Anda di halaman 1dari 15

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

KELOMPOK 7

MENGUKUR DAN MENGENDALIKAN AKTIVA YANG DIKELOLA

Disusun Oleh

Kelompok 4

Ayu

Bian

Dianing Ayu Novanti 31401800205

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2019
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
I. PENDAHULUAN.................................................................................................3
II. PEMBAHASAN...................................................................................................7
III. PENUTUP...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

Fokus pada laba di dalam beberapa unit usaha diukur dari selisih antara pendapatan dengan beban. Pada
unit usaha yang lain, laba dibandingkan dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba
tersebut. Pusat tanggung jawab yang terakhir ini disebut sebagai pusat investasi. Perusahaan lebih sering
menggunakan istilah pusat laba daripada pusat investasi untuk menyebut pusat tanggung jawab. Pusat
investasi adalah jenis istimewa dari pusat laba dan bukan kategori yang terpisah. Tetapi ada banyak
permasalahan yang terlibat dalam mengukur aktiva yang digunakan oleh suatu pusat laba. Untuk lebih
memahami tentang materi ini maka akan dibahas dua metode yang menghubungkan laba dengan dasar
investasi. Akan diketahui pula keuntungan dan persyaratan dari penggunaan masing-masing metode
untuk mengukur kinerja. Yang terakhir adalah masalah perbedaan dalam mengukur nilai ekonomi dari
suatu pusat investasi sebagaimana dibandingkan dengan manajer yang bertanggung jawab atas suatu
pusat investasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Struktur Analisis

Pengukuran aktiva merupakan analogi dari tujuan pusat laba yaitu:

1. Memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan yang baik mengenai aktiva yang
digunakan dan untuk memacu para manajer agar membuat keputusan yang merupakan kepentingan
perusahaan yang nantinya bisa memberikan manfaat yang baik bagi perusahaan.

2. Mengukur kinerja unit usaha sebagai suatu entitas ekonomi

Fokus pada laba juga harus dengan mempertimbangkan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan
laba tersebut. Tujuan penting dari perusahaan yang berorientasi pada laba adalah untuk
menghasilkan tingkat pengembalian (return) yang memuaskan atas modal yang digunakan. Apabila
jumlah aktiva yang digunakan tidak ikut diperhitungkan, maka pihak manajemen akan kesulitan untuk
membandingkan kinerja laba dari suatu unit usaha dengan unit usaha yang lain. Perbedaan laba yang
besar tidak akan berarti apabila unit usaha menggunakan sumber daya yang berbeda, karena semakin
banyak sumber daya yang digunakan maka semakin besar laba yang diperoleh.

Para manajer unit usaha memiliki dua sasaran kinerja. Pertama, mereka harus menghasilkan laba
yang mencukupi dari sumber daya yang digunakan. Kedua, mereka dapat menggunakan sumber daya
tambahan hanya jika penggunaan tersebut menghasilkan tingkat pengembalian yang memadai.
Tujuan dari menghubungkan laba dengan investasi adalah untuk memotivasi para manajer unit usaha
guna mencapai sasaran-sasaran tersebut di atas.

Tingkat pengembalian atas investasi (ROI) adalah suatu rasio perbandingan. Pembilangnya
(numerator) adalah laba yang dilaporkan pada laporan keuangan, sedangkan penyebutnya
(denominator) adalah aktiva yang digunakan. Nilai tambah ekonomi (EVA) adalah jumlah uang, bukan
rasio EVA dapat diperoleh dengan mengurangkan beban modal (capital charge) dari laba operasi
bersih (net operating profit). Beban modal diperoleh dari perkalian antara jumlah aktiva yang
digunakan dengan suatu tingkat tarif (rate).

B. Mengukur Aktiva yang Digunakan

Untuk memutuskan dasar investasi ada beberapa hal yang akan digunakan untuk mengevaluasi pusat
investasi, yaitu:

1. Praktek-praktek yang akan membuat para manajer unit usaha menggunakan aktiva mereka dengan
efisien dan untuk mendapatkan jumlah dan jenis yang tepat dari aktiva baru. Ketika laba mereka
berkaitan dengan aktiva yang digunakan, para manajer unit usaha akan mencoba untuk
meningkatkan kinerja mereka yang diukur dengan cara ini. Manajemen senior biasanya ingin agar
tindakan yang mereka lakukan untuk tujuan ini adalah yang terbaik bagi kepentingan perusahaan
secara keseluruhan.

