi pegawai) yang

diberikannya untuk organisasi. Pengelolaan kompensasi merupakan kegiatan yang

amat penting. Dengan kompensasi kita bisa memperoleh/menciptakan,

memelihara, dan mempertahankan produktivitas. Tanpa kompensasi yang

memadai, pegawai yang ada sekarang cenderung untuk keluar dari organisasi dan

organisasi akan mengalami kesulitan dalam replacement, terlebih dalam

recruiting (L.Gaol, 2014).

Berdasarkan tabel 17 sebanyak 29 orang (74,4%) menyatakan

mendapatkan honor untuk terjun ke lapangan atau melaksanakan kegiatan

program promosi kesehatan dan 10 orang (25,6%) menyatakan tidak. responden

yang menyatakan insentif yang diterima tidak sesuai dengan kinerja saya yaitu

sebanyak 19 orang (48,7%) dan 20 orang (51,3%) menyatakan tidak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


138

Sebagian besar responden sudah mendapatkan honor untuk terjun ke

lapangan, namun beberapa responden menyatakan bahwa honor yang diberikan

tidak sesuai dengan banyaknya intensitas responden turun ke lapangan seperti

melakukan kunjungan rumah, melakukan advokasi dan terkhusus dalam

mengerjakan program PIS-PK (Program Indonesia Sehat-Pendekatan Keluarga)

dimana responden harus mengunjungi rumah-rumah untuk melakukan survey. Hal

tersebut yang membuat responden menjadi kurang bersemangat didalam

mengerjakan program tersebut mengingat tugas promosi kesehatan yang harus

rutin turun ke lapangan dimana sebagian dana yang dikeluarkan untuk itu

menggunakan dana pribadi responden.

Sebanyak 19 orang merasakan bahwa insentif yang diterima tidak sesuai

dengan kinerja responden, hal ini dikarenakan responden tersebut memiliki 2-3

tanggungjawab selain daripadi bidang promosi kesehatan. Rivai (2008)

menyatakan bahwa insentif bertujuan untuk memberikan tanggungjawab dan

dorongan kepada karyawan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas

hasil kerjanya. Sedangkan bagi perusahaan, insentif merupakan strategi untuk

meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan dalam menghadapi

persaingan yang semakin ketat, dimana produktivitas menjadi satu hal yang sangat

penting.

Abaraham H. Maslow menyatakan bahwa kebutuhan fisiologis adalah

kebutuhan yang sangat pokok karena kebutuhan ini berkaitan erat dalam hal

kelangsungan hidup. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan sandang, pangan dan

papan. Karena ini merupakan kebutuhan biologis dan kebutuhan paling dasar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


139

maka kebutuhan ini akan didahulukan oleh manusia, dimana bila kebutuhan ini

belum terpenuhi maka individu tidak akan tergerak untuk memenuhi kebutuhan

yang lebih tinggi. Hal tersebut menekankan bahwa kebutuhan fisiologis

merupakan kebutuhan yang paling utama yang dirasakan oleh setiap manusia,

kebutuhan fisiologis ini mempunyai pengaruh yang cukup besar dibanding faktor

lainnya terkhusus didalam dunia kerja.

Berdasarkan tabel 18 distribusi kategori imbalan tenaga promosi kesehatan

dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas Kota Medan bahwa

responden yang memiliki imbalan baik sebanyak 30 orang (76,9%) dan responden

dengan imbalan kurang baik sebanyak 9 orang (23,1%). Dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar responden sudah merasakan mendapatkan imbalan yang cukup

sesuai.

Kompensasi yang diberikan kepada karyawan sangat berpengaruh pada

tingkat kepuasan kerja dan motivasi kerja serta hasil kerja. Perusahaan yang

menentukan tingkat upah dengan mempertimbangkan standar kehidupan normal,

akan memungkinkan karyawan bekerja dengan penuh motivasi. Hal ini karena

motivasi kerja karyawan banyak dipengaruhi oleh terpenuhi tidaknya kebutuhan

minimal kehidupan karyawan dan keluarganya. Pemberian kompensasi yang layak

bukan hanya dapat mempengaruhi kondisi materi para karyawan, tetapi juga dapat

menenteramkan batin karyawan untuk bekerja lebih tekun dan mempunyai

inisiatif. Pemberian kompensasi yang tidak layak, sebaliknya akan meresahkan

gairah kerja sehingga prestasi kerja akan merosot. Pemberian kompensasi juga

dapat membuat kehidupan dan status karyawan lebih terjamin di tengah-tengah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


140

masyarakat, sehingga karyawan yang bersangkutan merasa bahagia diperhatikan

(Hamali, 2018:81-82).

Gambaran dukungan pimpinan petugas promosi kesehatan dalam

pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Gambaran dukungan pimpinan petugas promosi kesehatan dalam

memberi dorongan dalam melaksanakan program promosi kesehatan.

Berdasarkan tabel 19 diketahui sebanyak 31 orang (79,5%) menyatakan pimpinan

memberikan dorongan untuk dapat melaksanakan promosi kesehatan dengan

maksimal dan sebanyak 8 orang (20,5%) menyatakan tidak. Disiplin kerja dari

pekerja juga sangat dipengaruhi dari perhatian atau dukungan yang diberikan

pimpinan kepada karyawan, menurut Sutrisno (2010:89-92), pimpinan yang

berhasil memberikan perhatian atau dukungan yang besar kepada para karyawan

akan dapat menciptakan disiplin kerja yang baik. Pimpinan yang mampu

memberikan perhatian atau dukungan kepada karyawan akan selalu dihormati dan

dihargai sehingga akan berpengaruh besar terhadap prestasi, semangat kerja dan

moral kerja karyawan. (Hamali, 2018: 220).

Oldham dan Cummings (1996) yang dikutip oleh Wu dan Parker (2017)

menyatakan bahwa peran dukungan pemimpin dalam mendorong perilaku

proaktif telah diteorikan dan diperiksa dalam beberapa penelitian. Argumen utama

untuk proses ini adalah bahwa memiliki dukungan dari para pemimpin

menumbuhkan rasa motivasi dari dalam diri untuk menetapkan tujuan untuk diri

mereka sendiri yang lebih tinggi sehingga pekerja mampu memimpin dirinya

sendiri. Bandura (1999) menegaskan bahwa dorongan seseorng untuk mengalamai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


141

perkembangan mengacu pada sejauh mana adanya sosok orang lain yang

mendukung keputusan dan tindakan individu tersebut, dan mendorong individu

untuk mencapai tujuan pribadi dan berkembang. Dorongan adalah tipe persuasi

sosial yang memberikan individu dengan rasa kompetensi (Wu dan Parker, 2017)

Berdasarkan data yang ada mayoritas responden sudah mendapatkan

dorongan dari pmpinan untuk melaksanakan program promosi kesehatan,

berdasarkan hasil wawancara responden yang menyatakan tidak mendapat

dorongan tersebut menyatakan bahwa pimpinan masih lebih fokus kepada

program kuratif dibandingkan promotif dan preventif sehingga program promosi

kesehatan belum menjadi prioritas di Puskesmas, selain itu responden lain

menyatakan bahwa pimpinan di Puskesmas tersebut mempunyai sifat yang cuek

dan kurang memberikan perhatian kepada tenaga kesehatan yang ada.

Gambaran dukungan pimpinan petugas promosi kesehatan dalam

memberikan penghargaan. Berdasarkan tabel 19 sebanyak 20 orang (51,3%)

menyatakan pernah mendapatkan penghargaan dari pimpinan atas kinerja (pujian,

penghargaan berupa uang atau barang) dan sebanyak 19 orang (48,7%)

menyatakan tidak. Menurut Schuller et,al (1999) yang dikutip oleh Syafutri

(2012) menyatakan bahwa salah satu dorongan positif dalam meningkatkan

kinerja karyawan adalah dengan memberikan penghargaan yang semestinya

dengan memberikan karyawan pujian atau imbalan lain yang berkaitan langsung

dengan kinerja dengan bentuk yang spesifik sesuai dengan perilaku pekerjaan

karyawan tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


142

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden masih belum

mendapatkan penghargaan dari pimpinan, berdasarkan hasil wawancara apabila

responden berhasil menyelesaikan program atau sasaran program tercapai mereka

tidak mendapatkan penghargaan secara khusus atau minimal berupa pujian dari

pimpinan, pimpinan hanya sekedar mengevaluasi dan mendata apakah program

berjalan atau tidak jika sudah berjalan tidak ada feedback apapun yang diberikan

pimpinan.

Rivai (2008) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Sumber Daya

Manusia untuk Perusahaan” menyatakan bahwa setiap pimpinan memerlukan

memberikan motivasi positif berupa pujian atau penghargaan kepada karyawan

yang disesuaikan dengan setiap perilaku bawahannya, kemudian beliau

menegaskan kalau pengharagaan terhadap pekerjaan yang terselesaikan dengan

baik akan menyenangkan perasaan karyawan tersebut karena kebanyakan manusia

senang menerima pengakuan terhadap pekerjaan yang diselesaikannya dengan

baik.

Hal tersebut sesuai dengan teori motivasi oleh Abraham Maslow dimana

manusia juga membutuhakan pengakuan dari orang lain, yaitu apa yang kita

lakukan atau kita kerjakan untuk orang lain dan komunitas yang ada, sehingga

membuat orang-orang mengakui keberadaan kita. Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Dieleman et, al (2003) menyatakan bahwa motivasi yang paling tinggi tenaga

kesehatan dalam melaksanakan tugasnya salah satunya adalah mendapatkan

penghargaan untuk pekerjaan yang dia lakukan dari pimpinan, rekan kerja dan

klien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


143

Gambaran tingkat dukungan pimpinan petugas promosi kesehatam

dalam pelaksanaan program promosi kesehatan. Berdasarkan tabel 20 distribusi

kategori dukungan pimpinan tenaga promosi kesehatan dalam pelaksanaan

program promosi kesehatan di Puskesmas Kota Medan bahwa responden yang

memiliki dukungan pimpinan yang baik sebanyak 30 orang (76,9%) dan

responden dengan dukungan pimpinan kurang baik sebanyak 9 orang (23,1%).

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masih ada 9 pimpinan Puskesmas

yang kurang memberikan dukungan atau motivasi kepada petugas promosi

kesehatan dalam melaksanakan program promosi kesehatan.

Tahun 2015 pemerintah menetapkan arah pembangunan kesehatan dari

upaya kuratif dan rehabilitatif menjadi upaya promotif dan preventif dengan visi

“Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan”. Dukungan pimpinan dalam

penelitian ini sangat berkaitan dengan pemahaman pimpinan terhadap pentingnya

peran Puskesmas didalam mengerjakan promosi kesehatan, responden yang

kurang mendapatkan dukungan pimpinan pun menyatakan hal demikian bahwa

kepala Puskesmas masih belum menjadikan promosi kesehatan sebagai program

yang prioritas untuk dikerjakan, responden pun menyatakan bahwa pimpinan

hanya menanyakan program promosi kesehatan saat sedang evaluasi keseluruhan

program dan kurang peduli apakah program tercapai atau tidak dan kurang

memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh petugas

promosi kesehatan. Program promosi kesehatan dikerjakan lebih banyak di

lapangan sehingga sangat penting bagi pimpinan untuk ikut monitoring ke

lapangan bersama petugas promosi kesehatan, sehingga pimpinan dapat melihat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


144

secara jelas apa yang terjadi di lapangan dan dapat memberikan solusi-solusi yang

kongkret terhadap setiap permasalahan promosi kesehatan.

Skinner menyatakan bahwa salah satu faktor yang paling kuat untuk

seseorang berperilaku adalah faktor penguatan (reinforcement), yaitu apabila

sebuah perilaku diberikan penguatan (reinforcement) akan memberikan peluang

pada sebuah perilaku dimana perilaku tersebut akan dilakukan kembali, terkhusus

apabila penguatan yang diberikan berupa penguatan positif. Merujuk kepada

penelitian ini, apabila petugas promosi kesehatan itu sendiri diberikan dukunagn

yang positif oleh lingkungan terkhusus oleh pimpinan, maka petugas promosi

kesehatan tersebut akan membuat petugas tersebut memiliki semangat dan

motivasi didalam mengerjakan bagiannya. Hal tersebut sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Milner et, al (2013) dimana dalam hasil penelitian

ini menyatakan bahwa kepemimpinan dengan kesejahteraan karyawan melalui

kebijakan, program dan persepsi WHP (Workplace Health Promotion) terhadap

komitmen perusahaan kepada promosi kesehatan mempunyai hubungan yang

signifikan. Menyatakan bahwa “The role of leadership in WHP is regarded as a

key contributor to the success of WHP initiatives” artinya adalah peran

kepemimpinan adalah sebagai pemberi kontribusi utama dalam keberhasilan

inisiatif program WHP tersebut.

Gambaran Faktor Beban Kerja Petugas Promosi Kesehatan dalam

Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Berdasarkan tabel 21 diketahui beban kerja tenaga promosi kesehatan

dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas Kota Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


145

diidentifikasi dengan 8 pertanyaan yaitu sebanyak 3 orang (7,7%) menjawab

sangat setuju yang menyatakan bahwa selama ini merasa tanggung jawab terlalu

banyak, sebanyak 19 orang (48,7%) menjawab setuju, 2 orang (5,1%) menjawab

ragu-ragu, 14 orang (35,9%) menjawab tidak setuju dan 1 orang (2,6%) menjawab

sangat tidak setuju. Sebanyak 19 orang (48,7%) menjawab sangat setuju dalam

pertanyaan harus melakukan tugas yang dilakukan secara berbeda, 11 orang

(28,2%) menjawab setuju, 1 orang (2,6%) menjawab ragu-ragu dan 8 orang

(20,5%) menjawab tidak setuju.

KEPMENPAN no 75 tahun 2004 mendefinisikan beban kerja sebagai

sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus dicapai dalam satu satuan

waktu tertentu. Beban kerja merupakan salah satu unsur yang harus diperhatikan

bagi seorang tenaga kerja untuk mendapatkan keserasian dan produktivitas kerja

yang tinggi selain unsur beban tambahan akibat lingkungan kerja dan kapasitas

kerja.

Berdasarkan hasil penelitian ini sebagian besar responden menyatakan

bahwa tanggung jawab yang diemban oleh responden cukup banyak hal ini juga

berkaitan dengan pernyataan berikutnya dimana sebanyak 30 responden yang

memiliki tanggungjawab dengan bidang yang berbeda. Berdasarkan hasil

wawancara sebagian besar responden memilki 2 sampai 3 program yang harus

ditangani yaitu seperti harus menangani promosi kesehatan dan kesehatan

lingkungan, ada petugas promosi kesehatan yang berasal dari bidan dan perawat

sehingga responden tersebut harus membagi konsentrasi dirinya menjadi seorang

perawat atau bidan juga menjadi petugas promosi kesehatan bahkan ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


146

responden yang mengeluhkan bahwa dirinya juga dibebani sebagai petugas TU

(Tata Usaha) dimana sangat jelas bahwa tugas tersebut sangat berbeda

pelaksanaannya dengan promosi kesehatan.

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara (2004) menyatakan bahwa

dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien, Pegawai

Negeri Sipil (PNS) dituntut untuk bekerja secara professional. Namun, pada

kenyataannya, profesionalisme yang diharapkan belum sepenuhnya terwujud.

Penyebab utamanya karena terjadi ketidaksesuaian antara kompetensi pegawai

dengan jabatan yang didudukinya. Ketidaksesuaian tersebut, disebabkan oleh

komposisi keahlian atau keterampilan pegawai yang belum proporsional.

Demikian pula pendistribusian PNS saat ini masih belum mengacu pada

kebutuhan organisasi yang sebenarnya, dalam arti belum didasarkan pada beban

kerja yang ada. Menumpuknya pegawai di satu unit lain tanpa pekerjaan yang

jelas dan kurangnya pegawai di unit lain merupakan suatu contoh yang nyata dari

permasalahan tersebut. Berdasarkan pernyataan tersebut dan sejalan dengan hasil

dari penelitian bahwa perlu adanya pembaharuan mengenai jabatan yang diemban

oleh tenaga kesehatan di Puskesmas agar beban kerja tenaga kesehatan dapat

merata dan sesuai dengan kompetensi tenaga kesehatan.

Dalam beroperasi melakukan kegiatan, setiap organisasi membutuhkan

tenaga kerja yang berperan dalam meningkatkan produk secara berkualitas

(Setyawati LS, 2010). Beban kerja yang terlalu berlebihan dapat berdampak

menimbulkan kelelahan fisik, mental, dan reaksi emosional seperti sakit kepala,

gangguan pencernaan dan mudah marah (Manuaba dan Sriwatomo, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


147

Kondisi lelah yang dialami oleh pekerja secara berkepanjangan tersebut pada

gilirannya dapat berdampak pada penurunan tingkat produktivitas kerja (Ulfah

dkk, 2013).

Berdasarkan tabel 22 distribusi kategori beban kerja tenaga promosi

kesehatan dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas Kota

Medan bahwa responden yang memiliki beban kerja tinggi sebanyak 8 orang

(20,5%), responden yang memiliki beban kerja sedang sebanyak 27 orang (69,2%)

dan yang memiliki beban kerja rendah sebanyak 4 orang (10,3%). Secara

keseluruhan dari beban kerja yang dirasakan oleh tenaga promosi kesehatan masih

tergolong sedang, namun masih ada tenaga kesehatan yang memiliki beban kerja

yang tinggi, beban kerja yang dialami oleh petugas tersebut dikarenakan

responden memiliki double job atau bahkan triple job yang membuat petugas

promosi kesehatan kelelahan. Akibat dari beban tanggungjawab yang berlebih

tersebut membuat petugas promosi kesehatan menjadi tidak fokus sehingga

membuat produktivitas responden dalam perannya sebagai petugas promosi

kesehatan menjadi kurang maksimal. Berdasarkan hasil wawancara petugas

promosi kesehatan pun akhirnya kurang memiliki waktu untuk memikirkan

kreatifitas dalam program promosi kesehatan sehingga beberapa program

dilaksanakan dengan apa adanya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulfah dkk (2013) menyatakan bahwa

ada hubungan antara kelelahan kerja dan beban kerja dengan produktivitas kerja.

Sejalan dengan penelitian tersebut hasil penelitian yang dilakukan oleh Irvianti

dan Renno (2015) menyatakan bahwa stress kerja dan beban kerja memiliki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


148

hubungan yang kuat dan searah dengan turnover intention dimana apabila stress

kerja dan beban kerja smeakin meningkat maka keinginan pegawai tersebut untuk

keluar (turnover intention) akan juga meningkat.

Gambaran Pelaksanaan Petugas Promosi Kesehatan dalam Program

Promosi Kesehatan di Puskesmas Kota Medan

Gambaran pelaksanaan petugas promosi kesehatan dalam program

desa siaga. Berdasarkan tabel 23 diatas diketahui pelaksanaan program promosi

kesehatan tenaga promosi kesehatan dalam pelaksanaan program promosi

kesehatan di Puskesmas Kota Medan diidentifikasi dengan 12 pertanyaan yaitu

hanya 1 orang (2,6%) yang melaksanakan program desa siaga sedangkan 38 orang

(97,4%) tidak melaksanakan. Sesuai dengan survey pendahuluan yang

dilaksanakan sebelumnya bahwa didalam data Desa Siaga di Kota Medan

tergolong aktif namun dalam kenyataannya program tersebut tidak berjalan.

Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Kementerian

Dalam Negeri RI menyatakan bahwa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 13 dan 14 serta Peraturan Pemerintah Nomor 38

Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bahwa

penanganan bidang kesehatan menjadi salah satu urusan wajib yang menjadi

kewenangan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Berkaitan dengan hal

tersebut, dalam rangka penguatan pemerintahan desa, Kementerian Dalam Negeri

telah menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006

tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota kepada Desa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


149

dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2007 tentang Pelimpahan

Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota kepada Kelurahan. Oleh karena itu,

pengembangan Desa Siaga yang kemudian dikembangkan menjadi Desa dan

Kelurahan Siaga Aktif termasuk wajib untuk diselenggarakan oleh Pemerintah

Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Gambaran pelaksanaan petugas promosi kesehatan dalam membuat

dan memperbaharui media promosi kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian

hanya 15 orang (38,5%) yang rutin membuat dan memperbaharui media-media

promosi kesehatan yang ada di dalam gedung Puskesmas dan sebanyak 24 orang

(61,5%) tidak melaksanakan, dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar responden belum melaksanakan membuat dan memperbaharui

media promosi kesehatan secara rutin. Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya

bahwa petugas promosi kesehatan masih mengandalkan media-media dari Dinas

Kesehatan dan internet dikarenakan preponden belum memiliki kemampuan

desain.

Promosi kesehatan merupakan proses pembelajaran masayarakat dimana

masyarakat dapat berupaya untuk meningkatkan kesehatannya sendiri. Media

pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Selain itu

media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan si

pelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar (Ekayani, 2017).

Sejalan dengan pernyataan tersebut maka media sangat penting bagi proses

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


150

promosi kesehatan untuk dapat mempermudah masyarakat dalam memahami

mengenai kesehatan.

Gambaran pelaksanaan petugas promosi kesehatan dalam konseling

rutin di luar gedung puskesmas. Berdasrkan hasil penelitian sebanyak 23 orang

(59,0%) petugas yang melaksanakan program konseling secara rutin di luar

gedung Puskesmas sedangkan 16 orang (41,0%) tidak melaksanakan, dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar petugas promosi kesehatan sudah

melaksanakan program konseling diluar gedung Puskesmas.

Konseling di luar gedung Puskesmas dilaksanakan padaa saat kunjungan

rumah dilakukan terkhusus pada pasien yang memiliki masalah kesehatan cukup

berat dengan melakukan upaya konseling dan atau mereka yang sepakat untuk

melaksanakan langkah-langkah tindak lanjut di ruamh tangganya. Namun pada

program PIS-PK (Program Indonesia Sehat- Pendekatan Keluarga) bahwa pada

setiap kunjungan rumah diperlukan adanya konseling kepada keluarga dengan

melihat apa permasalahan kesehatan yang ada di keluarga tersebut dan kemudian

diberikan intervensi berupa pengetahuan mengenai apa semestinya yang harus

dilakukan oleh anggota keluarga tersebut.

Petugas promosi kesehatan yang tidak melakukan konseling rutin secara

rutin diluar gedung Puskesmas dikarenakan beberapa dari responden mengaku

bahwa kurang memiliki kemampuan dalam melakukan konseling, salah satu dari

responden juga menyatakan bahwa responden sangat memerlukan pelatihan dalam

hal memberikan konseling di bidang promosi kesehatan. Selain daripada itu

beberapa petugas promosi kesehatan yang melakukan konseling secara rutin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


151

menyatakan bahwa petugas tersebut melakukan konseling pada saat adanya

posyandu atau pemeriksaan kesehatan dimana petugas promosi kesehatan juga

berperan sebagai bidan atau perawat.

Gambaran tingkat pelaksanaan petugas promosi kesehatan dalam

pelaksanaan promosi kesehatan. Berdasarkan tabel 24 distribusi kategori

pelaksanaan program promosi kesehatan tenaga promosi kesehatan dengan

pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas Kota Medan bahwa

responden yang melaksanakan program promosi kesehatan sebanyak 35 orang

(89,7%), responden yang tidak melaksanakan program promosi kesehatan

sebanyak 4 orang (10,3%).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas Kota Medan sudah tergolong baik,

hal tersebut juga dipengaruhi karena program-program tersebut merupakan

program wajib yang sudah ditentukan baik oleh Dinas Kesehatan Kota Medan dan

program Kementerian Kesehatan, sehingga setiap pelaksanaan program tersebut

berada dalam pantauan Dinas Kesehatan dan merupakan pertanggungjawaban

kepada Dinas Kesehatan Kota Medan dan Kementerian Kesehatan sehingga

kurangnya inovasi dari setiap Puskesmas dalam melaksanakan program promosi

kesehatan. Terkhusus dimana saat ini sudah ada program wajib dari Kementerian

Kesehatan yatu PIS-PK Program Indonesia Sehat- Pendekatan Keluarga dimana

mewajibkan untuk setiap petugas promosi kesehatan melakukan kunjungan

rumah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


152

Capaian PHBS rumah tangga tahun 2017 di Kota Medan masih mencapai

angka 27,5% hal tersebut tentu tidak sejalan dengan pelaksanaan promosi

kesehatan yang sudah tergolong baik, oleh sebab itu diperlukan monitoring dan

evaluasi yang lebih baik lagi oleh Dinas Kesehatan apakah program tersebut

sudah berjalan semestinya dan sesuai dengan pedoman yang ada. Selain itu juga

diperlukan adanya pembaharuan mengenai kualitas petugas promosi kesehatan

dalam hal teori dan praktek melalui pelatihan-pelatihan atau menempatkan orang-

orang yang memang memiliki kualitas sebagai petugas promosi kesehatan dan

memiliki passion dalam melakukan pengembangan masyarakat.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwasanya program promosi

kesehatan seperti sudah tersistem sehingga membuat petugas promosi kesehatan

hanya mengacu kepada hal tersebut. Program-program yang ada seharusnya

dibuat dengan rinci setiap perencanannya berupa Project Planing Matrix (PPM)

sehingga setiap program memiliki arah yang jelas program tersebut akan

dilakukan seperti apa dengan tujuan dan sasaran yang jelas. Petugas promosi

kesehatan seharusnya juga melakukan evaluasi setiap program sesudah melakukan

program tersebut bukan hanya saat evaluasi lokakarya mini Puskesmas sehingga

petugas promosi kesehatan dapat langsung memikirkan solusi-solusi yang harus

dikerjakan di program selanjutnya. Untuk itu bagaimana pentingnya bagi petugas

promosi kesehatan untuk diberikan pelatihan mengenai bagaimana membuat

perencanaan dan evaluasi program yang benar sehingga pelaksanaan program

promosi kesehatan dapat lebih baik lagi terlebih dapat menghasilkan output yang

memuaskan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti tentang “Gambaran

Perilaku Petugas Promosi Kesehatan Dalam Pelaksanaan Program Promosi

Kesehatan di Puskesmas Kota Medan”, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Gambaran Karaketiristik responden dari 39 responden tenaga promosi

kesehatan sebagian besar responden pada kelompok umur terbanyak adalah

Dewasa Tua (40-65 tahun) yaitu 28 orang (71,8%). Responden dengan

tingkat pendidikan terbanyak adalah Sarjana Kesehatan Masyarakat yaitu 24

orang (61,5%). Responden dengan kategori masa kerja terbanyak adalah masa

kerja kategori lama yaitu 21 orang (53,8%). Responden dengan Jabatan

Fungsional terbanyak adalah Jabatan Fungsional Promosi Kesehatan yaitu 26

orang (66,7%).

2. Gambaran faktor predisposing, gambaran dari faktor pengetahuan dimana

responden terbanyak berada pada kategori pengetahuan kurang sebanyak 24

orang (61,5%). Gambaran dari faktor sikap dimana responden terbanyak

berada pada kategori sikap baik yaitu sebanyak 28 orang (71,8%). Gambaran

dari faktor motivasi dimana responden terbanyak berada pada kategori

motivasi baik yaitu sebanyak 38 orang (97,4%).

153
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
154

3. Gambaran faktor enabling petugas promosi kesehatan di Puskesmas Kota

Medan. Gambaran dari faktor sarana dan prasarana dimana responden

terbanyak berada pada kategori sarana dan prasarana baik yaitu sebanyak 22

orang (56,4%). Gambaran dari faktor sumber daya manusia (kuantitas)

dimana responden terbanyak berada pada kategori sumber daya manusia

secara kuantitas dengan kategori baik yaitu sebanyak 22 orang (56,4%).

Gambaran dari faktor sumber daya manusia (kualitas) dimana responden

terbanyak berada pada kategori sumber daya manusia secara kualitas baik

sebanyak 29 orang (74,4%).

4. Gambaran faktor reinforcing petugas promosi kesehatan di Puskesmas Kota

Medan. Gambaran dari faktor imbalan adalah dimana responden terbanyak

berada pada kategori imbalan baik sebanyak 30 orang (76,9%). Gambaran

dari faktor dukungan pimpinan dimana responden terbanyak berada pada

kategori dukungan pimpinan yang baik sebanyak 30 orang (76,9%).

5. Gambaran dari faktor beban kerja dimana responden terbanyak berada pada

kategori beban kerja sedang sebanyak 27 orang (69,2%).

6. Gambaran dari pelaksanaan program promosi kesehatan di Puseksmas

dimana responden terbanyak berada pada kategori melaksanakan program

promosi kesehatan sebanyak 35 orang (89,7%).

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka saran yang

dapat diberikan oleh peneliti untuk dapat ditindaklanjuti antara lain :

a. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


155

1. Memberikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan kepada seluruh petugas

promosi kesehatan di Puskesmas didalam menunjang kemampuan dan

kompetensi petugas promosi kesehatan agar mampu mengerjakan

perannya sebagai seorang promotor kesehatan dengan baik.

2. Menempatkan petugas dengan latar belakang pendidikan Sarjana

Kesehatan Masyarakat dengan peminatan PKIP (Pendidikan Kesehatan

dan Ilmu Perilaku) sebagai petugas promosi kesehatan.

b. Bagi Puskesmas

1. Perlu adanya peningkatan pemberian dorongan atau motivasi oleh

Kepala Puskesmas serta adanya monitoring secara rutin kepada

petugas promosi kesehatan.

2. Perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana dari Puskesmas untuk

mendukung pelaksanaan program promosi kesehatan yaitu kendaraan,

ruangan khusus promosi kesehatan, dan sarana lainnya dalam

pembuatan media kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Adityawarman, Y. (2015). Pengaruh beban kerja terhadap kinerja karyawan


PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbl Cabang Krekot. Jurnal
Manajemen dan Organisasi, 6 (1), 35.
https://media.neliti.com/media/publications/111529-ID-pengaruh-beban-
kerja-terhadap-kinerja-ka.pdf
Aissyifa, N. B. (2013). Pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang asupan cairan
harian dan faktor-faktor yang berhubungan pada remaja di Pejaten
Barat Jakarta Tahun 2012. (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia, Kota Depok. Diakses dari lib.ui.ac.id
Arikunto, S. (2007). Manajemen penelitian. Analisis data penelitian deskriptif
(pp. 262). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Asnawi, S. (1999). Semangat kerja dan gaya kepemimpinan. Jurnal Psikologi, 2,
86-92. https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/6992/5444.
Astianto, A. (2014). Pengaruh stress dan beban kerja terhadap kinerja karyawan
PDAM Surabaya. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, 3 (7),16.
http://ejournal.stiesa.ac.id/jirm
Azwar, S. (1995). Sikap manusia teori dan pengukurannya. Perspektif teoretik.
3-15. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Kepegawaian Negara. (2011). Peraturan Kepala Badan Kepegawaian


Negara nomor 19 tahun 2011 tentang pedoman umum penyusunan
kebutuhan pegawai negeri sipil. Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar.


Kementerian Kesehatan. Jakarta.
Burso, M. (2018). Teori-teori manajemen sumber daya manusia. Jakarta:
Prenamedia Group.
Diclemente, R. J. dkk. (2013). Health behavior theory for public health (pp. 52).
United States of America: Jones and bartlett publishers.
Dieleman, M, dkk. (2003). Identifying Factors for Job Motivation of Rural
Health Workers in North Viet Nam. Human resources for health, 1-10
http://dx.doi.org/10.1186/1478-4491-1-10
Dinas Kesehatan Provinsi. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun
2013-2016. Medan.

156
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
157

Dinas Kesehatan Kota. Profil Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2014-2017.
Medan.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. (2017). Promosi
kesehatan komitmen global dari Ottawa-Jakarta-Shanghai menuju rakyat
sehat. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
Falahudin, I. (2014). Pemanfaatan media dalam pembelajaran. Jurnal Lingkar
Widyaiswara, 1 (4) 104-117. ISSN: 2355-4118.
http://juliwi.com/published/E0104/Paper0104_104-117.pdf
Gejir, I. N. (2017). Media komunikasi dalam penyuluhan kesehatan. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Hamali, A. Y. (2016). Pemahaman manajemen sumber daya manusia,
kompensasi dan penilaian kinerja (pp. 81-82). Yogyakarta: CAPS.
Hardikriyawan, A. (2012). Pengaruh pelatihan dan masa kerja terhadap kinerja
pegawai ( studi pada kantor badan pusat statistik Kota Probolinggo).
(Skripsi). Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Kota
Malang. Diakses dari download.portalgaruda.org

Hariandja, M. T. E. (2002). Manajemen sumber daya manusia. (h. 245-326)


Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Hendriyadi dan Suryani. (2015). Metode riset kuantitatif: Teori dan aplikasi pada
penelitian bidang manajemen dan ekonomi islam. Jakarta: Prenadamedia
Group.

Hidayat, W. (2015). Studi tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan di puskesmas


long ikis kecamatan long ikis kabupaten paser. Jurnal Ilmu Pemerintahan:
3 (4), 1644-1645.http://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/wp
content/uploads/2015/11/journal%20fix%20v1%20(11-09-15-09-07-
57).pdf
Hikmawan. (2012). Promosi kesehatan dalam Deklarasi Alma Ata. Diakses 26
Februari 2018, dari http://hikmawan-s-
fkm11.web.unair.ac.id/artikel_detail-63423-Kesehatan-
Deklarasi%20Alma%20Ata.html
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan. Masa dewasa dini: Penyesuaian
pribadi dan sosial (pp. 245) Jakarta: Erlangga.
Irsyadi, B. (2015). Hubungan masa kerja dengan tingkat kecemasan perawat di
ruang akut rumah sakit jiwa daerah Surakarta. (Skripsi). Fakultas
Keperawatan, STIKES Kusuma Husada, Kota Surakarta. Diakses dari
digilib.stikeskusumahusada.ac.id

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


158

Irvianti, L. S. D dan Renno, E. (2015). Analisis pengaruh stres kerja, beban kerja
dan lingkungan kerja terhadap turnover intention karyawan pada PT
XL Axiata TBK Jakarta. Binus Bussiness Review, 6 (1), 118-125.
Istijanto. (2010). Riset sumber daya manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
KBBI. (2016). Kamus besar bahasa Indonesia daring.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/daring
Kementerian Kesehatan RI. (2007). Pedoman pelaksanaan promosi kesehatan di
Puskesmas No. 585/MENKES/SK/V/2007. Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Peraturan menteri kesehatan Republik
Indonesia Nomor 82 tahun 2015 tentang petunjuk teknis penggunaan
dana alokasi khusus bidang kesehatan, serta sarana dan prasarana
penunjang subbidang sarpras kesehatan tahun anggaran 2016.
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman umum pengembangan desa dan
kelurahan siaga aktif. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2015-2019. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga. Jakarta:Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara RI. Perhitungan Kebutuhan
Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan
Formasi Pegawai Negeri Sipil. Kep.Men.PAN No.
KEP/75/M.PAN/7/2004.

King, L. A. (2010). Psikologi umum. (pp. 347). Jakarta: Penerbit Salemba.


L. Gaol, C. J. (2014). Human capital. Perencanaan sumber daya manusia. (h. 80-
92). Jakarta: PT Grasindo Anggota Ikapi
Laloma, A. Peningkatan Kualitas Aparat Pemerintah Desa Sebagai Faktor
Penentu Keberhasilan Pembangunan (Suatu Studi Di Kecamatan
Rainis Kabupaten Kepulauan Talaud).

Lusdiyanti, E. S. (2011). Analisis pengaruh dukungan pimpinan dan dukungan


organisasi pada kinerja dan komitmen afektif karyawan PT Inka
Madiun. Riset Manajemen dan Akuntansi, 2 (3), 143.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


159

Hala. dkk. (2016). Introduction to health promotion & behavioral science in


public health. (h. 38) Boston: Cengage Learning.
Manurung, E.F. (2016). Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap deteksi dini
kanker leher rahim dengan test iva pada wanita usia subur (wus)
diwilayah kerja puskesmas Helvetia Kota medan. (Skripsi). Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Kota Medan.
Dikases dari repository.usu.ac.id.

