Anda di halaman 1dari 14

1

KORPUS DALAM KAJIAN PENERJEMAHAN


Oleh: Teguh Setiawan

A. Pendahaluan
Penerjemahan merupakan salah satu proses komunikasi yang melibatkan dua
bahasa yang berbeda. Dalam proses komunikasi, kesepahaman pesan antara pengirim
dan penerima merupakan tujuan akhir. Dalam penerjemahan, kesepahaman itu
diwujudkan dalam bentuk makna yang diwakili oleh satuan-satuan bahasa. Dengan
kata lain, penerjamahan sejatinya merupakan proses mengomunikasikan makna
satuan-satuan bahasa dari satu kode ke kode lain, dari satu bahasa ke bahasa lain. Oleh
karena itu, penerjemahan akan dikatakan berhasil apabila pengguna bahasa dari kode
yang berbeda memiliki kesepahaman makna atau informasi.
Untuk mendapatkan kesamaan atau keselarasan makna yang alami diperlukan
sumber yang dapat memberi informasi keseluruhan makna satuan bahasa. Kita tidak
dapat secara langsung memberi pengertian suatu satuan bahasa, misalnya kata cinta.
Makna kata cinta yang digunakan oleh pasangan muda tentu saja berbeda dengan
makna kata cinta yang digunakan oleh orang tua kepada anaknya. Makna kedua kata
tersebut juga berbeda ketika digunakan untuk mengekspresikan hubungan seseorang
dengan pekerjaannya, misalnya Dia sangat mencintai pekerjaannya. Dari fakta
tersebut setidaknya ada dua hal penting. Pertama, penerjemahan kata tidak hanya
berdiri sediri tanpa konteks. Makna kata hanya dapat diperoleh dengan tepat jika
berada dalam sebuah konteks yang jelas. Bahkan, Newmark (1988) menegaskan
makna sebuah kata dengan kode yang berbeda bukanlah penerjemahan jika tidak
disertai konteks. Kedua, pemaknaan suatu kata membutuhkan sumber yang
menghadirkan penggunaan kata tertentu dalam jumlah yang cukup sehingga sumber
tersebut harus dapat memberi informasi yang akurat tentang makna satuan bahasa yang

____________________________________________________________________________
Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik
Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri
Yogyakarta
2

dituju. Sumber ini yang kemudian disebut sebagai korpus. Dengan korpus tersebut
makna satuan bahasa dapat dimahami. Dalam kaitan ini Halliday et al. (2004)
mengatakan bahwa penerjemah dapat memahami makan cinta bukan karena melihat
kamus, tetapi melihat korpus yang dapat mengungkap penggunaan kata cinta dalam
berbagai perspektif.
Kajian penerjemahan cukup luas, tidak hanya sekadar terfokus pada produk
dan proses penerjemahan seperti yang terjadi sekarang ini, setidaknya dalam topik-
topik tesis penerjemahan, Hal itu dapat dilihat dari fokus kajiannya, misalnya kajian
yang membandingkan antara teks sumber dan teks sasaran pada aspek-aspek kebaha-
saannya atau kajian yang bertujuan untuk mengetahui strategi atau prosedur pener-
jemahan yang digunakan, atau penelitian yang bertujuan untuk menganalisis kesalahan
penerjemahan. Penelitian penerjemahan juga dapat mengkaji kritik atau pelatihan
penerjemahan. Kajian-kajian itu tentu saja memerlukan korpus yang berbeda-beda.
Korpus untuk mengkaji penerjemahan sebagai produk dan proses, atau kritik tentu saja
berbeda. Dengan kata lain, kebutuhan korpus akan bergantung pada bidang kajiannya.
Oleh karena itu, pengetahuan dan pengidentifikasian bidang dan fokus penerjemahan
yang kita kaji akan menentukan ketepatan dalam pemilihan korpus.

B. Cakupan Bidang Penerjemahan


Sebagaimana disebutkan di atas bahwa fokus penerjemahan akan menentukan
pemeilihan korpus. Kesesuain antara bidang kajian penerjemahan dan korpus akan
menolong peneliti sampai pada tujuannya. Ada yang berpendapat bahwa penerapan
korpus pada penerjemahan dipisahkan kedalam tiga bidang, yaiu penerjemahan sebagai
produk, proses, pelatihan penerjamhan , dan kajian linguistik kontrastif (Baker, 1992).
Pendapat lain yang cukup lengkap dan digunakan oleh berbagai ahli adalah deskripsi
bidang penerjemahan yang dikemukakan oleh Holmes ( dalam Munday, 1992)
Holmes membagi bidang penerjemahan menjadi dua, yaitu kajian penerje-
mahan murni dan kajian penerjemahan terapan. Seperti tampak pada diagram 1. Kajian
penerjemahan murni bertujuan mengungkap fenomena penerjemahan untuk

____________________________________________________________________________
Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik
Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri
Yogyakarta
3

menemukan prinsip-prinisp umum penerjemahan. Hasilnya digunakan untuk


pengembangan ilmu penerjemahan. Kajian penerjemahan terapan berorientasi pada
kebermanfaat teori penerjemahan untuk kepentingan-kepentingan lain yang bersing-
gungan dengan penerjemahan. Cakupan kajian penerjamahan tampak seperti pada
diagram 1. berikut ini.

Diagram 1. Cabang Kajian Penerjemhan

Kajian
Penerjemahan

Murni Terapan

Cabang penerjemahan yang berkaitan dengan kajian murni penerjemahan.


dibagi menjadi dua yaitu, teori penerjemahan yang bersifat umum dan teori
penerjemahan yang parsial. Teori yang bersifat umum merupakan teori yang berkaitan
dengan semua jenis terjemahan, sedangkankan teori yang bersifat parsial merupakan
teori penerjemahan yang didasarkan pada batasan yang diberikannya. Dalam konteks
ini Holems membagi teori parsial menjadi lima kelompok, yaitu teori yang dibatasai
oleh medium (penerjemahan oleh mesin atau manusia, jika oleh mesin apakah mesin
bekerja sendiri atau atas bantuan manusia), tempat terjemahan (dibatasi pada kelompok
bahasa tertentu atau budaya tertentu), tingkat unit analisis (dibatasi pada level kata atau
kalimat), tipologi teks ( dibatasi pada tipe genre tertentu, misalnya karya sastra, bisnis,
atau teks teknik), waktu (dibatasi pada teori dan penerjemahan pada waktu atai periode
terntu yang hasilnya sejarah penerjemahan, serta teori yang didasarkan pada analisis
masalah penerjemahan (misalnya masalah ekuivalensi pada tahun 1960 sampai 1970-
an)
Cabang kedua kajian murni penerjemahan adalah deskriptif. Kajian pener-
jemahan deskriptif dapat dibedakan menjadi tiga kajian, yaitu berorientsi produk,
____________________________________________________________________________
Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik
Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri
Yogyakarta
4

berorientasi proses, dan berorientasi fungsi. Kajian penerjemahan deskriptif yang


berorientasi produk melihat hasil terjemahan yang sudah ada dengan cara memban-
dingkan antara teks sumber dan teks sasaran atau antara beberapa teks sasaran yang
berasal dari teks sumber yang sama. Kajian penerjemahan deskriptif yang berorientasi
produk menekankan pada psikologi penerjemahan, misalnya menjelaskan apa terjadi
dalam pikiran penerjemah.
Kajian penerjemahan deskriptif yang berorientasi fungsi menekankan pada
fungsi penerjemahan secara sosiokultural atau menekankan konteks budaya dibanding-
kan sekadar kajian teks. Kajian penerjemahan yang berorientasi fungsi dapat berupa
kajian terhadap karya terjemahan, kapan dan di mana karya diterjemahkan, serta
pengaruh terjemahan bagi pembaca teks sasaran. Saat ini kajian seperti itu dikenal
sebagai penerjemahan yang berorientasi pada budaya. Secara ringkas kajian murni
penerjemahan dapat dilihat pada diagram 2. berikut ini.

Diagram 2. Kajian Penerjemahan Murni

Penerjemahan
Murni

Teoretis Deskriptif

Umum Parsial Berorientasi Berorientasi Berorientasi


Produk Proses Fungsi

Kajian penerjemahan terapan dibagi menjadi tiga bidang, yaitu pelatihan


penerjemahan, alat bantu penerjemahan, dan kritik terjemahan. Bagian bidang pelatihan
penerjemahan mencakup metode pengajaran penerjemahan, teknik pengujian, dan

____________________________________________________________________________
Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik
Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri
Yogyakarta
5

rancangan kurikulum. Sementara alat bantu penerjemahan mencakup penerapan tekno-


logi informasi, sepetti penggunaan piranti lunak dalam penerjemahan, penggunaan
kamus, dan tata bahasa. Kritik terjemahan mencakup revisi terjemahan, evaluasi
terjemahan, dan tinjauan terjemahan. Secara ringkas cabang-cabang terapan dapan
dilihat pada diagram 3. di bawah ini

Diagram 3. Cabang Kajian Penerjemahan Terapan

Terapan

Pelatihan Alat Bantu Kritik


Penerjemahan Penerjemhan Terjemahan

Revisi
Metode Pengajaran Kamus Terjemahan
penerjemahan

Teknik Pengujian Evaluasi


Tata Bahasa Terjemahan
Penerjemahan

Rancangan Teknologi Tinjauan


Kurikulum Informasi Terjemahan

C. Korpus Penerjemahan
1. Konsep Korpus
Pada awalnya korpus dimaksudkan sebagai kumpulan tulisan yang ditulis oleh
penulis tertentu. Bahkan bentuknya merupakan hard copy, seperti buku, majalah, surat
kabar. Konsep korpus seperti itu merupakan pengertian korpus secara tradisional. Saat
ini konsepsi korpus telah berkembang dan berkmakna luas. Sekarang, korpus juga

____________________________________________________________________________
Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik
Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri
Yogyakarta
6

dapat dikumpulkan secara elektronik. Ada tiga aspek yang menjadi pertimbangan
dalam memahami konsep (Baker, 1995). Pertama, korpus utamanya merupakan
kumpulan teks yang dihasilkan secara elektronik dan dapat dianalisis secara otomatis
atau semi otomatis. Kedua, korpus tidak hanya berisi kumpulan teks bentuk tulis,
tetapi juga mencakup ujaran. Ketiga, korpus mungkin juga mencakup sejumlah besar
teks yang berasal dari beragam sumber, misalnya dari beragam penulis dan penutur dan
dalam berbagai topik. Dari pendapat baker dapat juga dinyatakan bahwa ada empat
kriteria dalam memahami korpus dalam konsep luas, yaitu bentuk, ukuran, represen-
tatif, dan buka-tutup.
Dahulu bentuk berupa kata-kata yang diambil dari teks-teks tertulis dalam
bentuk hard-copy, seperti buku, majalah. Sekarang, korpus juga dapat dapat
dikumpulkan secara elektronik melalui internet. Dengan cara demikian kita dapat
membaca dan menganalisis secara otomatis atau semi otomatis dibandingkan secara
manual (Baker 1955).
Ukuran korpus berkaitan dengan besar kecilnya jumlah korpus. Dari
perspektif sejarah, penelitian berbasis korpus mengandalkan sejumlah besar data untuk
mendukung fakta dan pengetahuan tentang dunia pengalaman kita. Oleh karena itu,
korpus secara tradisional selalu dikaitkan dengan sejumlah besar data yang diekstrak
dari koleksi teks yang besar. Namun, dalam konteks kajian penerjemahan berbasis
korpus, korpus digunakan untuk menggambarkan fakta terbatas yang kemudian
dikenal sebagai korpus skala kecil. Oleh karena itu, ukuran korpus dalam kajian
penerjemahan saat ini menjadi relatif. Dalam pengertian ini, aspek kualitas menjadi
lebih relevan dibandingkan dengan aspek kuantitas. Aspek penting lainnya yang terkait
dengan ukuran adalah yang berkaitan dengan penggunaan teks lengkap dan bukan
fragmen teks. Korpus yang terdiri dari teks lengkap pada umumnya jauh lebih
bermanfaat daripada yang terdiri dari fragmen teks. Hal ini dikarenakan teks lengkap
memungkinkan kita untuk melakukan pemeriksaan tidak hanya pada level bawah
seperti kata-kata, frase dan kalimat, tetapi juga cara teks disusun dalam bahasa mereka

____________________________________________________________________________
Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik
Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri
Yogyakarta
7

secara keseluruhan, misalnya bagaimana teks dibentuk dalam bab, subbagian, paragraf
(Baker, 1995).
Aspek representatif pada umumnya dikaitkan dengan ukuran. Namun, dalam
kajian penerjemahan, korpus yang representatif tidak hanya menekankan unsur ukuran.
Ukuran korpus yang besar bukanlah satu-satunya kriteria suatu korpus dinyatakan
representatif. Untuk menentukan representasi korpus, peneliti hendaknya mengetahui
sejauh mana dan dalam hal apa korpus cukup representatif untuk memenuhi tujuan
penelitian. Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian peneliti dalam mendeksripsikan
korpus yang diambil. Hal itu mengingat ada banyak kandidat teks yang dapat menjadi
korpus. Misalnya dalam hal korpus paralel, peneliti harus secara tegas menentukan teks
sumbernya. Dengan demikian, peneliti tidak akan dihadapkan pada pilihan teks sumber
yang salah, yang dapat menyesatkan mereka dan akibatnya tidak mengun-tungkan bagi
penelitiannya. Kriteria buka-tutup mengacu pada fleksibilitas. Artinya, korpus dalam
studi terjemahan seharusnya memungkinkan peneliti untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang spesifik. Dengan kata lain, dengan menggunakan korpus peneliti
dapat memilih dan menggunakan teks korpus ini untuk berbagai jenis perbandingan
dan studi. Kriteria korpus yang dikemukakan di atas sesungguh memiliki kesamaan
yang dikemukakan oleh Meyer (2004) bahwa korpus yang baik memenuhi aspek
kuantitas, kualitas, represtatif, keserhanaan, keseimbangan, aksestabilitas, verifikasi,
pemutakhiran, dan aspek dokumentasi.

2. Penentuan Korpus
Korpus dalam bentuk tulis dapat diperoleh melalui pengumpulan dari berbagai
sumber, misalnya surat kabar atau artikel dalam surat kabar, jurnal, karya sastra (puisi,
cerpen, novel) dan korenspondensi Bahan korpus dalam bentuk lisan dapat diperoleh
melalui rekaman beberapa aktivitas seperti percakapan informal bersemuka, perca-
kapan lewat telpon, perkuliahana, wawancara, debat dan diskusi (Atkins, 2004).
Pemerolehan korpus dalam bentuk tulis tentu saja lebih mudah dibandingkan korpus
dalam bentuk lisan. Kesulitan dalam bentuk lisan adalah biaya yang besar dan

____________________________________________________________________________
Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik
Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri
Yogyakarta
8

kealamiahan penggunaan bahasa. Pada umumnya orang berbicara kurang alami atau
natural jika mengetahui sedang direkam.
Dalam menentukan penulis atau penutur teks yang dipertimbangkan sebagai
korpus, hendaknya memperhatikan beberapa beberapa aspek terkait kriteria penutur
atau penulis. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum memilih penutur
atau penulis teks yang akan dipertimbangkan sebagai korpus. Pertimbangan tersebut
terkaita dengan aspek sosiolinguistik, yaitu aspek umur, gender, dan level pendidikan,
variasi dialek, dan hubungan sosial (Meyer, 2004). Pada aspek gender yang harus
diperhatikan adalah proposi antara penulis atau penutur laki-laki dan perempuan.
Keduanya memiliki perbedaan dalam mengungkapkan informasi. Pada aspek umur
harus diperhitakan kelompok umur anak-anak, remaja, dan dewasa atau orang tua.
Kelompok umur tersebut hendaknya menjadi pertimbangan saat akan menjadikannya
sumber korpus. Penentuan kelompok mana yang akan dipilih bergantung tujuan yang
hendak dicapai. Aspek jenjang pendidikan juga harus dipertimbangan, khususnya saat
memilih kelompok berpendidikan tinggi atau pendidikan dasar. Hal ini penting agar
selaras dengan tujuan pengadaan korpus. Aspek variasi dialek juga harus diperhatikan
saat penyusunan korpus, terutama jika terdapat berbagai variasi dialek dalam satu
bahasa. Perbedaan dialek sangat mungkin menghasilkan makna dan cara pengucapan
yang berbeda pada leksikal yang sama. Aspek yang terakhir adalah hubungan sosial
penutur atau penulis dengan masyarakat. Hubungan tersebut akan melahirkan ciri
bahasa yang berbeda. Satu hal yang juga perlu diperhatikan adalah hubungan penutur
atau penulis dengan bahasa, sebagai penutur asli atau sebagai penutur asing.

3. Jenis Korpus dalam Penerjehaman


Korpus dalam studi bahasa diperlukan untuk menginformasikan secara akurat
perilaku setiap satuan bahasa dari tataran fonem, morfe, kata, frasa, hingga kalimat,
termasuk hubungan antaraunsur dan maknanya. Dalam bidang Leksikografi yang
berkatan dengan penyusunan kamus, baik monolingual maupun bilingual, juga
memerlukan korpus yang dapat menjelasklan semua makna kata dalam bahasa. Dengan

____________________________________________________________________________
Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik
Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri
Yogyakarta
9

kata lain, leksikografi memerlukan semua data kata yang bermakna. Kata-kata yang
tidak bermakna tidak akan dijadikan sumber informasi. Dalam kaitan itu, Biber
(1994) mengemukakan bahwa ada dua keuntungan utama penggunaan korpus untuk
analisis linguistik. Pertama, korpus menye-diakan database empiris wacana besar yang
alami, sehingga hasil analisisnya berdasarkan pada struktur alami. Kedua, korpus
menunjukkan bahwa, sebagai ahli bahasa, kita sering memiliki intuisi yang kuat,
namun intuisi tersebut seringkali terbukti tidak benar saat diuji secara empiris. Korpus
akan memberi keyakinan kepada peneliti atas kesimpulan karena menyajikan data yang
empiris. Keyakinan dan intuisi yang kuat yang dimiliki peneliti seringkali tidak benar
saat diuji secara empiris.
Kajian penerjemahan juga memerlukan korpus yang dapat menginformasikan
semua makna dan konteks penggunaannya dalam bahasa-bahasa yang berbeda.
Meskipun kajian penerjemahan berkaitan dengan makna satuan bahasa, tidak berarti
hanya memerlukan satuan bahasa yang bermakna sebagaimana dalam Leksikografi.
Dalam kajian penerjemahan yang satuan unit analisisnya tidak hanya satuan lingual
yang bermakna, tetapi juga satuan bahasa yang tidak bermakna. Sebagaimana dinya-
takan oleh Baker (1992; 1995) bahwa dalam tataran kata tidak semua kata dalam
bahasa sumber dapat dicari ekuivalensinya dalam bahasa target. Artinya, ada beberapa
kata yang memang spesifik dan tidak bermakna, misalnya nama geografis, nama
festival, nama orang yang semuanya dalam cakupan proper name.
Korpus yang berkaitan dengan kajian penerjemahan ada tiga, yaitu korpus
koparatif, korpus paralel, dan korpus multilingual (Baker, 1996). Dalam pandangan
Halliday et al. (2004), korpus paralel yang langsung berkaitan dengan penerjemahan,
sehingga ia menyebutnya sebagai korpus penerjemahan. Korpus multilingual
dimasukkan dalam kerangka korpus paralel. Korpus komparatif merupakan salah satu
jenis korpus yang berisi teks asli suatu bahasa dan teks penerjemahan dalam bahasa
yang sama. Misalnya, teks asli dalam bahasa Indonesia dan teks terjemahan bahasa
Indonesia dari bahasa lain. Dengan kata lain yang dibandingkan adalah teks asli dan

____________________________________________________________________________
Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik
Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri
Yogyakarta
10

terjemahan dalam bahasa yang sama. Korpus ini umumnya digunakan untuk melihat
persamaan dan perbedaan antara kedua teks tersebut.
Korpus mulitilingual adalah jenis korpus yang berisi teks terjemahan lebih
dari dua bahasa. Dalam konteks ini, masing-masing bahasa merupakan terjemahan dari
teks yang sama. misalnya, tiga teks bahasa Inggirs, Jerman, dan Perancis yang meru-
pakan terjemahan dari teks yang sama. Dengan kata lain, teks ketiga bahasa tersebut
bukan asli, tetapi teks terjemahan. Teks jenis ini dapat dijumpai dalam teks dokumen,
seperti dokumen Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHAP). Dalam teks jenis ini
dapat dirasakan perbedaan dengan teks asli bahasa Indonesia.
Korpus paralel dikonsepsi sebagai korpus yang berisi teks dalam bahasa
sumber dan terjemahanya dalam bahasa target yang berbeda. Dalam konteks ini,
konsep bahasa sumber dan bahasa taget tidak hanya digunakan untuk mengacu teks
bahasa asli dan terjemahannya, tetapi bahasa sumber juga mengacu bahasa yang dipilih
menjadi titik tolak penerjemah, sedangkan bahasa target adalah bahasa yang dipilih
untuk dicarikan ekuivalensinya. Terjemahan teks sumber dapat lebih dari satu bahasa,
bisa dua atau lebih (Meyer, 2004). Oleh kartena itu, kopus paralel dapat bilingual dan
multilingual. Korpus paralel bilingual apabila korpus berisi satau teks bahasa sumber
dan satu teks terjemahan dalam bahasa target, misalnya teks asli bahasa Indonsia dan
teks terjemahannya dalam bahasa Inggris. Sebaliknya, korpus multilingual berisi satu
teks bahasa sumber dan beberapa teks terjemahannya dalam bahasa target, misalnya
teks asli dalam bahasa sumber bahasa Arab dan teks terjemahnnya dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris. Dalam hal ini jangan dikacaukan dengan korpus
multilingual. Perbedaannya, korpus paralel ada teks asli bahasa sumber dan
terjemahannya dalam bahas lain, sedangkan kopus multilingual hanya berisi teks
terjemahan dari beberapa bahasa. Namun, dalam perkembangannya korpus multilingual
dimasukkan dalam korpus paralel (Halliday et al., 2004). Oleh karena itu, korpus
paralel selain berisi teks sumber dan terjemahannya dalam bahasa lain, juga berisi teks
terjemahan dalam beberapa bahasa.

____________________________________________________________________________
Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik
Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri
Yogyakarta
11

Korpus ini digunakan untuk mengetahuai hubungan antara kalimat bahasa


sumber dan bahasa target, atau kata bahasa sumber dan bahasa target. Korpus ini juga
dapat digunakan untuk menginformasikan hubungan ekuivalensi antara leksikal atau
struktur bahasa sumber dan bahasa target, termasuk sebagai dasar untuk penyusunan
kamus bilingual dan mesin penerjemah. Informasi yang lengkap dan alamiah yang ada
dalam korpus juga merupakan salah satu alasan mengapa kamus bilingual tidak banyak
menolong bagi kita untuk menerjemahkan bahasa yang tidak familiar.
Korpus paralel memberi kita banyak alternatif yang dapat kita pilih tentang
makna dan satuan bahasa yang kesemuanya ekuivalen. Dengan korpus tersebut kita
dapat mengidentifikasi satuan unit makna dalam satu bahasa dan menemukan
ekuivalensinya dalam bahas lain. Sebagai contoh, kita akan mengkaji penerjemahan
pronomina persona dalam teks terjemahan. Asumsinya, pronomina persona dalam
bahasa sumber dan bahasa sasaran berbeda, misalnya pronomina persona dalam
bahasa Arab dan bahasa Inggris. Dalam bahasa Arab semua pronomina persona, baik
pronomina persona pertama, kedua, dan ketiga memiliki bentuk tunggal, dualis, dan
pluralis. Selain itu masing-masing pronomina persona juga memiliki penanda gender,
yaitu feminin dan maskulin. Sebaliknya, pronomina persona dalam bahasa Inggris
hanya mengenal bentuk jamak dan tunggal, sedangkan penanda gender hanya untuk
pronomina persona ketiga tunggal. Untuk mengkaji hal itu diperlukan korpus paralel
yang menampilkan keseluruahn penggunaan pronomina persona dalam bahasa Arab
sebagai bahasa sumber dan ekuivalensinya dalam bahasa Inggris sebagai bahasa
sasaran.
Korpus yang diperlukan untuk mengkaji ekuivalensi pronomina persona di atas
tentu saja jika tujuan kajiannya adalah untuk mengetahui kesalahan dalam
penerjemahan yang dilakukan oleh pelajar. Untuk dapat mengetahui hal itu diperlukan
korpus yang merupakan kumpulan penggunaan bahasa oleh pelajar yang sedang
mempelajari bahasa tersebut, misalnya, bahasa Inggris sebagai terjemahan bahasa
Indonesia bagi pelajar Indonesia. Teks bahasa Inggris yang mereka produksi, baik

____________________________________________________________________________
Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik
Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri
Yogyakarta
12

dalam bentuk tulis maupun lisan merupakan teks yang dihasilkan oleh penutur asing.
Korpus seperti ini sering disebut korpus pembelajar (leaner corpus)
Lebih lanjut, korpus paralel dapat berupa unidireksional dan bidireksional
(Zanettin, 2000). Korpus paralel dipertimbangkan sebagai unidiresional apabila korpus
berisi hasil penerjemahan langsung dari korpus dalam bahasa yang berbeda, misalnya
teks bahasa Inggris diterjemahkan ke bahasa Cina atau teks dalam bahasa Cina
diterjemahkan ke bahasa Inggris. Keduanya berdiri sendiri sebagai pasangan. Korpus
paralel bidireksional merupakan korpus yang berisi teks asli yang ditulis dalam bahasa
A dan diterjemahkan dalam bahasa B yang ditambah dengan teks asli dalam bahasa B
dan diterjemahkan dalam bahasa A, misalnya teks asli bahasa Inggris dan terjemahnya
dalam bahasa Cina maupun teks asli bahasa Cina dengan terjemahannya dalam bahasa
Inggris. Dalam hal ini teks diproduksi secara simultan dalam bahasa yang berbeda
(Hunston, 2002).
Korpus paralel utamanya dimanfaatkan oleh tiga jenis kelompok pengguna,
yaitu guru dan mahasiswa bahasa, penerjemah dan peserta pelatihan penerjemahan, dan
linguis komputasional. Bagi para pembelajar bahasa, kospus paralel digunakan untuk
melihat kata atau frasa yang tidak masuk dalam daftar kamus atau ketika makna
penggunaan kata tertentu tidak cukup jelas. Bagi linguis komputasional, korpus paralel
menjadi dasar untuk mengembangkan software. Korpus paralel paling penting
digunakan dalam hubungannya dengan penerjemahan. Bagi penerjemah, guru bahasa,
dan peserta pelatihan penerjemahan korpus paralel memberi wawasan yang luas dalam
hal perbandingan ciri bahasa yang tidak dijumpai dalam korpus yang monolingual.
Bagi mereka korpus ini juga menginformasikan dan menjelaskan perbedaan antara teks
sumber dan teks sasaran, misalnya informasi kekhasan leksikon bahasa, perbedaan
tipologi dan budaya. Selain itu korpus paralel juga digunakan untuk mengetahui
pengaruh teks sumber terhadap teks sasaran. Dengan korpus tersebut dapat diketahui
cara informasi dalam suatu bahasa disampaikan kembali atau diterjemahkan dalam
bahasa yang berbeda, termasuk untuk mengetahui lengkap tidaknya informasi dan ada
tidaknya proses yang menyimpang dalam penerjemahan.

____________________________________________________________________________
Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik
Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri
Yogyakarta
13

D. Simpulan
Korpus penerjemahan memiliki perbedaan dengan korpus dalam kajian
linguistik secara umum meskipun secara substansi sama, yaitu berisi kumpulan teks
tulis dan lisan dari berbagai sumber. Namun, dalam perwujudannya berbeda-beda.
Dalam menentukan korpus, hendaknya peneliti menyelaraskannya dengan cabang
penerjemahan yang akan dikaji sehingga diperoleh kurpus yang mendukung tujuan
penelitiannya. Secara umum, kopus penerjemahan ada tiga jenis, yaitu kopus
komparatif, korpus paralel, dan kopus mullingual. Dalam penggunaannya ketiga korpus
tersebut berbeda bergantung tujuan yang hendak dicapai.

DAFTAR RUJUKAN

Atkins, Sue; Clear, Jeremy & Ostler, Nicholas. “Corpus Design Criteria”. Literary and
Linguistic Computing, 7(1). 1992. pp. 01-16.

Baker, M. 1992. In Other Words: A course Book On Translation. London New York:
Routledge.

Baker, Mona. “Corpora in Translation Studies. An Overview and Suggestions for


Future Research”. Target, 7(2). 1995. pp. 223-243.

Baker, Mona. “Corpus-based Translation Studies. The Challenges that Lie Ahead”. In:
Somers, Harold (Ed.). Terminology, LSP and Translation Amsterdam: John
Benjamins Publishing Company, 1996. pp. 175-186.

Biber, Douglas. “Representativeness in Corpus Design”. Literary and Linguistic


Computing, 1993. pp 244-257

Halliday, M.A.K; Wolfgang Teubert; dan Collin Yallop, dan Anna Cermokova. 2004.
Lexicology and Corpus Linguistics.: An Introduction. New York: Continuum.

____________________________________________________________________________
Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik
Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri
Yogyakarta
14

Hunston, S. 2002. Corpora in Applied Linguistics. Cambridge University Press.

Meyer, Charles F. 2004. English Copus Linguistics An Introduction. New York:


Cambridge University Press.

Munday, J. 2001. Introducing Translation Studies. Theories and Applications. London


and NewYork: Routledge.

Newmark. 1988. A Textbook of Translation. London: Prentice Hall International.

Zanettin, Frederico 2000: Parallel Corpora in Translation Studies. Issues in Corpus


Design and Analysis. Dalam Olohan, Maeve (ed.), Intercultural Faultlines.
Research Models in Translation Studies I. Textual and Cognitive Aspects.
Manchester: St Jerome, 105-118.

____________________________________________________________________________
Makalah ini disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan: Linguistik
Korpus dalam Pengajaran Bahasa tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai