Sembelit
Sembelit
Sembelit
Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana
seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan tinja yang
berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan
yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi.
Dan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi
penderitanya.
Daftar isi
1 Pencegahan
2 Pengobatan
3 Penyebab
4 Tanda dan gejala
5 Konstipasi dan wanita
6 Gangguan kulit
7 Epidemiologi
8 Obstruksi semu
9 Yang lainnya
10 Lihat pula
11 Referensi
12 Pranala luar
Pencegahan
Jangan jajan di sembarang tempat.
Hindari makanan yang kandungan lemak dan gulanya tinggi.
Minum air putih minimal 1,5 sampai 2 liter air (kira-kira 8 gelas) sehari dan cairan
lainnya setiap hari.[1]
Olahraga, seperti jalan kaki (jogging) bisa dilakukan. Minimal 10-15 menit untuk
olahraga ringan, dan minimal 2 jam untuk olahraga yang lebih berat.
Biasakan buang air besar secara teratur dan jangan suka menahan buang air besar.
Tidak perlu memaksa untuk buang air besar setiap hari bila tidak ada rangsangan
karena siklus pencernaan tiap orang berbeda-beda.
Konsumsi makanan yang mengandung serat secukupnya, seperti buah-buahan dan
sayur-sayuran.
Tidur minimal 4 jam sehari.
Menambah bumbu herbal dalam makanan, kecuali cabe.
Diet secara tidak berlebihan.
Mengonsumsi makanan anti inflamasi, seperti avokad, apel, dan kelapa.
Push up
Pengobatan
Jogging merupakan salah satu olahraga yang dapat meredakan dan mencegah sembelit.
Pengobatan dan peredaan konstipasi secara alami dapat dilakukan dengan pengubahan pola
makan menjadi lebih sehat, rajin berolahraga, memijat perut dan punggung,[2] minum air
putih sebanyaknya, meminum minuman prebiotik dan probiotik, atau membiasakan diri untuk
buang air besar setiap hari dengan membuat jadwal buang air besar yang disebut bowel
training. Terapi tertawa juga dapat dilakukan, karena dengan tertawa otot perut secara refleks
bergerak sehingga perut terpijat sehingga merangsang gerakan peristaltik usus dan
melancarkan buang air besar.
Konstipasi dapat juga diredakan atau diatasi dengan merendam kaki ke dalam air dingin.
Kaki direndam sampai terasa cukup dingin. Terapi ini juga dapat mengatasi kaki pegal,
pendarahan hidung, dan insomnia.
Sedangkan dengan cara sedikit dipaksa yang biasanya untuk penderita obstipasi, yaitu dengan
mengonsumsi obat pencahar disebut laksatif (yang kadang-kadang menyebabkan perut terasa
melilit berlebihan, tinja berbentuk cair, atau bahkan ketergantungan obat pencahar),
penghisapan tinja atau feses dengan alat khusus, terapi serat, dan pembedahan (walaupun
pilihan ini cukup jarang dilakukan).
Tekanan di dalam saluran pencernaan penderita kosntipasi terlalu rendah untuk mendorong
keluar tinja dari dalam usus. Agar tekanannya menjadi tinggi, bagian atas usus perlu dibuat
agar bertekanan lebih tinggi daripada bagian bawahnya, yakni dengan menempelkan air es di
perut dan air hangat di pantat. Hal ini biasanya diterapkan untuk konstipasi yang datang
secara tiba-tiba.[3]
Tinja penderita konstipasi yang keras dan panas dapat bergesekan dengan anus sehingga
seringkali menyebabkan wasir.
Gejala dan tanda akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain, karena pola
makan, hormon,gaya hidup dan bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda, tetapi biasanya
gejala dan tanda yang umum ditemukan pada sebagian besar atau kadang-kadang beberapa
penderitanya adalah sebagai berikut:
Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku karena tumpukan tinja (jika tinja
sudah tertumpuk sekitar 1 minggu atau lebih, perut penderita dapat terlihat seperti
sedang hamil).
Tinja menjadi lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, jumlahnya lebih sedikit
daripada biasanya (kurang dari 30 gram), dan bahkan dapat berbentuk bulat-bulat
kecil bila sudah parah.
Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, kadang-kadang harus
mengejan ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan
tinja (bahkan sampai mengalami ambeien dan berkeringat dingin).
Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit akibat
bergesekan dengan tinja yang panas dan keras.
Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk daripada biasanya
(bahkan terkadang penderita akan kesulitan atau sama sekali tidak bisa buang angin).
Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu transit buang air
besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau lebih).
Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah.
Sakit punggung bila tinja yang tertumpuk cukup banyak.
Bau mulut.
Sedangkan untuk gejala psikologis yang dapat terjadi pada para penderita konstipasi antara
lain:
Wanita yang merasa perutnya terasa tidak nyaman karena mengalami sembelit.
Sembelit adalah derita tersendiri buat kaum wanita. Berhari-hari tidak buang air besar tentu
saja membuat perut jadi begah. Tak hanya itu saja, perut pun terasa membuncit karena proses
pembuangan menjadi tidak lancar selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu.
Perbandingannya empat wanita banding satu pria. Wanita pekerja yang berusia 18-55 tahun
lebih cenderung mengalami gangguan pencernaan terutama sembelit.[9]
Kekuatan sfingter dan otot perut wanita yang lebih lemah dari pria mempersulit
wanita untuk buang air besar bila dibandingkan dengan pria.
Ketika ada keinginan untuk buang air besar di tempat umum atau di luar rumah,
wanita cenderung merasa risih untuk buang air besar dengan alasan seperti rasa malu
atau jijik pada toilet umum.[10]
Banyak wanita melakukan diet secara berlebihan. Gerakan peristaltik dari usus seakan
terabaikan dengan pola diet yang tidak benar. Penyebab utamanya adalah karena
kurangnya asupan serat.
Korpus luteum yang menghasilkan hormon progesteron dapat mengumpulkan
kelembaban air di dalam tubuh. Akibatnya, cairan untuk melunakan tinja menjadi
berkurang, sehingga tinja menjadi keras dan sulit untuk dikeluarkan (ini merupakan
hormon fisiologi dari menstruasi dan kehamilan).
Pada awal kehamilan, ada rasa takut pada wanita apabila melakukan buang air besar
nantinya akan menyebabkan janin ikut keluar hingga terjadi keguguran. Itu karena
terdapat anggapan mengejan saat buang air besar sama dengan mengejan saat
persalinan. Kebanyakan wanita hamil mengalami konstipasi pada saat hamil.
Terutama saat kehamilan mencapai trimester tiga atau sekitar 7 bulan.
Bentuk panggul wanita yang lebar untuk mengeluarkan janin membuat usus dapat
menjadi tidak stabil. Selain itu, untuk akumulasi lemak tubuh dan darah cenderung
terkumpul di panggul juga.
Bentuk usus wanita memungkinkan akan terjadinya distorsi karena panggul wanita
yang lebar, jadi kotoran keras mudah untuk terjebak di sana (contohnya bulb rektum).
Daerah abdomen wanita lebih padat karena ada rahim dan indung telur.[1]
Stres akibat sindrom iritasi usus (IBS) karena usus menjadi terdistorsi, kemudian
menyebabkan obstruksi, sehingga tinja terjebak di sana.
Gangguan kulit
Gangguan kulit biasanya jarang ditemukan pada penderita konstipasi biasa dan lebih rentan
menyerang penderita obstipasi. Apabila si penderita memilliki daya tahan tubuh yang lemah
maka gangguan tersebut akan semakin tampak. Penyebabnya karena racun atau toksin yang
berasal dari tinja, termasuk juga karbon dioksida dan asam laktat hasil pencernaan makanan
yang menumpuk di usus besar dan membebani kinerja hati. Karena kinerja hati terbebani,
maka tubuh tidak mampu menghasilkan darah bersih dan metabolisme pun terganggu.
Akibatnya, kek
ebalan tubuh berkurang, menyebabkan gejala akibat penyebaran toksin inilah yang dapat
langsung terlihat pada kulit penderita.[11] Toksin-toksin yang terserap di usus besar juga bisa
menghambat proses penyerapan nutrisi, menimbulkan reaksi alergi, bahkan menyebabkan
penyakit jika sistem imun tubuh sedang lemah.[1]
Gangguan yang dapat terjadi misalnya kulit terlihat kusam, kulit terasa kasar, flek hitam,
jerawat, eksem, dan sebagainya. Biasanya gangguan-gangguan ini hanya dapat hilang bila si
penderita sudah sembuh dari konstipasi atau obstipasi.
Epidemiologi