Maulana, H. D. J. (2009). Promosi kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.


Menteri Kesehatan RI. (2015). Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat.
Kementerian Kesehatan RI. Denpasar.
Milner, K, et. Al. (2013) The relationship between leadership suhort, workplace
health promotion and employee wellbeing in South Africa. Health
Promotion International, 30 (3), 514-522.
https://doi.org/10.1093/heapro/dat064

Min, L., & Yong, S. (2014). Coworker‟s relation influence on individual job
performance: A contextuanzing research. Journal of Chemical and
Pharmaceutical Research. ISSN : 0975-7384
http://www.jocpr.com/articles/coworkers-relation-influence-on-individual-
job-performance-a-contextuanzing-research.pdf

Morton, B. S dkk. (2012). Behavior theory in health promotion practice and


research. (h. 328) Burlington: Jones and Bartlett Publishers.
Mulyana, D. (2000). Pengantar ilmu komunikasi.hakikat, definisi dan konteks
komunikasi (h. 83). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Konsep perilaku kesehatan (h.
20- 26). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Usulan penelitian
(proposal) (h. 83-88) Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nugraheny, P. S. (2008). Analisis pengaruh kepuasan kerja, dukungan
organisasi, dan gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja dalam
meningkatkan kinerja karyawan (Studi Pada Pt. Bank Mandiri (Persero)
Tbk Kota Semarang). Jurnal Bisnis Strategi: 203.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jbs/article/view/14439

Nurmasari, E. (2017). Analisis pengaruh beban kerja fisik dan mental terhadap
produktivitas tenaga kerja ukm bangkit Yogyakarta. (Skripsi). Fakultas
Teknologi Industri Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Kota Yogyakarta.
Diakses dari lib.ugm.ac.id

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


160

Pemerintah Kota Medan. (2009). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun


2006-2025. Lembaran Daerah Kota Medan Tahun 2009, No. 8. Sekretaris
Daerah Kota.
Priyono dan M. (2008). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Zifatama
Publisher.
Pusat Promosi Kesehatan. (2011). Promosi kesehatan di daerah bermasalah
Kesehatan Panduan bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas.
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Rachmadi, A. G. (2014). Pengaruh efikasi diri dan dukungan rekan kerja


terhadap work engagement pada karyawan restoran. (Skripsi).
Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada, Kota Yogyakarta. Diakses dari
etd.repository.ugm.ac.id

Rego, A. M. M. D. R. (2014). Pengaruh Imbalan, Motivasi dan Kepuasan Kerja


Terhadap Kinerja Pegawai Kejaksaan Agung dan Kejaksaan DIstrik
Dili. E-jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana: 607.

Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan. Lembaran Negara RI Tahun 2009, No. 144. Sekretariat
Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. (2014). Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 2 Tahun
2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.
Residul, F. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan keterlambatan
pelaporan hasil penyeldikan epidemiologi demam berdarah dengue Di
Kota Semarang. (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Diponegoro, Kota Semarang.

Rivai, V. (2004). Manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan.


Kompensasi dan Balas Jasa (h. 385-469). Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Romli, K. (2016). Komunikasi massa. Jakarta: PT Gramedia.
Sampoerno, Does. (2008). Membangun bangsa yang sehat produktif. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional, 7 (4), 25.
http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/download/239/239
Sanyata, S. (2012). Teori dan aplikasi pendekatan behavioristik dalam konseling.
Jurnal Paradigma, 8 (14), 1-4. ISSN 1907-297X.
Saputra, E. P, dkk. (2014). Pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja
pegawai (Studi pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang). Jurnal
Administrasi Publik (JAP), 2 (1) 116-121.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


161

Sardjoko, S. (2017). Pengarusutamaan kesehatan dalam sustainable development


goals (SDGs). Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan
Kebudayaan Kementerian HN/Bahenas. Jakarta.
Sinambela, L. P. (2016). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: UGM Press.
Solimun, dkk. (2017). Metode statistika multivariat pemodelan persamaan
struktural (SEM) pendekatan WarhLS. Malang: UB Press.
Suciadi, I. (2017). Analisa Pengaruh Pekerjaan Itu Sendiri, Kompensasi, Rekan
Kerja, Dan Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Bagian
Operasional Restoran Carnivor Steak And Grill Surabaya. Universitas
Kristen Petra: 536.
Susilowati, Y. (2013). Pengaruh aspek pengelolaan sumber daya manusia
terhadap peningkatan kinerja organisasi di industri otomotif di
Indonesia. Jurnal Manajemen Teknologi, 12 (1), 35-36.
Sutadji, H. (2009). Perencanaan dan pengembangan sumber daya manusia.
Yogyakarta: Dee Publish.
Syafutri, M. (2012). Analisis hubungan karateristik individu, motivasi kerja dan
profil kepemimpinan terhadap kinerja pegawai di bagian sdm RSUP
Fatmawati Tahun 2012. (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia, Kota Depok. Diakses dari lib.ui.ac.id

Ulfah, N. (2013). Model kuantitatif manajemen kelelahan dan beban kerja untuk
peningkatan produktivitas pekerja penggilingan padi. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, 7 (10), 477-480.
http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/download/8/11
Uno, H. B. (2007). Teori motivasi dan pengukurannya. Teori Motivasi Kerja
(Penerapannya Pada Motivasi Kerja Guru) (h. 63-71) Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Wawan dan Dewi. (2015). Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap, dan
perilaku manusia. Konsep Pengetahuan (h.11-18). Yogyakarta: Nuha
Medika.
Wibawati, I. P. dkk.(2014). Implementasi kebijakan promosi kesehatan (Studi
Pada Pusat Kesehatan Masyarakat Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru,
Kota Malang). Jurnal Administrasi Publik (JAP), 2 (11), 3-5.
https://media.neliti.com/media/publications/80389-ID-implementasi-
kebijakan-promosi-kesehatan.pdf

Wu, C. H dan Parker, S. K. (2017). The role of leader suhort in failitating


proactive work behaviour: a perspective from attachment theory.
Journal of Management, 43 (4) 1025-1049.
https://doi.org/10.1177/0149206314544745

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


162

Yuniarti. (2012). Kinerja petugas penyuluh kesehatan masyarakat dalam praktek


promosi kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Pati. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia: 166-167.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/article/view/5561

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku petugas promosi kesehatan terhadap


pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas kota Medan

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

No. Responden
Hari/Tanggal

A. Karakteristik Responden

Umur : Tahun

Pendidikan Terakhir : D III Kebidanan Sarjana Kesehatan


Maysarakat

D III Gizi Sarjana


Keperawatan

D IV S2 DIII
Keperawatan

Masa Kerja : Tahun

Jabatan : Jab. Fungsional Promosi Jab.


Fungsional Kesehatan Kesehatan
Lingkungan

Jab. Fungsional Perawat Jab. Gizi

Jab. Fungsional Bidan Jab. Fungsional


Epidemiologi

163
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
164

A. Pengetahuan

1. Apa yang anda ketahui tentang promosi kesehatan?


a. Kegiatan memberikan penyuluhan tentang kesehatan, pencegahan penyakit
dan penanggulangan masalah kesehatan
b. Melakukan penyebaran informasi kesehatan melalui media-media
c. Memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu menolong dirinya sendiri
dalam mengatasi masalah kesehatan

2. Apakah yang menjadi strategi promosi kesehatan?


a. Pemberdayaan
b. Bina suasana
c. Advokasi
d. Kemitraan

3. Apa sajakah pemberdayaan yang dapat dilakukan oleh bidang promosi kesehatan?
a. Dokter kecil
b. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
c. Posyandu
d. Desa Siaga
e. Keluarga sadar gizi (Kadarzi)
f. Pemberdayaan Keluarga
g. Pos Kesehatan Desa
h. Polindes
i. Pos Kesehatan Pesantren

4. Apa sajakah yang termasuk dalam kegiatan bina suasana?


a. Pembagian selebaran (leaflet)
b. Pemasangan poster
c. Tokoh masyarakat turut ikut dalam mempraktikan perilaku kesehatan

5. Apakah manfaat dari advokasi kesehatan dengan tokoh-tokoh masyarakat?


a. Terciptanya kebijakan kesehatan
b. Mendapatkan dukungan untuk menciptakan lingkungan sehat

6. Dimana sajakah tempat-tempat yang dapat dilakukan promosi kesehatan didalam


gedung Puskesmas?
a. Di tempat pendaftaran
b. Di ruang perawatan
c. Di Poliklinik
d. Di laboratorium
e. Di kamar obat
f. Di halaman Puskesmas
g. Di ruang KIA/KB

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


165

7. Dimana sajakah konseling kesehatan dapat dilakukan?


a. Di ruang perawatan
b. Di rumah warga yang dimana anggota keluarganya mengalami sakit berat
c. Di klinik khusus

8. Apa sajakah tahap-tahap dalam melaksanakan pengorganisasian masyarakat?


a. Survei Mawas Diri
b. Musyawarah Mufakat
c. Pelaksanaan kegiatan
d. Dukungan, pemantauan dan bimbingan

9. Dimana sajakah program PHBS dapat dilaksanakan?


a. Di rumah tangga
b. Di tempat kerja
c. Di tempat ibadah
d. Di tempat-tempat umum
e. Di institusi kesehatan
f. Di institusi pendidikan

10. Apa sajakah yang menjadi indikator dari PHBS rumah tangga?
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Bayi ditimbang secara rutin
c. ASI Eksklusif
d. Angka bebas jentik
e. Penggunaan jamban sehat
f. Konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan
g. Aktifitas fisik
h. Tidak merokok di dalam rumah
i. Cuci tangan pakai sabun
j. Menggunakan air bersih

B. Sikap

Jawaban
No. Pertanyaan
SS S RR TS STS
1. Saya tidak merasa diri saya identik dengan promosi
kesehatan
2. Saya antusias atau bersemangat menjadi petugas
promosi kesehatan.
3. Saya harus memberikan yang terbaik untuk
masyarakat.
4. Saya merasa tidak nyaman melaksanakan kegiatan
promosi kesehatan apabila masyarakat tidak antusias.
5. Saya kurang bersemangat memberikan penyuluhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


166

kepada masyarakat.
6. Tidak menjadi masalah buat saya apabila capaian
program promosi kesehatan tidak tercapai.
7. Jika pekerjaan sedang menumpuk saya kurang
memprioritaskan mengerjakan program promosi
kesehatan.
8. Bagi saya yang terpenting laporan program promosi
kesehatan sudah siap, tanpa harus memikirkan makna
dari apa yang saya kerjakan.
9. Saya harus mengerjakan program promosi kesehatan
semaksimal mungkin agar dapat menolong
masyarakat dalam meningkatkan derajat
kesehatannya.
10. Saya tidak boleh menunda dalam mengerjakan
program promosi kesehatan.

C. Motivasi

Jawaban
No. Pertanyaan
SS S RR TS STS
1. Saya selalu ada inisiatif dalam melakukan hal-hal
yang terbaik untuk meningkatkan kualitas kerja
2. Saya kurang senang dengan kegiatan/tugas-tugas saya
sebagai petugas promosi kesehatan
3. Saya ingin pekerjaan saya selalu ada umpan baliknya
4. Sebelum melaksanakan suatu pekerjaan, saya terlebih
dahulu menentukan target pelaksanaannya
5. Peran saya sebagai petugas promosi kesehatan sangat
penting demi meningkatkan perilaku kesehatan
masyarakat
6. Dengan melihat kondisi masyarakat di lapangan, saya
merasa terdorong untuk dapat terus memberikan yang
terbaik dalam promosi kesehatan.
7. Saya tidak berusaha melaksanakan tugas dengan baik
untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
8. Bagi saya, yang terpenting tugas yang diberikan telah
saya selesaikan tanpa berusaha mengevaluasi setiap
tugas yang saya kerjakan.
9. Jika tidak ada anggaran dana yang cukup untuk akses
turun lapangan, saya tetap berusaha untuk turun
lapangan.
10. Saya merasa senang jika masyarakat antusias
mengikuti program-program promosi kesehatan.
11. Peran saya sebagai petugas promosi kesehatan tidak
sesuai dengan keahlian yang saya miliki
12. Saya ingin terus memberikan yang terbaik untuk
masyarakat
13. Tugas-tugas berat yang saya hadapi, membuat saya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


167

tidak semangat lagi untuk bekerja.


14. Setiap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab saya,
selalu saya kerjakan dengan baik
15. Anda akan membuat kreatifitas dalam program
promosi kesehatan agar banyak masyarakat yang
tertarik.

D. Sarana dan prasarana

No. Pertanyaan Ada, dapat Ada, tidak Tidak


ditunjukkan dapat ada
ditunjukkan
1. Apakah ada kendaraan yang
disediakan puskesmas untuk
membantu anda dalam melaksanakan
program promosi kesehatan?
2. Apa saja alat dan media yang sudah
disediakan Puskesmas untuk
melaksanakan program promosi
kesehatan?
a) Flip chart & stands
b) Kamera foto
c) Infocus
d) Laptop
e) Wireless microphone

3. Apakah di Puskesmas tempat anda


bekerja sudah memiliki ruangan
khusus untuk promosi kesehatan?

4. Apakah sudah ada seperangkat


komputer di ruangan anda bekerja?
a) Komputer/laptop
b) Printer

5. Apakah ada tersedia wifi diruangan


kerja anda?

E. Sumber Daya Manusia

Jawaban
No. Pertanyaan
SS S RR TS STS
1. Saya memiliki kemampuan komunikasi interpersonal
dan komunikasi publik
2. Saya memiliki kemampuan untuk memberikan
penyuluhan dengan baik
3. Saya memiliki kemampuan konseling

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


168

4. Saya memiliki kemampuan membuat desain


poster/leaflet/brosur
5. Saya memiliki kemampuan dalam membuat power
point/handout untuk penyuluhan

6. Apakah anda memiliki rekan kerja dalam mengerjakan program promosi


kesehatan?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah puskesmas di tempat anda bekerja sudah memiliki sumber daya manusia
yang mencukupi secara kuantitas sesuai dengan job description yang ada?
a. Ya
b. Tidak

F. Imbalan

1. Apakah imbalan yang anda terima sudah sesuai dengan tingkat pendidikan anda?
a. Ya
b. Tidak

2. Apakah anda mendapatkan honor untuk terjun ke lapangan atau melaksanakan


kegiatan program promosi kesehatan?
a. Ya
b. Tidak

3. Anda mendapatkan bonus tambahan jika melaksanakan program promosi


kesehatan
a. Ya
b. Tidak

4. Insentif yang saya terima tidak sesuai dengan kinerja saya.


a. Ya
b. Tidak

5. Adanya honor mendorong saya mengerjakan program promosi kesehatan dnegan


baik.
a. Ya
b. Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


169

G. Dukungan Pimpinan

1. Apakah pimpinan anda memberikan dorongan untuk dapat melaksanakan


promosi kesehatan dengan maksimal?
a. Ya
b. Tidak

2. Apakah anda pernah mendapatkan penghargaan dari pimpinan anda atas kinerja
anda? (Pujian, Penghargaan berupa uang atau barang)
a. Ya
b. Tidak

3. Apakah anda mendapat teguran jika anda belum maksimal melaksanakan


program promosi kesehatan?
a. Ya
b. Tidak

4. Apakah pimpinan anda melakukan monitoring secara langsung terhadap


pelaksanaan promosi kesehatan?
a. Ya
b. Tidak

5. Apakah pimpinan anda melakukan evaluasi terhadap kinerja anda?


a. Ya
b. Tidak

6. Apakah pimpinan anda memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang anda


hadapi dalam melaksanakan promosi kesehatan?
a. Ya
b. Tidak

7. Apakah pimpinan anda peduli jika ada capaian yang tidak tercapai di bagian
promosi kesehatan?
a. Ya
b. Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


170

H. Beban Kerja

Berikan tanda ceklis (v) pada kolom pernyataan dibawah ini, sesuai dengan pendapat
Anda.
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
RR : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

Jawaban
No. Pertanyaan
SS S RR TS STS
1. Selama ini saya merasa tanggung jawab saya terlalu
banyak
2. Saya merasa pegawai di Puskesmas ini sangat kurang
3. Tempat saya bekerja menuntut lebih dari kemampuan
yang saya miliki atau fasillitas yang disediakan.
4. Tugas-tugas yang diberikan tampaknya semakin rumit
dan kompleks.
5. Saya dibebani pekerjaan yang tidak sesuai dengan
pendidikan saya.
6. Saya merasa job description yang diberikan tidak jelas
sehingga saya tidak dapat optimal mengerjakannya.
7. Saya harus melakukan tugas yang dilakukan secara
berbeda.
8. Saya menerima penugasan tanpa adanya sumber daya
manusia dan fasilitas yang cukup untuk
menyelesaikanya.

I. Pelaksanaan program Promosi Kesehatan

No. Pertanyaan Ya Tidak


1. Apakah anda secara rutin terjun
langsung ke lapangan?
2. Apakah anda melaksanakan program
penyuluhan secara rutin di dalam
gedung Puskesmas?
3. Apakah anda melaksanakan program
konseling secara rutin di dalam gedung
Puskesmas?
4. Apakah anda melaksanakan program
pemberdayaan masyarakat?
a. Desa siaga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


171

b. Posyandu
c. Poskesdes
d. UKS
e. Dokter Kecil
f. Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi)
g. Pemberdayaan keluarga
h. Posbindu
5. Apakah anda melaksanakan
pengorganisasian masyarakat?
a. Melakukan Survei
Mawas Diri (SMD)
b. Membuat Musyawarah
Masyarakat
c. Pelaksanaan Kegiatan
d. Pemantauan dan Evaluasi
6. Apakah anda melaksanakan program
bina suasana?
a. Pembagian selebaran
(leaflet)
b. Pemasangan poster
c. Penayangan video
7. Apakah anda melaksanakan program
penyuluhan secara rutin di luar gedung
Puskesmas?
8. Apakah anda melaksanakan program
konseling secara rutin di luar gedung
Puskesmas?
9. Apakah anda rutin membuat dan
memperbaharui media-media promosi
kesehatan yang ada di dalam gedung
Puskesmas?
10. Apakah anda melakukan advokasi?
a. Sekolah
b. Kepala Camat
c. Kepala Lurah
d. Kepala Lingkungan
e. Tokoh Agama
f. Karang Taruna
g. Tim Penggerak PKK
11. Apakah anda secara rutin melakukan
kunjungan rumah?
12. Apakah anda secara rutin memonitoring
dan mengevaluasi kader-kader
kesehatan?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2. Hasil Pengolahan Data SPSS

Kategori Umur Responden


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Dewasa Muda 11 28.2 28.2 28.2
Valid Dewasa Tua 28 71.8 71.8 100.0
Total 39 100.0 100.0

Kategori Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

D III Kebidanan 1 2.6 2.6 2.6

D III Gizi 3 7.7 7.7 10.3


D III Keperawatan 3 7.7 7.7 17.9
D IV 2 5.1 5.1 23.1
Valid Sarjana Kesehatan 24 61.5 61.5 84.6
Masyarakat
Sarjana Keperawatan 4 10.3 10.3 94.9
S2 2 5.1 5.1 100.0
Total 39 100.0 100.0

Kategori Masa Kerja


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Masa Kerja Kategori 18 46.2 46.2 46.2


Baru
Valid Masa Kerja Kategori 21 53.8 53.8 100.0
Lama
Total 39 100.0 100.0

Kategori Jabatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

26 66.7 66.7 66.7


Jab. Fungsional Promosi
Kesehatan

Valid Jab. Fungsional Perawat 10 25.6 25.6 92.3


Jab. Fungsional Bidan 2 5.1 5.1 97.4
Jab. Fungsional Gizi 1 2.6 2.6 100.0
Total 39 100.0 100.0

172
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
173

Pengetahuan 1a
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

0 4 10.3 10.3 10.3


Valid 1 35 89.7 89.7 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 1b

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 35 89.7 89.7 89.7

Valid 1 4 10.3 10.3 100.0


Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 1c

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 32 82.1 82.1 82.1


Valid 1 7 17.9 17.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 2a

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 30 76.9 76.9 76.9


Valid 1 9 23.1 23.1 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 2b

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 32 82.1 82.1 82.1


Valid 1 7 17.9 17.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


174

Pengetahuan 2c
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 25 64.1 64.1 64.1
Valid 1 14 35.9 35.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 2d
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

0 30 76.9 76.9 76.9


Valid 1 9 23.1 23.1 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 3a

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

29 74.4 74.4 74.4


0
Valid 1 10 25.6 25.6 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 3b

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 15 38.5 38.5 38.5


Valid 1 24 61.5 61.5 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 3c

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 2 5.1 5.1 5.1


Valid 1 37 94.9 94.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


175

Pengetahuan 3d
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

0 27 69.2 69.2 69.2


Valid 1 12 30.8 30.8 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 3e

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 32 82.1 82.1 82.1


Valid 1 7 17.9 17.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 3f

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 14 35.9 35.9 35.9


Valid 1 25 64.1 64.1 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 3g

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 36 92.3 92.3 92.3


Valid 1 3 7.7 7.7 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 3h

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 38 97.4 97.4 97.4


Valid 1 1 2.6 2.6 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


176

Pengetahuan 3i
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

0 36 92.3 92.3 92.3


Valid 1 3 7.7 7.7 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 4a

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 38 97.4 97.4 97.4


Valid 1 1 2.6 2.6 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 4b

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 38 97.4 97.4 97.4


Valid 1 1 2.6 2.6 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 4c
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

0 28 71.8 71.8 71.8


Valid 1 11 28.2 28.2 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 5a

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 35 89.7 89.7 89.7


Valid 1 4 10.3 10.3 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


177

Pengetahuan 5b

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 6 15.4 15.4 15.4


Valid 1 33 84.6 84.6 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 6a

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 13 33.3 33.3 33.3


Valid 1 26 66.7 66.7 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 6b

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 14 35.9 35.9 35.9


Valid 1 25 64.1 64.1 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 6c

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 25 64.1 64.1 64.1


Valid 1 14 35.9 35.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 6d

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 32 82.1 82.1 82.1


Valid 1 7 17.9 17.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


178

Pengetahuan 6e
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 28 71.8 71.8 71.8
Valid 1 11 28.2 28.2 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 6f

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 32 82.1 82.1 82.1


Valid 1 7 17.9 17.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 6g

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 30 76.9 76.9 76.9


Valid 1 9 23.1 23.1 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 7a

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 10 25.6 25.6 25.6


Valid 1 29 74.4 74.4 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 7b

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
0 24 61.5 61.5 61.5
Valid 1 15 38.5 38.5 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 7c
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

0 28 71.8 71.8 71.8


Valid 1 11 28.2 28.2 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


179

Pengetahuan 8a

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 10 25.6 25.6 25.6


Valid 1 29 74.4 74.4 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 8b

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 11 28.2 28.2 28.2


Valid 1 28 71.8 71.8 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 8c

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
0 25 64.1 64.1 64.1
Valid 1 14 35.9 35.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 8d

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
0 32 82.1 82.1 82.1
Valid 1 7 17.9 17.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 9a

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
0 7 17.9 17.9 17.9
Valid 1 32 82.1 82.1 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 9b

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 18 46.2 46.2 46.2


Valid 1 21 53.8 53.8 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


180

Pengetahuan 9c

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 35 89.7 89.7 89.7


Valid 1 4 10.3 10.3 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 9d

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 24 61.5 61.5 61.5


Valid 1 15 38.5 38.5 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 9e

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 11 28.2 28.2 28.2


Valid 1 28 71.8 71.8 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 9f
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 6 15.4 15.4 15.4


Valid 1 33 84.6 84.6 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 10a
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 10 25.6 25.6 25.6


Valid 1 29 74.4 74.4 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


181

Pengetahuan 10b
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 16 41.0 41.0 41.0


