Anda di halaman 1dari 5

A.

TENAGA KERJA
a. Permintaan Tenaga Kerja
Dalam suatu perekonomian, perusahaan akan mempekerjakan pekerja-pekerja
untuk memproduksi barang dan jasa, jika hasil produksi dapat dijual sekurang-
kurangnya cukup meliputi biaya produksi. Dengan kata lain perusahaan yang
berorientasi kepada keuntungan maksimum akan mempunyai hasrat untuk
mempekerjakan tambahan tenaga kerja.
Sejauh mereka mampu memproduksi tambahan keluaran (output) yang
mampu menutup tamabahan upah rial yang dikeluarkan perusahaan untuk
mendapatkan jasa jasa mereka dari sini dapat diturunkan permintaan tenaga kerja
sebagai:
ND= ND (w/Pd)............(4.1)
ND= permintaan tenaga kerja (oleh perusahaan)
W= tingkat upah (nominal)Pd= harga barang-barang dalam negeri

Kurva ini mempunyai gradien negatif, hal ini didasarkan pada anggapan “decreasing

marginal productivity of labor”. Jadi upah riil diturunkan untuk mendorong


perusahaan mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja. Semakin rendah upah rial akan
memungkinkan perusahaan mensubstitusi faktor-faktor secara grafik permintaan
tenaga kerja.

b. Pengertian Penawaran Tenaga Kerja


Jumlah tenaga kerja yang ditawarkan dalam suatu perekonomian
tergantung pada angkatan kerja dan tingkat keinginan mereka untuk bekerja
dan memproduksi barang-barang relatif terhadap keinginan mereka untuk
menganggur.Dalam teori perilaku rumah tangga, keinginan mereka untuk mencapai
kepuasan maksimum mendorong mereka untuk mengamati perilaku upah yang
dihadapi saat inimaupun akan datang. Jika upah rial yang dihadapkan (the experted
real wage rate) naik,maka pekerja akan terdorong untuk menawarkan lebih banyak
tenaga kerja. Keadaan di atasdapat dirumuskan sebagai:

Ns= Ns (w/P*d)...................(4.2)

Ns= penawaran tenaga kerjaW= tingakat upah (nominal)

P*d= tingkat harga (dalam negeri) yang diharapkan.


Digunakan tingkat harga yang diharapkan dan bukan tingkat harga diamati seperti
halnya pada permintaan tenaga kerja. Alasannya bahwa upah yang berlaku saat ini
merupakan kontrak yang ditetapkan untuk beberapa bulan dan tahun. Akibatnya,
pekerja yang tidak ingin menderita ilusi uang akan memutuskan mengenai berapa
tingkat upah nominal yang ingi mereka terima, akan selalu memperhatikan daya
belinya disaat yang akan datang. Jika tingkat harga yang diharapkan naik, mereka
akan bersedia menawarkan tambahan tenaga kerja apabila upah nominal juga
naik dalam proporsi yang sama dengan kenaikan harga tersebut.

A. INFLASI
Inflasi adalah gejala ekonomi yang menunjukkan naiknya tingkat harga secara umum
yang berkesinambungan. Syarat inflasi yaitu terjadi kenaikan harga-harga secara
umum dan terus menerus. Jika hanya satu atau dua jenis barang saja yang naik, itu
bukan inflasi.
1. Akibat Buruk Inflasi
Inflasi dapat menimbulkan beberapa akibat buruk baik terhadap orang per
orang, masyarakat, maupun kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Karena
itulah berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mengatasinya. Inflasi yang
tinggi tidak akan mendorong perkembangan ekonomi.
Salah satu akibatnya yaitu inflasi cenderung menurunkan kesejahteraan
individu dan masyarakat. Jadi, dampak buruk inflasi tersebut yaitu :
1) Menurunkan pendapatan riil bagi orang-orang yang berpendapatan tetap.
2) Mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
3) Memperburuk pembagian kekayaan atau memperlebar jurang distribusi antar
golongan pendapatan.
Laju inflasi adalah tingkat perubahan harga umum yang diukur sebagai berikut:

(Tingkat harga tahun t) – (Tingkat harga tahun t – 1)

Laju inflasi tahun t = x 100

(Tingkat harga tahun t – 1)

Secara konseptual tingkat harga yang dimaksud adalah tingkat harga rata-rata
yang tertimbang dari harga barang dan jasa dalam perekonomian dan secara umum
di ukur dengan indeks harga konsumen maupun indeks harga produsen.
Deflasi adalah gejala ekonomi yang menunjukkan turunnya tingkat harga-
harga secara umum dan berkesinambungan.

Ditinjau dari sumber penyebabnya, inflasi dapat digolongkan menjadi tiga


golongan, yaitu inflasi permintaan, penawaran, campuran.

2. Inflasi Permintaan
Inflasi permintaan timbul apabila terjadi kenaikan harga dalam keseluruhan
permintaan. Apabila tingkat harga naik karena sumber daya tidak mampu
menyesuaikan diri secara lancar kepada perubahan dalam komposisi permintaan di
sebut pergeseran permintaan atu rintangan inflasi permintaan.
Ada beberapa teori atau pendekatan analisis ekonomi yang dapat menjelaskan
inflasi permintaan, yaitu:
a) Pendekatan teori kuantitas uang, yaitu melalui ekspansi jumlah yang
beredar dalam masyarakat.
b) Pendekatan rentang atau celah inflasi
c) Pendekatan analisis IS-LM.
d) Pendekatan permintaan dan penawaran agregat, memperlakukan tingkat
harga secara eksplisit dan mampu menerangkan gejala inflasi dengan baik.
3. Inflasi Penawaran
Kenaikan harga yang terus menerus inilah yang disebut inflasi penawaran.
Naiknya harga dan disertai turunnya pendapatan sering kali disebut sebagai
stagflasi. Dengan demikian, stagflasi menggambarkan keadaan ekonomi yang
semakin menurun, pengangguran semakin tinggi dan pada waktu yang sama proses
kenaikan harga-harga semakin cepat.
Para ekonom umumnya berpendapat bahwa inflasi penawaran karena
dorongan biaya relatif lebih sulit diatasi dari pada inflasi permintaan. Ada
kecenderungan dorongan biaya akan tercampu dengan inflasi permintaan, sehingga
ada hubungan timbal balik antara inflasi penawaran dan inflasi permintaan.
Akibatnya terjadilah inflasi spiral yang berupa hubungan timbang balik yang
melingkar disertai oleh lajunya inflasi.
4. Inflasi Campuran
Inflasi campuran adalah inflasi yang disebabkan oleh campuran dari tarikan
permintaan dan dorongan biaya.
Contoh kasus inflasi :
Pada akhir tahun 2005 pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM),
sehingga memicu dan memacu harga-harga pada umumnya naik.

B. Products Nasional dan Domestik


Produk nasional bruto (PNB) adalah total nilai pendapatan dari semua barang dan
jasa yang dihasilkan oleh warga suatu negara, termasuk yang bekerja di luar negeri
pada suatu kurun waktu tertentu (biasanya tahunan). PNB merupakan ukuran pokok
dari kegiatan ekonomi. Contoh nilai PNB Indonesia mencerminkan harga barang/jasa
yang dihasilkan WNI baik di dalam maupun di luar negeri dan tidak menghitung
produk barang dan jasa WNA yang berada di Indonesia.
Produk domestik Bruto (PDP) adalah total pendapatan yang dihasilkan semua
orang baik warga negara sendiri maupun warga negara asing dari semua barang dan
jasa di dalam suatu negara. PDP mengukur nilai semua barang dan jasa yang
dihasilkan di dalam negeri (domestik) tanpa membedakan kepemilikan/kewarga
negaraan dalam periode tertentu.
Terdapat dua ukuran PNB, yaitu PNB nominal dan PNB riil. PNB nominal
mengukur barng dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian pada suatu
periode tertentu menurut harga yang berlaku, sedangkan PNB riil mengukur output
yang diproduksi pada kurun waktu tertentu menurut harga konstan tahun tertentu.

C. PENDAPATAN NASIONAL
Pendapatan nasional dapat didefinisikan sebagai total biaya ekonomi negara untuk
menghasilkan barang atau jasa tahunan.
Pendapatan Nasional = Biaya faktor nasional = Produk nasional = Pengeluaran
nasional.
1. Pendekatan pendapatan nasional.
Untuk mengukur pendapatan nasional biasanya dinamakan factor payment
approach. Pendekatan pendapatan ini terdiri dari empat komponen utama, yaitu:
1) Rent, yang berarti bayaran bagi jasa-jasa tanah dan faktor-faktor yang disewai.
2) Wages and salaries, yang berarti pembayaran bagi tenaga keraja.
3) Interest atau bunga modal. Didapatkan oleh mereka yang meminjamkan
uangnya pada perusahaan.
4) Profit, keuntungan.
2. Manfaat perhitungan dan analisis pendapatan nasional
1) Mengetauhi struktur perekonomian
2) Membandingkan perekonomian dari waktu ke waktu
3) Membandingkan perekonomian antar daerah
4) Merumuskan kebijakan pemerintah
5) Ukuran kesejahteraan
Contoh Kasus Pendapatan Nasioanal:
Di sisi lain, negara terus dilanda problem pendapatan nasional. Data pendapatan
nasional sekitar lima tahun terakhir (2005) menyuguhkan kesimpulan: selalu defisit,
karena pengeluaran nasionalnya selalu lebih besar dibandingkan pendapatan. Menurut
Nota Perhitungan Anggaran Negara, defisit untuk tahun anggaran 1999/2000
mencapai Rp 31.235,3 miliar. Tahun anggaran berikutnya (2000) mencapai Rp
16.132,2 miliar dan defisit untuk tahun anggaran 2001 mencapai Rp 40.485,0 miliar.
Sedangkan defisit untuk tahun anggaran 2002 dan 2003, masing-masing Rp 40.453,7
miliar dan Rp 34.436,3 miliar.

Anda mungkin juga menyukai