Anda di halaman 1dari 23

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Baterai
Baterai didefenisikan sebagai suatu alat yang dapat mengubah langsung energi
kimia menjadi energi listrik melalui proses elektrokimia. Pengertian baterai yang saat
ini umum digunakan sesungguhnya mencakup satu atau beberapa sel baterai yang
digabungkan secara seri atau paralel sesuai dengan tegangan dan kapasitas listrik
yang diinginkan. Sel baterai adalah unit terkecil dari suatu sistem proses elektrokimia
yang terdiri dari elektroda, elektrolit, separator, wadah terminal / current collector
(Triwibowo, 2011). Listrik yang dihasilkan oleh sebuah baterai muncul akibat adanya
perbedaan potensial energi listrik kedua buah elektrodanya. Perbedaan potensial ini
dikenal dengan potensial sel atau gaya gerak listrik (ggl).
Komponen terpenting dari sel baterai yaitu:
1. Anoda / Elektroda negatif yaitu elektroda yang melepaskan elektron ke
rangkaian luar serta mengalami proses oksidasi pada proses elektrokimia
berlangsung.
2. Katoda / Elektroda positif yaitu elektroda yang menerima elektron dari
rangkaian luar serta mengalami proses reduksi pada proses elektrokimia
berlangsung.
3. Elektrolit adalah zat yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan larutan yang
dapat menghantarkan arus listrik (Chang, 1998). Sebuah elektrolit yang cocok
harus memiliki konduktivitas ionik yang baik, stabilitas kimia tinggi, biaya
murah dan menjamin keselamatan (Priyono, 2013). Elektrolit berfungsi
sebagai penghantar ion litium dari anoda ke katoda dan begitu pula
sebaliknya. Pergerakan elektron dalam elektrolit dan diantara elektroda akan
menghasilkan arus listrik.

Universitas Sumatera Utara


7

4. Separator adalah material berpori yang diletakkan diantara anoda dan katoda,
yang dapat mencegah terjadinya gesekan antara kedua elektroda tersebut yang
dapat menyebabkan arus pendek
Cathode Cover Cathode Lead
Safety Vent
Gasket PTC Separator
Insulator

Insulator Anode
Cathode
Center Pin Anode Anode Lead
Container

Gambar 2.1 Struktur sebuah sel baterai (http://files.tested.com/upload/0/5/16904-


lithium-ion-separator.gif, diakses tanggal 20 April 2015).

2.2 Sejarah Baterai


Baterai mempunyai sejarah yang panjang. Bangsa Persia yang menguasai
Baghdad (250 SM) dipercaya telah menggunakan alat konsep yang sama dengan
baterai untuk menyepuh logam. Bangsa Mesir (2300 SM) menggunakannya untuk
menyepuh antimony pada tembaga (Bouwmann, 2002). Namun baterai yang kita
kenal sekarang mempunyai akar dengan baterai yang dibuat pada awal ke 19.
Alessandro Volta menciptakan “baterai pertama” yang dikenal dengan Tumpukan
Volta. Baterai ini terdiri dari tumpukan cakram seeng dan tembaga berselang seling
dengan kain basah yang telah dicelup air garam sebagai pembatasnya. Baterai ini
telah mampu menghasilkan arus listrik yang kontinu dan stabil.

Universitas Sumatera Utara


8

Tabel 2.1 Sejarah perkembangan baterai (Bouwmann, 2002).


Tahun Penemu Penemuan
1600 Gilbert (Inggris) Peletakkan dasar-dasar elektrokimia
1789 Galvani (Italia) Peenemuan listrik dari hewan
1800 Volta (Italia) Penemuan sel voltaik
1802 Cruickhsank (Inggris) Baterai pertama dengan yang mampu diproduksi
missal
1820 Ampere (Peransic) Listrik oleh magnet
1833 Faraday (Inggris) Hukum Faraday
1859 Plante (Inggris) Penemuan baterai timbale/asam
1868 Leclanche (Inggris) Penemuan sel Lechlanche
1888 Gassner (AS) Penyempurnaan sel kering
1899 Jungner (Swedia) Penemuan baterai Ni-Cd)
1901 Edison (AS) Penemuan baterai nikel-besi
1932 Shlecht & Ackerman Penemuan pelat kutub yang dipadatkan
(Jerman)
1947 Neumann (Perancis) Berhasil mengemas baterai Ni-Cd
1960-an Union Carbide (AS) Pengembangan baterai alakalin primer
1970-an Union Carbide (AS) Pengembangan baterai timbale/asam dengan
pengaturan katup
1990 Union Carbide (AS) Komersialisasi baterai Ni-MH
1992 Kordesch (Kanada) Komersialisai baterai alakalin yang dapat dipakai
ulang
1999 Kordesch (Kanada) Komersialisai baterai Li-ion primer

