Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua mahluk hidup terdiri atas unit yang disebut sel. Jelasnya sel merupakan unit
struktural terkecil yang melaksanakan proses yang berkaitan dengan kehidupan, misalnya
mampu mengambil nutrisi, tumbuh dan berkembangbiak, bereaksi terhadap rangsangan, dan
sebagainya. Awal kehidupan Mamalia bertitik tolak dari embrio berbentuk sel telur yang telah
dibuahi oleh spermatozoa yang disebut zigot. Zigot segera berkembang melalui serangkaian
pembelahan pola mitosis sesuai dengan tahap perkembangan embrio yang disebut
embriogenesis.
Selanjutnya embrio menumbuhkan kelompok sel khusus yang berbeda satu dengan yang
lain. Kelompok sel khusus embrio, dalam proses membentuk jaringan, terlepas satu dari yang
lain dengan terbentuknya bahan antar sel. Proses pembentukan jaringan dalam embriologi
disebut “histogenesis‟ yang mendasari pembentukan organ-organ tubuh (organogenesis). Jadi
jaringan adalah kumpulan dari sel-sel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya
yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Meskipun sangat komplek tubuh Mamalia
hanya tersusun oleh 4 jenis jaringan yaitu jaringan epitel, penyambung/pengikat, otot, dan saraf.
Dalam tubuh jaringan ini tidak terdapat dalam satuan-satuan yang tersendiri tetapi saling
bersambungan satu dengan yang lain dalam perbandingan yang berbeda-beda menyusun suatu
organ dan sistema tubuh.
Jaringan dasar adalah jaringan yang mendasari terbentuknya organ tubuh yang fungsional.
Pengertian jaringan dalam hal ini mencakup sel-sel serta bahan antar sel yang dihasilkannya,
maka pengetahuan tentang struktur serta aktivitas sel merupakan dasar dari histologi.
Dalam kehidupan, ada beberapa bagian yang dapat membantu antara organ satu dengan
organ lainnya, contohnya saja otot. Otot dapat melekat di tulang yang berfungsi untuk bergerak
aktif. Selain itu otot merupakan jaringan pada tubuh hewan yang bercirikan mampu berkontraksi,
aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem saraf.
Jaringan otot menyusun 40% hingga 50% berat total tubuh manusia dan tersusun atas
serabut-serabut otot. 4 ciri jaringan otot antara lain: iritabilitas (peka terhadap rangsang),
kontraktil (mampu memendek dan menebal), relaksasi (mampu memanjang, dan elastisitas atau
mampu kembali ke bentuk semula setelah kontraksi atau relaksasi. Melalui gerak kontraksinya,
otot melakukan 3 fungsi yaitu gerak, mempertahankan bentuk dan produksi panas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan jaringan otot?
2. Apa sajakah jenis-jenis jaringan otot?
3. Mengapa otot diperlukan bagi tubuh makhluk hidup yang bergerak?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Jaringan Otot


Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan jalan
kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. (Subowo, 2002). Otot sebagai jaringan dibina atas
sel-sel otot yang berfungsi untuk pergerakan suatu alat atau bagian tubuh (Yatim, 1990).
Dengan kemampuan otot dalam berkontraksi, ia mengemban 3 fungsi utama yaitu
melaksanakan gerakan, memelihara postur dan memproduksi panas. Gerakan yang di hasilkan
oleh otot pada dasarnya ada 2, yaitu gerakan tubuh yang mudah di amati dan gerakan tubuh yang
tidak mudah di amati. Gerakan tubuh yang mudah di amati meliputi gerak perpindahan tempat
(misalnya berjalan, berlari) dan gerakan bagian tubuh tertentu (misalnya menggelengkan kepala,
melambaikan tangan), sedangkan gerakan yang tidak mudah diamati adalah gerakan organ-organ
dalam tubuh, misalnya gerak peristaltic alat-alat pencernaan, denyut jantung, mengembang dan
menyempitnya pembuluh darah, gerakan pengosongan kantung kencing. Fungsi kedua dari otot
adalah menjaga postur tubuh, kontraksi dan relaksasi otot-otot rangka menjaga tubuh dalam
posisi tetap tegak pada saat berdiri maupun duduk. Fungsi ketiga adalah menghasilkan panas,
kontraksi otot dapat menghasilkan panas untuk memelihara suhu tubuh, contoh pada saat
kedinginan, otot menggigil untuk menghasilkan panas (Soewolo, 2003).

2.2 Struktur Otot


Otot dalam tubuh terhimpun dalam sutau sistem: Sistem Pergerakan. Otot sebagian terbesar
menyelaputi rangka dan tersusun teratur di bawah kulit. Jika diamati otot pangkal lengan atas
orang, tampaklah bahwa otot itu tersusun atas beberapa gumpalan. Gumpalan itu bekerja
antagonis (timbal-balik): jika satu gumpalan mengerut, gumpalan lain mengendur. Gumpalan
terdiri dari beberapa berkas otot, yang disebut fasciculus. Tiap berkas dibina atas banyak serat
otot. Satu serat otot adalah 1 sel otot, yang bentuknya kecil panjang seperti serat tumbuhan
(Yatim, 1990)
Setiap jaringan otot disarafi oleh beberapa saraf motor. Setiap serabut saraf motor tunggal
akan bercabang-cabang menjadi kurang lebih 100 cabang kecil-kecil. Masing-masing cabang
kecil ini akan berakhir pada satu sel otot. Ujung saraf yang melekat pada sel otot ini. Ujung saraf
yang melekat pada sel otot ini dikenal dengan nama motor end plate atau myoneural junction.
Jadi satu serabut saraf motor akan mensarafi kurang lebih 100 sel otot. Satu serabut saraf motor
tunggal, bersama-sama dengan sel-sel otot yang disarafi disebut unit motor (Soewolo, 2003).
Serat otot memiliki komponen seperti sel pada umumnya: plasmalemma, inti, sitoplasma,
dan organel. Plasmalemma disebut sarkolemma, sitoplasma disebut sarkoplasma. Organelnya
yang penting ialah retikulum endoplasma, mitokondria, dan serabut intraseluler. Retikulum
endoplasma disebut retikulum sarkoplasma. Retikulum sarkoplasma bercabang halus dan
bersusun membentuk jalinan yang teratur sekeliling serabut intraseluler. Mitokondria, sesuai
dengan fungsinya sebagai pembangkit energi, banyak sekali terkandung dalam serat otot. Serabut
intraseluler otot disebut miofibril. Miofibril puluhan hingga ratusan banyaknya dalam 1 serat
otot. Setiap miofibril dibina atas puluhan mikrofilamen. Mikrofilamen otot ialah aktin dan
miosin, yang bersusun berjejer dan berdempet (Yatim, 1990).

2.3 Jenis Otot


Pada Mammalia ada 3 macam otot, yaitu otot polos, otot lurik, serta otot jantung (Yatim,
1990).
2.3.1 Otot Polos

Sel otot polos bila dilihat di bawah mikroskop cahaya tidak menunjukkan adanya garis-
garis melintang. Otot polos pada Vertebrata termasuk manusia dapat dijumpai pada dinding dan
organ-organ dalam dan pembuluh darah: saluran pencernaan makanan, uterus, kandung kencing,
ureter, arteri, arteriol, dan sebagainya. Di samping itu otot polos dapat dijumpai pada iris mata
dan otot penggerak rambut (Soewolo, 2003).
Jaringan otot polos merupakan otot yang terletak pada saluran alat-alat di dalam tubuh
manusia seperti manusia seperti yang terdapat pada saluran pencernaan, dinding pembuluh
darah, dinding pembuluh darah, dinding rahim, saluran pernapasan, dan saluran kelamin. Otot
polos dapat disebut juga sebagai otot tak sadar karena cara bekerjanya di luar kesadaran manusia,
tanpa harus diperintah otak (Ambardini, 2012).
Cara kerja otot dipengaruhi oleh saraf autonom, yaitu saraf simpatetik dan saraf
parasimpatetik. Saraf simpatetik merupakan saraf yang berujung di pangkal sumsum tulang
belakang (medulla spinalis) yang terdapat di daerah dada dan pinggang. Saraf tersebut berfungsi
sebagai pemacu yang dapat membuat kerja organ-organ tubuh menjadi cepat (Ambardini, 2012).
Adapun saraf parasimpatetik merupakan saraf yang berujung I pangkal sumsum lanjutan
(medulla oblongata). Saraf ini berfungsi untuk membuat kerja organ-organ tubuh menjadi lambat
(Ambardini, 2012).
Pada bagian permukaan otot polos memiliki serabut-serabut (fibril) yang bersifat sama
sehingga apabila kita amati melalui mikroskop bentuknya akan terlihat polos dan tidak memiliki
garis seperti otot lain apabila otot polos terkena rangsangan reaksinya akan menjadi lambat. Ada
pun ciri-ciri otot polos adalah (Ambardini, 2012):
a. Bentuk bergelendong dengan kedua ujungnya meruncing.
b. Mempunyai satu inti sel di tengahnya.
c. Bekerja di luar kesadaran, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah.
Otot polos memiliki bagian-bagian sebagai berikut (Genneser, 1994):
1. Membran Plasma
Membran plasma pada otot sering disebut sarkolemma (sarcolemma). Dengan mikroskop
cahaya kurang jelas, tetapi dengan mikroskop elektron tampak sebagai selaput ganda (double
membrane), masing-masing:
a. Selaput luar, tebalnya berkisar antara 25-30 Angstrom. Ruang intermedier, kira-kira 25
Angstrom
b. Selaput dalam, tebalnya 25-30 Angstrom.
Pada daerah hubungan posisi antara otot polos, selaput luar tampak menyatu. Hubungan
ini dianggap lebih serasi dari pada hubungan antar sel dengan desmosoma. Hubungan ini
berperanan memperlancar transmisi impuls untuk kontraksi dari satu otot ke otot yang lainnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa tenaga yang terjadi pada waktu kontaksi dapat dipindahkan ke
lain alat tubuh melalui serabut kolagen atau elastis.
2. Sitoplasma
Sering disebut sarkoplasma (sarcoplasma). Sarkoplasma bersifat eosinofilik, mengandung :
a. Organoid, antara lain: mitokondria yang mengitari inti, endoplasma retikulum, apparatus
golgi, miofibril, sentriol.
b. Paraplasma, seperti glikogen, lipofusin.
Yang menarik perhatian adalah myofibril karena peranannya dalam kontraksi. Miofibril pada
otot polos sangat halus, dengan pewarnaan H.E. sulit dilihat. Dengan mikroskop elektron tampak
miofilamen miosin berdiameter 5 mµ, dan aktin 3 mµ. Sarkoplasma di dekat inti bebas dari
filament. Filamen tersebut berakhir di daerah pekat sarkolemma. Filamen aktin dan miosin juga
terdapat pada pada otot polos, berkontraksi dengan adanya adenosine trifosfat. Susunan filament
aktin dan miosin pada otot polos belum jelas, berbeda dengan otot skelet.
3. Inti
Berbentuk lonjong memanjang dengan ujung tumpul, bergelombang pada saat terjadi
kontraksi.

2.3.2 Otot Lurik (Otot Rangka)

Otot rangka tersusun atas sel-sel panjang tidak bercabang, disebut serabut otot (muscle
fiber). Serabut-serabut ini merupakan sel-sel berinti banyak (multiseluler) yang terletak pada
bagian pinggir (perifer) sel. Sel-sel otot terbentuk sejak perkembangan embrionik melalui fusi
dari banyak sel-sel kecil yang membentuk sinsitium. Apabila dilihat dengan mikroskp cahaya,
serabut otot Nampak bergaris-garis melintang (Soewolo, 2003).
Seperti halnya sel saraf, sel otot mampu merespon terhadap rangsangan. Bila membrane sel
otot dikenai neurotransmitter yang di hasilkan oleh ujung saraf motor yang mensarafinya, maka
pada membrane sel otot tadi akan timbul suatu impuls bioelektrik. Impuls ini akan merambat
sepanjang membrane serabut otot, seperti merambatnya impuls pada serabut saraf yang tidak
bermielin (Soewolo, 2003).
Setiap serabut otot rangka dibungkus oleh lapisan jaringan ikat lembut yang di sebut
endomisium. Beberapa serabut tunggal akan bergabung menjadi satu berkas yang disebut
fasikulus. Fasikulus ini dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut perimisium. Seluruh fasikulus
tersebut kemudian di bungkus bersama-sama oleh epimisium (Soewolo, 2003).
Pada kebanyakan otot, epimisium bersatu pada kedua ujung otot dan membentuk tendon
yang biasanya melekat pada suatu tulang. Karena tendon bersambung dengan episium, dan
karena perimisium dan endomisium melekat padanya, maka kontraksi ottot dapat menimbulkan
suatu tarikan yang kuat pada titik lekatnya (Soewolo, 2003).
1. Sarkolemma
Pada pengamatan dengan mokroskop cahaya tampak sebagai selaput tipis dan tembus
cahaya (transparan), tetapi dengan mikroskop elektron tampak adanya selaput ganda (double
membrane), yakni selaput luar, setebal 40 Angstrom, ruang antara setebal 20 Angstrom, dan
selaput dalam setebal 40 Angstrom (Genneser, 1994).
Selaput luar mirip membran basal epitel yang dibalut serabut retikuler. Selaput dalam
(plasmalemma) terdiri dari dua lapis protein yang ditengahnya diisi lemak (lipid). Secara umum
sarkolemma bersifat transparan, kenyal dan resisten terhadap asam dan alkali. Serabut-serabut
otot kerangka yang bergabung membentuk berkas serabut otot primer disebut fasikulus yang
dibalut oleh jaringan ikat kolagen pekat (endomisium). Ada 5 sel utama yang dijumpai dalam
fasikulus yaitu: serabut otot, sel endotel, perisit, fibroblast dan miosatelit (Genneser, 1994).
2. Sarkoplasma (sitoplasma)
Sarkoplasma mengandung (Genneser, 1994):
a. Organoida, antara lain:
1) Mitokondria (sarcosomes)
Mitokondria terdapat berbatasan dengan sarkolemma dan dekat inti di antara miofibril.
2) Ribosom
Ribosom pada otot kerangka terdapat bebas di matriks.
3) Apparatus golgi
4) Miofibril
Pada satu serabut otot kerangka terdapat ribuan miofibril, sedangkan tiap miofibril memiliki
ratusan miofilamen yang bersifat submikroskopis. Miofilamen terdiri dari 2 macam yaitu:
1. Filamen Miosin
Sering disebut filament kasar (coarse filaments), berdiameter 100 Angstrom dan panjangnya
1,5 µ. Filamen ini membentuk daerah A atau cakram A. Filamen ini tersusun pararel dan
berenang bebas dalam matriks. Bagian tengah agak tebal dari bagian tepi. Fungsi dari miosin
adalah sebagai enzim katalisator yang berperanan memecah ATP menjadi ADP+energi, dan
energi ini digunakan untuk kontraksi
2. Filamen Aktin
Filamen tipis terutama tersusun atas aktin, tropomiosin, dan troponin. Setiap filamen tipis
terdiri dari dua filament aktin yang saling terpilin, dalam suatu bentukan spiral ganda.
Tropomiosin pada suatu filament tipis merupakan suatu benang panjang yang tersusun atas 2
rantai polipeptida yang membentuk suatu spiral . Fungsi tropomiosin adalah menutup tempat
perlekatan miosin pad molekul aktin pada saat otot istirahat. Lalu yang terakhir adalah troponin,
suatu kompleks troponin melekat pada satu tempat khusus pada tropomiosin.
Satuan miofibril yang terkecil disebut sarkomer. Sebuah sarkomer adalah unit fungsional
dasar dari otot lurik, atau dengan kata lain, sarkomer adalah bahan bangunan dasar dari sebagian
besar sel-sel otot. Dalam tubuh manusia, setiap otot terdiri dari beberapa bundel serat otot. Serat
otot ini, pada gilirannya, terdiri dari banyak helai halus yang disebut miofibril. Miofibril
biasanya tidak nampak jelas kecuali dilihat di bawah mikroskop elektron, tetapi masing-masing
miofibril terutama terdiri dari dua jenis filamen, disebut “tebal” dan “tipis”, dan masing-masing
diatur dalam pengulangan sub-unit teratur. Setiap sub unit secara individual dikenal sebagai
sarkomer, itu adalah pengaturan mereka berpola yang memberikan penampilan karakteristik otot
lurik berpita (Budiyanto, 2014).
Sarkomer sendiri relatif sederhana. Pusat biasanya hanya memiliki bagian halus, wilayah
tengah filamen tebal. Wilayah ini disebut zona H. Demikian pula, dalam banyak kasus tepi luar
terbuat hanya dari filamen tipis, setidaknya ketika otot sedang beristirahat; ini membentuk
daerah sempit di sekitar garis Z yang dikenal sebagai Band. Tujuan utama dari pengaturan ini
adalah untuk memungkinkan kontraksi sarkomer, miofibril, dan seluruh otot, yang membantu
membuat gerakan otot yang lebih efisien (Budiyanto, 2014).
5) Endoplasmik retikulum.
b. Paraplasma, antara lain:
1) Lipid
2) Glikogen
3) Mioglobin.
Melihat kepada warna seratnya, otot lurik dibedakan menjadi 3 macam, yaitu (Yatim,
1990):
1. Serat Merah
Merah karena banyak mengandung sitokrom dan mioglobin, pigmen pernafasan dalam otot yang
berguna untuk mengikat O2 dari dalam darah. Sarkoplasma lebih banyak mengandung
mitokondria dan granula, tetapi le bih sedikit mikrofilamen daripada serat putih. Serat merah
lebih banyak di dalam gumpalan otot.
2. Serat Putih
Putih, karena sedikit sitokrom, mioglobin, dan mitokondria. Terdapat di sebelah luar gumpalan
otot.
3. Serat Perantara
Perantara kedua macam serat di atas.

2.3.3 Otot Jantung


Dibina atas serat otot, lurik, bercabang-cabang dan bertemu dengan serat tetangga,
sehingga secara keseluruhan terbentuk jalinan serat otot. Terdapat pada jantung. Persarafan
autonom, tak di bawah kesadaran atau kemauan (involunter) (Yatim, 1990).
Miokardium (myocardium) jantung vertebrata tingkat tinggi terdiri dari serabut otot
jantung yang berhubungan satu dengan yang lain membentuk jalinan. Semula otot jantung
dianggap sebagai peralihan antara otot polos dan otot kerangka. Yang jelas bahwa otot jantung
tergolong otot bergaris melintang yang satuannya disebut “serabut”. Bangun otot jantung dan
otot kerangka tidak sama dalam beberapa aspek. Hubungan otot jantung melalui diskus
interkalatus cukup kuat sehingga sulit dilakukan tepsing untuk memperoleh satu serabut secara
terpisah. Pada otot kerangka maupun otot polos hal ini masih mungkin dilakukan (Genneser,
1994).
Seratnya rata-rata lebih kecil daripada serat otot lurik. Setiap serat otot jantung memiliki
tonjolan-tonjolan dan kesamping membentuk percabangan, bertemu dengan percabangan sel otot
tetangga. Tonjolan-tonjolan antara sel bertetangga setangkup rapat. Inti berada di tengah sel.
Satu serat hanya memiliki 1-2 inti. Inti lebih tumpul ujungnya daripada inti serat otot lurik
(Yatim, 1990).
Penelitian dengan mikroskup cahaya menunjukkan bahwa otot jantung memiliki serabut
yang bercabang, yang berhubungan satu dengan yang lain melalui ujungnya (Genneser, 1994).
Seperti halnya dengan otot polos dan kerangka, otot jantung memiliki bagian-bagian
sebagai berikut (Genneser, 1994):
1. Sarkolemma
Keadaannya hampir mirip dengan sarkolemma otot kerangka, dinding luarnya mirip
membran basal dengan fibril retikuler yang dapat terus berhubungan dengan tendon atau katup
jantung. Di bagian lain berhubungan langsung dengan endomisium. Sel-sel yang dijumpai pada
otot jantung: serabut otot (miosit), sel endotel, perisit, dan fibroblast.
2. Sarkoplasma
Pada garis besar hampir mirip dengan otot kerangka, hanya saja otot jantung relatif memiliki
sarkoplasma lebih banyak, terutama di sekitar inti yang terletak di tengah. Mitokondria, lipid,
lipofuksin dan glikogen banyak terdapat pada sarkoplasma di sekitar inti. Garis-garis melintang
hampir mirip dengan otot kerangka, meskipun susunan miofilamen tersusun secara acak. Sistem
T cukup jelas pada otot jantung berbentuk invaginasi tubuler dari plasmalema dan lamina basalis
di daerah cakram Z. Sistem T berperan dalam pertukaran metabolik dan transmisi impuls.
Sarkoplasmik retikulum tidak sesubur pada otot kerangka, beberapa diantaranya berhubungan
dengan sistem T.
3. Inti
Berbeda dengan otot kerangka, pada otot jantung inti terdapat di tengah.
Diskus interkalatus berupa penebalan di daerah cakram Z, yang sebenarnya adalah daerah
hubungan antara serabut otot jantung. Tebalnya dapat mencapai 0,5µ berbentuk tangga
(Genneser, 1994).
Pada jantung selain terdapat otot untuk kontraksi terdapat pula bentuk modifikasi yang
berfungsi sebagai pengatur rangsangan (stimulus) ke seluruh penjuru jantung, yang dikenal
sebagai “serabut purkinje”. Secara histologi dapat dibedakan dengan otot jantung biasa sebagai
berikut (Genneser, 1994):
a. Diameter serabut purkinje lebih besar dari otot jantung.
b. Miofibril jauh lebih sedikit dan tersusun di bagian tepi sejajar dan agak mengulir. Pada batas
serabut tampak lebih jelas. Bentuk garis melintang tidak jelas pada serabut purkinje.
c. Inti lebih besar dan pucat. Dalam satu serabut sering terdapat 2 inti berdampingan.
Serabut purkinje menyusun diri dalam berkas, dengan ruang Ebert-Bellajev dibagian tepi
serabut. Secara elektron mikroskopis struktur discus interkalatus tidak jelas pada otot jantung
biasa, sebab ujungnya berhubungan dengan otot jantung biasa. Di daerah ini perubahan bentuk
berlangsung secara bertahap.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan jalan
kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Otot dapat melekat di tulang yang berfungsi untuk
bergerak aktif. Otot tersusun atas beberapa gumpalan, gumpalan terdiri dari beberapa berkas
otot, yang disebut fasciculus. Tiap berkas dibina atas banyak serat otot. Satu serat otot adalah 1
sel otot. Serat otot memiliki terdiri dari komponen seperti sarkolemma, sarkoplasma, inti, dan
Organelnya yang penting yaitu retikulum sarkoplasma, mitokondria, dan miofibril. Setiap
miofibril dibina atas puluhan mikrofilamen. Mikrofilamen otot ialah aktin dan miosin, yang
bersusun berjejer dan berdempet.
Jaringan otot dibedakan menjadi 3 jenis yaitu otot polos, otot lurik, dan otot jantung. Otot
polos terletak pada saluran alat-alat di dalam tubuh manusia seperti manusia seperti yang
terdapat pada saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, dinding pembuluh darah, dinding
rahim, saluran pernapasan, dan saluran kelamin. Otot lurik melekat pada rangka, dan otot jantung
hanya terdapat pada dinding jantung.
Otot menjadi begitu penting bagi tubuh karena ia memiliki 3 fungsi utama yaitu
melaksanakan gerakan, memelihara postur dan memproduksi panas pada tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Ambardini, RL. 2012. Histologi: Jaringan Otot. Website:


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/HISTO-JARINGAN%20OTOT.pdf. Diakses pada hari
Kamis, tanggal 26 Maret 2015, pukul 13.52 WIB.

Budiyanto. 2014. Pengertian Sarkomer. Website: http://www.sridianti.com/pengertian-


sarkomer.html. Diakses pada hari Senin, tanggal 30 Maret 2013, pukul 11.15 WIB.

Genneser, F. 1994. Buku Teks Histologi. Jilid I. Jakarta: Binapura Aksara.

Junqueira LC dan Carneiro J. 1980. HISTOLOGI DASAR. Diterjemahkan oleh Adji Darma. Edisi
Ketiga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Soewolo, dkk. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.

Subowo. (2002). Histologi Umum. 1st Ed. Jakarta: Bumi Aksara.

Yatim, Wildan. 1990. Biologi Modern Histologi. Bandung: Penerbit Tarsito.


JARINGAN OTOT
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Biologi

Dosen Pengampu : Rohma Istiana

Disusun Oleh :

1. Devi Tia Artanti (1808036024)


2. Annisa Fitriyani (1808036025)
3. Nurul Hikmah (1808036026)

KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2018

Anda mungkin juga menyukai