Valid 1 23 59.0 59.0 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 10c

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 15 38.5 38.5 38.5


Valid 1 24 61.5 61.5 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 10d

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 27 69.2 69.2 69.2


Valid 1 12 30.8 30.8 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 10e
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 11 28.2 28.2 28.2


Valid 1 28 71.8 71.8 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 10f

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 17 43.6 43.6 43.6


Valid 1 22 56.4 56.4 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


182

Pengetahuan 10g
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

0 19 48.7 48.7 48.7


Valid 1 20 51.3 51.3 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 10h

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 5 12.8 12.8 12.8


Valid 1 34 87.2 87.2 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 10i

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 16 41.0 41.0 41.0


Valid 1 23 59.0 59.0 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pengetahuan 10j

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 20 51.3 51.3 51.3


Valid 1 19 48.7 48.7 100.0
Total 39 100.0 100.0

Kategori Pengetahuan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent

Tingkat Pengetahuan Baik 1 2.6 2.6 2.6

Tingkat Pengetahuan 14 35.9 35.9 38.5


Sedang
Valid
Tingkat Pengetahuan 24 61.5 61.5 100.0
Kurang
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


183

Sikap 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Sangat Setuju 2 5.1 5.1 5.1

Setuju 5 12.8 12.8 17.9


Ragu-ragu 5 12.8 12.8 30.8
Valid
Tidak Setuju 23 59.0 59.0 89.7
Sangat Tidak Setuju 4 10.3 10.3 100.0
Total 39 100.0 100.0

sikap 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Tidak Setuju 3 7.7 7.7 7.7

Ragu-ragu 3 7.7 7.7 15.4


Valid Setuju 26 66.7 66.7 82.1
Sangat Setuju 7 17.9 17.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

sikap 3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Ragu-ragu 1 2.6 2.6 2.6

Setuju 23 59.0 59.0 61.5


Valid
Sangat Setuju 15 38.5 38.5 100.0
Total 39 100.0 100.0

sikap 4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Setuju 2 5.1 5.1 5.1
Setuju 22 56.4 56.4 61.5
Ragu-ragu 3 7.7 7.7 69.2
Valid
Tidak Setuju 10 25.6 25.6 94.9
Sangat Tidak Setuju 2 5.1 5.1 100.0
Total 39 100.0 100.0

sikap 5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Ragu-ragu 2 5.1 5.1 5.1

Tidak Setuju 30 76.9 76.9 82.1


Valid
Sangat Tidak Setuju 7 17.9 17.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


184

sikap 6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Setuju 2 5.1 5.1 5.1

Ragu-ragu 1 2.6 2.6 7.7


Valid Tidak Setuju 29 74.4 74.4 82.1
Sangat Tidak Setuju 7 17.9 17.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

sikap 7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Setuju 5 12.8 12.8 12.8


Ragu-ragu 5 12.8 12.8 25.6
Valid Tidak Setuju 26 66.7 66.7 92.3
Sangat Tidak Setuju 3 7.7 7.7 100.0
Total 39 100.0 100.0

sikap 8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Setuju 1 2.6 2.6 2.6

Ragu-ragu 2 5.1 5.1 7.7


Valid Tidak Setuju 32 82.1 82.1 89.7
Sangat Tidak Setuju 4 10.3 10.3 100.0
Total 39 100.0 100.0

sikap 9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Tidak Setuju 1 2.6 2.6 2.6
Ragu-ragu 1 2.6 2.6 5.1
Valid Setuju 22 56.4 56.4 61.5
Sangat Setuju 15 38.5 38.5 100.0
Total 39 100.0 100.0

sikap 10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Setuju 2 5.1 5.1 5.1
Ragu-ragu 2 5.1 5.1 10.3
Valid Setuju 25 64.1 64.1 74.4
Sangat Setuju 10 25.6 25.6 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


185

Kategori Sikap
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sikap Baik 28 71.8 71.8 71.8
Valid Sikap Sedang 11 28.2 28.2 100.0
Total 39 100.0 100.0

Motivasi 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Setuju 2 5.1 5.1 5.1
Ragu-ragu 4 10.3 10.3 15.4
Valid Setuju 26 66.7 66.7 82.1
Sangat Setuju 7 17.9 17.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

Motivasi 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Setuju 1 2.6 2.6 2.6
Setuju 3 7.7 7.7 10.3
Ragu-ragu 2 5.1 5.1 15.4
Valid
Tidak Setuju 29 74.4 74.4 89.7
Sangat Tidak Setuju 4 10.3 10.3 100.0
Total 39 100.0 100.0

Motivasi 3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Setuju 2 5.1 5.1 5.1
Setuju 35 89.7 89.7 94.9
Valid Sangat Setuju 2 5.1 5.1 100.0
Total 39 100.0 100.0

Motivasi 4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Tidak Setuju 1 2.6 2.6 2.6
Tidak Setuju 2 5.1 5.1 7.7
Ragu-ragu 1 2.6 2.6 10.3
Valid
Setuju 30 76.9 76.9 87.2
Sangat Setuju 5 12.8 12.8 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


186

Motivasi 5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ragu-ragu 1 2.6 2.6 2.6
Setuju 24 61.5 61.5 64.1
Valid
Sangat Setuju 14 35.9 35.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

Motivasi 6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Setuju 2 5.1 5.1 5.1
Ragu-ragu 1 2.6 2.6 7.7
Valid Setuju 26 66.7 66.7 74.4
Sangat Setuju 10 25.6 25.6 100.0
Total 39 100.0 100.0

Motivasi 7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Setuju 1 2.6 2.6 2.6
Setuju 2 5.1 5.1 7.7
Valid Tidak Setuju 31 79.5 79.5 87.2
Sangat Tidak Setuju 5 12.8 12.8 100.0
Total 39 100.0 100.0

Motivasi 8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Setuju 1 2.6 2.6 2.6
Setuju 2 5.1 5.1 7.7
Ragu-ragu 2 5.1 5.1 12.8
Valid
Tidak Setuju 28 71.8 71.8 84.6
Sangat Tidak Setuju 6 15.4 15.4 100.0
Total 39 100.0 100.0

Motivasi 9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Setuju 1 2.6 2.6 2.6
Setuju 33 84.6 84.6 87.2
Valid Sangat Setuju 5 12.8 12.8 100.0
Total 39 100.0 100.0

Motivasi 10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Setuju 27 69.2 69.2 69.2
Valid Sangat Setuju 12 30.8 30.8 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


187

Motivasi 11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 1 2.6 2.6 2.6
Sangat Setuju 2 5.1 5.1 7.7
Setuju 4 10.3 10.3 17.9
Valid Ragu-ragu 5 12.8 12.8 30.8
Tidak Setuju 22 56.4 56.4 87.2
Sangat Tidak Setuju 5 12.8 12.8 100.0
Total 39 100.0 100.0

Motivasi 12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Setuju 2 5.1 5.1 5.1
Setuju 28 71.8 71.8 76.9
Valid Sangat Setuju 9 23.1 23.1 100.0
Total 39 100.0 100.0

Motivasi 13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Setuju 2 5.1 5.1 5.1
Ragu-ragu 2 5.1 5.1 10.3
Valid Tidak Setuju 33 84.6 84.6 94.9
Sangat Tidak Setuju 2 5.1 5.1 100.0
Total 39 100.0 100.0

Motivasi 14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Setuju 32 82.1 82.1 82.1
Valid Sangat Setuju 7 17.9 17.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

Motivasi 15
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Setuju 3 7.7 7.7 7.7
Ragu-ragu 1 2.6 2.6 10.3
Valid Setuju 31 79.5 79.5 89.7
Sangat Setuju 4 10.3 10.3 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


188

Kategori Motivasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Motivasi Baik 38 97.4 97.4 97.4
Valid Motivasi Sedang 1 2.6 2.6 100.0
Total 39 100.0 100.0

Sarana dan Prasarana 1


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent

Ada, tidak dapat 28 71.8 71.8 71.8


ditunjukkan/Tidak ada
Valid Ada, dapat ditunjukkan 11 28.2 28.2 100.0
Total 39 100.0 100.0

Sarana dan Prasarana 2


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent

Ada, tidak dapat 20 51.3 51.3 51.3


ditunjukkan/Tidak ada
Valid Ada, dapat ditunjukkan 19 48.7 48.7 100.0
Total 39 100.0 100.0

Sarana dan Prasarana 3

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent

Ada, tidak dapat 29 74.4 74.4 74.4


ditunjukkan/Tidak ada
Valid Ada, dapat ditunjukkan 10 25.6 25.6 100.0
Total 39 100.0 100.0

Sarana dan Prasarana 4


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Ada, tidak dapat 6 15.4 15.4 15.4
ditunjukkan/Tidak ada
Valid Ada, dapat ditunjukkan 33 84.6 84.6 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


189

Sarana dan Prasarana 5


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Ada, tidak dapat 14 35.9 35.9 35.9
ditunjukkan/Tidak ada
Valid Ada, dapat ditunjukkan 25 64.1 64.1 100.0
Total 39 100.0 100.0

Sarana dan Prasarana 6


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Ada, tidak dapat 10 25.6 25.6 25.6
ditunjukkan/Tidak ada
Valid Ada, dapat ditunjukkan 29 74.4 74.4 100.0
Total 39 100.0 100.0

Sarana dan Prasarana 7


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Ada, tidak dapat 19 48.7 48.7 48.7
ditunjukkan/Tidak ada
Valid Ada, dapat ditunjukkan 20 51.3 51.3 100.0
Total 39 100.0 100.0

Sarana dan Prasarana 8


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Ada, tidak dapat ditunjukkan/Tidak 20 51.3 51.3 51.3
ada
Valid Ada, dapat ditunjukkan 19 48.7 48.7 100.0
Total 39 100.0 100.0

Sarana dan Prasarana 9


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Ada, tidak dapat ditunjukkan/Tidak 21 53.8 53.8 53.8
ada
Valid Ada, dapat ditunjukkan 18 46.2 46.2 100.0
Total 39 100.0 100.0

Sarana dan Prasarana 10


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Ada, tidak dapat ditunjukkan/Tidak 4 10.3 10.3 10.3
ada
Valid Ada, dapat ditunjukkan 35 89.7 89.7 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


190

Kategori Sarana dan Prasarana


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sarana dan Prasarana Baik 22 56.4 56.4 56.4
Sarana dan Prasarana Kurang 17 43.6 43.6 100.0
Valid Baik
Total 39 100.0 100.0

SDM kuantitatif 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
0 9 23.1 23.1 23.1
Valid 1 30 76.9 76.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

SDM kuantitatif 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
0 16 41.0 41.0 41.0
Valid 1 23 59.0 59.0 100.0
Total 39 100.0 100.0

Kategori SDM Kuantitatif


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Sumber Daya Manusia Kuantitatif 22 56.4 56.4 56.4
Cukup
Valid Sumber Daya Manusia Kuantitatif 17 43.6 43.6 100.0
Kurang Cukup
Total 39 100.0 100.0

SDM kualitatif 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Setuju 1 2.6 2.6 2.6
Ragu-ragu 2 5.1 5.1 7.7
Valid Setuju 32 82.1 82.1 89.7
Sangat Setuju 4 10.3 10.3 100.0
Total 39 100.0 100.0

SDM kualitatif 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Setuju 2 5.1 5.1 5.1
Ragu-ragu 1 2.6 2.6 7.7
Valid Setuju 32 82.1 82.1 89.7
Sangat Setuju 4 10.3 10.3 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


191

SDM kualitatif 3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Setuju 2 5.1 5.1 5.1
Ragu-ragu 2 5.1 5.1 10.3
Valid Setuju 31 79.5 79.5 89.7
Sangat Setuju 4 10.3 10.3 100.0
Total 39 100.0 100.0

SDM kualitatif 4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Tidak Setuju 5 12.8 12.8 12.8
Tidak Setuju 8 20.5 20.5 33.3
Ragu-ragu 3 7.7 7.7 41.0
Valid
Setuju 22 56.4 56.4 97.4
Sangat Setuju 1 2.6 2.6 100.0
Total 39 100.0 100.0

SDM kualitatif 5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Tidak Setuju 2 5.1 5.1 5.1
Tidak Setuju 6 15.4 15.4 20.5
Ragu-ragu 2 5.1 5.1 25.6
Valid
Setuju 27 69.2 69.2 94.9
Sangat Setuju 2 5.1 5.1 100.0
Total 39 100.0 100.0

Kategori SDM Kualitatif


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Sumber Daya Manusia Secara Kualitatif 29 74.4 74.4 74.4
Baik
Valid Sumber Daya Manusia Secara Kualitatif 10 25.6 25.6 100.0
Sedang
Total 39 100.0 100.0

imbalan1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak 1 2.6 2.6 2.6


Valid Ya 38 97.4 97.4 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


192

imbalan2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak 10 25.6 25.6 25.6


Valid Ya 29 74.4 74.4 100.0
Total 39 100.0 100.0

imbalan3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak 38 97.4 97.4 97.4


Valid Ya 1 2.6 2.6 100.0
Total 39 100.0 100.0

imbalan4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak 20 51.3 51.3 51.3


Valid Ya 19 48.7 48.7 100.0
Total 39 100.0 100.0

imbalan5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak 8 20.5 20.5 20.5


Valid Ya 31 79.5 79.5 100.0
Total 39 100.0 100.0

Kategori Imbalan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Imbalan Ada 30 76.9 76.9 76.9
Valid Imbalan Tidak Ada 9 23.1 23.1 100.0
Total 39 100.0 100.0

dukungan1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak 8 20.5 20.5 20.5


Valid Ya 31 79.5 79.5 100.0
Total 39 100.0 100.0

dukungan2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak 19 48.7 48.7 48.7


Valid Ya 20 51.3 51.3 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


193

dukungan3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak 20 51.3 51.3 51.3


Valid Ya 19 48.7 48.7 100.0
Total 39 100.0 100.0

dukungan4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak 10 25.6 25.6 25.6


Valid Ya 29 74.4 74.4 100.0
Total 39 100.0 100.0

dukungan5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 10 25.6 25.6 25.6
Valid Ya 29 74.4 74.4 100.0
Total 39 100.0 100.0

dukungan6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 8 20.5 20.5 20.5
Valid Ya 31 79.5 79.5 100.0
Total 39 100.0 100.0

dukungan7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak 7 17.9 17.9 17.9


Valid Ya 32 82.1 82.1 100.0
Total 39 100.0 100.0

Kategori Dukungan Pimpinan


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Dukungan Pimpinan Baik 30 76.9 76.9 76.9
Dukungan Pimpinan Kurang 9 23.1 23.1 100.0
Valid Baik
Total 39 100.0 100.0

BebanKerja1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Tidak Setuju 1 2.6 2.6 2.6
Tidak Setuju 14 35.9 35.9 38.5
Ragu-ragu 2 5.1 5.1 43.6
Valid
Setuju 19 48.7 48.7 92.3
Sangat Setuju 3 7.7 7.7 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


194

BebanKerja2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Tidak Setuju 2 5.1 5.1 5.1
Tidak Setuju 18 46.2 46.2 51.3
Ragu-ragu 5 12.8 12.8 64.1
Valid
Setuju 12 30.8 30.8 94.9
Sangat Setuju 2 5.1 5.1 100.0
Total 39 100.0 100.0

BebanKerja3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Setuju 21 53.8 53.8 53.8
Ragu-ragu 3 7.7 7.7 61.5
Valid Setuju 11 28.2 28.2 89.7
Sangat Setuju 4 10.3 10.3 100.0
Total 39 100.0 100.0

BebanKerja4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Setuju 19 48.7 48.7 48.7
Ragu-ragu 3 7.7 7.7 56.4
Valid Setuju 12 30.8 30.8 87.2
Sangat Setuju 5 12.8 12.8 100.0
Total 39 100.0 100.0

BebanKerja5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Tidak Setuju 1 2.6 2.6 2.6
Tidak Setuju 19 48.7 48.7 51.3
Ragu-ragu 4 10.3 10.3 61.5
Valid
Setuju 4 10.3 10.3 71.8
Sangat Setuju 11 28.2 28.2 100.0
Total 39 100.0 100.0

BebanKerja6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Setuju 29 74.4 74.4 74.4
Setuju 8 20.5 20.5 94.9
Valid
Sangat Setuju 2 5.1 5.1 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


195

BebanKerja7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Setuju 8 20.5 20.5 20.5
Ragu-ragu 1 2.6 2.6 23.1
Valid Setuju 11 28.2 28.2 51.3
Sangat Setuju 19 48.7 48.7 100.0
Total 39 100.0 100.0

BebanKerja8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Setuju 22 56.4 56.4 56.4
Ragu-ragu 4 10.3 10.3 66.7
Valid Setuju 8 20.5 20.5 87.2
Sangat Setuju 5 12.8 12.8 100.0
Total 39 100.0 100.0

Kategori beban Kerja


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tingkat Beban Kerja Tinggi 8 20.5 20.5 20.5
Tingkat Beban Kerja Sedang 27 69.2 69.2 89.7
Valid
Tingkat Beban Kerja Rendah 4 10.3 10.3 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 5 12.8 12.8 12.8
Valid Melaksanakan Program 34 87.2 87.2 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 9 23.1 23.1 23.1
Valid Melaksanakan Program 30 76.9 76.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 14 35.9 35.9 35.9
Valid Melaksanakan Program 25 64.1 64.1 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


196

Pelaksanaan4a
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 38 97.4 97.4 97.4
Valid Melaksanakan Program 1 2.6 2.6 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan4b
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 2 5.1 5.1 5.1
Valid Melaksanakan Program 37 94.9 94.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan4c
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 36 92.3 92.3 92.3
Valid Melaksanakan Program 3 7.7 7.7 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan4d
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 3 7.7 7.7 7.7
Valid Melaksanakan Program 36 92.3 92.3 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan4e
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 4 10.3 10.3 10.3
Valid Melaksanakan Program 35 89.7 89.7 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan4f
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 11 28.2 28.2 28.2
Valid Melaksanakan Program 28 71.8 71.8 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan4g
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 9 23.1 23.1 23.1
Valid Melaksanakan Program 30 76.9 76.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


197

Pelaksanaan4h
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 4 10.3 10.3 10.3
Valid Melaksanakan Program 35 89.7 89.7 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan5a
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 2 5.1 5.1 5.1
Valid Melaksanakan Program 37 94.9 94.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan5b
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 2 5.1 5.1 5.1
Valid Melaksanakan Program 37 94.9 94.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan5c
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 2 5.1 5.1 5.1
Valid Melaksanakan Program 37 94.9 94.9 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan5d
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 5 12.8 12.8 12.8
Valid Melaksanakan Program 34 87.2 87.2 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan6a
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 6 15.4 15.4 15.4
Valid Melaksanakan Program 33 84.6 84.6 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan6b
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 7 17.9 17.9 17.9
Valid Melaksanakan Program 32 82.1 82.1 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


198

Pelaksanaan6c
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 24 61.5 61.5 61.5
Valid Melaksanakan Program 15 38.5 38.5 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 6 15.4 15.4 15.4
Valid Melaksanakan Program 33 84.6 84.6 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 16 41.0 41.0 41.0
Valid Melaksanakan Program 23 59.0 59.0 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 24 61.5 61.5 61.5
Valid Melaksanakan Program 15 38.5 38.5 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan10a
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 4 10.3 10.3 10.3
Valid Melaksanakan Program 35 89.7 89.7 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan10b
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 7 17.9 17.9 17.9
Valid Melaksanakan Program 32 82.1 82.1 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan10c
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 1 2.6 2.6 2.6
Valid Melaksanakan Program 38 97.4 97.4 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


199

Pelaksanaan10d
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 1 2.6 2.6 2.6
Valid Melaksanakan Program 38 97.4 97.4 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan10e
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 11 28.2 28.2 28.2
Valid Melaksanakan Program 28 71.8 71.8 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan10f
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 16 41.0 41.0 41.0
Valid Melaksanakan Program 23 59.0 59.0 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan10g
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 3 7.7 7.7 7.7
Valid Melaksanakan Program 36 92.3 92.3 100.0
Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 5 12.8 12.8 12.8
Valid Melaksanakan Program 34 87.2 87.2 100.0

Total 39 100.0 100.0

Pelaksanaan12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Melaksanakan Program 5 12.8 12.8 12.8
Valid Melaksanakan Program 34 87.2 87.2 100.0
Total 39 100.0 100.0

Kategori Pelaksanaan Promkes


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Melaksanakan Program 35 89.7 89.7 89.7
Valid Tidak Melaksanakan Program 4 10.3 10.3 100.0
Total 39 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


200

Lampiran 3. Master Data Penelitian

Masa 11 54 5 1 1
NO Umur Pendidikan Jabatan
Kerja 12 57 6 2 1

1 37 7 1 1 13 50 3 2 2

2 46 5 2 1 14 42 3 1 2

3 53 5 2 1 15 34 5 2 1

4 55 4 2 3 16 42 5 2 1

5 47 5 1 1 17 36 3 2 2

6 51 2 2 2 18 41 5 1 2

7 45 5 1 1 19 38 6 2 2

8 49 5 1 1 20 46 5 1 1

9 49 5 2 1 21 43 5 1 1

10 41 2 1 2 22 47 5 1 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


201

23 33 6 1 2 32 50 5 2 1

24 34 2 2 5 33 47 5 2 1

25 50 5 1 1 34 46 5 2 1

26 39 7 2 1 35 42 4 2 2

27 50 1 1 3 36 42 5 2 1

28 40 5 2 1 37 42 5 2 1

29 48 5 1 1 38 38 6 1 2

30 40 5 1 1 39 42 5 1 1

31 40 5 2 1

PENGETAHUAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9

a b c a b c d a b c d e f g h i a b c a b a b c d e f g a b c a b c d a b c d e f

0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0

1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


202

0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0

1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0

1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1

1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1

1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1

1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1

1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1

1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1

1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1

1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1

1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1

1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


203

1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0

1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1

1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1

1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1

1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1

1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1

1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0

1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1

1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1

1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1

1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1

1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1

1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1

1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


204

1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1

1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1

1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1

1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1

1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1

1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


205

PENGETAHUAN

10
Kategori
a b c d e f g h i j Jumlah Pengetahuan

0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 28 2

1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 20 3

0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 19 3

1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 18 3

1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 19 3

0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 17 3

1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 21 3

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 2

1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 19 3

1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 25 2

0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 18 3

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 34 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


206

1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 17 3

1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 12 3

1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 22 3

1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 16 3

1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 3

0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 18 3

1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 23 2

1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 19 3

1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 24 2

0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 32 2

0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 11 3

0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 20 3

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 3

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 2

1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 17 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


207

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 2

0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 17 3

1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 20 3

1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 18 3

1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 19 3

1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 24 2

1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 17 3

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 46 1

1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 33 2

1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 29 2

1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 23 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


208

Jumlah
SIKAP Kategorik
NO Sikap

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 4 4 5 2 5 5 4 4 5 4 42 1

2 4 4 5 2 5 4 4 4 5 4 41 1

3 4 4 5 4 4 5 4 5 5 5 45 1

4 2 2 5 2 4 4 4 4 5 4 38 1

5 4 5 5 2 4 5 4 4 5 4 42 1

6 4 5 5 1 5 5 5 5 5 5 45 1

7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 1

8 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 37 2

9 4 5 4 2 4 4 4 4 5 5 41 1

10 4 4 5 2 4 4 4 4 4 4 39 1

11 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 45 1

12 2 5 5 5 4 4 4 4 5 4 42 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


209

13 1 5 5 1 4 4 4 4 5 5 38 1

14 2 4 4 2 4 4 4 4 4 3 35 2

15 3 4 4 4 4 4 2 3 4 3 35 2

16 5 4 4 2 4 5 4 4 5 5 42 1

17 1 2 4 3 4 4 3 4 4 4 33 2

18 3 3 4 2 4 4 3 4 4 4 35 2

19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 1

20 4 5 5 3 4 4 3 4 5 5 42 1

21 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 36 2

22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 31 2

23 2 4 4 2 4 2 2 2 4 4 30 2

24 3 4 4 4 4 2 2 4 4 2 33 2

25 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 41 1

26 5 5 5 2 5 5 4 5 5 5 46 1

27 2 2 4 2 4 4 2 4 4 4 32 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


210

28 5 4 4 2 4 4 4 4 4 4 39 1

29 3 4 4 2 4 4 4 4 2 2 33 2

30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 1

31 4 3 5 2 4 4 4 5 5 5 41 1

32 5 4 5 2 5 4 4 4 5 5 43 1

33 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 44 1

34 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 1

35 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 38 1

36 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 38 1

37 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 38 1

38 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 39 1

39 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 38 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


