Anda di halaman 1dari 19

TUGAS

“ Kerangka Konsep Asuhan Kebidanan Balita ”

Oleh :
LINDA PURWANINGSIH
135070601111011/38
PSKB A 2013

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

KERANGKA KONSEP
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA
1. PENGKAJIAN
a. Data Subyektif
a. Identitas Bayi
 Nama : Penting ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama
dengan klien lain (Marmi,2014).
 Tanggal lahir bayi
Sebagai data dasar menentukan usia anak (Marmi,2014) .
 Usia
Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh karena itu pada
masa itu, anak mudah sakit dan mudah kurang gizi . disamping itu
masa balita merupakan dasar pembentukan kepribadian anak
sehingga memerlukan perhatian khusus (Soetijiningsih, 1998)
 Jenis Kelamin Bayi
Untuk mempermudah dalam memberikan asuhan.
 Anak ke
Posisi anak sebagai anak tunggal, anak sulung, anak tengah, atau
anak bungsu akan mempengaruhi pola perkembangan anak
tersebutdiasuh dan di didik dalam keluarga (Marmi,2014).
b. Identitas Orangtua
 Nama
Meliputi nama ayah dan ibu. Pengkajian ini bertujuan agar tidak
terjadi kekeliruan bila ada kesamaan nama dengan klien lain
(Marmi,2014).
 Usia
Berhubungan dengan kesiapan fisik maupun kesiapan psikis sebagai
orangtua. Usia orang tua berpengaruh pada tumbuh kembang anak
(Maryunani, 2010).
 Suku / Bangsa
Ras dan suku bangsa juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak (Marmi,2014).
 Pendidikan Orang Tua
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam
tumbuh kembang seorang anak . karena dengan pendidikan yang
baik orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama
tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga
kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya (Soetijiningsih
1998)
 Pekerjaan Orang Tua
Pekerjaan orang tua berhubungan dengan status sosial dan
pendapatan keluarga tersebut, dimana pendapatan orang tua yang
memadahi akan dapat menunjang tumbuh kembang anak karena
orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang
primer mauun skunder (Soetjiningsih, 1998)
 Alamat Klien
Untuk menegaskan identitas klien sehingga agar tidak sama seperti
pasien lainnya serta untuk mengetahui bagaimana lngkungan tempat
tinggalnya, yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak
(Marmi,2014)
c. Alasan Datang
Alasan datang dikaji untuk mengetahui alasan orang tua/ perawat
memeriksakan bayinya. Berisi keterangan bayi merupakan pasien
rujukan atau tidak. Apabila rujukan, dirujuk oleh siapa dan diterima
oleh siapa, dan penanganan yang telah diberikan apa (Nursalam,
2003).
d. Keluhan Utama
Keluhan utama sebagai gambaran keluhan yang sedang dialami oleh
bayi atau balita menurut keterangan dari orang tua dan atau perawat
bayi sehingga dapat memudahkan tenaga kesehatan dalam
memberikan asuhan.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada atau tidaknya anggota keluarga yang memiliki penyakit menular
menurun ataupun menahun seperti jantung, asma, DM, hipertensi dan
lain-lain. Tujuannnya untuk mengetahui penyakit menular atau
menurun yang bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak.
f. Riwayat Kesehatan Anak
 Riwayat Kesehatan saat ini
Riwayat kesehatan saat ini penting untuk diketahui, untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan yang nantinya dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan.
 Riwayat kesehatan Masa lalu
Riwayat Pranatal→ Kondisi lingkungan yang mempengaruhi
fetus saat janin masih masih dalam kandungan, jika ibu merokok,
selalu stress, infeksi (TORCH), gangguan imunitas pada ibu atau
asupan gizi janin kurang akan menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan anak , khususnya pada tahun-tahun pertama
kehidupan. Selain itu paparan Radiasi pada saan kehamilan juga
dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak janin (Marmi,
2014).
Riwayat Perinatal → merupakan faktor yang penting untuk
mengetahui perkembangan anak yaitu menyangkut faktor resiko
untuk terjadinya gangguan perkembangan fisik contohnya Usia
gestasi saat bayi dilahirkan, dan keadaan bayi saat dilahirkan
(Soetjiningsih, 1998)
g. Riwayat yang pernah diderita
Anak yang menderita penyakit kronis akan mengalami gangguan pada
tumbuh kembang dan pendidikannya, di samping itu anak juga dapat
mengalami stress yang berkepanjangan akibat dari penyakitnya
(Soetjiningsih, 1998). Penyakit kronis seperti glomerulonefritis
kronik, tuberkulosis paru dan penyakit seliak dapat mengakibatkan
retardasi pertumbuhan jasmani (Maryunani, 2010)
h. Riwayat Imunisasi
Dengan memberikan imunisasi, maka diharapkan anak terhindar dari
penyakit-penyakit yang sering menyebabkan cacat atau kematian.
Imunisasi memegang peranan penting dari kepekaan terhadap
penyakit. Jadwal imunisasi dasar yang dianjurkan okeh pemerintah
adalah sebagai berikut:

i. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari


 Nutrisi
Nutrisi merupakan salah satu komponen yang penting dalam
menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan
perkembangan. Terdapat kebutuhan zat gizi yang yang diperlukan
seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air.
Apabila kebutuhan tersebut tidak atau kurang terpenuhi maka dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan seorang anak.
Asupan nutrisi yang berlebih juga berdampak buruk bagi kesehatan
anak, yaitu penumpukan kadar lemak yang berlebihan dalam sel
atau jaringan bahkan pada pembuluh darah (Marmi, 2014)
 Eliminasi
Frekuensi defekasi berkurang dengan bertambahnya usia. Pada
minggu pertama setelah bayi dilahirkan, bayi defekasi rata-rata
4x/hari. Dan 1, 2 x/hari rata-rata pada umur 4 tahun. Pada umur 3
tahun pertama 97%anak paling sedikit defekasi 1 kali setiap 2 hari,
sedangkan sesudah umur 3 tahun 95%anak defekasi paling sedikit
1 kali setiap 2 hari (Maryunani, 2010).
 Personal Hygient
Pada pola personal hygien perlu ditanyakan tentang berapa kali
anak mandi, gosok gigi (balita yang sudah tumbuh gigi), keramas
dan memotong kuku.
 Istirahat dan Tidur
Pola tidur sangat bervariasi pada masa bayi, umumnya bayi yang
aktif tidur lebih sedikit dari pada bayi yang tenang. Umumnya pada
usia 3-4 bulan bayi sudah mengembangkan pola tidur pada malam
hari sekurang-kurangnya 9-11 jam. Total secara keseluruhan tidur
bayi adalah lebih dari 15 jam. Sedangkan tidur pada balita secara
keselurhan mengalami penurunan waktu namun hanya sedikit saja,
kira-kira 12 jam kebanyakan anak tidur siang 1 kali sehari. Pada
akhir tahun ke dua dan ketiga anak sudah mulai meningalkan
kebiasaan tidur siang (Maryunani, 2010)
 Olahraga dan aktivitas fisik
Olahraga dan aktivitas fisik yang teratur akan meningkatkan
sirkulasi darah sehingga meningkatkan suplai oksigen ke seluruh
tubuh, meningkatkan aktivitas fisik akan menstimulasi
perkembangan otot dan jaringan sel (Marmi, 2014).

b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
a. Pemeriksaan Nadi
Dalam melakukan pemeriksaan nadi, sebaiknya dilakukan dalam
keadaan anak tidur atau istirahat dan dapat dilakukan dengan
pemeriksaan denyut jantung. Tempat yang paling mudah diukur
adalah nadi radial pada anak dua tahun dan nadi apikal pada bayi
lebih dapat signifikan. Nadi dihitung dalam 1 menit penuh, karena
sering kali irama tidak teratur. Jika mengukur pada bagian apeks,
gunakan waktu yang lebih pendek untuk keakuratan, hitung saat
anak tidur, catat perilaku anak saat dilakukan pengukuran.
Bandingkan nadi radial dengan nadi femoral selama masa anak-
anak untuk mengetahui adanya penurunan sirkulasi (Maryunani,
2010)
b. Pemeriksaan Suhu
Pemeriksaan Suhu Balita dapat dilakukan dengan menggunakan
termometer oral, rektaal atau aksila. Suhu normal tubuh antara
lain adalah sebagai berikut:
Usia Suhu
3 bulan 37,5
1 tahun 37.2
3 tahun 37.2
5 tahun 37.5

c. Pemeriksaan Nafas
Pengukuran pernafasan pada anak sama dengan cara sama seperti
pengukuran pernafasan pada orang dewasa. Tetapi pada bayi, amati
gerakan abdomen, jika gerakan teratur, hitung selama ! menit
untuk keakuratan. Pengukuran pernafasan pada anak kecil yang
paling dapat dipercaya yaitu frekuensi pada waktu tidur. Frekuensi
anak meninggi pada anak dengan distress nafas, infeksi berat, dan
berhubungan dengan metabolisme. Frekuensi pernafasan pada anak
adalah sebagai berikut:
1. Pada bayi baru lahir, frekuensinya 30-50x/mnt
2. Anak umur 6 tahun, frekuensinya 20x/mnt
3. Pubertas-dewasa, frekuensinya 18-20x/mnt (Mariyunani, 2010)
d. Pemeriksaan Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah merupakan tindakan non invansif yang
seharusnya dilakukan pada anak usia 3 tahun sampai dewasa, anak
yang masuk ruang gawat darurat dan ICU dan bayi dengan resiko
tinggi, dan biasanya dilakukan sesudah pemeriksaan-pemeriksaan
lainya (Mariyunani, 2010)
2. Pemeriksaan Antropometri
a. Berat Badan
 Untuk menilai hasil peningkatan dan penurunan semua
jaringan yang ada pada tubuh (tulang, otot, lemak, cairan
tubuh)sehingga akan dapat diketahui status gizi anak atau
tumbuh kembang anak (Marmi, 2014).
 Berat badan lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan
kembali pada hari ke-10. Berat badan menjadi 2 kali berat
badan waktu lahir pada bayi umur 5 bulan, menjadi 3 kali
berat badan lahir pada umur 1 tahun, dan menjadi 4 kali
Berat Badan lahir pada umur 2 tahun. Rata-rata pada masa
prasekolah kenaikan berat badan 2 kg/tahun (Soetjiningsih,
1998)
b. Tinggi Badan
 Tinggi badan dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan
pertumbuhan, yaitu dengan mengukur panjang (tinggi)
badan secara periodik, kemudian dihubungkan menjadi
sebuah garis pada kurva pertumbuhan tertentu
(Soejadmiko, 2001).
 Pengukuran tinggi badan untuk menilai status perbaikan
gizi disamping faktor genetik. (Marmi, 2014)
 Pada keadaan normal, tinggi duduk sekitar 70% total tinggi
badan saat lahir, 60% pada usia 2 tahundan sekitar 52%
pada usia 10 tahun (Maryunani, 2010)
 Gangguan pertumbuhan tinggi badan dapat diakibatkan oleh
penyebab primer dan sekunder. Penyebab primer antara lain
kelainan pertumbuhan tulang (osteo-kondroplasia,
osteogenesis imperfekta), kelainan kromosom (sindrom
Turner, Down, dan lain-lain), kelainan metabolik
(mukopolisakaridosis, muko-lipidosis), dan faktor
keturunan (genetik, familial). Gangguan pertumbuhan
akibat penyebab primer umumnya sulit diperbaiki
(Soejadmiko,2001)
 Penyebab sekunder antara lain retardasi per-tumbuhan intra
uterin, malnutrisi kronik,penyakit-penyakit kronik (infeksi,
kelainan jantung, paru, saluran cerna, hati, ginjal, darah dan
lain-lain), kelainan endokrin (defisiensi GH, IGF-1,
hipotiroidisme, kelebihan glukokortikoid, diabetes melitus,
diabetes insipidus, rickets hipo-postamemia) dan kelainan
psikososial (sindrom deprivasi emosional).
 Ada perawakan pendek pada anak yang akhirnya pada masa
dewasa dapat mencapai tinggi normal (dalam rentang mid-
parental height), disebut lambat tumbuh konstistusional
akibat keterlambatan maturasi (usia)tulang lebih dari 2
tahun
c. Lingkar Lengan Atas
 Dapat digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot,
tetapi penilaian ini banyak berpengaruh pada keadaan
jaringan tubuh apabila dibanding dengan BB. Penilaian ini
juga dapat dipakai untuk menilai status gizi pada anak
prasekolah (Marmi, 2014).
d. Lingkar Kepala
 Dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan otak (Marmi,
2014)
 Apabila pertumbuhan otak kecil maka menunjukan adanya
retardasi mental, sebaliknya apabila otaknya besar terjadi
akibat penyumbatan pada cairan serebrospinal (Marmi,
2014)
 Lingkar kepala waktu lahir rata-rata 34cm dan besarnya
lingkar kepala ini lebih besar dari lingkar dada. Pada umur
6 bulan lingkar kepala rata-rata adalah 44 cm, umur 1 tahun
47cm, 2 tahun 49cm dan dewasa 54cm (Soetjiningsih,
1998)
 Masa pertumbuhan jaringan otak adalah rawan, setiap
gangguan pada masa itu akan mengakibatkan gangguan
pada jumlah sel otak dan mielenisasi yang tak bisa dikejar
pada masa pertumbuhan selanjutnya (
Soetjiningsih, 1999)
e. Gigi
 Gigi pertama tumbuh pada umur 5-9 bulan, pada umur 1
tahun sebagian besar anak memiliki 6-8 gigi susu. Selama
tahun kedua gigi tumbuh lagi 8 biji, sehingga jumlah
seluruhnya sekitar 14-16 gigi, dan pada umur 2 ½ tahun
sudah terdapat 20 gigi susu (Soetjiningsih, 1998)
3. Pemeriksaan fisik
 Kepala : Perhatikan ukuran, bentuk dan simetri kepala.
Mikrosefali (lingkar kepala lebih kecil dari persentil 3) mempunyai
korelasi kuat dengan gangguan per-kembangan kognitif, sedangkan
mikrosefali progresif berkaitan dengan degenerasi SSP. Makrosefali
(lingkar kepala lebih besar dari persentil 97) dapat disebabkan oleh
hidrosefalus neurofibromatosis dan lain-lain. Bentuk kepala yang
‘aneh’ sering berkaitan dengan sindrom dengan gangguan tumbuh
kembang. Ubun-ubun besar biasanya menutup sebelum 18 bulan
(selambat-lambatnya 29 bulan). Keterlambatan menutup dapat
disebabkan oleh hipotiroidi dan peninggian tekanan intrakranial
(hidresefalus, perdarahan subdural atau pseudotumor serebri)
(Soedjatmiko, 2001)
 Rambut : pemeriksaan rambut meliputi warna, tekstur, kualitas,
distribusi dan elastisitas. Pemeriksaan dilakukan terutama pada anak
dengan penyakit kwasiorkor yang nampak merah, tipis, mudah
dicabuttanpa kesakitan. Sedangkan pada anak albinisme rambut
tampak bercak-bercak putih (Maryunani, 2010)
 Muka/ Wajah : adanya bengkak tampak dan dapat dipalpasi di
anterior lobus telinga di atas sudut rahang merupakan karakteristik
pembengkakan kelenjar parotis. Adanya paralisis pada wajah, dapat
terlihat saat anak menangis atau tertawa sehingga akan terlihat
asimetris pada wajah (Mariyunani, 2010)
 Mata : pemeriksaan pada mata dilakukan dengan inspeksi mulai dari
bentuknya, kesimetrisannya, ukuran, warna konjungtiva dan sklera.
Bila sklera tampak kuning mengindikasikan terjadinya jaundis,
sedangkan tanda hitam pada sklera pada orang-orang kelebihan
pigmen adalah normal dan tidak mengindikasikan adanya ptekie atau
adanya benda asing dalam tubuh (Maryunani, 2010).
 Mulut : dilakukan penilaian pada warna mulut (bercak putih, atau
ulserasi, perdarahan dan sensitifitas), stomatitis, pembengkakan pada
tonsil, serta pada gigi, yaitu ada tidaknya caries, catat adanya bau
yang merupakan ciri kebersihan gigi kurang, penyakit gusi,
konstipasi kronik, dehidrasi, malnutrisi, atau penyakit sistemik.
Selain itu juga perlu untuk dilakukan pemeriksaan pada lidah,
(Maryunani, 2010)
 Telinga : dilakukan penilaian pada kesimetrisan bentuk telinga,
kebersihan, adanya serumen, pengeluaran cairan yang berbau yang
merupakan tanda-tanda terjadinya infeksi pada telinga (Maryunani,
2010).
 Leher : dilakukan penilaian , pergerakan, ukuran dan struktur
leher dan apakah ada bendungan pada vena jugularis atau tidak,
pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe. Adanya
pembengkakan/ edema pada leher bisa merupan indikasi kadang-
kadang adanya difteri, infeksi setempat misalnya anses, infeksi
mulut, parotitis epidemika, edema yang berat (generalisata/anasarka)
sedangkan adanya pembengkakan pada vena jugularis bisa
merupakan indikasi kesulitan bernafas seperti asma, atau cystic
fibrosis, anak-anak yang baru berolahraga, insufisiensi aorta
(Maryunani, 2010)
 Dada : dilakukan penilainan pada dinding dada yaitu adanya
retraksi dinding dada atau tidak, pernafasanya dan gerakanya.
 Abdomen : dilakukan penilaian apakah ada pembesaran
abdomen, peristaltik usus dan melihat adanya massa
 Ekstrimitas : dilakukan penilaian pada kesimetrisannya terhadap
panjang dan lebar, kebersihan kuku, sianosis, temperatur kaki dan
tangan, biasanya suhu kaki lebih rendah menunjukan penurunan
sirkulasi darah. Kaji adanya trauma pada tulang anak yang
mengalami fraktur, seperti adanya nyeri, parestesis, pucat, paralisis,
kaji adanya krepitasi dan bentuk tulang (Maryunani, 2010).
 Genetalia : pada anak laki-laki : perhatikan ukuran, bentuk penis,
testis, serta adanya kelainan seperti hipospadia, epispadia, fimosis,
dan adanya peradangan pada testis dan skrotum. Pada dasarnya yang
harus dikaji pada genetalia eksterna anak laki-laki adalah gland
penis, tangkal penis, prepusium, lubang uretra dan skrotum.
Pada anak perempuan : perlu diperhatikan beberapa hal seperti
episodia, tanda-tanda seks skunder seperti pertumbuhan rambut,
payudara atau keluarnya cairan dari vagina (Maryunani, 2010).
4. Pemeriksaan Perkembangan
Skrining perkembangan menurut Soejadmiko, 2001 dapat dilakukan
dengan beberapa cara dibawah ini antara lain adalah:
a. Skrining perkembangan DENVER II (DDST)
Skrining perkembangan yang banyak digunakan oleh profesi
kesehatan adalah Denver II,antara lain karena mempunyai rentang
usia yang cukup lebar (mulai bayi baru lahir sampai umur 6 tahun),
mencakup semua aspek perkembangan dengan realiability cukup
tinggi (interrates reability = 0.99, test-retest reability = 0.90).
Metode ini untuk mendeteksi 4 aspek perkembangan ant Menurut
Soetjiningsih (1995) terdapat empat parameter dalam pemeriksaan
DDST, antara lain:
1. Personal social (kepribadian/tingkah laku sosial). Aspek yang
berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan
berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus). Aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak mengenali sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu saja
yang butuh koordinasi cermat. Misalkan menggambar,
memegang sesuatu, dll.
3. Language (bahasa) adalah kemampuan memberikan respon
terhadap suara, mengikuti perintah, dan bicara spontan.
4. Gross motor (motorik kasar) adalah aspek yang berhubungan
dengan gerakan dan sikap tubuh.
Interpretasi Penilaian Denver :
 Advanced atau lebih
Anak dapat melaksanakan tugas pada item di sebelah kanan garis
umur
 Normal
Anak gagal atau menolak tugas pada item di sebelah kanan garis
umur Anak lulus, gagal, atau menolak tugas dimana garis umur
berada di antara 25%-75%
 Caution atau peringatan
Anak gagal atau menolak tugas pada item dimana garis umur
berada diantara 75%-90%
 Delayed atau keterlambatan
Anak gagal atau menolak tugas pada item yang berada di sebelah
kiri garis umur
 No opportumity atau tidak ada kesempatan
Anak mengalami hambatan anak anak tidak ada kesempatan untuk
melakukan uji coba hambatan atau Orang tua melaporkan bahwa
anak mengalami hambatan
Penilaian Denver
b. P (pass) : lulus (anak mampu melakukan tugas perkembangan yang
diberikan pemeriksa)
c. F (fail) : gagal (anak belum mampu atau gagal dalam melakukan
tugas perkembangan yang diberikan pemeriksa)
d. No (no opportunity) : tidak ada kesempatan (misal anak dalam
keadaan sakit, cacat sehingga tidak ada kesempatan untuk
melakukan tugas perkembangan yang diberikasn pemeriksa)
e. R (refusal) : menolak (anak menolak untuk melakukan tugas
perkembangan yang diberikan pemeriksa, biasanya dipenagruhi oleh
faktor sesaat yaitu anak sakit, lelah, takut) (Saputra, 2014).
Penilaian Hasil Tes Keseluruhan Denver :
 Normal: Tidak ada delayeddan paling banyak 1 caution. Lakukan
pemeriksaan ulangan pada kunjungan berikutnya
 Suspect: Terdapat 2 atau lebih caution dan/atau 1 atau lebih
delayed. Lakukan pemeriksaan ulangan dalam 1-2 minggu
berikutnya untuk menghilangan factor sesaat, misalnya rasa takut,
keadaan sakit atau kelelahan
 Unstateable atau tidak dapat diuji: apabila ada skor menolak pada 1
item tes atau lebih di sebelah kiri garis umur, Anak menolak pada
lebih dari 1 item yang ditembus garis umur pada daerah 75%-90%
Lakukan pemeriksaan ulangan dalam 1-2 minggu berikutnya
(Saputra, 2014).
b. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Kuesioner ini untuk skrining pendahuluan bayi umur 3 bulan sampai
anak umur 6 tahun yang dilakukan oleh orangtua. Setiap umur tertentu
ada 10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan anak, yang
harus diisi (atau dijawab) oleh orangtua dengan ya atau tidak,
sehingga hanya membutuhkan waktu 10-15 menit. Interpretasi hasil
KPSP adalah sebagai berikut :
 Jumlah jawaban Ya : 9 atau 10, maka perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya (S)
 Jawaban Ya : 7 atau 8, maka dikatakan meragukan (M)
 Jawaban Ya : 6 atau kurang, maka dikatakan penyimpangan (P)
(Marmi, 2014)
2. DIAGNOSA
Dx: Balita sehat/sakit/masalah umur ….., status gizi baik, tumbuh
kembang anak normal
 Bayi Sehat : Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, selain
bebas dari penyakit tetapi juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik
fisik, sosial dan mental.
 Bayi Sakit : bayi dikatakan sakit apabila memiliki keluhan atau
masalah sebagai berikut:
Penyakit infeksi (Bakteri: Difteri, Tetanus, TBC, typus, Virus:
DBD, Campak, Influenza, canpak Jamur, Parasit: Malaria,
cacingan ), diare, Anemia, dan Pneumonia
 Bayi dengan Masalah
Kelainan dan masalah yang mungkin muncul berhubungan dengan
tumbuh kembang adalah sebagai berikut:
1. Gagal tumbuh (fail to thrive)
2. Gangguan makan (balita Sulit Makan, pika regurgitasi,
anoreksia nervosa)
3. Gangguan tidur
4. Enuresis fungsional (pengeluaran urin tak terkontrol akibat
kegagalan melakukan toilet training)
5. Gagap, mutisme efektif (gangguan bicara, menolak bicara pada
situasi sosial)
6. Gangguan perkembangan spesifik (membaca, menulis,
berhitung, berbahasa, artikulasi, gangguan perkembangan
motorik spesifik)
7. Gangguan pemusatan perhatian (kurang konsentrasi dan
hiperaktif ekspulsif)
8. Penganiyayaan dan pengabaian anak yang dapat menimbulkan
sakit (Saputra, 2014).
9. Risiko cedera/bahaya pada anak saat tumbuh kembangnya
(Tersedak, tengelam, luka terpotong berdarah hebat, terbakar,
lecet, kejang, terbentur di kepala, kemasukan benda asing di
mata, dan mimisan)
10. Perencanaan
 Bayi Sehat
Tujuan : Setelah diberikan asuhan diharapkan orang tua lebih
memahami tentang tumbuh kembang anaknya
Kriteria hasil : Tumbuh kembang bayi optimal sesuai dengan
usianya.
Intevensi
1. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan!
R/ dengan mengetahui hasil pemeriksaan orang tua menjadi
lebih tenang dan tidak khawatir
2. Jelaskan pada ibu tentang kebutuhan dasar anak!
R/ dengan kebutuhan dasar anak yang terpenuhi seperti nutrisi,
kasih sayang, pendidikan dll, tumbuh kembang anak menjadi
optimal.
3. Jelaskan pada ibu untuk menstimulasi perkembangan anaknya
sesuai dengan usianya!
R/ dengan melakukan stimulasi perkembangan anak sesuai
dengan usianya membantu anak untuk mencapai tugas
perkembangan di usia selanjutnya.
4. Ajarkan pada orang tua cara memilih alat permainan yang sesuai
dengan usia anak!
R/ dengan mengajarkan orang tua cara pemilihan mainan sesuai
dengan usianya anak tidak kesulitan dalam memainkan mainan
yang dia miliki dan mainan tersebut dapat digunakan sebagai
media untuk stimulasi tumbuh kembangnya.
5. Berikan motivasi pada ibu untuk selalu rutin memeriksakan
tumbuh kembang anaknya!
R/ pemeriksaan tumbuh kembang anak secara rutin dapat
digunakan untuk skrining deteksi dini penyimpangan tumbuh
kembang
 Bayi dengan Masalah
a. Anak Sulit Makan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan nafsu makan anak
menjadi bertambah dan tumbuh kembang anak menjadi optimal
Kriteria hasil : BB anak bertambah,
Intervensi
1. Jelaskan pada orang tua tentang cara membuat makanan
yang menarik untuk anak!
2. Sarankan pada ibu jangan memaksa anak untuk makan!
3. Sarankan orang tua untuk melibatkan anak dalam memilih
makanan yang diinginkannya sendiri!
4. Sarankan orang tua untuk meningkatkan aktivitas anak!
5. Sarankan orang tua untuk menawarkan makanan yang baru
ketika sanak sesdang lapar!
b. Masalah atau kegagalan toilet training
Tujuan : Setelah diberikan Asuhan anak orang tua dapat
melatih anak untuk melakukan toilet training.
Kriteria hasil: Anak dapat melakukan toile training
Intervensi :
1. Sarankan pada orang tua untuk mulai membiasakan anak
duduk di toilet atau pispot secara teratur!
2. Sarankan pada orang tua untuk tidak memaksa anak jika
anak tidak mau!
3. Sarankan pada orang tua untuk memberi anak pakaian yang
mudah dilepas!
4. Sarankan pada orang tua untuk segera membimbing anak di
toilet setiap anak ingin BAK!
5. Sarankan orang tua untuk tidak meningalkan anak saat
melakukan toilet training!
6. Sarankan orang tua untuk mengajarkan anank menganti
celananya sendiri!
c. Resiko cedera/bahaya pada anak dalam tumbuh kembangnya
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan diharapka anak tidak
mengalami cedera pada saat tumbuh kembangnya.
Kriteria hasil : anak tidak mengalami cedera setiap melewati
tahapan tumbuh kembangnya.
Intervensi
1. Sarankan pada orang tua untuk selalu mengawasi anaknya
saat bermain!
2. Sarankan orang tua untuk menjauhkan benda-benda yang
berbahaya dari tempat anaknya bermain!
3. Sarankan pada orang tua untuk memilihkan jenis mainan
yang anan untuk anaknya!
4. Sarankan pada orang tua untuk mengajak anaknya
bernmain di tempat yang aman!
d. Pengabaian atau penelantaran anak
Tujuan : Setelah diberikan asuhan orang tua dapat
menyayangi dan merawat anaknya dengan kasih sayang.
Kriteria hasil : tumbuh kembang anak optimal dan tak
merasa sendiri
Intervensi
1. Berikan dukungan psikososial pada orang tua!
2. Berikan pendidikan pada orang tua cara pengasuhan anak
yang baik!

Daftar Pustaka
Marmi & Rahardjo. 2014. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Jakarta: Pustaka Pelajar
Maryunani .2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: CV.
Trans Info Media
Saputra, Lyndon. 2014. Catatan Ringkas Asuhan Neonatus, Bayi, dan
Balita. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.
Soedjatmiko. 2001. Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita: Sari
Pediatri. 3,(3),175-188.

Anda mungkin juga menyukai