Kinerja Jalan Kota PDF
Kinerja Jalan Kota PDF
ABSTRAK
Pengamatan dilakukan di 12 ruas jalan utama di Kota Metro yaitu Jalan Budi
Utomo, Cut Nyak Dien, Pattimura, Pangeran Diponegoro, Jend. A.Yani, AH.
Nasution, Ki Hajar Dewantara, Gatot Subroto, Sutan Syahrir, Imam Bonjol,
Sukarno Hatta, dan ZA. Pagaralam. Dari pengamatan diperoleh data arus
lalulintas dari dua arah jalan. Hasil pencacahan kendaraan di lapangan kemudian
diolah dan dihitung untuk mendapatkan lintas harian rerata (LHR). Dari
perhitungan diperoleh bahwa derajat kejenuhan jalan utama di Kota Metro masih
berada di bawah ketentuan dari MKJI 1997 yaitu 0,75 sampai 0,8. Ruas jalan
yang diperkirakan rawan adalah Jalan Pangeran Diponegoro, tepatnya di titik
pengamatan depan Polres Kota Metro yang memiliki derajat kejenuhan 0,725
dengan arus lalu lintas maksimum 1842,2 smp/jam. Secara keseluruhan, nilai
derajat kejenuhan jalan yang menggambarkan kinerja jalan di kota Metro masih
cukup baik, tetapi mendekati titik rawan yang harus diantisipasi sejak dini.
Kata Kunci: Survey Lalu lintas, Kinerja Jalan, Derajat Kejenuhan Jalan
I. PENDAHULUAN
Peran dan fungsi Kota Metro yang disertai dukungan pelayanan transportasi darat,
semakin meningkatkan daya tarik kota. Sifat perkembangan Kota Metro yang
masih sangat signifikan mengakibatkan perkembangan permukiman dan
perdagangan ke berbagai arah di Kota Metro. Berdasarkan hal tersebut, perlu
dilakukan sebuah survey lalulintas untuk mengetahui nilai volume lalulintas di
Kota Metro, dan pola pergerakan masyarakat Kota Metro untuk menghitung
kinerja jalan berdasarkan nilai derajat kejenuhan jalan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja jalan di Kota Metro
berdasarkan nilai derajat kejenuhan jalan terutama di 12 ruas pengamatan yaitu
jalan Budi Utomo, Cut Nyak Dien, Pattimura, Pangeran Diponegoro, Jend.
A.Yani, AH. Nasution, Ki Hajar Dewantara, Gatot Subroto, Sutan Syahrir, Imam
Bonjol, Sukarno Hatta, dan ZA. Pagaralam.
II. ISI
Ekivalen mobil penumpang (emp) adalah suatu angka yang digunakan untuk
mengkonversi kendaraan berat dan sepeda motor ke suatu kendaraan penumpang
standar (kendaraan ringan). Kendaraan ringan adalah kendaraan dengan jumlah as
roda dua, seperti kendaraan sedan dan kendaraan angkutan penumpang,
sedangkan kendaraan berat adalah kendaraan yang mempunyai jumlah as roda
lebih dari dua, seperti truk gandeng.
Mulai
Peta Administrasi
Peta Jalan
Literatur
Survey Lapangan
Lapangan
Perhitungan LHR
Kecepatan Sesaat
Kapasitas Jalan
Derajat Kejenuhan
Kesimpulan
Selesai
Kota Metro terletak antara 1050 17” Bujur Timur dan 50 6” – 50 8” Lintang
Selatan dengan luas wilayah 68,74 Km2 dengan ketinggian 25 - 60 m di atas
permukaan laut, suhu udara berkisar antara 290 – 320 C. Merupakan tanah dataran
yang terdiri dari areal persawahan dan permukiman serta tempat-tempat
pelayanan dan jasa.
Sebagai kota yang berciri khas “Agraris” maka mata pencaharian pokok sebagian
besar penduduk Kota Metro adalah bertani, yang berusaha di sub sektor pertanian
suatu potongan melintang jalan dalam kondisi tertentu. Analisis kapasitas ruas
jalan lingkar dan ruas jalan lama (dalam kota) dilakukan dengan berpedoman pada
Formula :
C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs (smp/jam)
= 2224,605 smp/jam
= 2770,69248 smp/jam
= 2539,80144 smp/jam
6. Jalan Pattimura
= 2049,07968 smp/jam
= 3265,893 smp/jam
= 1878,32304 smp/jam
= 2018,19816 smp/jam
= 2506,383 smp/jam
= 2179,872 smp/jam
= 2049,07968 smp/jam
jalan pada daerah penelitian. Namun perkembangan guna lahan dan jumlah
kinerja pelayanan ruas jalan di wilayah studi maka dilakukan analisis tentang
Selain jalan Pangeran Diponegoro, jalan lain yang perlu dilakukan penanganan
untuk mengantisipasi buruknya kinerja jalan adalah jalan Cut Nyak Dien, A.H.
III. KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Arus lalulintas maksimum terjadi pada ruas Jalan Pangeran Diponegoro
karena jalan tersebut merupakan salah satu jalur jalan utama di Kota Metro.
Arus maksimum terjadi pada hari Senin jam puncak siang (12.00 – 13.00
WIB) yaitu 1842,2 smp/jam.
2. Kinerja ruas jalan berdasarkan nilai derajat kejenuhan pada daerah penelitian
masih berada di bawah nilai standar yaitu 0,75. Hanya ruas jalan Pangeran
Diponegoro saja yang hamper mendekati kondisi rawan yaitu 0,725. Tetapi
secara umum kinerja ruas jalan utama di Kota Metro masih cukup baik,
meskipun di beberapa ruas sudah harus dilakukan untuk mengantisipasi
terjadinya permaslahan lalulintas di Kota Metro.
IV. SARAN
Berdasarkan uraian dan hasil analisis, serta melihat kondisi wilayah studi yang
sedemikian rupa, perkembangan dan perubahan guna lahan sangat mempengaruhi
kinerja ruas daerah studi. Untuk mengantisipasi terjadinya permasalahan lalulintas
di Kota Metro, maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
b. Perlu dilakukan kajian penanganan terhadap ruas jalan di Kota Metro untuk
dapat melayani pengguna jalan, terutama untuk lalulintas lokal pada level
yang optimum. Penerapan manajemen lalulintas dapat dilakukan sebagai
alternatif pemecahan masalah lalulintas yang mungkin terjadi di Kota Metro
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997, Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen
Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakata, Indonesia.
Avin, U., Cervero, R., and Cauble, B., Integrating Land Use and Transportation
Planning : A Case Study of Charlotte-Mecklenburg Country, APA
National Planning Conference, Washington, 1999.
Hobbs, F.D., Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Gadjah Mada University
Press, 1995.