Standar Kompetensi :
6. Menganalisis Sistem Politik di Indonesia.
Kompetensi Dasar :
6.1. Mendeskripsikan supra struktur dan infra struktur politik di
Indonesia.
6.2. Mendeskripsikan perbedaan sistem politik di berbagai negara.
6.3. Menampilkan peran serta dalam sistem politik di Indonesia.
A. PENDAHULUAN
1
serta bertahan dalam segala kondisi lingkungan yang menekannya
sampai batas tertentu.
Sistem politik identik dengan kehidupan politik masyarakat (social
political life, Infrastruktur) dan kehidupan politik pemerintah
(governmental political life, supra struktur). Pemerintah dalam sistem
politik merupakan mekanisme formal atau mesin resmi negara
disamping pranata sosial-politik lainnya yang tidak resmi.
A. SISTEM POLITIK
Sebelum kita memahami tentang apa dan bagaimana tentang sistem
politik, alangkah baiknya jika pemahaman tentang ”sistem” dan ”politik”
terlebih dahulu telah diketahui. Meskipun dalam kehidupan sehari-hari
istilah ini sering dijumpai, namun penjelasan lebih lanjut tentang sistem
dan politik akan diuraikan sebagai berikut.
Fokus Kita :
Pengertian Sistem dalam Webster,s New Collegiate Dictionary
teridiri dari kata “syn” dan “histanai” (greek) yang berarti to place
together, menempatkan bersama. Dijelaskan lebih lanjut bahwa system
is a complesx of ideas, principle etc forming a coherent whole, as the
American system of government yang artinya adalah suatu kumpulan
pendapat-pendapat, prinsip-prinsip dan lain-lain yang membentuk
suatu kesatuan yang berhubung-hubungan satu sama lain, seperti
2
Kata ”politik” berasal dari kata Yunani ”polis” yang berarti kota yang
berstatus negara/negara kota, seperti dalam Webster,s New Collegiate
Dictionary, berasal dari kata “polis” yang berarti “city state” – negara
kota. Segala aktivitas yang dijalankan oleh Polis untuk kelestarian dan
perkembangannya disebut “politike techne” (politika). Berdasarkan
pengertian tersebut, maka politik pada hakikatnya “the art and science
of government” atau seni dan ilmu memerintah.
Dalam pengertian umum, politik adalah “macam-macam kegiatan
dalam suatu sistem politik/negara yang menyangkut proses menentukan
dan sekaligus melaksanakan tujuan-tujuan sistem itu”. Dapat juga
pengambilan keputusan mengenai apa yang menjadi tujuan sistem
politik, seleksi dari beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas
tujuan-tujuan yang telah dipilihnya. Politik juga merupakan proses
pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara
lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
Dalam sudut pandang yang berbeda, politik dapat diartikan sebagai
berikut :
1. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara
konstitusional maupun nonkonstitusional.
2. Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk
mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles).
3. Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pemerintahan dan negara.
4. Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan
dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat.
5. Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan
pelaskanaan kebijakan publik.
3
d. Robert Dahl
Sistem politik merupakan pola yang tetap dari hubungan antara
manusia serta melibatkan sesuatu yang luas dan berarti tentang
kekuasaan, aturan-aturan, dan kewenangan.
e. Almond
Sistem politik adalah sistem interaksi yang ditemui dalam
masyarakat merdeka serta menjalankan fungsi integrasi dan
adaptasi. Fungsi integrasi yang dijalankan oleh sistem politik
adalah untuk mencapai kesatuan dan persatuan dalam masyarakat
yang bersangkutan. Fungsi adaptasi adalah fungsi penyesuaian
terhadap lingkungan.
Fokus Kita :
Sistem politik dapat diartikan sebagai seperangkat interaksi
yang diabstrasikan dari totalitas perilaku sosial melalui nilai-nilai
yang disebarkan untuk suatu masyarakat. Suatu sistem politik
harus mempunyai kemampuan untuk mempertahankan kehidupan
(viability), langgeng dan berkelanjutan serta mempunyai dorongan
alamiah (propensity) bertahan (persisting) dalam segala kondisi
4
sistem politik dapat membandingkan sesuai dengan tingkat
kekhususan tugas.
d. Semua sistem politik adalah sistem campuran dalam
pengertian kebudayaan. Secara rasional tidak ada struktur dan
kebudayaan yang semuanya modern atau semuanya primitif
melainkan dalam pengertian tradisional, semuanya adalah
campuran atara unsur modern dan tradisional.
Dalam memahami cara kerja sistem politik pada umumnya, peran
input dan output mempunyai pengaruh besar terhadap kebijakan
publik. Hoogerwerf berpendapat bahwa ”input” bisa berasal dari
sistem lain, misalnya sistem ekonomi, misalnya sistem ekonomi.
Sistem ekonomi yang terkena dampak dari kebijaksanaan pemerintah
akan memberikan reaksi tertentu, mungkin memperkuat atau
bertentangan. Reaksi ini merupakan input bagi sistem politik untuk
diproses lebih lanjut. Di samping itu, input juga bisa berasal dari
perilaku politik berupa unjuk rasa/demonstrasi atau tindakan makar
sebagai dampak dari output sistem politik.
Cara kerja sistem politik berdasarkan input dan output yang
demikian, digambarkan oleh Hoogerwerf sebagai berikut :
MASUKAN (INPUT)
SISTEM
SISTEM
Sistem EKONOMI
TEKNIS
Budaya Politik
Struktur Politik
UMPAN BALIK
Dampak kebijaksanaan pemerintah
Politik
UMPAN BALIK
5
dan perkembangan sistem politik dari berbagai negara yang disesuaikan
sebagai berikut :
6
Identitas Primordial Bersifat Bersatu Campur
Bersama (sara). sakral. dalam tangan
Pemimpin Ideologi perbedaan. pemerintah
lam-bang sebagai begitu luas.
kebersama- agama
an. politik.
7
e. Perbandingan lembaga-lembaga politik.
3. Partai-partai, Golongan-golongan (groups) dan Pendapat Umum :
a. Partai-partai Politik
b. Golongan-golongan dan Asosiasi-asosiasi
c. Partisipasi warga negara dalam pemerintah dan administrasi
d. Pendapat umum
4. Hubungan Internasional :
a. Politik Internasional
b. Organisasi-organisasi dan Administrasi Internasional
c. Hukum Internasional
Nama
No Sistem Uraian/Keterangan
Politik
a. Demokrasi Demokrasi Politik adalah suatu sistem di mana ada
Politik kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang
berfungsi. Kekuasaan legislatif dipiliih secara
periodik dalam pemilu yang bebas. Badan tersebut
mengontrol eksekutif. Terdapat macam-macam
kelompok dengan kepentingan yang sama yang
otonom, partai-partai politik, dan sarana-sarana yang
bebas untuk pembentukan pendapat/opini.
8
peraturan. Tidak ada tempat untuk oposisi. Sebagai
pelaksanaan kekuasaan tergantung kepada birokrasi
yang ada. Kekuasaan yudikatif tidak bebas lagi.
Militer dan politik bekerja menumpas gerakan di
bawah tanah. Kampanye dari nasional dan
melancarkan proyek-proyek pembangunan.
9
c. Sebagian besar orang dewasa dapat ikut serta dalam proses
pemilihan, baik sebagai pemilih maupun sebagai calon untuk
menduduki jabatan penting.
d. Penduduk memilih ecara rahasia dan tanpa dipaksa.
e. Masyarakat dan pemimpin menikmati hak-hak dasar, seperti
kebebasan berbicara, berkumpul, berorganisasi dan kebebasan
pers. Baik partai politik yang lama maupun yang baru dapat
berusaha untuk memperoleh dukungan.
Penugasan
1 Praktik Kewarganegaraan
Setelah mempelajari materi-materi tentang : Sistem Politik (Pengertian Sistem Politik, Ciri-c
1
............... ........................
............................................................... ......................................................
............... ........................
............................................................... ......................................................
............... ........................
............................................................... ......................................................
............... ........................
1
Fokus Kita :
Struktur adalah suatu cara bagaimana sesuatu itu
disusun/dibangun atau merupakan pola peranan yang kait-mengkait
atau hubungan yang sudah mapan diantara orang seorang dan atau
organisasi. Di dalam suatu situasi, struktur ini relatif mempunyai unsur-
Fokus Kita :
Partai politik sering dianggap sebagai salah satu atribut negara
demokrasi modern, karena diperlukan kehadirannya bagi negara-
negara yang berdaulat. Bagi negara-negara yang merdeka dan
berdaulat, eksistensi partai politik merupakan prasyarat baik
sebagai sarana untuk menyalurkan aspirasi rakyat, juga terlibat
langsung dalam proses penyelenggaraan negara melalui wakil-
1
program-programnya dan menempatkan/mendudukkan anggota-
anggotanya dalam jabatan pemerintah. Suatu partai politik berusaha
untuk memperoleh kekuasaan dengan dua cara; pertama, ikut serta
dalam pelaksanaan pemerintahan secara sah, dengan tujuan bahwa
dalam pemilu memperoleh suara mayoritas dalam badan legislatif.
