Anda di halaman 1dari 10

JTM Vol. XVI No.

3/2009

DESIGN LAB APPARATUS: SINGLE STAGE COMPRESSIVE TEST


(SST) PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI
Ecep Muhammad Mujib1, Taufan Marhaendrajana1
Sari
Single Stage Compressive Test merupakan alat uji tekan untuk mempelajari sifat kekuatan batuan reservoir dengan
memodelkan batuan reservoir tersebut kedalam kondisi laboratorium. Hasil pengukuran pada kondisi permukaan pada
umumnya memiliki hasil yang berbeda dengan kondisi sebenarnya pada kondisi reservoir, oleh karena itu, prinsip kerja dari
alat ini mempertimbangkan principal stress yang bekerja pada batuan reservoir dan memodelkan kondisi reservoir lebih
detil seperti kondisi temperatur yang tinggi, adanya tekanan pori dan pengaruh keberadaan fluida didalam batuan reservoir
tersebut. Model laboratorium seperti itu akan memberikan gambaran besarnya pengaruh stress, baik stress maksimum atau
stress minimum yang bekerja pada batuan reservoir dan pengaruh temperatur serta keberadaan fluida terhadap sifat
kekuatan batuan reservoir. SST di design dengan mempertimbangkan kondisi reservoir yang ada di Indonesia, secara umum
dideskripsikan dengan besar takanan axial (tekanan overbourden) maksimum mencapai 4000 psia dan tekanan radial yang
dapat berperan sebagai confining pressure (tekanan pori) mencapai 1500 psia serta temperature maksimum mencapai 400
o
F. Pada paper ini akan dijelaskan secara rinci tentang design alat SST dan melaporkan hasil uji tekan core sintetik dengan
menggunakan alat ini.

Abstract
Single Stage Test compressive test is a tool for studying the strength properties of reservoir rock, reservoir rock is modeled
into the laboratory conditions. Results of measurement on the surface conditions in general have different results with the
actual conditions at the reservoir conditions, therefore, the working principle of the tool is considered the principal stress
acting on the reservoir rock and reservoir modeling the detailed conditions such as high temperature conditions, the pore
pressure and the effects of the presence of fluid in the reservoir rock. Such a laboratory model will give you a level of
influence of stress, both the maximum stress or minimum stress acting on the reservoir rock and the influence of temperature
and presence of fluid to the reservoir rock strength properties. SST in design by considering the existing reservoir conditions
in Indonesia, generally described by a large axial takanan (overbourden pressure) reaches a maximum radial pressure of
4000 psia and that can act as confining pressure (pore pressure) reaches a maximum of 1500 psia and temperatures reach
400 oF. This paper will explain in detail about the design tools report the results of SST and compression testing using a
synthetic core of this tool.
1)
Program Studi Teknik Perminyakan, Institut Teknologi Bandung.
Email: muji4iqu@gmail.com

I. PENDAHULUAN atau lima buah. Berbeda dengan MST, satu


Triaxial dan uniaxial test merupakan metode yang specimen dapat digunakan untuk memperoleh
sering digunakan untuk mempelajari karakteristik beberapa data failure akibat beban axial (σ1) pada
kekuatan batuan reservoir. Perbedaan dari kedua beberapa harga tekanan radialnya (σ3). Untuk lebih
metode tersebut ialah kehadiran confining pressure jelas perbedaan dari SST dan MST dapat dilihat
yang bekerja pada specimen. Jika pada specimen pada Gambar 2 sampai Gambar 5.
tersebut tidak ada confining pressure yang bekerja
disebut dengan uniaxial test, sedangkan pada Data hasil pengukuran dari SST dan MST sama-
triaxial test memperhitungkan kehadiran confining sama menggambarkan karakteristik batuan baik
pressure yang bekerja terhadap specimen. parameter kekuatannya ataupun properties statik
Specimen yang sering digunakan pada uniaxial dan elastisitasnya. Berdasarkan rule of thumb, akurasi
triaxial test dapat dilihat pada Gambar (1). Pada data yang diperoleh dari SST lebih baik
gambar tersebut terlihat bahwa ketika stress radial dibandingkan dengan MST.
(σ3) tidak sama dengan nol dikategorikan sebagai
sistem triaxial test, sedangkan sistem uniaxial test, Hasil pengukuran kekuatan batuan dilaboratorium
stress radial (σ3) berharga nol. tergantung dari model yang digunakan, seringkali
hasil pengukuran pada kondisi standar
Berdasarkan perlakuan terhadap specimen selama dipermukaan berbeda dengan kondisi yang
pengujian, triaxial test dibedakan menjadi dua sebenarnya direservoir. Oleh karena itu, untuk
macam, yaitu Single Stage Triaxial Compressive mendekati kondisi sebenarnya direservoir,
Test (SST) dan Multistage Triaxial Compressive pertimbangan aspek tekanan dan temperature
test (MST). SST memerlukan cukup banyak dilaboartorium sangat membantu tercapainya
specimen, karena setiap specimen dalam tahap kondisi tersebut. Berdasarkan data reservoir di
pengujian Indonesia yang berada pada kedalaman beberapa
digunakan hanya untuk pengambilan satu data ribu feet, maka model yang didesign
failure akibat beban axial (σ1) pada tekanan radaial dilaboratorium disarankan agar memiliki
(σ3) tertentu saja, sehingga minimal specimen yang spesifikasi sebagai berikut :
diperlukan sebanyak tiga buah, dan idealnya empat
183
Ecep Muhammad Mujib, Taufan Marhaendrajana

- Temperatur makasimum 400 oF yang harus dipertimbangkan, yaitu tekanan dan


- Beban axial maksimum 3500 psia dan tekanan temperatur. Kedua parameter tersebut merupakan
radial maksimum 1500 psia fungsi dari kedalaman, semakin dalam posisi
- Fluida yang digunakan berupa air formasi, oil batuan reservoir, temperatur dan tekanan
atau gas lingkungan
ngan reservoirnya akan semakin meningkat.
Hubungan seperti ini biasa dikenal dengan gradien
Dengan model laboratorium tersebut, maka dari tekanan dan temperatur. Pengetahuan menganai
data pengukuran yang diperoleh dapat dievaluasi gradien tekanan dan temperatur sangat berguna
efek tekanan radial (confining pressure) dan untuk mengetahui kondisi lingkungan reservoir
temperature tertentu terhadap rock strength yang akan dimodelkan dalam skala laboratorium,
properties. tetapi yang menjadi pilihan utama untuk
mengetahui secara pasti kondisi lingkungan
II. DESKRIPSI SINGLE STAGE TRIAXIAL reservoir yang sebenarnya adalah dengan
COMPRESSIVE TEST PADA TEKANAN mengukur secara langsung parameter lingkungan
DAN TEMPERATUR TINGGI reservoir tersebut. Konsep gradien ini digunakan
2.1 Tujuan apabila ada keterbatasan
atasan dalam pengambilan data
Sistem uji Triaxial telah dikembangkan untuk lingkunga reservoir secara langsung. Kelemahan
mempelajari sifat kekuatan batuan reservoir dengan dari konsep gradien ini ialah menganggap kondisi
mengukur secara langsung dilaboratorium terhadap batuan dibawah permukaan dalam kondisi normal
parameter kekutan batuan tersebut. Pada sistem uji untuk setiap kedalaman, sedangkan dalam
triaxial konvensional, specimen mendapatkan kenyataannya dapat dimungkinkan akan bertemu
beban dari arah axial (maksimum principal stress) dengan lapisan batuan yang abnormal. Meskipun
dan arah radial (minimum principal stress) mempunyai kelemahan seperti itu, konsep gradien
sedangkan intermediate principal stress dianggap sangat berguna untuk mendekati kondisi
sama dengan minimum principal stress. lingkungan yang sebenarnya dibandingkan hanya
Temperatur yang bekerja pada alat tersebut dengan menganggap sama dengan kondisi
biasanya disesuaikan dengan kondisi standar dipermukaan.
permukaan. Jika ditinjau kembali li specimen batuan
reservoir yang diambil dari kedalaman tertentu sitas Batuan (Fjaer et al.
Properties Statik Elastisitas
yang memiliki kondisi temperatur yang berbeda 1992)
dengan kondisi permukaan, menyebabkan hasil Stress merupakan besarnya gaya yang bekerja pada
pengukuran dipermukaan berbeda dengan kondisi suatu luas bidang tertentu. Ketika suatu benda
reservoir sebenarnya. Oleh karena itu, pada alat diberikan gaya atau beban, maka benda tersebut
Singlee Stage Triaxial Compressive Test yang kami akan mengalami perubahan secara fisik, perubahan
kembangkan memperhitungkan efek temperature, tersebut tergantung terhadap modulusdulus elastik dari
sehingga model laboratorium akan mendekati benda tersebut. Apabila beban yang diebrikan
kondisi reservoir sebenarnya. Model seperti ini melebihan batas elstisitasnya maka benda tersebut
dapat menghilangkan setidaknya asumsi yang akan mengalami failure. Modulus elastik statik
sebelumnya dianggap tidak mempangaruhimempang terdiri dari Young’s Modulus dan Poisson Ratio.
terhadap sifat kekuatan batuan reservoir yaitu Young’s Modulus merupakan perabandingan
akibat perubahan temperature. Model seperti ini, besarnyaa beban yang diberikan terhadap perubahan
tidak hanya digunakan untuk mempelajari sifat bentuk dari benda tersebut (strain). Sedangkan
kekuatan batuan yang dipengaruhi oleh masing-
masing Poisson Ratio merupakan perbandingan strain yang
masing stress radial dan perubahan temperatur, terjadi secara lateral terhadap strain axialnya.
akan tetapi dapatt sekaligus mempelajari pengaruh
secara kombinasi dari stress radial dan temperatur. Gambar 6 dapat membantu dalam memahami
hubungan antara parameter modulusulus elastik statik
2.2 Konsep Dasar yang satu dengan yang lainnya, secara matematis
Single Stage Triaxial Compressive Test dirangkai parameter-parameter tersebut ialah::
untuk mensimulasikan lingkungan reservoir ke
- Stress
skala laboratorium, untuk mendapatkan model
laboratorium sepertii itu ada beberapa konsep yang
diterapkan dalam merangkainya, yaitu : (1)
- Strain
Gradien Tekanan dan Temperatur
Specimen batuan reservoir yang diambil pada
kedalaman tertentu, menjadi salah satu dan (2)
pertimbangan dalam merangkai alat SST ini. Strain volume untuk silindris :
Berdasarkan asal keberadaann batuan reservoir pada
kedalaman tertentu setidaknya ada dua parameter
184
Design Lap Apparatus: Single Stage Compressive Test (STT) pada
Tekanan dan Temperatur Tinggi

