Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Gambaran Radiologi Pada Congestive Heart Failure
(CHF)” dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan bagi kita semua
tentang gambaran radiologi pada congestive heart failure (CHF)”.
Melalui kesempatan ini, kelompok mengucapkan terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada pembimbing dalam penyusunan makalah ini.
Kelompok menyadari bahwa rmakalah ini masih jauh dari sempurna dan
tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kelompok sangat berharap adanya
masukan, kritik maupun saran yang membangun. Akhir kata kelompok ucapkan
terimakasih yang sebesar – besarnya, semoga tugas ini dapat memberikan
tambahan informasi bagi kita semua.
Kelompok
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dekompensasi kordis atau gagal jantung adalah suatu sindroma klinis yang
disebabkan oleh gagalnya mekanisme kompensasi otot miokard dalam
mengantisipasi peningkatan beban volume berlebihan ataupun beban tekanan
berlebih yang tengah dihadapinya, sehingga tidak mampu memompakan darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh. Kemampuan jantung
sebagai pompa sesungguhnya sangat bergantung pada kontraktilitas otot jantung.
Dan kemampuan kontraksi ini, ternyata tidak hanya ditentukan oleh kontraktilitas
sarkomer miokard itu sendiri, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh besarnya
preload (beban volume), afterload (beban tekanan), dan heart rate (frekuensi
denyut jantung).
Gagal jantung kongestif (Congestive Heart Failure) adalah sindrom klinis
akibat penyakit jantung, ditandai dengan kesulitan bernapas serta retensi natrium
dan air yang abnormal, yang sering menyebabkan edema. Kongesti ini dapat
terjadi dalam paru atau sirkulasi perifer atau keduanya, bergantung pada apakah
gagal jantungnya pada sisi kanan atau menyeluruh.1,2 Risiko CHF akan meningkat
pada lansia karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat
menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit - penyakit lain seperti hipertensi,
penyakit jantung katup, kardiomiopati, penyakit jantung koroner, dan lain - lain.
Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler termasuk
didalammya Congestive heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat yang
tinggi, menurut data WHO dilaporkan bahwa sekitar 3000 penduduk Amerika
menderita CHF. American Heart Association (AHA) tahun 2004 melaporkan 5,2
juta penduduk Amerika menderita gagal jantung. Walaupun angka yang pasti
belum ada untuk seluruh Indonesia, tetapi dengan bertambah majunya fasilitas
kesehatan dan pengobatan dapat diperkirakan jumlah penderita gagal jantung akan
bertambah per tahunnya.
Dari radiologi sendiri, foto thorax merupakan elemen penting yang harus
dipertimbangkan untuk dilakukan. Foto thorax atau sering disebut chest x-ray
(CXR) adalah suatu proyeksi radiografi dari thorax untuk mendagnosis kondisi -
2
kondisi yang mempengaruhi thorax, isi dan struktur - struktur di dekatnya. Foto
thorax menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk x-ray. Dosis radiasi yang
digunakan pada orang dewasa unuk membentuk radiografer adalah sekitar 0,06
mSv. Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan
dinding thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax
termasuk paru - paru, jantung, dan saluran - saluran yang besar.
Salah satu penegakan diagnosis adanya gagal jantung adalah pemeriksaan
foto rontgen toraks yang dapat menggambarkan ukuran dan bentuk jantung serta
kondisi kedua paru. Untuk itu penting bagi mahasiswa kedokteran dan para dokter
untuk memahami tanda - tanda penting pada gambaran foto rontgen toraks pada
keadaan gagal jantung.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Atrium
Atrium kanan. Berfungsi menampung darah yang rendah oksigen dari seluruh
tubuh yang mengalir dari vena kava superior dan inferior serta sinus
koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Kemudian darah dipompakan ke
ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru - paru.
Atrium kiri. Berfungsi menerima darah yang kaya oksigen dari paru - paru
melalui empat buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel
kiri dan dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta.
2. Ventrikel
4
Ventrikel kanan. Berfungsi memompakan darah dari atrium kanan ke paru -
paru melalui vena pulmonalis.
Ventrikel kiri. Berfungsi memompakan darah yang kaya oksigen dari atrium
kiri ke seluruh tubuh melalui aorta.
5
Gambar 2.3. Katup Jantung 2
6
Gambar 2.4. Lapisan jantung
Miokardium terdiri dari dua berkas otot yaitu sinsitium atrium dan
sinsitium ventrikel. Setiap serabut otot dipisahkan diskus interkalaris yang
berfungsi mempercepat hantaran impuls pada setiap sel otot jantung. Antara
sinsitium atrium dan sinsitium ventrikel terdapat lubang yang dinamakan anoulus
fibrosus yang merupakan tempat masuknya serabut internodal dari atrium ke
ventrikel. Lapisan endokardium merupakan lapisan yang membentuk bagian
dalam jantung dan merupakan lapisan endotel yang sangat licin untuk membantu
aliran darah.
Gambar 2.5. Serabut otot jantung
Sirkulasi Jantung
Lingkaran sirkulasi jantung dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu sirkulasi
sistemik dan sirkulasi pulmonal. Namun demikian terdapat juga sirkulasi koroner
yang juga berperan sangat penting bagi sirkulasi jantung.
Sirkulasi Sistemik
1. Mengalirkan darah ke berbagai organ tubuh.
2. Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda.
3. Memerlukan tekanan permulaan yang besar.
4. Banyak mengalami tahanan.
5. Kolom hidrostatik panjang.
Sirkulasi Pulmonal
1. Hanya mengalirkan darah ke paru.
2. Hanya berfungsi untuk paru-paru.
3. Mempunyai tekanan permulaan yang rendah.
4. Hanya sedikit mengalami tahanan.
7
5. Kolom hidrostatiknya pendek.
Sirkulasi Koroner
Efisiensi jantung sebagi pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi yang
cukup pada otot jantung itu sendiri. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan
jantung dan membawa oksigen untk miokardium melalui cabang-cabang
intramiokardial yang kecil-kecil.
Persarafan Jantung
Jantung dipersarafi oleh sistem saraf otonom yaitu saraf simpatis dan
parasimpatis. Serabut - serabut saraf simpatis mempersarafi daerah atrium dan
ventrikel termasuk pembuluh darah koroner. Saraf parasimpatis terutama
memberikan persarafan pada nodus sino-atrial, atrio-ventrikuler dan serabut -
serabut otot atrium, dapat pula menyebar ke dalam ventrikel kiri.
Persarafan simpatis eferen preganglionik berasal dari medulla spinalis torakal
atas, yaitu torakal 3 sampai dengan 6, sebelum mencapai jantung akan melalui
pleksus kardialis kemudian berakhir pada ganglion servikalis superior, medial
atau inferior. Serabut post-ganglionik akan menjadi saraf kardialis untuk masuk ke
dalam jantung. Persarafan saraf simpatis berasal dari pusat nervus vagus di
medulla oblongata; serabut - serabutnya akan bergabung dengan serabut simpatis
di dalam pleksus kardialis. Rangsang simpatis akan dihantar oleh norepinefrin,
sedangkan rangsang saraf parasimpatis akan dihantar oleh asetilkolin. Pada orang
8
normal kerja saraf simpatis adalah mempengaruhi kerja otot ventrikel sedangkan
parasimpatis mengontrol irama jantung dan laju denyut jantung.
Perdarahan Jantung
1. Arteri
Pendarahan otot jantung berasal dari aorta melalui dua pembuluh koroner
utama, yaitu arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri. Kedua arteri ini keluar
dari sinus Valsava aorta. Arteri koroner kiri berjalan di belakang arteri pulmonal
sebagai arteri koroner kiri utama (LMCA = Left Main Coronary Artery) sepanjang
1-2 cm. arteri ini bercabang menjadi arteri sirkumfleks (LCx = Left Circumflex
Artery) dan arteri desendens anterior kiri (LAD = Left Anterior Descendens
Artery). LCx berjalan pada sulkus atrio-ventrikuler mengelilingi permukaan
posterior jantung, sedangkan LAD berjalan pada sulkus interventrikuler sampai ke
apeks. Kedua pembuluh darah ini bercabang-cabang mendarahi daerah antara
kedua sulkus tersebut. Setelah keluar dari sinus Valsava aorta, arteri koroner
kanan (RCA = Right Coronary Artery) berjalan di dalam sulkus atrio-ventrikuler
ke kanan bawah mencapai kruks. Cabang pertama adalah arteri atrium anterior
kanan (Right Atrial Anterior Branch) untuk mendarahi nodus sino-atrial, dan
cabang lain adalah arteri koroner desenden posterior (PDA = Posterior
Descending Coronary Artery) yang akan mendarahi nodus atrio-ventrikuler.
2. Vena
Aliran darah balik dari otot jantung dan sekitarnya melalui vena koroner yang
berjalan berdampingan dengan arteri koroner, akan masuk ke dalam atrium kanan
melalui sinus koronarius. Selain itu terdapat juga vena-vena kecil yang disebut
vena Thebesii, yang bermuara langsung ke dalam atrium kanan.
Pembuluh Limfe
Pembuluh limfe pada jantung terdiri dari 3 kelompok pleksus, yaitu
subendokardial, miokardial, dan subepikardial. Penampungan cairan limfe dari
kelompok pleksus yang paling besar adalah pleksus subepikardial, dimana
pembuuh-pembuluh limfe akan membentuk satu trunkus yang berjalan sejajar
9
dengan arteri koroner kemudian meninggalkan jantung didepan arteri pulmonal
dan berakhir pada kelenjar limfe antara vena kava superior dan arteri inominata.
B. Etiologi
Terdapat tiga kondisi yang mendasari terjadinya gagal jantung, yaitu :
1. Gangguan mekanik ; beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara tunggal
atau bersamaan akibat penyakit jantung bawaan atau didapat yaitu :
Beban volume (preload)
Beban tekanan (afterload)
2. Abnormalitas otot jantung
Primer : kardiomiopati, miokarditis metabolik (DM, gagal ginjal kronik,
anemia), rheumatoid heart disease, toksin atau sitostatika.
Sekunder : Iskemia, penyakit sistemik, penyakit infiltratif
3. Gangguan irama jantung atau gangguan konduksi
C. Patofisologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal
jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan
10
ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi
volume sekuncup, dan meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan
meningkatnya EDV (volume akhir diastolik) ventrikel, terjadi peningkatan
tekanan akhir diastolik ventrikel kiri (LVEDP). Derajat peningkatan tekanan
bergantung pada kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya LVDEP, terjadi pula
peningkatan tekanan atrium kiri (LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan
langsung selama diastol. Peningkatan LAP diteruskan ke belakang ke dalam
pembuluh darah paru - paru, meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru - paru.
Apabila tekanan hidrostatik anyaman kapiler paru - paru melebihi tekanan
onkotik pembuluh darah, akan terjadi transudasi cairan ke dalam interstisial. Jika
kecepatan transudasi cairan melebihi kecepatan drainase limfatik, akan terjadi
edema interstisial. Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan
merembes ke dalam alveoli dan terjadilah edema paru. Tekanan arteri paru - paru
dapat meningkat akibat peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi
pulmonalis meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serangkaian
kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung
kanan yang akhirnya akan menyebabkan edema dan kongesti sistemik.
Perkembangan dari edema dan kongesti sistemik atau paru dapat diperberat
oleh regurgitasi fungsional dari katup - katup trikuspidalis atau mitralis secara
bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi anulus katup
atroventrikularis, atau perubahan orientasi otot papilaris dan korda tendinae akibat
dilatasi ruang.
D. Klasifikasi
Gagal jantung dapat diklasifikasikan menurut beberapa faktor. The New York
Heart Association (NYHA) classification for heart failure membaginya, sebagai
berikut :
a. Kelas I: Penderita dengan gagal jantung tanpa adanya pembatasan aktivitas
fisik, dimana aktivitas biasa tidak menimbulkan rasa lelah dan sesak nafas.
b. Kelas II: Penderita dengan gagal jantung yang memperlihatkan adanya
pembatasan aktivitas fisik yang ringan, merasa lega jika beristirahat.
11
c. Kelas III: Penderita dengan gagal jantung yang memperlihatkan adanya
pembatasan aktivitas fisik yang ringan, kegiatan fisik yang lebih ringan dari
kegiatan biasa sudah memberi gejala lelah, sesak nafas.
d. Kelas IV: Penderita dengan gagal jantung yang tidak sanggup melakukan
kegiatan apapun tanpa keluhan, gejala sesak nafas tetap ada walaupun saat
beristirahat.
E. Manifestasi Klinis
Diagnosa gagal jantung kongestif menurut Framingham dibagi menjadi 2 yaitu
kriteria mayor dan kriteria minor. Diagnosis ditegakkan dari dua kriteria mayor
atau satu kriteria mayor dan dua kriteria minor harus ada di saat bersamaan.
Kriteria mayor :
1. Dispnea nocturnal paroksismal atau ortopnea.
2. Peningkatan tekanan vena jugularis
3. Ronkhi basah tidak nyaring
4. Kardiomegali
5. Edema paru akut
6. Peningkatan tekanan vena >16 cm H20
7. Refluks hepatojugular.
Kriteria minor :
1. Edema pergelangan kaki
2. Batuk malam hari
3. Dispneu d’effort
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimum
7. Takikardi (120x/menit).
F. Pemeriksaan laboratorium
Tes darah mungkin akan diminta untuk menilai fungsi hati dan ginjal,
level/tingkat sodium dan potassium, jumlah sel darah, dan pengukuran-
pengukuran lainnya. Pemeriksaan darah perlu dilakukan untuk menyingkirkan
12
anemia sebagai penyebab susah bernapas, dan untuk mengetahui adanya penyakit
dasar serta komplikasi. Pada gagal jantung yang berat akibat berkurangnya
kemampuan mengeluarkan air sehingga dapat timbul hiponatremia dilusional,
karena itu adanya hiponatremia menunjukkan adanya gagal jantung yang berat.
Pemeriksaan serum kreatinin perlu dikerjakan selain untuk mengetahui adanya
gangguan ginjal, juga mengetahui adanya stenosis arteri renalis apabila terjadi
peningkatan serum kreatinin setelah pemberian angiotensin converting enzyme
inhibitor dan diuretic dosis tinggi. Pada gagal jantung berat dapat terjadi
proteinuria. Hipokalemia dapat terjadi pada pemberian diuretik tanpa
suplementasi kalium dan obat potassium sparring. Pada gagal jantung kongestif,
tes fungsi hati (bilirubin, AST dan LDH) gambarannya abnormal karena kongesti
hati. Pemeriksaan profil lipid, albumin serum fungsi tiroid dianjurkan sesuai
kebutuhan. Pemeriksaan penanda BNP sebagai penanda biologis gagal jantung
dengan kadar BNP plasma 100 pg/ml dan plasma non-proBNP adalah 300 pg/ml.
G. Gambaran Radiologi
1. Foto Thoraks
Dua fitur utama dari radiografi dada berguna dalam evaluasi pasien dengan
gagal jantung kongestif:
(1) ukuran dan bentuk siluet jantung
(2) edema di dasar paru - paru.3,5
13
tidak, adalah dengan membandingkan lebar jantung dan lebar dada pada foto
toraks PA (cardio-thoracis ratio).
Keterangan :
Jarak terpanjang antara batas jantung kanan dengan garis tengah yang
melalui tengah- tengah columna vertebralis thoracalis.
Jarak terpanjang antara batas jantung kiri dengan garis tengah yang melalui
tengah- tengah columna vertebralis thoracalis.
14
15
Contoh :
Panjang garis A = 6 cm
Panjang garis B = 13 cm
Panjang garis C = 30 cm
Dari nilai-nilai di atas, apakah jantung pada pasien tersebut dapat dikategorikan
sebagai Cardiomegally atau tidak?
Jawab :
Sesuai dengan rumus perbandingan yang telah dijelaskan, maka kita masukan
nilai-nilai tersebut di atas.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Congestive Heart Failure atau Gagal jantung adalah suatu sindroma klinis
yang disebabkan oleh gagalnya mekanisme kompensasi otot miokard dalam
mengantisipasi peningkatan beban volume berlebihan ataupun beban tekanan
yang berlebih pada jantung, sehingga tidak mampu memompakan darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh.
Cardio Thoracic Rasio ( CTR ) atau Cardio Thoracic Index ( CTI )
merupakan salah satu pengukuran jantung secara kasar dan mendekati jantung
yang sebenarnya.
Syarat-Syarat Pengukuran Jantung
1.Posisi penderita tidak boleh miring (scoliosis)
2.Foto tidak dalam keadaan ekspirasi.
3.Tidak ada kelainan columna vertebralis (kyposis scoliosis)
Teknik Perhitungan CTR
Rumus CTR = A+B
C
B. SARAN
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan, wawasan dan ilmu
setiap mahasiswa atau pembaca dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
17
DAFTAR PUSTAKA
18