Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum perdata adalah peraturan-peraturan hukum mengatur hubungan

hukum antara orang yang satu dengan yang lain, yang menitikberatkan kepentingan

perorangan dan pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada orang yang

berkepentingan itu sendiri. Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan

kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan hubungan antara subyek hukum.

Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya

hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab Undang-undang.

Hak perdata adalah hak seseorang yang diberikan oleh hukum perdata. Hak

tersebut ada yang bersifat absolut dan bersifat relatif. Hak yang bersifat absolut

memberikan kekuasaan langsung dan dapat dipertahankan terhadap siapapun.

Sedangkan hak yang bersifat relatif memberikan kekuasaan terbatas dan hanya

dapat dipertahankan terhadap lawan (pihak dalam hubungan hukum).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengertian hak milik?

2. Bagaimanakh Sujek hak milik?

3. Bagaimanakah terjadinya hak milik?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Milik

Hak Milik yang merupakan salah satu macam hak atas tanah yang dikenal

dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA). Pengertian Hak Milik berdasarkan

ketentuan Pasal 20 ayat (1) UUPA menentukan bahwa :

“Hak milik adalah hak yang turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat

dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan Pasal 6”

Hak Milik bersifat turun-menurun maksudnya bahwa Hak Milik atas tanah

tersebut tidak hanya berlangsung selama hidup pemegang Hak milik atas tanah,

tetapi dapat juga dilanjutkan oleh ahli warisnya apabila pewaris meninggal dunia,

oleh karena itu Hak Milik jangka waktunya tidak terbatas. Hak Milik bersifat

terkuat maksudnya bahwa Hak Milik merupakan induk dari macam hak atas tanah

lainnya dan dapat dibebani oleh hak atas tanah lainnya, seperti Hak Guna Bangunan

dan Hak Pakai. Hak Milik bersifat terpenuh maksudnya Hak Milik menunujuk luas

wewenang yang diberikan kepada pemegang Hak Milik dalam menggunakan

tanahnya baik untuk usaha pertanian maupun untuk mendirikan bangunan.1

Hak Milik bersifat turun temurun, terkuat dan terpenuh bukan berarti bahwa Hak

Milik merupakan hak yang mutlak, tidak terbatas dan tidak dapat diganggu gugat.

Hal ini Ini dimaksudkan untuk membedakan Hak Milik dengan hak-hak atas tanah

lainnya yang dimiliki oleh individu. Dengan kata lain, Hak Milik merupakan hak

yang paling kuat dan paling penuh diantara hak-hak atas tanah lainnya.

1
Soedewi Sri , Hukum Perdata : Hukum Benda, ( Yogyakrta: liberty). 1981, hal., 33.

2
berdasarkan ketentuan Pasal 6 UUPA, semua hak atas tanah mempunyai fungsi

sosial, sehingga Hak Milik juga mempunya fungsi social, artinya bahwa Hak Milik

yang dipunyai subjek hak (pemegang hak) tidak boleh dipergunakan semata-mata

untuk kepentingan pribadi. Fungsi sosial dari Hak Milik harus ada keseimbangan

antara kepentingan pemerintah dengan masyarakat.

B. Subyek Hak Milik

Berdasarkan ketentuan Pasal 21 UUPA, maka yang dapat mempunyai Hak Milik

adalah:

“a. Hanya warga Negara Indonesia dapat mempunyai Hak Milik

b. Oleh Pemerintah ditetapkan badan-badan hukum yang dapat mempunyai Hak

Milik dan syarat-syaratnya.

c. Orang asing yang sesudah berlakunya Undang-Undang ini memperoleh Hak

Milik karena Pewarisan tanpa wasiat atau percampuran harta karena perkawinan,

demikian pula warga negara Indonesia yang mempunyai Hak Milik setelah

berlakunya Undang-Undang ini kehilangan kewarganegaraannya wajib melepaskan

hak itu dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau

hilangnya kewarganegaraan tersebut. Jika sesudah jangka waktu itu lampau Hak

Milik tidak dilepaskan, maka hak itu hapus karena hukum dan tanahnya jatuh

kepada Negara, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain yang membebaninya

tetap berlangsung.2

2
Subekti, POKOK POKOK – HUKUM PERDATA, ( Jakarta: Intermas ). 1983, hal., 73.

3
d. Selama seseorang di samping kewarganegaraan Indonesia juga memperoleh

kewarganegaran asing maka ia tidak dapat mempunyai tanah dengan hak miik dan

baginya berlaku ketentuan dalam ayat (3) Pasal ini.”

Berdasarkan ketentuan tersebut maka hanya warga negara Indonesia tunggal yang

dapat mempunyai Hak Milik, orang asing tidak diperbolehkan untuk mempunyai

Hak Milik. Orang asing dapat mempunyai tanah dengan Hak Pakai yang luasnya

terbatas.

C. Terjadinya Hak Milik

Mengenai terjadinya Hak Milik diatur dalam Pasal 22 UUPA menentukan

bahwa:

a. Terjadinya Hak Milik menurut hukum adat diatur dengan Peraturan Pemerintah

Pasal 3 UUPA yang menyatakan:

“Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam Pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak

ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat,

sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai

dengan kepentingan Nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa

serta tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang dan peraturan-peraturan lain

yang lebih tinggi.”

Ketentuan tersebut berpangkal pada pengakuan adanya hak ulayat dalam

hukum agraria sehingga dengan disebutnya hak ulayat dalam UUPA, yang pada

hakekatnya berarti pula pengakuan hak itu, maka pada dasarnya hak ulayat itu akan

diperhatikan, sepanjang hak tersebut menurut kenyataannya memang masih ada

4
pada masyarakat hukum yang bersangkutan. Kepentingan sesuatu masyarakat

hukum harus tunduk pada kepentingan nasional dan Negara sehingga pelaksanaan

hak ulayat harus sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara.

b. Selain menurut cara sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini Hak

Milik

1) Penetapan Pemerintah menurut cara dan syarat-syarat yang ditetapkan dengan

Peraturan Perundang-undangan.3

Terjadinya Hak Milik menurut Penetapan Pemerintah maksudnya dengan

mengajukan permohonan Hak Milik. Mengenai syarat-syarat permohonan Hak

Milik diatur dalam Pasal 8 ayat (1) Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala

Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan

Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan yang menyatakan bahwa

Hak Milik dapat diberikan kepada:

“a. Warga Negara Indonesia

b. Badan-badan hukum yang ditetapkan oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu:

1) Bank Pemerintah

2) Badan Keagamaan dan Badan Sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah.”

Permohonan Hak Milik atas tanah Negara pada Pasal 9 ayat (2) diajukan

secara tertulis yang memuat:

“1. Keterangan mengenai permohonan

3
Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, (Bandung: Alumni )
1983. Hal., 58.

5
a. Apabila perorangan: nama, umur, kewarganegaraan, tempat tinggal dan

pekerjaannya serta keterangan mengenai isteri/suami dan anaknya yang masih

menjadi tanggungannya;

b. Apabila badan hukum: nama, tempat kedudukan, akta atau peraturan

pendiriannya, tanggal dan nomor surat keputusan pengesahannya oleh pejabat

yang berwenang tentang penunjukannya sebagai badan hukum yang dapat

mempunyai Hak Milik berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

2. Keterangan mengenai tanahnya yang meliputi data yuridis dan data fisik:

a. Dasar penguasaan atau alas haknya dapat berupa sertpikat, girik, surat kapling,

surat-surat bukti pelepasan hak dan pelunasan tanah dan rumah dan atau tanah

yang yang telah dibeli dari Pemerintah, putusan pengadilan, akta PPAT, akta

pelepasan hak, dan surat-surat bukti perolehan tanah lainnya;

b. Letak, batas-batas dan luasnya (jika ada Surat Ukur atau Gambar Situasi

sebutkan tanggal dan nomornya);

c. Jenis tanah (pertanian/non pertanian)

d. Rencana penggunaan tanah;

e. Status tanahnya (tanah hak atau tanah negara);

3. Lain-lain:

a. Keterangan mengenai jumlah bidang, luas dan status tanah-tanah yang dimiliki

oleh pemohon, ternasuk bidang tanah yang dimohon;

b. Keterangan lain yang dianggap perlu.”

6
2) Ketentuan Undang-Undang,

Pasal 1 ketentuan-ketentuan konversi UUPA menentukan:

“Hak eigendom atas tanah yang ada pada mulai berlakunya Undang-Undang ini

sejak saat tersebut menjadi Hak Milik, kecuali jika yang mempunyainya tidak

memenuhi syarat sebagai yang tersebut dalam Pasal 21”.

Berdasarkan ketentuan tersebut maka hak eigendom dapat dikonversi

menjadi Hak Milik dengan syarat berdasarkan ketentuan Pasal 21 UUPA yaitu

hanya warga Negara Indonesia tunggal yang dapat mempunyai Hak Milik.

D. Peralihan Hak Milik

Beralihnya Hak Milik diatur dalam Pasal 20 ayat (2) UUPA yang

menyatakan bahwa:

“Hak Milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain”.

