Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014).(1)

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak diderita pada masyarakat Indonesia.
Hipertensi dikategorikan sebagai the silent killer disease karena penderita tidak mengetahui dirinya
mengidap hipertensi, penyakit yang sangat berbahaya ini tidak ada gejala atau tanda khas sebagai
peringatan dini karena kebanyakan orang merasa sehat dan energik. Hipertensi tidak secara langsung
membunuh penderitanya melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas
berat atau mematikan padahal bila terjadi hipertensi terus menerus bisa memicu terjadinya stroke,
serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik (Wahdah,
2011).(2)

Penyakit hipertensi setiap tahunnya megalami peningkatan secara terus menerus dimana meningkat
sebanyak 1,6 milyar menjelang tahun 2025. Kurang lebih 10-30% penduduk dewasa dihampir semua
negara mengalami penyakit hipertensi dan sekitar 50-60% penduduk dewasa dapat dikategorikan
sebagai mayoritas utama yang status kesehatannya akan menjadi lebih baik bila dapat dikontrol tekanan
darahnya (Ramadi,2012).

Menurut Badan Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) tahun 2011, satu milyar orang di
dunia menderita hipertensi, dua pertiga di antaranya berada di Negara berkembang yang
berpenghasilan rendah sedang. Prevalensi hipertensi akan terus meningkat tajam diprediksikan pada
tahun 2025 nanti sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi. Hipertensi telah
mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara,
yang sepertiga populasinya menderita hipertensi.(3)

Menurut WHO (2012) dalam Kartikasari (2012) menyatakan bahwa terdapat prevalensi penderita
hipertensi sebanyak 839 juta orang dengan kenaikan presentase 18% pada tahun 2009 menjadi 80%
pada tahun 2012 yang penderitannya lebih banyak pada wanita 30% dibanding pria 29%. Di Indonesia
berdasarkan hasil survey Multinational Monitoring of Trends and Determinants In Cardiovascular
Disease (INA- MONICA) pada tahun 2007, angka hipertensi mencapai 16,2% dan terus meningkat hingga
19,6% pada survei 5 tahun kemudian. Berdasarkan data dari the National Health and Nutrition
Examination Survey (NHNES) di negara Amerika menunjukkan bahwa dari tahun 2005-2006, insiden
hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31% yang berarti terdapat 58-65 juta orang terkena
hipertensi (Ridwanamirudin, 2007). Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,
kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah terutama hipertensi di Indonesia sebesar 26,3%.
Data lain menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada
usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Hipertensi
merupakan penyakit yang sering dijumpai diantara penyakit tidak menular lainnya. Prevelensi hipertensi
di Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari
angka nasional. Kasus tertinggi penyakit tidak menular tahun 2012 pada kelompok penyakit jantung dan
pembuluh darah adalah penyakit hipertensi esensial. Prevalensi kasus hipertensi primer/esensial di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 1,67% mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun
2011 sebesar 1,96% (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2013). Di Wonogiri, hipertensi tahun 2012 sebanyak
37,865 kasus, dengan lansia hipertensi sebanyak 15.250 orang (Dinkes Wonogiri, 2013).(4)

Saat ini berbagai metode pengobatan untuk hipertensi telah dikembangkan. Pengobatan hipertensi
dapat dilakukan secara farmakologi dan non-farmakologi. Teknik farmakologi dilakukan dengan obat
anti-hipertensi seperti diuretik, beta blocker, vasodilator, inhibitor saraf simpatik, alpha blocker.
Pengobatan non- farmakologi dilakukan dengan pola hidup sehat seperti berhenti merokok, penurunan
berat badan, penurunan diet garam dan penggunaan obat tradisional (Rohmah 2012). Penggunaan obat
tradisional untuk hipertensi dewasa ini semakin banyak diminati sebagai terapi non-farmakologi untuk
mendampingi diet hipertensi (DASH).(5)

Penggunaan terapi farmakologik dengan menggunakan obat kimia sering menimbulkan efek samping,
mahal dan penggunaan seumur hidup bagi penderita hipertensi. Penatalaksanaan nonfarmakologis
dilakukan dengan cara mengatur pola hidup dan terapi non farmakologi pada penderita hipertensi
diantaranya dengan menggunakan terapi herbal yang diyakini rendah efek samping, mudah dan murah
yaitu menggunakan alpukat (Margowati dan Wiharyani, 2016).(6)

Daun alpukat mengandung zat flavonoid yang bersifat diuretik dan salah satu cara kerjanya yaitu dengan
mengeluarkan sejumlah cairan, elektrolit maupun zat-zat yang bersifat toksik. Dengan berkurangnya
jumlah air dan garam dalam tubuh maka pembuluh darah akan longgar sehingga tekanan darah
perlahan-lahan menurun (Utami dalam Faridah 2014)(5).

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tekanan darah berkurang sesudah pemberian seduhan
daun alpukat apalagi pemberiannya diberikan secara rutin hipertensi dapat dikontrol dan dikendalikan
namun banyak faktor yang menyebabkan hipertensi tidak terkontrol meskipun seseorang meminum
seduhan daun alpukat secara rutin. Misalnya stress, makanan berlemak, merokok, alkohol, kurang
olahraga, obesitas. Berdasarkan pengujian hipotesis yang dilakukan dengan uji deskriptif dengan
mencari mean, median, modus dan standart deviasi ditemukan hasil penurunan rata- rata atau mean
sistolik antara sebelum dan sesudah diberikan seduhan daun alpukat yaitu 144,16 menjadi 134,58 dan
penurun rata-rata atau mean diastolik sesudah diberikan seduhan daun aplukat yaitu 93,33 menjadi
87,08. (Wahdah, 2011).(2)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk menyususn karya tulis ilmiah
dengan rumusan masalah “Bagaimana Efektifitas Rebusan Daun Alpukat Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi Di Dusun Watulembu Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri?”.

C. Tujuan Studi Kasus

Tujuan Umum

Mengetahui efektivitas pemberian terapi rebusan daun alpukat untuk menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik penderita hipertensi di Dusun Watulembu Kecamatan Eromoko


Kabupaten Wonogiri.

2. Menganalisa efektivitas terapi rebusan daun alpukat terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi di Dusun Watulembu Kecamatan Eromoko.

3. Mengkaji pasien hipertensi di Dusun Watulembu Kecamatan Eromoko.

4. Menentukan diagnosa keperawatan pasien hipertensi di Eromoko.

5. Menentukan tujuan pasien hipertensi di Eromoko.

6. Menentukan intervensi keperawatan pasien hipertensi di Eromoko.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat teoritis

Menambah ilmu pengetahuan khususnya dibidang keperawatan mengenai efektivitas air rebusan daun
alpukat untuk penderita hipertensi sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian
selanjutnya.

2. Manfaat Praktis
Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan pasien tentang efektivitas air rebusan daun
alpukat untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi serta sebagai bahan masukan
pelaksanaan proses belajar bagi Keperawatan Medikal Bedah baik bagi institusi maupun profesi.

a. Bagi pasien

Diharapkan karya tulis ini dapat memberi informasi kepada pasien tentang efektivitas rebusan daun
untuk penderita hipertensi.

b. Manfaat Penulis

Dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan serta praktek
nyata terutama tentang efektivitas rebusan daun alpukat untuk penderita hipertensi.

c. Bagi institusi pendidikan

Sebagai referensi bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa keperawatan, khususnya yang
berkaitan dengan efektivitas air rebusan daun alpukat untuk penderita hipertensi.

d. Bagi profesi perawat

Bagi penulisan ini diharapkan dapat mendorong perawat untuk mengembangkan diri dan bersikap
professional dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada keperawatan medical bedah.

e. Bagi institusi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang efektivitas rebusan daun
alpukat untuk penderita hipertensi.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian Keperawatan Dasar untuk mengetahui efektifitas rebusan daun
alpukat terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Lokasi penelitian ini dilakukan di
Dusun Watulembu Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dan pre eksperimen one grup pre test, post test desain (perbedaan atau membandingkan
sebelum dan sesudah). Penelitian ini menggunakan teknik purposive samping. Yang menjadi subjek pada
penelitian ini adalah usia produktif di desa Watulembu. Penelitian akan dilakukan pada bulan Maret
2020. Data yang diambil secra langsung mrlalui tempat penelitian itu sendiri. Penelitian ini
menggunakan alat Sphygmomanometer dan dengan cara terapi pemberian rebusan daun alpukat untuk
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai