Anda di halaman 1dari 78

Farid Poniman

Rahman Andi Mangussara

KONSEP PALUGADA
apa lu mau gua ada

Penulis :
Farid Poniman
Rahman Andi Mangussara

Editor & Layout :


Hardian Wahyu Santoso

Desain Cover :
Trio Susilo

Penerbit :
STIFIn Institute
Griya STIFIn Lt.2
Jl. Poksai H-3 Bumi Makmur IV,
Pondok Gede, Bekasi. Telp.021-8488350
www.stifin.co.id

Hak cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang memperbanyak sebagian at au seluruh
isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit
Pengantar

“STIFIn? Ya..ya..saya pernah dengar,” ujar seorang ibu, “Keponakanku


sudah ikut test.”
“Tetanggaku juga sering bicara soal kecerdasaan genetik itu. Katanya
anaknya juga sudah test,” timpal ibu yang lain.
Anda pasti pernah dengar dialog seperti di atas. Entah di ling-
kungan rumah atau di tempat kerja. Tapi, percakapan di atas sesung-
guhnya terjadi di keluarga Rahman Andi Mangussara di mana kepo-
nakannya sudah ikut test tapi orang tuanya mengenal STFIn secara
samar-samar saja. Bahkan, kedua orangtua keponakannya itu tidak
terlampau memanfaatkan hasil test putrinya itu untuk, sebutlah,
mengarahkan pendidikan atau bakat anaknya. Mudah untuk menyim-
pulkan bahwa STIFIn sebagai akronim atau sebagai merek, untuk se-
bagian, sudah tidak asing–asing amat, namun sebagai pengetahuan
belumlah terlalu dimengerti secara jelas, bahkan oleh mereka yang
keluarganya sudah ikut test.
Gugus depan bagi penetrasi pengetahuan kecerdasan tunggal
ini di lapangan adalah para promotor dan cabang. Untuk itu standari-
sasi pemahaman adalah keniscayaan yang tak boleh ditawar, sebab
ini adalah ilmu dan pengetahuan baru. Kegagalan dalam soal ini bisa
membahayakan kelangsungan hidup STIFIn, setidak-tidaknya STIFIn
berjalan di tempat. Guna mewujudkan keseragaman pemahaman
itu, kami menyelenggarakan forum transfer ilmu dan pengetahuan
lewat workshop yang para pembicaranya pun sudah diakreditasi
oleh penemu STIFIn, Farid Poniman. Inilah salah satu medium yang
dipakai untuk transfer ilmu STIFIn kepada promotor.

Konsep PALUGADA STIFIn i


Workshop STIFIn dirancang dalam beberapa level, dimana level
satu ditujukan bagi para promotor untuk mendapatkan pemahaman
dasar mengenai STIFIn yang jika mereka berhasil lolos dipastikan
mereka akan bisa menjelaskan konsep STIFIn dengan baik dan be-
nar.
Inilah ketentuan workshop levei 1:
1. Dibagi dalam 3 sesi yang masing-masing:
a. Sesi 1, menjelaskan keunggulan konsep STIFIn
b. Sesi 2, menjelaskan mesin kecerdasan
c. Sesi 3, berisi tentang personaliti genetik
2. Seperti sudah kami jelaskan sebelumnya bahwa standarisasi pe-
mahaman mengenai STIFIn tak bisa ditawar-tawar dan cara ter-
baik untuk mewujudkan hal itu adalah lewat ‘ujian’ yang dilaksa-
nakan di akhir workshop. Tapi, ini bukan gagah-gagahan seperti
halnya ujian di sekolah formal, terlebih seperti ujian nasioanal.
Tentu saja jauh dari semua itu. Ini semata-mata dimaksudkan
untuk menyamakan pemahaman. Tidak lebih, tidak kurang. Tapi,
sekalipun demikian, standar soal diangkat pada level tersukar un-
tuk menjaga kualitas promotor dengan valensi standar sarjana.
Jadi, juga tidak asal-asalan. Soal ujiannya ada 50 dalam bentuk
pilihan berganda yang memilih satu yang benar diantara empat
pilihan jawaban.
3. Siapa yang mendapatkan nilai sama atau lebih dari 52 dinyata-
kan lulus ujian dan berhak menyandang predikat sebagai pro-
motor. Selamat untuk yang berhasil.
4. Guna menjaga kualitas dan standarisasi isi materi serta penye-
ragaman materi untuk semua workshop yang diselenggarakan
di mana saja, trainer yang tampil melewati serangkaian saringan
yang dilaksanakan sendiri oleh penemu STIFIn, Farid Poniman.

ii Konsep PALUGADA STIFIn


Jadi bukan trainer ecek-ecek yang asal pintar bicara atau asal su-
dah tahu kulitnya saja sudah bisa tampil. Justru saringan di sini
jauh lebih ketat, sebab merekalah yang akan menularkan ilmu-
nya. Kalau gurunya tidak kompeten, pasti transfer ilmunya juga
tidak beres atau bermasalah. Ini semua dilakukan semata-mata
untuk memilih trainer yang sesuai dengan standar yang sudah
ditetapkan.
5. Sama dengan peserta workshop, para trainer juga tak lepas dari
penilaian. Hanya saja, bukan dengan cara menjawab soal ujian,
melainkan, pertama-tama dan terutama, tentu saja penilaian
dari Farid Poniman yang memiliki hak prerogatif dan kedua, le-
wat penilaian peserta yang ditulis pada kuisioner. Jadi, kami tidak
main-main dengan penerapan standarisasi ini. Hanya dengan
begitu kita bisa membuat STIFIn tersebar luas dan diterima se-
bagai pengetahuan baru yang membuka cakrawala berpikir kita
semua. Sebagai pengetahuan baru, tentu saja ada banyak ham-
batan, tapi jika para trainer dan promotornya menguasai ilmunya
dengan baik dan benar, niscaya kita akan mampu menyebarluas-
kannya dengan baik dan benar pula.
6. Apakah trainer juga bisa tidak lulus? Oh..iya, itu sudah pasti.
Tidak ada keraguan mengenai semangat menjunjung tinggi
kompetensi. Mereka yang tidak lulus pasti tidak mendapat ke-
sempatan untuk tampil lagi sebagai pembicara. Kriterianya ada-
lah mereka yang mendapatkan skor (rata-rata) di bawah 3,5 dinilai
tidak lulus dan tidak akan ditunjuk lagi sebagai trainer. Untuk
bisa kembali ditunjuk menjadi trainer, maka yang bersangkutan
harus mengirimkan ulang video terbarunya dengan penampilan
terbaiknya untuk kemudian dinilai tingkat kemajuannya oleh
penemu STIFIn.
7. Selain hasil penilaian peserta, performa trainer juga dikaitkan
dengan tingkat kelulusan peserta. Tapi ini hasil kerja sama se-

Konsep PALUGADA STIFIn iii


luruh trainer, bukan kelulusan per sesi, melainkan seluruh sesi.
Pada setiap angka kelebihan di atas kelulusan 50% akan ditam-
bahkan pada skor seluruh trainer. Begini perhitungannya: Kata-
kanlah, seorang trainer mendapat hasil evaluasi peserta sebesar
3.0 (yang artinya tidak bisa jadi trainer pada workshop berikutnya)
tapi angka kelulusan peserta mencapai 100%, berarti ada kelebi-
han 50% atau sama dengan 0,5. Jadi perhitungan skor akhir dari
trainer tersebut: 3,0 ditambah 0,5 menjadi 3,5, yang berarti layak
untuk dipertahankan sebagai trainer Workshop STIFIn Level I.
8. Lantas bagaimana jika seorang peserta tidak lulus ujian? Tidak
pelu kecewa, Anda masih bisa ikut workshop berikutnya, bah-
kan berulang-ulang kali kalau perlu, baik untuk mendapatkan
tanda kelulusan ataupun untuk meningkatkan level pemahanan
Anda sehingga berhasil mendatapkan peringkat satu atau dua
atau tiga yang dengannya membuat Anda bisa mendapatkan
hadiah. (Lihat, ini bukan ujian di sekolah formal yang harus batas
waktunya). Trainer, tentu saja, tidak dibenarkan menjadi peserta
workshop.
9. Kami bercita-cita dengan tekad yang kuat untuk menyebarkan
pengetahuan ini ke seluruh pelosok negeri dan karenanya work-
shop akan dilaksanakan tidak saja di Jakarta, juga di berbagai
kota, tentu saja, dengan kualitas penyelenggaran yang sesuai
dengan ketentuan STIFIn Pusat, diantaranya bahwa penyeleng-
gara workshop minimal telah berstatus sebagai Kantor Cabang
STIFIn.
10. Untuk mewujudkan standarisasi, kami membuat modul work-
shop yang wajib disampaikan oleh para trainer. Improvisasi
trainer tentu saja dibuka lebar sepanjang tidak memotong ma-
teri standar ini dan waktu setiap sesi tidak melebihi 75 menit.

iv Konsep PALUGADA STIFIn


Daftar Isi

Pengantar . ........................................................................................................ i
Daftar Isi . ........................................................................................................... v
BAB I
Sejarah Perjalanan Konsep STIFIn ............................................................ 1
Simpel ................................................................................................................ 2
Akurat ................................................................................................................. 4
Aplikatif . ............................................................................................................ 5
STIFIn bukan Ramalan . ................................................................................ 5
BAB II
STIFIn sebagai Alat Test ............................................................ 7
Tingkat Akurasi Test STIFIn ....................................................... 10
BAB III
STIFIn bukan Sekedar Menambah Satu Lagi . ........................... 13
BAB IV
Mengenal KARAKTER Mesin KECERDASAN ............................. 17
Respon Golongan Darah . ........................................................ 26
Teori Sirkulasi STIFIn ................................................................ 27

Konsep PALUGADA STIFIn v


BAB V
Pengaruh DRIVE pada Mesin Kecerdasan ................................ 31
Kaitan Posisi Belahan Otak dengan Personaliti Genetik . .......... 32
Quotient . ............................................................................... 33
Ciri Utama Kepribadian ........................................................... 34
Penutup .................................................................................. 43

vi Konsep PALUGADA STIFIn


BAB I

Keunggulan
Konsep STIFIn
Sejarah Perkembangan Konsep STIFIn
Sejarah perjalanan konsep STIFIn dimulai tahun 1999 – 13 ta-
hun yang lalu – ketika Farid Poniman bersama partnernya, Indrawan
Nugroho, yang kemudian diikuti oleh Jamil Azzaini mendirikan lem-
baga training Kubik Leadership. Lembaga training tersebut setiap
memulai program trainingnya terlebih dahulu memetakan peserta
training sesuai dengan jenis kecerdasannya. Sebagai konsep, STIFIn
kala itu bisa dibilang masih embrio. Perbaikan konsep dilakukan di
sana-sini seiring dengan berkembangnya penyelenggaraan training
Kubik Leadership. Namun, kala itu, tesis atau hipotesisnya sudah
matang dan kukuh bahwa manusia memiliki kecerdasan genetik.
Berapa persisnya, itulah yang saya sebut terus berkembang.
Pada awalnya, Farid Poniman menggunakan empat kecerdasan
yakni S, T, I, dan F seperti kita bisa baca dalam buku best seller Kubik
Leadership. Pergulatan intelektual dan penyempurnaan terus dilaku-
kan oleh Farid Poniman, sebelum terbitnya buku ke DNA SuksesMulia
yang akhirnya berujung pada penemuan kecerdasan ke lima, yakni
In. Sekarang STIFIn sudah final dengan 5 mesin kecerdasan dan 9
personaliti genetik. Artinya tidak akan ada jenis kecerdasan ke-6 dan
tidak akan ada personaliti genetik yang ke-10.

Konsep PALUGADA STIFIn 1


Setelah dilakukan riset untuk sekian lama, kini konsep STIFIn
sudah sangat kokoh. Kekuatan utamanya terletak pada konsep yang
simpel, akurat, serta aplikatif. Kita bahas satu per satu ketiga frasa
tersebut.

Simpel
Mulai dari simpel. Kenapa disebut simpel? Penjelasannya seder-
hana karena dari miliaran manusia, oleh STIFIn dikelompokkan hanya
dalam 5 mesin kecerdasan dan 9 personaliti genetik. Kita tidak pusing
dengan pengelompokan manusia dalam banyak kotak, se-perti MBTI
dan socionic yang mengelompokkan dalam 16 kotak. Jika berkaitan
dengan kecerdasan, STIFIn cukup 5 kotak, yaitu:…S,….T,…..I,…..F,…..
In. 5 mesin kecerdasan itu mencakup seluruh jenis kecerdasan yang
ada yang dimiliki manusia di muka bumi ini. Bahkan alien pun, an-
daikan alien itu memang ada, bisa dimasukkan satu diantara 5 mesin
kecerdasan. Kalau dilihat dari bentuk kepalanya, berdasarkan foto
yang beredar yang umum dipercayai sebagai makhluk luar angkasa,
alien lebih menyerupai mesin kecerdasan Intuition.
Masih ada penjelasan lain kenapa konsep STIFIn disebut simpel
karena bersifat multy-angle theory. Artinya, STIFIn dapat dipakai
untuk menjelaskan teori kecerdasan dan personaliti dari disiplin ilmu
yang lain. Seperti konsep otak kiri dan otak kanan (Roger W. Sperry)
atau pembagian neokortek sebagai otak atas dan limbik sebagai
otak bawah (Paul Broca) atau pembagian 6 Hexagonal Holland (John
Holland) juga konsep DISC (Thomas International) atau bahkan teori
lama Hippocrates Galenus dapat dengan mudah dibedah menggu-
nakan STIFIn. Urai-an persamaannya sebagai berikut:
1. Otak kiri dan otak kanan sama dengan S + T dan I + F pada
STIFIn.
2. Neokortek dan limbik sama dengan T + I dan S + F pada STIFIn.

2 Konsep PALUGADA STIFIn


Konsep PALUGADA STIFIn
Konsep PALUGADA STIFIn
3. • 6 Hexagonal Holland, Artistic-Realistic, identik dengan Kanan-
Kiri STIFIn,
• 6 Hexagonal Holland, Investigative-Social identik dengan Atas-
Bawah STIFIn,
• 6 Hexagonal Holland, Conventional-Enterprising identik den-
gan diagonal Organisasi-Produksi STIFIn.
4. D-I-S-C pada Thomas International identik dengan S-F-I-T pada
STIFIn.
5. Kholeris, Flegmatis, Melaneslis, dan Sanguinis sama dengan S, T,
I, dan F pada STIFIn.
Perbandingan lebih lengkap dengan berbagai konsep lama
yang lain dapat dilihat pada tabel halaman 20 pada buku STIFIn
Personality.
STIFIn dengan mudah dapat diaplikasikan untuk anak berkebu-
tuhan khusus serta terapi masalah-masalah kejiwaan dan kesehatan
fisik. Jangan terkejut jika kami mengatakan bahwa dunia kedokteran
bisa menggunakan konsep STIFIn untuk mendiagnosis penyakit
secara akurat. Namun, aplikasi yang paling jitu adalah ketika konsep
STIFIn digunakan untuk praktik penggemblengan diri dengan prinsip
fokus-satu-hebat. Konsep kecerdasan tunggal yang dianut STIFIn
lebih mampu menjelaskan realitas otak dalam keseharian. Itulah
penjelasan kenapa konsep STIFIn yang menganut kecerdasan tung-
gal lebih aplikatif ketimbang, sebutlah, konsep kecerdasan majemuk
atau Multiple Intelligence (MI) yang bisa digambarkan dengan meng-
gunakan metafora sederhana: kepemimpinan ayah dalam keluarga.
Menurut konsep STIFIn setiap orang memiliki seluruh otak, namun
hanya ada satu yang memimpin (sebaliknya menurut MI ada dua,
tiga, atau empat yang dominan). “A specialist in the construction
of the whole” kata Daoed Joesoef.

Konsep PALUGADA STIFIn 3


Dalam satu keluarga yang terdiri atas bapak-ibu-anak, posisi
pemimpin dipercayakan kepada bapak. Jika sang bapak maju, maka
semua keluarga maju. Sehingga konsentrasi perhatian keluarga
diprioritaskan pada sang bapak. Konsep kecerdasan tunggal yang
dipakai STIFIn lebih aplikatif karena ternyata kecerdasan dominan
(seperti sang bapak) mampu memiliki daya jalar yang lebih baik.
Sementara kalau menurut konsep MI investasi yang dimiliki keluarga
disebar kepada semuanya, sehingga postur investasi dalam keluarga
terpolarisasi. Ingat bahwa kecerdasan yang lemah (dimetaforkan ibu-
anak) tidak memiliki daya jalar sebagaimana kecerdasan dominan
(dimetaforkan bapak).

Akurat
Lantas kenapa konsep STIFIn disebut akurat? Semua itu
karena STIFIn menguraikan cara kerja otak berdasarkan sistem
operasinya, bukan kapasitas hardware-nya. Bayangkanlah satu kom-
puter. Ok sudah? Yang dimaksud hardware adalah perangkat keras,
sedangkan sistem operasi adalah yang berfungsi menghubungkan
antara perangkat keras dengan aplikasi, seperti Microsoft Windows,
Linux, Android, dan Macintosh. Nah, IQ itu adalah perangkat keras.
Dengan demikian, mengukur IQ sama dengan mengukur kapasitas
hardware. Makanya jika Anda tidak punya uang untuk melakukan
tes IQ, tidak usah sedih, tinggal cari meteran, lalu ukur lingkar kepala,
meski ini sangat kasar, tetapi kapasitas otak bisa diketahui. Kalau hasil
pengukuran lingkar kepala Anda 60 cm, itu artinya IQ Anda kurang
lebih 110. Mengapa dibilang sangat kasar karena dengan mengukur
lingkar kepala semata-mata mengukur volume sel otak, sedangkan
jumlah sambungan dendrit antar sel otak tidak diperhitungkan.
Berbeda dengan konsep yang lain, STIFIn menggunakan sistem
operasi yang berbicara tentang jenis watak kecerdasan. Tiap jenis
kecerdasan punya wataknya sendiri-sendiri. Jenis watak kecerdasan
itulah yang kemudian disebut sebagai mesin kecerdasan. Jadi, STIFIn

4 Konsep PALUGADA STIFIn


Konsep PALUGADA STIFIn
Konsep PALUGADA STIFIn
memetakan otak bukan berdasarkan belahan otak yang paling besar
volumenya, melainkan berdasarkan belahan otak yang paling kerap
digunakan. Itulah yang disebut sebagai sistem operasi. Membagi
otak berdasarkan belahan otak yang berperan sebagai sistem operasi
inilah yang membuat STIFIn akurat. Dalam sistem operasi tidak ada
wilayah abu-abu, setiap jenis kecerdasan, seaneh apapun itu, dapat
digolongkan ke dalam salah satu diantara 5 mesin kecerdasan yang
ada dengan garis pemisah yang tegas.

Aplikatif
Lalu kenapa disebut aplikatif? Jawabannya: konsep STIFIn
bercirikan multy-angle field yang kurang lebih artinya, STIFIn dapat
dipakai untuk menjelaskan bidang apa saja. STIFIn dapat diaplikasi-
kan pada bidang learning, profession, parenting, couple, politic, human
resources, dan bidang-bidang lainnya. Kenapa pasangan suami istri
tidak harmonis? Kenapa Pak JK kalah dalam pemilu presiden? Kita
dapat memakai STIFin sebagai pisau untuk membedah dua per-
tanyaan itu. Tidak itu saja. STIFIn sudah menyiapkan modul-modul
training secara tematik dari masing-masing topik tadi. Ketika konsep
lain masih berkutat pada masalah-masalah umum, STIFIn sudah jauh
di depan dengan menyiapkan training untuk masalah spesifik.

STIFIn bukan ramalan


Konsepnya dibangun berdasarkaan teori-teori para ahli di
bidangnya yang kemudian dielaborasi. Terdapat tiga terori yang
menjadi dasar pijakan konsep STIFIn, masing-masing:
o Teori Fungsi Dasar dari perintis psikologi analitik berkebangsaan
Swiss bernama Carl Gustav Jung yang mengatakan bahwa
terdapat empat fungsi dasar manusia yakni fungsi pengindraan
(sensing), fungsi berpikir (thinking), fungsi merasa (feeling), dan
fungsi intuisi (intuition). Dari empat fungsi dasar itu, hanya salah
satu diantaranya ada yang dominan.

Konsep PALUGADA STIFIn 5


o Teori Belahan Otak dari seorang neurosaintis Ned Hermann yang
membagi otak menjadi empat kuadran yakni limbik kiri dan ka-
nan, serta cerebral kiri dan kanan.
o Teori Strata Otak Triune (tiga kepala menyatu) dari neurosaintis
lain yang berkebangsaan Amerika, Paul MacLean yang membagi
otak manusia berdasarkan hasil evolusinya: otak insani, mamalia,
dan reptilia.
Di atas segalanya, perlu digarisbawahi, konsep STIFIn bukan
sekedar mengubah dari 3 kotak (MacLean) menjadi 4 kotak (Jung
dan Hermann) kemudian menambahkan satu lagi kotak menjadi
5 (STIFIn). Jika hanya begitu adanya, STIFIn tidak lebih dari hanya
sebuah rangkuman dan berhenti di situ. Fakta bahwa STIFIn bisa
menjelaskan banyak hal, membuktikan bahwa konsep ini memiliki
hal-hal baru hasil sintesa. STIFIn memiliki hal-hal berikut ini:
1. Teori menyilang sebagai superior dan inferior dalam satu paket,
2. Teori irisan persamaan (diantara kutub perbedaan pada kuadran
dan diagonal)
3. Teori hubungan sosial segi lima yang unik dan logis (kami menye-
butnya dengan Teori Sirkulasi STIFIn),
4. Teori keselarasan metabolisme tubuh berdasarkan mesin kecer-
dasannya,
5. Teori kalibrasi berdasarkan mesin kecerdasannya,
6. Teori genetika sesuai mesin kecerdasannya,
7. Teori strata genetik mulai dari Mesin Kecerdasan-Drive Kecer-
dasan-Kapasitas Hardware-Golongan Darah.
Kelak di kemudian hari, berpeluang muncul banyak teori-
teori lain, sekadar untuk menunjukkan betapa universalnya konsep
STIFIn.
Ini bisa dibilang teori palugada, apa lu mau gua ada.

6 Konsep PALUGADA STIFIn


Konsep PALUGADA STIFIn
Konsep PALUGADA STIFIn
BAB II

STIFIn
Sebagai Alat Test
Setelah menjelaskan konsep, di BAB 2 ini kita akan bicara ten-
tang STIFIn sebagai alat tes. STIFIn sebagai alat tes diturunkan dari
konsep STIFIn. Perlu diperhatikan baik-baik, STIFIn sebagai alat tes
hanya menjawab dua pertanyaan saja, tidak lebih dan tidak kurang:
1. Dimana letak belahan otak dominan?
2. Pada belahan otak yang dominan tersebut dimana lapisan otak
yang dominan?
Setelah dua pertanyaan itu terjawab, terkuaklah jutaan infor-
masi yang bisa dibahas dengan pendekatan berbagai teori tentang
manusia. Hal ini sekadar untuk menunjukkan bahwa hasil tes STIFIn
bukanlah ramalan, apalagi tebak-tebakan. STIFIn jauh dari semua
bid’ah ilmu pengetahuan itu. Meski begitu, para ilmuwan psikolo-
gi arus utama, (harus disebut arus utama karena ada juga sebagian
psikolog yang tidak seperti ini), masih belum bersedia menerima dan
mengakui alat tes di luar yang dipakai selama ini, pencil and paper
dan alat ukur ilmiah lainnya, yang sesungguhnya berkecenderungan
hanya memotret fenotip. Mereka dinilai melanggar kode etik jika
mengakui tes di luar alat test yang dipakai selama ini. Karenanya kita,
STIFIn, ketimbang membuang–buang waktu berdiskusi mengenai
alat tes yang bisa berubah menjadi diskusi warung kopi alias debat
kusir, tinggalkan saja diskusi tentang alat tes, dan ajak para ilmuwan

Konsep PALUGADA STIFIn 7


psikologi untuk berdiskusi mengenai konsep STIFIn, supaya produk-
tif.
Ok..kita tinggalkan ilmuwan psikologi sebentar. Kita lihat cara
kerja alat tes STIFIn. Sepuluh jari Anda di-scan. Data guratan atau
sidik jari Anda diolah oleh aplikasi komputer untuk menentukan be-
lahan dan lapisan otak dominan. Setelah mengetahui belahan dan
lapisan otak dominan, kemudian diketahuilah jenis kecerdasan Anda,
salah satu diantara 5 mesin kecerdasan dan salah satu diantara 9 per-
sonaliti genetik. Pertanyaan intinya yang selalu ditanyakan setiap
orang adalah apa hubungan antara guratan sidik jari dengan otak.
Mari kita urai satu persatu, supaya paham duduk soalnya.
Pertama, dan terutama, tidak ada guratan atau sidik jari yang
sama antara manusia yang satu dengan yang lain diantara miliaran
orang penduduk bumi, baik orang pada jaman dulu, jaman sekarang,
dan jaman yang akan datang. Bukan saja sudah menjadi rahasia umum
tapi juga sudah dibuktikan oleh banyak penelitian. Setiap manusia
lahir ke dunia dalam keadaan sidik jari yang unik, tidak akan sama
dengan orang lain. FBI di USA atau INAFIS di Indonesia telah punya
rumus baku bagaimana mengidentifikasi jenis sidik jari seseorang.
Kami di sini mengartikan bahwa jika sidik jari setiap manusia unik,
maka komposisi otak setiap manusia dengan sendirinya juga unik.
Sidik jari merupakan wajah sistem syaraf, dimana otak adalah
pengendali sistem syaraf di seluruh tubuh sehingga sidik jari dengan
sendirinya terhubung dengan otak secara langsung.
Kedua, jumlah garis pada setiap jari mencerminkan kapasitas
bagian otak tertentu. Dengan menggunakan metode Ridge
Counting, jumlah garis yang ada diantara delta dan core sidik jari
pada setiap jari dapat diketahui. Dari hasil penghitungan itu yang
berupa jumlah garis di setiap jari dapat disimpulkan ukuran otak
masing-masing bagian. Hasil ridge counting inilah yang kira-kira
sama dengan hasil analisis bentuk kepala kita. Jika jumlah garis yang

8 Konsep PALUGADA STIFIn


paling banyak adalah pada jari yang terhubung dengan otak kiri
atas, maka kapasitas (ingat sekali lagi kapasitas) paling besar adalah
bagian otak yang pandai belajar logika dan matematika. Perlu Anda
ketahui metode inilah yang dipakai oleh semua tes sidik jari yang ada
saat ini, tentu saja selain STIFIn. Masalahnya, sistem operasi otak, bisa
saja dikendalikan oleh bagian otak yang ukuran atau kapasitasnya
lebih kecil. Karena itu harus ada cara lain yang bisa menghubungkan
sidik jari dengan sistem operasi otak. Metode identifikasi ala INAFIS
atau metode ridge counting ala tes sidik jari yang lain ternyata tidak
bisa melakukan fungsi ini. Disinilah, kekuatan STIFIn, selangkah di
depan, karena menemukan metode baru menganalisis sidik jari yang
dikorelasikan langsung dengan sistem operasi otak.
Ketiga, kadar sistem operasi otak dapat diestimasi di setiap
jari. Jadi pada jari tertentu yang memiliki kadar sistem operasi
paling kuat langsung terpetakan jenis mesin kecerdasannya dan
personaliti genetiknya sesuai dengan belahan dan lapisan otak
pasangan jari tersebut. Bagaimana jika ada jari yang putus atau tidak
lengkap? Apakah masih bisa diketahui kecerdasannya? Sepanjang
tidak semua jarinya putus, orang yang tidak lengkap jarinya itu
sesungguhnya masih bisa ikut tes namun tidak kami layani karena
kerap disalahgunakan oleh peserta tes yang jarinya komplit. Caranya,
kita dapat petakan kecerdasannya dari jari yang paling lemah kadar
sistem operasinya. Kok bisa? Sederhana, karena setiap jari punya
pasangan: yang lemah berpasangan dengan yang kuat. Jadi jika jari
yang masih ada itu ternyata yang kuat kadar sistem operasinya, maka
tentu dengan sendirinya yang putus tadi adalah yang lemah kadarnya.
Begitu pula sebaliknya. Dari situlah sistem operasi dominan akan
terpetakan. Tapi semakin lengkap jarinya, tentu saja semakin baik
hasil analisisnya. Kalau Anda bertanya bagaimana formula mengukur
sistem operasi tentu saja menjadi rahasia dapur kami. Sedangkan
jari yang mana yang berkait dengan bagian otak yang mana akan
dijelaskan lebih rinci pada sesi 3 nanti.

Konsep PALUGADA STIFIn 9


Sebagaimana sifat teknologi yang terus berkembang mengikuti
kemajuan ilmu pengetahuan, alat test STIFIn tentu saja memiliki pe-
luang untuk diperbaiki. Bahkan mungkin suatu saat diganti dengan
alat tes yang mengikuti perkembangan teknologi terbaru yang terus
bergerak ke depan. Jika sekarang berdasarkan sidik jari, bukan tidak
mungkin kelak menggunakan jenis tes biometrik lain yang lebih
lengkap, katakanlah kornea mata, atau bahkan lebih jauh lagi meng-
gunakan tes DNA ketika pada suatu saat uji klinis DNA nanti sudah
bisa dimassalkan dengan harga yang murah.

Tingkat akurasi test STIFIn


Bagiamana sih kehandalan alat tes STIFIn? Berdasarkan hasil
riset yang dilakukan oleh lembaga independen, dari 352 orang yang
melakukan tes ulang, satu bulan setelah tes sebelumnya, hanya 3
orang yang hasilnya berubah. Dengan demikian akurasinya di atas
95%. Sedangkan berdasarkan data dari STIFIn sendiri, sebagian
besar dari 60 ribu orang lebih yang sudah melakukan tes STIFIn
mengaku bahwa apa yang ditampilkan dari hasil tes itu menjelaskan
secara sempurna apa yang mereka rasakan selama ini. Tidak kurang
95% dari mereka yang sudah menggunakan alat test STIFIn itu
menyatakan ekspresi mereka setelah tes sebagai, “gua banget” atau
“kok bisa pas sih” atau “jadi malu aku seperti ditelanjangi” atau “kok
bisa ya?” dan berbagai komentar senada lainnya. Maka, meski alat tes
ini memiliki ruang untuk diperbaiki, namun akurasinya saat ini sudah
mapan di atas 95%. Dalam riset ilmu sosial ini adalah sebuah angka
yang fantastis.
Tes STIFIn ini mengukur unsur genetik seseorang, sesuatu yang
dibawa lahir dan tidak berubah sepanjang hayat. Sedangkan alat
seperti pencil and paper test seringkali hanya bisa mengukur fenotip
seseorang, sesuatu yang tampak secara lahiriah ketika tes sedang di-
laksanakan. Itu sama artinya dengan tampilan yang berubah sesuai

10 Konsep PALUGADA STIFIn


dengan kondisi lingkungan. Ahli kedokteran olahraga dari University
of London, Nicola Maffulli, mengatakan faktor gen menemukan 30-60
persen keberhasilan latihan fisik orang biasa. Pada atlet, gen menentu-
kan keberhasilan hingga 83 persen. Sedang menurut Stephen Roth ahli
genetika dari University of Maryland di Baltimore, 80 persen kemam-
puan fisik ditentukan oleh gen bukan oleh latihan (Koran Tempo 2
Agustus 2012 halaman A12).

Rumus Fenotip 100% = Genetik 20% + Lingkungan 80% ini


membuat tak sedikit manusia galau dan tak kurang pula banyaknya
yang lebay. Mereka galau karena sudah mempercayakan nasibnya pada
fenotip 100%, namun tetap tidak mencapai performa tertingginya:
SuksesMulia. Sebaliknya, mereka menjadi lebay karena sudah terlanjur
percaya berlebihan pada konsep bahwa lingkunganlah yang paling
berperan dan bukan pada potensi bawaan, tapi tak mendapatkan apa
yang mereka harapkan. Ya, rumus itu benar belaka. Lingkunganlah
yang menempati porsi terbesar dalam pengembangan diri. Tapi,
genetik yang meski porsinya hanya sekitar 20 persen tapi sangat
menentukan. Ini mirip seperti; Hukum Dari Yang Sedikit (law of
the vital few) dimana yang sedikitlah yang dominan atau penentu.
Jadi, mereka yang berpegang teguh kepada genetik 20% - lah yang
kemudian merasa bahagia dan senang dalam menjalani hidupnya.
Terlebih jika berada atau dia ciptakan lingkungan yang mendukung
pengembangan genetiknya tadi. Sempurnalah hidupnya. Pelajaran
penting dari pengetahuan tadi adalah: temukanlah genetik Anda.
Bagi yang percaya pengaruh genetik hanya 20 persen atau bahkan
yang percaya hingga 80 persen, hanya pintu genetiklah yang lebih
memastikan kesukses-muliaan Anda.
Tuhan memberi resep kepada manusia untuk bersyukur dengan
ilmu yang betul. Apabila ilmu yang dipakai salah atau tidak tepat,
maka tujuannya tidak akan tercapai, setidak-tidaknya jalan menuju

Konsep PALUGADA STIFIn 11


tujuan akan panjang dan penuh kelokan. Jadi, pakailah ilmu yang
benar untuk menemukan ‘karpet-merah’, yakni jalan yang tepat,
cepat, murah, dan menyenangkan. Semua manusia, dalam keadaan
apapun atau dalam kondisi apapun, memiliki jalan suksesnya sendiri-
sendiri semudah dan semeriah menjalani ‘karpet-merah’nya. Itulah
surga dunianya. “Barangsiapa tidak menemukan surga dunianya,
maka ia tidak akan memasuki surga akhirat-Nya” kata Ibnu Taimiyah.
Konsep STIFIn diniatkan sebagai amal kifayah untuk memudahkan
manusia menemukan jalan SuksesMulianya. Sebagaimana seruan
yang disebut 4 kali dalam Al Quran….i’maluu ‘alaa makaanatikum…
atau berbuatlah sesuai dengan keberadaan-terbaikmu. Konsep
STIFIn diharapkan menjadi bagian dari pencerahan agar manusia
mampu menjalani keberadaan-terbaiknya. Siapa saja!
Pada akhirnya, fakta keseharian berbicara bahwa lebih mudah
menggunakan pendekatan ala STIFIn, yaitu: sistem operasi dominan
disyukuri dan diberi investasi yang besar, sedangkan kecerdasan
yang bukan sistem operasi dibiarkan berkembang secara alamiah
dan dijalankan penuh sabar. Kombinasi mensyukuri kelebihan dan
bersabar dengan kelemahan menggunakan ilmu yang betul, yang
akan membuat kita semua selamat sampai di tempat terbaik…dan…
terindah. SuksesMulia.

12 Konsep PALUGADA STIFIn


Konsep PALUGADA STIFIn
Konsep PALUGADA STIFIn
BAB III

STIFIn bukan Sekedar


Menambah Satu Lagi
Jika dalam bab-bab awal tadi anda sudah menerima pemaparan
mengenai keunggulan konsep STIFIn. Saatnya sekarang kita bicara
lebih detail mengenai mesin kecerdasan. Coba kita cek apa Anda
masih ingat, mesin kecerdasan ada berapa? Apa saja? Sebelumnya
hanya ada empat mesin kecerdasan, sekarang sudah final ada lima
mesin kecerdasan. Yang empat itu adalah..? Nah, yang terakhir itulah
yang disebut Instinct (In). Sebenarnya bukan datang belakangan.
Dari dulu sudah ada. Dari dulu tipe kecerdasaan ini sudah ada, cuma
tidak atau belum terdeteksi, sehingga diakuinya belakangan. Kenapa
begitu? Semua itu lebih karena orang dengan jenis kecerdassan
seperti ini langka, dengan demikian jarang ditemukan. Dalam
berbagai kesempatan tes dan berbagai training kami selalu menemui
bahwa jumlah tipe Instinct selalu paling sedikit.
Bukan hanya itu. Tipe ini bisa membaur, beradaptasi, atau
menyerupai tipe-tipe yang lain. Bisa dikatakan, ini tipe bunglon
dalam pengertian positif. Apapun lingkungannya, dia bisa segera
melebur, bergabung, dan beraktifitas. Hebat bukan? Tentu saja setiap
kecerdasan memiliki kehebatannya masing-masing. STIFIn tidak
mengenal apa yang disebut superioritas antar mesin kecerdasan.
Masing-masing kita memiliki kehebatannya, pada saat yang sama
juga memiliki kelemahannya. Tidak terkecuali si bunglon kita, ups..
maaf, maksudnya Instinct.

Konsep PALUGADA STIFIn 13


Farid Poniman menemukan keberadaan dan eksistensi tipe
Instinct ini setelah mengobservasi peserta training Kubik Leadership
lebih dari 5 tahun dan secara khusus mengobservasi istrinya yang
ternyata termasuk dalam kelompok yang kelima ini. Mereka memang
tidak bisa digolongkan ke dalam 4 mesin kecerdasan yang ada.
Tipe Instinct ini mau dimasuk-masukkan ke kelompok yang lain
tidak ada yang cocok; mau dibilang orangnya matre seperti Sensing,
ternyata enggak. Dibilang ambisius kayak orang Thinking, pun tidak.
Dikatakan suka pengetahuan kayak orang Intuition, enggak juga.
Dibilang lebay layaknya orang Feeling, sama sekali jauh dari sifat itu.
Tipe Instinct punya eksistensi sendiri yang berbeda dari keempatnya
dengan ciri utamanya serba bisa tapi sekaligus serba tanggung. Ke-
unggulan utama Instinct yang tidak dimiliki 4 mesin kecerdasan yang
lain yaitu: kesediaan berkorban yang luar biasa. Inilah mereka…kita
sambut kedatangan…juru damai… diantara kita (sambil menunjuk
peserta yang kecerdasannya In)
Salah satu kelebihan konsep STIFIn dibandingkan konsep lain
adalah bisa menunjukkan lokasi organ fisik otak secara tepat. Kita li-
hat satu per satu. Kita mulai dari organ fisik tipe Instinct yang terletak
di tengah otak. Jika dilihat bentuk organ fisiknya, otak tengah seperti
bukan belahan otak tersendiri karena ia memanjang mulai dari kor-
pus kalosum terus ke otak tengah (mid brain), pons, medulla, batang
otak, serebelum, hingga sumsum tulang belakang (disebut juga me-
dulla spinalis). Kurang lebih seperti batang yang menopang kepala
dan menghubungkannya dengan badan. Korpus kalosum adalah
serat syaraf terbesar yang menyangga dan menghubungkan antar
otak besar, bahkan dengan serat syarafnya yang besar kerap disebut
sebagai jantungnya otak. Korpus kalosum berbentuk seperti payung
tunggal setengah melingkar bagi otak tengah sekaligus menjadi
tempat bertumpu bagi seluruh belahan otak. Kemudian otak tengah

14 Konsep PALUGADA STIFIn


yang terdiri dari dua batang yang menyatu itulah yang menjadi tiang
dari korpus kalosum. Fungsi dari otak tengah untuk menyambung-
kan talamus dan ganglia basal dengan seluruh belahan otak. Batang
otak berfungsi vital untuk mengatur denyut jantung dan pernafasan.
Maka, hati-hatilah memelihara batang otak. Medula berfungsi
sebagai pusat gerakan dan jalur komunikasi otak ke seluruh tubuh.
Sedangkan pons bertugas menjadi jalan tol untuk merelay sinyal
antarotak. Organ otak yang terletak pada posisi paling bawah adalah
serebelum yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh.
Kemudian terusan batang otak yang memanjang hingga ke bawah
adalah sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Organ inilah
yang membuat In memiliki reflek yang bagus, karena tugas sumsum
sebagai serat syaraf terpanjang tersebut untuk menghubungkan otak
dengan organ gerak di seluruh tubuh. Hal ini jugalah yang membuat
In memiliki sifat temper, cepat marah, tapi cepat juga hilang tanpa
ada dendam, lebih merupakan spontanitas, karena kerja dari sum-
sum tadi. Tetapi pada batang otak milik orang Instinct ini yaitu di
batang otak bagian atas (posisi leher atas) merupakan pengendali
syaraf parasimpatik (satu diantara 2 jenis syaraf otonom), yang kami
anggap sebagai syaraf pengendali unsur-unsur spiritualitas. Itulah
mengapa ciri utama orang Instinct dapat disimpulkan sebagai; buas
tapi shaleh.
Berbeda dengan otak tengah yang agak simpel, sistem limbik
bisa dikatakan lebih kompleks. Sistem limbik inilah yang menjadi
organ untuk tipe Sensing dan Feeling. Organ sistem limbik yang di
sebelah kiri milik tipe Sensing, sedang yang di sebelah kanan milik
tipe Feeling. Sistem limbik ini dipimpin oleh neokortek (cerebrum)
bagian bawah yang disebut girus singuli. Girus ini terdiri dari
dua belahan kanan dan kiri sekaligus juga memiliki dua lapisan
--layaknya neokortek yang lain-- yang berwarna abu-abu (luar) dan
putih (dalam). Sistem limbik yang komplek itu dibangun dari hasil

Konsep PALUGADA STIFIn 15


kerjasama girus singuli bersama pendukungnya yaitu: ventrikel
lateral, ganglia basal, putamen, amigdala, hipokampus, thalamus,
hipotalamus, dan kelenjar hipofisis. Sistem limbik ini terpisah atas-
bawah oleh korpus kalosum. Posisi girus singuli di atas payung
korpus kalosum sedangkan seluruh pendukungnya ada di bawah
payung korpus kalosum. Masing-masing organ dalam sistem limbik
memiliki fungsi sendiri-sendiri; ventrikel lateral sebagai rongga cairan
otak; ganglia basal sebagai pengintegrasi gerakan; hipokampus
sebagai pembentukan memori jangka panjang; amigdala sebagai
pusat emosi; thalamus sebagai pusat pengaturan fungsi inderawi;
hypothalamus sebagai pengendali homeostasis (suhu, lapar, haus,
bau, takut, dan sex); dan kelenjar hipofisis sebagai produsen hormon-
hormon yang diperlukan tubuh.
Sekarang kita bicara belahan otak untuk Thinking dan Intu-
ition. Kedua kecerdasan ini berada di neokortek (cerebrum) dengan
pembagian sebagai berikut: belahan neokortek kiri untuk Thinking
dan belahan neokortek kanan untuk Intuition. Neokortek terdiri dari
empat lobus, yaitu: Lobus Frontal (fungsi intelektual), Lobus Parietal
(pusat kesadaran sensorik dan asosiasi), Lobus Oksipital (fungsi
interpretasi visi), dan Lobus Temporal (fungsi memori dan audi-
tori). Masing-masing neokortek, baik yang kiri dan kanan, memiliki
keempat-empat lobus.

16 Konsep PALUGADA STIFIn


Konsep PALUGADA STIFIn
Konsep PALUGADA STIFIn
BAB IV

Mengenal KARAKTER
Mesin KECERDASAN
Setelah mengetahui letak masing-masing mesin kecerdasan
(MK), kini giliran kita akan melihat karakter dari masing-masing MK
tersebut. [Perlu diingat jika berbicara jenis kecerdasan, satuannya intel-
ligences, jadi lengkapnya menjadi Sensing Intelligences, Thinking Intel-
ligences dan seterusnya. Akan halnya satuan Personaliti Genetik (PG)
adalah quotients]
o Sensing memiliki kecerdasan inderawi,
o Thinking memiliki kecerdasan berpikir,
o Intuition memiliki kecerdasan indera ke enam,
o Feeling memiliki kecerdasan perasaan, dan
o Instinct memiliki kecerdasan indera ke tujuh.

Uraiannya adalah sebagai berikut:


o Kecerdasan S mengandalkan pancaindranya sehingga orang S
cenderung praktis, konkrit, dan jangka pendek, sesuai dengan
jangkauan panca inderanya.
o Kecerdasan T mengandalkan pikiran logisnya, hal mana mem-
buat orang T objektif, adil, dan efektif.
o Kecerdasan I mengandalkan indera keenamnya dalam mengam-
bil keputusan yang berarti jauh terproyeksi ke depan, men-

Konsep PALUGADA STIFIn 17


jadikannya orang yang sangat optimistis, jangka panjang, dan
terkonsep.
o Kecerdasan F selalu merujuk kepada perasaannya yang mem-
buat orangnya bertenggang rasa, bijak, dan memimpin.
o Sementara In selalu merujuk kepada indera ketujuh jika akan
mengambil keputusan, menjadikan orang In spontan, pragmatis,
dan rela berkorban.
Ada tiga istilah indera dalam penjelasan pada lima MK tadi mas-
ing-masing: panca indera, indera keenam dan indera ketujuh. Apa
perbedaannya? Agar tidak salah pengertian, kita perlu bahas lebih
rinci. Perhatikan contoh ini: dirut jenis S (mengandalkan keputusan-
nya pada panca indera) tidak mau menaikkan targetnya tahun de-
pan karena, menurut penglihatan panca inderanya, daya beli pasar
menurun. Sebaliknya dirut jenis I mengambil keputusan yang lebih
optimistis karena hasil proyeksi indera keenamnya (diproses melalui
penggunaan otak kanan) meyakini kondisi pasar tahun depan jus-
tru akan normal kembali bahkan lebih baik. Tapi dirut jenis In yang
mendapat pengetahuan begitu saja tanpa proses berpikir dari indera
ketujuhnya memilih menurunkan targetnya karena menilai pasar ta-
hun depan justru melemah dari tahun ini. Kira-kira kurang lebih be-
gitulah perbedaan ketiga indera tadi di mana panca indera berdasar
fakta, indera keenam yang memproyeksi ke depan, dan indera ketu-
juh yang mengandalkan naluri (atau firasat).
Atau bisa juga diibaratkan seperti ini:
S seperti kamera
I ibarat detektif dan
In layaknya naluri hewan.
Sekarang kita lihat 5 MK berdasarkan Konsep Triune Brain (Paul
MacLean).

18 Konsep PALUGADA STIFIn


Menurut neurosaintis McLean otak manusia terdiri atas otak
insani, otak mamalia, dan otak reptilia. Berdasarkan konsep ini, otak
insani menempati posisi teratas dalam evolusi otak manusia. STIFIn
sendiri berpendapat bahwa penyebutan otak insani yang menge-
sankan bahwa otak ini yang paling berbudaya dan paling tinggi
kelasnya dibanding yang lain adalah keliru. Kami tidak sependapat
dengan konsep ini. Seperti yang sudah dijelaskan pada sesi sebe-
lumnya, setiap kecerdasan memiliki keunggulannya sendiri-sendiri.
Tapi kita di sini tidak datang untuk mendebat konsep strata otak
McLean.
Otak insani ditempati oleh kecerdasan T dan I. Mereka dengan
kecerdasan T dan I memiliki kelas tersendiri karena keduanya memi-
liki kesamaan dalam hal intelektualitas. Keduanya sama-sama jago
dalam mengatur strategi, tidak mudah didikte, punya prinsip dan
pola tersendiri, serta sama-sama keras kepala mempertahankan
prinsipnya.
Sedangkan kotak S dan F berada pada strata otak mamalia.
Mamalia jenis S berarti tukang makan, sedang mamalia jenis F
berarti tukang kawin dan beranak. S dan F adalah sama-sama orang
‘lapangan’, lapangan rumput seperti mamalia. Mereka sama-sama
eksekutor yang lebih menguasai arena kerja. Mereka sama-sama
lebih tahan banting dibanding mereka yang memiliki otak insani.
Orang S menguasai keterampilan teknis operasional, sedangkan
orang F mahir dalam menggerakkan orang. Lihat, tipe ini tidak lebih
buruk atau tidak lebih rendah kelasnya bukan, meski otaknya adalah
otak mamalia.
Strata terendah dalam konsep MacLean adalah otak reptilia
yang dimiliki kecerdasan In. Reptil digambarkan sebagai buas, ber-
badan besar, tapi otaknya kecil sehingga gampang punah. Seperti
halnya reptil, orang In merespon sangat cepat bahkan cenderung
spontan apa saja dari lingkungannya. Tidak berpikir panjang, lugu,

Konsep PALUGADA STIFIn 19


dan cenderung naif. Keunggulan otak reptilia ini adalah spiritualitas-
nya yang tinggi, suka menolong dan berkorban demi kepentingan
yang lebih besar. Jadi, sekalipun otaknya, menurut strata McLean,
lebih rendah dari otak lain tapi ternyata dialah yang paling memiliki
spritualitas tinggi. Jadi masing-masing memiliki kekuatan dan kele-
mahan bukan?
Coba perhatikan ini:
T yang logis dan objektif, cenderung raja tega.
I yang kreatif dan konseptor, cenderung a-sosial.
S yang dianggap suka bersenang-senang, rajin dan ulet.
F yang, upss.., dianggap mata keranjang, eh... malah sangat
pandai berempati serta memahami perasaan orang lain.
In yang buas memiliki kesalehan tinggi.
Pendek kata, pada setiap MK yang memiliki kelebihan pasti
akan selalu diikuti kelemahan pada sisi yang lain sebagai satu paket
yang harus diterima sebagai fitrah kesejatian yang sejajar. Kesimpu-
lannya, STIFIn mendudukkan tiga strata MacLean sebagai sederajat,
bukan sebagai strata yang bertingkat.
Roger Sperry pemenang hadiah Nobel pada tahun 1981 mem-
perkenalkan pendekatan otak berdasarkan kuadran, yakni kuadran
kanan dan kuadran kiri. Sekarang masih banyak yang beranggapan
bahwa otak pada kuadran kanan lebih bagus dan lebih hebat dari
yang kiri. Otak kanan dianggap kreatif, fungsional, meruang, fleksi-
bel, lebih manusiawi, sehingga dianggap lebih hebat. Banyak buku
dan seminar yang diselenggarakan mengenai kehebatan kuadran
otak kanan ini. Sebaliknya otak kuadran kiri dinilai cenderung kaku,
terkotak-kotak, mementingkan disiplin, membosankan, menjadikan
orang ibarat robot. Kami berpendapat pendekatan ini ketinggalan
jaman. STIFIn, seperti sudah kami katakan berkali-kali, menganggap

20 Konsep PALUGADA STIFIn


Konsep PALUGADA STIFIn
Konsep PALUGADA STIFIn
bahwa pendekatan otak kuadran kanan dan kuadran kiri memiliki
kesetaraan dengan kelebihan dan kelemahan masing-masing. Orang
kanan yang pandai merancang tidak akan maju jika tidak ada orang
kiri yang mengerjakannya.
Kemudian salah satu teori turunan dari konsep STIFIn yaitu ten-
tang Diagonal Produksi dan Diagonal Organisasi.
Kedua diagonal itu menguraikan kesamaan antara dua kecer-
dasan yang sebenarnya saling bertolak belakang. Diagonal Produksi
merupakan persamaan sifat dari kecerdasan S dan I yang sesungguh-
nya berbeda layaknya bumi dan langit.
S sangat membumi, sedang tipe I sangat melangit.
S jangka pendek dan ‘rabun jauh’, sebaliknya I jangka pan-
jang dan ‘rabun dekat’.
Tapi dibalik perbedaan yang sangat tajam itu terdapat persa-
maan yang juga amat mirip. S dan I sama-sama menyukai terlibat da-
lam aktivitas produksi, meski dengan cara yang berbeda.
S membuat, I mencipta.
S peniru, I kreator.
Diagonal Organisasi merupakan persamaan sifat dari kecer-
dasan T dan F. Sesungguhnya T yang raja tega dengan F yang malas
mikir berbeda secara diametral seperti arah mata angin: utara dan
selatan. Utara lebih dingin, Selatan lebih hangat.
Orang T lebih dingin dan berjarak dengan orang, F lebih
hangat dan lebih dekat dengan orang.
Orang T menggunakan kepala, orang F menggunakan hati.
Namun diantara perbedaan yang sangat telak tersebut antara
T dan F memiliki persamaan yaitu sama-sama suka mengorganisasi-
kan.

Konsep PALUGADA STIFIn 21


Orang T mengorganisasikan dengan kepala dalam bentuk
managerialship. T manager
Orang F mengorganisasikan dengan hati dalam bentuk
leadership. F leader
Anda pasti bisa melihat perbedaan antara seorang manager
dengan seorang pemimpin kan? Manager mementingkan proses
dan hasil, pemimpin mementingkan manusia dengan emosinya.
Mengapa STIFIn mengkritisi MBTI karena, antara lain, teori di-
agonal ini. Berdasarkan teori diagonal ini sebenarnya tidak perlu
ada tret/sifat Judging dan Perceiving pada MBTI. Karena Judging
itu merupakan sifat utama dari diagonal organisasi dan Perceiving
merupakan sifat utama dari diagonal produksi. Artinya Judging dan
Perceiving tidak memiliki organ fisik tersendiri, melainkan sekedar
persamaan sifat dalam diagonal.
Untuk memahami lebih dalam lagi tentang karakter masing-
masing MK mari kita akan lihat sifat paradoks di dalam masing-
masing MK.
S tahan banting tapi manja. Tipe S jika berjerih payah
mengeluarkan keringat hingga banting tulang sekalipun, maka
rasa penat dan rasa sakitnyapun cenderung berhenti di urusan fisik
semata, tidak sampai dibawa ke urusan psikis atau hati. Namun di
balik kekuatan banting tulangnya ini tipe S merasa perlu didukung
orang lain. Ia membutuhkan seperangkat sumberdaya dan dukungan
konkrit untuk mudah menjalankan tugasnya. Pada bagian inilah
orang S kelihatan manjanya dan kurang mandiri.
Tipe T adalah mesin profit yang mahir tapi suka terjebak pada
hal-hal sepele. Alasan kenapa tipe T bisa diandalkaan jadi pencari
keuntungan karena kemandirian dan sistematikanya dalam bekerja.
Namun ketika ada tuntutan untuk berpikir besar, tipe T malah
menghabiskan energinya pada hal-hal kecil yang remeh-temeh,
tidak esensial, teknis, padahal seharusnya ia bicara hal strategis.

22 Konsep PALUGADA STIFIn


Konsep PALUGADA STIFIn
Konsep PALUGADA STIFIn
Tipe I adalah reformis atau pembaharu tapi kurang sadar
musuh. Tipe I berjiwa pengusaha dan menyukai perubahan, karena
itu ia selalu melihat peluang untuk melakukan perubahan untuk
mengimplementasikan konsepnya. Namun terkadang apa yang
akan direformasi selangkah lebih cepat dari jamannya atau keinginan
banyak pihak. Hal ini membuat orang I sudah melangkah jauh
di depan, sementara orang lain tertinggal di belakang. Tipe I tidak
memiliki interes untuk membangun platform. Baginya yang penting
adalah memperjuangkan ide. Menurutnya ide adalah jalan terbaik
untuk melangkah. Hal inilah yang membuat ia tidak sadar bahwa
orang lain yang tidak terbawa atau tidak bisa mengikuti kecepatannya
menjadi musuhnya. Mereka kecenderung memiliki musuh bukan
yang datang dari samping tapi justru datang dari bawah oleh karena
arus bawah tidak suka dengan tipe I yang terlalu bersifat vertikal.
Sedangkan sifat paradoks pada tipe F, antara lain, adalah
visinya jauh ke depan tapi mudah menyerah. Tipe F layaknya
seorang ideolog, pemimpin yang visioner, berani menghadapi
arus yang melawannya, namun, sayangnya, kegigihannya seperti
‘hangat-hangat tahi ayam’, naik turun mengikuti mood-nya. Ketika
ketidakstabilannya itu terbaca oleh lingkungannya mulailah muncul
resistensi. Jika resistensi itu berlanjut pada skala yang lebih besar,
apalagi jika ditambah persoalan-persoalan lain yang bersifat teknis
dan non teknis, membuat ia cepat menyerah.
Pada tipe In, salah satunya, adalah generalis tapi tanggung,
tidak tuntas. Tipe In memang serba bisa, responsif, cepat tanggap,
pragmatis, dan berpikir holistik secara cepat, namun karena
persentase pada empat belahan otaknya serba 50% yang membuat
ia tidak menjalani pekerjaannya hingga tuntas.
Sekarang kita akan merinci masing-masing tipe kecerdasan.
Kita mulai dari gambaran peran otaknya. Masih ingat kan bahwa
setiap kita memiliki satu, hanya satu dan tidak lebih, kecerdasan

Konsep PALUGADA STIFIn 23


dominan sehingga pada kecerdasan dominan itulah porsi analogis
peran otak sebebar 100%. Jadi, pada tipe kecerdasan S dengan
sendirinya porsi peran otaknya 100% pada limbik kirinya, sedangkan
inferiornya berada pada I yang porsinya hanya sebesar 20%, adapun
persentase T dan F-nya masing-masing + 40%; kalau T 45% maka F
35% atau sebaliknya. Mengenai profil keseharian S dapat diringkas
dalam sepuluh sifat berikut ini: buktikan!, teliti, perhatian pada
detail, menuntut bukti, rajin, pikiran terangkai, mendapatkan hasil,
membutuhkan kepastian, suka mencontoh, suka non fiksi, dan kuat
ingatan. Sesuai teori Pavlov tentang rangsangan dan hambatan, tipe
S memiliki eksitasi tinggi dan inhibisi rendah. Artinya dirangsang dari
luar (eksitasi) gampang dan tidak punya halangan (inhibisi) dari dalam
untuk beraksi. Itulah kenapa tipe S ini mudah dibentuk, rajin serta
berstamina. Kerena rajin dan berstamina itulah atau bugar karena
hormon kortisolnya tinggi, tipe S cenderung memiliki keterikatan
hubungan dengan harta, dimana ada hormon kortisol disitu ada
duit; calon orang kaya.
Sekarang rincian untuk Tipe T. Berdasarkan persentase analogis,
maka persentase otak neokortek kirinya sebesar 100%, dimana
T berada. Berdasarkan teori menyilang superior-inferior, maka
otomatis persentase F yang merupakan kelemahan orang T hanya
sebesar 20%. Sedangkan persentase S dan I-nya masing-masing
+ 40%; atau jika S 45% maka I 35% atau sebaliknya. Lalu seperti
apakah profil keseharaian kecerdasan T? Ini dia sepuluh yang paling
menonjol: yaitu: “pikirkan!”, logis–rasional, kurang peka, dingin, jaga
jarak, tanya data, kritis, tegas tuntut hak, maskulin. Apabila memakai
teori Pavlov, maka tipe T memiliki eksitasi rendah dan inhibisi tinggi.
Susah dirangsang dan pada saat yang sama punya halangan dari
dalam yang besar. Orang ini susah digerakkan dan sulit bergerak
sendiri. Kira-kira bisa disebut sebagai super defensif. Inisiatif dan
kemandiriannya datang dari pikirannya, tetapi berhitung untuk

24 Konsep PALUGADA STIFIn


Konsep PALUGADA STIFIn
Konsep PALUGADA STIFIn
beraksi. Meski super defensif, namun bertangan dingin, karena
yang bekerja bukan ototnya tetapi kepalanya, sehingga cenderung
memiliki kerkaitan dengan tahta; ya....calon penguasa.
Kini giliran Tipe I. Porsi peranan otaknya dapat dianalogikan
sebagai berikut: Otak neokorteks kanannya yang ditempati I sebesar
100%, kecerdasan terlemahnya adalah S sehingga porsinya hanya
sebesar 20%, sedangkan persentase T dan F-nya masing-masing +
40%; kalau T 45% maka F 35% atau sebaliknya. Adapun karakteristik
sehari-hari yang ditampilkan tipe ini adalah : “bayangkan!”, gambaran
besar, kreatif–unik, abstrak–teoritis, orientasi masa depan, pola
beragam, analogi dan metafora, suka alternatif, suka cerita fiksi, hal
besar dan strategis. Sementara eksitasi dan inhibisanya sama-sama
rendah: Kesimpulannya orang seperti ini susah dirangsang, tapi tidak
punya halangan dari dalam untuk beraksi. Dengan demikian tipe I
ini hanya akan maju jika punya dorongan dari dalam, misalnya, ia
punya mimpi. Apabila sudah terdorong dari dalam, maka tidak ada
hambatan baginya untuk menjalankan programnya. Tipe seperti
inilah yang sesuai dengan kemistri kata; calon pengusaha. Karena
kualitas keputusannya sangat tergantung dari wawasan ilmunya
(atau kata).
Sekarang Tipe F. Berdasarkan persentase analogis, peran limbik
kanan sebagai mesin kecerdasan F-nya sebesar 100%, persentase T
sebagai yang terlemah sebesar 20%, sedangkan persentase S dan I
masing-masing + 40%; apabila S 45%, maka I 35% atau sebaliknya.
Adapun sepuluh profil keseharian F yaitu: “rasakan...”, main hati,
berorientasi pada orang, mengukur perasaan, hangat dan ramah,
empatik dan simpatik, mudah tersinggung, suka ngobrol, meyakinkan,
lembut dan penyayang. Jika memakai teori Pavlov, tipe F sama-sama
memiliki eksitasi dan inhibisi tinggi. Mudah dirangsang dari luar tapi
hambatan dari dalamnya juga besar terutama datang dari suasana
hatinya yang cepat berubah-ubah, sehingga tidak mudah untuk

Konsep PALUGADA STIFIn 25


beraksi. Akibatnya tipe F ini lebih mudah jika memanfaatkan potensi
yang lain yaitu menebarkan cintanya yang punya stok banyak. Tipe
seperti inilah yang cenderung berkemistri cinta; calon pemimpin.
Terakhir, rincian untuk tipe In. Inilah kecerdasan yang serba bisa
tapi pada saat yang sama juga serba setengah. Porsi peran otaknya
tidak memiliki sisi inferior seperti yang lain, karena selain In yang
100%, empat yang lain semuanya 50%. Adapun sepuluh gambaran
kesehariannya: “ayo..cepat!”, spontan, naluri, senang terlibat,
pragmatis, generalis, menolong, to the point, temannya banyak,
mudah adaptasi, traumatik, pendamai. Tipe In tidak punya eksitasi
dan inhibisi yang artinya orang tipe ini spontan, responsif, penolong.
Tipe seperti inilah yang berkemistri dengan bahagia; calon pegiat
nirlaba.
Lantas bagaimanakah cara belajar yang harus dilakukan setiap
mesin kecerdasan? Apakah ada perbedaan cara masing-masing
kecerdasan? Perhatian uraian berikut ini: Tipe S yang jago mengingat
mesti rajin menghafal. Tipe T yang jago menalar harus rajin membuat
skema pelajaran. Tipe I yang jago spasial mesti rajin berkreasi sendiri.
Tipe F yang jago auditori harus rajin berdiskusi pelajaran. Dan tipe
In yang jago merangkum sebaiknya belajar secara deduktif. Inilah
salah satu perbedaan mendasar dari In dengan keempat tipe lainnya,
yakni sementara keempat tipe yang lain induktif (dari detil ditarik
kesimpulan), In justru belajar dengan cara deduktif (dari kesimpulan
diuraikan ke detail).

Respon Golongan Darah


Masih ingat teori strata genetik? Strata yang paling
berpengaruh adalah Mesin Kecerdasan, disusul berturut-turut Drive
Kecerdasan, Kapasitas Hardware, Golongan Darah. Faktor genetik
yang disebut terakhir ini memberikan pengaruh cukup besar pada
stimulus spontan tapi sangat kecil pada pengambilan keputusan

26 Konsep PALUGADA STIFIn


Konsep PALUGADA STIFIn
Konsep PALUGADA STIFIn
yang strategis yang memerlukan banyak pertimbangan. Hal ini bisa
terlihat saat seseorang menjalani tes tertulis (paper & pencil test)
pengaruh golongan darah sangat mempengaruhi pilihan mereka.
Contohnya, orang T yang bergolongan darah O saat tes tertulis akan
mengisi kuisioner dengan pilihan suka menolong daripada berbuat
adil seperti sifat kecerdasannya. Semua itu karena faktor golongan
darah yang bersifat spontan, labil, dan sementara. Berikut adalah
pengaruh sesaat yang diberikan oleh golongan darah :
Golong darah O menyuruh otak menjadi orang F,
Golongan darah A menyuruh otak menjadi orang T,
Golongan darah AB menyuruh otak menjadi orang S,
Golongan darah B menyuruh otak untuk menjadi orang I.
Kesimpulannya, golongan darah hanya menjadi tukang antar
pesan, seperti layaknya tukang pos yang mengantarkan surat sambil
mewarnai kemasan pesan, namun tetap akhirnya mesin kecerdasan
yang akan memutuskan.

Teori Sirkulasi STIFIn


Hal lain yang menarik dalam konsep STIFIn adalah adanya pola
hubungan antarkecerdasan yang tergambar dalam hubungan segilima
sesuai dengan Teori Sirkulasi STIFIn. Seperti apakah itu? Lima mesin
kecerdasan membentuk sebuah mata rantai segilima mengikuti
jari-jari tangan kanan yang dimulai dari ibu jari hingga kelingking,
bukan mengikuti urutan akronim STIFIn melainkan menggunakan
urutan akronim STInIF (sesuai posisi jari tangan), sebagai sebuah
aliran sirkulasi yang saling mendukung. Tipe S yang rajin mendukung
tipe T yang sistematis. Tipe T yang terarah mendukung tipe In yang
mengalir. Tipe In yang cepat tanggap mendukung tipe I yang banyak
ide. Tipe I yang konseptor mendukung tipe F yang visioner. Tipe
F yang pandai memberi semangat mendukung tipe S yang tahan
banting.

Konsep PALUGADA STIFIn 27


Selain hubungan saling mendukung, lima MK juga dapat
membentuk hubungan bintang lima sudut yang hubungannya
saling menaklukkan. Masih memakai pola jari tangan kanan
dengan melompati satu mesin kecerdasan: Tipe S yang berstamina
mengalahkan tipe In yang nanggung, Tipe In yang responsif
mengalahkan tipe F yang banyak omong. Tipe F yang empatik
mengalahkan tipe T yang formal berjarak. Tipe T yang memiliki
kekuatan arah mengalahkan tipe I yang telalu banyak alternatif. Tipe
I yang kreatif mengalahkan tipe S yang peniru.
Dengan mengetahui hubungan saling mendukung dan
hubungan saling mengalahkan kita dapat membuat peta hubungan
sosial: ideal atau tidak. Perhatikan ini: Suami T memilik istri S. Apakah
ini hubungan rumah tangga yang ideal? Berdasarkan hubungan
segi lima tadi, S mendukung T, sehingga hubungan suami istri ini
bisa dikatakan bagus. Sebaliknya apa yang terjadi jika seorang pria T
beristrikan wanita F? Berdasarkan pola saling menaklukkan, sang istri
yang F akan menaklukkan suaminya, jadi bisa dikatakan ini hubungan
tidak ideal. Bagaimanapun, suamilah yang seharusnya menaklukkan
atau didukung, bukan sebaliknya.
Khusus dalam hal mencari pasangan ada dua JANGAN yang
harus dihindari: jangan setipe MK-nya (apalagi PG nya) dan jangan
tipe istri mengalahkan tipe suami. Untuk yang disebut pertama
alasannya karena jika sama MK dan PG-nya sama akan membuat
tidak terjadi sirkulasi, sementara untuk yang disebut terakhir karena
sirkulasinya melawan arus sehingga suami akan kelelahan karena
suami harus mengeluarkan paling tidak dua kali lipat energi untuk
bisa sukses. Energi sang suami selain harus mengurus dirinya harus
sukses, juga harus berenang melawan arus untuk bisa menundukkan
istrinya di rumah.
Sedangkan prinsip dalam mencari tangan kanan, guru, coach
(pelatih), tutor, atau pendukung setia juga hampir sama yakni

28 Konsep PALUGADA STIFIn


haruslah yang mendukung atau mundur selangkah (bayangkan segi
lima tadi). Lihat contoh ini: tangan kanan tipe S adalah tipe F.
Tapi prinsip itu tidak belaku jika yang kita cari adalah mentor.
Seorang mentor haruslah yang berwibawa atau disegani, dan
karenanya haruslah yang menundukkan atau mengalahkan kita.
Anda tentu tidak mau mentor Anda kalah pamor dari Anda sendiri
bukan. Jadi, kalau memakai prinsip mundur menentang arah jarum
jam, maka jika seorang S mencari mentor haruslah I. Sedangkan tipe I
mencari mentor yang tipe apa?...Benar...Anda benar..tipenya T. Begitu
seterusnya (bayangkan bintang lima sudut).
Tentu semua sudah pernah mendengar apa itu cinta segitiga?
Atau jangan-jangan ada yang pernah merasakannya? Tapi tak apa
kalau dijelaskan lagi. Cinta segi-tiga adalah posisi dimana cinta
seseorang, bisa pria pun bisa wanita, bertepuk sebelah tangan karena
yang dicintainya, justru takluk kepada orang lain. Contohnya ini: F
jatuh cinta pada I, tidak tahunya yang I bertekuk lutut pada T. Kenapa
bisa terjadi? Penjelasan karena sekalipun I (wanita) dibutuhkan
oleh F (pria), tetapi kecerdasan I dikalahkan atau ditaklukkan oleh
kecerdasan T (pria).
Masalah dalam perkawinan bisa terjadi karena adanya orang lain
yang menciptakan suasana berbeda, sekalipun kecerdasannya sudah
ideal. Simak baik-baik masalah rumah tangga yang terjadi pada artis
ini: KD yang S, memiliki suami AH yang T. Dari sisi hubungan, mereka
sudah ideal, sang istri mendukung sang suami. Ditengah jalan, di
saat KD merasa lelah secara batin mendukung AH muncul pria lain,
RL, yang memanjakannya. Akhirnya KD melepaskan AH dan kawin
dengan RL, meski dilihat dari sudut pandang manapun AH bukan
bandingan RL. Tongkrongan AH jauh lebih bagus. Moral dari cerita
ini adalah sekalipun kecerdasan pasangan kita, dalam hal ini istri atau
pacar, sudah mendukung tapi hati-hati, jangan terlena dan merasa
sudah seharusnya pasangan kita seperti itu, mendukung terus. Bisa
kandas percintaan kita.

Konsep PALUGADA STIFIn 29


Saat ini, dunia kedokteran sudah sangat mempertimbangkan
teori sirkulasi ini. Jika kondisi S bertegangan tinggi maka obatnya
diberi jenis T, tapi jika kondisi S lemah maka obatnya diberi jenis F
yang mensuplai energi dukungannya, dst. Teori Sirkulasi STIFIn ini
bisa diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Sekali lagi, inilah
yang disebut palugada, apa lu mau gua ada.
Baiklah....kita sampai di ujung sesi ini. Sekali lagi, terlihat dengan
nyata sekali, setiap mesin kecerdasan memiliki jalan suksesnya
sendiri-sendiri. Orang Sensing melewati jalur kaya, orang T melewati
jalur berkuasa, orang I melewati jalur pengusaha, orang F melewati
jalur kepemimpinan, orang In melewati jalur altruisme. Mereka
semua akan berada di puncak tertingginya jika bersedia menjalani
kunci sukses masing-masing. Tipe S harus meningkatkan frekuensi,
tipe T menetapkan prioritas, tipe I memperbaiki kualitas kerjanya,
tipe F dimulai dari berhasil memimpin dirinya sendiri, dan tipe In
menolong orang lain. Insyaallah SuksesMulia di tangan anda. Amin.

30 Konsep PALUGADA STIFIn


Konsep PALUGADA STIFIn
Konsep PALUGADA STIFIn
BAB V

Pengaruh DRIVE
pada Mesin Kecerdasan
Kita akan mulai bab 5. ini dengan mengingat kembali teori
strata genetik sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebe-
lumnya. Kita segarkan ingatan dulu ya. Strata genetik menyebutkan
bahwa masing-masing unsur genetik memiliki tingkatan pengaruh
kepada kecerdasan dan kepribadian. Yang terkuat diduduki Mesin
Kecerdasan, tingkat kedua diduduki Drive Kecerdasan, peringkat ke-
tiga adalah Kapasitas Hardware, dan strata terakhir adalah Golongan
Darah.
Sekarang kita akan bahas pengaruh strata kedua yakni Drive
ketika mengemudikan kecerdasan. Drive ada dua: introvert dan
extrovert. Jika hanya disebut introvert dengan lambang i huruf kecil
dan extrovert dengan lambang e huruf kecil yang berdiri sendiri maka
mereka tidak bisa dikategorikan sebagai tret/sifat. Pengemudi (drive)
ini tugasnya menjadi sopir yang menggiring orientasi kecerdasan.
Ketika kecerdasan sudah dikemudikan jadilah mereka bernama per-
sonaliti, misalnya Se, Si, Te, Ti dan seterusnya. MK adalah mobilnya, i
dan e adalah sopirnya. Personaliti ini tidak berubah dari lahir hingga
meninggal dunia dan menjadi fitrah kesejatian seseorang.
Sekarang ini kita juga mengenal Extrovert dan Introvert yang
lambangnya huruf besar, yakni E dan I. Beda dengan exrovert dan
introvert yang lambangnya huruf kecil yang STIFIn pergunakan, yang

Konsep PALUGADA STIFIn 31


huruf besar ini sudah menjadi sifat yang mandiri dan merupakan
fenotip. Perbedaan lain, jika pada e dan i huruf kecil berkonotasi
netral, pada E dan I berkonotasi positif – negatif dimana E adalah
positif karena mingle, ramah, terbuka, mudah beradaptasi, outgoing,
dan lebih optimis dan semua yang bersifat bagus. Sedangkan I
berkonotasi negatif karena dianggap tertutup, pemurung, pencemas,
tidak mudah beradaptasi, dan kuper dan apa saja yang menjadi sifat
jelek.
Pada kecerdasan tipe Instinct tidak memiliki sopir. Tidak ada
yang namanya introvert dan extrovert karena organ fisik Instinct
yakni otak tengah memang tidak tersedia lapisan putih dan abu-abu.
Oh..iya..harap diingat pada T dan I lapisan putih yang di sebelah
dalam (introvert) dan lapisan abu-abu yang berada di sebelah luar
(extrovert) terdapat pada lobus-lobus, sedangkan pada S dan F
lapisan putih (untuk introvert) dan lapisan abu-abu (untuk extrovert)
terdapat pada girus singuli. Karena In tidak memiliki kemudi (lapisan)
putih dan abu-abu ini, kecerdasan ini dikemudikan secara otomatis
dan spontan, menggunakan syaraf otonom. Jadi Instinct merupakan
MK dan sekaligus PG pada saat yang sama.

Kaitan Posisi Belahan Otak dengan Personaliti Genetik


Sekarang kita akan membahas personaliti memakai sepuluh
tangan. Kenapa memakai tangan? Karena, seperti sudah dijelaskan di
sesi pertama tadi, di ujung jari kitalah terdapat sidik jari yang meng-
gambarkan saraf-saraf otak yang menjadi kecerdasan seseorang. Jadi
dengan mengetahui jari mana untuk personaliti mana kita akan tahu
posisi belahan dan lapisan otak yang mengendalikan personaliti
genetik.
Ok kita mulai, keluarkan sepuluh jari sambil bersuara seperti
macan....aauumm. Jari tengah baik yang di kiri maupun di kanan

32 Konsep PALUGADA STIFIn


Konsep PALUGADA STIFIn
Konsep PALUGADA STIFIn
adalah posisi otak untuk tipe In, sedangkan empat jari yang
berada di dalam diantara dua jari tengah itu adalah drive introvert,
sementara empat jari yang berada di luar jari tengah adalah drive
extrovert. Lalu bagaimana caranya mengetahui posisi MK? Kita
segarkan dulu ingatan soal MK yang memakai tangan kanan yang
tergambar dalam segi lima. Ibu jari adalah S, telunjuk adalah T, jari
tengah adalah In, jari manis adalah I dan kelingking adalah F. Baiklah,
sekarang tumpangkan tangan kanan di atas tangan kiri. Pola mesin
kecerdasan mengikuti jari-jari pada tangan kanan, sedang introvert
dan extrovertnya mengikuti posisi, itu tadi, luar-dalam terhadap jari
tengah. Kita ambil contoh: ibu jari tangan kanan adalah Si, tapi ibu jari
kiri adalah Fi. Kelingking tangan kanan adalah Fe, namun kelingking
tangan kiri adalah Se, dst. Berarti sekarang kita sudah tahu posisi jari-
jari yang jika di-scan sidik jarinya akan langsung menggambarkan
posisi belahan dan lapisan otak.

Quotient
Giliran kita bahas quotient. Personaliti memakai satuan quo-
tient dan bukan intellegence karena PG bukanlah kecerdasan. Jadi,
kalau setiap PG diberi satuan quotient, akan didapat 9 quotient
sebagai berikut:
o Si sebagai memory quotient (MI menyebut linguistic verbal intel-
ligence),
o Se sebagai physical quotient (MI menyebut kinesthetic intelli-
gence),
o Ti sebagai technical quotient (pada MI tidak ada),
o Te sebagai logical quotient (MI disebut logic-mathematic intel-
ligence),
o Ii sebagai creativity quotient (pada MI tidak ada),

Konsep PALUGADA STIFIn 33


o Ie sebagai spacial quotient (MI menyebutnya visual-spacial intel-
ligence),
o Fi sebagai emotional quotient (MI menyebut intrapersonal intel-
ligence),
o Fe sebagai social quotient (MI menyebutnya interpersonal intel-
ligence),
o In sebaai altruist quotient (MI menyebut spiritual intelligence).
Berarti pada MI ada 2 quotient yang tidak ada yaitu TQ (milik
tipe Ti) dan CQ (milik tipe Ii), sebaliknya pada MI ada 2 tambahan intel-
ligence yang lain yaitu musical intelligence dan natural intelligence.
Tapi kalau mau diperjelas, menurut STIFIn, musical intelligence serta
natural intelligence bisa dimasukkan ke dalam spiritual intelligence
yang dimilik tipe In. Jadi kesalahan MI, menurut STIFIn, bukan saja
karena meletakkan kesembilan itu sebagai intelligence (kecerdasan)
yang pada STIFIn hanya setaraf personaliti yang kedudukanya lebih
rendah dari MK, juga karena timbangannya tidak setara; dua yang
penting tidak ada TQ dan CQ, malah memunculkan musical intelli-
gence dan natural intelligence yang seharusnya menjadi bagian dari
In. Tetapi yang benar-benar membuat STIFIn lebih unggul dari MI
terutama karena masing-masing intelligence dan quotient itu bisa
ditunjukkan letak organ fisiknya, sedangkan MI tidak bisa.

Ciri Utama Kepribadian


Kita sampai pada ciri utama kepribadian mari kita kupas satu
persatu

Yang berkaitan dengan uang


o Si, paling hemat karena dia tahu bahwa untuk mendapatkan satu
sen, dia harus memeras keringat.
o Se, sebaliknya, pemboros. Mudah dimengerti karena motifnya

34 Konsep PALUGADA STIFIn


mencari uang demi memperoleh kenikmatan dan juga untuk
menjamu teman-temannya.
o Ti, memikirkan apa manfaat setiap pengeluaran.
o Te, mengakumulasikan uang karena menganggap uang sebagai
barang berharga yang paling rasional untuk disimpan.
o Ii, mencari kepuasan karena harga kehidupannya terletak pada
kepuasan merealisasikan idenya.
o Ie, progresif karena uang yang didapat merupakan modal untuk
masa depan yang lebih baik.
o Fi, nge-bossi karena suka menyenangkan konstituen atau pengi-
kutnya.
o Fe, instant karena panggilan sejatinya ingin selalu cari jalan yang
mudah.
o In berciri martir karena panggilan jiwanya untuk mendahulukan
kepentingan orang lain dibanding kepentingan dirinya.

Yang berhubungan dengan kemistri


o Si, mengejar harta sesuai prinsip no pain no gain yang artinya
kurang lebih tidak akan dapat laba tanpa kerja keras atau
pengorbanan.
o Se, jika orang lain mengejar harta, tipe ini justru dikejar harta,
tapi dengan syarat ia dermawan atau sering mentraktir orang
sambil cari proyek.
o Ti, mencari tahta dengan membuktikan kepakarannya hingga
orang yakin dengan kemampuannya.
o Te, tahta akan mencarinya karena memiliki kharisma kekuasaan
terlebih jika ia menunjukkan kemampuan managerialnya.
o Ii, menerbangkan kata karena baginya ibarat ‘seni untuk seni’
tidak masalah orang lain tidak suka sepanjang ia puas dengan

Konsep PALUGADA STIFIn 35


karya terbaiknya. Ia tidak peduli dengan kata orang lain menge-
nai karyanya.
o Ie, mendaratkan kata karena ide yang masih mengawang-
ngawang berhasil digandeng dengan idenya sendiri menjadi
karya yang berorientasi pasar.
o Fi, seperti cinta perempuan yang tunggal, ia menjaring cinta
masuk dalam perangkapnya.
o Fe, si penebar cinta yang menebar cintanya ke sana-sani, sampai
ada yang berbalas.
o In, selalu bahagia karena tidak mau berada dalam suasana
ekstrem, suhu politik tinggi, lebih nyaman berada di suasana
pertengahan yang penting bahagia.

Yang berkaitan dengan peran


o Si, sebagai pemain karena senang turun tangan berkeringat
mengeluarkan kemampuannya sendiri.
o Se, sebagai garda depan karena senang mejeng menampilkan
kecantikannya atau dandanannya atau pesonanya.
o Ti, sebagai expert di bidangnya karena tertantang untuk
menguasai masalah dan kemahiran hingga ke ujung;
o Te, menjadi chief karena lebih senang memiliki rentang kendali
yang luas sebagai bukti kekuasaanya yang meluas;
o Ii, menjadi inisiator karena baginya yang sempurna itu adalah ga-
gasannya sedang gagasan orang lain bukanlah yang terbaik;
o Ie, sebagai pembaharu karena kemampuannya menghasilkan
jalan keluar yang lebih baik;
o Fi, tak diragukan lagi, dia sebagai leader karena jalan hidupnya
memang lebih mudah baginya dengan menjadi pemimpin dari-
pada dipimpin;

36 Konsep PALUGADA STIFIn


o Fe, menjadi pemilik bukan karena faktor penguasaan modal me-
lainkan lebih kepada pertimbangan bahwa menjadi lebih seder-
hana jika yang mengurus hal-hal yang bikin ruwet didelegasikan
kepada orang lain saja.
o In, sebagai partner karena nalurinya lebih menyukai menjadi
‘orang kedua’

Kelebihan masing-masing personaliti


o Si, oleh sebab dia terlatih dengan rincian, ia menjadi efisien.
o Se, menemukan momentum karena keberhasilannya
menyenangkan orang.
o Ti, oleh karena terbiasa menghitung membuatnya efektif.
o Te, melipatgandakan (multiplying) karena handal dalam urusan
fabrikasi atau optimatimalisasi.
o Ii, penciptaan (invention) didorong oleh keunikannya dalam
berpikir yang aneh-aneh.
o Ie, pembaharu (innovation) disebabkan oleh kehandalannya
mencari sesuatu yang baru meskipun tidak terlalu original
sekali.
o Fi, ditunjang oleh pesona yang bagus, ia menjadi terkenal
(popularitas).
o Fe, pembesaran atau pertumbuhan (magnifying) karena hobi
membesarkan orang.
o In, memiliki radar paling panjang sehingga bisa menangkap
sinyal-sinyal dari langit.

Berkaitan dengan tipologi fisik


o Si, memiliki tubuh yang atletis bongsor, cocok untuk jadi binara-
gawan.

Konsep PALUGADA STIFIn 37


o Se, atletis tapi mungil, sesuai untuk menjadi pesenam.
o Ti, piknis tebal cocok untuk menjadi petinju.
o Te, piknis namun tipis sehingga cocok untuk jadi pemain bola.
o Ii, astenis tebal cocok untuk menjadi pebasket.
o Ie, astenis tapi tipis, sesuai menjadi model.
o Fi, displastis besar cocok jadi badut atau jinnya Aladin.
o Fe, displastis tapi kecil, bisa jadi display picture saja.
o In, stenis datar, cocok memakai baju apa saja, karena bahunya
rata.

Adapun harapan mereka adalah


o Si, imbal hasil (yielding) yang diperoleh dari kerja kerasnya yang
bisa diibaratkan orang bercocok tanam.
o Se, menghasilkan (generating) karena kucuran keringatnya mesti
terbayar.
o Ti, akurat (accuration) karena semakin akurat semakin dihargai.
o Te, kontrol (controlling) karena pengendalian menghasilkan
kepastian.
o Ii, kreasi (creating) karena karyanya adalah nyawanya.
o Ie, memasang (assembling) karena idenya mesti dikawinkan
dengan ide orang lain.
o Fi, terdepan (leading) karena selalu berpegang pada keyakinan
yang dijalarkan kepada lingkungannya.
o Fe, mentor (coaching) karena lebih bangga menjadi kingmaker.
o In, berperan (contributing) karena menjadi obat bagi kehampaan
hidupnya.

38 Konsep PALUGADA STIFIn


Berhubungan dengan cara belajar
o Si, merekam vocab layaknya kamus.
o Se, menandai bacaan supaya bisa diingat.
o Ti, hubungan sebab akibat alias kausalitas agar pemahamannya
kuat.
o Te, struktur agar cara kerja otaknya terskema atau menguasai
tapi dengan cara yang lebih ringan.
o Ii, menangkap konsep semua yang dipelajarinya.
o Ie, perlu konteks dalam ruang pembelajaran.
o Fi, mendengar karena ilmu masuk lewat telinga.
o Fe, berdiskusi karena telinganya saling berinteraksi dengan mu-
lutnya.
o In, merangkum sebab ia selalu membuat kesimpulan.

Untuk masalah minat belajar


o Si, perlu teman belajar karena membutuhkan penantang.
o Se, diberi iming-iming yang menjadi daya tarik konkrit.
o Ti, perlu recognisi karena ia selalu mencari derajat pengakuan
yang lebih tinggi.
o Te, kemenangan karena hidupnya berada dari satu kemenangan
ke kemenangan yang lain;
o Ii, ditantang karena ia selalu merasa bisa berbuat lebih.
o Ie, jangan dibatasi, melainkan diberi ruang gerak.
o Fi, sentuh emosinya agar moodnya terjaga.
o Fe, beri pujian supaya ia berbunga-bunga.
o In, perlu dibimbing penuh ketelatenan tahap demi tahap tanpa
kemarahan

Konsep PALUGADA STIFIn 39


Pilihan pertama dalam karir
o Si, keuangan oleh sebab dia rajin dan teliti.
o Se, ekonomi karena deterministik dan transaksional.
o Ti, ristek oleh karena punya ketajaman mikroskopik.
o Te, birokrat karena memiliki kemampuan prosedural dengan
rentang kendali yang baik.
o Ii, cocok untuk periklanan sebab memiliki kreativitas murni untuk
jadi penentu trend atau trendsetter;
o Ie, kemampuannya membaca situasi dari posisi mata elang atau
ketinggian sehingga cocok untuk wirausaha.
o Fi, mahir berpidato jadi pas untuk jadi politisi.
o Fe, ketertarikannya pada bidang penggemblengan membuat dia
cocok untuk jadi psikolog.
o In, musisi atau seniman karena multi talenta dalam bernyanyi,
bermusik, mencipta lagu, dan performance.

Masalah arah merek


o Si, bermain dalam volume seperti Tung Dasem Waringin.
o Se, jaminan diri atau personalnya seperti Chaerul Tanjung.
o Ti, keahliannya atau expertise seperti Ciputra.
o Te, managerialship seperti Tanri Abeng.
o Ii, kualitas kerja seperti Sri Mulyani.
o Ie, mengejar marjin seperti Sukanto Tanoto.
o Fi, kepemimpinan seperti Ir. Soekarno.
o Fe, membangun tim dan organisasinya seperti Jakob Oetama.
o In, peranannya seperti Jusuf Kalla.

40 Konsep PALUGADA STIFIn


Klu keberhasilan
o Si, mencari panggung supaya produktifitasnya terwadahi dengan
jam terbang yang terus bertambah.
o Se, menemukan ladang supaya proyek musimannya menghasil-
kan profit.
o Ti, mencari tapak supaya tiang-tiang spesialisasi yang menjadi
kepakarannya bisa ditancapkan.
o Te, berorganisasi supaya kemampuan managerialshipnya dapat
dipraktikkan lebih eksis.
o Ii, mencari program supaya idenya bisa berkembang untuk
inkubasi ciptaannya.
o Ie, berbisnis supaya asetnya bisa diputar sebagai latihan mencari
marjin.
o Fi, mencari platform supaya memiliki pengikut dan memperkuat
pengaruhnya.
o Fe, mencari kader supaya kompetensinya bisa diturunkan kepa-
da calon king-king baru.
o In, berperan karena energinya tidak boleh terbuang mubazir
ditelan waktu sekaligus memulti-taskingkan pengabdiannya.

Empat kata kunci


o Si, mengingat, otot, rajin, tergerak (pedagang merupakan con-
toh yang tepat karena memiliki ciri keempat-empatnya).
o Se, mengingat, otot, rajin, tercetak (aktor adalah contoh yang
memiliki ciri keempat-empatnya).
o Ti, menalar, tulang, mandiri, mendalam (perminyakan adalah
contoh yang memiliki ciri keempat-empatnya).
o Te, menalar, tulang, mandiri, meluas (profesi yang memiliki ciri

Konsep PALUGADA STIFIn 41


keempat-empatnya adalah tentara).
o Ii, mengarang, perut panjang, perubahan, murni (sutradara ada-
lah contoh yang memiliki ciri keempat-empatnya).
o Ie, mengarang, perut panjang, perubahan, rakitan (contoh yang
memiliki ciri keempat-empatnya adalah pengusaha).
o Fi, merasakan, pernafasan, memimpin, memerlukan (profesi
yang bisa contoh yang memiliki ciri keempat-empatnya adalah
politisi).
o Fe, merasakan, pernafasan, memimpin, diperlukan (profesi public
speaker adalah contoh yang memiliki ciri keempat-empatnya).
o In, merangkai, reflek, berkorban, otomatis (penggiat nirlaba ada-
lah contoh yang memiliki ciri keempat-empatnya).

42 Konsep PALUGADA STIFIn


Penutup

Materi workshop ini merupakan pegangan


utama bagi trainer, selain juga bagus dimiliki oleh
seluruh promotor.

Jakarta, 02 Agustus 2012

Farid Poniman dan


Rahman Andi Mangussara

Konsep PALUGADA STIFIn 43


Catatan: . ...................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................

44 Konsep PALUGADA STIFIn


Catatan: . ...................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................

Konsep PALUGADA STIFIn 45


Catatan: . ...................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................

46 Konsep PALUGADA STIFIn

Anda mungkin juga menyukai