- Young’s Modulus
(9)
(3)
- Poisson Ratio (10)
dengan mensubtitusikan persamaa
persamaan [8] dan [9]
(4) kedalam persamaan [6], diperoleh hubungan σ1
Tanda negatif pada poisson ratio, dikarenakan dengan σ3, yaitu:
harga strain radial bernilai negatif (dt<do).

Failure criterion (Mohr-Coloumb) (Fjaer et al. Bila persamaan diatas disederhanakan akan
1992) diperoleh:
Shear failure dapat terjadi ketika shear stress yang
bekerja pada suatu bidang terlalu besar. Shear (11)
failure dapat didefinisikan:
Hubungan σ1 dengan σ33 diperlihatkan pada
(5) Gambar (9).. pada gambar tersebut harga α tidak
sama dengan Φ, akan tetapi α dan Φ mempunyai
Dimana σ, stress normal dan τ,, shear stress yang hubungan sebagai berikut:
bekerja disepanjang bidang. Hubungan stress
normal danan shear stress dari persamaan (5) diatas
dapat dideskripsikan pada lingkaran Mohr. (12)
Lingakran Mohr yang dibentuk dari kedua
parameter tersebut memberikan informasi Ketika stress normal minimum (σ3) berharga nol,
mengenai batas daerah failure. Gambar 7 kondisi tersebut biasa disebut dengan Unconfined
menjelaskan hubungan τ vs σ.. Informasi yang Compressive Strength (UCS), nilainya dapat
diperoleh dari gambar tersebut salah satunya ialah ditentukan secara langsung pada pengukuran
semakin besar stress normal minimum (σ3) ( maka uniaxial test, atau secara
cara tidak langsung dengan
stress normal maksimumnya pun akan semakin triaxial test. Alat SST yang didesign dapat
besar, lingkaran yang dibentuk dari ari kedua stress digunakan untuk mengukur UCS baik secara
tersebut merupakan batas daerah failure, sedangkan langsung ataupun tidak langsung dengan mengatur
stress normal medium tidak mempengaruhi harga stress normal minimumnya (σ(σ3). Secara tidak
terhadap batas terjadinya failure. Hal ini sesuai langsung harga UCS dapat diperoleh dengan
dengan hipotesis dari Mohr, yaitu: pure shear menggunakan persamaan (9) yang diturunkan dari
failure hanya tergantung pada stress normal persamaan (11):
maksimum dan stress normal minimumdan tidak
tergantung terhadap stress normal medium (
Ahmed. S). (13)
Sedangkan ketika harga stress normal maksimum
Dengan memilih bentuk sederhana dari fungsi f
1) berharga sama dengan nol, maka harga σ3
(σ1)
yang diasumsikan linear dengan terhadap Mohr
merupakan Tensile Strength dari material
ma tersebut.
Coloumb Criterion, maka dapat didefinisikan
Dari persamaan (10) dan (8),, besarnya harga
bahwa :
Tensile Strength dapat didefinisikan sebagai
(6) berikut:
Dimana So merupakan inherent shear strength
atau cohesion dari suatu material dan µ sebagai (14)
coefficient of internal friction. Pada Gambar 8
dapat didefinisikan internal friction angle Φ 2.3 Konfigurasi Triaxial Cell
sebagai fungsi dari coefficient of internal friction Triaxial cell pada SST didesign dengan
yaitu: menggunakan material baja yang mempunyai
ketahanan akibat besarnya beban axial dan radial
(7) serta tingginya temperatur dan keberada
keberadaan fluida
yang memungkinkan terjadinya korosi (terutama
Sedangkan 2β merupakan sudut yang dibentuk dari air formasi)) pada rangkaian cell tersebut. SST yang
lingkaran Mohr dengan failure line. Besarnya shear bekerja pada tekanan dan temperature tinggi
stress dan stress normal pada titik tersebut sebagai menjadikan pertimbangan dari ketiga parameter
point of failure dapat didefinisikan oleh persamaan: tersebut sangat diprioritaskan agar terjamin
keamanan selama ma dilakukan pengujian. Secara
(8) lengkap konfigurasi SST dapat dilihat pada
Gambar 10 dan 11. Gambar
ambar tersebut
185
Ecep Muhammad Mujib, Taufan Marhaendrajana

memperlihatkan sistem pengujian specimen dengan pengukuran harus dikalibrasi terlebih dahulu untuk
memberikan beban dari arah axial dan radial yang mengetahui besarnya beban hambatan.
dihasilkan oleh sistem hidrolik, serta
mensimulasikanan kondisi lingkungan reservoir Karena satuan dari beban axial masih dalam satuan
dengan adanya fluida formasi yang diberikan metrik-ton,
ton, maka untuk mengkonversi kedalam
temperatur tinggi melalui heating electric yang satuan tekanan membutuhkan data luas lingkaran
dipasang pada baja penghantar panas dibagian specimen yang dibebani. Karena dudukan
dalam cell. Sedangkan bagian baja yang dibagian specimen pada SST tersedia untuk tiga ukuran
luar (jacket material) berperan dalam menyokong
m diameter maka, untuk menentukan tekanannya
baja silindris didalamnya agar tidak terjadi dapat digunakan persamaan berikut:
kecelakaan akibat besarnya tekanan dan temperatur  Diameter specimen : 1 in
yang bekerja dalam cell tersebut. Sistem hidrolik
yang digunakan pada SST ini dapat menghasilkan
beban axial maksimum sebesar 10 Ton dan tekanan
radialnya
ya 1500 psia. Sedangkan heating electric
didesign agar dapat memanaskan fluida didalam Dimana m dalam Kg. karena,
cell sampai temperature maksimum 482oF.
Maka
2.4 Temperatur Kontrol
Temperatur pada cell triaxial dikontrol dengan
Atau jika m dalam ton,
menggunakan heating electric, panas yang dapat
dihasilkannya dapat mencapai temperatur (15)
maksimum 482oF. Panas yang dihasilkan dari  Diameter specimen : 1.5 in
heting electric dihantarkan oleh jacket heating agar Dengan cara yang sama seperti pada specimen
dapat memanaskan fluida formasirmasi (air formasi), berukuran 1 in, diperoleh :
panas pada fluida inilah yang kemudian akan (16)
memanasi specimen agar sesuai dengan temperatur  Diameter specimen : 2 in
lingkungan reservoir. Temperatur indicator
dipasang untuk mengukur temperatur fluida dalam (17)
cell dan membantu mengontrol temperatur agar 2.6 Stress Radial Kontrol
tercapaii temperatur yang diinginkan selama Sistem kontrol pada stress radial menggunakan
pengukuran. Sistem dan bentuk nyata dari sistem hdirolik yang sama halnya pada hidrolik
pengontrol temperatur pada SST ST dapa dilihat pada stress axial, yang membedakannya ialah media
Gambar 12 sampai 14. yang digunakan untuk meneruskan beban yang
dihasilakan hidrolik menuju specimen. Pada
Agar kondisi temperatur didalam cell terjaga hidrolik stress axial yang berpe berperan sebagai
konstan, maka diantara jacket material dan heating medianya adalah piston actuator (material baja)
jacket dilengkapi dengan gas bull yang dapat sedangkan pada stress radial menggunakan media
menghambat hantaran panas kelingkungan sekitar. fluida formasi (air formasi). Hidrolik stress radial
dapat menghasilkan tekanan maksimum sebesar
2.5 Stress Axial Kontrol 1500 psia. Selain sebagai pemberi tekanan pada
Beban yang diterima specimen pada arah axial arah radial, tekanan yang dihasilkan oleh hidrolik
dikontrol oleh sistem hidrolik yang dapat ini dapat berperan sekaligus sebagai tekanan pori,
menghasilkan beban maksimal 10 ton. Beban yang karena pada SST ini mengasumsikan specimen
berasal dari hidrolik
lik tersebut diteruskan oleh piston dalam keadaan undrained. System hidrolik
actuator (material baja) menuju specimen. Gambar penghasil stress radial dapat dilihat pada Gambar
15 memperlihatkan sistem pembebanan arah axial 17.
terhadap specimen. Selama pengukuran
berlangsung piston actuator akan selalu bergerak 2.7 Komponen Pelengkap
dan bagian tersebut menghubungkan langsung lang Komponen pelengkap Single Stage Compressive
kondisi permukaan dengan fluida didalam cell yang Test salah satunya ialah tempat berdirinya
betekanan dan temperature tinggi, kondisi ini akan specimen didalam cell. Apabila tidak ada
memicu kebocoran fluida melalui ruang diantara komponen tersebut, kedudukan specimen didalam
piston actuator dengan jacket material, oleh karena cell
ell tidak stabil, dikhawatirkan posisinya tidak
itu ruang tersebut dilengkapai dengan bahan sejenis berada ditengah-tengah
tengah atau tida
tidak pada posisi
asbes (len packing) yang tahan terhadap tekanan berdiri sebagai pengaruh masukannya fluida
dan temperature tinggi. Kehadirann bahan tersebut kedalam cell untuk memberikan stress radial.
mengakibatkan adanya hambatan ketika dilakukan Tempat menyimpan specimen tersebut didesign
pembebanan, sehingga sebelum dilakukan dengan bentuk profil tertentu sehingga dapat
dipasang-cabut
cabut untuk mempermudah pemasangan
specimen. Bentuk profil tersebut dapat dilihat pada
186
Design Lap Apparatus: Single Stage Compressive Test (STT) pada
Tekanan dan Temperatur Tinggi

Gambar 19 dan 20. Dudukan specimen tersedia 4. Untuk pengukuran specimen yang lainnya,
untuk ukuran diameter 1 in, 1,5 in dan 2 in. lakukan langkah diatas berulang kali.

2.8 Prosedur Pengukuran III. UJI TRIAXIAL TERHADAP CORE


2.8.1 Persiapan Specimen SINTETIK
Sample core atau specimen yang akan di ukur Sample core (specimen) yang digunakan dalam uji
kekuatan batuannya di ukur terlebih dulu panjang coba alat SST ini menggunkan core sintetik
dan diameternya (H/D:2/1) dan sesuai dengan (buatan). Komposisi berat core sintetik terdiri dari
dudukan specimen yang tersedia. Specimen yang 80% pasir dan 20% semen. Karena SST
sudah diukur selanjutnya dipanaskan (dioven) memerlukan cukup banyak sample core (minimal
sehingga diperoleh berat keringnya. Hal ini tiga buah), diharapkan dengan komposisi tersebut
dilakukan agar selama penjenuhan dengan fluida sample core dapat dianggap mewakili batuan yang
yang diinginkan benar-benar tersaturasi 100% oleh diambil pada tempat dan lingkungan yang sama,
fluida tersebut. Setelah diperoleh specimen yang sehingga dalam analisis terhadap perubahan stress
sudah tersaturasi langkah selanjutnya ialah radial dan temperatur tidak dipengaruhi oleh
persiapan alat SST. perbedaan jenis batuan (asumsi : sample core
tersebut bersumber dari batuan yang sama). Ukuran
2.8.2 Persiapan Alat SST sample core tersebut memiliki perbandingan
Pada tahapan ini sangat dituntut ketelitian dan panjang dan diameternya 2:1 (standar ISRM).
kehati-hatian, karena pengukuran kekuatan batuan Dengan ukuran seperti itu, sample core diharapkan
dengan SST bekerja pada tekanan dan temperatur dapat mengakomodasi penetrasi shear kesegala
tinggi, oleh karena itu setiap komponen pada alat bagian dari sample core tersebut. Oleh karena itu,
SST harus terpasang pada posisi yang tepat, apabila core sintetik yang akan digunakan dalam pengujian
tidak teliti terhadap setiap komponen kali ini menggunakan ukuran panjang 2 in dan
dimungkinkan terjadi kebocoran, dan pengukuran diameter 1 in. sebelum dilakukan tes, sample core
harus diulang dari awal. Komponen SST yang tersebut dijenuhkan terlebih dahulu dengan fluida
harus diperiksa sebelum dilakukan pengkuran reservoir (air formasi) selama 24 jam. Besarnya
diantaranya : tekanan axial yang dibebankan sepanjang
1. Hidrolik : hdirolik axial dan hidrolik stress pengujian dapat langsung dibaca pada indicator
radial harus pada posisi terkunci tekanan sampai sample core tersebut terjadi failure
2. Heating electric : semua rangkain dari heating pada kondisi stress radial dan temperatur tertentu.
electric harus sudah terpasang dan Data yang diperoleh dapat digunakan untuk
menggunakan tegangan listrik 220 volt. menganalisis pengaruh stress radial, temperatur dan
3. Periksa komponen cell mulai dari tutup cell, kombinasi dari keduanya.
dudukan specimen, dan valve serta pastikan
sudah pada posisi masing-masing. 3.1 Data Hasil Pengukuran
Pengujian kekuatan batuan dari specimen tersebut
2.8.3 Pengujian specimen dilakukan dengan pengujian uniaxial dan triaxial.
Apabila specimen dan alat SST sudah siap Untuk triaxial specimen diperlakukan dengan
digunakan, maka pengujian kekuatan batuan dari diberikan stress radial yang berbeda-beda pada
specimen tersebut dapat dimulai. Langkah-langkah temperatur tertentu. Hasil pengujian tersebut dapat
yang harus diperhatikan selama pengujian dilihat pada Tabel 1 dan 2.
specimen tersebut diantaranya :
1. Letakan specimen tepat pada dudukan specimen Table 1. Pengukuran kekuatan batuan dari
didalam cell specimen dengan metode uniaxial
1. Isi cell dengan fluida yang diinginkan
(misalnya fresh water), apabila cell hampir uniaxial
penuh, pengisian fluida selanjutnya melalui No. σ3 σ1 σ1
tabung hidrolik stress radial setelah dipastikan sample (psi) (Ton) (psi)
bahwa tutup cell terpasang dengan rapat. 20 0 1.2 3366
2. Berikan stress radial sesuai yang diharapkan
18 0 1.3 3647
dengan menggunakan hidrolik stress radial,
apabila sudah mencapai stress radial tertentu, 1 0 1.2 3366
panaskan fluida dalam cell dengan mengatur
heating electric pada temperature tertentu, Table 2 Pengukuran kekuatan batuan dari specimen
setalah mencapai temperature tertentu diamkan dengan menggunakan metode triaxial (SST)
selama 2 jam.
3. Berikan beban axial sekaligus lakukan Triaxial
pembacaan pada gauge ketika specimen mulai Temperatur 30 C
terjadi failure dan hentikan pengukuran.
187
Ecep Muhammad Mujib, Taufan Marhaendrajana

No σ1
σ3 (psi) σ1 (psi)
sample (Ton)
8 70 2 5610 Failure criterion (mohr-coloumb)
18 140 2.5 7013  Temperatur 30oC
19 210 2.8 7854 Gambar (22)

 Temperatur 90oC
Temperatur 90 C Gambar (23)
No σ3 σ1 σ1
sample (psi) (Ton) (psi) 3.3 Penentuan Unconfined Compressive
21 70 1.6 4488 Strength
Unconfined Compressive Strength (UCS)
13 140 1.75 4909
UCS (Co) dapat ditentukan secara langsung dengan
3 210 2 5610 metode uniaxial, hasil dari metode ini harga UCS
3.2 Failure Criterion (Mohr-Coloumb)
Coloumb) sama dengan harga σ1 pada Tabe abel 1, sedangkan
Untuk membuat failure criterion dari Mohr-
Mohr dengan metode SST, UCS dapat ditentukan dari
Coloumb
umb dapat menggunkan persamaan (5) sampai Gambar 21 dengan menarik persamaan garis, dan
(14) yang sudah dibahas sebelumnya. harga UCS diambil pada saat harga σ3 sama
dengan nol, dan yang terakhir UCS juga dapat
3.2.1 Menentukan sudut pecah (friksi internal) ditentukan melalui persamaan (12). Hasil
Dari Gambar 21 diperoleh harga gradien (tanα)(tan selengkapnya dapat dilihat pada tabe
tabel dibawah ini.
untuk masing-masing
masing temperatur, yaitu:
yaitu Tabel (3). Penentuan harga UCS
 Temperatur 30oC
UCS
Temperatur Ruangan 30 C 90 C
Maka sudut pecahnya ialah : Uniaxial rata-rata
3460
(psi)
triaxial (psi) 4581 3880
persamaan (12)
4760 3792
Friksi internal = tan = 1.87 (psi)
2β=62+90=152
Dari ketiga harga UCS hasil melalui Triaxial lebih
 Temperatur 90oC besar daripada dengan uniaxial, hal ini dikarena
ada pengaruh air yang berada selama masa
pengukuran, jadi beban yang berasal dari beban
axial ada sebagian yang tertahan oleh air, karena
Maka sudut pecahnya ialah: pada kondisi awal jarak antara piston actuator
dengan specimen ada ruang sekitar 5mm.
sedangkan apabila hasil perhitungan dengan
menggunakan persamaan (13) dibandingkan
Friksi internal = tan = 1.23 dengan interpolasi dari Gambar 21
21, hasilnya tidak
2β=51+90=141 begitu jauh berbeda, karena persamaan (13)
membutuhkan input data dari Gambar
ambar 21 yaitu
3.2.2 Menentukan cohesive strength gradiennya.
Cohesive strength dapat ditentukan dengan
persamaan [11] yang disusun kembali menjadi: 3.4 Efek Stress Radial
Dari data hasil pengukuran dapat terlihat dengan
jelas bahwa semakin besar stress radial yang
diberikan pada specimen, maka tekanan failure
specimen tersebut semakin besar. Gambar 24 dan
25 menunjukan
nunjukan hubungan stress radial dengan
 Temperatur 30oC
axial.

Analisa mengenai perubahan stress radial


(confining stress) dapat dilakukan dengan metode
 Temperatur 90oC triaxial, sedangkan uniaxial tidak dapat melakukan
hal sperti ini. Adanya tekanan confining yang
semakin besar akan memberikan dukungan pada
188
Design Lap Apparatus: Single Stage Compressive Test (STT) pada
Tekanan dan Temperatur Tinggi

specimen, sehingga tekanan failure dari specimen µ : koefisien friksi internal.


tersebut akan meningkat. Kelakuan seperti ini Φ : sudut pecah
dinamakan dengan strain hardening. Co : unconfined compressive strength
To : tensile strength
3.5 Efek Temperatur A : luas permukaan
Pengaruh temperatur terhadap kekuatan batuan P : tekanan
dapat diidentifikasi melalui besarnya tekanan F : gaya
failure pada kondisi temperatur yang berbeda-beda. UCS : unconfined compressive strength
Hasil pengujian terhadap specimen batuan pada SST : Single Stage Compressive Test
temperatur 30oC dan 90oC dapat dilihat pada MST : Multi Stage Compressive Test
Gambar 26. Dari gambar tersebut terlihat bahwa
semakin tinggi temperatur, tekanan failure batuan DAFTAR PUSTAKA
akan semakin menurun, hal ini dimungkinkan 1. Khaksar. A, Taylor. P.G, Fang. Z, Keyes.T,
karena adanya kerusakan pada system sementasi Sazalar. A, and Rahman. K, 2009. Rock
batuan tersebut akibat adanya pemanasan. Inilah Strength from core and log: Where we stand
salah satu manfaat dari SST, dapat menganalisis and ways to go, SPE 121972, annual
perubahan sifat kekuatan batuan akibat perubahan conference and exhibition held in Amsterdam,
temperatur. Sehingga model sebenarnya direservoir The Netherland, 8-11 Juni.
dapat didekati dengan model laboratorium. 2. Fjaer. E, Rune. M, Horsud. P, Raaen. A M,
and Risnes. R., 1992. Petroleum realted rock
IV. KESIMPULAN mechanic, Elsevier, Tokyo-London-New York.
1. Parameter temperatur dan tekanan sangat 3. Ahmed S. A. Reservoir Stimulation.
penting dalam mensimulasikan kondisi 4. Descamps. F, and Tsibangu. J P, 2000.
reservoir kedalam skala laboratorium. Development of an automated triaxial system
2. Alat Single Stage Triaxial Compressive Test for thermo-hydro-mechanical testing of rock,
dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh ARMA 08-197, San Francisco.
temperatur dan confining pressure terhadap 5. C.M. Ross, SPE, E.R. Rangel-German, SPE,
sifat kekautan batuan. and L.M. Castainer, SPE, Stanford U.; P.S.
3. Meningkatnya temperatur menyebabkan Hara, SPE, Tidelands Oil Production Co.; and
kekuatan batuan mengalami penurunan, A.R. Kovscek, SPE, Stanford U., 2005. A
sedangkan dengan meningkatnya confining Laboratory Investigation of Temperature
pressure menyebabkan kekuatan batuan Induced Sand Consolidation, paper SPE
mengalami peningkatan. 92398, 2005 SPE Western Regional Meeting,
Irvine, CA, U.S.A.
V. REKOMENDASI 6. Denney, D., 2007. Ultradeep HP/HT
completions: classification, design
1. Alat Single Stage Compressive Strength dapat
dilengkapi dengan strain gauge dan sensor methodologies and technical challenges.
computer agar dapat menganalisa perubahan Journal of Petroleum Technology 59 : 3, 83-
85.
strain, baik secara radial maupun axial.
7. Jaeger, J.C. and Cook, N.W., 1979.
2. Sistem hidrolik yang sekarang terpasang Fundamentals of rock mechanics. 3rd edition.
kedepannya dapat diganti dengan sistem motor London: Chapman and Hall.
listrik agar proses pengukuran lebih sederhana.
3. Dilakukan pengkajian lebih mendalam
mengenai perubahan sifat fluida selama berada
didalam cell agar hasil pengukuran lebih
akurat.
4. dilakukan kajian lebih mendalam pengaruh
perubahan fluida yang digunakan didalam cell
(misalnya gas dan oil) terhadap sifat kekuatan
batuan.

VI. DAFTAR SIMBOL


σ : stress
σ1 : principal stress normal maksimum
σ2 : principal stress normal medium
σ3 : principal stress normal minimum
σr : stress radial
τ : shear stress
So : cohesive strength
189
Ecep Muhammad Mujib, Taufan Marhaendrajana

Gambar 1. Stress yang bekerja pada specimen.


Gambar 6. benda silindris yang diberikan beban
tertentu pada arah axial.

Gambar 2. Contoh hasil pengukuran Single Stage


Triaxial Compressive Test (SST)

Gambar 7. Diagram Mohr sebagai fungsi shear


stress dan stress normal, juga menggambarkan
hubungan principal stress normal
(σ1, σ2, dan σ3)

Gambar 3. Mohr-coloumb dari data pengukuran


Single Stage Triaxial Compressive Test (SST)

Gambar 8. Mohr Coloumb Criterion τ-σ.

Gambar 4.Contoh hasil pengukuran Multistage


Triaxial Compressive Test (MST)

Gambar 9. Mohr Coloumb Criterion pada bidang


σ1-σ3
Gambar 5. Mohr-coloumb dari data pengukuran
Multistage Triaxial Compressive Test (MST)

190
Design Lap Apparatus: Single Stage Compressive Test (STT) pada
Tekanan dan Temperatur Tinggi

Gambar 10. Kerangka Single


ingle Stage Triaxial Gambar 14.. Sistem pengontrol temperatur pada
Compressive Test. Single Stage Compressive Test

Gambar 11.. Konfigurasi Single Stage Triaxial


Compressive Test.

Gambar 15. Sistem


istem pembebanan specimen pada
arah axial.

Gambar 12. Model


odel pengontrol temperatur pada Gambar 16. Bentuk nyata dari sistem hidrolik yang
SST memberikan beban axial maksimum ssebesar 10 ton

Gambar 13. Heating


eating electric yang ditempelkan
pada cell dengan dilengkapi gas bull (hambatan Gambar 17. Stress
tress radial yang dihasilkan oleh
panas) dan indicator electric. sistem hidrolik
191
Ecep Muhammad Mujib, Taufan Marhaendrajana

Gambar 22. Failure


ailure criterion untuk specimen
batuan pada temperatur 30oC

Gambar 18. Rangkaian


n hidrolik penghasil stress
radial.
Gambar 23. Failure
ailure criterion untuk specimen
batuan pada temperatur 90oC

Gambar 19.. Dudukan specimen pada posisi


terpasang didalam cell.

Gambar 24. Hubungan


ubungan stress axial dengan stress
radial pada temperatur 30oC

Gambar 20. Bentuk


entuk profil dudukan specimen. Kiri:
bagian atas. Kanan:: bagian bawah.

Gambar 25. Hubungan


ubungan stress axial dengan stress
radial pada temperatur 30oC

Gambar 21. Hubungan


ubungan stress axial dengan stress
radial.

Gambar 26. Hubungan


ubungan tekanan failure terhadap
temperatur.

192

Anda mungkin juga menyukai