2. Praktek-praktek yang paling baik mengukur kinerja suatu entitas ekonomi.

a. Kas Mayoritas perusahaan mengendalikan kas secara terpusat karena pengendalian pusat
memungkinkan penggunaan saldo kas yang lebih kecil daripada jika setiap unit usaha memegang
saldo kas yang dibutuhkannya untuk menyeimbangkan perbedaan antara kas masuk dan arus kas
keluar. Saldo kas unit usaha hanya akan merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran
harian. Akibatnya, saldo kas aktual pada tingkat unit usaha cenderung jauh lebih kecil dibandingkan
dengan saldo kas yang diperlukan, ini apabila unit usaha merupakan suatu perusahaan independen.
Oleh karena itu banyak perusahaan yang menggunakan rumus untuk menghitung kas yang akan
dimasukkan dalam dasar investasi. Salah satu alasan untuk memasukkan kas pada jumlah yang lebih
besar daripada saldo yang biasanya dipegang oleh suatu unit usaha adalah bahwa jumlah yang lebih
besar ini diperlukan untuk memungkinkan perbandingan dengan perusahaan luar. Namun ada
beberapa perusahaan yang mengabaikan unsur kas dalam investasi karena jumlah kas tersebut
mendekati kewajiban lancar. Jika demikian maka jumlah piutang dalam perusahaan akan mendekati
jumlah modal kerja.

b. Piutang Tingkat piutang secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh manajer unit usaha melalui
kemampuan mereka untuk menghasilkan penjualan dan secara langsung melalui penetapan
persyaratan kredit dan persetujuan atas kredit individual dan batas kredit serta melaui wewenang
mereka dalam menagih kredit yang jatuh tempo. Untuk kemudahan, unsur piutang sering
dimasukkan pada saldo aktual di akhir periode, meskipun rata-rata antar periode secara konsep
merupakan ukuran yang lebih baik atas jumlah yang seharusnya dikaitkan dengan laba. Apabila unsur
piutang dimasukkan ke dalam harga jual atau pada harga pokok maka akan ada perbedaan pendapat.
Suatu pihak akan berpendapat bahwa investasi riil dari suatu unit dalam piutang adalah hanya
sebesar harga pokok penjualan dan bahwa tingkat pengembalian yang memuaskan atas investasi ini
mungkin sudah mencukupi. Di pihak lain, adalah mungkin untuk mengatakan bahwa unit usaha dapat
menginvestasikan kembali uang yang diperoleh dari piutang, dan karena itu piutang harus
dimasukkan pada harga jualnya. Alternatif yang lebih sederhana yaitu memasukkan piutang pada nilai
buku yang merupakan harga jual dikurangi penyisihan atas piutang tak tertagih. Apabila unit usaha
tidak mengendalikan kredit maupun penagihannya, maka piutang dapat dihitung berdasarkan suatu
rumus.

c. Persediaan Untuk persediaan biasanya diperlakukan sama seperti piutang, yaitu dicatat pada jumlah
akhir periode meskipun rata-rata antar periode lebih baik secara konsep. Metode yang dapat
digunakan adalah FIFO (First In First Out), Average, atau LIFO Costing (Last In First Out). Jika
perusahaan menggunakan LIFO untuk tujuan akuntansi keuangan, maka metode penilaian lain
biasanya digunakan untuk pelaporan laba unit usaha, karena saldo persediaan LIFO cenderung
sangat rendah pada periode terjadinya inflasi. Jika persediaan barang dalam proses didanai melalui
pembayaran di muka atau pembayaran cicilan dari konsumen, ini terjadi jika barang tersebut
membutuhkan waktu produksi yang lama.Pembayaran akan dikurangi dari jumlah persediaan kotor
atau dilaporkan sebagai kewajiban. Ada beberapa perusahaan mengurangkan utang usaha dari
persediaan dengan dasar bahwa utang mencerminkan pendanaan atas sebagian persediaan oleh
pemasok, tanpa biaya untuk unit usaha. Modal perusahaan yang dibutuhkan untuk persediaan adalah
hanya sebesar selisih antara jumlah persediaan kotor dan utang. Pada saat suku bunga tinggi atau
kredit yang diperketat, para manajer mungkin terdorong untuk mempertimbangkan guna
mengorbankan diskon tunai yang ditawarkan, supaya tambahan pendanaan disediakan oleh
pemasok. Di lain pihak, menunda pembayaran akan mengurangi aktiva lancar bersih yang mungkin
bukan merupakan kepentingan perusahaan karena hal tersebut akan membahayakan peringkat
kredit.

d. Modal Kerja Secara Umum Perlakuan modal kerja sangatlah bervariasi. Pada satu sisi perusahaan
memasukkan seluruh aktiva lancar ke dalam dasar investasi dengan tidak mengeliminasi kewajiban
lancar. Penggunaan metode ini dengan alasan dari sudut pandang motivasional jika unit-unit usaha
tidak dapat mempengaruhi utang atau kewajiban lancar lainnya. Akan tetapi metode ini menyatakan
terlalu tinggi jumlah modal korporat yang diperlukan untuk mendanai unit usaha, karena kewajiban
lancar merupakan sumber modal, seringkali dengan biaya bunga sama dengan nol. Di lain pihak
seluruh kewajiban lancar dapat dikurangkan dari aktiva lancar. Metode ini menyediakan ukuran yang
baik atas modal yang disediakan oleh perusahaan, karena perusahaan menginginkan agar unit usaha
memperoleh pengembalian. Akan tetapi ini akan mengimplikasikan tidak adanya kendali para
manajer atas beberapa kewajiban lancar pada setiap unit usaha.

e. Properti, Pabrik, dan Peralatan / Aktiva Tetap Dalam akuntansi keuangan aktiva tetap awalnya dicatat
pada biaya perolehan, dan biaya ini dihapuskan sepanjang umur ekonomis aktiva melalui
penyusutan. Hampir semua perusahaan menggunakan pendekatan yang sama dalam mengukur
profitabilitas atas dasar aktiva dari unit usaha. Hal ini menyebabkan permasalahan dalam
penggunaan sistem sehingga akan dilakukan analisis pada bagian-bagian berikut:

1) Akuisisi Peralatan Baru

Apabila perusahaan membeli mesin baru dapat kita lihat dalam laporan laba rugi bahwa
pembelian mesin tersebut akan menaikkan pendapatan sebelum pajak, tetapi kenaikan ini lebih
dibandingkan dengan kenaikan beban modal (capital charge). Dengan demikian, perhitungan EVA
menandakan bahwa profitabilitas telah menurun, walaupun fakta ekonomi menunjukkan bahwa
laba mengalami kenaikan. Dalam kondisi yang demikian, manajer unit usaha kemungkinan akan
enggan untuk membeli aktiva tersebut, karena telah terbukti bahwa unit usaha yang memiliki
aktiva yang sudah tua atau yang sudah sepenuhnya disusutkan, akan cenderung melaporkan EVA
yang lebih besar dibandingkan dengan unit usaha yang memiliki aktiva yang lebih baru. Jika
profitabilitas diukur dengan ROI, maka akan terjadi ketidakkonsistenan yang sama. Jika aktiva
yang telah disusutkan dimasukkan ke dalam dasar investasi pada nilai buku bersih, maka
profitabilitas unit usaha tersebut akan dinyatakan secara salah (misstated) pada nilai buku bersih
dan para manajer unit usaha akan termotivasi untuk mengambil keputusan akuisisi yang tepat.
2) Nilai Buku Kotor

Terjadinya fluktuasi dalam perhitungan EVA dan ROI dapat dihindari dengan memasukkan unsur
aktiva yang dapat disusutkan dalam dasar investasi pada nilai buku kotornya (gross book value)
dan bukan nilai buku bersih (net book value). Dari cara di atas akan diketahui bahwa dalam EVA
akan menunjukkan profitabilitas unit usaha tersebut menurun, yang pada kenyataannya tidak
benar, sedangkan dalam ROI yang dihitung berdasarkan nilai buku kotor akan selalu menyatakan
terlalu rendah tingkat pengembalian sebenarnya.

3) Disposisi Aktiva

Apabila pembelian mesin baru dianggap akan menggantikan mesin yang telah ada dan yang
masih memiliki nilai buku yang masih belum disusutkan, maka dapat diketahui bahwa nilai buku
tersebut tidak relevan dalam analisis ekonomi atas usulan pembelian (kecuali bahwa secara tidak
langsung hal tersebut dapat mempengaruhi pajak penghasilan). Penghapusan nilai buku dari
aktiva lama dapat mempengaruhi perhitungan profitabilitas unit usaha secara substansial.
Peningkatan nilai buku kotor hanya sebesar selisih antara nilai buku bersih setelah tahun pertama
dari mesin yang baru dengan nilai buku bersih dan mesin yang lama. Dalam kedua kasus tersebut,
jumlah yang relevan dari investasi tambahan akan dinyatakan terlalu rendah, selanjutnya EVA
akan dinyatakan terlalu tinggi. Maka hal ini akan mendorong manajer unit usaha untuk mengganti
mesin lama dengan mesin yang baru, bahkan ketika penggantian itu tidak dibenarkan secara
ekonomi, karena unit-unit usaha yang paling banyak melakukan penggantian mesin menunjukkan
kenaikan profitabilitas yang besar. Jika aktiva yang dimasukkan ke dalam dasar investasi pada
biaya awalnya, maka manajer unit usaha akan termotivasi untuk menghilangkan aktiva tersebut
meskipun aktiva itu memiliki suatu kegunaan karena dasar investasi unit usaha akan berkurang
sejumlah biaya penuh dari aktiva tersebut.

4) Penyusutan Anuitas

Jika penyusutan ditentukan oleh metode anuitas, dan bukan oleh metode garis lurus, maka
perhitungan profitabilitas unit usaha akan menunjukkan EVA dan ROI yang tepat. Hal ini
disebabkan karena metode penyusutan anuitas sesungguhnya mengaitkan pengembalian
investasi yang implisit dalam perhitungan nilai sekarang. Hal ini dikarenakan penyusutan anuitas
merupakan kebalikan dari penyusutan yang dipercepat, dimana jumlah penyusutan tahunan lebih
rendah pada tahun-tahun pertama ketika nilai investasinya masih tinggi dan meningkat setiap
tahunnya seiring dengan menurunnya nilai investasi, tetapi tingkat pengembalian hasil tetap
konstan. Namun hanya sedikit manajer yang menerima ide mengenai penyisihan penyusutan
yang meningkat pada saat umur aset semakin tua. Mereka melihat penyusutan akuntansi sebagai
cerminan dari penurunan kondisi fisik atau kerugian dalam nilai ekonomis. Oleh karena itu
mereka percaya bahwa penyusutan dengan metode garis lurus, ataupun yang dipercepat,
merupakan metode yang paling menggambarkan kondisi di lapangan. Akibatnya sulit untuk
meyakinkan mereka guna menerima konsep anuitas untuk mengukur laba unit usaha. Dalam
penyusutan anuitas juga mencerminkan beberapa masalah teknis. Apabila penyusutan yang
didasarkan pada estimasi pola arus kas menyimpang, meskipun total arus kas mungkin
menghasilkan tingkat pengembalian yang sama, laba yang diperkirakan akan lebih tinggi pada
tahun-tahun tertentu dan lebih rendah pada tahun-tahun yang lain. Metode ini biasanya hanya
diterima untuk tujuan akuntansi keuangan.

5) Metode Penilaian yang Lain

Dalam metode ini menggunakan nilai buku bersih tetapi biasanya menetapkan batas bawah 50%,
sebagai biaya awal yang dapat dihapus. Hal ini akan mengurangi distorsi yang terjadi dalam unit
usaha yang memiliki aktiva yang tua. Namun kesulitan dalam metode ini adalah bahwa suatu unit
usaha dengan aktiva tetap yang memiliki nilai buku bersih di atas 50% nilai buku kotornya dapat
mengurangi dasar investasi dengan sepenuhnya membuang aktiva-aktiva yang masih bagus.
Perusahaan lain biasanya tidak menggunakan catatan akuntansi tetapi menggunakan estimasi
nilai sekarang dari aktiva yang diperoleh dengan cara menilai aktiva secara berkala dengan
menyesuaikan biaya awal menggunakan suatu indeks perubahan pada harga peralatan, atau
dengan menggunakan nilai asuransi.

Permasalahan utama dalam menggunakan nilai-nilai nonakuntansi adalah bahwa nilai tersebut
cenderung subjektif dibandingkan dengan nilai-nilai akuntansi yang tampak lebih objektif dan
umumnya tidak menimbulkan pertentangan. Akibatnya data akuntansi memiliki nilai aura realitas
bagi manajemen operasi. Masalah lain yang berkaitan dengan penggunaan jumlah non akuntansi
dalam sistem internal adalah bahwa profitabilitas unit usaha tidak akan konsisten dengan
profitabilitas perusahaan yang dilaporkan kepada para pemegang saham. Meskipun sistem
pengendalian manajemen tidak harus konsisten dengan pelaporan keuangan eksternal, namun
sebenarnya beberapa manajer memandang pendapatan bersih dalam laporan keuangan sebagai
“nama dari permainan”. Akibatnya mereka tidak menyukai sistem internal yang menggunakan
metode berbeda untuk menghitung nilai tanpa mempedulikan manfaat teoritisnya.

Persoalan yang lain dalam menggunakan nilai pasar sekarang adalah memutuskan bagaimana
menentukan nilai ekonomis. Secara konseptual nilai ekonomis dari sekelompok aktiva sama
dengan nilai sekarang dari arus kas yang dihasilkan oleh aktiva-aktiva tersebut di masa yang akan
datang. Padahal dalam praktiknya tidak dapat ditentukan, meskipun terbitan indeks biaya
penggantian pabrik dan peralatan dapat digunakan, sebagian besar indeks harga tidak relevan
karena tidak adanya ruana untuk dampak dari perubahan teknologi.

6) Aset-aset yang Disewa guna usahakan

Dalam metode ini perusahaan akan menjual aktiva tetapnya kemudian menyewagunausahakan
aktiva tersebut. Maka dapat kita lihat dalam laporan laba rugi bahwa laba sebelum pajak dari
unit usaha tersebut akan menurun akibat beban sewa baru yang lebih tinggi daripada beban
penyusutan yang dihilangkan. Meskipun demikian, EVA-nya akan naik karena biaya yang lebih
tinggi tersebut diimbangi dengan penurunan beban modal yang dihilangkan. Oleh karena itu
manajer unit usaha lebih terdorong untuk menyewa daripada memiliki aktiva ketika beban bunga
yang terkandung dalam biaya sewa lebih kecil daripada beban modal yang dikenakan pada dasar
investasi dari unit usaha.

Banyak perjanjian sewa guna usaha merupakan usaha perjanjian pendanaan yaitu, perjanjian
tersebut memberikan cara alternatif untuk menggunakan aktiva yang seharusnya didapatkan dari
pendanaan dengan utang dan modal. Sewa guna financial (yaitu sewa guna usaha jangka panjang
yang setara dengan nilai sekarang dari arus beban sewa) adalah sama dengan utang yang
dilaporkan juga dalam neraca.

7) Aktiva yang Menganggur

Jika suatu unit memiliki aktiva yang menganggur (idle asset ) yang dapat digunakan oleh unit lain,
maka unit tersebut dapat diperbolehkan untuk mengeluarkan aktiva tersebut dari dasar
investasinya. Tujuan dari izin ini adalah untuk mendorong para manajer unit usaha guna melepas
aktiva menganggur ke unit lain yang mungkin memerlukannya. Tetapi jika aktiva tetap tersebut
tidak dapat digunakan oleh unit lain, maka pemberian izin untuk menjual/mengganti aktiva
tersebut akan menimbulkan tindakan yang disfungsional. Misalnya hal tersebut akan mendorong
manajer unit usaha untuk menganggurkan aktiva yang tidak menghasilkan tingkat pengembalian
yang sama dengan target laba unit usaha.

8) Aktiva Tidak Berwujud

Beberapa perusahaan cenderung melaksanakan penelitian dan pengembangan (R&D) yang


intensif, sedang lainnya cenderung fokus pada pemasaran. Dengan menghitung aktiva semacam
ini sebagai investasi jangka panjang, manajer unit akan memperoleh manfaat jangka pendek yang
lebih sedikit dari pengurangan atas pengeluaran untuk pos tersebut. Apabila biaya R&D
dikapitalisasi, maka setiap pengurangan satu dolar akan mengurangi aktiva yang digunakan
sebesar satu dolar, sehingga beban modal dapat berkurang sebesar satu dolar dikalikan biaya
modal yang hanya memiliki dampak positif yang jauh lebih kecil terhadap EVA dalam
perhitungannya.

9) Kewajiban Tidak Lancar

Kadang-kadang suatu unit usaha menerima modal permanennya dari kumpulan dana korporat.
Korporat memperoleh dana tersebut dari pemberian pinjaman. Bagi unit usaha jumlah total dari
dana tersebut adalah relevan tetapi tidak dengan sumber daya dari mana dana tersebut berasal.
Sehingga perlu dipisahkan antara perhitungan dana yang dipinjam dengan perhitungan EVA-nya
berdasarkan aktiva yang diperoleh dari sumber umum korporat.

10) Beban Modal

Kantor pusat korporat menentukan tarif (rate) yang digunakan untuk menghitung beban modal
(capital charge). Tarif tersebut seharusnya lebih tinggi daripada tarif korporat untuk pendanaan
dengan utang karena dana yang terlibat merupakan campuran antara utang dan modal berbiaya
lebih tinggi (higher-cost equity). Biasanya tarif tersebut ditetapkan di bawah estimasi biaya modal
perusahaan sehingga EVA atas rata-rata unit usaha berada di atas nol. Beberapa perusahaan
menggunakan tarif yang lebih rendah untuk modal kerja daripada untuk aktiva tetap. Ini dapat
mencerminkan penilaian bahwa modal kerja lebih kecil resikonya daripada aset tetap, karena
dananya disalurkan untuk periode yang lebih pendek. Dalam kasus lain, tarif yang lebih rendah
merupakan cara untuk menkompensasikan fakta bahwa perusahaan tersebut memasukkan unsur
persediaan dan piutang dalam dasar investasi pada jumlah kotor.

11) Survei-survei Praktik

Kebanyakan perusahaan memasukkan unsur aktiva tetap ke dalam dasar investasi pada nilai buku
bersih. Perusahaan-perusahaan tersebut melakukannya karena ini merupakan jumlah dengan
mana aktiva tersebut dicatat dalam laporan keuangan, dan oleh karenanya sesuai dengan laporan
keuangan tersebut mencerminkan jumlah modal yang digunakan dalam divisi tersebut. Metode
ini memberikan sinyal yang menyesatkan, tetapi mereka yakin orang-orang harus memberikan
kelonggaran untuk kesalahan tersebut pada saat menginterpretasikan laporan laba unit usaha
dan bahwa metode alternatif perhitungan dasar investasi tidak dapat dipercaya karena sangat
subjektif. Penolakan terhadap pendekatan penyusutan anuitas dengan dasar bahwa hal itu tidak
konsisten dengan cara penghitungan penyusutan untuk tujuan pelaporan keuangan.

C. EVA vs. ROI

Kedua metode ini biasa digunakan oleh perusahaan untuk mengevaluasi unit-unit usahanya. Masing-
masing metode ini juga mempunyai kelebihan. Dalam penggunaan ROI, maka perusahaan akan
memperoleh tiga keuntungan, yaitu:

1. ROI merupakan perhitungan yang komprehensif dimana semua mempengaruhi laporan keuangan
tercermin dari rasio ini.

2. ROI mudah dihitung, mudah dipahami, dan sangat berarti dalam pengertian absolut.

3. ROI merupakan denominator yang dapat diterapkan ke setiap unit organisasi yang bertanggung jawab
terhadap profitabilitas, tanpa mempedulikan ukuran dan jenis usahanya. Selain itu data ROI pesaing
bersedia sehingga dapat dijadikan sebagai dasar perbandingan.

Ada beberapa alasan yang membuat EVA lebih unggul daripada ROI, antara lain:

1. Seluruh unit usaha memiliki sasaran laba yang sama untuk perbandingan investasi. Sedangkan dalam
pendekatan ROI memberikan insentif yang berbeda untuk investasi di antara unit-unit usaha.

2. Jika kinerja suatu pusat investasi diukur dengan EVA, maka investasi-investasi yang menghasilkan laba
di atas biaya modal akan meningkatkan EVA. Keputusan-keputusan yang meningkatkan ROI suatu
pusat investasi dapat menurunkan laba keseluruhan. Dengan penggunaan EVA sebagai ukuran
berkaitan dengan permasalahan yang berhubungan dengan investasi aset yang ROI-nya berada di
antara biaya modal dan ROI yang sekarang dicapai oleh pusat investasi tersebut.
3. Tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis aktiva yang berbeda pula guna
memperhitungkan tingkat resiko yang berbeda. Sistem pengendalian manajemen dapat dibuat
konsisten dengan kerangka kerja yang digunakan untuk pengambilan keputusan mengenai investasi
modal dan alokasi sumber daya. Selain itu tanpa mempedulikan profitabilitas unit usaha tertentu,
jenis aktiva yang sama mungkin diharuskan untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang sama
dalam perusahaan.

4. EVA berlawanan dengan ROI. EVA memiliki korelasi positif yang lebih kuat terhadap
perubahan- perubahan dalam nilai pasar perusahaan. Para pemegang saham merupakan pemilik
kepentingan (stakeholder) yang penting dalam perusahaan, hal ini dikarenakan beberapa alasan
berikut:

a. Mengurangi resiko pengambilalihan (takeover)

b. Menciptakan nilai tukar untuk agresivitas dalam merger dan akuisisi

c. Mengurangi biaya modal sehingga memungkinkan investasi yang lebih cepat untuk pertumbuhan
masa depan.

Jadi mengoptimalkan nilai pemegang saham merupakan tujuan penting bagi suatu perusahaan.
Tetapi karena pemegang saham mengukur nilai konsolidasi perusahaan secara keseluruhan, maka
hampir tidak mungkin untuk menggunakannya. Mandat terbaik untuk nilai pemegang saham pada
tingkat unit usaha adalah meminta para manajer unit usaha untuk menciptakan dan meningkatkan
EVA. Sehingga pendekatan EVA ini mendorong para manajer untuk meningkatkan EVA dengan cara
mengambil tindakan-tindakan yang konsisten dengan peningkatan nilai pemegang saham.
Pengukuran dalam EVA dengan cara sebagai berikut:

EVA = Laba bersih – Beban modal

dengan

Beban modal = Biaya modal x Modal yang digunakan (1)

Cara lain untuk menyatakan persamaan (1) adalah:

EVA = Modal yang digunakan (ROI – Biaya modal) (2)

Ada beberapa tindakan yang bisa meningkatkan EVA berdasarkan kedua persamaan di atas, antara
lain:

a. Peningkatan ROI melalui business process reengineering dan productivity gains, tanpa menaikkan
dasar investasi

b. Divestasi aktiva, produk, dan atau bisnis yang ROI-nya kurang dari biaya modal

c. Investasi agresif yang baru dalam aktiva, produk, dan atau bisnis yang ROI-nya melebihi biaya
modal
d. Peningkatan penjualan, margin laba, atau efisiensi modal (rasio penjualan terhadap modal yang
digunakan), atau penurunan presentase biaya modal, tanpa mempengaruhi variabel lain dalam
persamaan.

Apabila dianalisis lebih lanjut maka akan kita temukan perbedaan antara ROI dan EVA. Dalam
penggunaan metode ROI terdapat beberapa unit usaha yang tujuannya tidak konsisten dengan biaya
aktiva lancar perusahaan. EVA akan memperbaiki ketidakkonsistenan tersebut. Investasi dikalikan
dengan tarif yang tepat, kemudian dikurangkan dari anggaran laba, hasilnya adalah anggaran EVA.
Secara berkala, EVA dihitung dengan mengurangkan investasi aktual dari laba aktual dan dikalikan
dengan tarif tertentu. EVA memecahkan permasalahan mengenai perbedaan tujuan laba untuk aktiva
berbeda pada unit usaha sama. Metode ini memungkinkan untuk memasukkan peraturan keputusan
yang sama dengan yang digunakan dalam proses perencanaan ke dalam sistem pengukuran. Semakin
rumit proses perencanaan, maka semakin rumit juga perhitungan EVA-nya. Aktiva tetap yang dimiliki
unit usaha dapat diklasifikasikan dengan tarif, dan tarif yang berbeda dapat diterapkan dalam
mengukur kinerja. Para manajer mungkin akan cenderung untuk enggan berinvestasi dalam
perbaikan kendali kerja, ukuran kendali polusi, atau sasaran sosial yang lain jika mereka melihat hal
itu sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan.

