KONSEP PALUGADA
apa lu mau gua ada
Penulis :
Farid Poniman
Rahman Andi Mangussara
Desain Cover :
Trio Susilo
Penerbit :
STIFIn Institute
Griya STIFIn Lt.2
Jl. Poksai H-3 Bumi Makmur IV,
Pondok Gede, Bekasi. Telp.021-8488350
www.stifin.co.id
Pengantar . ........................................................................................................ i
Daftar Isi . ........................................................................................................... v
BAB I
Sejarah Perjalanan Konsep STIFIn ............................................................ 1
Simpel ................................................................................................................ 2
Akurat ................................................................................................................. 4
Aplikatif . ............................................................................................................ 5
STIFIn bukan Ramalan . ................................................................................ 5
BAB II
STIFIn sebagai Alat Test ............................................................ 7
Tingkat Akurasi Test STIFIn ....................................................... 10
BAB III
STIFIn bukan Sekedar Menambah Satu Lagi . ........................... 13
BAB IV
Mengenal KARAKTER Mesin KECERDASAN ............................. 17
Respon Golongan Darah . ........................................................ 26
Teori Sirkulasi STIFIn ................................................................ 27
Keunggulan
Konsep STIFIn
Sejarah Perkembangan Konsep STIFIn
Sejarah perjalanan konsep STIFIn dimulai tahun 1999 – 13 ta-
hun yang lalu – ketika Farid Poniman bersama partnernya, Indrawan
Nugroho, yang kemudian diikuti oleh Jamil Azzaini mendirikan lem-
baga training Kubik Leadership. Lembaga training tersebut setiap
memulai program trainingnya terlebih dahulu memetakan peserta
training sesuai dengan jenis kecerdasannya. Sebagai konsep, STIFIn
kala itu bisa dibilang masih embrio. Perbaikan konsep dilakukan di
sana-sini seiring dengan berkembangnya penyelenggaraan training
Kubik Leadership. Namun, kala itu, tesis atau hipotesisnya sudah
matang dan kukuh bahwa manusia memiliki kecerdasan genetik.
Berapa persisnya, itulah yang saya sebut terus berkembang.
Pada awalnya, Farid Poniman menggunakan empat kecerdasan
yakni S, T, I, dan F seperti kita bisa baca dalam buku best seller Kubik
Leadership. Pergulatan intelektual dan penyempurnaan terus dilaku-
kan oleh Farid Poniman, sebelum terbitnya buku ke DNA SuksesMulia
yang akhirnya berujung pada penemuan kecerdasan ke lima, yakni
In. Sekarang STIFIn sudah final dengan 5 mesin kecerdasan dan 9
personaliti genetik. Artinya tidak akan ada jenis kecerdasan ke-6 dan
tidak akan ada personaliti genetik yang ke-10.
Simpel
Mulai dari simpel. Kenapa disebut simpel? Penjelasannya seder-
hana karena dari miliaran manusia, oleh STIFIn dikelompokkan hanya
dalam 5 mesin kecerdasan dan 9 personaliti genetik. Kita tidak pusing
dengan pengelompokan manusia dalam banyak kotak, se-perti MBTI
dan socionic yang mengelompokkan dalam 16 kotak. Jika berkaitan
dengan kecerdasan, STIFIn cukup 5 kotak, yaitu:…S,….T,…..I,…..F,…..
In. 5 mesin kecerdasan itu mencakup seluruh jenis kecerdasan yang
ada yang dimiliki manusia di muka bumi ini. Bahkan alien pun, an-
daikan alien itu memang ada, bisa dimasukkan satu diantara 5 mesin
kecerdasan. Kalau dilihat dari bentuk kepalanya, berdasarkan foto
yang beredar yang umum dipercayai sebagai makhluk luar angkasa,
alien lebih menyerupai mesin kecerdasan Intuition.
Masih ada penjelasan lain kenapa konsep STIFIn disebut simpel
karena bersifat multy-angle theory. Artinya, STIFIn dapat dipakai
untuk menjelaskan teori kecerdasan dan personaliti dari disiplin ilmu
yang lain. Seperti konsep otak kiri dan otak kanan (Roger W. Sperry)
atau pembagian neokortek sebagai otak atas dan limbik sebagai
otak bawah (Paul Broca) atau pembagian 6 Hexagonal Holland (John
Holland) juga konsep DISC (Thomas International) atau bahkan teori
lama Hippocrates Galenus dapat dengan mudah dibedah menggu-
nakan STIFIn. Urai-an persamaannya sebagai berikut:
1. Otak kiri dan otak kanan sama dengan S + T dan I + F pada
STIFIn.
2. Neokortek dan limbik sama dengan T + I dan S + F pada STIFIn.
Akurat
Lantas kenapa konsep STIFIn disebut akurat? Semua itu
karena STIFIn menguraikan cara kerja otak berdasarkan sistem
operasinya, bukan kapasitas hardware-nya. Bayangkanlah satu kom-
puter. Ok sudah? Yang dimaksud hardware adalah perangkat keras,
sedangkan sistem operasi adalah yang berfungsi menghubungkan
antara perangkat keras dengan aplikasi, seperti Microsoft Windows,
Linux, Android, dan Macintosh. Nah, IQ itu adalah perangkat keras.
Dengan demikian, mengukur IQ sama dengan mengukur kapasitas
hardware. Makanya jika Anda tidak punya uang untuk melakukan
tes IQ, tidak usah sedih, tinggal cari meteran, lalu ukur lingkar kepala,
meski ini sangat kasar, tetapi kapasitas otak bisa diketahui. Kalau hasil
pengukuran lingkar kepala Anda 60 cm, itu artinya IQ Anda kurang
lebih 110. Mengapa dibilang sangat kasar karena dengan mengukur
lingkar kepala semata-mata mengukur volume sel otak, sedangkan
jumlah sambungan dendrit antar sel otak tidak diperhitungkan.
Berbeda dengan konsep yang lain, STIFIn menggunakan sistem
operasi yang berbicara tentang jenis watak kecerdasan. Tiap jenis
kecerdasan punya wataknya sendiri-sendiri. Jenis watak kecerdasan
itulah yang kemudian disebut sebagai mesin kecerdasan. Jadi, STIFIn
Aplikatif
Lalu kenapa disebut aplikatif? Jawabannya: konsep STIFIn
bercirikan multy-angle field yang kurang lebih artinya, STIFIn dapat
dipakai untuk menjelaskan bidang apa saja. STIFIn dapat diaplikasi-
kan pada bidang learning, profession, parenting, couple, politic, human
resources, dan bidang-bidang lainnya. Kenapa pasangan suami istri
tidak harmonis? Kenapa Pak JK kalah dalam pemilu presiden? Kita
dapat memakai STIFin sebagai pisau untuk membedah dua per-
tanyaan itu. Tidak itu saja. STIFIn sudah menyiapkan modul-modul
training secara tematik dari masing-masing topik tadi. Ketika konsep
lain masih berkutat pada masalah-masalah umum, STIFIn sudah jauh
di depan dengan menyiapkan training untuk masalah spesifik.
STIFIn
Sebagai Alat Test
Setelah menjelaskan konsep, di BAB 2 ini kita akan bicara ten-
tang STIFIn sebagai alat tes. STIFIn sebagai alat tes diturunkan dari
konsep STIFIn. Perlu diperhatikan baik-baik, STIFIn sebagai alat tes
hanya menjawab dua pertanyaan saja, tidak lebih dan tidak kurang:
1. Dimana letak belahan otak dominan?
2. Pada belahan otak yang dominan tersebut dimana lapisan otak
yang dominan?
Setelah dua pertanyaan itu terjawab, terkuaklah jutaan infor-
masi yang bisa dibahas dengan pendekatan berbagai teori tentang
manusia. Hal ini sekadar untuk menunjukkan bahwa hasil tes STIFIn
bukanlah ramalan, apalagi tebak-tebakan. STIFIn jauh dari semua
bid’ah ilmu pengetahuan itu. Meski begitu, para ilmuwan psikolo-
gi arus utama, (harus disebut arus utama karena ada juga sebagian
psikolog yang tidak seperti ini), masih belum bersedia menerima dan
mengakui alat tes di luar yang dipakai selama ini, pencil and paper
dan alat ukur ilmiah lainnya, yang sesungguhnya berkecenderungan
hanya memotret fenotip. Mereka dinilai melanggar kode etik jika
mengakui tes di luar alat test yang dipakai selama ini. Karenanya kita,
STIFIn, ketimbang membuang–buang waktu berdiskusi mengenai
alat tes yang bisa berubah menjadi diskusi warung kopi alias debat
kusir, tinggalkan saja diskusi tentang alat tes, dan ajak para ilmuwan
Mengenal KARAKTER
Mesin KECERDASAN
Setelah mengetahui letak masing-masing mesin kecerdasan
(MK), kini giliran kita akan melihat karakter dari masing-masing MK
tersebut. [Perlu diingat jika berbicara jenis kecerdasan, satuannya intel-
ligences, jadi lengkapnya menjadi Sensing Intelligences, Thinking Intel-
ligences dan seterusnya. Akan halnya satuan Personaliti Genetik (PG)
adalah quotients]
o Sensing memiliki kecerdasan inderawi,
o Thinking memiliki kecerdasan berpikir,
o Intuition memiliki kecerdasan indera ke enam,
o Feeling memiliki kecerdasan perasaan, dan
o Instinct memiliki kecerdasan indera ke tujuh.
Pengaruh DRIVE
pada Mesin Kecerdasan
Kita akan mulai bab 5. ini dengan mengingat kembali teori
strata genetik sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebe-
lumnya. Kita segarkan ingatan dulu ya. Strata genetik menyebutkan
bahwa masing-masing unsur genetik memiliki tingkatan pengaruh
kepada kecerdasan dan kepribadian. Yang terkuat diduduki Mesin
Kecerdasan, tingkat kedua diduduki Drive Kecerdasan, peringkat ke-
tiga adalah Kapasitas Hardware, dan strata terakhir adalah Golongan
Darah.
Sekarang kita akan bahas pengaruh strata kedua yakni Drive
ketika mengemudikan kecerdasan. Drive ada dua: introvert dan
extrovert. Jika hanya disebut introvert dengan lambang i huruf kecil
dan extrovert dengan lambang e huruf kecil yang berdiri sendiri maka
mereka tidak bisa dikategorikan sebagai tret/sifat. Pengemudi (drive)
ini tugasnya menjadi sopir yang menggiring orientasi kecerdasan.
Ketika kecerdasan sudah dikemudikan jadilah mereka bernama per-
sonaliti, misalnya Se, Si, Te, Ti dan seterusnya. MK adalah mobilnya, i
dan e adalah sopirnya. Personaliti ini tidak berubah dari lahir hingga
meninggal dunia dan menjadi fitrah kesejatian seseorang.
Sekarang ini kita juga mengenal Extrovert dan Introvert yang
lambangnya huruf besar, yakni E dan I. Beda dengan exrovert dan
introvert yang lambangnya huruf kecil yang STIFIn pergunakan, yang
Quotient
Giliran kita bahas quotient. Personaliti memakai satuan quo-
tient dan bukan intellegence karena PG bukanlah kecerdasan. Jadi,
kalau setiap PG diberi satuan quotient, akan didapat 9 quotient
sebagai berikut:
o Si sebagai memory quotient (MI menyebut linguistic verbal intel-
ligence),
o Se sebagai physical quotient (MI menyebut kinesthetic intelli-
gence),
o Ti sebagai technical quotient (pada MI tidak ada),
o Te sebagai logical quotient (MI disebut logic-mathematic intel-
ligence),
o Ii sebagai creativity quotient (pada MI tidak ada),