Anda di halaman 1dari 120

HIDROLOGI

� Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air atau perjalanan air yang tida
pernah berhenti dari atmosfer (ruang udara) ke bumi dan kembali lagi k
atmosfir.
� Di darat air mengalir baik di permukaan bumi maupun di dalam bumi (ruan
darat) menuju laut (ruang laut) secara terus menerus dari tempat yang lebi
tinggi ke tempat yang lebih rendah secara gravitasi.
� Di atmosfir perjalanannya melalui melalui evaporasi (E), transpirasi (T), evapo
transpirasi (ET), kondensasi, presipitasi (hujan).
� Secara harafiah “hidrologi” berasal dari bahasa Yunani, yakni “hydro” da
“loge”. Hydro berarti sesuatu yang berhubungan dengan air dan loge berar
pengetahuan.
� Jadi hidrologi adalah ilmu pengetahuan yang secara khusus mempelaja
tentang kejadian, perputaran dan penyebaran air di atmosfir dan permukaa
bumi serta di bawah permukaan bumi.
� Secara luas hidrologi meliputi pula berbagai bentuk air, termasuk transformas
antara keadaan cair, padat, dan gas dalam atmosfir, di atas dan di bawa
permukaan tanah.
� Di dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan penyimpa
air yang mengaktifkan kehidupan di planet bumi ini.
Ruang Lingkup Hidrologi Mencakup :
1. Pengukuran, mencatat, dan publikasi data dasar.
2. Deskripsi propertis, fenomena, dan distribusi air di daratan.
3. Analisa data untuk mengembangkan teori-teori pokok yang ada
pada hidrologi.
4. Aplikasi teori-teori hidrologi untuk memecahkan masalah praktis.
drologi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, tetapi ada hubungan dengan ilmu lain, sepe
eteorologi, klimatologi, geologi, agronomi kehutanan, ilmu tanah, dan hidrolika. Menurut Th
ternational Association of Scientific Hydrology, hidrologi dapat dibagi menjadi:
Potamologi (Potamology), khusus mempelajari aliran permukaan (surface streams)
Limnologi (Limnology), khusus mempelajari air danau
Geohidrologi (Geohydrology), khusus mempelajari air yang ada di bawah permukaan tana
(mempelajari air tanah = groundwater)
Kriologi (Cryology), khusus mempelajari es dan salju
Hidrometeorologi (Hydrometeorology), khusus mempelajari problema-problema yang ad
diantara hidrologi dan meteorologi.
klus Hidrologi
Penguapan
es perubahan air menjadi uap air disebut penguapan. Penguapan memerlukan energy pa
alnya api kompor. Penguapan di alam (penguapan air laut dan air yang ada di daratan) te
gan bantuan energi panas dari sinar matahari. Pada penguapan air laut, garam yang terkand
am air laut tidak ikut diuapkan (tetap tertinggal di laut). Jika uap air laut diembunkan akan diper
awar yang relatif murni.
ingkat Penguapan
kat penguapan bergantung pada dua faktor yang berbeda, yaitu:
hu udara
sar kandungan uap air yang terdapat di udara.
akin tinggi suhu udara, semakin banyak uap air diserap oleh udara. Semakin kecil persentase ua
dara, semakin banyak uap air dapat diserap udara. Suhu udara di padang pasir pada siang
up tinggi, maka apa bila terdapat air permukaan akan terjadi penguapan yang tinggi.
Bentuk Penguapan
guapan air dapat terjadi melalui tumbuhan maupun permukaan bumi. Penguapan air melalui
buhan disebut transpirasi. Dengan demikian terdapat dua bentuk penguapan air yang berbed
m:
nguapan di permukaan bumi (dari lautan, daratan).
nguapan melalui tumbuhan (disebut transpirasi).
ondensasi Uap Air
ondensasi merupakan proses kebalikan dari penguapan. Kondensasi uap air berarti proses
rubahan uap air menjadi air (proses pengembunan). Di udara, kondensasi uap air terjadi
a:
Udara yang sudah jenuh uap air ditambah uap air atau zat lain
Suhu udara yang jenuh uap air turun
ap air yang mengembun di udara membentuk tetes-tetes air yang sangat kecil dan dapat
ihat sebagai awan di langit.

ansportasi oleh Angin


dara yang mengandung uap air atau awan dapat terbawa angin ke tempat lain.
leh karena itu angin memiliki peran penting dalam menentukan daerah dimana
ujan akan terjadi.
ujan
tes-tetes air hasil kondensasi terlalu kecil untuk dapat jatuh ke bumi, tetes-tetes air yang sang
cil ini mungkin akan menguap kembali. Dengan bantuan transportasi angin, maka dap
perkirakan bahwa sampai satu juta tetes tetes air yang sangat kecil tadi akan bertumpuk da
embentuk satu tetes air yang lebih besar. Tetes-tetes air besar inilah yang dapat jatuh sampai k
rmukaan bumi sebagai tetesan hujan. Di daerah iklim sedang dengan ketinggian tertentu, krista
stal es bertumpuk dengan tetestetes air yang sangat kecil tadi dan membentuk satu gumpalan e
umpalan es ini akan meleleh pada waktu jatuh dan sampai ke bumi sebagai tetesan hujan. Huja
bih banyak terjadi di daerah pegunungan dibandingkan dengan dataran rendah, karena suh
ara jenuh uap air, akan mengalami penurunan suhu setelah dibawa oleh angin dari datara
ndah ke pegunungan. Besarnya curah hujan di pegunungan ditambah dengan pepohonan yan
bat menyebabkan ketersediaan air bersih di pegunungan relatif banyak.
eresapan Air
hujan yang jatuh ke tanah tidak seluruhnya langsung mengalir sebagai air permukaan, tetapi a
ng terserap oleh tanah. Peresapan air ke dalam tanah pada umumnya terjadi melalui dua tahap
tu infiltrasi dan perkolasi. Infiltrasi adalah gerakan air menembus permukaan tanah masuk
am tanah. Perkolasi adalah proses penyaringan air melalui poripori halus tanah sehingga air b
resap ke dalam tanah.
dalaman air yang masuk ke tanah bergantung dari beberapa faktor, yaitu: jumlah air huj
rositas tanah, jumlah tumbuh-tumbuhan serta lapisan yang tidak dapat ditembus oleh air. Air ya
tahan oleh lapisan kedap air (misalnya batu) membentuk air tanah. Air tersebut da
manfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari. Di daerah perkotaan yang padat penduduknya peresap
kecil sekali, karena sebagian besar lahan tanah tertutup/dilapis aspal atau dibeton dan perumah
angun dimana-mana, sehingga luas tanah terbuka semakin sempit sehingga semakin sedikit p
pat menyerap air. Seharusnya beberapa tempat di kota dibiarkan terbuka sebagai tanah resap
hujan.
Sumber-sumber Air di Alam
Terbentuknya sumber - sumber air di alam mengalami serangkaian proses. A
hujan jatuh ke tanah kemudian meresap ke dalam tanah. Sampai di kedalama
ertentu, air tersebut tertahan oleh lapisan batu-batuan (lapisan kedap air), yan
membendung air sehingga tidak terus meresap ke bawah. Dari celah-cela
bebatuan tersebut dapat kita temukan sumber air yang jernih dan tidak tercemar
Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang menggenang atau mengalir di permukaa
tanah, misalnya danau, sungai dan rawa-rawa. Sungai merupaka
pengumpulan dari tiga jenis limpasan, yaitu: limpasan permukaan, limpasan d
bawah permukaan dan limpasan air tanah, yang akhirnya akan kembali ke la
Siklus hidrologi merupakan suatu sistim yang tertutup, dalam arti bah
pergerakan air pada sistim tersebut selalu tetap berada di dalam sistimnya. Sik
hidrologi terdiri dari enam sub sistim yaitu :
1. Air di atmosfir
2. Aliran permukaan
3. Aliran bawah permukaan
4. Aliran air tanah
5. Aliran sungai/saluran terbuka
6. Air di lautan dan air genangan
Sifat-Sifat Air
Air berubah ke dalam tiga bentuk/sifat menurut waktu dan tempat, yakni air sebagai bah
padat, air sebagai cairan dan air sebagai uap seperti gas. Umumnya benda menjadi kecil ji
suhu menjadi rendah. Tetapi air mempunyai volume yang minimum pada suhu 4° C. Leb
rendah dari 4°C, volume air itu menjadi agak besar. Pada pembekuan, volume es menjadi 1/
kali lebih besar dari volume air semula. Mengingat es mengambang di permukaan air (kare
es lebih ringan dari air), maka keseimbangan antara air dan es dapat dipertahankan ol
pembekuan dan pencairan. Jika es lebih berat dari air, maka es itu akan tenggelam ke das
laut atau danau dan makin lama makin menumpuk yang akhirnya akan menutupi seluruh dunia
Siklus dan Neraca Air
Proses sirkulasi air pada Gambar 1.2 merupakan hubungan antara aliran ke dalam (inflow) dan aliran ke
luar (outflow) pada suatu daerah dalam periode waktu tertentu. Hal ini dapat dikatakan atau disebu
dengan “neraca air”. Hubungan Keseimbangan ini adalah sebagai berikut :

P=D+E+G+M
Dimana :
P = Presipitasi
D = Debit
E = Evaporasi
G = Penambahan (supply) air ke tanah
M = Penambahan kadar kelembababan tanah
engenalan Istilah-istilah Hidrologi
Presipitasi
ujan (presipitasi) merupakan masukan utama dari daur hidrologi dalam DAS. Dampak kegiata
mbangunan terhadap proses hidrologi sangat dipengaruhi intensitas, lama berlangsungnya, da
kasi hujan. Karena itu perencana dan pengelola DAS harus memperhitungkan pola presipitasi da
baran geografinya.
Intersepsi
ujan yang jatuh di atas tegakan pohon sebagian akan melekat pada tajuk daun maupun batan
gian ini disebut tampungan/simpanan intersepsi yang akhirnya segera menguap. Besar kecilny
ersepsi dipengaruhi oleh sifat hujan (terutama intensitas hujan dan lama hujan), kecepatan angi
nis pohon (kerapatan tajuk dan bentuk tajuk). Simpanan intersepsi pada hutan pinus di Italia uta
kitar 30% dari hujan (Allewijn, 1990). Intersepsi tidak hanya terjadi pada tajuk daun bagian ata
ja, intersepsi juga terjadi pada seresah di bawah pohon. Intersepsi akan mengurangi hujan yan
enjadi run off.
. Throughfall, Crown drip, Steamflow
Hujan yang jatuh di atas hutan ada sebagian yang dapat jatuh langsung di lantai hutan melalui sela-sela ta
agian hujan ini disebut throughfall. Simpanan intersepsi ada batasnya, kelebihannya akan segera t
ebagai crown drip. Steamflow adalah aliran air hujan yang lewat batang, besar kecilnya stemflow dipenga
leh struktur batang dan kekasaran kulit batang pohon.
. Infiltrasi dan Perkolasi
Proses berlangsungnya air masuk ke permukaan tanah kita kenal dengan infiltrasi, sedang perkolasi ad
roses bergeraknya air melalui profil tanah karena tenaga gravitasi. Laju infiltrasi dipengaruhi tekstur
truktur, kelengasan tanah, kadar materi tersuspensi dalam air juga waktu.
lengasan Tanah
ngasan tanah menyatakan jumlah air yang tersimpan di antara pori­pori tanah. Kelengasan tanah sa
mis, hal ini disebabkan oleh penguapan melalui permukaan tanah, transpirasi, dan perkolasi. Pada
ngasan tanah dalam keadaan kondisi tinggi, infiltrasi air hujan lebih kecil daripada saat kelengasan ta
ah. Kemampuan tanah menyimpan air tergantung dari porositas tanah.
mpanan Permukaan (Surface Storage)
anan permukaan ini terjadi pada depresi­depresi pada permukaan tanah, pada perakaran pepohonan ata
kang pohon­pohon yang tumbang. Simpanan permukaan menghambat atau menunda bagian hujan
capai limpasan permukaan dan memberi kesempatan bagi air untuk melakukan infiltrasi dan evaporasi.

noff Runoff
ah bagian curahan hujan (curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan kehilangan air lainnya) yang men
m air sungai karena gaya gravitasi; airnya berasal dari permukaan maupun dari subpermukaan (sub surfa
off dapat dinyatakan sebagai tebal runoff, debit aliran (river discharge) dan volume runoff.
ponen Runoff
Presipitasi
Presipitasi adalah nama umum dari uap yang mengkondensasi dan jatuh ke tanah berupa
alju, hujan, hujan es dan lain-lain. Presipitasi yang ada di bumi ini berupa :
a) Hujan , merupakan bentuk yang paling penting.
b) Embun, merupakan hasil kondensasi di permukaan tanah atau tumbuh-tumbuhan dan
kondesasi di dalam tanah.
) Kondensasi, di atas lapisan es terjadi jika ada massa udara panas yang bergerak di atas
lapisan es.
d) Kabut, pada saat terjadi kabut, partikel-partikel air diendapkan di atas permukaan tanah dan
tumbuh-tumbuhan.
e) Salju dan es. Salah satu bentuk presipitasi yang terpenting di Indonesia adalah hujan. Maka
pembahasan mengenai presipitasi ini selanjutnya hanya dibatasi pada hujan saja. Ada 5
buah unsur yang ditinjau, yaitu :
a) Intensitas I, adalah laju curah hujan = tinggi per satuan waktu, misalnya mm/menit, mm/ja
mm/hari.
b) Lama waktu atau durasi t, adalah lamanya curah hujan terjadi dalam menit atau jam.
c) Tinggi hujan d, adalah banyaknya atau jumlah hujan yang dinyatakan dalam ketebalan air
atas permukaan datar, dalam mm.
d) Frekuensi, adalah frekuensi kejadian terjadinya hujan, biasanya dinyatakan dengan wa
ulang (return period) T.
e) Luas, adalah luas geografis curah hujan A, dalam km2.
at Ukur
em pengukuran di lapangan seringkali sulit dilakukan secara manual oleh manusia. Untuk keperluan ini maka dibutuhkan su
rumentasi yang reliable untuk jangka waktu cukup lama dengan melakukan pengukuran berulangulang secara periodik. Penguku
ameter - parameter yang berlainan dalam satu waktu bersamaan memerlukan suatu integrasi dari keseluruhan sistem pengukuran kedal
tu data kolektor. Pada sistem yang lebih luas data ini harus digabungkan pada suatu sistem data base terpusat. Dengan sistem ini ma
at dihasilkan interpretasi untuk decision support system yang menyeluruh tentang data cuaca. Implementasinya antara lain : menentuk
a cocok tanam sistem pengairan pada pertanian; monitoring sistem irigasi dan bendungan; pemantauan muka air tanah perkota
gendalian banjir dan bencana; dan lain sebagainya.

berapa pengukuran parameter hidrologi antara lain :


Water level
Water flow
berapa pengukuran parameter klimatologi antara lain :
Precipitation
Evaporation
Air flow
Moist & Temperature
Radiation
Pengukuran Hujan
Pengukuran Hujan Dilakukan Dengan
Menampung Hujan Yang Jatuh Di Beberapa
Titik Yang Sudah Ditentukan Dengan
Menggunakan Alat Pengukur Hujan.
Hujan Yang Terukur Mewakili Suatu Luasan
Daerah Disekitarnya Yang Dinyatakan
Dengan Kedalaman Hujan.

Macam­macam Alat Pengukur Hujan :


A. Alat Ukur Hujan Biasa (Auhb)
B. Alat Ukur Hujan Otomatis (Auho)
C. Alat Ukur Hujan Dengan Radar
A. ALAT UKUR HUJAN BIASA (AUHB):
• Disebut juga rain gauge, paling banyak digunakan di
Indonesia, luas penampang corong 100 / 200 cm 2 & botol
penampung didalam tabung silinder yg diletak kan
ditempat terbuka, tidak tertutup pohon/bang.dll.
• Pengukuran biasanya dilakukan pukul 7 pagi � di ukur
volume air & luas corong maka akan diketahui kedalaman
hujan. Hasilnya merupakan data curah hujan sehari
sebelumnya (kedalaman curah hujan selama 24 jam �
disebut hujan harian). Curah hujan < 0,1 mm ditulis (0),
kalau tidak ada hujan ditulis (­).
• Jika intensitas hujan besar maka ada kemungkinan air hujan
akan melimpas karena alat penampungnya tidak mampu
memuat, sehingga data yang diperoleh tidak
menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
• Kalau dipasang pada ketinggian 1,20 m dari permukaan
tanah, maka ada pengaruh turbulensi angin sehingga
hujan yang tertangkap 80­95%, biaya lebih murah tetapi
mudah tumbang disebabkan karena manusia atau
binatang.
• Kalau dipasang di atas permukaan tanah, pengaruh
turbulensi angin makin kecil, sehingga dapat menangkap
hujan 100%, tetapi sulit pengoperasiannya dan lebih
mahal.
Harus diberi grill (semacam sarang dari logam, mencegah
tumbuhnya rumput) dan brush (lapisan lunak dari pasir
atau bahan lain, mencegah percikan air tidak masuk ke
penakar).
B.ALAT PENGUKUR HUJAN OTOMATIS.
KEUNTUNGAN :
� Data tercatat secara langsung pada kertas pencatat
secara otomatis di mana hasil rekaman data dapat
memberikan gambaran/ informasi terhadap
intensitas/kederasan hujan & lama hujan dengan
periode waktu yg diinginkan : mm/jam, mm/2 jam, dst.
� Dapat menghasilkan data hujan yang menerus untuk
berbagai jangka waktu (menit, jam, hari).
� Dapat diketahui dengan tepat kapan terjadi hujan
dan berapa kedalamannya.
� Dapat memperkecil kesalahan yg diakibatkan faktor manusia.
�h
INTENSITAS HUJAN I : I�
�t
(Tinggi Hujan Persatuan Waktu).
Dari hasil catatan tsb
dapat dievaluasi
jumlah hujan setiap
interval waktu, mis.
5, 10, 15 menit dst.

Sumbu x : waktu, sumbu Y : kedalaman hujan, mm.


Grafik merupakan akumulasi selama terjadi hujan,
jika mendatar tidak ada hujan.
Makin tajam kemiringan Makin tinggi intensitas hujan.
1. ALAT UKUR EMBER JUNGKIT (TIPPING BUCKET
GAUGE)
� Sangat sesuai untuk mengukur intensitas
hujan untuk waktu yang pendek.
� Terdiri dari corong, saringan, dua buah alat
tampung yang sekaligus sebagai alat penimbang
dengan masing­masing mempunyai alat
pembuang serta peralatan untuk merekam data.
� Air hujan jatuh pada corong, melewati saringan
yang akan ditampung pada salah satu alat
tampung sampai setara dengan kedalaman hujan
0,5 mm, maka alat tampung tersebut akan
tumpah, terbuang melalui alat pembuang,
kemudian alat tampung yang lainnya siap untuk
menampung air hujan.
� Tidak cocok untuk mengukur salju.
� Kelemahan alat ini, pada waktu salah satu alat
tampung menumpahkan air, diperlukan waktu,
sehingga ada kemungkinan hujan yang terjadi saat
itu tidak terekam.
Air hujan

Corong

Saringan

Tipping bucket

Terjungkir bila penuh


setara 0.5 mm air hujan

Recorder
Kelemahan alat ini Alat Ukur Ember Jungkit :
� Pada waktu salah satu alat tampung menumpah
kan air, diperlukan waktu, sehingga ada
kemungkinan hujan yang terjadi saat itu tidak
terekam.
� Apabila saringan sudah tidak dapat berfungsi
dengan baik maka kotoran, debu akan masuk pada
alat tampung sehingga menambah bobot air dan
sekaligus menambah kedalaman hujan.
� Demikian, gerakan alat tampung saling bergantian
dan akan tercatat pada kertas grafik secara
mekanik yang menggambarkan kedalaman hujan.

2. ALAT UKUR PEMBERAT (WEIGHTING TYPE GAUGE).


3. ALAT UKUR PENCATAT APUNG / SIPON
(FLOAT RECORDING GAUGE)

� Air hujan diterima corong, setelah melalui


sebuah silinder, akan tertampung pada
bejana tabung yang dilengkapi dengan
sebuah pelampung (float).
Jika muka air dalam tabung naik,
pelampung bergerak ke atas terhubung
dengan pena melalui tali penghubung
dengan suatu mekanisme khusus sehingga
dapat menggerakkan alat tulis pada kertas
grafik yang digulung pada silinder yang
berputar. Jika tabung penuh, otomatis air
akan melimpas keluar.

� Alat ini harus dikosongkan secara manual,


ad. 1 dan 2 secara otomatis oleh suatu
selang pipa yang bekerja sendiri.
C. ALAT PENGUKUR HUJAN DENGAN RADAR/SATELIT
• Radar gelombang pendek dapat menunjukkan
adanya hujan dalam daerah pengamatannya. 
Makin deras hujan, makin besar reflektivitasnya.
• Penggunaan kombinasi antara radar dan jaringan
alat ukur biasa / otomatis karena akan
menghasilkan suatu perataan yang lebih teliti.
• Ukuran tetesan hujan secara kasar mempunyai
korelasi dengan intensitas hujan, dan citra pada
layar radar dapat ditafsirkan sebagai suatu
indikasi kasar tentang intensitas hujan. Hasilnya
perlu dikalibrasi.
• Radar memberikan cara­cara untuk mendapatkan
informasi tentang penyebaran hujan, yang hanya dapat
diberikan secara kasar oleh jaringan alat ukur hujan biasa.
CONTOH :
Dari suatu DAS seluas 2 HA dan sketsa data
grafik AUHO (Alat Ukur Hujan Otomatik) tsb, di
bawah ini :
Diminta untuk menghitung :
a. Intensitas hujan setiap jam
b. Gambarkan hyetograph hujan
c. Hitung tebal hujan efektif, bila selama terjadi
hujan besarnya kehilangan air rata­rata sebesar 8 
mm/jam.
d. Gambarkan kurva massa hujan
e. Hitung besarnya koefisien aliran (koefisien runoff)
f. Bila waktu konsentrasi aliran tc = 20 menit, hitung
besarnya debit puncak banjir !
Penyelesaian :
a. Perhitungan Intensitas Hujan tiap jam disajikan dlm. tabel sbb:
Waktu Tinggi hujan Intensitas
No. (pukul) (mm) Lamanya (jam) (mm/jam)
1 8-9 0,0 1,0 0,0
2 9-10 0,0 1,0 0,0
3 10-11 2,0 1,0 2,0
4 11-12 2,0 1,0 2,0
5 12-13 0,0 1,0 0,0
6 13-14 0,0 1,0 0,0
7 14-15 4,0 1,0 4,0
8 15-16 10,0 1,0 10,0
9 16-17 20,0 1,0 20,0
10 17-18 14,0 1,0 14,0
11 18-19 0,0 1,0 0,0
12 19-20 2,0 1,0 2,0
13 20-21 0,0 1,0 0,0
Tinggi hujan = 54,0
b.Hyetograph hujan : kedalaman hujan vs waktu
c. Hujan efektif, bila selama terjadi hujan besarnya
kehilangan air rata­rata sebesar 8 mm/jam :
Hujan efektif merupakan tingginya curah hujan
yang menjadi aliran permukaan (grafik yang
diarsir), yang dihitung dari tinggi hujan lebih dari
8 mm, yaitu :
He = (10­8)mm/jam (1 jam) + (20­8) mm/jam (1
jam) + (14­8) mm/jam (1 jam) = 20 mm
Jadi tingginya hujan efektif = 20 mm.

d. Kurva massa hujan : diperoleh dari nilai


kumulatif tinggi hujan, sbb :
e. Besarnya koefisien aliran (koefisien runoff):
Tinggi hujan H = 54 mm
Tinggi hujan efektif = He = 20 mm
Koefisien aliran : � � He � 20 � 0,37
H 54
f. Bila waktu konsentrasi aliran tc = 20 menit, 
hitung besarnya debit puncak banjir !.
Intensitas maksimum adalah intensitas hujan
maksimum, dari tabel di atas yang terjadi pada
pukul 16­17 sebesar 20 mm/jam.
Debit puncak banjir Qp = � x Imaks x A
= 0,370 x 20 mm/jam x 2 HA
= 0,370 x 2 cm/jam x  2x108 cm2
=  cm 3/jam 
1,512x108
=  5 liter/jam
1,512x10
` = 42 liter/detik.
• Sebagian besar analisis hidrologi memerlukan data
curah hujan rata­rata daerah aliran sungai (Areal
Rainfall).
• Hasil yang diperoleh dari pengukuran alat pengukur
hujan adalah kedalaman hujan pada satu tempat saja,
di mana stasiun hujan tersebut berada disebut data
hujan lokal (point rainfall) data ini belum bisa
digunakan untuk analisis.
• Jika suatu DAS mempunyai beberapa stasiun hujan yang
ditempatkan terpencar kedalaman hujan yang
tercatat di masing­masing stasiun dapat tidak sama.
• Lebih banyak stasiun hujan lebih banyak informasi
yang diperoleh data hujan lebih baik tapi
konsekwensinya biaya lebih besar besar.
POINT RAINFALL HARUS DIUBAH MENJADI AREAL
RAINFALL SEHINGGA DIPEROLEH HUJAN DAS
DATA INI YANG BISA DIGUNAKAN UNTUK
ANALISIS HIDROLOGI.

ADA 3 MACAM CARA YANG DAPAT DIGUNAKAN


UNTUK MENGHITUNG HUJAN LOKAL (POINT RAINFALL)
MENJADI HUJAN RATA­RATA DAERAH ALIRAN SUNGAI
(AREAL RAINFALL) YAITU :

A. METODE RATA2 ALJABAR :


B. METODE POLIGON THIESSEN
C. METODE ISOHYET
a. METODE RATA­RATA ALJABAR :
� Merupakan metode paling sederhana untuk menghitung hujan rata­rata yang 
jatuh di dalam & sekitar daerah ybs. 
� Hasilnya memuaskan jika daerahnya datar dan alat ukur tersebar merata serta
curah hujan tidak bervariasi banyak dari harga tengahnya dan distribusi hujan 
relatif merata pada seluruh DAS.
� Makin banyak stasiun hujannya, akan makin banyak informasi yang diperoleh
tetapi biaya mahal, penempatan stasiun sebaiknya merata.
� Keuntungan, lebih obyektif jika dibandingkan dengan metode Isohyet yang 
masih mengandung faktor subyektif. 

Batas DAS
1
2
1 n
n
P � � Pi
n i�1

P = hujan rata-rata
Pi = tinggi curah hujan distasiun i, i = 1,
…,n.
CONTOH 1 :
Diketahui suatu das mempunyai 4 stasiun hujan, stasiun a = 50 
mm, b = 40 mm, c = 20 mm dan d = 30 mm. Hitung  hujan 
rerata dengan metode rata­rata aljabar !.
Penyelesaian :
Sta. A berada tidak jauh dari das, jadi berpengaruh sbb. :
1 n 1
P � � Pi � (50 � 40 � 20 � 30 ) � 35 mm
n i �1 4
Jika stasiun a berada jauh dari das maka data distasiun tidak 
diperhitungkan, sehingga :

1 n 1
P � � Pi � ( 40 � 20 � 30 ) � 30 mm
n i �1 3

Perbedaan cukup besar karena variasi hujan di masing2 sta 
cukup besar, padahal metode tsb. Cocok jika variasi hujan 
terhadap jarak antar stasiun tidak besar.
2. METODE THIESSEN :
� Metode ini memperhitungkan bobot/daerah pengaruh
dari masing-masing stasiun hujan asumsi : hujan
yang terjadi pada suatu luasan dalam DAS = hujan yg
tercatat di sta. terdekat jadi mewakili luasan tsb.
� Jumlah stasiun hujan minimum 3 buah
� Penyebaran stasiun hujan bisa tidak merata.
� Tidak sesuai untuk daerah bergunung (pengaruh
orografis)
� DAS dibagi menjadi poligon, stasiun pengamat hujan
sebagai pusat.
� Apabila ada penambahan/ pemindahan stasiun
pengamat hujan, akan mengubah seluruh jaringan
dan mempengaruhi hasil akhir perhitungan.
� Tidak memperhitungkan topografi.
� Lebih teliti dibandingkan dengan cara Aljabar.
Sta. di � 1

�A P
luar DAS
_
A1
P �
n n

�A
A2
2
An n
_
� n P � Hujan rata­rata DAS.

Pn = tinggi hujan pada stasiun1, 2….., n


An = luas daerah yang berpengaruh pada masing2 sta.
Cara :
1. Hubungkan lokasi stasiun pengamat hujan.
2. Gambar garis bagi tegak lurus pada tiap sisi segitiga.
3. Hitung faktor pemberat Thiessen Ai/ΣAi.
4. Curah hujan dalam tiap poligon dianggap diwakili oleh curah hujan dari
titik pengamatan dalam tiap poligon tersebut.
5. Luas poligon dapat diukur dengan planimeter atau kertas milimeter.
CONTOH 2 :
DATA SEPERTI GAMBAR DI BAWAH, LUAS DAS 500 KM². 
HITUNG HUJAN RERATA DENGAN METODE THIESSEN !.

Stasiun Hujan (mm) Luas poligon Hujan x Luas


A 50 95 4.750
B 40 120 4.800
C 20 172 3.440
D 30 113 3.390
JUMLAH 500 16.380

_
P �
�A Pn n

16 . 380
� 32 , 76 mm
�A n 500
C. METODE ISOHYET :

Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik­titik


dengan kedalaman hujan yang sama.
Diasumsikan bahwa : hujan pada suatu daerah
diantara 2 garis isohyet merata dan = nilai rata­rata
dari kedua garis isohyet tersebut.
­ Digunakan di daerah datar / pegunungan.
- Stasiun curah hujan tersebar merata & harus banyak.
- Bermanfaat untuk curah hujan yang singkat, metode
paling teliti tetapi analisnya harus berpengalaman.
I1 � I2 I 2 � I3 In � In�1
n
Ii � Ii�1
A1
2
� A2
2
�......� An
2
� Ai
2
P� � i�1

A1 � A2 �.......An n

�Ai
i�1
PROSES TAHAPANNYA :

1. Plot Stasiun hujan & besar kedalaman curah hujan.


2. Dari nilai kedalaman hujan di stasiun yang berdampingan, dibuat
interpolasi dengan pertambahan nilai yang ditetapkan.
3. Buat kurva dengan menghubungkan titik-titik interpolasi dengan
kedalaman hujan yang sama.
4. Ukur luas daerah antara 2 isohyet yang berurutan, kalikan dengan
nilai rerata dari nilai kedua garis isohyet.

5. Jumlah hitungan pada butir 4 untuk seluruh garis isohyet dibagi


dengan luas daerah yang ditinjau.

Tebal hujan :
Jumlahkan hasil kali tebal hujan dengan luas DAS yang dibatasi
oleh 2 garis yang membagi jarak yang sama diantara 2 Isohyet
yang berdekatan.
CONTOH 3 : SOAL = NO 2, HITUNG P DENGAN METODE ISOHYET.

pertambahan
nilai 5 mm.

Belum PENYELESAIAN :
terhitung
DIBUAT GARIS­GARIS
ISOHYET, KEMUDIAN DI
HITUNG LUASAN DAERAH
I
III DI ANTARA 2 GARIS ISOHYET
V � DISAJIKAN DALAM TABEL
SBB. :
Daerah Isohyet Luasan antara 2 Rerata dari 2 Luasan x
mm Isohyet, km² Isohyet, km² Rerata

15
I 14 17.5 210
20
II 50 22.5 1.125
25
III 95 27.5 2.613
30
IV 111 32.5 3.608
35
V 140 37.5 5.250
40
VI 70 42.5 2.975
45
50 JUMLAH 500 16.826

16 . 826
HUJAN RERATA : P �� � 33 , 65 mm
500
4
THIESSEN
% dari luas total Hujan DAS (mm)
Sta. Luas Hujan P (Faktor Pembobot Kolom 3 x 4
Hujan (Ha) (mm) Thiessen)

A 15 65 15/455 x 100% = 3,3 3,3% x 65 = 2


B 70 146 70/455 x 100% = 15.4 15,4% x 146 = 22
C 80 192 80/455 x 100% = 17,6 17,6% x 192 = 34

D 85 269 85/455 x 100% = 18,7 18.7% x 269 = 50

E 10 154 10/455 x 100% = 2,2 2,2% x 154 = 3

F 60 298 60/455 x 100% = 13.2 13,2% x 298 = 39

G 100 500 100/455 x 100% = 21,9 21,9% x 500 = 110


H 25 450 25/455 x 100% = 5,5 5,5% x 450 = 25

I 10 282 10/455 x 100% = 2,2 2,2% x 282 = 6

Total 455 Jumlah = 100 Jumlah = 291


CONTOH
ISOHYET :
1 2 3 4 5

Isohyet Luas Bruto Luas Neto Rata Hjn antara 2 isohyet Vol.hujan

mm Ha Ha mm Kolom 3x4

500 10 10 525 5.250

400 100 90 450 40.500

300 190 90 350 31.500

200 290 100 250 25.000

100 400 110 150 16.500

<100 455 55 80 4400

123.150

P = 123.150 : 455 = 270,7 mm


CONTOH SOAL 5 :
Dari suatu DAS seluas 57,20 km2 terdapat 7 buah stasiun
hujan otomatis. Pada bulan Mei terukur hujan pada Sta.1 = 64
mm, Sta. 2 = 60 mm, Sta.3 = 52 mm, Sta.4 = 48 mm, Sta.5 = 50
mm, Sta.6 = 40 mm dan Sta.7 = 36 mm.
Hitung kedalaman hujan rata­rata DAS pada bulan tersebut
dengan metode Rata­rata Aljabar, Metode Thiessen & Isohyet.

PENYELESAIAN :

A. METODE RATA2 ALJABAR :


P = 1/N (P1 + P2 + P3 +…..+ PN)
P = 1/7 (64 + 60 + 52 +48 +50 + 40
+ 36) mm = 50 mm
B. METODE
THIESSEN
Sta. Hujan P Luas Poligon PxA
mm (A) km2 (mm x km2)
1 64 6,56 419,84
2 60 10,52 631,20
3 52 8,02 417,64
4 48 9,08 435,84
5 50 6,32 316,00
6 40 7,42 296,80
7 36 9,28 334,08
57,20 2851,4

P =1/A (A1P1 + A2P2 + A3P3 + A4P4 + A5P5 + A6P6 +A7P7)


P = (2851,4 : 57,20) = 49,84 mm.
C. METODE ISOHYET

Sta. Isohyet P Luas Daerah P x A (mm


(mm) A (km2) x km2)

1+2 60 17,94 1.076,40

3, 4, 5 50 16,22 831,00

6+7 40 22,64 905,60

57,20 2.813,00

Hujan DAS = 2.813,00 : 57,20 = 49,18 mm.


Contoh Soal 6 :
Hitung Hujan DAS dengan cara Thiessen dan Aljabar
Sta. Luas Hujan % Luas Hujan DAS
A. 129,9 150 15,47% 23,21
B. 354,9 170 42,26% 71,84
C. 242,4 205 28,87% 59,18
D. 112,5 180 13,40% 24,12

TOTAL 839,7 178,35

Hujan rata2 DAS dengan :


Metode Thiessen = 178,35 mm.
Metode Rata­rata Aljabar :
P = (150 + 170 + 205 + 180) : 4 = 176,75 mm.
���������������������������������������������������������������������������
���������������������������������������������������������������������������������
�����������������������������������������������������

Anda mungkin juga menyukai