D. Pertimbangan Tambahan dalam Mengevaluasi Manajer

Dalam penggunaan metode ROI, kesalahan konseptual untuk evaluasi kinerja adalah nyata dan
menyebabkan timbulnya perilaku disfungsional dari para manajer unit usaha. Tetapi cakupan dari
kesalahan tersebut tidak dapat ditentukan karena hanya sedikit jumlah manajer yang mau mengakui
adanya kesalahan tersebut dan banyak yang tidak menyadari bahwa kesalahan tersebut terjadi.

Sedangkan penggunaan EVA sebagai perangkat pengukuran kinerja sangat disarankan. Akan tetapi EVA
tidak menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penghitungan aktiva tetap, seperti yang telah
dibicarakan sebelumnya, kecuali metode penyusutan anuitas dipergunakan. Jika nilai buku kotor
dipergunakan, suatu unit usaha dapat meningkatkan EVA-nya dengan cara mengambil tindakan yang
bertentangan dengan kepentingan perusahaan. Sedangkan jika metode nilai buku bersih dipergunakan,
maka EVA akan langsung meningkat karena berlalunya waktu penggunaan dan EVA juga akan tertekan
oleh investasi baru karena tingginya nilai buku bersih pada tahun awal.

Seluruh unit usaha akan termotivasi untuk meningkatkan investasi jika tingkat pengembalian dari
investasi tersebut melebihi tarif yang ditentukan sistem pengukuran. Beberapa aktiva mungkin akan
dinyatakan terlalu rendah nilainya ketika dikapitalisasi, sejumlah besar investasi dalam biaya awal. Atas
dasar beberapa pertimbangan, terkadang perusahaan memutuskan untuk mengeluarkan unsur aktiva
tetap dari dasar investasi. Perusahaan hanya membebankan beban bunga hanya untuk aktiva yang dapat
dikendalikan dan mengendalikan aktiva tetap dengan perangkat terpisah. Aktiva yang dapat dikendalikan
pada dasarnya merupakan modal kerja. Para manajer unit dapat membuat keputusan sehari-hari yang
mempengaruhi aktiva-aktiva tersebut. Namun apabila keputusan yang dibuat salah, maka dampak yang
serius akan segera timbul. Contoh: jika tingkat persediaan tinggi maka akan memasukkan pengeluaran
yang tidak perlu dan resiko kerusakan akan meningkat, sebaliknya jika persediaan terlalu rendah maka
akan menyebabkan kekurangan persediaan dan terjadi gangguan produksi. Investasi dalam aktiva tetap
dapat dikendalikan oleh proses anggaran modal sebelum terjadinya dan oleh audit setelah penyelesaian
untuk menentukan apakah ada arus kas yang diantisipasi terwujud. Hal ini jauh dari memuaskan karena
penghematan atau pendapatan aktual dari akuisisi aktiva tetap tidak dapat dikendalikan.

E. Mengevaluasi Kinerja Ekonomi suatu Entitas

Laporan-laporan manajemen dibuat bulanan atau kuartalan, sementara laporan kinerja ekonomi
biasanya dibuat dengan selang waktu yang tidak tetap. Berdasarkan alasan yang telah dinyatakan
sebelumnya, laporan manajemen cenderung menggunakan informs historis atas biaya aktual yang
terjadi, sedangkan laporan ekonomi menggunakan informasi yang cukup berbeda.

Laporan ekonomi memberikan indikasi apakah strategi unit usaha yang sekarang sudah memuaskan dan
jika tidak, keputusan apa yang harus diambil. Analisis ekonomi atas suatu unit usaha dapat
memperlihatkan bahwa rencana yang sekarang atas produk atau strategi baru yang lain, bila dilihat
secara keseluruhan tidak akan menghasilkan laba yang memuaskan di masa depan. Laporan ekonomi
juga dapat dijadikan dasar untuk memperoleh nilai perusahaan secara keseluruhan. Nilai ini disebut
breakup value yaitu estimasi jumlah yang akan diterima oleh para pemegang saham jika masing-masing
unit usaha dijual. Breakup value bermanfaat bagi organisasi luar yang sedang akan membuat penawaran
pengambilalihan perusahaa, dan laporan ini juga berguna bagi manajemen dalam menilai suatu
tawaran. Laporan ini menunjukkan unit usaha yang menarik dan dapat mengindikasikan bahwa
manajemen senior salah mengalokasikan waktu mereka yang terbatas yaitu menghabiskan waktu yang
terlalu banyak untuk unit usaha yang cenderung tidak banyak memberikan kontribusi kepada
profitabilitas total perusahaan.

Jarak antara profitabilitas yang sekarang dengan breakup value menunjukkan perubahan yang harus
dilakukan, dengan kata lain profitabilitas yang sekarang dapat tertekan oleh adanya biaya yang akan
memperbesar profitabilitas di masa yang akan datang seperti pengembangan produk baru dan iklan.

Laporan ekonomi lebih terfokus pada profitabilitas di masa depan. Nilai buku dari aktiva dan penyusutan
berdasarkan biaya historis dari aktiva tersebut digunakan dalam laporan kinerja para manajer, meskipun
keterbatasannya diketahui. Informasi ini tidak relevan untuk laporan yang memperkirakan masa depan
karena dalam laporan ini, penekanannya adalah pada biaya penggantian. Nilai unit usaha merupakan
hasil dari pendapatan di masa depan. Hal ini dihitung dengan mengestimasi arus kas untuk setiap tahun
di masa depan dan mendiskontokan setiap arus kas pada tarif laba yang telah ditentukan.

BAB III
PENUTUP

Pusat investasi menimbulkan permasalahan baru mengenai bagaimana cara mengukur aktiva yang
digunakan, bagaimana menilai aktiva tetap dan lancar, metode penyusutan apa yang akan digunakan
untuk aktiva tetap, aktiva perusahaan mana yang harus dialokasikan, dan kewajiban mana yang harus
dikurangi.

Suatu tujuan penting dari suatu organisasi bisnis adalah untuk mengoptimalkan tingkat pengembalian
atas ekuitas pemegang saham. Sangat tidak praktis untuk menggunakan pengukuran semacam ini guna
mengevaluasi kinerja para manajer unit usaha per bulanan atau kuartal. Menghitung tingkat
pengembalian adalah pengukuran yang paling baik atas kinerja para manajer unit usaha. Nilai tambah
ekonomis secara konsep lebih unggul daripada tingkat pengembalian investasi dalam mengevaluasi
kinerja para manajer unit usaha. Ketika menentukan tujuan laba tahunan, harus ada tarif bunga eksplisit
terhadap saldo yang diproyeksikan atas pos modal kerja yang dapat dikendalikan. Ada perdebatan yang
cukup alot mengenai pendekatan yang tepat bagi manajemen dalam mengendalikan aktiva tetap.

DAFTAR PUSTAKA
http://likautari.blogspot.com/2016/10/v-behaviorurldefaultvmlo_13.html

https://www.academia.edu/34777124/Mengukur_dan_Mengendalikan_Aktiva_yang_Dikelola

Anda mungkin juga menyukai

  • Proposal PKM
    Proposal PKM
    Dokumen3 halaman
    Proposal PKM
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • Spi 1
    Spi 1
    Dokumen9 halaman
    Spi 1
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • SIKLUS PENGIRIMAN BARANG
    SIKLUS PENGIRIMAN BARANG
    Dokumen2 halaman
    SIKLUS PENGIRIMAN BARANG
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • Tema 1
    Tema 1
    Dokumen15 halaman
    Tema 1
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • Tema 6
    Tema 6
    Dokumen17 halaman
    Tema 6
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • Tema 1
    Tema 1
    Dokumen15 halaman
    Tema 1
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • Tema 9
    Tema 9
    Dokumen13 halaman
    Tema 9
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • KINERJA MANAJER
    KINERJA MANAJER
    Dokumen3 halaman
    KINERJA MANAJER
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • Tema 8
    Tema 8
    Dokumen10 halaman
    Tema 8
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • Tema 10
    Tema 10
    Dokumen12 halaman
    Tema 10
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • Tema 2
    Tema 2
    Dokumen16 halaman
    Tema 2
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • Tema 10
    Tema 10
    Dokumen12 halaman
    Tema 10
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • Tema 4
    Tema 4
    Dokumen13 halaman
    Tema 4
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • Tema 5
    Tema 5
    Dokumen18 halaman
    Tema 5
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • Tema 3
    Tema 3
    Dokumen17 halaman
    Tema 3
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • Tema 9
    Tema 9
    Dokumen13 halaman
    Tema 9
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • Tema 6
    Tema 6
    Dokumen17 halaman
    Tema 6
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • Tema 8
    Tema 8
    Dokumen10 halaman
    Tema 8
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • Tema 5
    Tema 5
    Dokumen18 halaman
    Tema 5
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • Tema 2
    Tema 2
    Dokumen16 halaman
    Tema 2
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • Tema 4
    Tema 4
    Dokumen13 halaman
    Tema 4
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • Tema 3
    Tema 3
    Dokumen17 halaman
    Tema 3
    dianingayu
    Belum ada peringkat
  • Tema 1
    Tema 1
    Dokumen15 halaman
    Tema 1
    dianingayu
    Belum ada peringkat