Anda di halaman 1dari 19

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

GEOLOGI FISIK
SAP X, XI, XII,XIII, dan SAP XIV

OLEH:
MUH.RANDA RAKMIN
D61112109

GOWA.
2012
SAP X

STRUKTUR GEOLOGI

X.1 PENDAHULUAN
Secara umum proses yang membentuk suatu sistem pegunungan
disebut dengan proses orogenesis ( berasal dari bahasa yunani, oros=
pegunungan, dan genesis = pembentukan atau mula jadi). Teori tektonik
lempeng (plate tectonic) dapat menerangkan mengenai proses
pembentukan pegunungan.

X.2 PENGANGKATAN KERAK BUMI (curstal uplift)


Fosil-fosil kerang infertebrata laut yang dijumpai di pegunungan
merupakan hasil dari suatu proses pengangkatan, sehingga batuan
sedimen dari fosil-fosil tersebut membentuk pegunungan.

Gaya grafitasi memegang peranan penting dalam menentukan


ketinggian suatu permukaan bumi. Isostasi merupakan konsep
pengapungan dan mudah mengalami deformasi (perubahan bentuk)
karena keseimbangan grafitasi.

X.3 DEFORMASI BATUAN PENYUSUN KERAK BUMI


Apabila batuan mendapat tekanan yang besarnya melebihi daya
batuan itu sendiri, maka batuan akan mengalami perubahan. Pada
umumnya perubahan tersebut sanat mudah membentuk struktur pelipatan
(folding) atau retakan (fracturing).

Para ahli geologi berpendapat bahwa apabila tekanan (stress)


diberikan perlahan dan di bawah tekanan yang rendah , maka batuan
akan mengalami perubahan secara elastis, seperti karet batua akan
kembali ke bentuk semula jika tekanan tersebut dihilangkan. Apabila batas
elastisitas batuan terlewatkan maka batuan akan pecah,(perubahan
secara plastis).
1. Pensesaran (faulting)

Sesar (faulting), sering diebut patahan, merupakan retakan pada


batuan kerak bumi yang disertai dengan pergeseran sepanjang
retakan tersebut. Jarak pergeserannya disebut slip. Hangling wall
merupakan bagian yang menggantung diatas bidang sesar,
sedangkan foot wall terletek dibawah. Sesar dengan pergerakan
fertikal dari bagian yang disesarkan disebut dengan sesar dip-slip
(dip-slip fault), sesar ini ada dua, yaitu sesar normal atau sesar
turun, apbila bagian yang terletak diatas bidang sesar bergerak
relative ke bawah, dan sesar naik, apabila bagian yang terletak di
bagian atas bidang sesar relatif bergerak ke atas. Sesar yang
pergeserannya dominan horizontal atau sepanjang jurus sesar
disebut sesar geser.

2. Perlipatan (folding)

 Antiklin : perlipatan yang menonjol ke atas

 Singklin : perlipatan yang cekung

Berdasarkan orientasi sayap-sayapnya, perlipatan dapat


dibedakan menjadi :

 simetris

 Asimetris

 Menggantung (overtuned)

3. Kekar (joint)

Kekar merupakan retakan pada batuan seperti sesar, tetapi bagian


teretakan tidak mengalami pergeseran. Kekar merupakan bagian
yang lemah pada batuann.
X.4 TIPE-TIPE PEGUNUNGAN LIPATAN
1. Pegunungan lipatan (folded mountain)

Merupakan suatu sistem pegunungan yang kompleks dan besar,


karena kenampakan geologi lainnya dapat dijumpai disini, seperti
sesar, metamorfisme,dan aktifitas magma. Proses pembentukan
pegunungan ini selalu dihubungkan dengan lipatan.

2. Pegunungan patahan (foult-block mountain)

Merupakan sistem pegunungan yang terbentuk akibat pensesaran


dari blok-blok batuan yang besar.

3. Pegunungan volkanik (volcanic mountain)

4. Upward mountain

Beberapa sistem pegunungan ini mempunyai batuan beku dan


batuan metamorf sebagai batuan dasar, yamg telah mengalami
proses erosi dan kemudian tertutupi oleh batuan sedimen.
Kemudian setelah daerah tersebut mengalami pengangkatan,
proses erosi memindahkan batuan sedimen, sehingga inti dari
pegunungan ini yang terdiri dari batuan beku dan batuan metamorf
muncul ke permukaan dan meninggalkan topografi yang lebih tinggi
dari daerah sekitarnya.
SAP XI

GERAKAN TANAH

XI.1 PENGERTIAN GERAKAN TANAH


Gerakan tanah (longsor), berasal dari kata mass wasting
yang juga disebut mass movement, yang artinya perpindahan
massa batuan, tanah, bahan timbunan, atau kombinasi dari bahan-
bahan tersebut dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah
akibat gaya grafitasi bumi.

XI.2 FAKTOR PENYEBAB GERAKAN TANAH


Factor utama terjadinya longsoran adalah gravitasi, ada
beberapa factor lain diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Air

Air akan meresap ke dalam batuan atau tanah melalui poro-


porinya, yang akan mengakibatkan gaya kohesi antar
partikel batuan semakin lemah, sehingga memungkinkan
partikel batuan tersebut dengan mudah untuk bergeser.

2. Kemiringan lereng

Semakin besar dan menyudut bentuk partikelnya , semakin


besar sudut kemantapan lerengnya, artinya semakin besar
pula potensinya untuk terjadi longsor

3. Kondisi geologi

Kondisi geologi antrara lain, sifat fisik batuan, stratigrafi, dan


struktur geologinya. Sifat fisik batuan antara lain adalah
perlapisan, kelulusan air, sifat mineral, bentuk butiran, dan
kemiringan perlapisan batuan. Struktur geologi seperti
adanya sesar dan kekar dapat mengakibatkan terjadinya
longsor
4. Jumlah vegetasi penutup

Semakin rapat vegetasi penutup pada suatu daerah, maka


semakin kecil kemungkinan terjadinya longsor.

XI.3 KLASIFIKASI GERAKAN TANAH


Pada umunya macam-macam proses longsoran di bedakan
berdasarkan macam material, macam pergerakan, dan kecapatan
perpindahannya. Berikut berdasarkan cara perpindahan material:

1) Fall (jatuh bebas) digunakan untuk material dengan berbagai macam


ukuran lepas dari batuan induknya dan jatuh bebas ke tempat yang
lebih rendah.

2) Slide (luncuran) merupakan perpindahan massa batuan atau tanah


melalui suatu permukaan bidang datar

3) Flow (aliran) digunakan bila material yang mengalami perpindahan


tempat merupakan cairan yang kental

XI.4 TIPE-TIPE PERGERAKAN TANAH


Berikut berbagai gerakan tanah:

1) Luncuran massa (slump)

Slump merupakan perpindahan dari masa batuan atau bahan lepas


dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah melalui suatu bidang
luncur yang lengkung.

Pada umumnya slump terjadi pada daerah dengan kemiringan lereng


yang terlalu terjal. Longsoran semacam ini dapat juga terjadi karena
beban pada lereng yang terlalu besar.

2) Luncuran batuan (rockslide)

Proses peluncuran batuan terjadi apabila suatu blok dari batuan induk
terlepas dan meluncur kebawah. Peristiwa ini merupakan proses yang
sangat cepat dan sangat destruktif.
3) Aliran lumpur (mudflow)

Aliran luncur merupakan perpindahan material lepas yang bercampur


dengan air dengan kecepatan yang cukup tinggi. Proses ini sangat
umum terjadi pada lembah yang dalam atau pada lembah yang baru
terbentuk (gulies) di daerah semiarid (agak kering).

Aliran lumpur juga sangat umum terjadi di daerah gunungapi

4) Aliran tanah (earthflow)

Aliran tanah sering terjadi di daerah yang beriklim basah (humid).


Proses ini terjadi akibat hujan yang terus –menerus mengakibatkan
tanah yang kaya akan lempung, akan jenuh air, dan akan terurai.

5) Rayapan (creep)

Rayapan (creep) merupakan salah satu tipe dari pergerakan masa


batuan atau tanah yang berpindahnya sangat lambat. Rayapan pada
umumnya terjadi pada kemiringan lereng yang landai dan meliputi
daerah yang cukup luas.

Penyebab utamanya adalah adanya perselingan antara


pengembangan dan penyusutan bahan penyusun permukaan karena
perbedaan temperature atau perubahan kandungan air.

6) Solifluction

Proses solifluction sering terjadi pada daerah yang beriklim dingin.

Di daerah ini, es yang berada di bagian atas tanah atau regolit


mencair pada musim semi dan panas.
SAP XII DAN XIII

AIR PERMUKAAN

1. DAUR HIDROLOGI

Sirkulasi air di bumi yang tiada putusnya disebut daur atau siklus
hidrologi. Daur ini merupakan pancaran sistem energi matahari dan
atmosfer, dan merupakan rantai yang menghubungkan lautan dan
daratan. Air dari laut secara tetap mengalami penguapan menjadi uap
air yang berada di atmosfer. Uap air akan membentuk awan,
kemudian berubah menjadi titik-titik air yang jatuh sebagai hujan. Air
akan meresap kedalam tanah (infiltrasi), dan yang lainnya akan
mengalir ke permukaan, disebut air permukaan (runoff). Air yang
meresap kedalam tanah akan di serap lagi oleh tumbuhan dam
menguap kembali melalui daunnyake atmosfer, proses ini disebut
transparansi.

Aliran dan Kerja Air Permukaan.

Ada beberapa factor yang mempengaruhi kecepatan aliran air sungai


yang juga tentunya mengontrol tingkat erosi yang dilakukan oleh
sungai tersebut, diantaranya

1).kemiringan sungai,

Kemiringan sungai merupakan factor utama yang mengontrol


kecepatan aliran sungai.

2).bentuk, ukuran, dan kekasaran dasar sungai,

Bila ukuran sungai bertambah, maka perbandingan parameter


dengan penampang melintang saluran akan berkurang, sehingga
efisiensi aliran bertambah besar.

Bila dasar saluran halus maka akan menghasilkan aliran yang


sertagam (uniform flows), sebaliknya bila kasar misalnya banyak
bongkahan batuan akan terjadi alairan yang turbulen.
3).debit sungai (discharge)

Debit sungai merupakan jumlah air yang mengalir pada jarak


tertentu, pada satuan tertentu, biasanya diukaur dengan satuan
meter kubik per detik.

Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa


dengan bertambahnya jumlah air yang mengalir , maka lebar,
kedalaman ,dan kecepatan aliran akan meningkat pula.

b. Perubahan Sungai kearah Hilir

salah satu cara mempekajari suatu sungai adalah mempelajari


penampang memanjang sungai (longitudinal profile). Penampang ini
menggambarkan penampanga sungai mulai dari hulu sampai muara
sungai. Secara umum bentuk penampang memenjang sungai tersebut
adalah busur yang cekung ke atas.

c. Bidang Datum dan Keseimbangan Sungai.

Satu hal yang penting yang mengontrol aliran sungai adalah bidang
datum (base level), yang merupakan titik terendah dimana aliran air
dapat melakukan proses pengikisan (erosi). Ada dua tipe umum dari
bidang datum ini, yaitu muka air laut yang di sebut ultimate level dan
temporary atau local base level.

2. PROSES-PROSES YANG DILAKUKAN OLEH ALIRAN

AIR DI SUNGAI.

a. Proses pengikisan (erosi)


Proses pengikisan yang dilakukan oleh aliran air sungai dapat secara
fisik maupun kimia. Secara fisik oleh air atau mineral yang diangkut
oleh aliran air disebut proses abrasi atau korasi. Sedangkan secara
kimia dilakukan dengan melarutkan batuan atau tanah yang dilaluinya
disebut proses korosi (pelarutan).
b. Proses Pengangkutan (Transportasi)
Sungai mengangkut material hasil erosinya dengan cara pelarutan
(dissolved load), suspense (suspended load), dan sepanjang dasar
saluran (bed load). Material yang diangkut dengan cara suspense
berada di salam air dan umumnya berukuran pasir halus, lanau, dan
lempung. Apabila debit dan kecepatan aliran meningkat, material yang
diangkut berukuran besar dan material yang tersuspensi meningkat
jumlahnya. Material kasar akan bergerak pada dasar sungai sebagai
bed load dan perpindahannya disebut dengan cara traksi. Material
yang diangkut dengan cara ini akan menggelinding (rolling), meluncur
(sliding), dan meloncat (saltasi).
Kemampuan sungai untuk mengangkut material hasil erosinya diukur
dengan dua kriteria, yaitu:
1. Kompetensi sungai yaitu ukuran maksimum dan sedimen yang
dapat diangkut oleh aliran air. Bergantung pada kecepatan aliran
sungai.
2. Kapasitas sungai yaitu jumlah maksimum sedimen yang mampu
diangkut oleh aliran sungai. Bergantung pada debit sungai.

c. Proses Pengendapan
Endapan sedimen yang dihasilkan oleh aliran sungai disebut alluvial.
Endapan yang terbentuk di muara sungai disebut delta. Sedimen
halus berukuran lanau dan lempung dengan membentuk lapisan yang
hampir mendatar disebut lapisan bottom set. Selanjutnya diatas
lapisan ini mulai terendapkan lapisan foreset. Lapisan ini biasanya
ditutupi oleh lapisan mendatar yang tipis yang terbentuk pada waktu
banjir yang disebut topset. Selanjutnya sungai utama membentuk
menjadi beberapa saluran yang disebut distributaries.
Kipas alluvial (alluvial fan) merupakan endapan yang bentuknya
seperti delta yang terbentuk di dataran. Sungai-sungai yang lebar
dengan lembah yang dalam kadang membentuk tanggul alam (natural
level) yang merupakan endapan yang memanjang sejajar dengan
lembah sungai. daerah dibelakang tanggul alam dicirikan oleh
drainase yang jelek dan air tidak dapat mengalir kembali ke sungai,
sehingga terbentuklah rawa-rawa ditempat tersebut yang disebut back
swamps. Cabang-cabang sungai yang terbentuk sejajar dengan
sungai utama dan memotong tanggul alam disebut yazzo
tributaries.sungai yang mengalir pada dataran banjir
Akan melakukan proses erosi dan pengendapan dan bentuknya
berkelok-kelok yang disebut meander. Bekas kelokan sungai yang
tertinggal akan membentuk danau yang terbentuk tapal kuda dan
disebut oxbow lake.

3. POLA DAN SISTEM DRAINASE


Tiap system terdiri dari suatu cekungan drainase yang disebut
drainage basin, yaitu daerah yang mensuplai air ke sungai. Daerah ini
disebut daerah tangkapan air atau catchment area. Cekungan
drainase dari suatu sungai dipisahkan dengan lainnya oleh suatu garis
hayal yang disebut garis pemisahan air yang disebut divide. Semua
sistem drainase dibentuk oleh jaringan sungai yang saling
berhubungan dan bnersama-sama membentuk suatu pola tertentu
yang disebut pola pengaliran (drainage pattern).
1. Pola pengaliran sungai yang paling umum adalah pola dendritic.
Pola ini dicirikan oleh bentuk percabangan sungai yang tidak teratur
yang mempunyai kesamaan dengan pola percabangan rqnting
pohon.
2. Pola pengaliran menyudut disebut rectangular dicirikan oleh sungai
yang berbelok tegak lurus (membentuk sudut 90 0).
3. Pola pengaliran radial,bila sungai mengalir dari satu pusat polanya.
Pola ini berkembang pada daerah gunung api atau daerah yang di
bentuk oleh sruktur kubah. , pola radial akan berkembang menjadi
pola annular.
4. Pola pengaliran trellis merupakan pola alirtan yang dicirikan oleh
cabang-cabang sungai yang tegak lurus terhadap sungai induknya.

4. LEMBAH SUNGAI
Lembah sungai merupakan kenampakan bentang alam yang
negatif atau cekungan dan bentuknya memanjang dimana pada
tempat tersebut mengalir sungai. Bentuk lembah sunga dapat
dibedakan menjadi dua yaitu lembah yang sempit dengan bentuk
seperti huruf V, dan lembah yang datar dan lebar.

Stadia perkembangan bentangalam lembah yang sempit kadang


kala mempunyai tebing yang terjal. Sedangkan pada daerah yang
beriklim basah (humid), akibatnya longsoran dan erosi pada tebing
yang diakibatkan oleh hujan lebat membentuk lembah yang berbentuk
V.

5. TINGKAT PERKEMBANGAN LEMBAH


Tingkat perkembangan lembah atau sering disebut stadia
lembah dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu muda ( youth ), dewasa
( mature ) dan tua (old) . Pembagian ini terutama disadasarkan pada
tingkat erosi yang telah terjadi pada suatu aliran sungai.
Selama sungai melalukukan proses erosi vertikal untuk mencapai
posisi kesetimbangan dengan bidang datum, sungai tersebut
dikatakan berada pada tingkat stadia muda. Keadaaan ini ditunjukkan
oleh aliran sungai yang cepat.
Apabila sungai sudah mencapai tingkat dewasa, erosi vertikal
menurun dan erosi lateral meningkat sehingga sungai mulai
bertambah lebar. Dataran banjir mulai terbentuk pada stadia ini
walaupun belum begitu luas. Selama stadia dewasa ini, kelokan
sungai terus berkembang sehinggga mulai terbentuk adanya cutoff
dan outbow lake.
Sungai memasuki stadia tua apabila telah memotong dataran
banjir beberapa kali dan dataran banjir lebih lebar dari sabuk meander
( meander belt ). Sungai jarang sekali dekat dengan tebing lembah,
karena dataran banjir sudah sangat lebar.
Pada waktu terjadi perkembangan sungai mulai dari stadia
muda hingga tua, bidang datum tidak mengalami perubahan. Pada
beberapa kejadia kadang datum mengalami pengangkatan atau
penurunan bidang datum. Proses tektonik yang menyebabkan
terjadinya pengangkatan pada sungai stadia dewasa mengakibatkan
erosi lateral terhenti dan digantikan erosi vertikal yang aktif kembali.
Sungai yang berada dalam keadaan demikian disebut sungai yang
sedang mengalami proses peremajaan ( rejuvinasi ).

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam proses


perkembangan lembah, pertama adalah waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai tingkat berikutnya tergantung beberapa faktor termaksud
kemampuan sungai untuk mengerosi dan sifat batuan yang dialiri oleh
aliran sungai, serta ketinggian sungai dari bidang datum. Sungai yang
letaknya dekat dengan bidang datum akan mencapai tingkat
kedewassan dalam waktu yang lebih singkat jika dibanding sungai
yang letaknya jauh lebih tinggi dan melewati batuan yang resisten
.
6. SUNGAI PADA PEGUNUNGAN TEKTONIK
Pada beberapa tempat ditemuka sungai yang mengalir melalui
daerah pegunungan tektonik atau pada batuan yang resisten.
Walaupun sungai tersebut mengalir pada daerah dengan tektonik
yang kuat dan batuan resisten, tetapi sungai tersebut tetap
mempertahankan arah aliranya sehingga sungai tersebut akan
memotong struktur geologi ataupun batuan yang resisten.
Pada batuan yang mengalami aktivitas tektonik dan proses
tersebut relatif lambat, maka sungai yang mengalir pada dataran
tersebut dapat memotng batuan dasar yang mengalami pengangkutan
dan akibatnya sungai akan mengalir dan memotong struktur geologi
batuan dasar yang terbentuk. Sungai yang demikian disebut sungan
antecedent.

7. SIKLUS EVOLUSI BENTANG ALAM


Sementara sunagi melakukan pengikisan pada lembah yang
dilaluinya, pada waktu yang bersamaan juga terjadi proses
pe,bentukan bentang alam. Proses ini berlangsung terus menerus
dan berkesinambungan. Untuk menerangkan proses ini dimulai dari
asusmsi suatu keadaan bentang alam yang datar pada daerah
beriklim basah. Kemudian terbentuk suatu sistem drainase dengan
danau dan cekungan pada daerah tersebut. Setelah terbentuknya
sungai, sungai akan memotong dan mengerosi daerah yang dilaluinya
kearah hulu (headward erossionn). Sungai akan mengeringkan danau
dan cekungan yang ada. Selama stadia muda ini, bentang alam masih
relatif datar, hanya mengalami torehan oleh lembah sungai yang relatif
sempit.

SAP XIV

AIR TANAH
XIV.1. pengertian air tanah dan muka airtanah

Air yang mengalir pada permukaan bumi disebut air permukaan


(run off). Sedangkan yang meresap kedalam tanah dan atau batuan akan
menjadi airtanah (groundwater). Jumlah air hujan yang meresap kedalam
tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kemiringan lereng topografi,
sifat batuan, intensitas hujan, tipe dan jumlah vegetasi yang menutupi
permukaan tanah.

XIV.2. Sumber Airtanah

Airtanah yang berasal dari peresapan air permukaan disebut air


meteorik, air ini merrupakan sumber air tanah yang terbesar. Airtanah
hasil aktivitas magma disebut air juvenil. Airtanah juga bisa berasal dari
air yang terjebak pada waktu pembekuan batuan sedimen, airtanah ini
disebut air konat.

XIV. Muka Airtanah

Muka airtanah merupakan pencerminan dari keadaan topografinya.


Kedudukan muka airtanah sangat bervariasi, dan tergantung pada jumlah
curah hujan, topografi, dan permeabilitas tanah atau batuan penyusunnya.

Ada bermacam tipe muka airtanah berdasarkan sifatnya, misalnya:

1. Muka airtanah bebas (unconfined water table), yaitu muka airtanah


yang kedudukannya sangat dipengaruhi oleh musim,
2. Muka airtanah tertekan (confined water table), yaitu airtanah yang
terdapat pada batuan yang ditutupi oleh lapisan batuan yang kedap
air (impermeabel),
3. Muka airtanah terjebak (perched water table), yaitu muka air tanah
yang terjebak oleh lapisan batuan kedap air bawahnya.

Kedudukan muka airtanah akan berpengaruh terhadap tipe atau jenis


sungai yang mengalir pada suatu daerah. sungai effluent atau sungai
permanen adalah sungai yang aliran airnya berada di bawah kedudukan
muka airtanah, air sungainya akan selalu tersuplai oleh airtanah sehingga
air sungai tersebut akan selalu mengalir air meskipun pada musim
kemarau. Sungai ini umumnya terbentuk pada daerah yang beriklim basah
(humid). Sedangkan sungai influent hanya mengalirkan air pada musim
penghujan saja, sehingga disebut juga sungai tidak permanen, sungai ini
umumnya terbentuk pada daerah yang beriklim kering (arid).
XIV.4. Pergerakan Airtanah

Aliran airtanah sangat dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Kebanyakan


airtanah mengalir ke tempat yang leih rendah sesuai dengan kemiringan
muka aritanah, tetapi sebagian airtanah mengalir melalui jalur yang
melengkung ke zona di atasnya. Ada juga aliran yang melengkung ke atas
berlawanan arah dengan gaya gravitasi. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan ketinggian muka airtanah yang menyebabkan perbedaan
tekanan pada airtanah tersebut. Aliran yang berbentuk garis lengkung di
zona saturasi, merupakan perpaduan antara gaya gravitasi dan
kecenderungan air untuk mengalir ketempat yang tekanannya lebih
rendah.

Keadaan material bawah tanah sangat mempengaruhi aliran dan


jumlah airtanah. Pororitas merupakan jumlah atau persentase pori atau
rongga dalam total volume batuan atau sedimen. Besarnya pororitas
sangat bergantung pada bentuk dan ukuran butir, susunan butiran, derajat
sortasi, dan derajat sementasi batuan sedimen.

Permeabilitas (kelulusan) merupakan kemampuan batuan atau


tanah untuk melewatkan atau meloloskan air. Lapisan atau batuan yang
disusun oleh material lempung yang tidak dapat melewatkan air disebut
lapisan kedap air (impermeable) dan disebut lapisan aquiclude. Lempung
mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menyimpan air. Sebaliknnya,
batuan yang disusun oleh material kasar yang mempunyai pori-pori yang
besar, airtanah akan mengalir dengan mudah. Batuan permeabel
semacam ini yang dapat mengalirkan airtanah dengan mudah disebut
lapisan akifer.

XIV.5 MATA AIR (SRING)

Mata air merupakan airtanah yang muncul ke permukaan bumi,


yang disebabkan oleh bermacam faktor, diantaranya adalah terpotongnya
muka airtanah oleh topografi atau oleh sesar, atau karena adanya
perbedaan sifat fisik batuan.

XIV.6 SUMUR BOR (WELL)

Salah satu pemanfaatan airtanah oleh manuasia dilakukan dengan


cara melakukan pemboran sampai ke zona saturasi yang biasanya
disingkat dengan sumur bor (well). Muka airtanah selalu mengalami
fluktuasi tergantung musim. Pada musim kemarau (kering), muka aritanah
turun, sedangkan pada musim hujan (basah) mmuka airtanah akan naik.
Untuk menjaga agar sumur bor dapat selalu mensuplai air, maka
pemboran harus dilakukan beberapa meter dibawah permukaan air tanah.

XIV.7. SUMUR ARTESIS

Istilah artesis (artosis) digunakan untuk air tanah yang muncul di


permukaan dengan tekana sendiri. Karena tekanan air tanah yanterdapat
di atasnya, maka air akan naik. Bila tidak ada hambatan maka air tanah
tersebut akan memancar sampai puncak akifer. Air tanah yang terdapat di
dalam akifer semacam ini disebut air tanah tertekan (comfined
groundwater). Jika permukaan tekanan berada di atas permukaan tanah,
maka sumber yang di bor sampai ke akifer merupakan sumur artesis
positif sedangkan tempat permukaan tekanan di bawah permukaan tanah
merupakan sumur artesis negatif.

XIV.8 MATA AIR PANAS (hot spring)

Mata air panas adalah mata air yang temperaturnya 6-9 0 C di atas
temperatur rata-rata di sekitar mata air tersebut. Air tanah mempunyai
sirkulais pada tempat yang sangat dalam akan menjadi oanas karena
adanya gradien geo termal. Bila air tanah itu muncul di permukaan maka
akan membentuk juga mata air panas.

 Geyser

Geyser terjadi karena air tanah dipanaskan di dalam suatu rongga


di bawah tanah. Air tanah dari mata air panas dan geyser biasanya
mengandung banyak material terlarut dari air tanah biasanya karena air
tanah mempunyai sifat lebih mudah melarut. Akan membentuk endapan
geyseri apabila airnya banyak mengandung silikat dan akan membentuk
tranfertin apabila banayak mengandung karbonat.

XIV.9 ENERGI PANAS BUMI (geothermal)

Beberapa faktor geologist yang menyebabkan resefoir geothermal


mempunyai nilai ekonomis antara lain:

1. Adanya sumber panas yang potensial seperti dapur magma yang


besar.
2. Ada batuan resefoir yang besar dan poros tempat tersimpannya uap
air hasil dari pemanasan sirkulasi air tanah oleh panas dari magma.
3. Ada lapisan penutup (cap rock) yang disusun oleh batuan kedap
supaya uap air yang tersimpan tidak lepas kemana-mana.

XIV.10 PROSES GEOLOGI AIR TANAH

Proses pengikisan yang terutama dilakukan oleh air tanah adalah


proses pelarutan batuan. Karena proses pelarutan inilah mengakibatkan
komposisi air tanah sangat tergantung pada unsur-unsur yang terlarut di
dalamnya.

XIV.11 GUA BATU GAMPING

Hasil proses erosi oleh air tanah yang sangat menakjubkan adalah
terbentuknya gua batu gamping. Kebanyakan gua-gua tersebut terbentuk
pada atau di bawah muka air tanah pada zona satu rasi. Meskipun
pembentukan gua kebanyakan pada zona satu rasi, pembentukan
gripstone tidak hanya terjadi setelah gua berada di atas permukaan air
tanah.

Kumpulan dari kenampakan gripstone yang sangat bervariasi yang


terdapat di dalam gua disebut speleothem. Kemungkinan spleothem yang
sangat terkenal adalah stalaktit, yang merupakan endapan yang berbentuk
pilar yang bergantung pada atap gua. Sedangkan endapan yang berbentuk
pilar pada dasar gua disebut stalakmit.

XIV.12 TOPOGRAFI KARST (kars yopography)

Bentang alam di dunia yang tersusun oleh batu gamping terbentuk


karena proses pelarutan air tanah disebut topografi karst. Topografi karst
berkembang baik pada daerah yang beriklim basah. Topografi karst
dicirikan oleh dataran yang tidak beratuaran dengan banyak cekungan
yang disebut sinkhole, yang dapat berukuran adri satu hingga beberapa
puluh meter. Daerah karst juga dicirikan oleh drainase yang sangt jarang.
Air hujan yang turun sebagian besar meresap ke dalam batuan melalui
cekungan-cekungan yang jumlahnya banyak, dan terus mengalir hingga
mencapai muka iar tanah. Kadang pada dasar cekungan terendapakn
sedimen yang halus (lempung) yang dapat berfungsi sebagai materian
yang kedap air, sehingga cekungan tersebut dapat menampung air hujan
dan membentuk danau-danau kecil.

Anda mungkin juga menyukai