211

NO MOTIVASI Jumlah Motivasi Kategori

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 4 4 4 4 5 4 2 4 4 5 4 4 4 4 4 60 1

2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 63 1

3 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 65 1

4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 63 1

5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 64 1

6 5 1 4 5 5 5 1 1 5 5 1 5 4 5 5 57 1

7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 1

8 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 56 1

9 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 65 1

10 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 67 1

11 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 67 1

12 2 4 2 1 5 5 4 4 5 5 0 5 4 5 4 55 2

13 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 58 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


212

14 4 4 2 2 4 2 4 4 4 4 5 4 4 4 2 53 1

15 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 58 1

16 5 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 68 1

17 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 2 4 4 4 4 58 1

18 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59 1

19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 61 1

20 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 69 1

21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 58 1

22 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 3 4 3 53 1

23 2 2 4 2 4 2 2 2 4 4 2 4 2 4 2 42 1

24 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 56 1

25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 1

26 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 70 1

27 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 55 1

28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


213

29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 59 1

30 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 57 1

31 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 67 1

32 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 61 1

33 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 68 1

34 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 1

35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 2 55 1

36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 1

37 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 58 1

38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 58 1

39 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 59 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


214

SARANA DAN PRASARANA

NO 2 4 Jumlah Sarana dan Prasarana Kategori


1 3 5
a b c d e a b

1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 4 2

2 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 1

3 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 3 2

4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2

5 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 1

6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2 2

7 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 2

8 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 3 2

9 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 1

10 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 2 2

11 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 7 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


215

12 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 1

13 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 2

14 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 4 2

15 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 2

16 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8 1

17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2

18 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 4 2

19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1

20 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 6 1

21 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 6 1

22 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8 1

23 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 2 2

24 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 4 2

25 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7 1

26 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


216

27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2

28 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 1

29 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1

30 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 4 2

31 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7 1

32 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 6 1

33 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 8 1

34 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 6 1

35 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 1

36 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1

37 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 5 2

38 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7 1

39 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 7 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


217

SUMBER DAYA JUMLAH SUMBER DAYA JUMLAH


NO MANUSIA SUMBER MANUSIA SUMBER DAYA
KUANTITAS KATEGORI KUALITAS KATEGORI
DAYA MANUSIA
1 2 KUANTITAS 1 2 3 4 5 KUALITAS

1 1 1 2 1 4 4 4 4 4 20 1

2 1 0 1 2 4 4 4 4 4 20 1

3 0 0 0 2 4 4 4 4 4 20 1

4 1 1 2 1 4 4 4 2 4 18 2

5 1 0 1 2 4 4 4 4 4 20 1

6 1 1 2 1 5 5 5 5 5 25 1

7 1 1 1 1 4 4 4 3 4 19 1

8 1 1 1 1 4 4 4 4 4 20 1

9 1 1 1 1 4 4 4 4 4 20 1

10 0 1 1 2 4 4 4 2 2 16 2

11 1 1 2 1 4 5 5 2 4 20 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


218

12 1 1 2 1 4 4 4 4 4 20 1

13 0 0 0 2 4 4 4 4 4 20 1

14 1 0 1 2 4 3 4 1 4 16 2

15 1 0 1 2 4 4 2 4 4 18 2

16 1 1 2 1 5 5 5 4 4 23 1

17 0 0 0 2 4 4 3 1 1 13 2

18 0 1 1 2 3 4 4 1 2 14 2

19 1 0 1 2 4 4 4 4 4 20 1

20 1 1 2 1 5 5 5 4 4 23 1

21 1 0 1 1 4 4 4 4 4 20 1

22 0 0 0 2 4 4 4 4 3 19 1

23 0 0 0 2 4 2 4 2 2 14 2

24 0 1 1 2 4 4 4 2 3 17 1

25 1 1 2 1 4 4 4 4 2 18 1

26 1 0 1 1 4 4 4 4 5 21 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


219

27 1 1 2 1 2 4 2 1 1 10 2

28 1 1 2 1 4 4 4 4 4 20 1

29 1 1 2 1 4 2 3 1 2 12 2

30 1 1 2 1 4 4 4 4 4 20 1

31 1 0 1 2 4 4 4 3 4 19 1

32 1 0 1 2 4 4 4 2 4 18 1

33 1 1 2 1 5 4 4 4 4 21 1

34 1 0 1 2 4 4 4 4 4 20 1

35 1 1 2 1 4 4 4 2 4 18 1

36 1 1 2 1 4 4 4 4 4 20 1

37 1 1 2 1 3 4 4 3 4 18 1

38 0 0 0 2 4 4 4 4 4 20 1

39 1 1 2 1 4 4 4 2 2 16 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


220

Jumlah 12 1 1 1 0 1 4 1
NO IMBALAN Kategori
Imbalan
13 1 0 0 1 1 3 1
1 2 3 4 5
14 1 1 0 1 1 4 1
1 1 0 0 1 0 2 2
15 1 1 0 1 1 4 1
2 1 1 0 1 1 4 1
16 1 1 0 0 1 3 1
3 1 0 0 1 1 3 1
17 1 1 0 0 0 2 2
4 1 0 0 0 0 1 2
18 1 1 0 0 1 3 1
5 0 1 0 0 1 2 2
19 1 1 0 1 1 4 1
6 1 1 0 1 1 4 1
20 1 0 0 0 0 1 2
7 1 1 0 0 1 3 1
21 1 1 0 0 1 3 1
8 1 1 0 0 1 3 1
22 1 0 0 0 0 1 2
9 1 1 0 1 1 4 1
23 1 0 0 1 1 3 1
10 1 0 0 0 1 2 2
24 1 1 0 0 1 3 1
11 1 1 0 1 1 4 1
25 1 0 0 0 1 2 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


221

26 1 1 0 1 0 3 1 33 1 1 0 1 1 4 1

27 1 1 0 0 1 3 1 34 1 0 0 0 0 1 2

28 1 1 0 1 1 4 1 35 1 1 0 1 1 4 1

29 1 1 0 1 1 4 1 36 1 1 0 1 0 3 1

30 1 1 0 1 1 4 1 37 1 1 0 0 1 3 1

31 1 1 0 0 1 3 1 38 1 1 0 0 1 3 1

32 1 1 0 1 1 4 1 39 1 1 0 0 1 3 1

DUKUNGAN Jumlah 4 0 0 0 0 0 0 0 0 2
NO PIMPINAN Dukungan Kategori 5 1 1 1 1 1 1 1 7 1
1 2 3 4 5 6 7 Pimpinan
6 1 1 1 1 1 1 1 7 1
1 1 0 1 0 1 1 1 5 1
7 1 1 1 1 1 1 1 7 1
2 1 0 0 1 1 1 1 5 1
8 0 0 0 0 0 0 0 0 2
3 1 0 0 0 0 1 1 3 2
9 1 1 0 1 1 1 1 6 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


222

10 1 0 1 0 0 1 1 4 1 25 1 0 0 1 1 1 1 5 1

11 1 0 0 1 1 1 1 5 1 26 1 1 1 1 1 1 1 7 1

12 1 1 1 1 1 1 1 7 1 27 1 1 1 1 1 1 1 7 2

13 1 1 1 1 1 1 1 7 1 28 1 1 1 1 1 1 1 7 1

14 1 0 0 1 1 1 1 5 1 29 1 0 1 1 1 1 1 6 1

15 1 0 1 1 0 1 1 5 1 30 1 1 1 1 1 1 1 7 1

16 1 1 0 1 1 1 1 6 1 31 1 1 0 1 1 1 1 6 1

17 0 0 0 0 0 0 0 0 2 32 0 1 0 1 1 1 1 5 1

18 0 0 1 0 0 0 0 1 2 33 1 1 0 1 1 1 1 6 1

19 1 1 1 1 1 1 1 7 1 34 0 0 0 0 0 0 0 0 2

20 0 0 0 0 0 0 0 0 2 35 1 1 0 1 1 1 1 6 1

21 1 0 1 1 1 0 1 5 1 36 1 1 1 1 1 1 1 7 1

22 1 0 0 1 1 1 1 5 1 37 1 1 1 1 1 1 1 7 1

23 0 0 0 0 0 0 0 0 2 38 1 0 0 1 1 1 1 5 1

24 1 1 0 1 1 1 1 6 1 39 1 1 1 1 1 1 1 7 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


223

BEBAN KERJA Jumlah 12 2 2 4 4 4 2 4 2 24 2


NO Beban Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 Kerja 13 2 2 2 2 5 2 5 2 22 2

1 4 2 2 2 2 2 3 2 19 2 14 5 5 2 2 5 2 5 2 28 2

2 2 4 4 4 2 2 2 4 24 2 15 2 3 4 5 4 4 5 3 30 1

3 5 3 5 5 2 2 5 5 32 1 16 2 2 2 2 2 2 4 2 18 2

4 2 2 2 2 5 2 4 2 21 2 17 4 4 5 4 5 4 5 5 36 1

5 4 4 2 4 2 2 4 4 26 2 18 5 2 5 5 2 2 5 3 29 2

6 2 5 5 5 5 5 5 5 37 1 19 4 2 2 5 5 2 5 2 27 2

7 4 2 4 2 2 2 2 2 20 2 20 4 4 4 4 4 4 5 5 34 1

8 2 1 2 2 2 2 5 2 18 2 21 4 4 2 3 2 5 2 4 26 2

9 2 2 2 2 2 2 4 2 18 2 22 4 4 4 4 2 4 4 4 30 1

10 2 2 2 2 5 2 5 2 22 2 23 4 4 4 4 5 4 5 5 35 1

11 1 1 2 2 2 2 2 2 14 3 24 4 2 3 3 5 4 4 4 29 2

25 4 2 2 2 2 2 2 2 18 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


224

26 4 4 3 2 3 2 4 3 25 2 \33 2 2 2 2 2 2 2 2 16 3

27 3 4 4 4 5 2 5 4 31 1 34 4 4 4 2 3 2 4 4 27 2

28 2 2 2 2 2 2 2 2 16 3 35 2 2 2 2 4 2 4 2 20 2

29 4 2 3 4 2 2 4 2 23 2 36 4 2 2 4 2 4 5 2 25 2

30 4 3 4 4 3 2 5 2 27 2 37 3 2 2 3 1 2 5 2 20 2

31 2 3 2 2 2 2 2 2 17 3 38 4 3 2 2 5 2 5 4 27 2

32 4 4 2 2 2 4 5 2 25 2 39 4 4 4 4 3 2 5 3 29 2

PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN

NO 4 5 6
1 2 3 7 8
a b c d e f g h a b c d a b c

1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0

2 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


225

4 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0

5 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

6 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

7 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1

8 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0

9 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

10 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0

11 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

12 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

13 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0

14 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0

15 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1

16 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0

17 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1

18 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


226

19 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

20 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0

21 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1

22 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

23 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0

24 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

25 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

26 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1

27 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

28 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0

29 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1

30 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0

31 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

32 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

33 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


227

34 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

35 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0

36 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

37 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1

38 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

39 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN

10
9 11 12 Jumlah Pelaksanaan Kategori
a b c d e f g

0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 12 2

1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 24 1

0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 19 1

0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 16 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


228

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 1

1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 23 1

0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 20 1

0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 1

0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 14 2

0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 1

0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 1

0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 23 1

0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 21 1

0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 17 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 1

0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 16 1

0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 14 2

1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 26 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


229

0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 1

0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 2

0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1

0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 1

0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 25 1

0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 22 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 1

0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 19 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1

0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 24 1

0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


230

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 1

1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 25 1

0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 1

1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 26 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian

231
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian

232
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai