Praktek PMI
Praktek PMI
Untuk lebih memperjelas tentang pengembangan potensi diri melalui delapan fungsi
keluarga, di bawah ini diberikan suatu contoh sebagai berikut:
Lira adalah anak dari Pak Badu pedagang kecil usia 45 tahun. Lira berusia 25 tahun
dengan pendidikan SMU, mempunyai cita-cita untuk menjadi pedagang yang sukses.
Pertanyaannya adalah:
Upaya apa saja yang dapat dilakukan oleh Lira untuk mengembangkan potensi dirinya
melalui delapan fungsi keluarga dalam mencapai cita-cita ? dan peran apa saja yang
dapat dilakukan oleh pak Badu untuk mendukung pencapaian cita-cita Lira ?
1. Upaya Lira untuk mengembangkan potensi dirinya dalam mencapai cita-cita
antara lain:
Pada dasarnya untuk mengembangkan potensi diri seseorang perlu menerapkan
seluruh nilai-nilai moral dalam delapan fungsi keluarga, namun sekaitan dengan
upaya mencapai cita-cita seseorang, kiranya fungsi-fungsi keluarga yang perlu
diterapkan, harus sesuai dengan prioritas kebutuhan. Dalam kasus ini harus
ditentukan fungsi-fungsi keluarga yang paling tepat untuk mewujudkan cita-cita
Lira.
Cita-cita Lira adalah ingi menjadi pengusaha yang sukses, sehingga untuk
mencapai cita-cita tersebut, kiranya fungsi ekonomi yang paling prioritas untuk
diterapkan. Oleh karena itu nilai-nilai moral yang dikandung dalam fungsi
ekonomi, perlu dihayati, dibiasakan serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari oleh Lira.
Nilai-nilai moral dalam fungsi ekonomi perlu dilaksanakan oleh Lira sesuai
dengan tahapan yang harus dilakukan dalam mengembangkannya potensi dirinya
dengan cara internalisasi yaitu melakukan upaya memahami, meyakini, dan
menilai positif terhadap nilai-nilai moral dalam fungsi ekonomi ini merupakan
cara yang paling tepat untuk mewujudkan cita-cita, kemudian berusaha
menerapkan dan membiasakannya, serta lebih lanjut nilai-nilai tersebut telah
melekat pada kebiasaan dan membentuk menjadi karakter Lira.
Memperhatikan tentang startegi yang perlu di tempuh dalam mencapai cita-cita
(telah diuraikan dalam bab II tentang model pengembangan potensi diri), bahwa
keberhasilan dalam mewujudkan cita-cita harus di dukung dengan adanya
kemampuan dan unsur-unsur: kemampuan mengenal dirinya sendiri (MDS),
memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap pencapaian cita-cita, memiliki
motivasi yang tinggi, memiliki cita-cita sesuai dengan minat dan bakat, mampu
melakukan komunikasi yang efektif terhadap sesama, memiliki budaya belajar
yang tinggi, adanya kreativitas dalam melaksanakan kegiatan mencapai cita-cita,
berperilaku asertif serta menghargai waktu; maka dalam rangka melaksanakan
strategi untuk mewujudkan cita-cita sebagai pengusaha yang sukses, Lira perlu
menetukan nilai-nilai moral yang di anggap prioritas untuk diterapkan dan telah
ditentukan bahwa Lira akan menerapkan nilai-nilai moral dalam fungsi ekonomi.
Nilai-nilai moral yang terkandung dalam fungsi ekonomi adalah: hemat, teliti,
disiplin, kepedulian, dan keuletan. Nilai-nilai dalam fungsi ekonomi ini
diharapkan menjadi salah satu kemapuan yang dapat mendukung cita-cita Lira
untuk menjadi pengusaha sukses.
Sejak lahir Lira telah dibekali kemampuan-kemampuan/potensi diri yang
dilakukan oleh orang tuanya Pengembang potensi diri seseorang akan dilakukan
secara terus menerus sesuai dengan harapan atau cita-cita setiap individu.
Begitu pula bagi Lir, walaupun telah mempunyai potensi diri, namun untuk
mencapai cita-citanya, perlu untuk mengupayakan pengembangan potensi dirinya
yang diarahkan kepada mencapai cita-citanya. Lebih lanjut akan dijelaskan
sebagian dari penerapan nilai-nilai moral dalam fungsi ekonomi yang perlu
diupayakan sehingga menjadi karakter dari Lira dalam mendukung terwujudnya
cita-cita sebagai berikut:
a. Nilai hemat
Penerapan nilai hemat perlu diupayakan oleh Lira dengan memahami,
meyakini bahwa “hidup hemat” itu penting untuk mendukung menjadi
pengusaha yang sukses, sehingga perlu dikembangkan dan dilakukan dan
dibiasakan, hingga kegiatan hemat sudah membudayakan pada diri Lira.
Pelaksanaan hidup hemat agar dapat menjadi salah satu unsur yang
mendukung pencapaian cita-cita dapat diupayakan dengan cara adanya upaya
dari Lira untuk:
1) Mengenal tentang diri Lira sendiri, apakah Lira sudah mengetahui
kemampuan dan kelemahan dirinya dalam mewujudkan cita-cita ?
Misal; apakah selama ini Lira sudah mempunyai kebiasaan hidup
hemat atau masih berlaku boros atau apakah Lira selalu memaksakan
diri untuk bergaya hidup di luar kemampuan? Dan sebagainya.
2) Selalu mengupayakan adanya kepedulian untuk membiasakan diri
hidup hemat. Misal Lira memahami bahwa perilaku peduli untuk hidup
hemat, tidak boros, membiasakan menabung, membeli sesuatu sesuai
dengan kebutuhan, selalu membuat/ menyusun daftar perencanaan
kebutuhan harian/ bulanan merupakan sesuatu hal yang penting untuk
dilaksanakan.
3) Mengupayakan adanya dorongan/ motivasi untuk melaksanakan hidup
hemat itu penting dan dapat mendukung pencapaian cita-cita
merupakan dorongan dari Lira untuk selalu melakukan kegiatan hidup
hemat.
4) Hal-hal tersebut masih perlu di dukung dengan adanya kemampuan
untuk melakukan komunikasi yang efektif, dengan cara Lira harus
berupaya untuk mempelajari bagaimana proses komunikasi yang
efektif, bagaimana menjadi komunikator yang baik, memahami adanya
faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan komunikasi.
5) Kebiasaan lain yang perlu di tumbuhkan oleh Lira adanya budaya
belajar. Lira perlu membiasakan untuk selalu melaksanakan hidup
hemat sehari-hari.
Apabila hidup hemat sudah terbiasa, maka apabila sekali waktu Lira
tidak hidup hemat, akan berakibat adanya sesuatu yang kurang dalam
diri Lira.
6) Lira perlu meningkatkan diri dengan agar mampu untuk menentukan
cara-cara yang lebih mudah (inovasi-inovasi) dalam membentuk
dirinya menjadi orang yang hemat, Misal: dalam mengupayakan diri
untuk hidup borosn upaya tersebut sebenarnya bagi Lira sendiri, karena
Lira meyakini bahwa hidup hemat itu baik, maka dia dengan cara-cara
tertentu mengajak anggota keluarganya untuk berperilaku tidak boros
pula.
7) Lira perlu pula mengubah perilakunya menjadi berperilaku asertif.
Dengan memiliki kebiasaan berperilaku asertif, kiranya Lira akan
mampu untuk mengemukakan pandangannya secara terus terang tanpa
merendahlan diri dan menyakiti orang lain, sehingga dalam mencapai
tujuan tanpa menyinggung orang lain, bahkan membuat senang orang
lain. Misal; apabila ada masalah keuangan yang mungkin
memberatkan Lira apabila secara keseluruhan harus dibiayai olehnya.
Lira mengemukakan alasan yang tepat mengapa dia hanya dapat
membantu sebagian saja.