Hak Milik dapat beralih maksudnya bahwa Hak Milik dapat berpindah

haknya dari subjek hak kepada subjek hak lain karena adanya peristiwa hukum,

misalnya karena pewarisan, sedangkan hak Milik dapat dialihkan maksudnya Hak

Milik dapat berpindah kepada subjek hak lain karena adanya perbuatan hukum,

misalnya karena jual-beli, tukar-menukar, hibah. Ketentuan Pasal 37 ayat (1)

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 mengatur bahwa:

“Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli,

tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum

pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat

7
didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Peralihan hak atas tanah yang terjadi karena perbuatan hukum hanya dapat

didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT.

E. Pendaftaran Hak Milik

Mengenai pendaftaran Hak Milik diatur dalam Pasal 23 ayat (1) UUPA

menetukan bahwa:

“Hak Milik, demikian setiap peralihan, hapusnya dan pembebanan dengan hak-hak

lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19”

Maksud Pasal 23 ayat (1) UUPA ini adalah untuk setiap terjadi peralihan, hapus dan

pembebanan Hak Milik didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud

dalam Pasal 19 UUPA serta ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

tentang Pendaftaran Tanah.

F. Pembebanan Hak Milik Atas Tanah

Pasal 25 UUPA menentukan bahwa:

“Hak Milik dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani Hak Tanggungan”

Berdasarkan Pasal 25 UUPA, Hak Milik dapat dibebani Hak Tanggungan, maka

tanah yang dibebani Hak Tanggungan tetap dipegang oleh pemiliknya apabila

pemilik tanah tidak dapat melunasi hutangnya dalam jangka waktu yang telah

diperjanjikan kepada Kreditur, tanah yang dijadikan jaminan utang tersebut bukan

berarti otomatis menjadi milik Kreditur melainkan akan dilelang yang hasil dari

8
pelelangan tersebut digunakan untuk melunasi utang tersebut. Selain dapat dibebani

Hak Tanggunan, Hak Milik juga dapat dibebani hak-hak atas tanah lainnya. Hak-

hak atas tanah yang dapat dibebani di atas Hak Milik adalah Hak Guna Bangunan

dan Hak Pakai, yang pembebanannya dituangkan dalam Akta PPAT yakni Akta

Pembebanan Hak Milik dengan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai yang

sebelumnya terdapat perjanjian antara subjek hak pemegang Hak Milik dengan

calon subjek hak pemegang hak atas tanah yang aka nada sdi atas tanah Hak Miliki

tersebut.

7. Hapusnya Hak Milik

Hak Milik atas tanah dapat hapus dari subjek hak pemeganh hak atas tanah

seperti yang telah ditentukan di dalam Pasal 27 UUPA yaitu apabila:

a. Tanah jatuh kepada Negara, karena:

1) Pencabutan hak

Maksudnya, pengambilan tanah kepunyaan subjek hak pemegang Hak Milik

oleh Negara secara paksa, yang mengakibatkan hak atas tanah itu menjadi hapus

dikarenakan untuk kepentingan umum, hal tersebut berdasarkan pada Pasal 18

UUPA. Pencabutan hak atas tanah ini dengan memberikan ganti kerugian yang

layak dan berdasarkan tata cara yang diatur dengan peraturan perundang-undangan.

2) Penyerahan dengan sukarela (pelepasan)

Penyerahan dengan sukarela maksudnya bahwa subjek hak melepaskan hak

atas tanah yang dimilikinya kepada Negara dengan tanpa adanya ganti kerugian

yang diterimanya. Hak atas tanah yang dilepaskan tersebut makan akan menjadi

tanah Negara.

9
3) Ditelantarkan

Ditelantarkan artinya bahwa tanah tersebut sengaja tidak dipergunakan

sesuai keadaan atau sifat dan tujuan daripada haknya. Hal ini berdasarkan pada

penjelasan Pasal 27 UUPA

4) Dipegang oleh subjek hak yang tidak berhak

Maksudnya bahwa Hak Milik ini dimiliki oleh subjek hak bukan haknya

untuk memiliki Hak Milik, yakni WNA dan badan hukum. Hal tersebut diatur

dalam Pasal 21 ayat 3 dan Pasal 26 ayat 2 UUPA.

b. Tanahnya musnah

Hal ini dapat terjadi karena obyeknya (tanah) tidak ada lagi karena

terjadinya bencana alam.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hak milik adalah hak yang turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat

dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan Pasal 6.

Hak Milik dapat beralih maksudnya bahwa Hak Milik dapat berpindah

haknya dari subjek hak kepada subjek hak lain karena adanya peristiwa hukum,

misalnya karena pewarisan, sedangkan hak Milik dapat dialihkan maksudnya Hak

Milik dapat berpindah kepada subjek hak lain karena adanya perbuatan hukum

B. Saran

Melalui makalah yang singkat ini penulis menyarankan kepada segenap pembaca

agar merujuk kepada sumber-sumber lain yang relevan untuk mendapatkan

pemahaman yang lebih komprehensif.

11

Anda mungkin juga menyukai