Dan kedua, mungkin bekerja secara tidak sah/melakukan subversib
untuk memperoleh kekuasaan tertinggi dalam negara yaitu melalui
revolusi atau coup d`etat.
Berdasarkan perjalanan sejarah kehidupan partai politik di
Indonesia, secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Masa Pra Kemerdekaan
Organisasi modern pertama di Indonesia yang melakukan
perlawanan terhadap penjajah (tidak secara fisik) adalah Budi
Utomo yang di dirikan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908. Pada
awalnya, organisasi ini berkembang di kalangan pelajar dalam
bentuk studieclub dan organisasi pendidikan. Namun dalam
perkembangan berikutnya menjadi partai-partai politik yang
didukung kaum terpelajar dan massa buruh tani.
Berikut adalah partai-partai yang berkembang sebelum
kemerdekaan dengan tiga aliran besar, yaitu Islam, Nasionalis, dan
Marxisme/Komunisme.
No Nama Parpol Uraian / Keterangan
1. Sarekat Islam Partai Sarekat Islam (SI) dianggap pelopor
(1912), partai yang beraliran Islam. Hal yang
Muhammadiy menarik dari partai SI, adalah mampu
ah (1912) mengidentifikasi dirinya dengan aspirasi
politik Bumi Putera untuk memperjuangkan
kemerdekaan.
2. PKI (1921) Partai yang bercorak ideologi
Marxisme/Komunisme, awalnya berhasil
mempengaruhi massa rakyat dengan
memperke-nalkan analisa Lenin dan Bucharin
tentang imperalisme sebagai tingkat terakhir
dari kapitalisme. PKI awalnya mencoba
mempelopori perjuangan anti kolonialisme
/imperialisme. Namun pada tahun 1926-1927
kehilangan simpati rakyat setelah melakukan
pemberontakan berdarah.
3. Indische Merupakan partai yang beraliran
Partij (1912), nasionalisme dengan perjuangan utama
PNI (1927) adalah untuk mencapai kemerdekaan dari
,Partai kolonialisme/imperialisme bangsa penjajah.
Indonesia Golongan nasionalis yang dipersonifikasikan
(1931), Partai dengan Sukarno-Hatta, dianggap sebagai
Ra-kyat rival utama golongan Islam karena digerakan
Indonesia/ oleh kaum terpelajar yang berasal dari
PRI (1930), berbagai agama dan golongan. Dilihat dari
Partai pengikutnya, merupakan runner up dari
Indonesia setelah golongan Islam, kendatipun tokoh-
1
Raya/ tokohnya belum melebihi dari golongan Islam
Parindra sekaliber Mohammad Natsir.
(1931).
1
pembangunan ekonomi dan rawannya keamanan, karena perhatian
lebih ditujukan pada pembenahan bidang politik.
Melihat konflik yang berkepanjangan di tubuh Badan Konstituante
dalam merumuskan UUD yang bersifat tetap tidak segera terwujud,
mendorong Presiden Soekarno menggunakan kekuasaan ekstra-
konstitusional dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang selanjutnya
melahirkan demokrasi terpimpin. Dalam kurun waktu 1959 – 1965,
tampak antara Soekarno, PKI dan TNI AD saling bersaing, sementara
itu partai politik lain kurang menunjukkan aset yang berarti dalam
percaturan politik.
Fokus Kita :
Pemilu Tahun 1955, mengangkat posisi NU dan PKI ke
panggung politik dan mendesak PSI ke luar, karena partai ini sangat
merosot dalam perolehan suara. Karena tidak ada partai yang
mayoritas dalam pemilu, membuka peluang adanya koalisi. Kondisi
semacam ini menjadi salah satu penyebab sering terjadinya
pergantian kabinet, dalam bahasa Orde Baru tidak mungkin
1
9. Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), dan
10. Partai Islam Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah)
Hasil Pemilu 1971, menunjukkan kemenangan Golkar yang diikuti
oleh Parmusi, NU, dan PNI. Khusus untuk kemenangan Golkar, tidak
lepas dari jasa ABRI yang dibantu oleh pemerintah. Dalam
perkembangan lebih lanjut, pemerintah melakukan penyederhanaan
partai politik secara melembaga melalui proses fusi ; partai yang
berbasis Islam (NU, Parmusi, PSII, dan Partai Islam) menjadi Partai
Persatuan Pembangunan (PPP); partai yang berbasis sosialis dan
nasionalis (Parkindo, Partai Katolik, PNI, Murba dan IPKI) menjadi
Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Selanjutnya, dengan
diberlakukannya UU No.3 Tahun 1975 maka pemilu 1977 dan 1982
hanya 3 (tiga) peserta yang masing-masing mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
1. PPP dengan ciri ke-Islaman dan ideologi Islam
2. Golkar dengan ciri kekaryaan dan keadilan sosial
3. PDI dengan ciri demokrasi, kebangsaan (nasionalisme) dan
keadilan.
1
5. 1992 16.624.647 (62) 66.599.331 14.565.556 (56)
(282)
6. 1997 25.340.028 (89) 84.187.907 3.463.225 (11)
(325)
Data diambil dari Lembaga
Pemilihan Umum (LPU).
1
23. Partai Amanat Nasional 37 Partai Daulat Rakyat
24. (PAN) . Partai Cinta Damai
25. Partai Rakyat Demokrat 38 Partai Keadilan dan
(PRD) . Persatuan (PKP)
Partai Syarikat Islam Partai Solideritas Pekerja
Indonesia 1905 39 Seluruh Indonesia (SPSI)
Partai Katolik Demokrat . Partai Nasional Bangsa
Partai Pilihan Rakyat (Pilar) 40 Indonesia
Partai Rakyat Indonesia . Partai Bhineka Tunggal Ika
(PARI) 41 Partai Solideritas Uni
Partai Politik Islam Masyumi . Nasional Indonesia (SUNI)
Partai Bulan Bintang (PBB) 42 Partai Nasional Demokrat
Partai Solideritas Pekerja . (PND)
Partai Keadilan 43 Partai Ummat Muslimin
Partai Nahdlatul Ulama . Indonesia
Partai Pekerja Indonesia
44
.
45
.
46
.
47
.
48
.
1
saja punya wakil di DPR atau DPRD. Fenomena khas Indonesia itu bisa
dipahami karena kedua pemilu itu merupakan pemilu masa transisi.
Mestinya, ketentuan ambang batas diterapkan secara konsekuen,
parpol yang tidak memenuhinya tidak bisa mengirimkan wakilnya duduk
di lembaga legislatif dan itu diberlakukan dipusat ataupun di daerah. Cara
itu sekaligus akan menegaskan adanya parpol dengan basis lokal (political
party with local base). Secara tidak langsung, prinsip itu juga akan
memangkas egoisme elite karena adanya “paksaan” berkoalisi dengan
parpol lain. Parpol yang lolos ambang bataspun mesti terbuka
menampung kader berkualitas dari parpol yang tidak lolos ambang batas.
Priyo menyebutkan, penyederhaan parpol bisa dimulai dengan
penetapan sistem pemilu. Sistim distrik memang memungkinkan
penyederhanaan lebih cepat. Namu bisa juga diintrodusir larangan
membentuk parpol baru, kecuali untuk daerah khusus. Ketua Partai
Demokrat Anas Urbaningrum secara terpisah menyebutkan, electoral
threshold yang cocok di Indonesia adalah untuk seleksi pemilu berikutnya,
bukan pola hilangnya kursi bagi parpol yang tidak memenuhi ambang
batas itu. Pola ambang batas dengan hilangnya kursi kurang cocok
dengan asas representasi karena kursi di lembaga legislatif merupakan
perwujudan dari perolehan suara.
Fokus Kita :
Suatu kelompok kepentingan, adalah “setiap organisasi yang
berusaha mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah tanpa, pada
waktu yang sama, berkehendak memperoleh jabatan publik”.
1
a. Kelompok Anomik
Kelompok-kelompok anomik ini terbentuk di antara unsur-unsur
dalam masyarakat secara spontan dan hanya seketika, dan karena
tidak memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur,
kelompok ini sering bertumpang tindih (overlap) dengan bentuk-
bentuk partisipasi politik non-konvensional, seperti demonstrasi,
kerusuhan, tindak kekerasan politik dan sebagainya. Tetapi kita
harus hati-hati menilai, sebab seringkali yang nampak anomik itu
kadang-kadang merupakan tindakan yang direncanakan secara
teliti oleh kelompok kepentingan yang terorganisir.
b. Kelompok Non-Assosiasonal
Kelompok kepentingan non-asosiasional, biasanya jarang yang
terorganisir rapi dan kegiatannya bersifat kadang kala. Ini
mungkin berwujud kelompok-kelompok keluarga dan keturunan
atau etnik, regional, status dan kelas yang menyatakan
kepentingan secara kadang kala melalui individu-individu, klik-klik,
kepala keluarga atau pemimpin agama, dan semacam itu.
Misalnya, keluhan dari delegasi informal suatu kelompok linguistik
mengenai bahasa pengantar di sekolah, permintaan dari beberapa
tuan tanah kepada seorang birokrat dalam suatu klub sosial
informal tentang tarif hasil pertanian dan sebagainya.
Pertemuan-pertemuan sosial, pesta-pesta tidak resmi, dan
semacamnya seringkali menciptakan situasi yang memungkinkan
pembicaraan tawar-menawar (bargaining) antara para pembuat
keputusan dan kelompok-kelompok warga negara yang memiliki
kepentingan yang sama.
c. Kelompok Institusional
Organisasi-organisasi seperti partai politik, korporasi bisnis,
badan legislatif, militer, birokrasi, dan gereja seringkali
mendukung kelompok kepentingan institusional atau memiliki
anggota-anggota yang khusus bertanggung jawab melakukan
kegiatan lobbying. Kelompok ini bersifat formal dan memiliki
fungsi-fungsi politik atau sosial lain di samping artikulasi
kepentingan. Tetapi, baik sebagai badan hukum maupun sebagai
kelompok-kelompok lebih kecil dalam badan hukum itu (seperti
fraksi-fraksi badan legislatif, klik-klik perwira, departemen, dan
klik-klik ideologis dalam birokrasi). Kelompok semacam ini bisa
menyatakan kepentingannya sendiri maupun mewakili kepentingan
dari kelompok-kelompok lain dalam masyarakat. Bila kelompok-
kelompok kepentingan institusional sangat berpengaruh, biasanya
akibat dari basis organisasinya yang kuat.
Klik-klik militer, kelompok-kelompok birokrat, dan pemimpin-
pemimpin partai sangat dominan di negara-negara belum maju, di
mana kelompok kepentingan asosiasional sangat terbatas
jumlahnya atau tidak efektif. Misalnya, di banyak negara baru di
Asia dan Afrika pemerintahan hasil pemilihan umum seringkali
dijatuhkan dan diganti oleh rezim-rezim militer otoriter.
d. Kelompok Assosiasonal
2
Kelompok asosiasional meliputi serikat buruh, federasi kamar
dagang atau perkumpulan usahawan dan insdustrialis, paguyuban
etnik, persatuan-persatuan yang diorganisir oleh kelompok-
kelompok agama, dan sebagainya. Secara khas kelompok ini
menyatakan kepentingan dari suatu kelompok khusus, memakai
tenaga staff profesional yang bekerja penuh, dan memiliki
prosedur teratur untuk memustuskan kepentingan dan tuntunan.
Kegiatan politik utama dari kelompok asosiasional antara lain
melakukan tawar menawar (bargaining) di luar saluran-saluran
partai politik dengan pejabat-pejabat pemerintah tentang
peraturan pemerintah dan usul rencana undang-undang di
parlemen. Mereka juga berusaha mempengaruhi opini masyarakat
dengan mengiklankan kampanye-kampanye, misalnya,
penentangan terhadap usaha nasionalisasi perusahaan tertentu.
Pelaksanaan kegiatan kelompok kepentingan di dalam suatu
negara akan sangat bergantung kepada sistem politik pemerintah
dalam hal sistem kepartaiannya. Kiprah suatu kelompok kepentingan,
akan sangat berbeda pada negara yang menganut sistem kepartaian
tunggal dan sistem kepartaian dua partai/ lebih (dwi atau multi parti).
Untuk lebih jelasnya perhatikan pada matrik di bawah ini.
2
wakil-wakil dalam proses
pembuatan keputusan.
2
berseberangan, terutama dari kalangan akademisi, politikus, lembaga
swadaya masyarakat, pengusaha dan sebagainya.
2
Penugasan Praktik Kewarganegaraan
2
mereka biasanya bagaimana agar keputusan politik berupa undang-
undang atau kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh pemrintah lebih
menguntungkan kelompoknya (sekurang-kurangnya tidak merugikan).
Manakala ada rancangan undang-undang/kebijaksanaan atau program
yang merugikan kelompoknya dan menguntungkan kelompok lain,
dengan berbagai cara mereka akan berusaha menghalang-halangi.
Kelompok penekan, kadang-kadang muncul lebih dominan dibanding
dengan partai politik, manakala partai politik peranannya tidak bisa lagi
diharapkan untuk mengangkat isu sentral yang mereka perjuangkan.
Kondisi inilah yang mendorong kelompok penekan tampil kedepan
sebagai alternatif terkemuka. Untuk memperbesar pengaruh, mereka
acapkali berusaha menciptakan image masyarakat yang baik terhadap
kelompoknya, yakni dengan menampilkan program-program
kemasyarakatan berupa aksi sosial, aksi politik guna menumbuhkan
kesadaran politik masyarakat. Tidak jarang mereka menampilkan
aktivitas rekreatif, olahraga dan kepemudaan serta menerbitkan laporan-
laporan kegiatannya dalam media massa. Hal ini dilakukan untuk
menciptakan pendapat umum yang menguntungkan kelompoknya.
Fokus Kita :
Media komunikasi politik apabila disajikan secara komunikatif,
hal ini akan memberi efek bukan saja informatif tetapi juga
komunikan akan mengerti dan tahu serta bersedia menerima suatu
paham atau keyakinan tertentu. Dewasa ini media cetak dan
elektronik kian dituntut terlibat dalam proses demokratisasi yang
tidak hanya sebagai alat artikulasi kepentingan masyarakat, akan
tetapi juga mampu menjadi mitra pemerintah. Oleh sebab itu, posisi
2
seperti pendidikan, kemajuan kebudayaan,
stabilitas politik dan komunikasi massa dianggap
tidak relevan bahkan tergantung pada
perkembangan ekonomi.
2. The Komunikasi media massa mempunyai peranan
Enthusiastic yang menentukan dalam perjuangan mencapai
Positition perdamaian dan kemajuan kemanusiaan dalam
(Pandangan setiap lingkup kegiatan. Bahkan potensi
Antusias) komunikasi massa dianggap sebagai kunci ajaib
bagi seluruh proses pembangunan.
3. The Coutious Komunikasi massa tidaklah terlalu besar
Position pengarusnya (omnipotent) yaitu bahwa
(Pandangan penyebaran pesan-pesan (messages) melalui
Hati-hati) media massa itu tidak menjamin akan timbulnya
perhatian, penelaahan, perubahan sikap atau
tindakan, terhadap pesan itu; dan bahwa faktor
sosial budaya dapat menghalangi, mengaburkan
atau bahkan menghapus sama sekali pesan-pesan
media itu.
4. The Komunikasi massa harus mampu menyesuaikan
Pragmatic diri dengan berbagai macam data dan hipotesa
Posisition dari segala situasi dan kultural. Ia mengakui
(Pandangan bahwa media massa mungkin saja tidak
Pragmatis) berpengaruh, meskipun berpengaruh tetapi
terbatas atau sangat berpengaruh, tergantung
pada kondisi-kondisi yang ada. Ia tidak menolak
kemungkinan efek-efek media yang langsung
maupun tidak langsung melalui orang-orang yang
berpengaruh besar, kemungkinan efek-efeknya
yang segera bisa diukur maupun efek-efek jangka
panjang melalui pertambahan yang hampir-
hampir tidak dapat dilihat.
2
mendorong pemikiran bagaimana memposisikan pers agar tidak terbawa
arus tarik menarik antara kepentingan kekuasaan dan kepentingan
hukum. Dalam konteks semacam ini, menurut Alfian, pengendalian
komunikasi politik bersifat “gelang karet”, seperti tersimpul dalam konsep
“kebebasan pers yang bertanggungjawab”. Kata-kata “bertanggungjawab”
dibelakang kebebasan pers merupakan kewajiban pers terhadap negara,
seperti tercantum dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 1982 tentang
Pokok-Pokok Pers, sehingga dalam pasalnya dinyatakan “Pers mempunyai
hak kontrol, kritik, dan koreksi yang bersifat konstruktif.
Fokus Kita :
Secara umum pengangkatan tokoh-tokoh politik, dilegitimasi
melalui penjelmaan nilai-nilai sebuah sistem, baik sistem otokrasi,
oligarki, monarki, aristokrasi, totaliter maupun demokrasi. Disamping
itu ada tujuan-tujuan lain yang sifatnya terpadu yaitu identifikasi diri,
prestise internasional dan kebangkitan kebudayaan bangsa.
2
kebijaksanaan umum yang akan dike- stratifikasi sosial dan artikulasinya
luarkan, mempercepat atau dengan sistem politik, serta
memperlambat pertumbuhan dan struktur dan perubahan di dalam
perubahan sosial, mempe-ngaruhi peranan-peranan politik yang
distribusi kekuasaan dan prestise berlangsung.
sosial, serta stabilitas sistem itu
sendiri.
2
Supra struktur politik (elit pemerintah), merupakan mesin politik
resmi di suatu negara sebagai penggerak politik formal. Kehidupan
politik pemerintah bersifat kompleks, karena akan bersinggungan
dengan lembaga-lembaga negara yang ada, fungsi dan
wewenang/kekuasaan antara lembaga yang satu dengan lainnya.
Suasana ini pada umumnya dapat diketahui di dalam konstitusi atau
undang-undang dasar dan peraturan perundangan-undangan suatu
negara.
Perihal yang menduduki kekuasaan pada supra struktur politik di
suatu negara, secara umum dapat dilihat berikut ini.
Supra Struktur Politik
Pada Negara Monarki Pada Negara Republik
Kelompok elit pemerintah biasanya Tidak sedikit elit politik bersifat
dikuasi oleh keluarga bangsawan, diktator, karena kekuasaannya
atau oleh suatu kabinet manakala dipegang sendiri atau direkayasa
raja/ratu berperan sebagai lambang untuk memegang jabatan pemerin-
kebesaran atau sebagai alat pemer- tahan. Namun juga banyak yang
satu. Kabinet /dewan menteri dapat bersifat demokratis. Hal ini sangat
dibentuk berdasarkan pemilu atau tergantung pada Konstitusi/UUD-
karena restu raja/ ratu, tergantung nya yang mengatur pemba-gian
tingkat pendemokrasiannya. Raja kekuasaan di suatu negara.
atau ratu sebagai elit politik Lembaga-lembaga kekuasaan
kedudukan-nya adalah turun inilah yang memegang kendali
temurun. pemerintahan dalam arti luas.
2
prosedur yang sedapat mungkin memuaskan semua pihak. Cara-cara
penyelesaian berupa konsultasi, perundingan/negosiasi dan pencairan
alternatif terbaik, melalui musyawarah untuk mufakat merupakan
cara penyelesaian yang sangat menguntungkan semua pihak untuk
menyelesaikan ketegangan.
c. Perubahan-perubahan, dalam arti memiliki
kemampuan adaptasi yang besar untuk menyesuaikan diri dengan
perkembangan-perkembangannya yang terjadi baik di dalam negeri
maupun dalam rangka hubungan internasional yang bersifat
interdependesi dan interrelasi antar negara.
d. Sistem politik harus mampu mewujudkan tujuan
nasional, dalam arti kristalisasi keinginan anggota masyarakat
menjadi tekad yang harus dicapai dan menentukan cara untuk
mencapai tujuan itu. Hal ini bisa berupa Garis-garis Besar Haluan
Negara dan peraturan perundang-undangan lainnya sebagai dasar
yuridis formal dalam upaya meraihnya.
e. Sistem politik harus mampu mengintegrasikan dan
menjamin keutuhan seluruh sistem sosial, karena ancaman, hambatan
terhadap sistem sosial yang berupa rasa ketidakpuasan, keresahan,
ketegangan, perpecahan/disentegrasi merupakan masalah yang harus
diselesaikan oleh sistem politik itu sendiri.
3
Menegakkan kembali demokrasi
yang bertumpu pada partisipasi
aktif rakyat. Pemberian ruang
gerak yang luas terhadap hak-hak
untuk mengeluarkan pendapat
secara lisan maupun tulisan yang
diwujudkan antara lain dalam a. Dikeluarkannya UU No. 2/1999
bentuk : tentang “Partai Politik”.
a. pembentukan partai-partai b. Dikeluarkannya UU No. 9/1998
politik dan organisasi lainnya. tentang “Kemerdekaan
b. Kebebasan unjuk Menyampaikan Pendapat”
rasa/demonstrasi dalam
a. Dikeluarkannya Ketetapan MPR
menyampaikan aspirasi.
No.IX/ MPR/1998 tentang
Menciptakan pemerintahan yang “Penyelenggaraan Negara yang
bersih, berwibawa, dan bersih dan bebas KKN”.
bertanggung jawab dengan cara : b. Keluarnya UU No. 5/1999
a. bersih dari praktik-praktik tentang “Pega-wai Negeri yang
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme menjadi anggota Partai Politik”.
(KKN).
b. memberikan pelayanan
kepada masyarakat secara adil
dan merata.
3
3. Pendekata Pendekatan ini diliihat dari pendidikan dan
n Kultural / budaya masyarakatnya. Suatu masyarakat yang
Budaya anggota-anggotanya telah terdidik dan
mempunyai budaya yang tinggi akan berpengaruh
terhadap suatu sistem politik dari negara
tersebut. Suatu masyarakat yang pendidikan dan
budayanya masih rendah akan merupakan
hambatan untuk dibawa ke arah pengembangan
suatu sistem politik yang modern.
3
demokratif atau kediktatoran.
3
pandangan politik sekarang, merupakan
pencerminan sikap yang mereka pelajari semasa
kanak-kanak dan sikap-sikap yang berkembang
sesudah dewasa.
3
pemerintah maupun masyarakat demi jaminan
keamanan dan kesejahteraan bersama.
3
2. Kondisi Pada masyarakat Cina tradisional, lembaga-
Sosiologis lembaga sosial yang dominan adalah keluarga;
setiap individu harus menyesuaikan tindakan-
tindakan mereka demi pemeliharaan dan
kemakmuran unit itu. Mereka mengakui
wewenang kekuasaan para pemimpinnya atas
tingkah laku sosial mereka. Wewenang kekuasaan
politik, pada tingkat apapun, adalah lebih tinggi
daripada tuntutan unsur-unsur dalam masyarakat.
Kesetiaan harus diarahkan pada kepentingan
kolektif dan bukan pada ikatan-ikatan pribadi.
3
dayanya sendiri demi mencapai tujuannya.
3
komunisme, menetapkan persamaan hukum antara laki-laki dan
wanita, melaksanakan pendidikan umum dan membangun jaringan
komunikasi. Jaringan komunikasi yang mencakup berbagai jenis dan
isi pesan (message), merupakan usaha partai atau negara secara
resmi yang isinya dan pengelolaannya dikendalikan oleh para
penguasa pusat.
Sebagian besar jaringan komunikasi sangat dipengaruhi oleh
ideologi resmi yang merupakan mekanisme penyatuan bagi yang
menyetujui dan yang tidak menyetujui. Jaringan komunikasi lebih
banyak ditujukan kepada elite atau sub-elite yang memahami
perbincangan ideologi dan merasa ikut bertanggung jawab
menerapkannya, menurut kondisi masing-masing daerah kepada
seluruh rakyat. Sistem komunikasi merupakan alat komunikasi yang
paling efektif dalam memperluas pengetahuan tentang politik dan
meningkatkan kepekaan terhadap soal-soal politik.
Penguasa komunis juga berupaya mengikutsertakan setiap
warganya dalam kegiatan politik secara teratur dan terorganisir,
terutama melalui gerakan-gerakan masa, perwakilan tingkat rendah,
keanggotaan dalam organisasi masa, dan partisipasi dalam
pengelolaan unit-unit produksi dan unit-unit pemukiman. Untuk
kepentingan kaderisasi calon-calon pemimpin komunis, dilakukan
rekruitmen aktivis, kader dan anggota partai. Mereka diambil dari
organisasi partaim lokal dan para aktivis dilingkungn kekuasaan.
Masuk menjadi anggota PKC merupakan tindakan yang menentukan
dalam rekruitmen politik yang pada gilirannya akan memperoleh
promosi dan kekuasaan.
3
keterbelakangan dalam berbagai bidang
kehidupan. Masyarakat Indonesia yang multi
bangsa, agama, ras dan antar golongan telah
dipersatukan dalam kesatuan politik dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Sangat disadari
bahwa banyaknya perbedaan akan membawa
konsekuensi terjadinya konflik sosial vertikal
maupun horizontal. Dengan demikian, upaya
saling menghormati dan kerja sama dalam
membangun kerukunan hidup penting untuk
ditegakkan.
4
atau Pancasila, akan selalu dikaitkan dengan proses
Ideologi politik dalam pengaturan penyelengga-raan
yang pemerintahan negara yang meliputi bidang
diterapkan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan keamanan. Hal ini akan dituangkan di
dalam konstitusi negara dan peraturan
perundang-undangan lainnya. Dalam struktur
politik, Pancasila menjadi sumber segala sumber
hukum yang berarti semua peraturan perundang-
undangan harus bersumber pada Pancasila.
4
a. Pelaksanaan demokrasi harus berdasarkan Pancasila sebagaimana
disebut di dalam Pembukaan UUD 1945, serta penjabarannya
dalam Batang Tubuh dan Penjelasan UUD 1945.
b. Demokrasi ini harus menghargai dan melindungi hak-hak asasi
manusia.
c. Pelaksanaan kehidupan ketatanegaraan harus berdasarkan atas
kelembagaan (institusional). Melalui kelembagaan ini diharapkan
segala sesuatunya dapat diselesaikan melalui saluran-saluran
tertentu sesuai dengan UUD 1945.
d. Demokrasi ini harus bersendi atas hukum sebagaimana dijelaskan
di dalam penjelasan UUD 1945.
Menurut Dardji Darmadiharjo, Demokrasi Pancasila adalah
paham demokrasi yang bersumber pada kepribadian dan falsafah
hidup Bangsa Indonesia yang perwujudannya seperti dalam
Pembukaan UUD 1945. Makna demokrasi Pancasila pada dasarnya
adalah perluasan keikutsertaan rakyat dalam berbagai kehidupan
bermasyarakat dan kehidupan bernegara yang ditentukan dalam
peraturan perundangan yang berlaku. Aturan permainan dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara diatur secara melembaga.
Keinginan-keinginan rakyat dapat disalurkan, baik melalui lembaga-
lembaga negara (suprastruktur) maupun melalui organisasi politik,
organisasi masa, dan media politik lainnya (infrastruktur).
Demokrasi Pancasila tidak hanya meliputi demokrasi dibidang
pemerintahan atau politik (demokrasi dalam arti sempit), tetapi juga
telah berkembang menjadi demokrasi dalam arti yang luas, yaitu
meliputi berbagai sistem dalam masyarakat, seperti sistem politik
ekonomi, sosial dan sebagainya.
Sistem politik Demokrasi Pancasila menghargai nilai-nilai
musyawarah. Oleh karena itu, kita pun harus memahami bagaimana
tata cara bermusyawarah sebagai berikut:
a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat;
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain;
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama;
d. Musyawarah harus diliputi oleh semangat kekeluargaan;
e. Dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab menerima dan
melaksanakan keputusan musyawarah;
f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur;
g. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia, serta nilai-nilai kebenaran dan
keadilan.
Adapun tata cara musyawarah dalam berbagai kehidupan harus
mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Musyawarah bersumber pada paham kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
b. Setiap putusan yang diambil harus selalu dapat
dipertanggungjawabkan dan sama sekali tidak boleh bertentangan
dengan Pancasila dan UUD 1945 beserta penjelasan.
4
c. Setiap peserta musyawarah mempunyai hak dan kesempatan yang
sama dalam mengeluarkan pendapat.
d. Hasil musyawarah atau setiap putusan, baik sebagai hasil mufakat
maupun berdasarkan suara terbanyak harus diterima dan
dilaksanakan.
e. Apabila cara musyawarah untuk mufakat tidak dapat
mempertemukan pendapat yang berbeda dan hal ini sudah
diupayakan berkali-kali maka dapat digunakan cara lain, misalnya
cara pengambilan dengan keputusan suara terbanyak (voting).
Cara pengambilan suara terbanyak (voting) dalam demokrasi
Pancasila dilakukan dengan persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
a. Jika jalan musyawarah untuk mufakat sudah ditempuh secara
maksimal, tetapi tidak berhasil mencapai mufakat.
b. Musyawarah untuk mufakat tidak mungkin diusahakan lagi karena
terjadi perbedaan pendapat dan pendirian yang tidak mungkin lagi
ditemukan atau didekatkan.
c. Karena faktor waktu yang mendesak sehingga harus segera
diambil keputusan.
d. Sebelum dilakukan voting kepada semua peserta rapat diberikan
kesempatan untuk mempelajari pendirian-pendirian atau pendapat-
pendapat yang berbeda itu.
e. Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak adalah sah
jika diambil dalam rapat yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya
2/3 (dua pertiga) jumlah anggota rapat (quorum) dan disetujui oleh
lebih dari separuh jumlah anggota yang hadir memenuhi quorum.
Setiap peserta musyawarah hendaknya menyadari bahwa yang
menjadi tugas utamanya bukan sekadar ikut musyawarah, melainkan
turut bertanggungjawab atas terlaksananya semua keputusan
musyawarah. Adapun nilai-nilai luhur yang terkandung dalam setiap
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
a. Legawa atau berlapang dada, artinya bahwa setiap peserta
musyawarah harus secara sadar menerima dan melaksanakan
keputusan musyawarah itu dengan sepenuh hati.
b. Religuis, artinya bahwa hasil musyawarah itu harus dapat
dipertanggung jawabkan secara moral terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
c. Tenggang rasa, artinya bahwa dalam pelaksanaan musyawarah
setiap peserta harus mau mendengarkan pendapat orang lain
walaupun pendapatnya tersebut kurang berkenan dengan
pendapat kita.
d. Keadilan, artinya bahwa dalam pengambilan keputusan hendaknya
setiap peserta musyawarah diperlakukan secara adil. Maksudnya,
seluruh peserta diikutsertakan secara layak sebagai peserta
lainnya.
e. Kemanusiaan, artinya bahwa keputusan yang diambil hendaknya
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia jangan sampai
merendahkan martabat manusia.
Berikut aspek - aspek yang terkandung dalam Demokrasi Pancasila
yaitu sebagai berikut :
4
a. Aspek formal
yaitu aspek yang mempersoalkan proses dan cara rakyat dalam
menunjuk wakil-wakil dalam badan-badan perwakilan rakyat dan
pemerintahan serta cara mengatur permusyawaratan wakil-wakil
rakyat secara bebas, terbuka dan jujur untuk mencapai konsensus
bersama.
b. Aspek materiil
yaitu aspek yang mengemukakan gambaran manusia dan
mengakui harkat dan martabatnya dan menjamin terwujudnya
Indonesia sesuai dengan gambaran, harkat, dan martabat manusia.
c. Aspek normatif (kaidah)
yaitu aspek yang mengungkapkan seperangkat norma-norma atau
kaidah-kaidah yang menjadi pembimbing dan kriteria dalam
mencapai tujuan kenegaraan.
Dalam Demokrasi Pancasila terdapat beberapa norma penting yang
harus diperhatikan, yaitu keterbukaan, keadilan, dan kebenaran.
Ketiga norma tersebut dapat menjadi aturan permainan dalam
melaksanakan Demokrasi Pancasila yang harus ditaati oleh siapapun.
Selain itu, norma tersebut harus didukung oleh aspek-aspek sebagai
berikut :
1. Aspek Optatif
Aspek ini mengetengahkan tujuan atau keinginan yang hendak
dicapai. Tujuan ini meliputi tiga hal, yaitu terciptanya negara
hukum, negara kesejahteraan, dan negara kebudayaan.
2. Aspek Organisasi
Aspek ini mempersoalkan organisasi sebagai wadah pelaksanaan
Demokrasi Pancasila. Wadah tersebut harus cocok dengan tujuan
yang hendak dicapai. Organisasi ini meliputi organisasi sistem
pemerintahan atau lembaga-lembaga negara dan organisasi-
organisasi sosial politik di masyarakat.
3. Aspek Kejiwaan
Aspek kejiwaan dalam Demokrasi Pancasila ialah semangat, yakni
semangat para penyelenggara negara dan semangat para
pemimpin pemerintahan. Dalam jiwa Demokrasi Pancasila dikenal
beberapa aspek kejiwaan, yaitu :
a. Jiwa Demokrasi Pancasila pasif, yakni hak untuk mendapat
perlakuan secara Demokrasi Pancasila.
b. Jiwa Demokrasi Pancasila aktif, yakni jiwa yang mengandung
kesediaan untuk memperlakukan pihak lain sesuai dengan hak-
hak yang diberikan oleh Demokrasi Pancasila;
c. Jiwa Demokrasi Pancasila nasional, yakni jiwa objektif dan
masuk akal tanpa meninggalkan jiwa kekeluargaan dalam
pergaulan masyarakat;
d. Jiwa pengabdiaan, yakni kesediaan berkorban demi menunaikan
tugas jabatan yang dipangkunya dan jiwa kesediaan berkorban
untuk sesama manusia dan warga negara.
4
d. Penerapan Prinsip-Prinsip Demokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila pada hakikatnya demokrasi yang bercorak
khas Indonesia, yang penerapannya dijabarkan dalam :
Pemerintahan Berdasarkan Hukum.
Demokrasi Pancasila menghendaki suatu pemerintahan yang
benar-benar menjunjung tinggi hukum (Rechtstaate) dan bukan
berdasarkan kekuasaan belaka (Machstaate). Dengan demikian,
segala tindakan atau kebijaksanaan harus berdasarkan pada
hukum yang berlaku.
Perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia
Hak asasi menusia merupakan hak-hak yang dianugerakan
Tuhan kepada manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya. Konstitusi
negara Republik Indonesia memberikan jaminan atas
pelaksanaan hak-hak manusia yang dituangkan dalam
Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945, ketetapan MPR RI
No. XVII/MPR/1998 tentang hak asasi manusia, Undang-Undang
No. 39 Tahun 1999, dan Undang-Undang No. 26 tentang
Peradilan HAM.
Pengambilan Keputusan Berdasakan Musyawarah
Prinsip ini sudah membudaya, baik dalam kehidupan
bermasyarkat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu,
dalam setiap pengambilan putusan diusahakan melalui
musyawarah untuk mencapai mufakat. Jika musyawarah tidak
tercapai, putusan diambil berdasarkan suara terbanyak (voting).
4
tersebut harus berdasarkan permusyawaratan perwakilan.
Dengan demikian, rakyat tidak secara langsung mengatur
negara, melainkan melalui wakil-wakilnya. Wakil-wakil rakyat
tersebut memusyawarahkan segala sesuatu yang menyangkut
masalah kenegaraan. Untuk pengisian wakil-wakil rakyat yang
akan duduk dalam lembaga perwakilan rakyat (MPR, DPR, DPD,
dan DPRD), dilakukan melalui cara pemilihan umum. Pemilihan
umum telah diatur dalam UU No 12 Tahun 2003 tentang
pemilihan umum. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
pemilihan umum merupakan perwujudan dari demokrasi
Pancasila.
Penugasan
4 Praktik Kewarganegaraan
Setelah mempelajari materi-materi tentang : Sistem Politik di Berbagai Negara (Negara Inggr
4
1. Berikan penjelasan singakt, apa sajakah perbedaan pokok dalam
menentukan cara bekerjanya sistem politik sebagai berikut :
Cara
No Uraian Singkat
Kerja
...............................................................................
Sosial ....................................
1.
Politik ...............................................................................
....................................
...............................................................................
Rekruitm ....................................
2.
en Politik ...............................................................................
....................................
...............................................................................
Komunik ....................................
3.
asi Politik
...............................................................................
....................................
4
patuh kepada peraturan perundangan dan disiplin dalam
kehidupan sehari-
hari ! ..................................................................................................
.....
............................................................................................................
................................................
............................................................................................................
................................................
Fokus Kita :
Dengan partisipasi politik, kita mengacu pada semua aktivitas
yang sah oleh semua warga negara yang kurang lebih langsung
dimaksudkan untuk mempengaruhi pemilihan pejabat
pemerintahan dan/ atau tindakan-tindakan yang mereka ambil.
Beberapa pengertian Partisipasi Politik menurut para ahli :
1) Herbert Mc. Closky, dalam “International Encyclopedia of
The Social Science”
Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga
masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses
pemilihan penguasa dan secara langsung, dalam proses
pembentukan kebijaksanaan umum.
4
2) Norman H. Nie dan Sidney Verba, dalam “Handbook of
Political Science”
Partisipasi politik adalah kegiatan pribadi warga negara yang legal
yang sedikit banyak langsung bertujuan untuk mempengaruhi
seleksi pejabat-pejabat negara dan/atau tindakan-tindakan yang
diambil oleh mereka.
3) Prof. Miriam Budiardjo, dalam “Dasar-Dasar Ilmu Politik”
Partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang dalam partai
politik. Partisipasi politik mencakup semua kegiatan sukarela
melalui mana seseorang turut serta dalam proses pemi-lihan
pemimpin-pemimpin politik dan turut serta – secara langsung atau
tak langsung – da-lam pembentukan kebijaksanaan umum.
KONVENSIONAL NON-KONVENSIONAL
Pemberian Suara (voting) Pengajuan petisi
Diskusi politik Berdemonstrasi
Kegiatan kampanye Konfrontasi
Membentuk dan bergabung Mogok
dalam kelompok Kepentingan. Tindak kekerasan politik terhadap
Komunikasi individual dengan harta benda; perusakan,
pejabat politik/administratif. pemboman, pembaka-ran.
Tindak kekerasan politik terhadap
manu-sia ; penculikan,
pembunuhan, perang gerilya
/revolusi.
Dalam hal partisipasi politik, Rousseau menyatakan bahwa hanya
melalui partisipasi seluruh warga negara dalam kehidupan politik
secara langsung dan berkelanjutan, maka negara dapat terikat ke
dalam tujuan kebaikan sebagai kehendak bersama.
Berbagai bentuk partisipasi politik tersebut dapat dilihat dari
berbagai kegiatan warga negara yg mencakup antara lain :
a. Terbentuknya organisasi-organisasi politik maupun organisasi
masyarakat sebagai bagian dari kegiatan sosial, sekaligus sebagai
penyalur aspirasi rakyat yang ikut menentukan kebijakan negara.
b. Lahirnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai kontrol
sosial maupun pemberi input terhadap kebijakan pemerintah.
c. Pelaksanaan pemilu yang memberi kesempatan kepada warga
negara untuk dipilih atau memilih, misalnya : berkampanye,
menjadi pemilih aktif, menjadi anggota perwakilan rakyat, menjadi
calon presiden yang dipilih langsung, dan sebagainya.
4
d. Munculnya kelompok-kelompok kontemporer yang memberi
warna pada sistem input dan output kepada pemerintah, misalnya :
melalui unjuk rasa, petisi, protets, demonstrasi, dan sebagainya.
Fokus Kita :
Bentuk-bentuk dan frekuensi partisipasi politik dapat dipakai
sebagai ukuran untuk menilai stabilitas sistem politik, integritas
kehidupan politik, kepuasan/ketidakpuasan warga negara.
Dari berbagai aktivitas-aktivitas ini, kita bisa melihat keberagaman
aktivitas dalam partisipasi politik. Dalam hal yang paling sederhana
hingga yang kompleks, dari bentuk-bentuk yang mengedepankan
kondisi damai sampai tindakan-tindakan kekerasan. Namun seluruh
aktivitas ini termasuk dalam kerangka partisipasi politik, setiap
tindakan yang berhadapan dengan pembuat dan pelaksana lebijakan,
dan partisipan terlibat untuk mempengaruhi jalannya proses tersebut
agar sesuai kepentingan dan aspirasinya.
Di tingkat individu, secara lebih spesifik Milbrath M.L. Goel
mengidentifikasi tujuh bentuk partisipasi politik individual:
5
melakukan sesuatu yang salah, menghadapi
pertemuan-pertemuan protes, menolak
mematuhi aturan-aturan.
Pejabat
Menghadiri
Petugas umum,
kampanye,
rapat
(Menyimpang)
pejabat
umum,
aktif
Orang
parpol
dalam
anggota
Partisipan
Pengamat
Aktivis Yang
sepenuh
parpol/kelompok
kelompok
apolitis
waktu,
kepentingan,
pimpinan
kepentingan,
kelompok
usahaaktif
meyakinkan
kepentingan
dalam proyek-proyek
orang, memberikan
sosial suara dal
Pembunuh politik, teroris, pembajak
5
Berdasarkan piramida partisipasi politik, bisa ditemukan tentang
tingkatan partisipasi politik memiliki kesusaian. Semakin tinggi
tingkat partisipasi politik, semakin tinggi tingkat intensitasnya, dan
semakin kecil luas cakupannya. Sebaliknya, semakin menuju ke
bawah, maka semakin semakin besar lingkup partisipasi politik dan
semakin kecil intensitasnya.
Tingkatan Pengamat
Pada tingkat pengamat, seperti menghadiri rapat umum,
memberikan suara dalam pemilu, menjadi anggota kelompok
kepentingan, mendiskusikan masalah politik, perhatian pada
perkembangan politik, dan usaha meyakinkan orang lain,
merupakan contoh-contoh kegiatan yang banyak dilakukan oleh
warga negara, artinya proporsi atau lingkup jumlah orang yang
terlibat di dalamnya tinggi.
Namun tidak demikian dengan intensitas partisipasi politiknya,
terutama kalau dikaitkan dengan arti pentingnya bagi sistem
politik, praktik-praktik tersebut pengaruhnya rendah atau tingkat
efektifitasnya dalam mempengaruhi kebijakan yang dibuat
pemerintah, membutuhkan waktu dan sumber daya yang cukup
banyak.
Tingkatan Aktivis
Pada kategori aktivis, para pejabat umum, pejabat partai penuh
waktu, pimpinan kelompok kepentingan merupakan pelaku-pelaku
politik yang memiliki intensitas tinggi dalam berpartisipasi politik.
Mereka memili akses yang cukup kuat untuk melakukan contacting
dengan pejabat-pejabat pemerintah, sehingga upaya-upaya untuk
mempengaruhi pembuatan kebijakan pemerintah menjadi sangat
efektif.
Terutam bagi pejabat umum, secara politis mereka memiliki
peluang yang cukup kuat dalam mempengaruhi kebijakan politik
yang dibuat pemerintah, bahkan secara individual bisa
mempengaruhi secara langsung. Namun warga negara yang
terlibat dalam praktik-praktik partisipasi politik di tingkatan aktivis
jumlahnya terbatas, hanya diperuntukkan bagi sejumlah kecil
orang (terutama elit politik), yang memiliki kesempatan untuk
terlibat dalam proses politik dengan mekanisme dan kekuatan
pengaruh seperti ini.
Kegiatan partisipasi politik ditingkat aktivis bukan saja
ditempuh dengan cara-cara yang formal-prosedural atau mengikuti
aturan yang ditetapkan. Dapat juga ditempuh dengan cara-cara
non-formal, tidak mengikuti jalur yang ditetapkan secara hukum,
bahkan sampai tindakan kekerasan. Tindakan yang dilakukan bisa
berupa pembunuhan, tindakan-tindakan terorisme nasional dan
internasional, dan pembajakan.
Tingkatan atau hierarki yang terdapat pada parisipasi politik,
sangat tergantung dari akibat yang disebabkannya terhadap sistem
5
politik. Tingkatan partisipasi politik ini disampaikan sebagai
berikut:
a. Menduduki jabatan politik atau administratif.
b. Mencari jabatan politik atau administratif.
c. Keanggotaan aktif suatu organisasi politik.
d. Keanggotaan pasif suatu organisasi politik.
e. Keanggotan aktif suatu organisasi semu politik (quasi-
political ).
f. Keanggotan pasif suatu organisasi semu politik (quasi-
political ).
g. Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dan
sebagainya.
h. Partisipasi dalam diskusi politik informal minat dalam
bidang politik.
i. Voting (pemberian suara).
Fokus Kita :
Tingkatan partisipasi politik, mencerminkan kapasitas
partisipan dalam berpartisipasi politik. Semakin tinggi tingkatan
yang ditempati oleh seseorang atau sekelompok orang, maka
semakin tinggi pula tingkatan parisipasi politiknya. Namun tidak
demikian dengan lingkup partisipasi politiknya, semakin tinggi
Voting merupakan tingkatan partisipasi politik terendah, yang
membedakan satu tingkat di atas orang yang apatis total,
sementara di atasnya terdapat orang atau sekelompok orang yang
sering terlibat dalam diskusi-diskusi politik informal, yang dalam
lingkup atau proporsinya lebih rendah namun intensitasnya lebih
tinggi. Posisi puncak diduduki oleh warga negara yang menduduki
jabatan politik atau administratif, maka terseleksi dengan cukup
ketat sehingga jumlahnya relatif sedikit namun memiliki posisi
yang cukup kuat untuk terlibat lebih jauh dalam proses-proses
politik dan aktivitas-aktivitas tersebut memiliki akibat yang cukup
kuat terhadap sistem politik.
5
HIRARKI PARTISIPASI POLITIK
Menurut THALHA HI ABU
5
Para pemimpin politik berkompetisi merebutkan kekuasaan.
Sesungguhnya apa yang mereka lakukan adalah dalam rangka
mencari dukungan rakyat. Berbagai upaya yang mereka lakukan
untuk memperjuangkan ide-ide partiipasi massa dapat
menimbulkan gerakan-gerakan yang menuntut agar “hak-haknya”
terpenuhi.
e. Keterlibatan Pemerintah yang Meluas dalam Urusan
Sosial., Ekonomi, dan Kebudayaan.
Perluasan kegiatan pemerintah dalam berbagai bidang membawa
konsekuensi adanya tindakan-tindakan yang semakin menyusup ke
segala segi kehidupan rakyat. Ruang lingkup aktivitas atau
tindakan pemerintah yang semakin luas mendorong timbulnya
tuntutan-tuntutan yang terorganasir untuk ikut serta dalam
pembuatan keputusan politik.
Fokus Kita :
Pendidikan politik sebenarnya dimaksudkan untuk
mewujudkan atau setidak-tidaknya menyiapkan kader-kader
yang dapat diandalkan untuk memenuhi harapan masyarakat
luas, dalam arti yang benar-benar memahami semangat yang
terkandung di dalam perjuangan sebagai kader bangsa.
5
3) Lebih meningkatkan kualitas kesadaran politik rakyat
menuju peran aktif dan partisipasinya terhadap pembangunan
politik bangsa secara keseluruhan.
b. Kesadaran Politik
Menurut Drs. M. Taopan, kesadaran politik adalah suatu
proses batin yang menampakkan keinsafan dari setiap warga
negara akan urgensi (hal terpenting) urusan kenegaraan dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kesadaran politik atau
keinsafan hidup bernegara menjadi penting dalam kehidupan
kenegaraan, mengingat tugas-tugas negara bersifat menyeluruh
dan kompleks sehingga tanpa dukungan positif dari seluruh warga
masyarakat, tugas-tugas negara banyak yang terbengkelai.
Fokus Kita :
Tingkat kesadaran politik masyarakat tidaklah sama, sangat
tergantung pada latar belakang pendidikannya. Kaum elit dan
kelompok menengah, nampak relatif lebih baik. Sedangkan
kelompok masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah,
5
Di negara berkembang khususnya di Indonesia, masyarakat
yang hidup di pedesaan (lk. 70%) dan yang di perkotaan (lk.30%)
menuntut penanganan sungguh-sungguh dari aparat pemerintah
atau penguasa setempat. Masyarakat pedesaan yang secara
kuantitatif jauh lebih besar, sangat minim dalam hal kesadaran
berpolitik sehingga berdampak pada kehidupan politik nasional.
Hal ini jelas akan berpengaruh terhadap kemajuan pembangunan
nasioanl di segala bidang. Dalam hal kesadaran politik masyarakat,
Drs. Arbi Sanit antara lain menyatakan “ …. Sekalipun sudah
bangkit kesadaran nasional dan meningkatnya aktivitas kehdiupan
politik di tingkat pedesaan, namun masyarakat tani masih belum
terkait secara aktif kepada pemerintah nasional dalam hubungan
timbal balik yg aktif dan responsif. Hubungan yang ada baru bersi-
fat berat sebelah, yaitu dari atas ke bawah …. “
Bila dihubungkan dengan hak dan kewajiban sebagai warga
negara, maka partisipasi politik merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakan sebagai wujud tanggung jawab negara yang
berkesadaran politik tinggi dan baik. Secara teknis operasional,
partisipasi politik anggota masyarakat dapat dilaksanakan dengan
cara-cara seperti nampak pada matrik di bawah ini.
No Bidang Implementasi Partisipasi politik
1. Politik Setiap warga negara dapat ikut serta secara langsung ataupun tidak
langsung dalam kegiatan-kegiatan antara lain :
a. Ikut memilih dalam pemilihan umum,
b. Menjadi anggota aktif dalam partai politik, kelompok penekan
(presure group), maupun kelompok kepentingan tertentu.
c. Duduk dalam lembaga politik, seperti MPR, Presiden, DPR, Menteri,
dan sebagainya,
d. Mengadakan komunikasi (dialog) dengan wakil-wakil rakyat,
e. Berkampanye, menghadiri kelompok diskusi, dan lain-lain.
f. Mempengaruhi para pembuat keputusan sehingga produk-produk
yang dihasilkan/dikeluarkan sesuai dengan aspirasi atau
kepentingan masyarakat.
2. Ekonomi Setiap warga negara dapat ikut serta secara aktif dalam kegiatan-
kegiatan antara lain :
a. Menciptakan sektor-sektor ekonomi yang produktif baik dalam
bentuk jasa, barang, transportasi, komunikasi, dan sebagainya.
b. Melalui keahlian masing-masing, dapat menciptakan produk-produk
unggulan yang inovatif, kreatif dan kompetititf dari pada produk
luar.
c. Kesadaran untuk membayar pajak secara teratur demi
kesejahteeraan dan kemajuan bersama.
3. Sosial- Setiap warga negara dapat mengikuti kegiatan-kegiatan antara lain :
Budaya
a. Sebagai pelajar atau mahasiswa, harus dapat menunjukkan prestasi
belajar yang tinggi.
b. Menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum ,
seperti misalnya tawuran, narkoba, merampok, berjudi, dan
sebagainya.
c. Profesional dalam bidang pekerjaannya, disiplin, dan produktivitas
5
tinggi untuk menunjang keberhasilan pembangunan nasional.
4. Hankam Setiap warga negara dapat ikut serta secara aktif dalam kegiatan-
kegiatan antara lain :
a. Bela negara dalam arti luas, sesuai dengan kemampuan dan
profesinya masing-masing.
b. Senantiasa memelihara ketertiban dan keamanan wilayah atau
lingkungan tempat tinggalnya.
c. Memelihara persatuan dan kesatuan bangsa demi tetap tegak
negara republik Indonesia.
d. Menjaga stabilitas dan kemanan nasional agar pelaksanaan
pembangunan dapat berjalan sesuai dengan rencana.
c. Sosialisasi Politik
Studi tentang sosialisasi politik, telah menjadi bidang kajian
yang sangat menarik akhir-akhir ini. Ada dua alasan yang
melaterbelakangi sehingga sosialisasi politik menjadi kajian
tersendiri dalam politik kenegaraan.
Pertama : Sosialisasi politik dapat berfungsi untuk memelihara
5
Wadah penanaman (sosialisasi) nilai-nilai politik yang paling
efisien dan efektif adalah di dalam keluarga. Di mulai dari
keluarga inilah antara orang tua dengan anak, sering terjadi
“obrolan” politik ringan tentang segala hal, sehingga tanpa
disadari terjadi tranfer pengetahuan dan nilai-nilai politik
tertentu yang diserap oleh si anak.
2) Sekolah
Di sekolah melalui pelajaran civics education (pendidikan
kewarganegaraan), siswa dan gurunya saling bertukar informasi
dan berinteraksi dalam membahas topik-topik tertentu yang
mengandung nilai-nilai politik teoritis maupun praktis. Dengan
demikian, siswa telah memperoleh pengetahuan awal tentang
kehidupan berpolitik secara dini dan nilai-nilai politik yang
benar dari sudut pandang akademis.
3) Partai Politik
Salah satu fungsi dari partai politik adalah dapat memainkan
peran sebagai sosialisasi politik. Ini berarti partai politik
tersebut setelah merekrut anggota kader maupun simpati-
sannya secara periodik maupun pada saat kampanye, mampu
menanamkan nilai-nilai dan norma-norma dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Partai politik harus mampu men-ciptakan
“image” memperjuangkan kepentingan umum, agar mendapat
dukungan luas dari masyarakat dan senantiasa dapat
memenangkan pemilu.
Penugasan
5 Praktik Kewarganegaraan
Setelah mempelajari materi-materi tentang : Partisipasi Politik (Pengertian, Bemtuk-bentuknya,
................................................................................
Passive ....................................
1.
Support ................................................................................
....................................
................................................................................
Contact
....................................
2. Speciali
st ................................................................................
....................................
5
................................................................................
Commu
....................................
3. nity
Activist ................................................................................
....................................
6
................................................................. ....................................................
......... ......................
6
E KESIMPULAN
Sistem dapat diartikan sebagai kumpulan fakta-fakta, pendapat-pendapat, kepercayaan-kepercaya
LATIHAN
Pengertian sistem UJI
politik KOMPETENSI
secara sederhana dapat dikatakan sebagai interaksi yang diabstrasikan
Sistem politik yang diterapkan di setiap negara, terdapat perbedaan-perbadaan mendasar yang sa
A. Pilihan
Pada setiap sistem Ganda
politik negara-negara dunia, akan selalu dijumpai adanya struktur politik. Stru
Di dalam kehidupan politik
Pilihlah salahrakyat terdapatyang
satu jawaban “kekuatan sosial
dianggap politik
paling masyarakat”
benar ! yang merupakan
Supra struktur politik (elit pemerintah), merupakan mesin politik resmi di suatu negara sebagai
Setiap negara memiliki
1. Ciri sistem
utama politik
dari yang berbeda, oleh sebab
sebuah itu untuk
c. primitif, mempelajari
tradisional proses poli
dan
Sistem politik demokrasi
sistem adalahPancasila,
berupamengajarkan
…. kepada bangsa
modern Indonesia agar dalam menyelesa
Partisipai politik merupakan penentuan sikap
a. kumpulan sejumlah fakta- dan keterlibatan
d. modern, setiap
hasrat individudan
tatoliter dalam situas
Suksesnya kegiatan kalender politik kenegaraan adalah apabila
fakta setiap warganya memiliki tingkat
demokrasi
b. proses penentuan dan e. tradisional, totaliter dan
pelaksanaan demokrasi
c. kumpulan pendapat- 5. Salah satu indikator kuatnya
pendapat ahli sebuah sistem politik demokrasi
d. wujud suatu kebulatan di suatu negara adalah ….
yang utuh a. mempunyai tujuan yang
e. seluruh yang komplek jelas
dan utuh b. adanya komunikasi politik
2. Kegiatan politik biasanya yang baik
lebih banyak dilaksanakan atau c. pemimpinnya bukan dari
diimplementasikan untuk militer
kepentingan …. d. bersumber pada
a. pribadi/perseorangan kehendak rakyat
b. organisasi e. peran sipil lebih dominan
kemasyarakatan 6. Salah satu bentuk partisipasi
c. partai politik semata politik dalam bentuk non
d. organisasi profesional konvensional, adalah … .
e. bangsa dan negara a. pemberian suara
3. Penerapan sistem politik di b. diskusi politik
dalam suatu negara, harus c. membentuk kelompok
bersifat …. kepentingan
a. memaksa untuk mengikat d. mogok makan
masyarakat e. komunikasi dengan
b. memaksa agar semua pejabat politik
orang mematuhinya 7. Aspek formal sistem
c. sukarela untuk menarik demokrasi Pancasila, dapat
masyarakat dilihat dalam bentuk ….
d. memaksa agar negara a. pelaksanaan pemilu
memiliki wibawa b. asas kekeluargaan
e. sukarela guna mencari
c. asas musyawarah
simpati masyarakat
d. musyawarah mufakat
4. Menurut Almond dan e. pengambilan keputusan
Powell, sistem politik dapat 8. Demokrasi rakyat yang
dikategorikan antara lain diterapkan di negara-negara
sebagai berikut : …. komunis (Cina) pada umumnya,
a. primitif, anarki dan yakni mencita-citakan ….
modern a. pengekangan kebebasan
b. tradisional, modern & individu
demokrasi
6
b. masyarakat tanpa kelas d. untuk mengawasi
sosial sekaligus mengontrol setiap
c. melarang kebebasan peraturan yang ada
beragama e. mengadakan pengawasan
d. kaum proletar yang terhadap setiap keputusan
berkuasa pemerintah
e. masyarakat tanpa 10. Suatu aktivitas seseorang/
keteraturan sekelompok orang untuk
9. Salah satu tujuan perlunya belajar tentang politik dan
masyarakat memiliki partisipasi mengembangkan orientasi
politik di dalam negaranya politiknya secara aktif dalam
yaitu … kehidupan politik dinamakan
a. untuk mempengaruhi ….
pemilihan pejabat a. Sistem politik
publik/pemerintahan b. Partisipasi politik
b. melaksanakan kewajiban c. Dinamika politik
sebagai warga negara yang d. Sosialisasi politik
bertanggung jawab e. Komunikasi politik
c. mewujudkan sistem
politik yang berbasis pada
perwakilan rakyat
B. Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas !
1. Rumuskan kembali dari berbagai sumber yang dimaksud
dengan sistem politik !
2. Jelaskan mengapa penerapan sistem politik di dalam suatu
negara harus dipaksakan !
3. Berikan penjelasan, ciri-ciri umum sistem politik menurut
Almond !
4. Jelaskan dengan memberi alasan, mengapa sistem politik pada
negara-negara komunis bersifat totaliter !
5. Apa yang dimaksud “legitimasi” dalam salah satu ciri sistem
politik demokrasi menurut Bingham Powel, Jr. ?
6. Dalam hal penerapan, jelaskan perbedaan orientasi tujuan
partai politik di Indonesia pada masa orde baru dan era reforamsi !
7. Jelaskan perbedaan tingkatan politik menurut pendapat David
F. Roth dan Frank L. Wilson, yaitu aktivis dan pengamat !
8. Pada akhir abad 20-an, gerakan partisipasi politik di Indonesia
semakin meningkat, berikan alasan penjelasannya !
9. Berikan penjelasan tentang pentingnya “pendidikan politik !
dalam kegiatan partisipai politik di Indonesia !
10. Berikan masing-maing 2 (dua) contoh wujud sosialisasi politik
baik di dalam keluarga, sekolah maupun melalui partai politik !
6
C. Studi Kasus
PARTAI POLITIK ALAMI KRISIS,
DAYA ARTIKULASI MENURUN
Tagihan Tugas :
1. Setelah disimak dan baca baik-baik, jelaskan kembali apa
telah ditulis sesuai dengan persepsi yang ada dibenak anda !
2. Berikan beberapa penjelasan indikasi tentang terjadinya
“krisis” dan “menurunnya daya artikulasi” partai politik di Indonesia
pasca pemilu 2004 !
3. Jelaskan dengan memberi alasan, mengapa partai politik
sebesar PPP dan PDIP kurang mampu menangkap esensi persoalan
bangsa dan negara dalam memberi usulan-usalan konstruktif kepada
pemerintah !
4. Tentukan langkah-langkah konkrit upaya-upaya dalam
membangun artikulasi partai politik guna meningkatkan kinerja di
parlemen !
5. Berikan usulan konkrit, apa yang harus anda lakukan guna
meningkatkan kinerja pemerintah dengan mitra kerjanya parlemen :
a. Sebagai salah satu kelompok kepentingan !
b. Sebagai ketua suatu partai politik !
6
c. Sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat
!
d. Sebagai Presiden Republik Indonesia !