2.3 Jenis-Jenis Baterai


2.3.1 Baterai Primer
Baterai primer adalah baterai yang tidak dapat diisi ulang. Setelah kapasitas
baterai habis (fully discharged), baterai tidak dapat dipakai kembali. Beberapa contoh

Universitas Sumatera Utara


9

baterai jenis ini adalah baterai seng karbon (baterai kering), baterai alkalin dan baterai
merkuri.
Reaksi : xLi + AzBy LixAzBy
Discharge

Baterai primer sering disebut dengan baterai kering dan keuntungan yang diperoleh
dari penggunaan baterai ini adalah bentuknya yang sederhana, mudah untuk
digunakan, densitas energi listriknya besar, tidak memerlukan perawatan, dapat
dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran sesuai aplikasinya, memiliki ketahanan
yang relatif baik dan memiliki harga yang terjangkau oleh konsumen. Baterai jenis ini
banyak digunakan pada kalkulator, jam, remote tv, dan lainnya.

2.3.2 Baterai Sekunder


Baterai sekunder merupakan baterai yang bersifat rechargeable atau dapat
dilakukan pengisian energi kembali apabila energi melemah. Kemampuan diisi ulang
baterai sekunder bervariasi antara 100-500 kali (satu siklus adalah satu kali pengisian
dan pengosongan).
Charge
Reaksi : xLi + AzBy LixAzBy
Discharge

Beberapa contoh baterai sekunder adalah baterai timbal-asam (aki), baterai litium-ion,
baterai Ni-Cd, baterai Ni-MH. Baterai sekunder ini banyak digunakan pada peralatan
elektronik seperti handphone, laptop, handycam, power bank, dan lain-lain.

2.4 Bentuk-Bentuk Baterai Sekunder


1. Baterai kantung. Jenis baterai ini adalah yang paling fleksibel dalam segi bentuk
dan ukuran. Disamping itu, juga paling ringan karena tidak menggunakan pelat besi
sebagai kemasan. Material aktif yang digunakan umumnya dalam bentuk lembaran
polimer, dengan demikian dapat mengurangi produksi gas saat operasional. Proses
charging dan discharging harus dilakukan dengan seksama agar tidak menghasilkan
gas berlebih yang dapat menekan kantung. Baterai ini terbilang ringkih terhadap

Universitas Sumatera Utara


10

tekanan dari luar, benda tajam dan pemuntiran. Oleh karenanya, penggabungan jenis
baterai ini tidak dapat dilakukan dengan menumpuknya, tapi meletakkannya
berdampingan. Walaupun baterai ini banyak diaplikasikan, namun belum ada data-
data kehandalan baterai ini. Standarisai mengenai baterai ini juga belum ada
(Triwibowo, 2011).

Gambar 2.2 Baterai kantung yang simple, fleksibel dan ringan. Kapasitas listriknya
dibawah baterai konvensional lain, disamping biaya produksinya terbilang mahal.

2. Baterai silinder. Jenis baterai ini paling banyak ditemui. Desain berbentuk silinder
mudah dalam pembuatannya, disamping itu memiliki stabilitas mekanik yang baik.
Saat charging, baterai akan menghasilkan gas yang memberikan tekanan dalam
silinder, untuk itu baterai silinder dilengkapi pula dengan ventilasi. Kerugian dari
desain ini adalah bentuknya yang tidak ringkas saat beberapa silinder digabungkan,
yaitu akan terbentuk ruangan kosong diantaranya. Kapasitas listrik yang dikandung
baterai ini berkisar antara 1800-2000mAh (Triwibowo, 2011).

Gambar 2.3 Desain siliner pada baterai sekunder dengan material elektroda berupa
lembaran

Universitas Sumatera Utara


11

3. Baterai Kancing. Baterai yang sering disebut baterai koin memiliki ukuran terkecil
dibanding baterai lain. Disebabkan ukurannya, jenis ini tidak memiliki masalah
dengan ruang yang tersedia. Karena bentuknya yang miniatur, baterai ini tidak
dilengkapi dengan ventilasi. Sementara proses charging yang cepat akan membuat
baterai menggelembuing. Untuk menghindari keadaan ini, baterai kancing hanya
dapat di charge dengan kecepatan yang rendah. Pengsisin baterai jenis ini dapat
memakan waktu 10-16 jam (Triwibowo, 2011).

Gambar 2.4 Baterai sekunder berbentuk kancing tidak dilengkapi ventilasi. Kecepatan
pengisian/charging sangat rendah untuk mencegah terjadinya swelling dan tekanan.

4. Baterai Perismatik. Baterai ini memaksimalkan penggunaan ruang yang ada dalam
suatu perangkat elektrik. Oleh karenanya baterai jenis ini tidak memiliki ukuran yang
standard. Ukuiran senantiasa disesuaikan dengan ruang yang ada. Kapasitas listrik
baterai ini umumnya dibawah baterai silinder, yaitu 400-2000mAh.
(Triwibowo, 2011).

Gambar 2.5 Penampang baterai prismatik yang lebih fleksibel dalam segi ukuran.
Densitas energi lebih rendah dan biaya pembuatannya lebih mahal dari baterai
silinder

Universitas Sumatera Utara


12

2.5 Baterai Lithium


Baterai lithium secara teori adalah baterai yang digerakkan oleh ion lithium.
Dalam kondisi charge dan discharge baterai lithium bekerja menurut fenomena
interkalasi, dimana ion lithium melakukan migrasi dari katoda lewat elektrolit ke
anoda. Baterai ion lithium umumnya dijumpai pada barang-barang elektronik. Baterai
ini merupakan jenis baterai isi ulang yang paling popular untuk peralatan elektronik
portabel, karena memiliki salah satu kepadatan energi terbaik, tanpa efek memori,
dan mengalami kehilangan isi yang lambat saat tidak digunakan. Selain digunakan
pada peralatan elektronik konsumen, baterai lithium juga sering digunakan pada
kendaraan listrik. Prinsip kerja baterai lithium yang dapat diisi ulang dapat dilihat
pada gambar 2.6.

a. b.
Gambar 2.6 Prinsip kerja baterai litium yang dapat diisi ulang a) Proses Charging; b)
Proses Discharging (Priyono, 2013).
Dalam proses migrasi yang berjalan secara difusi, reaksi kimia terjadi secara
reversible dari kondisi charging atau pengisisan dan discharging atau pemakaian.
Pada proses charging ion lithium akan dilepaskan dari katoda ke anoda melalui
elektrolit, dengan begitu katoda harus bersifat konduktif ionik. Elektron yang
dilepaskan melewati rangkaian luar mengalir dari katoda ke anoda, dan arus mengalir
dari anoda ke katoda sedangkan pada proses discharging ion lithium akan dilepaskan

Universitas Sumatera Utara


13

dari anoda ke katoda melalui elektrolit, elektron mengalir dari anoda ke katoda dan
arus mengalir dari katoda ke anoda. Reaksi kimia dari proses charging dan
discharging dapat dituliskan sebagai berikut:
Reaksi kimia pada proses charging:
Elektroda positif (+) : LiMn y O z nLi+1 + Li x-n Mn y O z + ne-1
Elektroda negatif (-) : nLi+1 + C + ne-1 Li n C
Reaksi Keseluruhan : LiMn y O z + C Li x-n Mn y O z + Li n C
Reaksi kimia pada proses discharging:
Elektroda positif (+) : nLi+1 + Li x-n Mn y O z + ne-1 LiMn y O z
Elektroda negatif (-) : Li n C nLi+1 + C + ne-1
Reaksi Keseluruhan : Li x-n Mn y O z + Li n C LiMn y O z + C

2.6 Proses Interkalasi


Sel baterai litium mempunyai tiga komponen penting yaitu katoda, anoda, dan
elektrolit. Baterai litium bekerja menurut fenomena interkalasi, dimana litium ion
yang bergerak sebagai penghantar dapat melakukan migrasi (perpindahan) dari
katoda melewati elektrolit ke anoda tanpa terjadi perubahan struktur kristal dari bahan
katoda ke anoda.
Interkalasi merupakan proses pelepasan ion lithium dari tempatnya di struktur
kristal suatu bahan elektroda dan pemasukan ion lithium pada tempatnya di struktur
kirstal bahan elektroda yang lain. Proses terjadinya interkalasi dapat digambarkan
dalam Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Proses interkalasi dalam beberapa fase


Sehingga keunggulan bahan anoda dan katoda terletak pada stabilitas kristal dalam
proses interkalasi. Sehingga bahan elektroda harus mempunyai tempat bagi

Universitas Sumatera Utara


14

perpindahan ion lithium yang sering disebut host. Oleh karena itu bahan elektroda
harus mempunyai struktur host. Pada umumnya bahan mempunyai tiga kategori/
model dalam melakukan interkalasi yang bergantung pada bentuk host strukturnya,
yaitu interkalasi dalam satu dimensi, dua dimensi dan tiga dimensi, seperti tergambar
di Gambar 2.8. Lithium mangan oksida mempunyai host interkalasi dalam tiga
dimensi (Prihandoko, 2008).

Gambar 2.8 Tiga model host dari bahan katoda dan anoda

2.7 Material Katoda


Material katoda harus memenuhi karakter sebagai bahan yang mempunyai
host agar proses interkalasi bias berlangsung dengan baik. Ada banyak bahan katoda
yang sudah diteliti. Baterai lithium rechargeable di pasaran menggunakan bahan
katoda anatara lain dari jenis lithium nikel oksida, lithium kobalt oksida, dan lithium
mangan oksida.
Adapun perbandingan antara bahan penyusun sebuah katoda baterai dilihat
dari asspek ekologi dan ekonomi dapat dilihat dibawah ini.
Katoda:
- Mn 2 O 4 (spinel) Murah, tidak beracun, rapat energi tinggi
- NiO 2 (layered) Mahal, beracun, rapat energi rendah
- CoO 2 (layered) Mahal, beracun, rapat energi rendah
- Rutile (layered) Murah, tidak beracun, rapat energi rendah
- Anatase (layered) Murah, tidak beracun, rapat energi rendah
- V 2 O 5 (layered) Beracun
Bahan mangan oksida (Mn 2 O 4 ) merupakan bahan yang sering digunakan
sebagai bahan penyusun katoda baterai lithium (LiMn 2 O 4 ) karena murah, ramah

Universitas Sumatera Utara


15

lingkungan, serta rapat energi yang tinggi. Selain itu lithium mangan oksida
mempunyai host dalam tiga dimensi, sehingga arah kristal yang bersinggungan antar
butir tidak banyak mempengaruhi (Najmuddin, 2005).

2.8 Metalik Lithium


Metalik Lithium merupakan bahan anoda yang ideal untuk baterai isi ulang
karena memiliki kemurnian tinggi. Metalik lithium memiliki kapasitas teoritis yang
tinggi yaitu sebesar 3860 mAhg-1 yang sepuluh kali lebih besar dibandingkan dengan
kapasitas teoritis anoda grafit sebesar 372 mAh g- 1 yang digunakan dalam baterai Li-
ion. Metalik lithium sangat reaktif terhadap air dan udara.

Gambar 2.9 Bentuk dari Metalik Lithium


Tabel 2.2 Sifat fisis dari metalik lithium.
Penampilan Logam lunak padat putih-keperakan
Rumus molekul Li
Berat molekul 6,941

Nomor atom 3
Titik cair 180,5oC
Titik didih 1317 oC
Suhu nyala 179 oC
Daya larut dalam air Bereaksi dengan air

Universitas Sumatera Utara


16

Densitas (g/cc)
20 oC 0,534
200 oC 0,507
Sumber:(http://fmclithium.com/Portals/FMCLithium/Content/Docs/download/Lithiu
m%20Metal%20Safety%20version%202.pdf, diakses tanggal 20 April 2015).

2.9 Elektrolit LiPF 6


Salah satu jenis elektrolit adalah elektrolit cair. Sesuai dengan namanya
elektrolit ini berbentuk cairan, dan pada umumnya mengandung Lithium
Hexafluorophosphate (LiPF6) 1.0~1.2 M (mol/L). Untuk melarutkan LiPF 6
diperlukan zat pelarut organik yang umumnya terdiri atas campuran senyawa
karbonat. Syarat-syarat zat pelarut organik ini agar bisa dipakai pada baterai litium
ion adalah memiliki konduktivitas tinggi, dan viskositas yang rendah sehingga ion
litium bisa berpindah dengan mudah, dapat digunakan pada suhu -30~80 C, tidak
mudah terbakar, dan tidak berbahaya. LiPF 6 banyak digunakan pada baterai ion
Lithium. Hexafluorophosphate Lithium (LiPF 6 ) memiliki kombinasi sifat yang
seimbang seperti konduktivitas ionik yang tinggi, disosiasi yang baik, dan mobilitas
ion yang baik. Namun kelemahan utama dari LiPF 6 adalah sifatnya yang sangat peka
terhadap lembab, ketika bereaksi dengan air akan membentuk asam fluorida yang
memiliki efek merugikan pada kinerja sel baterai.
Tabel 2.3 Sifat Fisik dan Kimia.
Penampilan cairan tidak berwarna
Bau bau amina sedikit
Titik didih 90-248oC
Titik leleh <20oC
Densitas (air): 1.16-1.45g / cm3
Tekanan uap (mmHg): 8mmHg (20oC)
Kelarutan larut dalam alkohol, keton, ester, air.
Sumber: (LiPF 6 Electrolyte, MSDS No. 94804 [online] , MTI Corporation, California
USA).

Universitas Sumatera Utara


17

2.10 Separator
Separator adalah material berpori yang diletakkan diantara anoda dan katoda,
yang dapat mencegah terjadinya gesekan antara kedua elektroda tersebut yang dapat
menyebabkan arus pendek. Selain itu separator harus dapat dilewati oleh ion lithium
dengan baik. Tidak hanya sebagai pembatas antar elektroda, separator memiliki
peranan penting dalam proses penghasilan listrik, pengisian ulang, dan tentunya
keamanan pada baterai litium ion sendiri.
Separator harus stabil pada kerja baterai untuk jangka waktu yang panjang dan
tidak menghasilkan kotoran yang dapat mengganggu fungsi baterai. Separator yang
ideal mempunyai resistansi ion yang rendah dapat diperoleh dengan nilai porositas
yang tinggi. Sejauh ini separator yang digunakan pada baterai ion lithium terdiri dari
membran polimer yang membentuk lapisan microporous. Meskipun separator
umumnya telah menunjukkan kinerja yang memuaskan tetapi masih terdapat
kekurangan karena separator mudah terbakar cairan elektrolit organik.
Jenis separator yang biasa digunakan dalam berbagai jenis baterai lithium
sekunder dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut;
Tabel 2.4 Jenis separator (pemisah) yang digunakan dalam berbagai jenis baterai
lithium sekunder.
Sistem Baterai Jenis Separator Komposisi
Ion Lithium (Elektrolit Mikroporous Polyolefin (PE, PP,
cair) PP/PE/PP)
Ion lithium gel polimer Mikroporous PVDF
Mikroporous Polyolefins (PE, PP, PP/
PE/PP) dilapisi oleh
PVDF atau gel lainnya.
Lithium polimer Elektrolit polimer Polyethylene dan garam
lithium
Sumber: (http://files.tested .com/upload/0/5/16904-lithium-ion-separator.gif, diakses
tanggal 20 April 2015).

Universitas Sumatera Utara


18

Polyolefin sangat umum digunakan sebagai bahan separator, khususnya pada


laptop dan hp, karena tipis dan memiliki kestabilan elektrokimia yang baik.
Polyolefin sendiri terdiri atas perpaduan antara polypropylene (sbg penyangga utama,
backbone) dan polyethylene sebagai pelapis pada lubang/pori-pori. Polyethylene
memiliki sifat meleleh pada suhu diatas 120-130 oC. Apabila panas yang dihasilkan
didalam baterai melewati ambang batas, polyethylene akan melelah dan menutup
lubang pada separator, mengakibatkan proses perpindahan lithium ion berhenti.
Sehingga separator memiliki fungsi utama dalam hal keamanan bila terjadi panas
berlebihan.
Sisi negatifnya karena sifat diatas, polyolefin sulit digunakan pada baterai
litium ion untuk mobil. Karena ukuran baterai mobil yang besar, memungkinkan
terjadinya perubahan suhu yang tinggi secara drastis. Untuk mengatasi masalah
tersebut, dilakukan pelapisan Al 2 O 3 atau material keramik lainnya, pada permukaan
separator. Sehingga walapun pada suhu tinggi, bentuk dari separator dapat terjaga
(http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia_material/bergauldenganbaterailithium-
bagian-2/).

2.11 Lithium Mangan Oksida (LiMn 2 O 4 )


Lithium mangan oksida merupakan bahan katoda yang cukup populer pada
baterai lithium. Lithium mangan oksida mempunyai struktur spinel dengan
kemampuan interkalasi tiga dimensi. Hal ini menyebabkan bahan katoda ini mampu
disisipi ion lithium dalam tiga arah. Baterai lithium merupakan baterai yang berbasis
ion dengan ion lithium sebagai motor penggerak (Kiehne, 1998).
Dalam pencarian baterai lithium yang murah, bahan katoda yang murah dari
segi bahan dasar dan proses pembuatan menjadi salah satu penyelesaiannya.
LiMn 2 O 4 yang juga dikenal sebagai bahan katoda akan menjadi alternatif jawaban.
Selain murah dari segi bahan dasar dan proses pembuatan, LiMn 2 O 4 sebagai bahan
katoda juga memiliki umur siklus yang panjang, aplikasi daya tinggi, aman, dan
racun yang rendah dari bahan dasar mangan. Li x Mn 2 O 4 mempunyai struktur spinel

Universitas Sumatera Utara


19

yang cukup stabil dalam proses interkalasi. Sebagaimana diketahui bahwa Li x Mn 2 O 4


mempunyai struktur spinel yang tergambar di Gambar 2.10 (Prihandoko, 2007).

Keterangan:

Oksigen
Ion Mangan
Ion Lithium

Gambar 2.10 Struktur spinel Li x Mn 2 O 4 a) skematis struktur spinel Li x Mn 2 O 4 ;


b) Mn 2 O 4 spinel framework dalam Li x Mn 2 O 4
Tabel 2.5 Sifat Bahan Baku LiMn 2 O 4 (Wigayati,2007).
Bahan Baku LiMn 2 O 4
Kandungan Kristal atau serbuk hitam; larut pada hydrochloric acid; tidak
larut pada air. Sp. Gr. 5.026; titik cair 535oC.
Resiko Dapat membakar bahan organik; tidak mengandung racun
Kegunaan Untuk bahan baterai kering; katalis

2.12 Super P
Super P adalah karbon hitam konduktif yang digunakan sebagai aditif
konduktif untuk Zinc-carbon dan lithium baterai primer masing-masing. Super P
memiliki kemurnian yang tinggi. Kemurnian tinggi ini dibuktikan dengan abu yang
rendah, kelembaban, belerang dan kandungan yang mudah menguap, sedangkan
struktur tinggi diungkapkan oleh penyerapan minyak dan konduktivitas listrik. Ini
adalah aditif konduktif dengan kinerja yang unggul, kemurnian tinggi dan penyerapan

Universitas Sumatera Utara


20

elektrolit optimal. Pengaruh Super P terhadap kesehatan apabila terkena mata dan
kulit dapat menyebabkan iritasi, dan apabila terhirup dapat menyebabkan iritasi
saluran pernafasan.

2.13 Polyvynilidene Flouride (PVDF)


Binder adalah bagian penting dari formulasi elektroda pada baterai ion lithium
karena binder mempertahankan struktrur fisik elektroda, tanpa binder elektroda akan
berantakan. Sangat diharapkan bahwa binder memiliki titik leleh yang tinggi, dan
struktur komposit dari material aktif dan binder harus stabil di dalam elektrolit,
bahkan di suhu tinggi. Potensi kelemahan dari binder yaitu binder mungkin saja
melapisi permukaan material aktif. PVDF ini berwarna putih dan tidak larut dalam
air. Polimer ini banyak digunakan dalam aplikasi yang membutuhkan kemurnian,
kekuatan, dan ketahanan terhadap bahan pelarut, asam, basa, dan panas yang sangat
baik.
PVDF memiliki sifat pizoelektrik, yaitu sifat dari beberapa material dimana
material tersebut dapat menimbulkan potensial listrik sebagai respon dari beban
mekanis yang diterimanya. PVDF memiliki nilai koefisien pizoelektrik sebesar 6-7
pCN-1, 10 kali lebih besar dibandingkan dengan polimer jenis lain. (Abdillah, 2008).
Struktur molekul PVDF memiliki rumus CH2 - CF2.

Gambar 2.11 Struktur Polyvynilidene Flouride (Tareev, 1975).


Tabel 2.6 Sifat umum Polyvinylidene Fluoride (Abdillah, 2008).
Sifat Nilai
Kekuatan Tarik 21,0-57,0 MPa

Universitas Sumatera Utara


21

Modulus Elastisitas 1380-55200 MPa


Elongasi 12 %-600%
Kekuaatan Fleksural 67-95 MPa
Modulus Fleksural 1173-82800 Mpa
Temperatur Transisi Gelas (Tg) -60 − -20oC
Temperatur Leleh (Tm) 141-178oC
Shrinkage 0,02-0,035 cm/cm

2.14 N-N Dimetil acetamide (DMAC)


N-N Dimetil acetamide (DMAC) merupakan pelarut industry yang kuat dan
serbaguna yang memiliki kelarutan terhadap bahan organic dan anorganik. DMAC
diproduksi secara terbatas karena tidak dimaksudkan untuk digunakan oleh
masyarakat umum. DMAC adalah cairan yang tidak berwarna dan dapat larut dengan
air. Karakteristik dari DMAC yaitu memiliki berat molekul 87,12, kerapatannya
0,945 mg/cm3, titik didih tinggi yaitu 164 – 166 oC, titik beku yang rendah yaitu -20
o
C, dan stabilitas yang baik.

Gambar 2.12 Struktur molekul N-N dimetil acetamide (DMAC)


Pengaruh DMAC apabila terkena mata dan kulit dapat menyebabkan iritasi, apabila
terhirup dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan, dan jika tertelan dapat
menyebabkan mual, muntah dan diare sehingga saat menggunakan DMAC haruslah
menggunakan masker dan sarung tangan sebagai alat pelindung diri.
Tabel 2.7 Sifat umum N-N-Dimethylacetamide
Sifat Keterangan
Berat molekul 87,12
Titik beku -20 ° C
Titik didih 164-166oC (760mmHg)

Universitas Sumatera Utara


22

Kerapatan 0,945 mg/cm3


1,156 g / mL pada 25 ° C
Densitas uap 3.02 (udara = 1)
Tekanan uap 1.7 mbar ( 25oC)
Viskositas 1,02 MPa s (20 deg C)
Titik leleh 40 ° F
Suhu penyimpanan 0-6 ° C
Sumber: (N-N-Dimethylacetamide, MSDS No. 96035 [online], ACROS
ORGANICS, Canada.TDG).

2.15 XRD (X-Ray Diffraction)


XRD merupakan alat yang diguanakan untuk mengkarakterisasi struktur kristal,
ukuran kristal dari suatu bahan padat. Semua bahan yang mengandung kristal tertentu
ketika dianalisa menggunakan XRD akan memunculkan puncak-puncak yang
spesifik. Sehingga kelemahan alat ini tidak dapat untuk mengkarakterisasi bahan yang
bersifat amorf.
Metode difraksi umumnya digunakan untuk mengidentifikasi senyawaa yang
belum diketahui yang terkandung dalam suatu padatan dengan cara membandingkan
dengan data difraksi dengan database yang dikeluarkan oleh International Centre for
Diffraction Data berupa PDF (Powder Diffraction File). Pengamatan struktur kristal
dengan XRD dilakukan sebagai tahap awal karakterisasi untuk mengidentifikasi
sejauh mana fasa yang terbentuk seperti yang diinginkan dan fasa lainnya yang tidak
diharapkan .
Sinar-X adalah gelombang elektromagnetik yang medan listriknya berubah
secara sinusoidal pada setiap waktu dan setiap titik berkas (beam) nya. Medan listrik
ini akan memberikan gaya listrik pada partikel bermuatan, seperti elektron, yang akan
menyebabkan elektron bergerak berosilasi di sekitar titik setimbangnya. Suatu
elektron yang telah mengalami osilasi akibat berkas sinar-x akan mengalami
percepatan dan perlambantan selama geraknya dan akan memancarkan gelombang
EM. Dikatakan elektron telah menghamburkan sinar-x yang mempunyai panjang

Universitas Sumatera Utara


23

gelombang dan frekuensi yang sama dengan sinar datang, yang disebut koheren satu
sama lain. Gejala penghamburan atau difraksi ini yang akan direkam Fabrikasi dan
karakterisasi sebagai identifikasi yang terkait dengan struktur kristal. Gambar 3.3
menunjukkan prinsip dasar XRD.

Gambar 2.13 Pola difraksi sinar-X yang terhambur oleh kisi dalam bidang kristal
Penghamburan sinar ini mengikuti hukum bragg yang memenuhi persamaan berikut :
nλ = 2d sinθ (2.1)
Struktur kristal dalam material berfasa tunggal atau lebih akan memiliki pola XRD
yang unik. Pola-pola XRD ini tersimpan dalam kumpulan data JCPDS/ICDD yang
dapat digunakan sebagai data pencocokan puncak-puncak 2θ dan intensitas dari data
XRD sampel yang diuji (Subhan, 2011).

2.16 SEM (Scanning Electron Microscope)–EDS


SEM (Scanning Electron Microscope) adalah sebuah mikroskop elektron
yang didesain untuk mengamati permukaan objek solid secara langsung. SEM
memiliki perbesaran 10-3.000.000 kali, depth of field 4-0,4 mm dan resolusi sebesar
1-10 nm.
SEM mempunyai prinsip kerja bahwa suatu berkas insiden elektron yang
sangat halus di-scan menyilangi permukaan sampel dalam sinkronisasi dengan berkas
tersebut dalam tabung sinar katoda. Elektron-elektron yang terhambur digunakan
untuk memproduksi sinyal yang memodulasi berkas dalam tabung sinar katoda, yang

Universitas Sumatera Utara


24

memproduksi suatu citra dengan kedalaman medan yang besar dan penampakan yang
hamper tiga dimensi. Dalam penelitian morfologi permukaan SEM terbatas
pemakaiannya, tetapi memberikan informasi yang bermanfaat mengenai topologi
permukaan dengan resolusi sekitar 100 𝐴𝐴̇.

Gambar 2.14 Contoh sebuah alat SEM


SEM memiliki komponen pokok yaitu kolom elektron, ruang sampel, sistem
pompa vakum, kontrol elektron dan sistem lensa magnetik. Didalam kolom elektron
terdapat penembak elektron yang terdiri dari katoda dan anoda. Katoda umumnya
terbuat dari Wolfram (W). Elektron yang terlepas dari katoda bergerak kearah anoda
yang dalam perjalanannya berkas elektron ini dipengaruhi oleh lensa magnetic hingga
didapatkan berkas elektron yang terfokus kearah sampel. Saat elektron menumbuk
sampel, akan terjadi beberapa fenomena yaitu terbentuknya dua jenis hamburan
/scattering, sinar-X dan foton. Interaksi antara berkas elektron dan permukaan sampel
diilustrasikan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


25

Gambar 2.15 Interaksi antara elektron primer dengan permukaan sampel


Hamburan terbagi menjadi dua jenis yaitu hamburan elstis dan non elastis.
Hamburan elastik dihasilkan dari tumbukan berkas elektron dengan inti atom sampel
tanpa terjadi perubahan energi. Gejala ini disebut juga Back Scattered Electron
(BSE). Kebalikannya dengan BSE, hamburannya non elastis ditimbulkan dari berkas
elektron yang dipancarkan oleh penembak elektron menumbuk elektron sampel
hingga terjadi perpindahan energi dari elektron asal ke elektron sampel yang lebih
rendah. Sinyal yang dihasilkan berupa energi dapat digunakan untuk analisis mikro.
Sinyal-sinyal ini adalah elektron sekunder, elektron Auger dan sinar-X karakteristik.
Elektron sekunder adalah elektron yang dipancarkan dari sampel akibat
interaksi berkas elektron asal/primer dengan elektron pada pita penghantar benda uji.
Interaksi ini menghasilkan perpindahan energi yang rendah ke elektron penghantar.
Elektron sekunder dengan energi rendah ini dapat dibelokan membentuk sudut dan
menimbulkan bayangan topografi atau struktur permukaan. Pada waktu elektron
primer memenuhi permukaan sampel, akan menghasilkan elektron sekunder dari
suatu area scan dalam bentuk informasi/bayangan.
De-eksitasi atom yang diikuti eksitasi elektron dari kulit dalaam akibat,
interkasi berkas elektron yang berenergi menghasilkan sinar-X karakteristik. Berkas
elektron dengan energi tertentu akan mengeksitasi elektron sampel yang berada pada
kulit K, L atau M. Setelah ionisasi atom ini, akan terjadi relaksasi atom dengan
terjadinya perpindahan elektron antar kulit. Sinar-X karakterisasi ini digunakan untuk
analisis pemetaan, yaitu untuk melihat distribusi unsur dan kandungan bahan baik

Universitas Sumatera Utara


26

secara kualitatif maupun kuantitatif. Untuk menentukan komposisi unsur suatu


permukaan sampel diperlukan integrasi dengan SEM, alat ini disebut EDX (Energy
Dispersive X-ray Spectroscopy) (Triwobowo, 2011).

2.17 Mikroskop Optik


Cara kerja dari mikroskop optik adalah dari cahaya lampu yang dibiaskan oleh
lensa kondenser, setelah melewati lensa kondenser sinar mengenai spesimen dan
diteruskan oleh lensa objektif. Lensa objektif ini merupakan bagian yang paling
penting dari mikroskop karena dari lensa ini dapat diketahui perbesaran yang
dilakukan mikroskop. Sinar yang diteruskan oleh lensa objektif ditangkap oleh lensa
okuler dan diteruskan pada mata atau kamera.
Mikroskop optik mempunyai bagian-bagian seperti bagan dibawah ini:

(a) (b)
Gambar 2.16 a) Skema Mikroskop Optik, b) Contoh mikroskop optik

2.18 Charge Discharge Baterai Lithium-Ion


Baterai lithium sekunder memiliki pola pengisian yang agak berbeda dengan baterai
lainnya. Diperlukan charger dengan profil I-V yang memenuhi karakteristik sebagai
sumber arus dan sekaligus diakhir tahap pengisian berkarakteristik sebagai sebuah

Universitas Sumatera Utara


27

sumber tegangan. Besar beban/arus yang dialirkan pada baterai coin cell sebesar
0,005 mA dan range potensialnya sebesar 3,5-4 V. Gambar 3.1 menunjukkan profil I-
V pengisian baterai lithium ion rechargeable.

Gambar 2.17 Profil tegangan yang harus dipenuhi selama mengisi ulang sebuah
baterai lithium
Terdiri dari 3 tahapan. Stage 1 baterai diisi dengan sumber arus tetap, stage 2-3
dengan sumber tegangan tetap. Untuk mendapatkan performasi sebuah baterai maka
diperlukan pengujian charge/discharge sehingga akan didapatkan besar kapasitas sel
baterai. Pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan membuat sistem pengujian
charging dan discharging. Gambar 3.7 memperlihatkan desain skematik rangkaian
elektronik pengujian sel baterai. Data selama pengujian sel direkam dengan picologer
ADC20 yang memiliki kemampuan merekam hingga 50 ms yang terdiri dari 8
channel input. Multitimer dibuat sebagai pengatur waktu switch antara charge-
discharge.

Universitas Sumatera Utara


28

Gambar 2.18 Gambaran skema konfigurasi elektronik pengujian karakterisasi


charge/discharge sel baterai
Pengaturan waktu T1 dilakukan untuk waktu charging, T2 untuk mengatur waktu
discharging dan T untuk mengatur waktu jeda antara charging dan discharging.
Pengaturan T diperlukan untuk mengamati tegangan baterai Vocv. Data pengukuran
dapat direkam setiap 50-500 ms. (Subhan, 2011). Perhitungan kapasitas dilakukan
dengan program excel sederhana. Data pengamatan yang dihasilkan adalah rekaman
waktu (t / ms ), arus (i / mA ), tegangan ( V / volt). Dari setiap data waktu (t), arus (i),
dan tegangan (v) dapat dihitung nilai kapasitas sel baterai. Kapasitas merupakan
jumlah total dari perkalian arus (i) dan waktu (s), memenuhi . persamaan berikut :
𝑗𝑗
𝐶𝐶𝑗𝑗 = ∑𝑖𝑖 ∆𝑡𝑡𝑖𝑖 . 𝑖𝑖𝑖𝑖 ; dengan, j = detik ke − 1,2,3, … , terakhir (2.2)
Dan kapasitas total dihitung berdasarkan persamaan:
𝐶𝐶𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = ∑ 𝐶𝐶𝑗𝑗 (2.3)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai