Anda di halaman 1dari 8

BAB III

MAKNA DELAPAN FUNGSI KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN


POTENSI DIRI

A. Nilai-Nilai Moral Dalam Delapan Fungsi Keluarga


Keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi pembentukan keluarga
harmonis, oleh karena itu pengembangan potensi diri anggotanya perlu dikembangkan
semaksimal mungkin, sehingga cita-cita keluarga dapat tercapai.
Agar pengembangan potensi diri dapat berkembang sesuai dengan harapan,
perlu diperhatikan nilai-nilai moral dalam bentuk sifat, sikap, tindakan yang sesuai
dengan kebiasaan setempat. Moral bersifat universal dan melekat pada diri seseorang.
Pada dasarnya keluarga adalah tempat belajar, sebagai peletak dasar bagi pendidikan
anak sehingga peran orang tua sangat menentukan.
Betapa besar tanggung jawab orang tua terhadap anak, mereka menjadi
penentu bagi perkembangan watak seorang anak baik dari segii keagamaan, sosial
maupun emosionalnya.
Keluarga khususnya orang tua merupakan penanaman dasar-dasar moral bagi
anak, yang biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua sebagai suri
tauladan yang selalu dicontoh anak. Seperti kata pepatah “Buah tidak jatuh jauh
darinpohonnya”.
Oleh karena itu sebagai orang tua kiranya akan berupaya untuk dapat
memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya, sebab andai kata yang dicontoh
oleh anak adalah perilaku yang buruk, maka anak tersebut akan berperilaku buruk
pula.
Berbicara mengenai makna delapan fungsi keluarga, dalam mempelajari
potensi diri, berikut ini akan dibahas tentang nilai-nilai moral dari delapan fungsi
keluarga,
1. Delapan fungsi keluarga
Pengembangan potensi diri setiap individu dapat dilakukan melalui
penerapan fungsi-fungsi keluarga, yang dikenal sebagai delapan fungsi
keluarga, yaitu: fungsi agama, sosial budaya, cinta kasih, pelindungan,
reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi dan pemeliharaan
lingkungan.
Fungsi-fungsi keluarga ini hendaknya menjadi pedoman dan bahkan
menjiwai seluruh kegiatan dalam upaya membentuk karakter manusia
termasuk upaya pengembangan potensi diri setiap individu.
2. Nilai-nilai moral yang terkandung dalam delapan fungsi keluarga, sebagai
berikut:
a. Fungsi agama
Diharapkan dengan mengembangkan fungsi agama, nilai moral (etika)
dan budaya hidup beragama dapat diajarkan dan dipraktikkan oleh
setiap individu sejak dini serta membawa seluruh umat, untuk
melaksanakan ibadah dengan penuh keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Nilai-nilai moral yang terkandung dalam fungsi agama, anatar lain:
keimanan, ketaqwaan, kejujuran, bersyukur, kepedulian, tenggang rasa,
rajin, kesalehan, ketaatan, suka menolong, disiplin, sopan santun,
kesabran, kasih sayang.
b. Fungsi sosial budaya
Fungsi sosial budaya diharapkan dapat mengenalkan budaya Indonesia
sebagai dasar-dasar nilai kehidupan. Sehingga setiap individu
mempunyai wawasan tentang berbagai budaya baik daerah maupun
nasional.
Nilai-nilai moral yang terkandung dalam fungsi sosial budaya meliputi,
gotong royonh, sopan santun, kerukunan, kepedulian, kebersamaan,
toleransi, dan kebangsaan.
c. Fungsi cinta kasih
Nilai-nilai moral yang terkandung dalam fungsi cinta kasih diharapkan
dapat ditanamkan pada setiap individu sehingga dapat menimbulkan
rasa aman, damai, kasih sayang serta keakraban.
Nilai-nilai moral yang terkandung dalam fungsi cinta kasih adalah,
empati, keakraban, adil, pemaaf, setia, pengorbanan, suka menolong,
dan bertanggung jawab.
d. Fungsi perlindungan
Nilai-nilai moral pada fungsi perlindungan dapat ditanamkan kepada
setiap individu dalam keluarga ataupun masyarakat, sehingga dapat
menumbuhkan rasa untuk selalu memberikan perlindungan kepada
sesama.
Nilai-nilai yang terkandung didalamnya meliputi: ketabahan, pemaaf,
dan tanggap.
e. Fungsi reproduksi
Fungsi ini, dapat ditanamkan melalui penanaman kesadaran kepada
setiap individu mengenai kesehatan reproduksi, sehingga setiap
individu akan menganggap pentingnya reproduksi sehat dan terencana
untuk melahirkan anak yang sehat dan berkualitas.
Nilai-nilai moral yang terkandung dalam fungsi reproduksi, meliputi
bertanggung jawab, sehat, dan keteguhan.
f. Fungsi sosialilsai dan pendidikan
Nilai-nilai moral yang diterapkan oleh fungsi sosialisasi dan
pendidikan dapat membentuk kebiasaan hidup ataupun karakter setiap
individu, bahkan sejak anak dilahirkan, sehingga mereka akan tumbuh
menjadi sumber daya manusia yang ulet, kreatif, bertanggung jawab
dan berbudi luhur.
Nilai-nilai yang terkandung dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan
adalah, percaya diri, luwes, bangga, rajin, kreatif, bertanggung jawab,
kerjasama dan berbudi luhur.
g. Fungsi ekonomi
Melalui penanaman nilai-nilai moral dari fungsi ekonomi, setiap
individu dapat mempunyai karakter dan bersikap hemat dan gemar
menabung dan berjiwa wirausaha.
Nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya adalah, hemat, teliti,
disiplin,kepedulian,keuletan.
h. Fungsi pemeliharaan lingkungan
Pentingnya fungsi ini adalah dapat mewujudkan kebiasaan atau
membentuk karakter setiap individu untuk selalu berprilaku hidup bersi
dan disiplin apabila ditanamkan atau dibiasakan secara terus menerus.
Nilai-nilai moral yang terkandung dalam fungsi pemeliharaan
lingkungan adalah kebersihan dan disiplin.
B. Pengembangan Potensi Diri Melalui Delapan Fungsi Keluarga
Pengembangan potensi diri telah dibicarakan secara panjang lebar pada Bab II,
dan merupakan penerapan dari seluruh proses pengembangan potensi diri. Jadi setiap
individu harus memiliki cita-cita masa depan dalam pencapaian cita-cita semua aspek
dan unsur baik internal maupun eksternal harus diarahkan pada pencapaian cita-cita.
Kegiatan pengembangan potensi diri perlu dilaksanakan melalui penerapan
nilai-nilai moral dari delapan fungsi keluarga. Pengembangan potensi diri melalui
delapan fungsi keluarga dapat ditempuh melalui kegiatan internaisasi yaitu:
Internalisasi penanaman nilai-nilai moral dalam keluarga.
Pengembangan potensi diri melalui delapan fungsi keluarga dapat ditempuh dengan
terlebih dahulu menyepakati nilai-nilai moral yang akan dikembangkan. Nilai-nilai
moral dapat dijadikan fokus pendidikan karakter melalui tahapan internalisasi
penanaman nilai moral meliputi:
1. Memahami dan meyakini adanya nilai-nilai moral yang harus dipatuhi dalam
keluarga;
2. Mempunyai sikap positif terhadap niali-nilai yang akan ditanamkan dalam
keluarga
3. Menerapkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral, sesuai dengan
kesepakatan, sebagai kontrol dalam kehidupan sehari-hari;
4. Melakukan pembiasaan untuk melaksanakn nilai-nilai teresbut;
5. Menjadikan nilai-nilai moral sebagai suatu hal yang menetap dan menjadi karakter
setiap anggota keluarga.

Nilai-nilai moral dapat dijadikan fokus pendidikan karakter dengan melalui


internalisasi penanaman nilai-nilai moral.

Didalam upaya penerapannya, semua aspek tersebut akan berlangsung sedemikian


rupa, saling terkait, saling mendukung dan saling tergantung secara sistemik, yang
pada akhirnya individu tersebut akan membentuk dirinya menjadi pribadi yang
mantap dan sukses.

Pengembangan potensi diri akan diuraikan dengan menjelaskan tentang pelaksanaan


dari unsur-unsur atau kemampuan-kemampuan yang mendukung pencapaian cita-cita
(mengenal diri sendiri, kepedulian, motivasi, bakat, minat, komunikasi efektif, budaya
belajar, kreativitas, perilaku asertif dan waktu) melalui penerapan nilai-nilai moral
dalam delapan fungsi keluarga.

Untuk lebih memperjelas tentang pengembangan potensi diri melalui delapan fungsi
keluarga, di bawah ini diberikan suatu contoh sebagai berikut:

Lira adalah anak dari Pak Badu pedagang kecil usia 45 tahun. Lira berusia 25 tahun
dengan pendidikan SMU, mempunyai cita-cita untuk menjadi pedagang yang sukses.

Pertanyaannya adalah:
Upaya apa saja yang dapat dilakukan oleh Lira untuk mengembangkan potensi dirinya
melalui delapan fungsi keluarga dalam mencapai cita-cita ? dan peran apa saja yang
dapat dilakukan oleh pak Badu untuk mendukung pencapaian cita-cita Lira ?
1. Upaya Lira untuk mengembangkan potensi dirinya dalam mencapai cita-cita
antara lain:
Pada dasarnya untuk mengembangkan potensi diri seseorang perlu menerapkan
seluruh nilai-nilai moral dalam delapan fungsi keluarga, namun sekaitan dengan
upaya mencapai cita-cita seseorang, kiranya fungsi-fungsi keluarga yang perlu
diterapkan, harus sesuai dengan prioritas kebutuhan. Dalam kasus ini harus
ditentukan fungsi-fungsi keluarga yang paling tepat untuk mewujudkan cita-cita
Lira.
Cita-cita Lira adalah ingi menjadi pengusaha yang sukses, sehingga untuk
mencapai cita-cita tersebut, kiranya fungsi ekonomi yang paling prioritas untuk
diterapkan. Oleh karena itu nilai-nilai moral yang dikandung dalam fungsi
ekonomi, perlu dihayati, dibiasakan serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari oleh Lira.
Nilai-nilai moral dalam fungsi ekonomi perlu dilaksanakan oleh Lira sesuai
dengan tahapan yang harus dilakukan dalam mengembangkannya potensi dirinya
dengan cara internalisasi yaitu melakukan upaya memahami, meyakini, dan
menilai positif terhadap nilai-nilai moral dalam fungsi ekonomi ini merupakan
cara yang paling tepat untuk mewujudkan cita-cita, kemudian berusaha
menerapkan dan membiasakannya, serta lebih lanjut nilai-nilai tersebut telah
melekat pada kebiasaan dan membentuk menjadi karakter Lira.
Memperhatikan tentang startegi yang perlu di tempuh dalam mencapai cita-cita
(telah diuraikan dalam bab II tentang model pengembangan potensi diri), bahwa
keberhasilan dalam mewujudkan cita-cita harus di dukung dengan adanya
kemampuan dan unsur-unsur: kemampuan mengenal dirinya sendiri (MDS),
memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap pencapaian cita-cita, memiliki
motivasi yang tinggi, memiliki cita-cita sesuai dengan minat dan bakat, mampu
melakukan komunikasi yang efektif terhadap sesama, memiliki budaya belajar
yang tinggi, adanya kreativitas dalam melaksanakan kegiatan mencapai cita-cita,
berperilaku asertif serta menghargai waktu; maka dalam rangka melaksanakan
strategi untuk mewujudkan cita-cita sebagai pengusaha yang sukses, Lira perlu
menetukan nilai-nilai moral yang di anggap prioritas untuk diterapkan dan telah
ditentukan bahwa Lira akan menerapkan nilai-nilai moral dalam fungsi ekonomi.
Nilai-nilai moral yang terkandung dalam fungsi ekonomi adalah: hemat, teliti,
disiplin, kepedulian, dan keuletan. Nilai-nilai dalam fungsi ekonomi ini
diharapkan menjadi salah satu kemapuan yang dapat mendukung cita-cita Lira
untuk menjadi pengusaha sukses.
Sejak lahir Lira telah dibekali kemampuan-kemampuan/potensi diri yang
dilakukan oleh orang tuanya Pengembang potensi diri seseorang akan dilakukan
secara terus menerus sesuai dengan harapan atau cita-cita setiap individu.
Begitu pula bagi Lir, walaupun telah mempunyai potensi diri, namun untuk
mencapai cita-citanya, perlu untuk mengupayakan pengembangan potensi dirinya
yang diarahkan kepada mencapai cita-citanya. Lebih lanjut akan dijelaskan
sebagian dari penerapan nilai-nilai moral dalam fungsi ekonomi yang perlu
diupayakan sehingga menjadi karakter dari Lira dalam mendukung terwujudnya
cita-cita sebagai berikut:
a. Nilai hemat
Penerapan nilai hemat perlu diupayakan oleh Lira dengan memahami,
meyakini bahwa “hidup hemat” itu penting untuk mendukung menjadi
pengusaha yang sukses, sehingga perlu dikembangkan dan dilakukan dan
dibiasakan, hingga kegiatan hemat sudah membudayakan pada diri Lira.
Pelaksanaan hidup hemat agar dapat menjadi salah satu unsur yang
mendukung pencapaian cita-cita dapat diupayakan dengan cara adanya upaya
dari Lira untuk:
1) Mengenal tentang diri Lira sendiri, apakah Lira sudah mengetahui
kemampuan dan kelemahan dirinya dalam mewujudkan cita-cita ?
Misal; apakah selama ini Lira sudah mempunyai kebiasaan hidup
hemat atau masih berlaku boros atau apakah Lira selalu memaksakan
diri untuk bergaya hidup di luar kemampuan? Dan sebagainya.
2) Selalu mengupayakan adanya kepedulian untuk membiasakan diri
hidup hemat. Misal Lira memahami bahwa perilaku peduli untuk hidup
hemat, tidak boros, membiasakan menabung, membeli sesuatu sesuai
dengan kebutuhan, selalu membuat/ menyusun daftar perencanaan
kebutuhan harian/ bulanan merupakan sesuatu hal yang penting untuk
dilaksanakan.
3) Mengupayakan adanya dorongan/ motivasi untuk melaksanakan hidup
hemat itu penting dan dapat mendukung pencapaian cita-cita
merupakan dorongan dari Lira untuk selalu melakukan kegiatan hidup
hemat.
4) Hal-hal tersebut masih perlu di dukung dengan adanya kemampuan
untuk melakukan komunikasi yang efektif, dengan cara Lira harus
berupaya untuk mempelajari bagaimana proses komunikasi yang
efektif, bagaimana menjadi komunikator yang baik, memahami adanya
faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan komunikasi.
5) Kebiasaan lain yang perlu di tumbuhkan oleh Lira adanya budaya
belajar. Lira perlu membiasakan untuk selalu melaksanakan hidup
hemat sehari-hari.
Apabila hidup hemat sudah terbiasa, maka apabila sekali waktu Lira
tidak hidup hemat, akan berakibat adanya sesuatu yang kurang dalam
diri Lira.
6) Lira perlu meningkatkan diri dengan agar mampu untuk menentukan
cara-cara yang lebih mudah (inovasi-inovasi) dalam membentuk
dirinya menjadi orang yang hemat, Misal: dalam mengupayakan diri
untuk hidup borosn upaya tersebut sebenarnya bagi Lira sendiri, karena
Lira meyakini bahwa hidup hemat itu baik, maka dia dengan cara-cara
tertentu mengajak anggota keluarganya untuk berperilaku tidak boros
pula.
7) Lira perlu pula mengubah perilakunya menjadi berperilaku asertif.
Dengan memiliki kebiasaan berperilaku asertif, kiranya Lira akan
mampu untuk mengemukakan pandangannya secara terus terang tanpa
merendahlan diri dan menyakiti orang lain, sehingga dalam mencapai
tujuan tanpa menyinggung orang lain, bahkan membuat senang orang
lain. Misal; apabila ada masalah keuangan yang mungkin
memberatkan Lira apabila secara keseluruhan harus dibiayai olehnya.
Lira mengemukakan alasan yang tepat mengapa dia hanya dapat
membantu sebagian saja.

Anda mungkin juga menyukai